Anda di halaman 1dari 15

Nama : Zulfikar Rachman Jaelani

NIM : 2001361
Kelas : PSR – A
Mata Kuliah : Sejarah Seni Rupa Barat

Tugas Refleksi perkuliahan


Tugas
1. Buatlah resume hasil kuliah dari masa Impresionisme hingga masa Seni Kontemporer!
2. Di dalam draft Resume kuliah sebutkan tokoh Seniman dan Karya-kkaryanya!
3. Bagaimana analisis Mahasiswa Pendidikan Seni Rupa terhadap pengaruh Seni
Kontemporer Barat terhadap perkembangan Seni Kontemporer di Indonesia!

Jawaban
1. Masa Impresionisme hingga masa Seni Kontemporer
A. Seni Rupa masa Impresionisme (Arts Impresionism)
Impresionisme adalah sebuah aliran yang berusaha menampilkan kesan-kesan
pencahayaan yang kuat, dengan penekanan pada tampilan warna dan bukan bentuk. Namun
kalangan akademisi ada yang justru menampilkan kesan garis yang kuat dalam
impresionisme ini. Aliran Impresionisme muncul dari abad 19 yang dimulai dari Paris pada
tahun 1860an. Nama ini awalnya dikutip dari lukisan Claude Monet, "Impression, Sunrise"
("Impression, soleil levant"). Kritikus Louis Leroy menggunakan kata ini sebagai sindiran
dalam artikelnya di Le Charivari.
Karakteristik utama lukisan impresionisme adalah kuatnya goresan kuas, warna-warna
cerah (bahkan banyak sekali pelukis impresionis yang mengharamkan warna hitam karena
dianggap bukan bagian dari cahaya), komposisi terbuka, penekanan pada kualitas
pencahayaan, subjek-subjek lukisan yang tidak terlalu menonjol, dan sudut pandang yang
tidak biasa. Pengaruh impresionisme dalam seni rupa juga merambah ke bidang musik dan
sastra.
Seniman impresionisme pada awalnya terinspirasi oleh teori-teori Eugene
Delacroix yang mulai merasakan ketidakpuasan terhadap perkembangan seni akademis
pada masa itu yang terlalu berkonsentrasi kepada mahzab seni lukis klasik. Ia berpendapat
bahwa lukisan tidak selamanya dibentuk dengan pengolahan garis secara berlebihan seperti
dikembangkan oleh Ingris selama bertahun-tahun. Sebaliknya pengolahan bidang-bidang
warna dengan penuh perhitungan akan menghasilkan bentuk lukisan yang tidak kalah
menariknya.
Namun Delacroix sendiri bisa dianggap gagal melepaskan diri dari pengaruh pakem
seni lukis akademi karena bagaimanapun lukisannya sendiri masih berkonsentrasi pada
bentuk-bentuk secara ideal.
Kemudian beberapa pelukis secara radikal melanggar aturan-aturan akademis dalam
pembuatan lukisan. Lukisan ini tidak lagi berkonsentrasi pada bentuk secara mendetail
dengan mementingkan kontur, volume, dan garis. Juga meninggalkan pengamatan
struktural bentuk suatu objek. Sebaliknya, suasana didapatkan dengan menangkap kesan
(impresi) cahaya yang ditangkap sekilas oleh mata. Akibatnya bentuk objek menjadi lebih
sederhana, tidak seperti lukisan naturalisme atau realisme.
Dalam sejarah perubahan Paris oleh Napoleon III, Académie des beaux-
arts mendominasi kegiatan seni pada abad 19. Akademi ini adalah penguasa standardisasi
tradisional lukisan-lukisan Prancis, termasuk dalam hal tema dan gaya. Tema historis,
religius, dan potret sangat dihargai pada saat itu, sementara tema pemandangan dan still
life hanya dipandang sebelah mata. Académie des beaux-arts juga menginginkan setiap
lukisan memperhatikan setiap detail dan finishing yang sempurna, dan jika bisa mendekati
kemiripan fotografis. Semua goresan kuas sangat diperhatikan dengan mempertimbangkan
bahwa hal tersebut adalah cerminan kepribadian, emosi, dan teknik yang dimiliki seorang
pelukis. Warna-warna gelap dan suram lebih dihargai.
• Pengaruh Teknologi dan Sains
Secara kebetulan, pada masa keemasan impresionisme, ditemukan pula penggunaan
teknik fotografi. Pada awalnya fotografi dianggap bisa memusnahkan keberadaan seni
lukis. Namun tujuan utama impresionisme yang menangkap kesan sesaat justru membuat
fotografi menjadi alat bantu utama yang sangat bermanfaat. Pelukis menjadi bisa
mengeksplorasi hal-hal yang biasanya hanya terjadi sesaat, seperti langkah kuda saat
berlari, suasana kota yang dinamis Selain itu teori warna juga sangat berkembang dan
membantu pengembangan aliran impresionisme.
• Pengaruh Terhadap Seni Rupa Modern
Ada banyak hal yang menyebabkan impresionisme bisa dianggap sebagai pelopor
gerakan seni rupa modern lain. Antara lain berhasil mendobrak keterpakuan seni terhadap
subjek yang akan dilukis. Hal ini bisa dilihat dari contoh karya Manet yang menganggap
moral bukanlah sesuatu yang harus terlalu dipertimbangkan di dalam seni rupa, sebab inti
dari lukisan adalah lukisan itu sendiri, bukan pesan yang akan disampaikannya. Namun,
bukan berarti hal itu membuat dunia lukis menjadi dunia yang cabul, sebab kevulgaran itu
sendiri bukanlah tujuan pelukis impresionisme, hanya saja jika ketelanjangan diperlukan,
katakanlah untuk membantu komposisi, maka hal itu memang harus dilukiskan.
• Ciri Khas
1) Goresan kuas pendek dan tebal dengan gaya mirip sketsa, untuk memberikan
kemudahan pelukis menangkap esensi subjek daripada detailnya.
2) Warna didapat dengan sesedikit mungkin pencampuran pigmen cat yang
digunakan. Diharapkan warna tercampur secara optis oleh retina.
3) Bayangan dibuat dengan mencampurkan warna komplementer (Hitam tidak
digunakan sebagai bayangan).
4) Cat tidak ditunggu kering untuk ditimpa dengan warna berikutnya.
5) Pengolahan sifat transparansi cat dihindari.
6) Meneliti sedetail mungkin sifat pantulan cahaya dari suatu objek untuk kemudian
diterapkan di dalam lukisan.
7) Dikerjakan di luar ruangan (en plein air)
• Karya Seniman Aliran Imresionisme

