Anda di halaman 1dari 33

 

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1 Simulasi 

II.1.1 Pengertian Simulasi


Simulasi berasal dari kata Simulate yang artinya meniru atau berpura- berpura.

Simulasi merupakan bentuk abstraksi dari kehidupan nyata yang dituangkan dalam

sebuah bentuk model. Dalam hal ini biasanya dilakukan proses penyederhanaan

sehingga pemecahan dalam suatu bentuk model matematika dapat dilakukan. Sering

kali terdapat unsur ketidakpastian dalam suatu model simulasi. Simulasi adalah

  proses perancangan model dari suatu sistem yang sebenarnya, dimana dilakukan

 percobaan terhadap model tersebut dan dievaluasi hasil percobaan tersebut.

Dalam proses mensimulasikan sebuah sistem, maka terlebih dahulu dilakukan

  perancangan tiruan dari sistem tersebut, dimana sistem tiruan inilah yang dioperasi

seperti halnya yang terjadi pada sistem yang sebenarnya. Pengoperasian terhadap

model simulasi ini akan menghasilkan pasangan masukan (input) dan keluaran

(output). Pasangan hasil inilah yang di analisis untuk mencari solusi dari

 permasalahan.

II.1.2 Keuntungan dan Kerugian Simulasi

Simulasi model biasanya dijalankan atau dicoba-coba untuk memperoleh

informasi-informasi yang diinginkan. Berdasarkan hasil tersebut penulis dapat


 

mempelajari kelakuan sistem. Maka simulasi bukanlah suatu teori tetapi melainkan

suatu metodologi untuk memecahkan masalah.

Keuntungan simulasi adalah sebagai berikut:

1.  Tidak mengganggu jalannya operasi perusahaan.

2.  Tidak menyebabkan perubahan tingkah laku pada manusia/benda

yang diamati.

3.  Dapat membuat kondisi percobaan yang berulang-ulang.

4.  Untuk memperoleh sample yang sama tidak dibutuhkan waktu banyak 

dan biaya yang besar.

5.  Dapat diperoleh banyak alternative.

Kerugian simulasi adalah sebagai berikut:

1.  Untuk pengembangan suatu model simulasi yang baik seringkali

membutuhkan banyak waktu, biaya yang besar dan bakat yang tidak 

 begitu saja tersedia.

2.  Tampaknya simulasi mencerminkan ³keadaan nyata´ tetapi

sebenarnya tidak.

3.  Simulasi seringkali memberikan hasil yang tidak teliti, ketidaktelitian

ini sulit untuk diukur.

II.2 Model Sistem Lift

Model adalah representasi dari suatu objek, benda atau ide-ide dalam bentuk 

lain dengan entitasnya. Model dapat berupa tiruan dari suatu benda, sistem atau

  peristiwa sesungguhnya, hanya mengandung informasi-informasi yang dianggap

  penting untuk diolah. Model berisi tentang suatu sistem yang dibuat dengan tujuan

untuk mempelajari sistem yang sebenarnya, sedangkan Lift adalah suatu alat yang
 

digunakan sebagai sarana transportasi pada gedung bertingkat yang menghubungkan

ruang antar lantai dalam gedung bersangkutan.

Sasaran utama dari perkembangan sistem lift adalah menyediakan pelayanan

dan kemudahan pada manusia untuk naik dan turun. Lift harus mempunyai sistem

 pengendalian yang baik dan kehalusan pergerakan.

Sistem lift terdiri atas dua bagian yaitu bagian yang bergerak dan bagian yang

tidak bergerak.

II.2.1 Bagian yang bergerak 

1.  Kereta luncur 

Berupa ruangan untuk mengangkat penumpang, pada kereta luncur ini

ditempatkan:

a.  Tombol-tombol pelayanan buka/tutup, permintaan tujuan, dan emergency.

 b.  Led penunjuk posisi cabinet

c.  Sensor berat pada lantai cabinet

d. Pintu geser dengan konstruksi khusus sehingga dapat beroperasi

 bersamaan dengan pintu pada masing-masing lantai.

2.  Bobot Imbang (Counter Weight)

Digunakan sebagai penyeimbang dari berat kereta luncur. Pemakai bobot

imbang ini akan mengurangi daya motor penggerak selama kereta luncur 

dioperasikan.
 

3.  R ol dan Tali (Rope)

Digunakan untuk menarik kereta luncur agar saat poros motor berputar tidak 

terjadi slip serta katrol dan dudukannya harus kuat agar tidak terlepas pada

saat cabinet bergerak.

II.2.2 Bagian yang tidak Bergerak 

1.  R uang Luncur 

Merupakan ruangan dari gedung yang dilayani. R uang luncur ini merupakan

tempat beroperasinya cabinet. Pada ruang luncur ini terdapat rel untuk kereta

luncur dan rel untuk bobot imbang. Tujuan pemasangan rel ini agar pada saat

cabinet dan counter weight sedang bergerak tidak berguncang. Pada setiap

lantai pada ruang luncur dipasang sensor yang berfungsi untuk menghentikan

cabinet.

2.  Lantai pada Gedung

Lantai pada gedung bertingkat yang dilayani oleh lift merupakan satu garis

lurus horizontal. Untuk pelayanan panggilan cabinet pada setiap lantai ini

disediakan tombol-tombol panggilan cabinet untuk tujuan naik/turun.

3.  Panel

Panel digunakan sebagai penghubung dari instalasi pengawatan yang terdapat

 pada lift. Panel juga berisikan rangkaian pengendali.

4.  Motor penggerak Kereta Luncur 

Motor penggerak cabinet ini ditempatkan pada ruangan khusus di atas lantai

atau di bawah lantai dasar.


 

Untuk mengetahui lebih jelas dari keterangan di atas dapat dilihat pada Gambar II.1

Mesin Kontrol Mt
oooooo
Kereta Luncur (Cabinet)
o
oooooo
oo

oooooo
o
o
oooooo
o
o
oooooo
R el untuk Cabinet o
o
oooooo
o
o
oooooo
o
o
Tombol Permintaan

oooooo
o
o
oooooo
o
o
oooooo
o
o
Lampu Indikator  oooooo R el Bobot Imbang
o
o
oooooo
o
o
oooooo
o
o
oooooo
o
o
oooooo Bobot Imbang (Counter Weight)

oooooooo Tombol Tujuan


ooooooo
 
Gambar II.1 Model Arsitektur Lift
 

II.3 Konsep Dasar Antrian

Antrian adalah suatu garis tunggu dari satuan yang memerlukan layanan dari

satu atau lebih fasilitas layanan. Formasi baris-baris penungguan ini merupakan suatu

fenomena yang biasa terjadi apabila kebutuhan akan suatu layanan melebihi kapasitas

yang tersedia untuk melebihi menyelenggarakan pelayanan tersebut. Keputusan-

keputusan yang berkenaan dengan jumlah kapasitas ini harus dapat ditentukan,

walaupun sebenarnya tidak mungkin dapat dibuat suatu prediksi yang tepat mengenai

kapan unit-unit yang memerlukan pelayanan itu akan datang atau berapa lama waktu

yang dibutuhkan untuk menyelanggarakan pelayanan itu.

