Anda di halaman 1dari 10

1. PENDAHULUAN 1.2.

IDENTIFIKASI MASALAH

1.1. LATAR BELAKANG Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat di identifikasi beberapa masalah, antara

Wisata merupakan kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas manusia yang lain :

dilakukan secara sementara di luar dari tempat tinggalnya ke beberapa tempat lain • Potensi wisata religius dan wisata alam pada taman doa arnoldus yang belum di
tanpa bermaksud mencari keuntungan atau nafkah. Secara umum wisata dapat di bagi tata dengan baik.
menjadi beberapa jenis salah satunya wisata religus dan wisata alam.
• Dari segi arsitektural, belum tersedianya bangunan penunjang aktivitas wisata
Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang religius dan wisata alam dengan material serta bentuk yang sesui dengan jenis
terdiri dari berbagai macam suku dan budaya, yang mana pada setiap daerah memiliki wisata .
potensi yang berbeda dengan daerah lainnya seperti potensi alam, seni musik dan tari,
• Dari segi lingkungan, lbelum jelasnya zonasi antara lingkungan permukiman
arsitektur vernakular serta keragaman umat beragama yang sesuai dengan latar
warga dan area taman terkeasi.
belakang budaya yang ada pada daerah tersebut. Hal ini dapat di kembangkan
menjadi salah satu potensi di bidang pariwisata yang menguntungkan. Dengan 1.3. POTENSI
demikian potensi wisata baik wisata religius maupun wisata alam di NTT dapat menjadi
1. Potensi alam
salah satu daya tarik wisata bagi wisatawan, baik wisatawan lokal maupun wisatawan
• Memiliki pemandangan yang indah dengan view laut dan sebagian kota kupang
asing untuk berkunjung.

Dengan potensi yang mendukung untuknya terwujudnya sarana wisata religius


dan wisata alam di perlukan perencanaan dan penataan yang baik pada kawasan
wisata dengan memanfaatkan potensi yang ada sehingga mampu menunjang
kegiaatan berwisata.

Namun dengan fungsi dari jenis wisata yang berbeda pada satu lokasi yakni
• Terdapat perkebunan yang suda diitanami beberapa jenis vegetasi seperti
wisata religius dan wisata alam maka diperlukan pembeda yang jelas dari kedua fungsi
jagung dll
jenis wisata tersebut sehngga dibutuhkan sarana dan prasarana serta fasilitas
penunjang untuk kedua jenis kegiatan wisata tersebut.

Taman wisata dan rekreasi arnoldus merupakan salah satu tempat wisata yang
menghadirkan wisata religius dan wisata alam pada suatu lokasi, namun dengan
minimnya sarana danprasarana penunjang aktivitas yang ada pada lokasi diperlukan
perencanaan dan penataan sehingga menjadi kawasan wisata religius dan wisata alam
.
yang baik dan nyaman.
• Kondisi udara yang masih asri dan sejuk karena letak loasi yang berada pada 3. potensi penunjang lainnya
ketinggian.
• Akses menuju lokasi yang sudah memadai.

2. potensi arsitektural

• Sudah terdapat tempat untuk berdoa berupa gua maria dan beberapa fasilitas
penunjang.

• Lokasi sudah memiliki jaringan listrik yangmemadai.

• Adanya notasi pemberhenntian tiap peristiwa yang bisa di gunakan pada prosesi
jalan salip.
• Sudah tersedia beberapa tempat sampah pada lokasi.
1.4. KENDALA • Terdapat beberapa fungsi bangunan yang sedikit mengangu (kandang babi)

• Akses menuju gua maria yang masih belum memadai.jalan menuju gua masih
berupa jalan tanah yang masih belum diberi perkerasan,

1.5. IDE / GAGASAN

Berdasarkan berbagai potensi dan masalah yang ada, ide/gagasan yang di perlukan
• Sumber air yang lumayan sulit di dapat pada lokasi untuk membangun taman wisata dan rekreasi arnoldus adalah menata kawasan wisata
tersebut menjadi kawasan wisata yang ramah lingkungan dan bersahaja dengan tujuan
menjadikan taman wisata dan rekreasai arnoldus sebagai kawasan wisata religius dan
wisata alam yang lebih dikenal oleh masyarakat luas.

