Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH STATISTIK KELOMPOK 4

DISUSUN OLEH:

Novena Sanidra Silitonga (102020013)

Tahoma Mutiara Siahaan (102020008)

Maria Lasfrida Silalahi (102020015)

Malvin Jaya Kristian Gulo (102020003)

Dosen Pengampuh:

Pomarida Simbolon,S.KM.,M.Kes

Program Studi:

Sarjana Terapan Manajemen Informasi Kesehatan

STIKes Santa Elisabeth Medan

2021/2022
A.Metode Penyampaian Data Surveilans

Surveilans kesehatan masyarakat adalah pengumpulan, analisis, dan analisis data secara
terusmenerus dan sistematis yang kemudian didiseminasikan (disebarluaskan) kepada pihak-
pihak yang bertanggungjawab dalam pencegahan penyakit dan masalah kesehatan
lainnya.Surveilans memantau terus-menerus kejadian dan kecenderungan penyakit, mendeteksi
dan memprediksi outbreak pada populasi, mengamati faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian
penyakit, seperti perubahan-perubahan biologis pada agen, vektor, dan reservoir. Selanjutnya
surveilans menghubungkan informasi tersebut kepada pembuat keputusan agar dapat dilakukan
langkah-langkah pencegahan dan pengendalian penyakit.Kadang digunakan istilah surveilans
epidemiologi. Baik surveilans kesehatan masyarakat maupun surveilans epidemiologi hakikatnya
sama saja, sebab menggunakan metode yang sama, dan tujuan epidemiologi adalah untuk
mengendalikan masalah kesehatan masyarakat, sehingga epidemiologi dikenal sebagai sains inti
kesehatan masyarakat (core science of public health)(Murti, 2010)

Surveilans memungkinkan pengambil keeputusan untuk memimpin dan mengelola


dengan efektif. Surveilans kesehatan masyarakat memberikan informasi kewaspadaan dini bagi
pengambil keputusan dan manajer tentang masalah-masalah kesehatan yang perlu diperhatikan
pada suatu populasi. Surveilans kesehatan masyarakat merupakan instrumen penting untuk
mencegah outbreak penyakit dan mengembangkan respons segera ketika penyakit mulai
menyebar. Informasi dari surveilans juga penting bagi kementerian kesehatan, kementerian
keuangan, dan donor, untuk memonitor sejauh mana populasi telah terlayani dengan baik(Murti,
2010)

Surveilans kasus itu sendiri merupakan suatu proses pengamatan yang terus menerus
sistematik dan berkesinambungan dalam pengumpulan data, analisa dan interpretasi data
kesehatan dalam upaya menguraikan dan memantau suatu peristiwa kesehatan agar dapat
dilakukan penanggulangan yang efektif dan efisien terhadap masalah kesehatan. Data yang
termasuk dalam surveilans kasus antara lain dokumen proses surveilans kasus yaitu trend atau
grafik kasus, CFR, jumlah desa terjangkit; musim penularan; grafik maksimum minimum
bulanan kasus; peta lokasi kelurahan/desa rawan DBD; daftar kecamatan, kelurahan endemis,
sporadis, potensial dan bebas yang ditanggulangi; buku catatan kasus per kecamatan; laporan
kasus cepat melalui jalur lain diluar lap KDRS; pengambilan kasus di RS oleh petugas ;
pemberitahuan kasus dari kab/kota lain serta lama waktu rata-rata antara dirawat sampai
dilaksanakan PE dan fogging kasus. Surveians juga dapat digunakan untuk menentukan luasnya
infeksi dan resiko penulara penyakit sehingga tindakan pencegahan dan penanggulangan dapat
dilakukan secara efektif dan efisien. Mekanisme pengumpulan data dapat dipilih secara pasif
dengan menerima lapran atau secara aktif mengumpulkan data di lapangan serta sumber data.
Pengmpulan data terhadap perorangan perlu juga mempertimbangkan kerahasiaan data.
Surveilans kasus Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di meliputi kegiatan pengumpulan
dan pencatatan data tersangka DBD dan penderita DD,DBD,SSD; pengolahan dan penyajian
data penderita DBD untuk pemantauan KLB; KD/RS-DBD untuk pelaporan tersangka DBD
penderita DD, DBD, SSD dalam 24 jam setelah diagnosis ditegakkan; laporan KLB (W1);
laporan mingguan KLB (W2-DBD); laporan bulanan kasus/kematian DBD dan program
pemberantasan (K-DBD); data dasar perorangan penderita DD, DBD, SSD (DPDBD), penentuan
stratifikasi (endemisitas) desa/kelurahan, distribusi kasus DBD per RW/dusun, penentuan musim
penularan dan kecenderungan DBD.(Steva Tairas, G. D . Kandou, 2015)

Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan merupakan prasyarat program kesehatan dan


bertujuan untuk:

a. tersedianya informasi tentang situasi, kecenderungan penyakit, dan faktor risikonya serta
masalah kesehatan masyarakat dan faktor-faktor yang mempengaruhinya sebagai bahan
pengambilan keputusan;

b. terselenggaranya kewaspadaan dini terhadap kemungkinan terjadinya KLB/Wabah dan


dampaknya;

c. terselenggaranya investigasi dan penanggulangan KLB/Wabah; dan d. dasar penyampaian


informasi kesehatan kepada para pihak yang berkepentingan sesuai dengan pertimbangan
kesehatan. (Ririn Arifah, 2014)

B.Penyajian Data Sistem Informasi 10 RS Swasta di Indonesia

1. SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT (SIRS) BERBASIS ONLINE PADA RSUP


PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO

Sistem Informasi. Sistem informasi adalah suatu gabungan kerja sama yang terartur dari
people (orang), hardware (perangkat keras), software (piranti lunak), computer networks and
data communications (jaringan komunikasi), dan database (basis data) untuk mengumpulkan,
mengubah dan menyebarkan informasi di dalam suatu bentuk organisasi (O’Brien 2005:5).
Sistem informasi adalah suatu sistem yang ada pada suatu organisasi yang mempertemukan
kebutuhan pengolahan transaksi harian, membantu dan mendukung kegiatan operasi, bersifat
manajerial dari suatu organisasi dan membantu mempermudah penyediaan laporan yang
diperlukan dalam organisasi (Erwan Arbie, 2000:35). Sistem Informasi Rumah Sakit. SIRS
adalah suatu proses pengolahan dan penyajian seluruh data rumah sakit dimana saat ini wajib
diterapkan untuk seluruh rumah sakit yang ada di Indonesia baik rumah sakit negeri ataupun
swasta ,baik dikelola secara publik ataupun privat, sebagaimana yang diatur dan ditetapkan
dalam UU RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, dan juga peraturan ini merupakan
perbaikan dari SIRS Revisi V. Penerapan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) ini bertujuan
untuk meningkatkan mutu pelayanan dan juga mengevaluasi kualitas kinerja dan
penyelenggaraan Rumah Sakit. Tata Cara Pelaporan SIRS . Menurut Buku Pedoman Teknik
Import Template SIRS Online berdasarkan Permenkes RI Nomor 1171/MENKES/PER/ VI/ 2011
tentang SIRS, pelaporan SIRS secara online sebagai berikut :

- Menyediaakan Format RL yang akan diupload.

- Mengisi data pelaporan dalam template mc. Excel.

- Kunjungi website resmi SIRS online http://buk.depkes.go.id.

- Login dengan username dan password.

- Setelah berhasil login, pilih menu RL yang akan dilaporkan.

- Klik tombol Import untuk melakukan pelaporan.

- Pilih file yang akan diimport/dilaporkan dengan pilihan tombol telusuri.

- Klik template mc. excel yang telah diisi ,lalu klik tombol open.

- Klik tombol import untuk mengimport/melaporkan data dalam template mc.excell ke dalam
sistem SIRS online.

- Setelah diimport, update /edit sirs online dan isikan data terupdate kemudian klik tombol
save/simpan untuk menyimpang data yang sudah ter-update(Taroreh & Kalalo, 2018)

2. SISTEM KOMPUTERISASI PENGOLAHAN DATA PEGAWAI RUMAH SAKIT


ISLAM KLATEN

Saat ini kemajuan yang telah dicapai manusia sangat pesat terutama dibidang teknologi
informasi. Teknologi informasi tersebut sangat mendukung upaya seseorang atau suatu
organisasi dalam menjalankan aktifitas, seperti mempermudah kerja, menghemat waktu, serta
dapat memberikan hasil yang memuaskan. Teknologi informasi membawa dampak yang positif
dan penting baik dalam dunia pendidikan, telekomunikasi, maupun perusahaan-perusahaan
swasta yang bergerak diberbagai bidang. Salah satu contoh dari teknologi informasi yaitu
Database Management System (DBMS) yang dapat menghasilkan data dan informasi secara
tepat, cepat dan akurat sehingga memudahkan dalam proses pengolahan data.

