BAB II
LANDASAN TEORI
II.1 Simulasi
Simulasi merupakan bentuk abstraksi dari kehidupan nyata yang dituangkan dalam
sebuah bentuk model. Dalam hal ini biasanya dilakukan proses penyederhanaan
sehingga pemecahan dalam suatu bentuk model matematika dapat dilakukan. Sering
kali terdapat unsur ketidakpastian dalam suatu model simulasi. Simulasi adalah
proses perancangan model dari suatu sistem yang sebenarnya, dimana dilakukan
perancangan tiruan dari sistem tersebut, dimana sistem tiruan inilah yang dioperasi
seperti halnya yang terjadi pada sistem yang sebenarnya. Pengoperasian terhadap
model simulasi ini akan menghasilkan pasangan masukan (input) dan keluaran
(output). Pasangan hasil inilah yang di analisis untuk mencari solusi dari
permasalahan.
mempelajari kelakuan sistem. Maka simulasi bukanlah suatu teori tetapi melainkan
yang diamati.
4. Untuk memperoleh sample yang sama tidak dibutuhkan waktu banyak
membutuhkan banyak waktu, biaya yang besar dan bakat yang tidak
sebenarnya tidak.
Model adalah representasi dari suatu objek, benda atau ide-ide dalam bentuk
lain dengan entitasnya. Model dapat berupa tiruan dari suatu benda, sistem atau
penting untuk diolah. Model berisi tentang suatu sistem yang dibuat dengan tujuan
untuk mempelajari sistem yang sebenarnya, sedangkan Lift adalah suatu alat yang
dan kemudahan pada manusia untuk naik dan turun. Lift harus mempunyai sistem
Sistem lift terdiri atas dua bagian yaitu bagian yang bergerak dan bagian yang
tidak bergerak.
ditempatkan:
imbang ini akan mengurangi daya motor penggerak selama kereta luncur
dioperasikan.
Digunakan untuk menarik kereta luncur agar saat poros motor berputar tidak
terjadi slip serta katrol dan dudukannya harus kuat agar tidak terlepas pada
Merupakan ruangan dari gedung yang dilayani. R uang luncur ini merupakan
tempat beroperasinya cabinet. Pada ruang luncur ini terdapat rel untuk kereta
luncur dan rel untuk bobot imbang. Tujuan pemasangan rel ini agar pada saat
cabinet dan counter weight sedang bergerak tidak berguncang. Pada setiap
cabinet.
Lantai pada gedung bertingkat yang dilayani oleh lift merupakan satu garis
lurus horizontal. Untuk pelayanan panggilan cabinet pada setiap lantai ini
3. Panel
Motor penggerak cabinet ini ditempatkan pada ruangan khusus di atas lantai
Untuk mengetahui lebih jelas dari keterangan di atas dapat dilihat pada Gambar II.1
Mesin Kontrol Mt
oooooo
Kereta Luncur (Cabinet)
o
oooooo
oo
oooooo
o
o
oooooo
o
o
oooooo
R el untuk Cabinet o
o
oooooo
o
o
oooooo
o
o
Tombol Permintaan
oooooo
o
o
oooooo
o
o
oooooo
o
o
Lampu Indikator oooooo R el Bobot Imbang
o
o
oooooo
o
o
oooooo
o
o
oooooo
o
o
oooooo Bobot Imbang (Counter Weight)
Antrian adalah suatu garis tunggu dari satuan yang memerlukan layanan dari
satu atau lebih fasilitas layanan. Formasi baris-baris penungguan ini merupakan suatu
fenomena yang biasa terjadi apabila kebutuhan akan suatu layanan melebihi kapasitas
keputusan yang berkenaan dengan jumlah kapasitas ini harus dapat ditentukan,
walaupun sebenarnya tidak mungkin dapat dibuat suatu prediksi yang tepat mengenai
kapan unit-unit yang memerlukan pelayanan itu akan datang atau berapa lama waktu
pengguna yang tiba dapat masuk kedalam fasilitas pelayanan, maka akan segera akan
dila yani. Tetapi bila harus menunggu akan membentuk suatu antrian hingga tiba
Setiap lift akan memberi pelayanan kepada pengguna maka pengguna pertama
yang datang akan memperoleh layanan sesuai dengan tombol permintaan dan aktifitas
lift, kemungkinan yang sama untuk setiap lift untuk dipilih oleh pengguna.
