1
PT. MEDIKALOKA PASTEUR
RUMAH SAKIT HERMINA PASTEUR
Jln. Dr. Djundjunan No. 107, Kelurahan Pajajaran, Bandung 40173 Telp.
(022) 6072525 (Hunting) Fax: (022)6037815
Website : www.herminahospitalgroup.com
TENTANG
2
PT. MEDIKALOKA PASTEUR
RUMAH SAKIT HERMINA PASTEUR
Jln. Dr. Djundjunan No. 107, Kelurahan Pajajaran, Bandung 40173
Telp. (022) 6072525 (Hunting) Fax: (022)6037815
Website : www.herminahospitalgroup.com
MEMUTUSKAN
Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT HERMINA PASTEUR
TENTANG PEDOMAN KERJA TIM FARMASI DAN TERAPI (TFT)
RUMAH SAKIT HERMINA PASTEUR
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Definisi
Yang dimaksud dengan Tim Farmasi dan Terapi (TFT) merupakan wadah yang
merekomendasikan kebijakan penggunaan obat kepada Direktur Rumah Sakit.
Pasal 2
Pengorganisasian
1. Anggota Tim Farmasi dan Terapi terdiri dari dokter, apoteker, dan tenaga
kesehatan lain yang diperlukan.
2. Tim Farmasi dan terapi dapat diketuai oleh seorang dokter atau apoteker.
Apabila diketuai oleh dokter maka sekretarisnya adalah apoteker, namun
apabila diketuai oleh apoteker, maka sekretarisnya adalah dokter.
3
PT. MEDIKALOKA PASTEUR
RUMAH SAKIT HERMINA PASTEUR
Jln. Dr. Djundjunan No. 107, Kelurahan Pajajaran, Bandung 40173 Telp.
(022) 6072525 (Hunting) Fax: (022)6037815
Website : www.herminahospitalgroup.com
Pasal 3
Uraian Jabatan
1. Sumber daya manusia yang berperan dlaam organisasi Tim Farmasi dan
terapi memiliki uraian jabatan masing-masing.
Pasal 4
Tata Hubungan Kerja
1. Tata hubungan kerja organisasi Tim Farmasi dan Terapi (TFT) berhubungan
dengan Tim PPRA, Unit Instalasi Farmasi, Komite Staf Medik, Dokter
Spesialis, Dokter Umum, Pelayanan Medis dan Penunjang Medis.
2. Hubungan kerja eksternal dilakukan dengan institusi lain di luar rumah sakit
termasuk dengan BPOM.
Pasal 5
Pola Ketenagaan
Ketenagaan organisasi Tim Farmasi dan Terapi (TFT) bedasarkan bidang
masing-masing bagian seperti Dokter Spesialis, Dokter Umum, Keperawatan,
Apoteker, dan tenaga kesehatan lainnya.
Pasal 6
Pertemuan atau Rapat
1. Rapat terdiri dari rapat rutin dan tidak rutin
2. Rapat rutin meliputi rapat bulanan dan triwulan
3. Rapat tidak rutin meliputi pembahasan kasus dan rapat koordinasi
4
PT. MEDIKALOKA PASTEUR
RUMAH SAKIT HERMINA PASTEUR
Jln. Dr. Djundjunan No. 107, Kelurahan Pajajaran, Bandung 40173 Telp.
(022) 6072525 (Hunting) Fax: (022)6037815
Website : www.herminahospitalgroup.com
Pasal 7
Pencatatan dan Pelaporan
Pelaporan yang dilakukan pelaporan bulanan, triwulan, dan tahunan.
Ditetapkan di Bandung
Pada tanggal 31 Desember 2021
DIREKTUR RUMAH SAKIT HERMINA
PASTEUR,
5
PT. MEDIKALOKA PASTEUR
RUMAH SAKIT HERMINA PASTEUR
Jln. Dr. Djundjunan No. 107, Kelurahan Pajajaran, Bandung 40173 Telp.