Pegawai merupakan tenaga kerja yang bekerja pada badan usaha swasta atau instansi
pemerintahan. Dalam suatu organisasi, pegawai adalah alat yang menggerakan dan menggiatkan
agar segala kegiatan organisasi tersebut dapat berjalan menuju pada tujuannya. Pegawai inilah
yang mengerjakan segala pekerjaan atau kegiatan-kegiatan operasional organisasi, karena itu
kepegawaian diolah dengan baik dan dibutuhkan suatu sistem informasi kepegawaian.

Rumah Sakit Islam Klaten merupakan salah satu lembaga kesehatan yang merupakan RS
milik Yayasan Jamaah Haji Klaten yang pendiriannya diawali dengan Balai Pengobatan (BP)
pada tahun 1981 di lantai dasar masjid Raya Klaten. Pada saat ini Rumah Sakit Islam Klaten
melakukan pengolahan data kepegawaian dengan menggunakan Microsoft Office Word dan
Excel. Hal tersebut menyulitkan untuk perekapan data pegawai secara akurat dan data tidak
terstruktur dengan baik, yang mengakibatkan sering terjadinya kerangkapan data dan data
menjadi tidak konsisten akibat kesalahan dalam proses input data. Sehingga dalam pengolahan
data pegawai menjadi kurang efektif dan efisien. Untuk itu diperlukan sebuah sistem pengolahan
data kepegawaian yang dapat menghasilkan informasi pegawai yang dibutuhkan secara cepat,
akurat dan tepat. Berdasarkan permasalahan diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
yang berjudul “SISTEM KOMPUTERISASI PENGOLAHAN DATA PEGAWAI RUMAH
SAKIT ISLAM KLATEN”(Malianindra, 2018)

3. PENGARUH TEKNOLOGI INFORMASI DAN KEAHLIAN KOMPUTER


TERHADAP SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PADA RUMAH SAKIT SWASTA DI
KOTA PEKANBARU

Saat ini informasi merupakan bagian yang penting dan bermanfaat bagi manusia,
kebutuhannya terus meningkat dari waktu ke waktu. Suatu informasi dapat dikatakan memiliki
manfaat dalam proses pengambilan keputusan apabila informasi tersebut disajikan secara akurat,
tepat waktu dan relevan. Informasi saat ini teleh diakui sebagai salah satu sumber daya atau
investasi yang patut dikembangkan oleh suatu perusahaan yang diharapkan dapat memiliki
kinerja yang baik sehingga dapat menjadi suatu sumber daya penyedia informasi yang cepat dan
akurat serta dapat memberikan manfaat yang besar dalam pencapaian tujuan organisasi. Sistem
informasi harus dapat diterima dan digunakan oleh seluruh karyawan dalam organisasi sehingga
investasi yang besar untuk pengadaan sistem informasi akan diimbangi pula dengan
produktivitas yang tinggi. Akuntansi merupakan pendukung penting dalam bisnis, telah
mengalami perkembangan teknologi informasi yang cukup pesat. Dimana akuntansi adalah
sistem informasi yang mencatat, mengumpulkan dan mengkomunikasikan data keuangan untuk
tujuan pengambilan keputusan. Salah satu bidang akuntansi yang banyak dipengaruhi oleh
perkembangan teknologi informasi adalah SIA. Menurut Bodnar dan Hopwood (2004: 1), Sistem
Informasi Akuntansi (SIA) adalah kumpulan sumber daya, seperti manusia dan peralatan, yang
dirancang untuk mengubah data keuangan dan data lainnya menjadi informasi yang
dikomunikasikan kepada berbagai pihak pengambil keputusan.

Teknologi informasi semakin berkembang sejalan dengan majunya peradaban manusia.


Perkembangan teknologi informasi meliputi perkembangan infrasturuktur seperti hardware,
software, teknologi penyimpanan data (storage), dan teknologi komunikasi (Laudon, 2006: 174).
Semakin maju teknologi informasi semakin banyak pengaruhnya pada bidang akuntansi.
Perkembangan teknologi informasi, pada era informasi berdampak signifikan terhadap sistem
informasi akintansi (SIA) dalam suatu perusahaan (Freddy Lankey ; 2005). Sistem Informasi
Akuntansi (SIA) pada suatu badan usaha berperan sebagai muara dari semua transaksi yang
dilakukan pada proses bisnis. Umumnya Sistem Informasi Akuntansi (SIA) pada sebuah badan
usaha dibuat secara terpisah. Penggunaan dari Sistem Informasi Akuntansi (SIA) yang ada, juga
dilakukan terpisah dari sistem informasi pendukung proses bisnis lain yang dilakukan oleh badan
usaha tersebut hal ini juga terjadi pada rumah sakit yang mengimplementasikan Sistem Informasi
Akuntansi (SIA) pada proses akuntansinya.(Kurnia & Irawati, 2014)