Pengguna tiba untuk memperoleh pelayanan pada fasilitas pelayanan. Bila

 pengguna yang tiba dapat masuk kedalam fasilitas pelayanan, maka akan segera akan

dila yani. Tetapi bila harus menunggu akan membentuk suatu antrian hingga tiba

waktunya untuk dilayani.

Setiap lift akan memberi pelayanan kepada pengguna maka pengguna pertama

yang datang akan memperoleh layanan sesuai dengan tombol permintaan dan aktifitas

lift, kemungkinan yang sama untuk setiap lift untuk dipilih oleh pengguna.

Dapat dikatakan bahwa antrian sudah menjadi bagian dari kehidupan setiap

orang dan antrian merupakan suatu cara untuk memberikan pelayanan yang adil dan

memaksimumkan pemakaian suatu sumber daya. Model antrian sistem lift dapat

dilihat pada Gambar II.2


 

Sumber  Sistem Keluar 


Masukan Antrian

Pengguna Antrian Lift Pengguna yang


telah dila yani

Gambar II.2 Sistem Antrian Lift

II.3.1 Disiplin Antrian

Disiplin antrian berkaitan dengan cara memilih anggota antrian yang akan

dila yani. Sebagai contoh, disiplin antrian ini dapat berupa FCFS (F rist  Come  F irst 

Served) adalah antrian pertama datang pertama dilayani, random adalah antrian secara

acak, SSTF ( Shortest Seek Time  F irst) adalah pencarian antrian terpendek, dan C-

Scan adalah antrian berdasarkan arah pelayanan atau dapat pula berdasarkan prioritas

tertentu.

Disiplin antrian yang umum digunakan adalah FCFS, dimana pada disiplin

antrian ini unit yang datang terlebih dahulu akan mendapatkan pelayanan lebih

dahulu. Akan tetapi untuk kasus-kasus tertentu FCFS bukanlah pilihan yang terbaik.

II.3.2 Mekanisme Pelayanan

Ada 3 aspek yang harus diperhatikan dalam mekanisme pelayanan yaitu:

1.  Tersedianya pelayanan

Mekanisme pelayanan tidak terlalu tersedia setiap saat. Misalnya dalam

  pertunjukan bioskop, loket karcis masuk hanya dibuka pada waktu tertentu

antara satu pertunjukkan dengan pertunjukkan berikutnya, sehingga pada saat

loket ditutup, mekanisme pelayanan terhenti.


 

2.  Kapasitas pelayanan

Kapasitas pelayanan diukur berdasarkan jumlah langganan (satuan) yang

dapat dilayani bersama-sama. Kapasitas pelayanan tidak selalu sama untuk 

setiap saat, ada yang tetap, tetapi ada yang berubah-ubah. Karena itu fasilitas

 pelayanan dapat memiliki satu atau lebih saluran. Fasilitas yang mempunyai

satu saluran tersebut saluran tunggal atau sistem pelayanan ganda jika lebih

dari satu saluran.

3.  Lama berlangsungnya pelayanan

Lamanya pelayanan adalah waktu yang dibutuhkan untuk melayani

langganan. Hal ini harus dinyatakan secara pasti. Oleh karena itu, waktu

 pelayanan boleh tetap dari waktu ke waktu untuk semua langganan atau

 berupa variabel acak.

II.4 Penjadwalan

Penjadwalan merupakan proses mengalokasikan sumber-sumber atau mesin-

mesin yang ada, untuk menjalankan sekumpulan tugas dalam jangka waktu tertentu.

Pada umumnya penjadwalan meliputi penugasan mesin-mesin untuk 

spesifikasi pekerjaan atau langkah-langkah operasi. Penungasan dari mesin-mesin

tidak memastikan bahwa pekerjaan akan terlaksana sesuai dengan jadwal yang telah

ditentukan. Oleh karena itu diperlukan pengembangan jadwal untuk 

menyempurnakan pekerjaan-pekerjaan atau disiplin untuk menentukan urutan di

dalamnya.
 

II.4.1 Faktor-Faktor Penjadwalan

Banyak faktor  yang digunakan untuk menjadwalkan pekerjaan yang akan

diproses, dimana setiap penjadwalan memiliki cara yang berbeda dalam memilih

urutan yang harus diproses.

Berberapa faktor yang harus diperhatikan dalam penjadwalan adalah:

1.  Waktu proses

Adalah waktu yang dibutuhkan untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan,

dimana waktu proses ini sudah mencakup waktu yang dibutuhkan untuk 

 pengaturan dan persiapan yang mungkin dibutuhkan.

2.  Jatuh tempo

Adalah batas waktu terakhir penyelesaian suatu pekerjaan. Bila suatu

  pekerjaan di selesaikan melewati jatuh temponya, maka pekerjaan tersebut

terlambat.

3.  Waktu penyelesaian

Adalah jangka waktu dari permulaan hingga berakhirnya pekerjaan.

4.  Waktu tunggu

Adalah waktu yang dibutuhkan suatu pekerjaan mulai dari mengatur mesin

hingga pekerjaan diproses.

5.  Waktu alur 

Adalah jangka waktu dari saat suatu pekerjaan dapat dikerjakan hingga saat

selesain ya pekerjaan tersebut. Dengan kata lain. Waktu alur suatu pekerjaan

sama dengan waktu proses ditambah dengan waktu tunggu pekerjaan tersebut

sebelum diproses.
 

6.  Keterlambatan

Adalah selisih antara waktu penyelesaian suatu pekerjaan dengan jatuh

temponya. Keterlambatan bernilai positif apabila pekerjaan diselesaikan

sesudah jatuh temponya dan bernilai negatif bila pekerjaan diselesaikan

sebelum jatuh temponya.

7.  Waktu pelaksanaan

Adalah jangka waktu penyelesaian suatu penjadwalan yang merupakan

 jumlah seluruh waktu proses. 

II.5 Visual Basic 6.0

Visual Basic merupakan bahasa pemrograman yang berorientasi objek (Objek 

Oriented Programming/OOP). Objek Oriented Programming adalah pemrograman

yang terdiri dari beberapa objek  yang berkomunikasi atau berhubungan dan

melakukan suatu aksi dalam suatu kejadian (event), sehingga istilah objek banyak 

digunakan dalam pemrograman visual basic ini. Objek-objek digambarkan pada layar 

dan melakukan properti terhadap objek  yang digambarkan lalu menuliskan metoda-

metoda terhadap objek tersebut sesuai dengan tujuan program.

II.5.1 Perancangan Program dengan Visual Basic

Pada pemrograman visual basic, perancangan program dimulai dengan

  perencanaan dan pendefinisian tujuan program, lalu merancang keluaran dan media

hubungan dengan pemakai, dan langkah terakhir adalah penulisan kode program

tersebut.
 

