65
MODUL 1
1.66
1. Waterfall
Pada metodologi pengembangan berbasis waterfall (air terjun),
analis dan pengguna bersama-sama merumuskan suatu kegiatan secara
berurutan dari satu fase ke fase berikutnya (gambar 1.3.1). Hasil utama
untuk setiap fase disampaikan kepada komite persetujuan dan sponsor
proyek untuk disetujui selama proyek berjalan dari fase ke fase. Setelah
pekerjaan yang dihasilkan dalam satu fase disetujui, fase berakhir dan
fase berikutnya dimulai. Seiring kemajuan proyek dari fase ke fase,
proyek bergerak maju dengan cara yang sama seperti air terjun.
Meskipun dimungkinkan untuk melangkah mundur melalui fase
(misalnya dari desain kembali ke analisis), namun ini cukup sulit.
(bayangkan ketika seekor ikan yang mencoba berenang ke hulu dari air
terjun).
Metodologi pengembangan Waterfall memiliki keunggulan dalam
mengidentifikasi kebutuhan pengguna jauh sebelum kegiatan
pemrograman dimulai dan membatasi perubahan kebuthan pengguna
saat proyek dimulai. Kelemahan utama adalah bahwa rancangan sistem
harus benar-benar dipersiapkan secara matang sebelum pemrograman
MODUL 1
1.68
Ada dua varian utama dari model Waterfall, yaitu model Parallel dan V-
Model.
a. Model Parallel
Model Parallel dikembangkan untuk mengatasi permasalahan waktu
pengembangan yang lama pada model Waterfall. Seperti yang
ditunjukkan pada gambar 1.3.2, pada tahap awal dibuat desain secara
umum untuk keseluruhan sistem. Kemudian proyek dibagi menjadi
serangkaian sub proyek yang dapat dirancang dan diimplementasikan
secara paralel. Setelah semua sub proyek selesai, dilakukan integrasi
akhir dari bagian-bagian yang terpisah, dan selanjutnya sistem
didistribusikan.
MODUL 1
1.70
b. V-Model
V-Model adalah variasi lain dari model Waterfall yang lebih
difokuskan pada pengujian secara eksplisit. Seperti ditunjukkan pada
gambar 2.2.3, proses pengembangan berlangsung di sisi kiri kemiringan
V, yaitu kegiatan penentuan kebutuhan sistem dan perancangan
komponen sistem. Di dasar V, dilakukan kegiatan pemrograman. Di
kemiringan sisi kanan model, terdapat pengujian komponen, pengujian
integrasi, dan berakhir pada pengujian penerimaan sistem. Konsep kunci
dari model ini adalah bahwa ketika kebutuhan sistem ditentukan dan
komponen dirancang, pengujian untuk elemen-elemen tersebut juga
dilakukan. Dengan cara ini, setiap tingkat pengujian akan secara jelas
terkait dengan fase analisis atau fase desain, membantu dalam
memastikan kualitas dan relevansi pengujian, serta memaksimalkan
efektivitas pengujian.
Model-V sederhana dan mudah diimplementasikan, serta dapat
meningkatkan kualitas sistem secara keseluruhan melalui penekanan
pada pengembangan rencana pengujian. Pengujian dan keahlian lebih
difokuskan pada fase-fase awal proyek, daripada diletakkan pada bagian
akhir proyek. Penguji memperoleh pemahaman tentang proyek lebih
awal. Namun, model ini kaku dalam proses Waterfall, dan tidak selalu
sesuai pada keadaan lingkungan bisnis yang bersifat dinamis (selalu
berubah ubah).
MODUL 1
1.72
a. Iterative Development
b. System Prototyping
MODUL 1
1.74
c. Throwaway Prototyping
Model Throwaway Prototyping tergolong dalam model pengembangan
Prototype, akan tetapi penekanannya pada penggunaan prototype
terutama untuk mengeksplorasi alternatif desain daripada sebagai sistem
yang berfungsi seperti dalam System Prototyping. Seperti yang
ditunjukkan pada gambar 1.23.6, Throwaway Prototyping memiliki fase
analisis yang cukup lengkap untuk mengumpulkan kebutuhan pengguna
dan mengembangkan ide-ide untuk konsep sistem. Namun, banyak fitur
yang disarankan oleh pengguna mungkin tidak dipahami dengan baik,
dan mungkin ada masalah teknis yang sulit untuk dipecahkan. Masing-
masing masalah diperiksa dengan menganalisis, merancang, dan
Contoh:
Anggaplah pengguna tidak memahami dengan jelas tentang cara kerja
sistem entri pesanan. Tim analis dapat membuat serangkaian halaman
yang dapat dilihat pada browser Web untuk membantu pengguna
memvisualisasikan sistem entri pesanan. Melalui mock up desain,
pengguna dapat melihat visualisasi calon aplikasi secara nyata sehingga
pengguna dapat memberikan masukan kepada desainer jika tampilan
mock up dirasa belum sesuai dengan permintaan sebelumnya.