4. EVALUASI SISTEM ELEKTRONIK REKAM MEDIS DI RUMAH SAKIT


PRIMASATYA HUSADA CITRA SURABAYA

Perkembangan teknologi dan sistem informasi saat ini sangat pesat. Perkembangan ini
dinilai memudahkan pekerjaan manusia dibandingkan dengan proses manual yang seluruhnya
dilakukan oleh manusia. Perkembangan pada sistem informasi banyak dibutuhkan oleh
perusahaan bahkan rumah sakit pada saat ini. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan
yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Undang-Undang Republik Indonesia No
44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit 2009). Baik rumah sakit milik pemerintah maupun swasta
berlomba-lomba menggunakan sistem informasi dalam membantu melakukan tugasnya. Bukan
hanya karena tuntutan akreditasi namun hal ini dirasa lebih menguntungkan dan memudahkan
petugas dalam menyelesaikan pekerjaan dan kewajiban rumah sakit. Salah satu kewajiban rumah
sakit adalah menyelenggarakan rekam medis (Undang-Undang Republik Indonesia No 44 Tahun
2009 Tentang Rumah Sakit 2009). Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan
dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang
telah diberikan kepada pasien (Menteri Kesehatan, 2008). Proses pengolahan rekam medis
menjadi salah satu penentu kualitas pelayanan dari seluruh fasilitas kesehatan.

Dengan adanya perkembangan teknologi maka sangat bermanfaat salah satunya untuk
proses pengolahan rekam medis. Salah satu perkembangan teknologi pada unit rekam medis
adalah sistem informasi rekam medis. Berdasarkan pengamatan peneliti saat melaksanakan
praktek kerja lapang di Rumah Sakit Primasatya Husada Citra Kota Surabaya telah
menggunakan sistem informasi rekam medis yaitu Elektronik Rekam Medis (ERM). ERM
tersebut telah berjalan sejak tanggal 1 September 2018. Maka dari itu peneliti tertarik untuk
melakukan evaluasi terhadap sistem ERM tersebut. Evaluasi suatu sistem informasi merupakan
usaha nyata untuk mengetahui kondisi sebenarnya suatu penyelenggaraan sistem informasi
(Abda’u, Winarno dan Henderi, 2018). Evaluasi terhadap ERM tesebut bertujuan untuk
mengetahui kekurangan ataupun hambatan dari sistem setelah diimplementasikan selama kurang
lebih 1,5 tahun. Metode evaluasi yang digunakan oleh peneliti yaitu Human Organization
Technology (HOT)-Fit Model. Metode ini mengevaluasi terhadap tiga aspek yaitu Human
(pengguna), Organization (organisasi), dan Technology (teknologi).

Dengan metode tersebut sesuai dengan tujuan penelitian yaitu memperbaiki kekurangan
dan permasalahan yang ada pada ERM dan bermanfaat untuk pengembangan sistem selanjutnya.
Berdasarkan uraian permasalahan diatas, peneliti ingin melakukan penelitian terhadap sistem
informasi yang berjalan dengan judul “Evaluasi Elektronik Rekam Medis di Rumah Sakit
Primasatya Husada Citra Surabaya”(Widyastuti et al., 2020)
5. Pengolahan Data Pasien Pada Rumah Sakit Islam Metro

Secara garis besar penulis dapat mengemukakan bahwa system yang sedang berjalan
belum cukup baik karena terdapat kendala pada system tersebut, yaitu karena dalam pengolahan
data pasien masih dicatat menggunakan buka besar, baik dari pendaftaran pasien dan pengolahan
data pasien. Adapun dalam pengolahan data tersebut terdapat permasalahan yang ditemui yaitu :
untuk pencarian data pasien rawat inap belum efektif karena pada saat mencari data yang sudah
dituliskan nama dan nomor identitas berbeda. Begitu juga proses pembuatan laporan setiap
bulannya masih terdapat kendala karena petugas harus meneliti satu persatu data dalam pada
buku besar apakag data tersebut ganda atau tidak sehingga akan membutuhkan waktu yang
cukup lama.