Dapat dikatakan bahwa antrian sudah menjadi bagian dari kehidupan setiap
orang dan antrian merupakan suatu cara untuk memberikan pelayanan yang adil dan
memaksimumkan pemakaian suatu sumber daya. Model antrian sistem lift dapat
Disiplin antrian berkaitan dengan cara memilih anggota antrian yang akan
dila yani. Sebagai contoh, disiplin antrian ini dapat berupa FCFS (F rist Come F irst
Served) adalah antrian pertama datang pertama dilayani, random adalah antrian secara
acak, SSTF ( Shortest Seek Time F irst) adalah pencarian antrian terpendek, dan C-
Scan adalah antrian berdasarkan arah pelayanan atau dapat pula berdasarkan prioritas
tertentu.
Disiplin antrian yang umum digunakan adalah FCFS, dimana pada disiplin
antrian ini unit yang datang terlebih dahulu akan mendapatkan pelayanan lebih
dahulu. Akan tetapi untuk kasus-kasus tertentu FCFS bukanlah pilihan yang terbaik.
pertunjukan bioskop, loket karcis masuk hanya dibuka pada waktu tertentu
setiap saat, ada yang tetap, tetapi ada yang berubah-ubah. Karena itu fasilitas
pelayanan dapat memiliki satu atau lebih saluran. Fasilitas yang mempunyai
satu saluran tersebut saluran tunggal atau sistem pelayanan ganda jika lebih
langganan. Hal ini harus dinyatakan secara pasti. Oleh karena itu, waktu
pelayanan boleh tetap dari waktu ke waktu untuk semua langganan atau
II.4 Penjadwalan
mesin yang ada, untuk menjalankan sekumpulan tugas dalam jangka waktu tertentu.
tidak memastikan bahwa pekerjaan akan terlaksana sesuai dengan jadwal yang telah
dalamnya.
diproses, dimana setiap penjadwalan memiliki cara yang berbeda dalam memilih
dimana waktu proses ini sudah mencakup waktu yang dibutuhkan untuk
terlambat.
Adalah waktu yang dibutuhkan suatu pekerjaan mulai dari mengatur mesin
Adalah jangka waktu dari saat suatu pekerjaan dapat dikerjakan hingga saat
selesain ya pekerjaan tersebut. Dengan kata lain. Waktu alur suatu pekerjaan
sama dengan waktu proses ditambah dengan waktu tunggu pekerjaan tersebut
sebelum diproses.
6. Keterlambatan
yang terdiri dari beberapa objek yang berkomunikasi atau berhubungan dan
melakukan suatu aksi dalam suatu kejadian (event), sehingga istilah objek banyak
digunakan dalam pemrograman visual basic ini. Objek-objek digambarkan pada layar
dan melakukan properti terhadap objek yang digambarkan lalu menuliskan metoda-
perencanaan dan pendefinisian tujuan program, lalu merancang keluaran dan media
hubungan dengan pemakai, dan langkah terakhir adalah penulisan kode program
tersebut.
sebagai lingkungan tempat kerja untuk menghasilkan program aplikasi pada visual
basic. Komponen-komponen IDE terdiri dari: control menu, baris menu, toolbar,
toolbox, form window, form layout window, properties window, project explorer,
Window Project
Form Explorer
Toolbox
Window
Properties
Gambar II.3 Tampilan IDE (Integrated Development Environment)
a. Window utama terdiri dari kontrol menu, baris menu, dan toolbar. Dari window
ini semua kegiatan pembuatan program dilakukan, dan baris menu yang terdapat
pada window ini digunakan selama perancangan program. Dibawah baris menu
b. Toolbox
Tempat kontrol-kontrol yang akan digunakan pada program yang akan dirancang.
c. Form
Form merupakan window yang menjadi tampilan program dan tempat pengguna
Window ini digunakan untuk mengatur sifat (properties) dari form atau kontrol-
kontrol. Isi dari window properties ini dapat berubah-ubah sesuai dengan form
atau kontrol yang dipilih. Properties yang dipilih untuk suatu objek akan
project.