(022) 6072525 (Hunting) Fax: (022)6037815
Website : www.herminahospitalgroup.com
PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT HERMINA PASTEUR
NOMOR 1094/PER-DIR/RSHPST/XII/2021
TENTANG PEDOMAN PELAYANAN
KEFARMASIAN DAN PENGGUNAAN
OBAT RUMAH SAKIT HERMINA
PASTEUR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penggunaan obat di rumah sakit merupakan suatu proses yang memerlukan
penanganan yang perlu diatur dan dikendalikan dalam upaya mencapai outcome
Rumah Sakit yang optimal. Tim Farmasi danTerapi (TFT) sebagai tim yang
mempunyai kewenangan dalam menentukan kebijakan penggunaan obat dan
langsung bertanggung jawab di bawah Direktur, memiliki peran yang sangat
strategis dalam upaya penggunaan obat yang rasional sesuai d engan panduan
penatalaksanaan klinis terkini. Pedoman pelayanan TFT disusun sebagai acuan
dalam proses penentuan kebijakan dan pelaksanaanya bagi setiap kegiatan
yang berkaitan dengan penggunaan obat diseluruh bagian di Rumah Sakit
Hermina Pasteur sesuai pedoman akreditasi yang tertuang dalam bab
Manajemen dan Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan Obat (PKPO) dan
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.
B. Tujuan Pedoman
A. Tujuan Umum
Tersedianya pedoman pelayanan TFT di RS Hermina Pasteur sesuai dengan
standar manajemen dan penggunaan obat
6
B. Tujuan Khusus
Pelayanan TFT di rumah sakit dikelola sedemikian rupa dengan tujuan :
D. Landasan Hukum
1. Undang-undang nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
2. Undang-undang nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit
3. Undang-undang nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika
4. Undang-undang nomor 5 Tahun 2009 tentang Psikotropika
5. Undang-undang nomor 29 Tahun 2009 tentang Praktek Kedokteran 7
6. Peraturan Pemerintah nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kearmasian
7. Peraturan menteri kesehatan nomor 1691 Tahun 2011 tentang Keselamatan
Pasien Rumah Sakit
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 tahun 2016
tentang standar Pelayanan Kefarmasian di rumah sakit.
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/200/2020 Tentang Pedoman Penyusunan Formularium
Rumah Sakit;
8
BAB II
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT
10
BAB III
VISI, MISI, MOTTO, TUJUAN RUMAH SAKIT
A. VISI
Menjadikan RS Hermina Pasteur sebagai Rumah Sakit yang tumbuh, sehat,
dan terkemuka di wilayah cakupannya dengan unggulan pelayanan kesehatan
ibu dan anak dan mampu bersaing di era globalisasi.
B. MISI
1. Melakukan upaya berkelanjutan untuk meningkatkan mutu pelayanan dan
keselamatan pasien
2. Melakukan pendidikan dan pelatihan kepada para karyawan agar mampu
memberikan pelayanan yang profesional
3. Melakukan pengelolaan rumah sakit secara professional agar tercapai
efisiensi dan efektifitas yang tinggi
C. MOTTO
Mengutamakan Mutu Pelayanan dan Keselamatan Pasien.
11
BAB IV
STRUKTUR ORGANISASI TIM FARMASI DAN TERAPI (TFT)
Tim Farmasi dan Terapi (TFT) disusun agar dapat mencapai visi, misi dan tujuan dari
penyelenggaraan TFT. TFT dibentuk berdasarkan kaidah organisasi yang miskin
struktur dan kaya fungsi dan dapat menyelenggarakan tugas, wewenang dan
tanggung jawab secara efektif dan efisien. Efektif dimaksud agar sumber daya yang
ada di Rumah Sakit Hermina Pasteur dapat dimanfaatkan secara optimal.
