Anda di halaman 1dari 21

RESPONSI KASUS MATA

(KERATITIS)

Disusun untuk melaksanakan Tugas Kepaniteraan Klinik


KSM Ilmu Kesehatan Mata di RSD Nganjuk

Pembimbing :
dr. Linda Susanti, Sp. M

Disusun Oleh :

Ahmed Abdillah 21710065


Krisma Teta Agusta 21710026
Shofiatul Jannah 21710049

KSM ILMU KESEHATAN MATA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


NGANJUK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
segala Berkat dan Karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang
berjudul “Responsi Kasus Mata Keratitis” dengan baik dan tepat waktu. Laporan
kasus ini menjadi salah satu tugas kepaniteraan klinik dari SMF Ilmu Penyakit
Mata di RSD Nganjuk.

Dalam menyelesaikan laporan kasus ini, penulis mendapat bantuan dari


berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada dr. Dini Irawati, Sp.M yang telah meluangkan waktunya untuk
memberikan bimbingan dan masukan selama penyusunan laporan kasus ini dan
teman – teman sejawat serta berbagai pihak yang telah membantu menyelesaikan
laporan kasus ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari
sempurna. Oleh sebab itu, penulis membuka diri atas kritik dan saran yang
membangun guna kesempurnaan tugas ini. Semoga tugas laporan kasus ini dapat
bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan kita bersama.

Nganjuk, 27 April 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................


DAFTAR ISI ……………………………………………………………… .
BAB I LANDASAN TEORI .........................................................................
1. Definisi ...............................................................................................
2. Etiologi...... .........................................................................................
3. Gejala Utama.......................................................................................
4.
Klasifikasi .............................................................................................
5. Tatalaksana .........................................................................................

BAB II LAPORAN KASUS ........................................................................


DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
BAB I
LANDASAN TEORI

1. Definisi

Keratitis adalah infeksi pada kornea yang biasanya diklasifikasikan


menurut lapisan kornea yang terkena atau peradangan pada kornea dan
ditandai dengan edema kornea, infiltrasi sel inflamasi, dan kongesti silia.
Hal ini terkait dengan penyakit menular dan tidak menular, yang mungkin
sistemik atau terlokalisasi pada permukaan mata. (Ilyas, 2020).

2. Etiologi

Penyebab keratitis bermacam-macam yaitu bakteri, virus dan jamur.


Selain itu penyebab lain yang merupakan faktor predisposes adalah
kekeringan pada mata, pajanan terhadap cahaya yang sangat terang, benda
asing yang masuk ke mata, reaksi alergi atau mata yang terlalu sensitif
terhadap kosmetik mata, debu, polusi atau bahan iritatif lain, trauma dan
penggunaan lensa kontak yang kurang baik . (Madeleine, et al. 2020).

3. Gejala Utama

Kemerahan, Nyeri, Pengelihatan menurun, Fotofobia, Sekret, Epifora,


Blefarospasme (refleks menutup mata) (Ilyas, 2020).

4. Klasifikasi

1. Bakteri

a. Keratitis Streptococcus Pneumoniae (Pneumokokal)

Ulkus kornea pneumokokus biasanya timbul gejala 24-48 jam


setelah inokulasi pada kornea yang luka. Biasanya, menyebabkan
ulkus berbatas tegas yang menyebar dari tempat asal infeksi menuju
pusat kornea.
b. Keratitis Pseudomonas Aeruginosa

Ulkus kornea pseudomonas diawali dengan infiltrate kelabu


pada tempat Pemisahan epitel kornea. Sering terdapat nyeri yang berat
lesi cenderung menyebar secara cepat ke semua arah karena enzim
proteolitik yang dihasilkan organisme tersebut.

c. Keratitis Moraxella Liquefanciens

M liquefaciens (diplobacillus Petit) menyebabkan ulkus lonjong


tidak nyeri yang biasanya mengenai kornea Inferior dan berkembang
ke bagian dalam stroma selama waktu beberapa hari. Biasanya
hipopion sedikit atau tidak ada, dan kornea di sekitarnya biasanya
jernih.

d. Keratitis Streptococcus Grup A

Ulkus kornea sentral yang disebabkan oleh streptococcus beta


hemolitik tidak memiliki gambaran yang khas. Stroma kornea
sekelilingnya seringkali terinfiltrasi dan edematosa, dan biasanya
terdapat hipopion yang ukurannya agak besar. Kerokan seringkali
mengandung bakteri kokus gram positif berantai.

e. Keratitis Staphylococcus Aureus, Staphylococcus Epidermidis, &


Streptococcus Alfa-Hemolitikus

Ulkus kornea sentral yang disebabkan oleh organisme ini sering


terjadi, terutama pada kornea yang terganggu oleh penggunaan
kortikosteroid topical.

f. Keratitis Klamidia

Lima jenis utama konjungtivitis klamidia (trakoma,


konjungtivitis inklusi, limfogranuloma venereum ocular primer,
konjungtivitas parkit atau psikatosis, dan konjungtivitis, pneumonitis
kucing) dapat disertai Lesi kornea. Namun, hanya pada Trakoma dan
limfogranuloma venerum yang dapat menimbulkan kebutaan atau
merusak visus.

g. Keratitis Myobacterium Chelonae & Nocardia

Ulkus kornea yang disebabkan M chelonae dan Nocardia jarang


terjadi. Ulkus ini seringkali terjadi setelah trauma dan sering terjadi
karena berkontak dengan tanah. Ulkus tidak nyeri, dan dasar ulkus
seringkali memiliki garis menyebar yang membuatnya tampak seperti
kaca depan mobil yang retak. Hipopion bisa anda atau tidak ada.