1.6. METODA PENANGANAN MASALAH

Uuntuk mewujudkan ide/gagasan yang telah dijelaskan mettode yang digunakan


adalah sebagai berikut :
• Belum tersedinya sistem drainase yang baik sehingga di khawatirkan dapat • menerapkan prinsip – prinsip arsitektur hijau sebagai pedoman dalam mendisain
terjadi banjir pada musim hujan. kawasan wisata an rekreasai arnoldus.

• Mengunakan pendekatan arsitektur vernakular pada bangunan atau vasilitas


penunjang yang ada pada area taman rekreasi.

• Site yang berkontur cukup mempersulit proses penataan masa bangunan.


2. LANDASAN TEORI 2.2. ARSITEKTUR HIJAU

2.1. PENGERTIAN PARIWISATA Arsitektur hijau merupakan suatu pendekatan perencanaan bangunan yang berusaha
untuk meminimalisasi berbagai pengaruh membahayakan pada kesehatan manusia dan
Definisi pariwisata terdapat pada Undang-Undang No.10/ 2009 tentang
lingkungan. Sebagai pemahaman dasar dari arsitektur hijau berkelanjutan, elemen-elemen
Kepariwisataan, pada Bab I pasal I mengenai ketentuan umum. Berdasarkan isi pasal
yang terdapat didalamnya adalah lansekap, interior, yang menjadi satu kesatuan dalam
tersebut dapat disimpulkan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan
oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk segi arsitekturnya.

tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata Tujuan utama dari green architecture adalah menciptakan eco desain, arsitektur ramah
yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Pariwisata adalah berbagai macam
lingkungan, arsitektur alami dan pembangunan berkelanjutan. Arsitektur hijau dapat
kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh
diterapkan dengan meningkatkan efisiensi pemakaian energi, air dan pemakaian bahan-
masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan Pemerintah Daerah.
bahan yang mereduksi dampak bangunan terhadap kesehatan. Perancangan Arsitektur
Pada hakekatnya berpariwisata adalah suatu proses kepergian sementara hijau meliputi tata letak, konstruksi, operasi, dan pemeliharaan bangunan.
dari seorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan
kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan baik kepentingan sosial maupun
2.3. PERINSIP - PERINSIP ARSITEKTUR HIJAU
kebudayaan. Kegiatan wisatawan dalam berwisata tentulah dipengaruhi oleh faktor-
faktor tertentu, baik faktor penarik maupun faktor pendorong dalam melakukan Prinsip-prinsip Arsitektur Hijau menurut Brenda dan Robert Vale, 1991, Green
kegiatan perjalanan Architecture Design fo Sustainable Future:

pariwisata. Fandeli (1995: 40) menjelaskan kedua faktor tersebut adalah sebagai A. Conserving Energy (Hemat Energi)
berikut :
Pada arsitektur hijau, pemanfaatan energi secara baik dan benar menjadi prinsip utama.
Bangunan yang baik harus memperhatikan pemakaian energi sebelum dan sesudah
1) Faktor Pendorong bangunan dibangun.

Faktor yang mendorong seseorang untuk berwisata adalah ingin terlepas, Desain bangunan harus mampu memodifikasi iklim dan dibuat beradaptasi dengan
meskipun sejenak dari kehidupan yang rutin setiap hari, lingkungan yang lingkungan bukan merubah kondisi lingkungan yang sudah ada. Berikut ini desain
tercemar, kemacetan lalu lintas dan hiruk pikuk kehidupan kota. bangunan yang menghemat energy :

2) Faktor Penarik • Bangunan dibuat memanjang dan tipis untuk memaksimalkanpencahayaan dan

Faktor ini berkaitan dengan adanya atraksi wisata di daerah atau di tempat menghemat energi listrik.

wisata. Atraksi ini dapat berupa kemashuran akan obyek wisata, tempat- • Memanfaatkan energi matahari yang terpancar dalam bentuk energi thermal sebagai
tempat yang banyak diperbincangkan orang serta sedang menjadi berita.
sumber listrik dengan menggunakan alat Photovaltai yang diletakkan di atas atap.
Sedangkan atap dibuat miring dari atas ke bawah menuju dinding timur-barat atau
sejalur dengan arah peredaran matahari untuk mendapatkan sinar matahari yang Metoda dan teknik transformasi :
maksimal
SUB SISTEM METODA TEKNIK
• Memasang lampu listrik hanya pada bagian yang intensitasnya rendah. Selain itu Transformasi  Dimensi/matra (dari 2
juga menggunakan alat kontrol pengurangan intensitas lampu otomatis sehingga matra ke 3 matra/
lampu hanya memancarkan cahaya sebanyak yang dibutuhkan sampai tingkat sebaliknya
terang tertentu  Sosok/latar (figure-
ground)
• Menggunakan Sunscreen pada jendela yang secara otomatis dapat mengatur
 Subtitusi
intensitas cahaya dan energi panas yang berlebihan masuk ke dalam ruangan.
Nilai Rupa (diganti/ditukar)
• Mengecat interior bangunan dengan warna cerah tapi tidak menyilaukan, yang (Ubah) Kombinasi  Antar waktu
bertujuan untuk meningkatkan intensitas cahaya. (lama+baru)