DIREKTUR
……………………….. SEKRETARIS
TFT
B. Uraian Tugas
Tim Farmasi dan Terapi (TFT) dipimpin oleh ketua dan didukung oleh
sekretaris dan anggota yang terdiri dari para dokter yang mewakili spesialisasi
sebagai representatif dari dokter di RS Hermina Pasteur, apoteker pendamping
sebagai representatif apoteker, perawat dari bidang keperawatan sebagai representatif
perawat, ketua komite mutu dan direktur rumah sakit.
12
Uraian tugas dari Tim Farmasi dan Terapi (TFT) masing- masing dideskripsikan sebagai
berikut:
1. Uraian Jabatan Ketua Tim Farmasi dan Terapi (TFT)
13
dengan kebijakan Direktur rumah
sakit.
2. Menetapkan jadwal rapat Tim
Farmasi dan Terapi untuk
membahas tentang
3. kebijakan, penetapan prosedur,
maupun aturan-aturan berkaitan
obat.
4. Mengkoordinir pengembangan,
penyusunan maupun revisi
formularium rumah sakit.
7 WEWENANG : 1) Pemimpin jalannya organisasi Tim
Farmasi dan Terapi.
2) Memberi masukkan atau
rekomendasi kepada pimpinan
rumah sakit dalam menetapkan
kebijakan penggunaan obat di RS
Hermina Pasteur
3) Menentukan obat (sediaan farmasi)
masuk dan keluar dari formularium
RS.
8 PERSYARATAN JABATAN
a. Pendidikan Formal : Dokter spesialis
b. Pendidikan Non Formal
-
c. Masa Kerja
5 tahun
14
2. Uraian Tugas Sekretaris TFT
1. NAMA JABATAN : Sekretaris TFT
2 JENIS DAN KEDUDUKAN
d. Jenis Jabatan : Struktural
e. Atasan Langnsung : Ketua TFT
f. Bawahan Langsung : -
3 HUBUNGAN KERJA
c. Internal : 1. Direktur RS Hermina Pasteur
2. Wakil Direktur Medis
3. Ketua TFT
4. Manajer Pelayanan Medis
5. Manajer Penunjang Medis
6. Dokter Spesialis
7. Dokter Umum
8. Tim PPRA
9. Eksternal : 1. Direksi PT. Medikaloka Pasteur
2. BPOM
4 TUGAS POKOK : Mendukung ketua untuk
mengkoordinasi dan menyiapkan
rancangan program kegiatan TFT dan
mengelola pertemuan secara strategis
dalam upaya mewujudkan pengobatan
rasional dan bertanggung jawab kepada
Tim Farmasi dan Terapi.
16
BAB V
TATA HUBUNGAN KERJA
Hubungan tata kerja antara Komite Farmasi dan Terapi dengan gugus tugas lain sebagai berikut :
1. Direktur
Direktur menyetujui dan mensahkan obat masuk dan atau dikeluarkan dari
formularium RS berdasarkan hasil evaluasi dari Tim Farmasi dan Terapi
(TFT)
2. Komite Medis
Seleksi obat yang akan masuk formularium dilakukan secara
kolaboratif antara dokter-dokter yang terwakili oleh Ketua KSM (Komite
Staf Medis), apoteker yang merupakan representative dan manajemen instalasi,
serta representative perawat dari bidang keperawatan yang mewakili perawat
17
3. Instalasi Farmasi
Sebagai satu-satunya bagian di rumah sakit yang memiliki kewenangan sesuai
perundang-undangan dalam mengelola perbekalan kesehatan sesuai dengan
kebijakan satu pintu. Obat yang dipergunakan di RS Hermina Pasteur dikelola
sesuai kebijakan satu pintu yang ditetapkan Undang-Undang, yaitu dikelola oleh
Instalasi Farmasi. Berkolaborasi dengan TFT dalam hal pengadaan obat sampai
dengan pemantauan efek samping obat yang nantinya menjadi bahan evaluasi
formularium RS.
