Anda di halaman 1dari 2

James Levi Pranoto Kawotjo

2019-2-036 / TMK 3A - 11

Resume Materi “Moralitas dan Humanisme”


Dalam memandang sesuatu objek / peristiwa, tiap orang memiliki tanggapan dan pola
pikir yang berbeda – beda. Adanya selalu berpikir positif, tetapi ada juga yang selalu berpikir
negative. Dewasa ini semakin banyak orang yang menjadi ateis praktis, dimana mereka
memeluk agam namun dalam kehidupannya “dirinya sendiri” lah yang menjadi Tuhan atas
mereka. Selalu berusaha membenarkan diri sendiri dan mencari keuntungan sebanyak
mungkin tanpa peduli terhadap yang lain.
Setiap orang memiliki kesadaran akan kepedulian dan penghormatan terhadap
sesama, namun seringkali dipengaruhi oleh lingkungan. Makanya budaya daerah satu dengan
yang lainnya pasti ada perbedaan. Namun budaya yang berkembang belakangan ini seolah
olah hanya memandang dari satu sisi, hanya yang lolos dari kriteria sosial sempurna yang akan
medapatkan penghormatan dan pengakuan di dunia ini.
Sejatinya apapun yang kita lakukan, hukum yang tercipta, moral yang ada, rasa
kepedulian yang ada selalu mengarah kepada kebaikan dan keadilan tanpa memandang siapa
orangnya. Bukan masalah gender, umur, suku, fisik dan golongan, melainkan manusianya.
Setiap orang adalah manusia yang seharusnya dilakukan selayaknya manusia tanpa adanya
perbedaan.
Dunia perlu melihat bahwa hanya ada pilihan ya atau tidak, benar atau salah, sehingga
toleransi tidak bisa digunakan seenaknya, seperti telat 5 menit tidak apa apa, padahal
seharusnya telat. Hal seperti ini yang akhirnya membuat manusia tidak manusia lagi, hidup
seenaknya sendiri, egoism yang tinggi dan kerakusan diamana mana. Yang tinggi semakin
tinggi dan yang rendah semakin rendah.
Kita sebagai mahasiswa Politeknik ATMI memiliki pedoman 4C. dari empat dasar
tersebut kita sudah dapat pondasi hidup sosial yang baik dan benar. Jangan sampai kita
menjadi bagian atau oknum yang egois dan tidak manusiawi.

Slide Pertama
Mereka sama – sama bekerja walaupun situasi dan kondisi tempat kerja mereka
berbeda, keahlian dan tingkat kesulitan mereka berbeda, namum jika ditarik jauh dari tujuan
mereka bekerja adalah sama, yaitu mencari nafkah untuk hidup. Namun pandangan
masyarakat yang berkembang berbeda, tukang sapu dianggap menjadi pekerjaan yang hina
dan tidak layak untuk dibanggakan, sedangkan kerja kantoran dianggap sukses dan patut
dicontoh. Stigma masyarakat seperti ini yang akhrinya membuat pemisah diantara kedua
golongan tersebut, sehingga selalu berat sebelah.

Slide Kedua
Stephen Hawking dan atlet petinju. Jika dilihat secara fisik memang mereka berbeda
jauh, satu bisa dikatakan lemah dan satunya bisa dikatakan kuat. Jangan dilihat secara
James Levi Pranoto Kawotjo
2019-2-036 / TMK 3A - 11

penampilan saja, jika kita lihat secara keseluruhan pribadi mereka, mereka sama sama kuat
dan seorang pemenang. Stephen Hawking memiliki kekuatan di pikirannya seangkan petinju
memiliki kekuatan di ototnya. Ingat bahwa setiap orang unik dan memiliki keunggulan
masing-masing. Untungnya mereka memiliki keputusan yang tepat untuk menang atas
keadaan mereka, tidak jatuh pada kondisi namun berhasil menemukan keunggulan dari
masing pribadi mereka.

Slide Ketiga
Berbicara mengenai hubungan perasaan antara manusia, dalam hal ini mengenai
cinta. Sejatinya manusia bisa mencintai semua orang tanpa syarat, namun jika sudah dibawa
ke tahap yang serius pada hakikatnya perempuan dan laki laki akan berpasangan satu satu.
LGBTQ bukanlah hal yang umum dan diterima begitu saja. Berhubungan dengan keturunan
hanya satu laki laki dan satu perempuan yang dapat meneruskan keturunan. Maka hubungan
sesame jenis sudah dipastikan tidak sesuai dengan moralitas. Poligami dalam agama Islam
merupakan hal yang wajar, meskipun dalam masyarakat masih ada yang pro dan kontra,
Kembali ke diri pribadi masing masing. Namum jika dilihat lebih lagi sejatinya manusia tidak
bisa sempurna dan adil 100% oleh sebab itu dalam praktiknya poligami tidaklah bisa berjalan
dengan adil, akan timbul rasa tidak suka dan cemburu akan sesame.

Anda mungkin juga menyukai