BAB III
Antrian merupakan suatu kegiatan yang sering kita lihat sehari-hari bahkan
kita sering mengalaminya secara langsung .Antrian selalu diidentikkan dengan proses
menunggu, oleh karena itu ada yang harus diperhatikan di dalam antrian yaitu waktu
tunggu .
antara lain FCFS ( F irst Come F irst Served), SSTF (Shortest Seek Time F irst), dan C-
Scan.
Akan dianalisa tiga buah lift yang memiliki 10 tingkat. Masing-masing lift
memiliki barisan antrian dengan urutan permintaan pelayanan secara acak, kemudian
ketiga antrian akan diterapkan pada ketiga metode tersebut, untuk mencari metode
Percobaan I:
Untuk Algoritma FCFS, aktivitas lift sesuai dengan permintaan pengguna lift
yang pertama menekan tombol. Dimana N merupakan satuan jumlah tingkat yang
telah dilayani, pada saat N = 0 (lift masih belum bergerak sama sekali). Terjadi
permintaan penggunaan lift ke lantai 6, 2 dan 5 pada saat posisi lift di lantai 1, lift
bergerak naik ke lantai 6, maka jumlah langkah dari lantai 1 sampai lantai 6 adalah 5.
Posisi lift di lantai 6 terdapat antrian masuk permintaan ke lantai 3 dan 9, posisi lift
masih di lantai 6, maka akumulasi jumlah langkah adalah 5. Dari lantai 6 lift turun ke
lantai 2, maka jumlah langkah dari lantai 6 sampai lantai 2 adalah 4. Di lantai 2 tidak
terdapat permintaan antrian masuk. Posisi lift di lantai 2, maka akumulasi jumlah
langkah adalah jumlah langkah yang telah dilayani ditambahkan dengan jumlah
langkah yang baru dilayani yaitu 5+4 = 9. Demikian seterusnya, dapat di lihat dalam
Waktu tunggu (waiting time) untuk tiap-tiap anggota antrian adalah sebagai berikut :
terjadi permintaan pada saat posisi lift di lantai 8 dan dapat dilayani setelah di urutan
10 dengan jumlah langkah 4, 6 dan 9, maka waktu tunggunya 4+6+9 = 19. Demikian
dan seterusnya, sehingga dapat diketahui waktu tunggu rata-rata adalah total waktu
tunggu dibagi banyaknya anggota antrian, dapat dilihat pada Tabel III.2.
Dari Tabel III.2 diperoleh waktu tunggu rata- rata adalah 122/10 = 12,20
Untuk Algoritma SSTF, aktivitas lift sesuai dengan permintaan pengguna lift
yang terdekat dengan mesin akan di layani terlebih dahulu. Terjadi permintaan
penggunaan lift ke lantai 6, 2 dan 5 pada saat posisi lift di lantai 1, lift bergerak naik
ke lantai 2, maka jumlah langkah dari lantai 1 sampai lantai 2 adalah 1. Di lantai 2
tidak terdapat antrian masuk dan posisi lift masih di lantai 2, maka akumulasi jumlah
langkah 1. Dari lantai 2 lift naik ke lantai 5, maka jumlah langkah dari lantai 2 sampai
Posisi lift di lantai 5, maka akumulasi jumlah langkah adalah jumlah langkah yang
telah dilayani ditambahkan dengan jumlah langkah yang baru dilayani yaitu 1+3 = 4.
Demikian seterusnya, dapat di lihat dalam Tabel III.3 hingga dapat diketahui
Waktu tunggu (waiting time) untuk tiap-tiap anggota antrian adalah sebagai berikut :
terjadi pada lantai 8 tetapi dapat dilayani setelah di urutan 9, dengan jumlah langkah
hingga dapat diketahui waktu tunggu rata-rata adalah total waktu tunggu dibagi
Dari Tabel III.4 diperoleh waktu rata- rata adalah 52/10 = 5,20
lift yang terdekat dengan mesin dan arah yang sejalan permintaan sebelumnya.