• Bangunan tidak menggunkan pemanas buatan, semua pemanas dihasilkan oleh  Periode (antar) langgam

penghuni dan cahaya matahari yang masuk melalui lubang ventilasi (style)
 Antar lokal (geografi)
• Meminimalkan penggunaan energi untuk alat pendingin (AC) dan lift.  Appliqué
(aplikasi/kerajinan)
 Eksagerasi
2.4. TRANSFORMASI ARSITEKTUR VERNAKULAR
Nilai Rupa Modifikasi  Eliminasi
Transformasi adalah kegiatan mengubah bentuk/susunan atau proses pengubahan bentuk. (Suai)  Repetisi/pengulangan
Secara umum transformasi dapat ditinjau dari dua aspek, yakni pengubahan dan Jeraman, 2017 : 11)
pengalihan.

Arsitektur Vernakular adalah arsitektur asli yang dibangun oleh masyarakat setempat. Atau
2.5. ARSITEKTUR NAEKAKE
Arsitektur Vernakluar adalah arsitektur yang perwujudannya sangat erat dengan seluruh
kondisi setempat diaman ia tumbuh. • POLA RUANG

Transformasi Arsitektur Vernakular adalah proses pengubahan bentuk/susunan arsitektur Pola ruang pada Uim Sonaf Usif Kloe Pose Taninas terlihat dari denah yang
vernakular menjadi arsitektur baru yang disebut Neo Vernakular berbentuk lingkaran, terdapat mesbah persembahan dengan empat tiang yang
melambangkan empat suku besar dan juga satu tiang utama yang berada ditengah
mesbah. Tunis berjumlah 6 batang, tiang matani berjumlah 4 batang, timif berjumlah 2
batang, nonof berumlah 6 batang. Lantai 1 digunakan untuk melakukan upacara adat
sedangkan Lantai 2 digunakan sebagai tempat menyimpan hasil panen seperti jagung
dan kacang-kacangan namun, yang lebih sering disimpan adalah jagung. Bagian depan
disebut Matan dan bagian belakang disebut Kotef.

Kotef Tunis

Tiang Matani
Timif
Nonof Material atap menggunakan alang-alang (Hun), orientasi bukaan mengarah pada
bagian selatan yaitu kearah gunung mutis yang diyakini mempunyai kekuatan besar dan
juga sebagai tempat persembahan benda-benda sakral.
Hun Tiang Akses untuk ke
Matani Lantai 2 • TEKNIK KONSTRUKSI

Matan

• FILOSOFI BENTUK

Empat tiang (Ni Ainaf) tersebut menggunakan kayu merah yang disebut matani.
Tiang utama (Ni Usaf)yang berada di tengah dan menjadi tiang penopang,tiang utama
(Ni Usaf)juga menggunakan kayu merah. Mesbah menggunakan campuran semen.
Rumah adat ini terdapat dua lantai, lantai satu untuk upacara adat dan lantai dua
berfungsi sebagai lumbung makanan. Penutup lantai dua menggunakan pelepah pinang
(Nesat).
• MATERIAL 2.6. ARSITEKTUR NGELA