Penelitian menggunakan metode pengolahan data berupa observasi, interview dan


dokumentasi. Sedangkan metode perancangan menggunakan bagan alir dokumen (flowchart),
Data flow diagram, dan entity relationship diagram. Software pendukung dalam pembuatan
aplikasi pengolahan data pasien ini menggunakan java netbenas an database yang digunakan
adalah MySQL. APlikasi pengolahan data pasien pada Rumah Sakit Islam Kota Metro ini
mempermudah petugas dalam pengolahan data pasien rawat inap supaya lebih efektif tidak
terjadi keterlambatan.(Sudarmadji & Pratama, 2020)

6. SISTEM PENGOLAHAN DATA REKAM MEDIS BERBASIS WEB PADA


PUSKESMAS PERAWATAN JAMBULA KOTA TERNATE

Perkembangan teknologi informasi sekarang ini mempengaruhi berbagai segi kehidupan


dan profesi. salah satunya pada bidang pelayanan Kesehatan. Di setiap tempat layanan kesehatan
setiap ada pasien yang datang untuk berobat maka akan dicatat baik identitas pasien, hasil
diagnosa penyakit oleh dokter, obat yang diberikan kepada pasien, serta tindakan lain yang
dilakukan oleh dokter terhadap pasien yang biasa disebut dengan Rekam Medis. Dimana data
Rekam Medis akan digunakan sebagai acuan untuk pengobatan pasien pada pemeriksaan
berikutnya Pencatatan data riwayat kesehatan pasien adalah hal yang penting dalam dunia medis
dan dikenal dengan istilah data rekam medis.

Selama pasien melakukan pemeriksaan atau menjalani perawatan medis oleh dokter atau
suatu instansi medis, maka status kesehatan pasien akan dicatat sebagai data rekam medis pasien.
Data rekam medis pasien tersebut dapat dipakai sebagai acuan untuk pemeriksaan kesehatan
pasien selanjutnya, sekaligus sebagai bukti tercatat mengenai diagnosis penyakit pasien dan
pelayanan medis yang diperoleh pasien (Suhadi, 2007:1).) Di dalam Peraturan Menteri
Kesehatan (Permenkes) Nomor 749a tahun 1989 disebutkan bahwa setiap sarana pelayanan
kesehatan wajib menyelenggarakan Rekam Medis. Rekam Medis adalah berkas yang berisikan
catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan
lain kepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan. Rekam Medis mempunyai tujuan untuk
menunjang tercapainya tertib administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan
di rumah sakit.

Penyelenggaraan Rekam Medis di rumah sakit meliputi penerimaan pasien, pelayanan


medis dan keperawatan, pelayanan administrasi dan keuangan, pencatatan data Rekam Medis
dan pelaporan. Puskesmas Perawatan Jambula merupakan salah satu pusat pelayanan kesehatan
masyarakat yang terletak di desa Jambula kota ternate, dimana sistem pelayanan dan pengelolaan
data rekam medis masih bersifat konvensional dimana petugas medis yang ada pada Puskesmas
melakukan pencatatan data-data pasien secara tertulis dan diproses pada buku besar, sehingga
sering terjadi kesalahan dalam pencatatan dan pada proses penyimpanan data-data pasien yang
sebelumnya di berikan dari rumah sakit yang terdapat arsip-arsip dapat menyulitkan petugas
medis dalam melakukan pencarian data tersebut Dengan melihat masalah yang di hadapi oleh
Puskesmas perawatan Jambula Kota Ternate, maka peneliti merancang Sistem Pengolahan Data
Rekam Medis Berbasis Web, untuk memberikan kemudahan petugas medis dalam megelola dan
menyimpan data rekam medis pasien yang tadinya masih di lakukan secara konvesional
sebelumnya(Malianindra, 2018)

7. PERANCANGAN SISTEM INFORMASI ADMINISTRAI RAWAT INAP DAN


RAWAT JALAN PADA RUMAH SAKIT VITA INSANI

Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yang baik bagi masyarakat, perlu adanya
perubahan dalam hal sistem yang digunakan agar lebih efektif dan efisien. Pengolahan data
untuk pelayanan kesehatan didalam masyarakat sangat penting. Dengan adanya pengolahan data
dapat disusun suatu informasi untuk membantu proses pelayanan kesehatan yang dapat
menyajikan segala kebutuhan informasi layanan kesehatan masyarakat. Rumah Sakit Vita
Insani.. Adapun kinerja sistem dalam pelayanan rawat inap dan rawat jalan pasien yang berjalan
di Rumah Sakit Vita Insani tersebut masih belum optimal karena pada pengelolaan data rawat
inap dan rawat jalan masih dilakukan menggunakan media pembukuan yang bersifat manual.
Banyak kendala yang dialami oleh pihak rumah sakit di antaranya adanya kesalahan dalam
melakukan input, penyimpanan data, serta dapat terjadi kerangkapan arsip pasien, sehingga
pengelolaan data jadi kurang efektif dan efisien. Hal tersebut dapat menghambat jalannya
laporan dan kelancaran dalam hal pelayanan kepada pasien. Karena masalah tersebut
dirancanglah suatu aplikasi yang dapat membantu rumah sakit khususnya bagian administrasi
rawat inap dan rawat jalan, dalam mempercepat proses penyajian informasi dan menghindari
kesalahan dalam perhitungan biaya rawat inap dan rawat jalan serta memberikan kemudahan
dalam menghasilkan laporan yang relevan, akurat, dan tepat waktu