Terjadi permintaan penggunaan lift ke lantai 6, 2 dan 5 pada saat posisi lift di lantai 1,
lift bergerak naik ke lantai 2, maka jumlah langkah dari lantai 1 sampai lantai 2
adalah 1. Di lantai 2 tidak terdapat antrian masuk dan posisi lift masi di lantai 2, maka
akumulasi jumlah langkah 1. Dari lantai 2 lift naik ke lantai 5, maka jumlah langkah
dari lantai 2 sampai lantai 5 adalah 3. Di lantai 5 terdapat antrian masuk untuk ke
lantai 7 dan 8. Posisi lift di lantai 5, maka akumulasi jumlah langkah adalah jumlah
langkah yang telah dilayani ditambahkan dengan jumlah langkah yang baru dilayani
yaitu 1+3 = 4. Demikian seterusnya, dapat di lihat dalam Tabel III.5 hingga dapat
Waktu tunggu (waiting time) untuk tiap-tiap anggota antrian adalah sebagai berikut :
terjadi pada lantai 8 tetapi dapat dilayani setelah di urutan 8, dengan jumlah langkah
dapat diketahui waktu tunggu rata-rata adalah total waktu tunggu dibagi banyaknya
Dari Tabel III.6 diperoleh waktu tunggu rata adalah 52/10 = 5,20
Percobaan II :
Untuk Algoritma FCFS, aktivitas lift sesuai dengan permintaan pengguna lift
yang pertama menekan tombol. Dimana N merupakan jumlah tingkat yang telah
dila yani, pada saat N = 0 (lift masih belum bergerak sama sekali). Terjadi permintaan
penggunaan lift ke lantai 4 dan 7 pada saat posisi lift di lantai 1, lift bergerak naik ke
lantai 4, maka jumlah langkah dari lantai 1 sampai lantai 4 adalah 3. Posisi lift di
lantai 4 terdapat antrian masuk untuk minta dilayani di lantai 1 dan 8, posisi lift masih
di lantai 4, maka akumulasi jumlah langkah adalah 3. Dari lantai 4 lift naik ke lantai
7, maka jumlah langkah dari lantai 4 sampai lantai 7 adalah 3. Di lantai 7 terdapat
permintaan antrian masuk untuk lantai 5. Posisi lift di lantai 7, maka akumulasi
jumlah langkah adalah jumlah langkah yang telah dilayani ditambahkan dengan
jumlah langkah yang baru dilayani yaitu 3+3 = 6. Demikian seterusnya, dapat di lihat
dalam Tabel III.7 hingga dapat diketahui kecepatan waktu ( running time).
Waktu tunggu (waiting time) untuk tiap-tiap anggota antrian adalah sebagai berikut :
terjadi pada lantai 4 tetapi dapat dilayani setelah di urutan 3, dengan jumlah langkah 3
dan 6, maka waktu tunggunya 3+6 = 9. Demikian dan seterusnya, hingga dapat
diketahui waktu tunggu rata-rata adalah total waktu tunggu dibagi banyaknya jumlah
Dari Tabel III.8 diperoleh waktu tunggu rata adalah 147/10 = 14,70
Untuk Algoritma SSTF, aktivitas lift sesuai dengan permintaan pengguan lift
yang terdekat dengan mesin akan di layani terlebih dahulu. Terjadi permintaan
penggunaan lift ke lantai 4, dan 7 pada saat posisi lift di lantai 1, lift bergerak naik ke
lantai 4, maka jumlah langkah dari lantai 1 sampai lantai 4 adalah 3. Di lantai 4
terdapat antrian masuk untuk minta dilayani di lantai 1 dan 8 dan posisi lift masi di
lantai 4, maka akumulasi jumlah langkah 3. Dari lantai 4 lift naik ke lantai 7, maka
jumlah langkah dari lantai 4 sampai lantai 7 adalah 3. Di lantai 7 terdapat antrian
masuk permintaan ke lantai 5. Posisi lift di lantai 7, maka akumulasi jumlah langkah
adalah jumlah langkah yang telah dilayani ditambahkan dengan jumlah langkah yang
baru dilayani yaitu 3+3 = 6. Demikian seterusnya, dapat di lihat dalam Tabel III.9
Waktu tunggu (waiting time) untuk tiap-tiap anggota antrian adalah sebagai berikut :
lantai 1 terjadi permintaan pada saat posisi lift di lantai 4 dan dapat dilayani setelah di
11. Demikian dan seterusnya, hingga dapat diketahui waktu tunggu rata-rata adalah
total waktu tunggu dibagi banyaknya jumlah anggota antrian, dapat dilihat pada Tabel
III.10.