Material yang digunakan pada konstruksi Uim Sonaf Usif Kloe Pose yaitu kayu • POLA RUANG
merah yang diambil dari hutan. Sebelum melakukan pemotongan kayu, mereka
Pada rumah adat Sa’oMeko ruang-ruang yang ada telah dibagi berdasarkan
melakukan ritual adat terlebih dahulu agar para leluhur melancarkan proses
fungsi dan kegunaan masing-masing, yang mana pada tiap ruang memiliki fungsi yang
pemotongan kayu tersebut. Kayu merah atau biasa disebut kayu matani dapat bertahan
berbeda antara satu dengan yang lainnya.Gambar denah di bawah ini menunjukan
sampai puluhan tahun. Selain menggunakan kayu merah mereka juga menggunakan
bentuk dari tiap ruang ada pada Sa’oMeko yang pada umumnya tiap ruang tersebut
pelepah pinang pada lapisan bagian atas dilantai 2 biasa diebut Nesak. Batu-batu yang
memiliki bentuk giometri berupa persegi dan persegi panjang.
berbentuk plat pada bagian luar Uim Sonaf Usif Kloe Pose Taninas digunakan untuk
menahan papan-papan yang berada di dinding agar tetap kokoh dan juga sebagai
bahan untuk membedakan tinggi lantai. Batu-batu ini biasa diambil dari gunung atau
kali. Material lantai Uim Sonaf Usif Kloe Pose Taninas yaitu tanah, atap menggunakan
alang-alang atau biasa disebut Hun. Pada bagian mesbah telah terjadi sedikit
perubahan dalam hal material yaitu menggunakan semen.

• FILOSOFI BENTUK
Bentuk geometri yang digunakan pada Sa’oMekoadalah bentuk trapesium dan 3. TINJAUAN LOKASI PERENCANAAN
persegi panjang. Namun bentuk trapesium yang diterapkan pada bagian atap memiliki
3.1. LETAK
bentuk yang tidak terlalu kaku dimana pada bagian sudut atap terdapat sedikit
lengkungan. 3.1.1. BATAS – BATAS WILAYAH

Lokasi studi berada di Baumata, Taebenu, Kupang, Nusa Tenggara Timur dengan
batas- batas wilayah sebagai berikut :

- Sebelah utara berbatasan dengan lahan kosong

- Sebelah selatan berbatasan dengan lahan kosong

- Sebelah barat berbatasan dengan rumah warga

- Sebelah timur brbatasan dengan lahan kosong


Untuk filosofi bentuk dari bentuk atap Sa’oMeko sendiri mengikuti bentuk dari
Menurut badan pusat statistik (BPS) kabupaten kupang (dalam katalog BPS
layar perahu hal ini dikarenakan nenek moyang (leluhur) dari penghuni rumah adat
11020015303121 “kecamatan Taebenu dalam angka 2019” ). Luas wilayah kecamatan
datang ke Desa Nggela menggunakan perahu.
Taebenu adalah 104,44 km2 , kecamatan Taebenu terdiri dari 8 desa yaitu Desa
• TEKNIK KONSTRUKSI Oelatsala, Kualalo, Bokong, Baumata Timur, Baumata Barat, Baumata Utara .

Struktur pada Sa’oMeko perpusat pada sebuah tiang tumpuh utama dan dibantu
dengan tiang penunjang lainnya, sedangkan sistem konstruksi yang digunakan pada
Sa’oMeko antara lain, sistem ikat, pasak dan paku.
3.2. KONDISI FISIK DASAR

3.2.1. TOPOGRAFI

Kondisi topografi Kecamatan Taebenu berada pada ketingian 500m di atas


permukaan air laut. Lokasi perencanaan berada di desa Baumata yang berada pada
kawasan yang landai yang memiliki aliran sungai pada area timur dari gua maria
Bikono.

3.2.2. KONDISI IKLIM

Menurut badan pusat statistik (BPS) kabupaten kupang (dalam katalog BPS 3.2.5. UTILITAS
11020015303121 “kecamatan Taebenu dalam angka 2019” ). Kecamatan
Pada lokasi sudah tersedia beberapa jaringan utilitas seperti listrik, bak aidan jaringan
Taebenu memiliki iklim tropis, dengan dua musim yaitu kemarau dan hujan telpon.

3.2.3. KONDISI GEOLOGI

Kondisi geologi pada site adalah tanah berbatu dan keras.

3.2.4. VEGETASI

Jenis vegetasi yang ada pasa site adalah jagung, kusambi , rumput liar dan
singkong.
3.3. DATA PARIWISATA

Secara umum jumblah wisatawan yang di kabupaten Kupang selama 3 tahun


terakhir terhitung dari tahun 2016 – 2018 di gambarkandalam grafik berikut.

Sebagaimana dapat di lihat bahwa terdapat penurunan yang signifikan baik untuk
jumblah wisatawan mancanegara maupun nusantara. Jumblah wisatawan
mancanegara pada tahun 2016 adalah sebanyak 2.667orang wisatawan yang
berkurang sebesar 5,9%menjadi 2..512 orang di tahun 2017 jumblah ini terus menurun

Anda mungkin juga menyukai