8. PEMODELAN ARSITEKTUR SISTEM INFORMASI PELAPORAN RUMAH SAKIT


MENGGUNAKAN FEAF (Studi Kasus : Dinas Kesehatan Kota Bandung)
Kebutuhan akan data dan informasi saat ini berkembang sangat pesat, dilihat dari segi
kuantitas maupun kualitasnya. Dengan telah berlakunya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008
tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP) maka tersedianya data dan informasi mutlak
dibutuhkan terutama oleh badan layanan umum seperti rumah sakit.

Data dan informasi tersebut setiap tahunnya mengalami perubahan seiring dengan
perkembangan jaman, sehingga revisi dalam Sistem Informasi Rumah Sakit yang sudah ada saat
ini mutlak dibutuhkan. Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) adalah suatu proses pengumpulan,
pengolahan dan penyajian data rumah sakit se-Indonesia.

Sistem informasi ini mencakup semua rumah sakit umum maupun khusus, baik yang
dikelola secara publik maupun privat sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Hal ini diperlukan agar dapat menunjang
pemanfaatan data yang optimal serta semakin meningkatnya kebutuhan data saat ini dan yang
akan datang.

Berdasarkan pelaksanaan di rumah sakit, pedoman sistem informasi rumah sakit tersebut
belum dapat memberikan gambaran pencatatan secara lengkap terhadap semua kegiatan di
rumah sakit. Untuk kebutuhan pelaporan, penyampaian informasi yang cepat dan akurat tentang
kesehatan merupakan suatu kebutuhan yang penting untuk meningkatkan serta mendorong
kesadaran individu, keluarga serta masyarakat.

Dengan pemanfaatan teknologi informasi dapat memudahkan pelayanan petugas


administrasi, rekapitulasi pelayanan masyarakat dan memperoleh informasi secara cepat dan
akurat dari unit fungsional rumah sakit. Dimana Dinas Kesehatan bisa berinteraksi dengan pihak
rumah sakit, masyarakat bisa berkonsultasi dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu
dan terjangkau.(Vinka et al., 2021)

9. EVALUASI FAKTOR – FAKTOR KESUKSESAN IMPLEMENTASI SISTEM


INFORMASI MANAJEMEN RUMAH SAKIT DI RS PKU MUHAMMADIYAH
SRUWENG DENGAN MENGGUNAKAN METODE HOT-Fit

Teknologi sistem informasi telah mendorong dan mempengaruhi pelayanan kesehatan


yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi tuntutan masyarakat akan ketepatan dan kecepatan
pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit. Rumah sakit sebagai tempat pelayanan kesehatan
diharapkan mampu memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat. Perkembangan
Sistem Informasi Manajemen rumah sakit (SIMRS) yang berbasis komputer di Indonesia telah
dimulai pada akhir dekade 80’an. Salah satu yang pada waktu itu telah memanfaatkan komputer
untuk mendukung operasionalnya adalah Rumah Sakit Husada. Implementasi sistem informasi
manajemen rumah sakit pada saat itu kurang mendapatkan hasil yang cukup memuaskan semua
pihak. Ketidak berhasilan dalam pengembangan sistem informasi tersebut lebih disebabkan
dalam segi perencanan kurang baik, dimana identifikasi faktor-faktor penentu keberhasilan
(critical success factors) dalam implementasi sistem informasi manajemen rumah sakit tersebut
kurang lengkap dan menyeluruh. Perkembangan dan perubahan yang cepat dalam segala hal juga
terjadi di dunia pelayanan kesahatan.

Sistem informasi yang telah terkomputerisasi memiliki kelebihan dalam hal kecepatan
dan ketepatan untuk pengolahan data, agar dapat meminimalkan kesalahan yang terjadi. Sistem
informasi manajemen rumah sakit (SIMRS) adalah suatu sistem terkomputerisasi yang mampu
melakukan pengolahan data secara cepat, akurat, dan menghasilkan sekumpulan informasi yang
saling berinteraksi untuk diberikan kepada semua tingkatan manajemen di rumah sakit.