Visual basic menyediakan IDE ( I ntegrated Devel opment Envir onment )

sebagai lingkungan tempat kerja untuk menghasilkan program aplikasi pada visual

  basic. Komponen-komponen IDE terdiri dari: control menu, baris menu, toolbar,

toolbox, form window, form layout window, properties window, project explorer,

kode window, object window dan event window. Komponen-komponen tersebut

dapat dilihat pada Gambar II.3 berikut :

Window Project
Form Explorer
Toolbox
Window
Properties
Gambar II.3 Tampilan IDE (Integrated Development Environment)

Keterangan Gambar II.3 :

a.  Window utama terdiri dari kontrol menu, baris menu, dan toolbar. Dari window

ini semua kegiatan pembuatan program dilakukan, dan baris menu yang terdapat

  pada window ini digunakan selama perancangan program. Dibawah baris menu

terdapat toolbar sebagai shortcut (untuk mempercepat) dalam pengaksesan

 beberapa menu yang sering digunakan.


 

  b. Toolbox

Tempat kontrol-kontrol yang akan digunakan pada program yang akan dirancang.

Kontrol-kontrol ini sangat berguna saat mengatur tampilan program.

c. Form

Form merupakan window yang menjadi tampilan program dan tempat pengguna

 program untuk berinteraksi dengan program.

d.  Window Properties

Window ini digunakan untuk mengatur sifat (properties) dari form atau kontrol-

kontrol. Isi dari window properties ini dapat berubah-ubah sesuai dengan form

atau kontrol yang dipilih. Properties yang dipilih untuk suatu objek akan

menentukan perilaku dari objek tersebut pada saat program dijalankan.

e.  Project Explorer 

Project Explorer berfungsi sebagai sarana pengakses bagian-bagian pembentuk 

 project.

f.  Window Form Layout

Digunakan untuk mengatur tata letak form pada layar monitor 


 

BAB III

ANALISIS DAN PERANCANGAN

III.1 Analisis Masalah

Antrian merupakan suatu kegiatan yang sering kita lihat sehari-hari bahkan

kita sering mengalaminya secara langsung .Antrian selalu diidentikkan dengan proses

menunggu, oleh karena itu ada yang harus diperhatikan di dalam antrian yaitu waktu

tunggu .

Manusia merupakan makhluk hidup yang memiliki tingkat emosi, semakin

lama seseorang menunggu akan membuat kesabaran semakin hilang. Untuk 

mengatasinya beberapa metode yang dapat digunakan dalam pelayanan antrian,

antara lain FCFS ( F irst Come  F irst Served), SSTF (Shortest Seek Time  F irst), dan C-

Scan.

Akan dianalisa tiga buah lift yang memiliki 10 tingkat. Masing-masing lift

memiliki barisan antrian dengan urutan permintaan pelayanan secara acak, kemudian

ketiga antrian akan diterapkan pada ketiga metode tersebut, untuk mencari metode

yang terbaik. Untuk itu diperoleh beberapa percobaan.

Percobaan I:  

Dengan algoritma FCFS:

Untuk Algoritma FCFS, aktivitas lift sesuai dengan permintaan pengguna lift

yang pertama menekan tombol. Dimana N merupakan satuan jumlah tingkat yang

telah dilayani, pada saat N = 0 (lift masih belum bergerak sama sekali). Terjadi

  permintaan penggunaan lift ke lantai 6, 2 dan 5 pada saat posisi lift di lantai 1, lift
 

 bergerak naik ke lantai 6, maka jumlah langkah dari lantai 1 sampai lantai 6 adalah 5.

Posisi lift di lantai 6 terdapat antrian masuk permintaan ke lantai 3 dan 9, posisi lift

masih di lantai 6, maka akumulasi jumlah langkah adalah 5. Dari lantai 6 lift turun ke

lantai 2, maka jumlah langkah dari lantai 6 sampai lantai 2 adalah 4. Di lantai 2 tidak 

terdapat permintaan antrian masuk. Posisi lift di lantai 2, maka akumulasi jumlah

langkah adalah jumlah langkah yang telah dilayani ditambahkan dengan jumlah 

langkah yang baru dilayani yaitu 5+4 = 9. Demikian seterusnya, dapat di lihat dalam

Tabel III.1 sehingga dapat diketahui kecepatan waktu ( running time). 

Tabel III.1 Eksekusi Algoritma FCFS

N Antrian Aksi Jumlah Antrian Posisi Akumulasi


langkah masuk  lift   Jumlah
langkah
0 1 Diam 0 625 1 0
1 625 Lift naik ke lantai 6 5 39 6 5
2 2539 Lift turun ke lantai 2 4 2 9
3 539 Lift naik ke lantai 5 3 78 5 12
4 3978 Lift turun ke lantai 3 2 4 10 3 14
5 9 7 8 4 10 Lift naik ke lantai 9 6 9 20
6 7 8 4 10 Lift turun ke lantai 7 2 7 22
7 8 4 10 Lift naik ke lantai 8 1 1 8 23
8 4 10 1 Lift turun ke lantai 4 4 4 27
9 10 147 Lift naik ke lantai 10 6 10 33
10 1 Lift turun ke lantai 1 9 1 42

Waktu tunggu (waiting time) untuk tiap-tiap anggota antrian adalah sebagai berikut :

Aktivitas lift anggota antrian untuk permintaan pengunaan lift ke lantai 1

terjadi permintaan pada saat posisi lift di lantai 8 dan dapat dilayani setelah di urutan

10 dengan jumlah langkah 4, 6 dan 9, maka waktu tunggunya 4+6+9 = 19. Demikian

dan seterusnya, sehingga dapat diketahui waktu tunggu rata-rata adalah total waktu

tunggu dibagi banyaknya anggota antrian, dapat dilihat pada Tabel III.2.
 

Tabel III.2 Waktu Tunggu Tiap Anggota Antrian algoritma FCFS

Anggota Antrian Waktu Tunggu


1 4+6+9 = 19
2 5+4 = 9
3 4+3+2 = 9
4 6+2+1+4 = 13
5 5+4+3 = 12
6 5
7 2+6+2 = 10
8 2+6+2 +1 = 11
9 4+3+2+6 = 15
10 6+2+1+4+6 = 19
Total Waktu Tunggu 122

Dari Tabel III.2 diperoleh waktu tunggu rata- rata adalah 122/10 = 12,20

Dengan algoritma SSTF :

Untuk Algoritma SSTF, aktivitas lift sesuai dengan permintaan pengguna lift

yang terdekat dengan mesin akan di layani terlebih dahulu. Terjadi permintaan

 penggunaan lift ke lantai 6, 2 dan 5 pada saat posisi lift di lantai 1, lift bergerak naik 

ke lantai 2, maka jumlah langkah dari lantai 1 sampai lantai 2 adalah 1. Di lantai 2

tidak terdapat antrian masuk dan posisi lift masih di lantai 2, maka akumulasi jumlah

langkah 1. Dari lantai 2 lift naik ke lantai 5, maka jumlah langkah dari lantai 2 sampai

lantai 5 adalah 3. Di lantai 5 terdapat antrian masuk permintaan ke lantai 7 dan 8.