B. Seni Rupa masa Neo Impresionisme (Arts Contructivism)


Neo-Impresionisme adalah teknik melukis dengan warna tidak lagi dicampur baik
pada palet atau langsung di atas kanvas, melainkan ditempatkan sebagai titik-titik kecil
yang bersebelahan. Pencampuran warna berlangsung dari jarak yang sesuai dengan mata
pelukis.[1] Pencampuran warna ini disebut dengan campuran optik.[1] Neo-Impresionisme
terutama berkembang di Prancis pada tahun 1886-1906 dan dipimpin oleh Georges
Seurat.[2] Ia merupakan seniman yang meninggalkan Impresionisme dan mendukung
teknik melukis yang didasarkan pada studi optik.[2] Didorong oleh tulisan kontemporer
dalam teori warna (ditulis oleh Charles Henry, Eugene Chevreul dan Odgen Rood),
penganut Neo-Impresionisme (Neo-Impresionis) percaya bahwa sentuhan terpisah dari
warna menimbulkan hasil yang lebih bagus di mata pelukis daripada pencampuran warna
konvensional dengan menggunakan palet.
Neo-Impresionisme dimulai pada tahun 1884, ketika Georges Seurat (1859-1891)
pertama kali bertemu Paul Signac (1863-1935). Dua seniman muda ini bertemu
di pameran Artistes Independants, pameran yang dilakukan sebagai bentuk protes terhadap
kriteria seleksi dalam acara tahunan Paris Salon.