Dari Tabel III.10 diperoleh waktu tunggu rata adalah 53/10 = 5,30
lift yang terdekat dengan mesin dan arah yang sejalan permintaan sebelumnya.
Terjadi permintaan penggunaan lift ke lantai 4 dan 7 pada saat posisi lift di lantai 1,
lift bergerak naik ke lantai 4, maka jumlah langkah dari lantai 1 sampai lantai 4
adalah 3. Di lantai 4 terdapat antrian masuk untuk minta dilayani di lantai 1 dan 8,
posisi lift masi di lantai 2, maka akumulasi jumlah langkah 3. Dari lantai 4 lift naik ke
lantai 7, maka jumlah langkah dari lantai 4 sampai lantai 7 adalah 3. Di lantai 7
terdapat antrian masuk untuk lantai 5. Posisi lift di lantai 7, maka akumulasi jumlah
langkah adalah jumlah langkah yang telah dilayani ditambahkan dengan jumlah
langkah yang baru dilayani yaitu 3+3 = 6. Demikian seterusnya, dapat di lihat dalam
Waktu tunggu (waiting time) untuk tiap-tiap anggota antrian adalah sebagai berikut :
lantai 1 terjadi permintaan pada saat posisi lift di lantai 4 dan dapat dilayani setelah di
urutan 5, dengan jumlah langkah 3, 1, 3 dan 4, maka waktu tunggunya 3+1+3+4 = 11.
Demikian dan seterusnya, hingga dapat diketahui waktu tunggu rata-rata adalah total
waktu tunggu dibagi banyaknya jumlah anggota antrian, dapat dilihat pada Tabel
III.12.
Dari Tabel III.12 diperoleh waktu tunggu rata adalah 53/10 = 5,30
Percobaan III :
Untuk Algoritma FCFS, aktivitas lift sesuai dengan permintaan pengguna lift
yang pertama menekan tombol. Dimana N merupakan satuan jumlah tingkat yang
telah dilayani, pada saat N = 0 (lift masih belum bergerak sama sekali). Terjadi
permintaan penggunaan lift ke 2, 7 dan 4 pada saat posisi lift di lantai 1, lift bergerak
naik ke lantai 2, maka jumlah langkah dari lantai 1 sampai lantai 2 adalah 1. Posisi
lift di lantai 2 terdapat antrian masuk permintaan ke lantai 1 dan 6, posisi lift masih di
lantai 2, maka akumulasi jumlah langkah adalah 1. Dari lantai 2 lift naik ke lantai 7,
maka jumlah langkah dari lantai 2 sampai lantai 7 adalah 5. Di lantai 7 terdapat
permintaan antrian masuk untuk lantai 9. Posisi lift di lantai 7, maka akumulasi
jumlah langkah adalah jumlah langkah yang telah dilayani ditambahkan dengan
jumlah langkah yang baru dilayani yaitu 1+5=6. Demikian seterusnya, dapat di lihat
dalam Tabel III.13 hingga dapat diketahui kecepatan waktu ( running time).