Posisi lift di lantai 5, maka akumulasi jumlah langkah adalah jumlah langkah yang

telah dilayani ditambahkan dengan jumlah langkah yang baru dilayani yaitu 1+3 = 4.

Demikian seterusnya, dapat di lihat dalam Tabel III.3 hingga dapat diketahui

kecepatan waktu ( running time). 


 

Tabel III.3 Eksekusi Algoritma SSTF

N Antrian Jumlah Antrian Posisi Akumulasi


Aksi langkah masuk  lift   Jumlah langkah
0 1 Diam 0 625 1 0
1 265 Lift naik ke lantai 2 1 2 1
2 56 Lift naik ke lantai 5 3 78 5 4
3 678 Lift naik ke lantai 6 1 39 6 5
4 7893 Lift naik ke lantai 7 1 7 6
5 893 Lift naik ke lantai 8 1 1 8 7
6 931 Lift naik ke lantai 9 1 9 8
7 31 Lift turun ke lantai 3 6 4 10 3 14
8 4 1 10 Lift naik ke lantai 4 1 4 15
9 1 10 Lift turun ke lantai 1 3 1 18
10 10 Lift naik ke lantai 10 9 10 27

Waktu tunggu (waiting time) untuk tiap-tiap anggota antrian adalah sebagai berikut :

Aktivitas lift anggota antrian untuk permintaan pengunaan lift ke lantai 1

terjadi pada lantai 8 tetapi dapat dilayani setelah di urutan 9, dengan jumlah langkah

1, 6, 1 dan 3, maka waktu tunggunya 1+6+1+3 = 11. Demikian dan seterusnya,

hingga dapat diketahui waktu tunggu rata-rata adalah total waktu tunggu dibagi

 banyaknya jumlah anggota antrian, dapat dilihat pada Tabel III.4.

Tabel III.4 Waktu Tunggu Tiap Anggota Antrian Algoritma SSTF

Anggota Antrian Waktu Tunggu


1 1+6+1+3 = 11
2 1
3 1+1+1+6 = 9
4 1
5 1+3 = 4
6 1+3+1 = 5
7 1+1 = 2
8 1+1+1 = 3
9 1+1+1 = 3
10 1+3+9 = 13
Total Waktu Tunggu 52

Dari Tabel III.4 diperoleh waktu rata- rata adalah 52/10 = 5,20
 

Dengan algoritma C-Scan :

Untuk Algoritma C-Scan, aktivitas lift sesuai dengan permintaan pengguna

lift yang terdekat dengan mesin dan arah yang sejalan permintaan sebelumnya.

Terjadi permintaan penggunaan lift ke lantai 6, 2 dan 5 pada saat posisi lift di lantai 1,

lift bergerak naik ke lantai 2, maka jumlah langkah dari lantai 1 sampai lantai 2

adalah 1. Di lantai 2 tidak terdapat antrian masuk dan posisi lift masi di lantai 2, maka

akumulasi jumlah langkah 1. Dari lantai 2 lift naik ke lantai 5, maka jumlah langkah

dari lantai 2 sampai lantai 5 adalah 3. Di lantai 5 terdapat antrian masuk untuk ke

lantai 7 dan 8. Posisi lift di lantai 5, maka akumulasi jumlah langkah adalah jumlah

langkah yang telah dilayani ditambahkan dengan jumlah langkah yang baru dilayani

yaitu 1+3 = 4. Demikian seterusnya, dapat di lihat dalam Tabel III.5 hingga dapat

diketahui kecepatan waktu ( running time). 

Tabel III.5 Eksekusi Algoritma C-Scan

N Antrian Aksi Jumlah Antrian Posisi Akumulasi


langkah masuk  lift   Jumlah langkah
0 1 Diam 0 625 1 0
1 256 Lift naik ke lantai 2 1 2 1
2 56 Lift naik ke lantai 5 3 78 5 4
3 678 Lift naik ke lantai 6 1 39 6 5
4 7893 Lift naik ke lantai 7 1 7 6
5 893 Lift naik ke lantai 8 1 1 8 7
6 931 Lift naik ke lantai 9 1 9 8
7 31 Lift turun ke lantai 3 6 4 10 3 14
8 1 4 10 Lift turun ke lantai 1 2 1 16
9 4 10 Lift naik ke lantai 4 3 4 19
10 10 Lift naik ke lantai 10 9 10 25

Waktu tunggu (waiting time) untuk tiap-tiap anggota antrian adalah sebagai berikut :

Aktivitas lift anggota antrian untuk permintaan penggunaan lift ke lantai 1

terjadi pada lantai 8 tetapi dapat dilayani setelah di urutan 8, dengan jumlah langkah
 

1, 6, dan 2, maka waktu tunggunya 1+6+2 = 9. Demikian dan seterusnya, hingga

dapat diketahui waktu tunggu rata-rata adalah total waktu tunggu dibagi banyaknya

 jumlah anggota antrian, dapat dilihat pada Tabel III.6.

Tabel III.6 Waktu Tunggu Tiap Anggota Antrian Algoritma C-Scan

Anggota Antrian Waktu Tunggu


1 1+6+2 = 9
2 1
3 1+1+1+6 = 9
4 2+3 = 5
5 1+3 = 4
6 1+3+1 = 5
7 1+1 = 2
8 1+1+1 = 3
9 1+1+1 = 3
10 2+3+6 = 11
Total Waktu Tunggu 52

Dari Tabel III.6 diperoleh waktu tunggu rata adalah 52/10 = 5,20

Percobaan II : 

Dengan algoritma FCFS :

Untuk Algoritma FCFS, aktivitas lift sesuai dengan permintaan pengguna lift

yang pertama menekan tombol. Dimana N merupakan jumlah tingkat yang telah

dila yani, pada saat N = 0 (lift masih belum bergerak sama sekali). Terjadi permintaan

 penggunaan lift ke lantai 4 dan 7 pada saat posisi lift di lantai 1, lift bergerak naik ke

lantai 4, maka jumlah langkah dari lantai 1 sampai lantai 4 adalah 3. Posisi lift di

lantai 4 terdapat antrian masuk untuk minta dilayani di lantai 1 dan 8, posisi lift masih

di lantai 4, maka akumulasi jumlah langkah adalah 3. Dari lantai 4 lift naik ke lantai

7, maka jumlah langkah dari lantai 4 sampai lantai 7 adalah 3. Di lantai 7 terdapat

  permintaan antrian masuk untuk lantai 5. Posisi lift di lantai 7, maka akumulasi
 

  jumlah langkah adalah jumlah langkah yang telah dilayani ditambahkan dengan

 jumlah langkah yang baru dilayani yaitu 3+3 = 6. Demikian seterusnya, dapat di lihat

dalam Tabel III.7 hingga dapat diketahui kecepatan waktu ( running time).