Sebagai contoh, anggaplah bahwa tim proyek perlu mengembangkan
sebuah program grafis yang canggih. Tim dapat menulis sebagian dari
program dengan data buatan untuk memastikan bahwa mereka dapat
membuat program yang lengkap dengan sukses.
MODUL 1
1.76
3. Agile Development
Agile development adalah sekelompok metodologi pemrograman yang
fokus pada penyederhaan SDLC. Banyak fitur tambahan pada fase
pemodelan dan dokumentasi dihilangkan, sebaliknya proses komunikasi
melalui interaksi langsung dengan pengguna sistem lebih disukai.
Pengembangan proyek menekankan pada hal-hal yang sederhana,
pengembangan sistem secara berulang dimana setiap perulangan
merupakan serangkaian fase pekerjaan yang lengkap yaitu: perencanaan,
analisis kebutuhan, desain, pengkodean, pengujian, dan dokumentasi
(lihat gambar 1.3.7). Siklus dijaga agar tetap pendek (sekitar satu hingga
empat minggu), dan tim pengembangan berfokus pada bagaimana
beradaptasi dengan lingkungan bisnis saat ini. Ada beberapa pendekatan
a. Extreme Programming
Metodologi pengembangan Extreme Programming (XP) menekankan
pada kepuasan pelanggan dan kerja tim (kerja secara kelompok).
Komunikasi, kesederhanaan, umpan balik, dan keberanian adalah
prinsip utama dalam Extreme Programming. Pengembang sistem
berkomunikasi dengan pelanggan dan antar sesama programmer. Desain
sistem dibuat sederhana dan jelas. Pengujian awal dan pengujian-
pengujian lanjutan menyediakan umpan balik, dan pengembang dapat
dengan sigap (berani) menanggapi setiap perubahan kebutuhan dan
teknologi yang direkomendasikan dari hasil pengujian sistem. Tim
proyek juga dijaga agar tetap kecil.
Proyek XP dimulai dengan pengguna menggambarkan apa yang
perlu dilakukan sistem. Kemudian, programmer membuat kode program
dalam modul kecil dan sederhana, mengujinya untuk memenuhi
kebutuhan tersebut. Pengguna harus bersedia untuk memberikan
keterangan secara jelas dan tuntas atas segala pertanyaan dan
permasalahan yang muncul. Standar sangat penting untuk
meminimalkan perbedaan persepsi, sehingga tim XP menggunakan
serangkaian nama, deskripsi, dan praktik pengkodean yang umum.
Proyek XP memberikan hasil lebih cepat daripada pendekatan RAD, dan
tim pengembang jarang mengalami kebuntuan dalam kegiatan
pengkajian kebutuhan untuk sistem.
MODUL 1
1.78
MODUL 1
1.80
3. Kompleksitas Sistem
Sistem yang kompleks membutuhkan analisis dan desain yang cermat
dan terperinci. Throwaway Prototyping sangat cocok untuk analisis dan
MODUL 1
1.82
4. Keandalan Sistem
5. Kerangka Waktu
6. Visibilitas Jadwal
C. Memperkirakan Kerangka
Waktu Proyek
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, beberapa metodologi
pengembangan telah dikembangkan sebagai upaya untuk mempercepat
proyek melalui SDLC yang dipercepat, sambil tetap fokus untuk
MODUL 1
1.84
Contoh 1-3-1:
Standar industri menyarankan bahwa sistem aplikasi bisnis "khusus"
menghabiskan 15% waktu untuk fase perencanaan, 20% pada fase
analisis, 35% pada fase desain, dan 30% pada fase implementasi. Ini
menunjukkan bahwa jika suatu proyek membutuhkan waktu empat
bulan dalam tahap perencanaan, maka sisa dari proyek tersebut
kemungkinan akan memakan total 26,66 per bulan (4:0.15=26,66).
Persentase industri yang sama digunakan untuk memperkirakan jumlah
waktu yang digunakan pada fase yang lainnya, seperti pada gambar
2.2.9.
MODUL 1
1.86
1. Identifikasi Tugas
Perlu diingat bahwa tujuan keseluruhan sistem yang dikembangkan
dicatat dalam permintaan sistem, dan tugas manajer proyek adalah
mengidentifikasi semua tugas yang akan diperlukan untuk mencapai
tujuan tersebut. Metodologi yang dipilih oleh manajer proyek harus
menjadi sumber daya yang berharga, berupa metodologi yang paling
sesuai untuk proyek dalam menyajikan daftar langkah-langkah kerja dan
hasil akhir.