Waktu tunggu (waiting time) untuk tiap-tiap anggota antrian adalah sebagai berikut :
terjadi pada 1 tetapi dapat dilayani setelah di lantai 4, dengan jumlah langkah 5, 3 dan
3, maka waktu tunggunya 5+3+3 = 11. Demikian dan seterusnya, hingga dapat
diketahui waktu tunggu rata-rata adalah total waktu tunggu dibagi banyaknya jumlah
Dari tabel III.14 diperoleh waktu tunggu rata adalah 145/10 = 14,50
Untuk Algoritma SSTF, aktivitas lift sesuai dengan permintaan pengguna lift
yang terdekat dengan mesin akan di layani terlebih dahulu. Terjadi permintaan
penggunaan lift ke lantai 2, 7 dan 4 pada saat posisi lift di lantai 1, lift bergerak naik
ke lantai 2, maka jumlah langkah dari lantai 1 sampai lantai 2 adalah 1. Di lantai 2
terdapat antrian masuk permintaan ke lantai 1 dan 6. Posisi lift masi di lantai 2, maka
akumulasi jumlah langkah 1. Dari lantai 2 lift turun ke lantai 1, maka jumlah langkah
dari lantai 2 sampai lantai 1 adalah 1. Di lantai 1 terdapat permintaan antrian masuk
untuk lantai 9. Posisi lift di lantai 1, maka akumulasi jumlah langkah adalah jumlah
langkah yang telah dilayani ditambahkan dengan jumlah langkah yang baru dilayani
yaitu 1+1 = 2. Demikian seterusnya, dapat di lihat dalam Tabel III.15 hingga dapat
Waktu tunggu (waiting time) untuk tiap-tiap anggota antrian adalah sebagai berikut :
Aktivitas lift anggota antrian untuk permintaan pemakai lift ke lantai 1 terjadi
permintaan pada saat lift di lantai 1 tetapi dapat dilayani setelah di 2, dengan jumlah
diketahui waktu tunggu rata-rata adalah total waktu tunggu dibagi N, dapat dilihat
Dari Tabel III.16 diperoleh waktu tunggu rata adalah 51/10 = 5,10
lift yang terdekat dengan mesin dan arah yang sejalan permintaan sebelumnya.
Terjadi penggunaan lift ke lantai 2 dan 7 di lantai 4 pada saat posisi lift di lantai 1, lift
bergerak naik ke lantai 2, maka jumlah langkah dari lantai 1 sampai lantai 2 adalah 1.
Di lantai 2 terdapat antrian masuk untuk minta dilayani di lantai 1 dan 6, posisi lift
masi di lantai 2, maka akumulasi jumlah langkah 1. Dari lantai 2 lift naik ke lantai 4,
maka jumlah langkah dari lantai 2 sampai lantai 4 adalah 2. Di lantai 4 terdapat
permintaan antrian masuk untuk lantai 1 dan 6. Posisi lift di lantai 4, maka akumulasi
jumlah langkah adalah jumlah langkah yang telah dilayani ditambahkan dengan
jumlah langkah yang baru dilayani yaitu 1+2 = 3. Demikian seterusnya, dapat di lihat
dalam Tabel III.17 hingga dapat diketahui kecepatan waktu (waiting time).
Waktu tunggu (waiting time) untuk tiap-tiap anggota antrian adalah sebagai berikut :
terjadi pada lantai 1 tetapi dapat dilayani setelah di urutan 10, dengan jumlah langkah
Demikian dan seterusnya, hingga dapat diketahui waktu tunggu rata-rata adalah total
waktu tunggu dibagi banyaknya jumlah anggota antrian, dapat dilihat pada Tabel
III.18.
Dari Tabel III.18 diperoleh waktu tunggu rata adalah 60/10 = 6,0
Dari ketiga hasil percobaan di atas, maka dapat diambil perbandingan dapat dilihat
Dari hasil ketiga percobaan di atas terlihat dengan jelas bahwa algoritma
terbaik adalah algoritma SSTF. Algoritma FCFS adalah yang terburuk karena
memiliki running time dan waiting time yang sangat jelek, sementara running time
antara SSTF dan C-Scan hanya beda sedikit. Akan tetapi perlu diingat bahwa lift
melakukan pelayanan terhadap manusia yang memiliki emosi. Salah satu emosi
seseorang akan semakin menghilang. Untuk itu dari lama menunggu perlu diberikan
mengabaikan algoritma FCFS yang sudah terlihat jelas memiliki running time dan
anggota antrian mendapatkan pelayanan walaupun tidak dengan waktu tunggu yang
minimal tetapi paling tidak dengan waktu tunggu yang tidak terlalu lama.