Tabel III.7 Eksekusi Algoritma FCFS

N Antrian Aksi Jumlah Antrian Posisi Akumulasi


langkah masuk  lift   Jumlah
langkah
0 1 Diam 0 47 1 0
1 47 Lift naik ke lantai 4 3 18 4 3
2 718 Lift naik ke lantai 7 3 5 7 6
3 185 Lift turun ke lantai 1 6 10 3 6 1 12
4 8 5 10 3 6 Lift naik ke lantai 8 7 8 19
5 5 10 3 6 Lift turun ke lantai 5 3 5 22
6 10 3 6 Lift naik ke lantai 10 5 29 10 27
7 3629 Lift turun ke lantai 3 7 3 34
8 629 Lift naik ke lantai 6 3 6 37
9 29 Lift turun ke lantai 2 4 2 41
10 9 Lift naik ke lantai 9 7 9 48

Waktu tunggu (waiting time) untuk tiap-tiap anggota antrian adalah sebagai berikut :

Aktivitas lift anggota antrian untuk permintaan penggunaan lift ke lantai 1

terjadi pada lantai 4 tetapi dapat dilayani setelah di urutan 3, dengan jumlah langkah 3

dan 6, maka waktu tunggunya 3+6 = 9. Demikian dan seterusnya, hingga dapat

diketahui waktu tunggu rata-rata adalah total waktu tunggu dibagi banyaknya jumlah

anggota antrian, dapat dilihat pada Tabel III.8.


 

Tabel III.8 Waktu Tunggu Tiap Anggota Antrian Algoritma FCFS

Anggota Antrian Waktu Tunggu


1 3+6 = 9
2 7+3+4 = 14
3 7+3+5+7 = 22
4 4
5 6+7+3 = 16
6 7+3+5+7+3 = 25
7 3+3 = 6
8 3+6+7 = 16
9 7+3+4+7 = 21
10 7+3+5 = 15
Total Waktu Tunggu 147

Dari Tabel III.8 diperoleh waktu tunggu rata adalah 147/10 = 14,70

Dengan algoritma SSTF :

Untuk Algoritma SSTF, aktivitas lift sesuai dengan permintaan pengguan lift

yang terdekat dengan mesin akan di layani terlebih dahulu. Terjadi permintaan

 penggunaan lift ke lantai 4, dan 7 pada saat posisi lift di lantai 1, lift bergerak naik ke

lantai 4, maka jumlah langkah dari lantai 1 sampai lantai 4 adalah 3. Di lantai 4

terdapat antrian masuk untuk minta dilayani di lantai 1 dan 8 dan posisi lift masi di

lantai 4, maka akumulasi jumlah langkah 3. Dari lantai 4 lift naik ke lantai 7, maka

  jumlah langkah dari lantai 4 sampai lantai 7 adalah 3. Di lantai 7 terdapat antrian

masuk permintaan ke lantai 5. Posisi lift di lantai 7, maka akumulasi jumlah langkah

adalah jumlah langkah yang telah dilayani ditambahkan dengan jumlah langkah yang

  baru dilayani yaitu 3+3 = 6. Demikian seterusnya, dapat di lihat dalam Tabel III.9

hingga dapat diketahui kecepatan waktu ( running time).


 

Tabel III.9 Eksekusi Algoritma SSTF

N Antrian Aksi Jumlah Antrian Posisi Akumulasi


langkah masuk  lift   Jumlah langkah
0 1 Diam 0 47 1 0
1 47 Lift naik ke lantai 4 3 18 4 3
2 718 Lift naik ke lantai 7 3 5 7 6
3 851 Lift naik ke lantai 8 1 8 7
4 51 Lift turun ke lantai 5 3 5 10
5 1 Lift turun ke lantai 1 4 10 3 6 1 14
6 3 6 10 Lift naik ke lantai 3 2 3 16
7 6 10 Lift turun ke lantai 6 3 6 19
8 10 Lift naik ke lantai 10 4 29 10 23
9 92 Lift turun ke lantai 9 1 9 24
10 2 Lift turun ke lantai 2 7 2 31

Waktu tunggu (waiting time) untuk tiap-tiap anggota antrian adalah sebagai berikut :

Aktivitas lift anggota antrian untuk permintaan penggunaan lift untuk ke

lantai 1 terjadi permintaan pada saat posisi lift di lantai 4 dan dapat dilayani setelah di

urutan 5, dengan jumlah langkah 3, 1, 3, dan 4, maka waktu tunggunya 3+1+3+4 =

11. Demikian dan seterusnya, hingga dapat diketahui waktu tunggu rata-rata adalah

total waktu tunggu dibagi banyaknya jumlah anggota antrian, dapat dilihat pada Tabel

III.10.

Tabel III.10 Waktu Tunggu Tiap Anggota Antrian Algoritma SSTF  

Anggota Antrian Waktu Tunggu


1 3+1+3+4 = 11
2 1+7 = 8
3 2
4 3
5 1+3 = 4
6 2+3 = 5
7 3+3 = 6
8 3+1 = 4
9 1
10 2+3+4 = 9
Total Waktu 53
Tunggu
 

Dari Tabel III.10 diperoleh waktu tunggu rata adalah 53/10 = 5,30

Dengan algoritma C-Scan :

Untuk Algoritma C-Scan, aktivitas lift sesuai dengan permintaan pengguna

lift yang terdekat dengan mesin dan arah yang sejalan permintaan sebelumnya.

Terjadi permintaan penggunaan lift ke lantai 4 dan 7 pada saat posisi lift di lantai 1,

lift bergerak naik ke lantai 4, maka jumlah langkah dari lantai 1 sampai lantai 4

adalah 3. Di lantai 4 terdapat antrian masuk untuk minta dilayani di lantai 1 dan 8,

 posisi lift masi di lantai 2, maka akumulasi jumlah langkah 3. Dari lantai 4 lift naik ke

lantai 7, maka jumlah langkah dari lantai 4 sampai lantai 7 adalah 3. Di lantai 7

terdapat antrian masuk untuk lantai 5. Posisi lift di lantai 7, maka akumulasi jumlah

langkah adalah jumlah langkah yang telah dilayani ditambahkan dengan jumlah

langkah yang baru dilayani yaitu 3+3 = 6. Demikian seterusnya, dapat di lihat dalam

Tabel III.11 hingga dapat diketahui kecepatan waktu (waiting time).