4. Penunjang Medis
Penunjang medis (laboratorium, radiologi, CSSU) memberikan masukan terkait
sediaan farmasi yang digunakan di unit pelayanan sebagai bahan evaluasi
terhadap sediaan farmasi yang digunakan.
5. Keperawatan
Keperawatan memberikan masukan terkait dengan sediaan farmasi yang
digunakan saat pelayanan terhadap pasien dan menginformasikan bila terjadi efek
samping obat
6. Bidang Pelayanan Medis
Bidang pelayanan medis memberikan masukan kepada TFT terkait sediaan
farmasi yang digunakan sebagia bahan evaluasi rapat TFT.
7. PPRA
PPRA memberikan masukan kepada TFT terkait dengan antibiotic yang digunakan di rumah
sakit.
8. Pencegahan Pengendalian Infeksi (PPI)
PPI memberikan masukan kepada TFT terkait dengan program pencegahan
pengendalian Infeksi (PPI)
18
BAB VI
TATA LAKSANA KEGIATAN
21
13 ) Evaluasi Formularium RS Hermina Pasteur
1) Pengajuan obat baru dari dokter penulis resep diterima secara tertulis dan
disampaikan kepada Tim Farmasi dan Terapi (TFT) melalui sekretaris TFT. Satu jenis
obat dapat diproses pengajuannya jika ada permintaan dari minimal tiga orang penulis
resep.
2) Pengajuan tersebut dibahas pada rapat TFT untuk memutuskan persetujuannya.
3) Hasil rapat mengenai pengajuan obat baru ditulis pada notulen rapat dan disampaikan
ke Instalasi Farmasi untuk disediakan baik melalui distributor untuk dievaluasi selama
3bulan.
4) Jika obat disetujui untuk diadakan melalui Instalasi Farmasi, obat disosialisasikan
melalui memo internal.
5) Jika sudah dapat diadakan,obat disosialisasikan melalui Surat Keputusan Direktur
sebagai penambahan obat formularium.
6) Seluruh obat yang digunakan termasuk obat baru masuk formularium dimonitoring
penggunaannya terutama dalam hal efek samping obat yang sering terjadi serta
potensi terjadinya KNC dan KTD bagi pasien.
7) Untuk kejadian yang tidak diantisipasi akibat penggunaan obat yang baru masuk
formularium harus diidentifikasi, dimonitor, dicatat, dan dilaporkan sesuai prosedur
identifikasi KTD.
8) Berdasarkan monitoring, formularium dievaluasi setiap Tahun dan direvisi setiap
Tahun
9) Proses evaluasi formularium dilakukan sebagai hasil pelaksanaan monitoring yang
dibahas setiap rapat TFT.
10) Hasil evaluasi formularium Tahunan diajukan TFT kepada direktur sebagai bahan
rapat evaluasi Obat Formularium.
11) Dari hasil evaluasi akan ditetapkan obat yang masuk dan keluar dari formularium.
12) TFT akan melakukan revisi formularium.
14 ) Penerapan Penggunaan Formularium RS Hermina Pasteur
a) Dalam upaya menertibkan penggunaan obat, RS Hermina Pasteur menerapkan
penggunaan obat yang mengacu kepada Formularium Rumah Sakit yang harus
dipatuhi oleh semua jajaran medis sehingga pengendalian dan pengawasan
penggunaan obat secara menyeluruh oleh Tim Farmasi dan Terapi dapat dilakukan.
b) Seluruh obat yang beredar di RS Hermina Pasteur dikaji penggunaannya agar tepat
22
guna dan tercapainya penggunaan obat secara aman, efektif, efisien dan mudah
terjangkau untuk seluruh pasien yang memerlukan.
c) Pengkajian penggunaan obat golongan antibiotika dilakukan dengan memperhatikan
pola kuman rumah sakit dan efektifitasnya bagi pasien yang diterapi.
b. Perencanaan
Kegiatan menentukan jumlah dan periode pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan
bahan medis habis pakai sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin
terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu danefisien.