Lukisan Neo-Impresionisme karya Georges Seurat: Minggu siang di Pulau La Grande


Jatte.

C. Seni Rupa Optic Art (Op Arts)


Op art atau juga dikenal dengan nama optical art adalah gaya seni visual yang
menggunakan ilusi optikal. "Seni optikal adalah metode melukis yang memperhatikan
interaksi antara ilusi dan menggabungkan pengertian serta penglihatan." Seni Op art
bersifat abstrak, kebanyakan berbentuk potongan yang hanya dibuat dengan warna hitam
putih. Ketika orang melihat karya ilusi optikal maka akan memberikan sebuah impresi
pergerakan, benda yang tersembunyi, getaran, atau pola tertentu.
Op art berasal dari gaya konstruktivisme di Bauhaus. Sekolah Jerman yang didirikan
oleh Walter Gropius menarik hubungan antara bentuk dan fungsi dengan analisis gerakan
dan rasionalitas. Para murid diajarkan untuk fokus pada desain keseluruhan, atau komposisi
keseluruhan untuk mendapatkan gabungan bentuk tertentu.

Karya Henrique José Teixeira Matos: Bahasa Inggris: Optical motion


Português: Movimento óptico

D. Seni Rupa masa Kinetik Art, dan Perkembangan (Cinetic Arts)


Etimologi kinetic berasal dari kata „kinesis‟ (bahasa Yunani) yang berarti gerakan; atau
kinetikos‟ yang berarti bergerak. Tapi tak semua seni yang melibatkan gerakan bisa
dikatakan „Kinetic Art‟. Sebenarnya sejak lama para seniman telah tertarik untuk
menggambarkan gerakan. Misalnya atlit yang berlari, kuda yang berlari cepat, singa yang
menerkam mangsanya dan sebagainya. Namun demikian Kinetic Art adalah suatu gaya seni
yang relatif baru saja muncul dalam pertengahan abad keduapuluh ini. Sebab selain yang
dimaksudkan dengan Kinetic Art tidak sesederhana yang disebutkan di atas, karena
seniman Kinetic pada dasarnya lebih tertarik pada gerak itu sendiri daripada obyek yang
digambarkan bergerak.
Artinya perbedaan penggambaran antara gerak dan gerak sebenarnya tidak cukup untuk
membedakan Seni Kinetik dari bentuk seni lain yang melibatkan gerak. Tidak semua karya
yang bergerak disebut Kinetik, dan tidak semua karya kinetik itu bergerak. Dalam arti yang
lebih tepat , Kinetic memiliki kualitas yang khusus. Setidaknya demikian pendapat Cyril
Barret (1981) dalam Nikos Stangos (Concepts of Modern Art). Efek dari seni kinetik juga
dapat dihasilkan oleh penonton yang bergerak di sekitar karya atau oleh sentuhan dan
perlakuan penonton.
Gagasan pemikiran Seni Kinetik pertama-tama muncul di Rusia pada tahun-tahun awal
seusai Perang Dunia I. Meskipun sejumlah seniman seperti Tatlin, Rodchenko, Gabo dan
Pevsner menggeluti pemikiran itu secara terus-menerus, ekspresi yang paling jelas dan
paling kuat ditemukan dalam Realistic Manifesto yang diterbitkan gabo dan Pevsner pada
bulan Agustus 1920. Dalam manifesto itu mereka mengkritik Futurisme (yang diminati
banyak orang di Rusia) atas kelemahan-kelemahan yang telah ditujukan: Sudah jelas bagi
kita bahwa rekaman grafis sederhana dari rangkaian foto dari suatu gerakan itu sendiri‖.
Kemudian dalam bahasa yang tidak sama dalam manifesto futurist, mereka mencela seni
masa lalu dan memproklamasikan suatu seni dinamis baru yaitu seni Kinetic Rythms Arta.
Kita tinggalkan kesalahan Mesir Kuno dalam seni selama ribuan tahun yang menganggap
ritme statis sebagai satu-satunya unsur dalam seni gambar, yaitu ritme kinetis sebagai
bentuk dasar dari perasaan kita pada waktu yang nyata
E. Seni Rupa Kontemporer (Contemporer Arts)
Seni Kontemporer adalah perkembangan seni yang terpengaruh dampak modernisasi