Tabel III.11 Eksekusi Algoritma C-Scan

N Antrian Aksi Jumlah Antrian Posisi Akumulasi


langkah masuk  lift   Jumlah langkah
0 1 Diam 0 47 1 0
1 47 Lift naik ke lantai 4 3 18 4 3
2 781 Lift naik ke lantai 7 3 5 7 6
3 851 Lift naik ke lantai 8 1 8 7
4 51 Lift turun ke lantai 5 3 5 10
5 1 Lift turun ke lantai 1 4 10 3 6 1 14
6 3 6 10 Lift naik ke lantai 3 2 3 16
7 6 10 Lift naik ke lantai 6 3 6 19
8 10 Lift naik ke lantai 10 4 29 10 23
9 92 Lift turun ke lantai 9 1 9 24
10 2 Lift turun ke lantai 2 7 2 31
 

Waktu tunggu (waiting time) untuk tiap-tiap anggota antrian adalah sebagai berikut :

Aktivitas lift anggota antrian untuk permintaan penggunaan lift untuk ke

lantai 1 terjadi permintaan pada saat posisi lift di lantai 4 dan dapat dilayani setelah di

urutan 5, dengan jumlah langkah 3, 1, 3 dan 4, maka waktu tunggunya 3+1+3+4 = 11.

Demikian dan seterusnya, hingga dapat diketahui waktu tunggu rata-rata adalah total

waktu tunggu dibagi banyaknya jumlah anggota antrian, dapat dilihat pada Tabel

III.12.

Tabel III.12 Waktu Tunggu Tiap Anggota Antrian Algoritma C-Scan

Anggota Antrian Waktu Tunggu


1 3+1+3+4 = 11
2 1+7 = 8
3 2
4 3
5 1+3 = 4
6 2+3 = 5
7 3+3 = 6
8 3+1 = 4
9 1
10 2+3+4 = 9
Total Waktu Tunggu 53

Dari Tabel III.12 diperoleh waktu tunggu rata adalah 53/10 = 5,30

Percobaan III :  

Dengan algoritma FCFS :

Untuk Algoritma FCFS, aktivitas lift sesuai dengan permintaan pengguna lift

yang pertama menekan tombol. Dimana N merupakan satuan jumlah tingkat yang

telah dilayani, pada saat N = 0 (lift masih belum bergerak sama sekali). Terjadi

 permintaan penggunaan lift ke 2, 7 dan 4 pada saat posisi lift di lantai 1, lift bergerak 

naik ke lantai 2, maka jumlah langkah dari lantai 1 sampai lantai 2 adalah 1. Posisi
 

lift di lantai 2 terdapat antrian masuk permintaan ke lantai 1 dan 6, posisi lift masih di

lantai 2, maka akumulasi jumlah langkah adalah 1. Dari lantai 2 lift naik ke lantai 7,

maka jumlah langkah dari lantai 2 sampai lantai 7 adalah 5. Di lantai 7 terdapat

  permintaan antrian masuk untuk lantai 9. Posisi lift di lantai 7, maka akumulasi

  jumlah langkah adalah jumlah langkah yang telah dilayani ditambahkan dengan

 jumlah langkah yang baru dilayani yaitu 1+5=6. Demikian seterusnya, dapat di lihat

dalam Tabel III.13 hingga dapat diketahui kecepatan waktu ( running time).

Tabel III.13 Eksekusi Algoritma FCFS

N Antrian Jumlah Antrian Posisi Akumulasi


Aksi langkah masuk  lift   Jumlah
langkah
0 1 Diam 0 274 1 0
1 247 Lift naik ke lantai 2 1 16 2 1
2 7416 Lift naik ke lantai 7 5 9 7 6
3 4169 Lift naik ke lantai 4 3 3 10 8 4 9
4 1 6 9 3 10 8 Lift turun ke lantai 1 3 1 12
5 6 9 3 10 8 Lift turun ke lantai 6 5 5 6 17
6 9 3 10 8 5 Lift naik ke lantai 9 3 9 20
7 3 10 8 5 Lift turun ke lantai 3 6 3 26
8 10 8 5 Lift naik ke lantai 10 7 10 33
9 85 Lift turun ke lantai 8 2 8 35
10 5 Lift turun ke lantai 5 3 5 38

Waktu tunggu (waiting time) untuk tiap-tiap anggota antrian adalah sebagai berikut :

Aktivitas lift anggota antrian untuk permintaan penggunaaan lift ke lantai 1

terjadi pada 1 tetapi dapat dilayani setelah di lantai 4, dengan jumlah langkah 5, 3 dan

3, maka waktu tunggunya 5+3+3 = 11. Demikian dan seterusnya, hingga dapat

diketahui waktu tunggu rata-rata adalah total waktu tunggu dibagi banyaknya jumlah

anggota antrian, dapat dilihat pada Tabel III.14.


 

Tabel III.14 Waktu Tunggu Tiap Anggota Algoritma FCFS

Anggota Antrian Waktu Tunggu


1 5+3+3 = 11
2 1
3 3+5+3+6 = 17
4 1+5+3 = 9
5 3+6+7+2+3 = 21
6 5+3+3+5 = 16
7 1+5 = 6
8 3+5+3+6+7+2 = 26
9 3+3+5+3 = 14
10 3+5+3+6+7 = 24
Total Waktu Tunggu 145

Dari tabel III.14 diperoleh waktu tunggu rata adalah 145/10 = 14,50

Dengan algoritma SSTF :

Untuk Algoritma SSTF, aktivitas lift sesuai dengan permintaan pengguna lift

yang terdekat dengan mesin akan di layani terlebih dahulu. Terjadi permintaan

 penggunaan lift ke lantai 2, 7 dan 4 pada saat posisi lift di lantai 1, lift bergerak naik 

ke lantai 2, maka jumlah langkah dari lantai 1 sampai lantai 2 adalah 1. Di lantai 2

terdapat antrian masuk permintaan ke lantai 1 dan 6. Posisi lift masi di lantai 2, maka

akumulasi jumlah langkah 1. Dari lantai 2 lift turun ke lantai 1, maka jumlah langkah

dari lantai 2 sampai lantai 1 adalah 1. Di lantai 1 terdapat permintaan antrian masuk 

untuk lantai 9. Posisi lift di lantai 1, maka akumulasi jumlah langkah adalah jumlah

langkah yang telah dilayani ditambahkan dengan jumlah langkah yang baru dilayani

yaitu 1+1 = 2. Demikian seterusnya, dapat di lihat dalam Tabel III.15 hingga dapat

diketahui kecepatan waktu ( running time).


 

Tabel III.15 Eksekusi Algoritma SSTF

Antrian Aksi Jumlah Antrian Posisi Akumulasi


N langkah masuk  lift   Jumlah
langkah
0 1 Diam 0 274 1 0
1 274 Lift naik ke lantai 2 1 16 2 1
2 1467 Lift turun ke lantai 1 1 1 2
3 467 Lift naik ke lantai 4 3 3 10 8 4 5
4 3 6 7 8 10 Lift turun ke lantai 3 1 3 6
5 6 7 8 10 Lift naik ke lantai 6 3 5 6 9
6 7 8 10 5 Lift naik ke lantai 7 1 9 7 10
7 8 9 10 5 Lift naik ke lantai 8 1 8 11
8 9 10 5 Lift naik ke lantai 9 1 9 12
9 10 5 Lift naik ke lantai 10 1 10 13
10 5 Lift turun ke lantai 5 5 5 18

Waktu tunggu (waiting time) untuk tiap-tiap anggota antrian adalah sebagai berikut :

Aktivitas lift anggota antrian untuk permintaan pemakai lift ke lantai 1 terjadi

 permintaan pada saat lift di lantai 1 tetapi dapat dilayani setelah di 2, dengan jumlah

langkah 1, maka waktu tunggunya 1. Demikian dan seterusnya, hingga dapat

diketahui waktu tunggu rata-rata adalah total waktu tunggu dibagi N, dapat dilihat

 pada Tabel III.16.