Perencanaan dilakukan untuk menghindari kekosongan obat denganmetode konsumsi
berdasarkan analisa pareto/ min-max dan saran order pada sistem komputer modul farmasi,
jumlah BOR, jumlah kunjungan pasien, pola penyakit, dengan mempertimbangkan:
1) Anggaran yang tersedia
2) Penetapan prioritas
3) Sisa persediaan
4) Data pemakaian periode yang lalu
5) Waktu tunggu pemesanan (leadtime).
23
c. Dokter penulis resep memberi tekanan penulisan resep tertentu yang ditengarai
look a like and sound a like (LASA) dengan obat lain. Ketentuan akan tata cara
penulisan yang menjamin keamanan pelayanan diatur pada Pedoman Pelayanan.
Penulisan resep narkotik seperti Durogesic patch, morphin, fentanil dan petidin
hanya oleh dokter spesialis anestesi atau dalam keadaan tertentu dimana dokter
spesialis penanggung jawab pasien tidak bisa dihubungi, resep narkotika tertentu
ditulisoleh dokter IGD dan disetujui untuk dilayani oleh apoteker.
d. Jika ada resep bermasalah yang berhubungan dengan keabsahan resep harus
dirujuk kepada dokter penulis resep atau apoteker yang bertugas. Permintaan obat
rawat inap ditulis oleh dokter yang merawat (DPJP) atau dokter Penanggungjawab
rawat inap pada lembar resep. Permintaan obat melalui telepon harus segera diikuti
dokumen permintaan secara tertulis sebagai dasar pelayanan resep. Dalam keadaan
khusus, dimana pasien membutuhkan obat tambahan, maka dokter
penanggungjawab rawat inap diperkenankan menuliskan permintaan obat untuk
pemakaian sampai dengan saat visit dokter berikutnya. Termasuk obat narkotika
dan psikotropika.Setiap dokter baru harus diperkenalkan kepada Kepala Instalasi
Farmasi untuk diminta contoh tanda tangan dan paraf. Contoh tanda tangan dan
paraf disosialisasikan kepada seluruh petugas pelayanan farmasi.
e. Permintaan obat dan perbekalan kesehatan bisa dilakukan perhari atau sesuai
kebutuhan pasien menurut dokter yang merawat, dituliskan pada resepatau kartu
obat.Selama dirawat, satu pasien memiliki satu kartu obat yang mencatat semua
obat yang dipergunakan sejak masuk sampai keluar rumah sakit.
f. Jika obat yang tertulis dalam resep adalah obat diluar formularium, maka untuk
obat dengan zat aktif sama, diganti dengan obat yang tersedia (lain pabrik) dengan
melalui proses konfirmasi pada dokter penanggungjawab. untuk Zat aktif berbeda,
dikomunikasikan dengan dokter penulis resep, apakah bisa diganti dengan obat
yang sesuai formularium atau jika kondisi mengharuskan, bisa dibelikan di
apotik/RS rekanan (jalur pengadaan non formularium).
g. Resep dari IGD atau resep CITO harus didahulukan terutama jika berisi sediaan
injeksi atau alat alat kesehatan yang akan segera digunakan.
h. Pengembalian obat (retur) akan diterima apabila pasien alergi terhadap obat
tersebut, pasien meninggal, penghentian penggunaan obat yang secara klinis tidak
mendukung terapinya lagi dengan persetujuan dokter penulis resep.