dan berkembang di Barat sebagai produk seni yang dibuat sejak Perang Dunia II. Secara
umum seni kontemporer berarti seni yang saat ini sedang terjadi atau berlangsung, tidak
memiliki aturan konvensional. Istilah ini berkembang di Indonesia seiring makin
beragamnya teknik dan medium yang digunakan untuk memproduksi suatu karya seni, juga
karena telah terjadi suatu percampuran antara praktik dari disiplin yang berbeda, pilihan
artistik, dan pilihan presentasi karya yang tidak terikat batas-batas ruang dan waktu.
Seni rupa kontemporer adalah sosok yang selalu menjadi sorotan kontroversi
masyarakat. Meskipun sederhananya seni kontemporer adalah seni masa kini yang tengah
mengalami proses perkembangan, namun representasinya tidak sesederhana itu. Wujud
dari ide dan wacananyalah yang selalu menimbulkan kontroversi.
Seni kontemporer tidak sesederhana seni klasik yang telah mapan dan berada pada
puncak penciptaan tertinggi pada suatu masyarakat. Seni kontemporer itu radikal, sulit
dipahami bahkan tidak sedikit publik yang dibuat gerah karenanya. Maka dari itu subjek
ini sangat penting untuk dipahami agar kita dapat mengikutinya atau bahkan mematahkan
idenya.
Pengertian seni rupa kontemporer berarti seni rupa yang diciptakan terikat pada
berbagai konteks ruang dan waktu yang menyelimuti seniman, audiens dan medannya.
Istilah kontemporer sendiri berasal dari Bahasa Inggris “contemporary” yang berarti apa-
apa atau mereka yang hidup pada masa yang bersamaan (D. Maryanto, 2000). Artinya Seni
rupa kontemporer bersifat kekinian karena diciptakan di masa yang masih bersamaan
dengan kita dan dunia seni secara umum.
• Sejarah
Pemahaman mengenai seni rupa kontemporer juga bisa kita dapatkan dengan bercermin
pada sejarah seni. Terutama, sejarah seni rupa kontemporer sendiri. Meskipun terhitung
baru, tetapi kita sudah dapat melacak kemunculannya dari zaman modern.
Di Barat, wacana seni rupa kontemporer dimulai dengan menunjukkan pada
berakhirnya era modernisme dalam seni rupa (modern art). Sebab-sebab terjadinya krisis
itu di antaranya adalah penciptaan karya seni rupa yang menjadi terlalu mudah. Setiap gaya
dari sebuah karya yang baru saja diciptakan seolah-olah telah ada sebelumnya.
Kritikus seni Harold Rosenberg menyebut fenomena tersebut dengan istilah de
javu dalam Bahasa Perancis yang berarti “pernah dilihat” (Sumartono, 2000, hlm. 22).
Maka berakhirlah periodisasi seni rupa modern yang sudah tidak relevan lagi dengan
berbagai karya baru yang tercipta pada masa itu.
• Ciri dan sifat seni rupa kontemporer yang dapat kita pastikan untuk sementara
waktu ini.
1) Tidak adanya sekat antara berbagai disiplin seni dengan meleburnya batas-batas
antara seni lukis, patung, kriya, teater, musik,dan sebagainya
2) Sebaliknya Isu-isu yang diwacanakan adalah kesetaraan antara etnis dan gender,
HAM, lingkungan hidup, nilai tradisi dan persatuan keberagaman yang lain
3) Memiliki gairah moralistik yang brerkaitan dengan matra sosial dan politik sebagai
tesis.
4) Karena sifatnya yang masih radikal dan kontroversional, seni kontemporer
cenderung diminati media massa untuk dijadikan komoditas pewacanaan sebagai
aktualitas berita dengan issue terkini dan fashionable
5) Mengutamakan jenis media seni baru seperti instalasi, performance art, video dan
sebagainya.
Tidak mendiskriminasi dan menerima karya populer sebagai wujud seni
• Contoh Seni Rrupa Kontemporer
1) Seni Instalasi,
2) Happening Art,
3) Performance Art,
4) Video Art,
5) Video Mapping.