Tabel III.16 Waktu Tunggu Tiap Anggota Algoritma SSTF

Anggota Antrian Waktu Tunggu


1 1
2 1
3 1
4 1+1+3 = 5
5 1+1+1+1+5 = 9
6 1+3+1+3 = 8
7 1+1+3+1+3+1 = 10
8 1+3+1+1 = 6
9 1+1 = 2
10 1+3+1+1+1+1 = 8
Total Waktu Tunggu 51

Dari Tabel III.16 diperoleh waktu tunggu rata adalah 51/10 = 5,10
 

Dengan algoritma C-Scan :

Untuk Algoritma C-Scan, aktivitas lift sesuai dengan permintaan pengguna

lift yang terdekat dengan mesin dan arah yang sejalan permintaan sebelumnya.

Terjadi penggunaan lift ke lantai 2 dan 7 di lantai 4 pada saat posisi lift di lantai 1, lift

 bergerak naik ke lantai 2, maka jumlah langkah dari lantai 1 sampai lantai 2 adalah 1.

Di lantai 2 terdapat antrian masuk untuk minta dilayani di lantai 1 dan 6, posisi lift

masi di lantai 2, maka akumulasi jumlah langkah 1. Dari lantai 2 lift naik ke lantai 4,

maka jumlah langkah dari lantai 2 sampai lantai 4 adalah 2. Di lantai 4 terdapat

 permintaan antrian masuk untuk lantai 1 dan 6. Posisi lift di lantai 4, maka akumulasi

  jumlah langkah adalah jumlah langkah yang telah dilayani ditambahkan dengan

 jumlah langkah yang baru dilayani yaitu 1+2 = 3. Demikian seterusnya, dapat di lihat

dalam Tabel III.17 hingga dapat diketahui kecepatan waktu (waiting time).

Tabel III.17 Eksekusi Algoritma C-Scan

Antrian Jumlah Antrian Posisi Akumulasi


N Aksi langkah masuk  lift   Jumlah
langkah
0 1 Diam 0 274 1 0
1 274 Lift naik ke lantai 2 1 16 2 1
2 4671 Lift naik ke lantai 4 2 3 10 8 4 3
3 6 7 8 10 3 1 Lift naik ke lantai 6 2 5 6 5
4 7 8 10 5 3 1 Lift naik ke lantai 7 1 9 7 6
5 8 9 10 5 3 1 Lift naik ke lantai 8 1 8 7
6 9 10 5 3 1 Lift naik ke lantai 9 1 9 8
7 10 5 3 1 Lift naik ke lantai 10 1 10 9
8 531 Lift naik ke lantai 5 5 5 14
9 31 Lift turun ke lantai 3 2 3 16
10 1 Lift turun ke lantai 1 2 1 18
 

Waktu tunggu (waiting time) untuk tiap-tiap anggota antrian adalah sebagai berikut :

Aktivitas lift anggota antrian untuk permintaan pengguna lift ke lantai 1

terjadi pada lantai 1 tetapi dapat dilayani setelah di urutan 10, dengan jumlah langkah

2, 2, 1, 1, 1, 1, 5, 2, dan 2, maka waktu tunggunya 2+2+1+1+1+1+5+2+2 = 17.

Demikian dan seterusnya, hingga dapat diketahui waktu tunggu rata-rata adalah total

waktu tunggu dibagi banyaknya jumlah anggota antrian, dapat dilihat pada Tabel

III.18.

Tabel III.18 Waktu Tunggu Tiap Anggota Antrian Algoritma C-Scan

Anggota Antrian Waktu Tunggu


1 2+2+1+1+1+1+5+2+2 = 17
2 1
3 2+1+1+1+1+5+2 = 13
4 1+2 = 3
5 1+1+1+1+5 = 9
6 2+2 = 4
7 1+2+2+1 = 6
8 2+1+1 = 4
9 1+1 = 2
10 2+1+1+1+1 = 6
Total Waktu Tunggu 60

Dari Tabel III.18 diperoleh waktu tunggu rata adalah 60/10 = 6,0

Dari ketiga hasil percobaan di atas, maka dapat diambil perbandingan dapat dilihat

 pada Tabel III.19.

Tabel III.19 Perbandingan Hasil Eksekusi Masing-Masing Algoritma

Algoritma Percobaan I Percobaan II Percobaan III


 Running  Waiting   Running  Waiting   Running  Waiting 
Time Time Time Time Time Time
FCFS 42 12,20 48 14,70 38 14,50
SSTF 27 5,20 31 5,30 18 5,90
C-Scan 25 5,20 31 5,30 18 6,0
 

Dari hasil ketiga percobaan di atas terlihat dengan jelas bahwa algoritma

terbaik adalah algoritma SSTF. Algoritma FCFS adalah yang terburuk karena

memiliki running time dan waiting time  yang sangat jelek, sementara running time 

antara SSTF dan C-Scan hanya beda sedikit. Akan tetapi perlu diingat bahwa lift  

melakukan pelayanan terhadap manusia yang memiliki emosi. Salah satu emosi

manusia adalah kesabaran. Semakin lama seseorang menunggu maka kesabaran

seseorang akan semakin menghilang. Untuk itu dari lama menunggu perlu diberikan

  perhatian khusus, yang memperlihatkan lama menunggu seseorang dengan

mengabaikan algoritma FCFS yang sudah terlihat jelas memiliki running time dan

waiting time  yang buruk.

Jadi pelayanan dengan menggunakan algoritma SSTF bisa menjamin semua

anggota antrian mendapatkan pelayanan walaupun tidak dengan waktu tunggu yang

minimal tetapi paling tidak dengan waktu tunggu yang tidak terlalu lama.

Percobaan IV:  

Dengan algoritma SSTF :

Untuk Algoritma SSTF, aktivitas lift sesuai dengan permintaan pengguna lift yang

terdekat dengan mesin akan di layani terlebih dahulu. Terjadi permintaan penggunaan

lift ke lantai 10 dan 2 pada saat posisi lift di lantai 1, lift bergerak naik ke lantai 2,

maka jumlah langkah dari lantai 1 sampai lantai 2 adalah 1. Di lantai 2 terdapat

antrian masuk permintaan ke lantai 9 dan 1. Posisi lift masi di lantai 2, maka

akumulasi jumlah langkah 1. Dari lantai 2 lift turun ke lantai 1, maka jumlah langkah

dari lantai 2 sampai lantai 1 adalah 1. Di lantai 1 terdapat permintaan antrian masuk 

untuk lantai 4. Posisi lift di lantai 1, maka akumulasi jumlah langkah adalah jumlah

langkah yang telah dilayani ditambahkan dengan jumlah langkah yang baru dilayani
 

yaitu 1+1 = 2. Demikian seterusnya, dapat di lihat dalam Tabel III.20 hingga dapat

diketahui kecepatan waktu ( running time).