24
i. Obat yang dikembalikan pasien dapat diterima jika memenuhi syarat & kemasan
j. dalam blister (bukan los), belum mencapai waktu kadaluwarsa, kondisi fisik obat
(bukan racikan) masih baik.
k. Bagi pasien peserta JKN, jenis obat yang dilayani sesuai Formularium
nasional (Fornas). Jika untuk kepentingan pasien, bisa menggunakan obat standar
Formularium nasional. Selanjutnya jika kondisi mengharuskan penggunaan obat
selain ketentuan di atas maka kebutuhan obat dapat dilayani dengan persetujuan
dokter pengendali sesuai dengan ketentuan RS Hermina Pasteur.
l. Kompetensi profesi terkait pelayanan resep harus selalu dibangun, terutama dalam
aspek menterjemahkan tulisan dokter sebelum resep dilayani. Pola-pola penulisan
resep dokter yang rentan menyebabkan medication
error dicatat dan dikomunikasikan dalam forum khusus bersama bidang pelayanan
medis. Data yang ada dianalisa bersama sebagai dasar penetapan prosedur
penulisan resep yang aman. Jika tulisan dokter pada resep sulit dibaca, petugas
harus meminta pertimbangan dari petugas lain. Jika tetap tidak terbaca, demi
mencegah KTD maka petugas harus menghubungi dokter penulis resep. Dalam hal
dokter sulit dihubungi, maka petugas farmasi harus mengkomunikasikannya
kepada perawat di ruang perawatan terkait dan melihat berkas rekam medis pasien.
4. Pemantauan (monitoring)
a. Apoteker bertanggung jawab memperhatikan diagnosa dan kebutuhan khusus pasien
pada saat melakukan assessment respon pasien setelah mendapatkan pengobatan
dan apabila diperlukan mengusulkan intervensi. Apoteker secara proaktif
melakukan assessment terhadap problem pengobatan yang dihadapi pasien dan
assesmen lain dalam hal :
1) Ketepatan terapi dari regimen pengobatan pasien.
2) Duplikasi terapi dan kesalahan dari regimen pengobatan pasien.
3) Ketepatan dosis pengobatan, meliputi ; rute, metode dan frekuensi pemberian
4) Tingkat ketaatan pasien terhadap regimen obat yang diresepkan
5) Interaksi obat-obat; obat-makanan, obat-penyakit obat-data lab
26
6) Efek samping obat dan efek merugikan lain akibat penggunaan obat
7) Interaksi alergi
b. Efek yang tidak diharapkan yang berkaitan dengan obat (Drug Related Problem/
DRP) harus dimonitor, dicatat pada rekam medik pasien dan jika termasuk dalam
kriteria KTD (Kejadian Tidak Diharapkan), KNC (Kejadian Nyaris Cedera) harus
dilaporkan menggunakan form yang ditetapkan oleh RS Hermina Pasteur segera
setelah kejadian diidentifikasi (maksimal 2 x 24 jam).
c. Apoteker berkolaborasi dengan perawat (selama jumlah apoteker klinik diruang
perawatan belum memenuhi standar) bertanggung jawab melakukan proses
monitoring, pencatatan dan pelaporan KTD, KNC. Laporan KTD, KNC secara
periodik dianalisa dan diambil tindakan perbaikan sistem untuk meminimalkan
angka kejadian.
27
D. Monitoring dan Evaluasi
Setiap kegiatan yang dilakukan Tim Farmasi dan Terapi dilakukan monitoring
setiap bulan dan dilakukan pendokumentasian dalam bentuk data pencatatan
berupa laporan bulanan, atau laporan tahunan. Penulisan obat di luar
formularium , kejadian efek samping obat, dilakukan monitoring, pencatatan dan
pelaporan setiap bulan kepada direktur. Evaluasi kinerja TFT dilakukan setiap
satu tahun sekali dalam rapat Tim Farmasi dan Terapi (TFT).
28
BABVII
LAPORAN
Kegiatan yang dilakukan Tim Farmasi dan Terapi (TFT) yang diselenggarakan
berjalan dengan baik, maka Tim Farmasi dan Terapi (TFT) harus didukung oleh
penyelenggaraan dan pengelolaan administrasi yang baik. Penyelenggaraan
administrasi meliputi kegiatan dan laporan rutin.
29
LAMPIRAN
30
31