Anda di halaman 1dari 3

Menerapkan teknik gambar sketsa sebagai catatan

visual
Sketsa sebagai catatan visual

Tradisi Renaissancedalam seni rupa berpengaruh sangat besar diseluruh dunia.
Seniman zaman itu menggunakan sketsa salah satunya
sebagai sebuah catatan visual yang digunakan sebagai acuan dalam membuat karya
karyanya. Seniman seni lukis, kemanapun mereka pergi selalu 
membawa  perlengkapan  berupa  papan  gambar  dan  kertas layaknya membawa
kamera untuk merekam hal-hal yang menarik perhatiannya. 
Dengan  demikian  dibutuhkan  kecepatan  dan  kecekatan merekam bentuk-bentuk
dalam kejadian atau peristiwa, Dalam hal inilah ketrampilan antara koordinasi
tangan dan mata sangat diperlukan dimiliki oleh perupa khususnya pelukis,
Henk Ngantung misalnya, membuat sketsa-sketsa  zaman  perjuangan. 
Buku  kumpulan  sketsanya  dapat dijadikan
sebagai dokumen sejarah tentang suasana zaman perjuangan.
Selain mengenai perjuangan, catatan visual Henk Ngantung juga menyangkut 
kegiatan  masyarakat  sehari-hari  di  sawah,  di  rumah,  di pasar   dan  sebagainya     
sehingga  dapat dijadikan catata historis sosiologis tentang kehidupan masyarakat
pada zamannya, sehingga catatan visualnya
tidak hanya berguna untuk dunia seni tetapi juga dapat dimanfaatkan
oleh bidang sejarah dan sosiologi sebagaihalny relief-relief
pada dinding candi atau lukisan pada dinding gua zaman prasejarah.
Gambar 214 . Henk Ngantung, Membatik, dan latiha meliter (sumber: Kumpulan Sketsa Henk
Ngantung)

Sketsa sebagai media studi bentuk dan warna

Seorang    seniman    seni    rupa    sangat    penting    memahami   dan


menguasai bentuk-bentuk dan warna yang ada di lingkungannya. Mereka perlu
melakukan studi visual tentang semua bentuk dan warna yang ingin dijadikan
subyek dalam karyanya. Pelukis dan pematung sejak zaman Renaissance menggunakan
sketsa sebagai suatu cara melakukan studi bentuk.          
Oleh  karena  sketsa  berfungsi  sebagai  cara  melakukan  studi bentuk,  maka  bentuk-
bentuk  sketsa  jenis  ini  dibuat  tidak  harus  utuh.
Mungkin dalam satu gambar hanya ada satu atau beberapa bagian dari
obyek   yang   dipelajari.   Maksudnya   adalah   mempelajari   plastisitas,
proporsi suatu obyek secara mendetail. Sketsa studi ini dapat hanya
berupa garis dengan arsiran atau ditambah dengan blok cat air untuk
mendapatkan efek gelap terang untuk memunculkan plastisitas bentuk.
Studi mendetail tentang suatu obyek sangat penting dilakukan oleh para
perupa  terutama  yang  menekuni  gaya  realisme.  Seorang  realis  harus hafal  bentuk-
bentuk  plastisitas  semua  obyek.  Tanpa  rajin  melakukan
studi melalui sketsa, ia tidak banyak memiliki perbendaharaan bentuk.

Sketsa sebagai awal berkarya seni rupa

Dalam dunia seni lukis ada banyak cara mengungkapkan gagasan,
misalnya dengan cara spontanitas, yaitu langsung melukis di atas sebuah
bidang  gambar  tanpa  memerlukan  sketsa  terlebih  dahulu.   Cara  ini
memerlukan  kemahiran  teknis  yang  tinggi  dan  nilainya  terletak  pada
ungkapan  spontan  yang  tidak  dapat  diulang  kembali.  Cara  lain  dengan
membuat beberapa sketsa alternatif kemudian dipilih alternatif terbaik
untuk dituangkan ke atas bidang gambar. Ada pula langsung membuat
sketsa di atas kanvas, biasanya pelukis naturalis dan realis dan juga
pelukis tradisional Bali melakukan hal ini.  Cara kedua merupakan sketsa
sebagai pendahuluan atau kegiatan awal sebelum melukis atau membuat
patung.  Perlu  diketahui  bahwa  membuat  patung  belum  ada  yang dilakukan
secara spontan kecuali pematung tradisional yang telah hafal
dengan  bentuk  dan  atribut  patung  yang  sama  dari  zaman  ke  zaman. Oleh   
karenanya,      seniman          pematung  modern  sangat  membutuhkan
sketsa   sebelum   mulai   membuat   patung

Sketsa sebagai seni sketsa

Sketsa sebagai sebuah seni tidak memerlukan ketepatan bentuk, namun      yang   


dipentingkan adalah ungkapan   estetik    berdasarkan
rangsang  visual  dari  obyek  yang  diperhatikan.  Jadi  dalam  hal  ini
membuat  sketsa  hampir  sama  dengan  melukis  secara  spontan  yang
dibatasi dengan goresan-goresan yang esensial saja. Oleh karena itu
kemampuan yang dibutuhkan adalah menangkap hal yang esensial dari
sebuah  obyek.  Sebuah  obyek  tegak  dapat  pula  diungkapkan  dengan
garis meliuk, atau miring. Hal ini tergantung dari suasana batin sang
perupa dalam mengungkapkannya secara visual dan nilai estetik yang dianutnya.
Pada gambar 185, Nyoman Gunarsa lebih banyak bekerja di studio, bentuk-bentuk
yang dibuatnya lebih banyak berupa pengalaman
tentang seni budaya Bali sebagai lingkungan budayanya. Oleh sebab itu

ia mampu mengungkapkannya tanpa melihat langsung ke obyek yang
dilukisnya dengan lancar tanpa hambatan perbendaharaan visual yang
diperlukannya, sehingga spontanitas dapat dicapai. Namun demikian ada
pula kelemahannya, yakni upaya mengekspresikan idealisasi dapat terjebak 
pada  pengulangan-pengulangan  jika  tidak  sering  melakukan
pengamatan  dan  catatan  visual  langsung                                                            
terutama  mengenai  detail- detail yang kadang sulit untuk diingat.

Anda mungkin juga menyukai