Hasil informasi dari data yang telah diolah yaitu berupa laporan, dapat digunakan oleh
pengguna dalam mengambil keputusan untuk peningkatan upaya pelayanan kesehatan. SIMRS
berfungsi untuk pengendalian mutu pelayanan, pengendalian mutu dan penilaian produktivitas,
penyederhanaan pelayanan, analisis manfaat dan perkiraan kebutuhan, penelitian klinis,
pendidikan, serta perencanaan dan evaluasi program (kapalwi, 2009).

Saat ini, beberapa rumah sakit sudah mulai menerapkan SIMRS. Hal ini dikarenakan
rumah sakit dituntut untuk selalu meningkatkan pelayanan kepada masyarakat berupa
peningkatan akreditasi (tipe) rumah sakit. Salah satu rumah sakit yang mulai menerapkan
SIMRS adalah Rumah Sakit Pusat Kesehatan Umum (PKU) Muhammadiyah Sruweng. Rumah
Sakit PKU Muhammadiyah Sruweng sebagai salah satu rumah sakit swasta daerah yang terletak
di Jalan raya Sruweng, saat ini berusaha untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada
masyarakat melalui penerapan SIMRS.(Kawuri & Komputer, n.d.)

10. Pengembangan Kapasitas Organisasi Melalui Penerapan Sistem Informasi Manajemen


Rumah Sakit (SIMRS) Untuk Meningkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan di RSUD dr.
Mohamad Soewandhie Surabaya

Dengan adanya teknologi informasi yang diterapkan dengan baik dapat mendukung proses
pengelolaan manajemen menjadi efektif dan efisien. Seiring dengan kemajuan teknologi,
pengenalan teknologi informasi pada sistem pelayanan kesehatan memberikan harapan-harapan
akan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dengan bantuan sistem informsi manajemen
rumah sakit (SIMRS). Adanya Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) akan
memberikan manfaat yang luar biasa bagi seluruh komponen di rumah sakit, baik pasien, dokter,
perawat, seluruh SDM lainnya, pihak manajemen, mitra RS sampai dengan pemangku
kepentingan.

Pemerintah Indonesia sebenarnya telah memberikan kebijakan untuk mewajibkan rumah sakit
untuk menyelenggarakan sistem informasi rumah sakit dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun
2009 Tentang Rumah Sakit pada pasal 52 ayat (1) bahwa setiap Rumah Sakit wajib melakukan
pencatatan dan pelaporan tentang semua kegiatan penyelenggaraan Rumah Sakit dalam bentuk
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit, yang kemudian ditetapkannya Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1171/MENKES/PER/VI/2011 Tentang Sistem Informasi
Rumah Sakit. Selanjutnya PERMENKES ini diturunkan dalam Juklak Teknik Sistem Informasi
Rumah Sakit (JUKNIS SIRS) 2011. Sedangkan pada tahun 2013 terdapat landasan hukum
tentang Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) yaitu Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 82 Tahun 2013. Di dalam juknis SIRS 2011 tertera apa saja yang dibutuhkan oleh rumah
sakit dalam SIRS dan wajib dilaporkan kepada negara untuk dapat menjadi laporan acuan.
Pelaporan tersebut diintegrasikan dengan dashboard Kemenkes yang bertujuan untuk menjamin
ketersediaan, kualitas dan akses data kesehatan prioritas dan muatan data lainnya serta
mengoptimalkan aliran data kesehatan dari kabupaten/kota dan/atau provinsi ke Kementerian
atau sebaliknya. Dalam proses pelaporan tersebut diperlukannya keterupdatean masing-masing
rumah sakit guna mengetahui perkembangan kesehatan tiap rumah sakit.

Namun demikian, perbedaan-perbedaan yang menjadi karakteristik setiap rumah sakit membuat
kebutuhan teknis akan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) menjadi berbeda pula di setiap
rumah sakit, sehingga pengadaan dan pengembangan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit
(SIMRS) sepenuhnya menjadi kebijakan intern rumah sakit. Ini juga diperkuat oleh pernyataan
Sekretaris Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan, Dr. dr. Agus Hadian Rahim, Sp.OT,
M.Epid, MH.Kes dalam pertemuan Workshop Implementasi SIMRS GOS pada tanggal 8
September 2017 di Surabaya menginstruksikan agar pada tahun 2018 ini seluruh rumah sakit di
Indonesia telah memiliki Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) yang terintegrasi
dengan dashboard Kemenkes.2 Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah menjembatani adanya
pencatatan dan pelaporan kesehatan yang terintegrasi agar bisa dipantau oleh Kementerian
Kesehatan.