Seorang manajer proyek menggunakan sebuah metodologi, memilih
langkah-langkah dan hasil akhir yang diberlakukan untuk proyek saat
ini, dan menambahkannya ke rencana kerja. Jika metodologi yang ada
tidak tersedia dalam organisasi, metodologi dapat dibeli dari konsultan
atau vendor, atau berpedoman pada buku-buku teks sebagai panduan.
Menggunakan metodologi yang ada adalah cara paling populer untuk
membuat rencana kerja, karena sebagian besar organisasi memiliki
metodologi yang mereka telah gunakan dalam pengembangan proyek di
masa lalu.
MODUL 1
1.88
Jika seorang manajer proyek lebih suka memulai dari awal, ia dapat
menggunakan pendekatan terstruktur, dari atas ke bawah di mana tugas-
tugas tingkat tinggi didefinisikan terlebih dahulu dan kemudian dipecah
menjadi beberapa subtugas. Selnjutnya setiap langkah dipecah dan
diberi nomor secara hirarkis. Daftar tugas yang diberi nomor secara
hierarkis dengan cara seperti itu disebut struktur rincian pekerjaan, dan
merupakan penopang utama rencana kerja proyek.
Contoh 1-3-2:
Contoh 1-3-3:
MODUL 1
1.90
MODUL 1
1.92
MODUL 1
1.94
Rangkuman
Faktor penentu keberhasilan manajemen proyek adalah memulai dengan
menilai secara realistis pekerjaan yang perlu diselesaikan dan kemudian
mengelola proyek sesuai dengan rencana. Ini dapat dicapai dengan
mengikuti beberapa langkah dasar manajemen proyek, berupa:
pemilihan metodologi pengembangan sistem yang sesuai dengan
karakteristik proyek, membuat perkiraan jangka waktu berdasarkan
ukuran sistem yang dikembangkan, serta membuat daftar penugasan.
Terdapat beberapa metodologi yang merupkan pendekatan formal
yang dapat digunakan dalam manajemen pengembangan sistem
informasi. Metodologi tersebut merupakan standar formal yang
digunakan oleh lembaga pemerintah, sementara yang lain telah
dikembangkan oleh perusahaan konsultan untuk dijual kepada klien.
Banyak organisasi juga menggunakan metodologi internal mereka
sendiri yang telah didefinisikan selama bertahun-tahun. Siklus hidup
pengembangan sistem (System Development Life Cycle / SDLC)
menyediakan landasan bagi metodologi-metodologi tersebut dalam
pengembangan sistem informasi.
Beberapa metodologi utama adalah waterfall dan variasinya berupa
model parallel dan V-model; Rapid Application Development (RAD)
yang terdiri atas model iterative, system prototyping dan throwaway
prototyping; dan model agile termasuk extreme programming. Manajer
proyek mengevaluasi karakteristik proyek melalui beberapa faktor-
faktor seperti kejelasan kebutuhan pengguna, keakraban dengan
teknologi, kompleksitas, keandalan, kerangka waktu, dan visibilitas
jadwal, untuk memilih metodologi yang paling tepat digunakan dalam
pengembangan proyek.
MODUL 1
1.96
Latihan 1-3:
- Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi pada
Kegiatan Belajar 2-2, Melalui e-learning kerjakanlah Latihan
berikut sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan!
- Lihat Panduan Pengoperasian e-learning Untuk Mahasiswa!
MODUL 1
1.98
Glosarium
(IT)
MODUL 1
1.100
Daftar Pustaka
Dennis A., Wixom B. H., Roth R.M. (2012). Systems Analysis &
Design, 5th Edition, John Wiley & Sons, Inc, United States of
America
Fowler M. (2005). UML Distilled, Edisi 3. Penerbit ANDI, Yogyakarta.
Jogianto H.M. (2008). Analisis & Disain Sistem Informasi: Pendekatan
Terstruktur Teori dan Praktek Aplikasi Bisnis, Edisi 3. Penerbit
ANDI, Yogyakarta.
Pressman, R.S., Maxim, B.R. (2014). Software Engineering: A
Practitioner's Approach, 8th Edition, McGraw-Hill Education, New
York.
Sommerville I. (2011). Software Engineering, 9th Edition, Pearson,
USA.
Tantra R. (2012). Manajemen Proyek Sistem Informasi. Penerbit ANDI,
Yogyakarta.
MODUL 1