Tabel III.20 Eksekusi Algoritma SSTF

Antrian Aksi Jumlah Antrian Posisi Akumulasi


N langkah masuk  lift   Jumlah
langkah
0 1 Diam 0 10 2 1 0
1 2 10 Lift naik ke lantai 2 1 91 2 1
2 1 9 10 Lift turun ke lantai 1 1 4 1 2
3 4 9 10 Lift naik ke lantai 4 3 63 4 5
4 3 6 9 10 Lift turun ke lantai 3 1 3 6
5 6 9 10 Lift naik ke lantai 6 3 85 6 9
6 5 8 9 10 Lift turun ke lantai 5 1 7 5 10
7 7 8 9 10 Lift naik ke lantai 7 2 7 12
8 8 9 10 Lift naik ke lantai 8 1 8 13
9 9 10 Lift naik ke lantai 9 1 9 14
10 10 Lift naik ke lantai 10 1 10 15

Waktu tunggu (waiting time) untuk tiap-tiap anggota antrian adalah sebagai berikut:

Aktivitas lift anggota antrian untuk permintaan pemakai lift ke lantai 1 terjadi

 permintaan pada saat lift di lantai 2 tetapi dapat dilayani setelah di urutan 2, dengan

 jumlah langkah 1, maka waktu tunggunya 1. Demikian dan seterusnya, hingga dapat

diketahui waktu tunggu rata-rata adalah total waktu tunggu dibagi banyaknya jumlah

anggota antrian, dapat dilihat pada Tabel III.21.


 

Tabel III.21 Waktu Tunggu Tiap Anggota Algoritma SSTF

Anggota Antrian Waktu Tunggu


1 1
2 1
3 1
4 3
5 1
6 1+3 = 4
7 2
8 1+2+1 = 4
9 1+3+1+3+1+2+1+1 = 13
10 1+1+3+1+3+1+2+1+1+1 = 15
Total Waktu Tunggu 45

Dari Tabel III.21 diperoleh waktu tunggu rata adalah 45/10 = 4,50

Dengan algoritma C-Scan :

Untuk Algoritma C-Scan, aktivitas lift sesuai dengan permintaan pengguna

lift yang terdekat dengan mesin dan arah yang sejalan permintaan sebelumnya.

Terjadi penggunaan lift ke lantai 10 dan 2 pada saat posisi lift di lantai 1, lift bergerak 

naik ke lantai 2, maka jumlah langkah dari lantai 1 sampai lantai 2 adalah 1. Di lantai

2 terdapat antrian masuk untuk minta dilayani di lantai 9 dan 1, posisi lift masih di

lantai 2, maka akumulasi jumlah langkah 1. Dari lantai 2 lift naik ke lantai 9, maka

  jumlah langkah dari lantai 2 sampai lantai 9 adalah 7. Di lantai 9 tidak terdapat

  permintaan antrian masuk. Posisi lift di lantai 9, maka akumulasi jumlah langkah

adalah jumlah langkah yang telah dilayani ditambahkan dengan jumlah langkah yang

 baru dilayani yaitu 1+7 = 8. Demikian seterusnya, dapat di lihat dalam Tabel III.22

hingga dapat diketahui kecepatan waktu (waiting time).


 

Tabel III.22 Eksekusi Algoritma C-Scan

Antrian Jumlah Antrian Posisi Akumulasi


N Aksi langkah masuk  lift   Jumlah
langkah
0 1 Diam 0 10 2 1 0
1 2 10 Lift naik ke lantai 2 1 91 2 1
2 9 10 1 Lift naik ke lantai 9 7 9 8
3 10 1 Lift naik ke lantai 10 1 10 9
4 1 Lift turun ke lantai 1 9 4 1 18
5 4 Lift naik ke lantai 4 3 63 4 21
6 63 Lift naik ke lantai 6 2 85 6 23
7 853 Lift naik ke lantai 8 2 8 25
8 53 Lift turun ke lantai 5 3 7 5 28
9 37 Lift turun ke lantai 3 2 3 30
10 7 Lift naik ke lantai 7 4 7 34

Waktu tunggu (waiting time) untuk tiap-tiap anggota antrian adalah sebagai berikut :

Aktivitas lift anggota antrian untuk permintaan pengguna lift ke lantai 1

terjadi permintaan pada posisi lift di lantai 2 tetapi dapat dila yani setelah diurutan 4,

dengan jumlah langkah 7, 1,dan 9, maka waktu tunggunya 7+1+9 = 17. Demikian dan

seterusnya, hingga dapat diketahui waktu tunggu rata-rata adalah total waktu tunggu

dibagi banyaknya jumlah anggota antrian, dapat dilihat pada Tabel III.23

Tabel III.23 Waktu Tunggu Tiap Anggota Antrian Algoritma C-Scan

Anggota Antrian Waktu Tunggu


1 7+1+9 = 17
2 1
3 3
4 1+4+2 = 7
5 2+3 = 5
6 2
7 2+5 = 7
8 2
9 7
10 1+7+1 = 9
Total Waktu Tunggu 61

Dari Tabel III.23 diperoleh waktu tunggu rata adalah 61/10 = 6,10
 

III.2 Proses Simulasi

III.2.1 Proses Simulasi Berdasarkan Input Pengguna

Dalam kenyataannya lift akan bergerak sesuai dengan input pengguna karena

lift dirancang untuk memenuhi kebutuhan pengguna. Pengguna akan memasuki lift

untuk menuju suatu lantai yang diinginkan maka pengguna akan menekan tombol

naik atau turun sebagai suatu input bagi lift berdasarkan kondisi yang diinginkan

(dalam hal ini menuju keatas atau kebawah dilihat dari tempat pengguna berada).

Setelah pengguna masuk ke dalam lift maka pengguna akan menekan tombol-

tombol angka pada lift sebagai simbol lantai-lantai yang ada pada suatu gedung

tingkat tinggi. Berdasarkan input tersebut maka lift akan melakukan proses

 pengkondisian dan setelah itu lift akan bergerak sesuai dengan input tersebut.

III.2.2 Proses Simulasi Kondisi Lift dalam keadaan Overload

Dalam kasus ini dilakukan percobaan pelayanan pengguna dengan jumlah

tertentu untuk menggambarkan kondisi overload pada lift. Disini untuk mengetahui

lift dalam keadaan overload adalah lift disimulasikan dengan kemampuan daya

tampung dalam bentuk kapasitas berat maksimum 1000 Kg, hal ini bertujuan untuk 

memastikan bahwa sistem bekerja dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai