Anda di halaman 1dari 4

The Luck Factor: Bagaimana

Meningkatkan "Keberuntungan" Anda


Published Selasa, 10 Mei 2016 by hmcahyo | 0 komentar

Pengantar: 

Alhamdulillah akhirnya bisa juga menyelesaikan tulisan yang saya janjikan –


disela-sela waktu kerja mulai jam 8 hingga jam 4 sore. Mohon maaf jika terasa tidak
urut karena terus terang saya harus merefresh kembali tentang topik ini yang sudah
saya pelajari sekitar 4 tahun yang lalu. Sehingga saya harus googling dan membaca
beberapa referensi yang saya tuliskan di bawah. 

Saya berusaha menuliskan hal ini karena sudah kadung memenuhi janji saya di
status yang saya tulis kemarin, sebagai lanjutan dari tuisan sebelumnya “Personal
Peace Procedure” (P3) 
- bisa anda baca di sini 

Sedangkan untuk tulisan Personal Peace Procedure itu sendiri hal itu masih
sebagian saja, in sya Allah akan saya teruskan lagi di lain kesempatan – karena
menurut saya P3 – sangat relevan sekali dengan bahasan kita saat ini.

*****
Adalah Richard Wiseman – seorang Profesor Psikologi dari universitas University
of Hertfordshire – yang selama beberapa tahun melakukan penelitian yang “ganjil”
dengan topik, mengapa sebagian orang “lebih beruntung” dibandingkan lainnya. Dari
hasil penelitiannya pada 400 responden yang tersebar di beberapa wilayah Kerajaan

Inggris tersebut Wiseman menemukan bahwa meskipun keberuntungan yang


selama ini dianggap sebagai “bawaan sejak lahir” tetapi berdasarkan hasil
penelitiannya ternyata setiap orang bisa “mempersiapkan diri” untuk lebih beruntung.

Maksudnya bagaimana?

Menurut penelitian Wiseman, ternyata seseorang harus mempersiapkan diri untuk


mengenali berbagai kejadian di dalam hidupnya yang akan membawa kepada
keberuntungan dan bertindak semaksimal mungkin untuk menjadikan segala
kejadian tersebut sebagai jalan untuk meraih keberuntungan. Dengan kata lain agar
hidup seseorang lebih beruntung tergantung kepada seberapa besar cara dia
berpikir, bersikap dan bertindak dalam menghadapai suatu kejadian.

Ada satu kejadian menarik – yang menjadi bagian dari penelitian tersebut – dimana
Prof Wiseman membuat janji dengan para responden di sebuah Pub dan dia
meletakkan selembar uang kertas sebesar 5 £ di depan pintu masuk dan selalu
diletakkan ditempat yang sama. Para responden yang termasuk “kategori orang
beruntung” selalu melihat lembaran uang tersebut dan memungutnya, sementara
mereka yang masuk “kategori kurang beruntung” bukan hanya tidak memungut uang
tersebut, karena mereka merasa TIDAK MELIHAT ada lembaran uang di sana.

Dari penelitian itu, Wiseman menegaskan bahwa cara kita memandang realitas yang
ada akan mempengaruhi apa yang akan kita dapatkan. Misalkan, jika kita percaya
akan bertemu dengan orang orang yang menarik dan menyenangkan, maka kita
akan mempunyai kesempatan yang lebih banyak dan akhirnya akan menemukan
orang yang seperti kita bayangkan. Hal yang sama juga terjadi bila kita berpikir
bahwa jika dunia ini penuh dengan orang-orang yang licik dan culas.

Pikiran kita bekerja dengan cara yang unik, dimana sang otak akan selalu mencari
“jaminan” atas apa yang sudah kita pikirkan, yaitu dengan cara memberikan
perhatian lebih banyak terhadap apa saja yang telah menjadi visi (cara pandang
kita) terhadap dunia. Sebagai contoh, jika kita berpikiran buruk terhadap seseorang,
maka semua hal-hal yang terkait dengan orang tersebut akan terlihat buruk, begitu
juga sebaliknya. Dunia ini menawarkan begitu banyak hal yang “sesuai” dengan
pikiran kita, bukan karena isi dunia hanya hal tersebut (karena dunia sangat komplek
dan bermacam-macam) tetapi karena “antena pribadi” kita sengaja disetel untuk
“menangkap gelombang” sesuai hal-hal yang kita pikirkan.

Meskipun kita tidak tidak bisa “mengkondisikan” dunia di sekitar kita, tetapi cara kita
memandang hal tersebut adalah hal yang sangat penting. Jika kita percaya bahwa
tidak ada peluang (kesempatan) yang bagus bagi kita di luar sanam maka kita tidak
akan pernah menemukan peluang tersebut meskipun sebenarnya peluang itu benar-
benar ada di depan hidung kita. Begitu juga terjadi sebaliknya.

Akhirnya yang menjadi pertanyaan adalah: “Apakah kita bisa melatih atau


mempelajari agar kita bisa lebih beruntung?”