Contoh Seni Kontemporer, Seni Instalasi “Forest Of Numbers” Oleh: Emmanuelle


Moureaux.
2. Tokoh Seniman dan Karya
A. Impresionisme
1) Claude Monte

2) Berthe Morisot
3) Pierre Auguste Renoir

B. Neo Impresionisme
1) Georges Seurat
2) Paul Signac

C. Optic Art
1) Victor Vasarely
D. Kinetik Art
1) Alexander Calder

2) Jesús Rafael Soto


3) George Rickey

E. Seni Rupa Kontemporer


1) Takashi Murayami
2) Jenny Saville

3. Pengaruh Seni Kontemporer Barat terhadap perkembangan Seni Kontemporer di


Indonesia
Salah satu aliran dalam dunia seni rupa adalah seni kontemporer atau yang kerap
disebut seni pada saat ini, dan aliran ini terus mengalami perkembangan. Banyak seniman
menyebutkan bahwa karya yang mereka buat adalah suatu karya seni rupa kontemporer.
Seni Kontemporer adalah perkembangan seni yang terpengaruh dampak modernisasi
dan berkembang di Barat sebagai produk seni yang dibuat sejak Perang Dunia II. Secara
umum seni kontemporer berarti seni yang saat ini sedang terjadi atau berlangsung, tidak
memiliki aturan konvensional. Istilah ini berkembang di Indonesia seiring makin
beragamnya teknik dan medium yang digunakan untuk memproduksi suatu karya seni, juga
karena telah terjadi suatu percampuran antara praktik dari disiplin yang berbeda, pilihan
artistik, dan pilihan presentasi karya yang tidak terikat batas-batas ruang dan waktu.
Khalayak seni rupa di Indonesia, mencatat istilah ini sejak awal 1970-an, ketika
Gregorius Sidharta memberi judul pamerannya sebagai Seni Patung Kontemporer.
Berangkat dari ketidak-setujuan akan Pameran Besar Seni Lukis Indonesia yang diadakan
Dewan Kesenian Jakarta di Taman Ismail Marzuki pada Desember 1974, sejumlah perupa
muda protes dengan mengirimkan karangan bunga dukacita atas kematian seni rupa
Indonesia. Kejadian ini dikenal sebagai Desember Hitam (1974). Setahun kemudian,
perupa-perupa muda itu berkumpul dan berpameran bersama di Taman Ismail Marzuki
dengan tajuk Pameran Seni Rupa Baru (1975). Dalam pameran itu, mereka mengeluarkan
sebuah manifesto tentang apa yang mereka maksud dengan seni rupa baru Indonesia.
Kejadian ini kemudian dikenal sebagai Gerakan Seni Rupa Baru Indonesia (aktif pada
1975-1989).
Adanya seni rupa kontemporer di Indonesia Memberi warna baru terhadap kebutuhan
manusia baik secara fisik maupun psikis· Meningkatkan popularitas para seniman, karena
seni modern selalu menyertakan nama senimannya pada setiap karya yang diciptakan.

Anda mungkin juga menyukai