Selain itu Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) menjadi salah satu inovasi
pelayanan publik pada tahun 2014 yaitu RSUD Kota Dumai. Dari 515 kompetitor Sistem
Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) yang terkomputerisasi, RSUD Kota Dumai.
berhasil masuk ke dalam top 99 karya inovasi terbaik dan dinilai telah melakukan terobosan atau
penyederhanaan di bidang aturan, pendekatan, prosedur, metode, maupun struktur organisasi
pelayanan yang manfaatnya mempunyai nilai tambah di segi kualitas pelayanan.3 Ini
membuktikan bahwa salah satu keunggulan menerapkan SIMRS adalah menyederhanakann
rangkaian aktivitas di rumah sakit yang tersusun secara rapi dan sistematis melalui sistem
komputerisasi sehingga berdampak pada pelayanan yang lebih efisien, cepat, mudah dan
transparan. Berdasarkan data Kemenkes melalui Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS),
pedoman bagi rumah sakit untuk melakukan pencatatan dan pelaporan rutin, sampai dengan
akhir November 2016 diperoleh bahwa 1257 dari 2588 (atau sekitar 48%) rumah sakit di
Indonesia telah memiliki Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) yang fungsional.
Terdapat 128 rumah sakit (5%) yang melaporkan sudah memiliki

Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) namun tidak berjalan secara fungsional,
425 rumah sakit (16%) yang belum memiliki Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit
(SIMRS), dan 745 rumah sakit (28%) yang tidak melaporkan sudah memiliki Sistem Informasi
Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) atau belum. Berdasarkan data olahan SIRS 2016 bahwa
jumlah Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) fungsional banyak ditemukan di RS
tipe C (597 RS) disusul oleh RS tipe B (267).

Semakin banyak rumah sakit yang telah menerapkan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit
(SIMRS) tentunya semakin mudah pemerintah Indonesia mendapatkan perkembangan informasi
kesehatan di tiap rumah sakit serta di daerah-daerah. Dengan begitu, diharapkan penerapan
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit bisa menghasilkan outputdata kesehatan mudah
dibaca, dapat diakses dan terintegrasi satu sama lain tanpa terpecah-pecah. RSUD dr. Mohamad
Soewandhie Surabaya dipilih menjadi lokasi penelitian karena data kunjungan pasien rawat jalan
paling banyak dibandingkan rumah sakit tipe B yang lain yaitu pada tahun 2014 sebesar 189.880,
tahun 2015 sebesar 203.777 dan mengalami peningkatan kunjungan pasien sebesar 7.31%. Selain
itu, RSUD dr. Mohamad Soewandhie Surabaya merupakan rumah sakit milik pemerintah kota
Surabaya tipe B dan sudah menerapkan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit serta satu-
satunya rumah sakit yang mendapatkan predikat kepatuhan terhadap UU Pelayanan Publik
bersama 13 Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) lainnya yang diberikan oleh lembaga
Ombudsman RI tahun 2014. Keunggulan lainnya yaitu RSUD dr. Mohamad Soewandhie
Surabaya merupakan salah satu rumah sakit milik pemerintah Kota Surabaya yang menggunakan
pendaftaran online melalui aplikasi android/websitee-health sebagai nomor antrean loket dan
klinik berobat.

Saat ini, Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) di RSUD dr. Mohamad
Soewandhie Surabaya telah memiliki 18 Modul yaitu modul rawat jalan, modul rawat inap,
modul IGD, modul admisi, modul kasir/billing, modul penunjang medis, modul rekam medis,
modul bank darah, modul instalasi gizi, e-resep, pendaftaran dan rujukan online, penjadwalan
operasi, penjualan farmasi, survey kepuasan pasien, bridging BPJS, modul keuangan, modul
inventory (gudang ATK), modul pengadaan obat dan alat. Dengan adanya penerapan Sistem
Informasi Manajemen Rumah Sakit di RSUD dr. Mohamad Soewandhie Surabaya sejak tahun
2013 terdapat perubahan pendapatan di tiap tahunnya. Signifikansinya terjadi sejak tahun 2015
dimana sejak tahun tersbut diberlakukan keseluruhan aktivitas rumah sakit secara online
terutama pada pendaftarannya(Odelia et al., 2018)

DAFTAR PUSTAKA

(Murti, 2010)

(Steva Tairas, G. D . Kandou, 2015)

(Ririn Arifah, 2014)

(Taroreh & Kalalo, 2018)

(Malianindra, 2018)
(Kurnia & Irawati, 2014)

(Widyastuti et al., 2020)

(Sudarmadji & Pratama, 2020)

(Malianindra, 2018)

(Yunita Wulan Dewi & Sri Darma, 2019)

(Vinka et al., 2021)

(Kawuri & Komputer, n.d.)

(Odelia et al., 2018)

Anda mungkin juga menyukai