Menurut wiseman, jawabanya adalah bisa, karena dia menegaskan bahwa


keberuntungan tersebut berdasarkan 4 prinsip psikologis yang bisa kita pelajari dan
kita latih.
1. Prinsip Pertama: Memaksimalkan Peluang
Kesempatan 
Orang yang beruntung terampil mencipkan, melihat dan bertindak tas peluang
kesempatan. Mereka melakukan dengan berbagai macam cara seperti membuat
jejaring (networking), lebih bersikap santai menghadapi kehidupan dan menjadi lebih
terbuka terhadap pengalaman baru

2. Prinsip Kedua: Mampu medengarkan Firasat


Keberuntungan. 
Orang yang beruntung mampu membuat keputusan yang efektif dengan cara
mendengarkan firasat dan intuisinya. Selain itu mereka secara aktif meningkatkan
kemampuan untuk meningkatkan intuisi mereka dengan cara meditasi dan
memberiskan pikiran mereka dari pikiran lain yang mengganggu (Semacam
melakukan Personal Peace Procedure, sebagaimana tulisan saya yang lalu – bisa
dibaca di sini  ) 

3. Prinsip Ketiga: Mengharapkan Hal-Hal yang


Baik (Good Fortune) 
Orang yang beruntung selalu meyakini bahwa masa depannya akan senantiasa
diliputi keberuntungan. Hal ini akan menjadi semacam “ramalan yang menjadi
kenyataan” yang membantu orang-orang yang gagal bisa bertahan dalam
menghadapi setiap kegagalan, selain itu keyakinan ini akan membuat mereka
berinteraksi dengan orang lain secara positif.

4. Prinsip Keempat: Mengubah Kesialan menjadi


Keberuntungan
Orang yang beruntung menggunakan berbagai teknik psikologis untuk mengatasi
dan bahkan berhasil mengalahkan hal-hal buruk yang menghalangi jalan
keberuntungan mereka. Misalnya, secara spontan mereka bisa membayangkan jika
ada sesuatu hal buruk akan terjadi, mereka tidak akan membiarkannya hal itu
terjadi, tetapi justru mengambil kendali situasi dan berusaha mengatasinya. 

***
Hal-hal menarik lainnya yang ditemukan dari penelitian Prof. Wiseman:

 Dalam suatu eksperimen Wiseman meminta responden untuk membuka


koran dan menghitung berapa banyak foto yang ada pada setiap halaman.
Orang-orang yang mempunyai mental kurang beruntung menganggap
perintah tersebut Cuma buang-buang waktu saja, dan biasanya mereka tidak
akan meneruskan begitu menyelesaikan halaman 3, karena disana tertulis
BERHENTI, ADA 43 FOTO DALAM KORAN INI. Sementara orang-orang
yang memiliki mental beruntung, mereka justru bertanya pada
peneliti, “Apakah anda tidak keberatan jika saya meneruskan
menghitung fotonya,”  “Tentu saja,” Jawab sang peneliti, dan pada
halaman berikutnya ada- tulisan besar, “BERHENTI. KATAKAN PADA
PENELITI, ANDA TELAH MELIHAT TULISAN INI DAN MEMENANGKAN
150 POUNDS [sekitar $235].
 Orang-orang yang bermental kurang beruntung saat mengalami kecelakaan
akan berkata, “Bagaimana mungkin saya mengalami kecelakaan seperti
ini,” – sementara orang-orang bermental beruntung akan berkata kurang
lebih, “Alhamdulillah, meski mengalami kecelakaan saya masih hidup,
dan saya bertemu orang yang bertabrakan dengan saya dan sekarang
kami jadi teman baik..”
 Cara untuk melatih seseorang selalu berpikir tentang keberuntungan adalah
dengan cara membuat “Buku Diary Keberuntungan” – setiap hari di akhir
semua kegiatan yang dia lakukan – dia diminta menulisakan SEMUA HAL
POSITIF dan KEBERUNTUNGAN, yang dia dapatkan hari itu, dan dia
DILARANG MENULIS hal-ha negatif yang dia alami hari itu. Esok harinya dia
membaca apa yang dia tuliskan di awal dia hendak memulai segala aktivitas
dan nanti (menjelang tidur) dia menuliskan hal-hal baru yang positif sebanyak
mungkin. Setelah seminggu dan hingga sebulan maka secara otomatis
pikiran orang tersebut terlatih untuk memikirkan hal-hal yang positif.

***
Adapun ada beberapa tambahan kegiatan untuk melatih mental beruntung dari
pelatihan yang saya (Penulis-red) ikuti dan tambahan dari hal-hal yang saya baca
melalui referensi seperti:

 • Mendoakan kebaikan kepada sekitar 40 orang yang kita temui, sepanjang


hari. Misal ketika kita melihat orang jualan, kita doakan dia agar jualannya
laris. Ketika melihat tetangga kita yang jadi tukang ojek, di doakan semoga
dia dapat penumpang, mendoakan tetangga kita yang sedang sakit, dan
seterusnya.
 Melakukan “The Power Of Positif Walking “ : saya sudah pernah
menuliskannya tentang hal ini di blog saya (facebook note) tetapi saya cari-
cari tautannya gak ketemu. In sya Allah akan saya tuliskan lagi jika ada yang
mau membacanya- tetapi intinya adalah, setiap hari kita melakukan olah raga
jalan sekitar 20 menit – dan sambil berjalan yang kita ingat adalah segala hal
yang bisa kita syukuri.
 Mencoba mempraktikkan “menyapa dan tersenyum setiap bertemu orang
(terutama yang ada di sekitar lingkungan kita ataupun yang baru kita kenal) –
saya juga pernah menuliskannya beberapa tahun lalu juga diblog/note
facebook …

Terakhir tantangannya adalah: Apakah ada diantara kita yang mau mencoba tips
yang diterapkan oleh Prof Wiseman pada murid-muridnya di “Sekolah
Keberuntungan” – Luck School – yaitu menuliskan apa segala hal positif setiap
hari dan beberapa hal yang disarankan di atas – dan membagikan pengalamannya
di catatan facebook?

Anda mungkin juga menyukai