Percobaan IV:
Untuk Algoritma SSTF, aktivitas lift sesuai dengan permintaan pengguna lift yang
terdekat dengan mesin akan di layani terlebih dahulu. Terjadi permintaan penggunaan
lift ke lantai 10 dan 2 pada saat posisi lift di lantai 1, lift bergerak naik ke lantai 2,
maka jumlah langkah dari lantai 1 sampai lantai 2 adalah 1. Di lantai 2 terdapat
antrian masuk permintaan ke lantai 9 dan 1. Posisi lift masi di lantai 2, maka
akumulasi jumlah langkah 1. Dari lantai 2 lift turun ke lantai 1, maka jumlah langkah
dari lantai 2 sampai lantai 1 adalah 1. Di lantai 1 terdapat permintaan antrian masuk
untuk lantai 4. Posisi lift di lantai 1, maka akumulasi jumlah langkah adalah jumlah
langkah yang telah dilayani ditambahkan dengan jumlah langkah yang baru dilayani
yaitu 1+1 = 2. Demikian seterusnya, dapat di lihat dalam Tabel III.20 hingga dapat
Waktu tunggu (waiting time) untuk tiap-tiap anggota antrian adalah sebagai berikut:
Aktivitas lift anggota antrian untuk permintaan pemakai lift ke lantai 1 terjadi
permintaan pada saat lift di lantai 2 tetapi dapat dilayani setelah di urutan 2, dengan
jumlah langkah 1, maka waktu tunggunya 1. Demikian dan seterusnya, hingga dapat
diketahui waktu tunggu rata-rata adalah total waktu tunggu dibagi banyaknya jumlah
Dari Tabel III.21 diperoleh waktu tunggu rata adalah 45/10 = 4,50
lift yang terdekat dengan mesin dan arah yang sejalan permintaan sebelumnya.
Terjadi penggunaan lift ke lantai 10 dan 2 pada saat posisi lift di lantai 1, lift bergerak
naik ke lantai 2, maka jumlah langkah dari lantai 1 sampai lantai 2 adalah 1. Di lantai
2 terdapat antrian masuk untuk minta dilayani di lantai 9 dan 1, posisi lift masih di
lantai 2, maka akumulasi jumlah langkah 1. Dari lantai 2 lift naik ke lantai 9, maka
jumlah langkah dari lantai 2 sampai lantai 9 adalah 7. Di lantai 9 tidak terdapat
permintaan antrian masuk. Posisi lift di lantai 9, maka akumulasi jumlah langkah
adalah jumlah langkah yang telah dilayani ditambahkan dengan jumlah langkah yang
baru dilayani yaitu 1+7 = 8. Demikian seterusnya, dapat di lihat dalam Tabel III.22
Waktu tunggu (waiting time) untuk tiap-tiap anggota antrian adalah sebagai berikut :
terjadi permintaan pada posisi lift di lantai 2 tetapi dapat dila yani setelah diurutan 4,
dengan jumlah langkah 7, 1,dan 9, maka waktu tunggunya 7+1+9 = 17. Demikian dan
seterusnya, hingga dapat diketahui waktu tunggu rata-rata adalah total waktu tunggu
dibagi banyaknya jumlah anggota antrian, dapat dilihat pada Tabel III.23
Dari Tabel III.23 diperoleh waktu tunggu rata adalah 61/10 = 6,10
Dalam kenyataannya lift akan bergerak sesuai dengan input pengguna karena
lift dirancang untuk memenuhi kebutuhan pengguna. Pengguna akan memasuki lift
untuk menuju suatu lantai yang diinginkan maka pengguna akan menekan tombol
naik atau turun sebagai suatu input bagi lift berdasarkan kondisi yang diinginkan
(dalam hal ini menuju keatas atau kebawah dilihat dari tempat pengguna berada).
Setelah pengguna masuk ke dalam lift maka pengguna akan menekan tombol-
tombol angka pada lift sebagai simbol lantai-lantai yang ada pada suatu gedung
tingkat tinggi. Berdasarkan input tersebut maka lift akan melakukan proses
pengkondisian dan setelah itu lift akan bergerak sesuai dengan input tersebut.
tertentu untuk menggambarkan kondisi overload pada lift. Disini untuk mengetahui
lift dalam keadaan overload adalah lift disimulasikan dengan kemampuan daya
tampung dalam bentuk kapasitas berat maksimum 1000 Kg, hal ini bertujuan untuk