2. Keratitis Jamur

Ulkus kornea akibat jamur dahulu hanya terdapat di lingkungan


pertanian, tetapi dengan adanya lensa kontak, penyakit imonusupresif,
dan penggunaan kortikosteroid, infeksi ini bisa terjadi dalam berbagai
populasi.

Ulkus jamur tidak nyeri dan ditandai oleh ilfiltrat dengan tepi
ireguler, seringkali hipopion, inflamasi bola mata yang nyata, ulkus
superfisial, dan lesi satelit (biasanya infiltrat di tempat yang jauh dari
daerah utama ulkus).

Sebagian besar ulkus jamur disebabkan oleh oportunis seperti


Candida, fusarium, Aspergillus, Penicillium, Cephalosporium, dan
sebagainya.

3. Keratitis Virus

a. Keratitis Virus Herpes Simpleks

Keratitis virus herpes simpleks (HSV) terjadi dalam dua


bentuk: primer dan rekuren. Keratitis ini merupakan penyebab
kebutaan dan parut kornea yang sering terjadi. Bentuk epitel adalah
pasangan ocular dari herpes labialis, yang keduanya memiliki
gambaran imunologi dan patologi yang sama serta perjalanan
penyakit yang serupa. Satu-satunya perbedaan adalah perjalanan
klinis

Keratitis mungkin lama karena keadaan stroma avascular,


yang memperlambat migrasi Limfosit dan makrofag ke lesi. Infeksi
HSV okuler pada orang yang imunokompeten sering seld limiting.
Namun, pada orang yang immnokompromais, termasuk pasien
yang diobati dengan kortikosteroid topikal, perjalanannya dapat
kronik dan membahayakan.

b. Keratitis Virus Varisela-Zoster

Keratitis virus varisela-zoster (VZV) terjadi dalam dua


bentuk: primer (varisela) dan rekuren (herpes zoster). Manifestasi
okuler jarang terjadi pada Varisela, tetapi sering pada zoster
oftalmik. Pada varisela (cacar air), lesi mata yang biasa adalah
bintik pada palpebra dan tepian palpebra.

c. Keratitis Adenovirus

Keratitis biasanya menyertai semua jenis konjungtivitis


adenovirus, yang mencapai puncaknya 5-7 hari setelah awitan
konjungtivitis. Ini adalah keratitis epitel halus yang paling baik di
lihat dengan slitlamp setelah penetesan fluoresen. Lesi kecil dapat
berkelompok membentuk lesi yang lebih besar.

d. Keratitis Virus Lainnya

Keratitis epitel halus dapat tampak pada infeksi virus lainnya,


seperti campak (yang terutama mengenai kornea sentral), rubella,
parotitis, munonukleosis infeksiosa, konjungtivitis hemoragik akut,
conjungtivitis penyakit Newwcastle, dan veruka pada tepian
palpeba.
e. Keratitis Acanthamoeba

Acanthamoeba adalah protozoa di alam bebas yang tumbuh


di dalam air tercemar yang mengandung bahan organik dan bakteri.
Infeksi kornea oleh Acanthamoeba biasanya karena pemakaian
lensa kontak lunak, termasuk lensa hidrogel silikon, atau
pemakaian semalaman lensa kontak keras (gas permeable)untuk
mengoreksi kelainan refraksi (ortokeratologi).

4. Keratitis Steril

a. Keratitis Marginal

Kebanyakan ulkus kornea marginal jinak, tetapi sangat nyeri.


Ulkus ini akibat konjungtivitis bakteri akut atau kronik, terutama
blefarokonjungtivitis stafilokokal dan yang lebih jarang
konjungtivitis Haemophilus, namun, ini bukan merupakan proses
infeksi, dan pada kerokan tidak mengandung bakteri penyebab.
Keratitis ini adalah akibat sensitisasi terhadap produk bakteri:
antibody dari pembuluh darah limbus bereaksi dengan antigen yang
berdifusi melalui epitel kornea.

b. Ulkus Mooren

Penyebab dari Ulkus Mooren masih belum di ketahui,


tetapi di curigai etiologic nya autoimun, di tandai dengan
ekskavasi progresif pada limbus dan kornea perifer yang sangat
nyeri, yang sering menyebabkan hilangnya mata tersebut. Ulkus
ini paling sering terjadi pada usia lanjut, tetapi tampaknya tidak
terkait dengan penyakit sistemik yang paling sering mengenai
orang lanjut usia.
c. Keratokonjungtivitis Fliktenularis

Fliktenula adalah penumpukan setempat limfosit,


monositm makrofag, dan netrofil. Fliktenula timbul pertama
kali pada limbus, tetapi pada serangan berulang, dapat mengenai
konjungtiva bulbi dan kornea.

d. Keratitis Ulseratif Perifer (Keratitis Marginal Pada Autoimun)

Kornea perifer menerima nutrisinya dari aqueous humor,


kapiler limbus, dan film air mata.

e. Defisiensi Vitamin A

Ulkus kornea khas yang di sebabkan oleh avitaminosis A


terletak di sentral dan bilateral, berwarna abu-abu, dan tidak
nyeri, dan hilangnya kilau kornea di sekelilinnya. Kornea
menjadi lunak dan nekrotik (keratomalasia), serta perforasi
sering terjadi. Epitel konjungtiva berkeratin, yang di tandai
dengan adanya bitnik Bitot.

f. Keratitis Neurotrofik

Disfungsi nervus trigeminus, akibat trauma, pembedahan,


tumor, inflamasi, atau penyebab lainnya, dapat menyebabkan
anestesia kornea dengan hilangnya reflex berkedip sebagai salah
satu mekanisme pertahanan kornea, dan hilangnya faktor tropic
yang utama untuk fungsi epitel.

g. Keratitis Pajanan

Keratitis Pajanan dapat timbul pada setiap keadaan ketika


kornea tidak di lembabkan dan di tutupi oleh palpebra dengan
baik.
h. Keratitis Epitel Diinduksi-Obat

Keratitis epitel sering terjadi pada pasien yang


menggunakan obat antivirus, terumatama trifluridine, dan
beberapa antibiotic spektrum luas, dan spektrum sedang seperti
neomisin, gentamisin, dan tebramisin.

i. Keratokonjungtivitis Sika (Termasuk Sindrom Sjogren)

Filamen epitel di setengah inferior kornea adalah tanda


utama penyakit autoimun, yang sekresi kelenjar lakrimalis dan
lakrimal aksesoriusnya berkurang atau tidak ada. Terdapat pula
keratitis epitel blotchy yang mengenai terutama setengah inferior
kornea. Pada kasus berat, terdapat psudofilamen mukosa yang
menempel pada epitel kornea.

Pola keratitis ini juga terjadi pada penyakit


konjungtiva bersikatriks seperti pemfigoid membrane mukosa
ocular, yang menjadi tempat destruksi sel goblet konjungtiva
yang menyebabkan defisiensi mukos sehingga air mata tidak
membasahi epitel kornea secara efektif.

5. Tatalaksana

1. Bakteri :

Pengobatan Lini Pertama : Fluorokuinolon topikal (mis.,


Ofloksasin, moksifloksasin) Pengobatan Lini Kedua : Sefuroksim
topikal (diperkuat 5%) dan gentamisin (diperkuat 1,5%)

2. Klamidia:

Pengobatan Lini Pertama : Azitromisin, Doksisiklin,


eritromisin, atau tetrasiklin oral. Pengobatan Lini Kedua :
silfonamid topikal, tetrasiklin, eritromisin, atau rifampisin.
3. Mikrobobakteria :

Pengobatan Lini Pertama : Amikasin 2,5% topikal dan


levofloksasin. Pengobatan Lini Kedua : Azitromisin topikal

4. Jamur :

Pengobatan Lini Pertama : Berfilamen : Natamisin topical.


Pengobatan Lini Kedua : Vorikonazal topikal (1%)

5. Virus :

Pengobatan Lini Pertama : Asiklovir atau Gansiklovir topical.


Pengobatan Lini Kedua : Trifluorotimidin topikal

6. Acanthamoeba :

Pengobatan Lini Pertama : Binguanid (mis., Poliheksametilen


binguanid 0,02%) dan/atau diamidin (mis., hexamidine 0,1%)
BAB II
LAPORAN KASUS

Identitas Pasien
Nama : Sdr. T
Usia : 05-01-2003 (19 th )
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Belum Menikah
Alamat : Rejoso, Nganjuk
Pekerjaan : Buruh Tani
Suku : Jawa
Agama : Islam
No.RM : 22498151
Tanggal Pemeriksaan : 27 April 2022

Anamnesis

Keluhan Utama : Penglihatan kabur

Riwayat Penyakit Sekarang : Penglihatan kabur pada mata kiri sejak 1


minggu yang lalu. Pasien
mendeskripsikan pandangan buram seperti
tidak jelas melihat jauh . Penglihatan mata
kiri pasien menurun secara mendadak.
Pasien mengatakan sebelumnya pada mata
kiri terkena lumpur sawah saat bekerja.
Pasien juga mengeluh mata kirinya
berwarna merah tetapi tidak ada keluhan
nyeri, tidak keluar air mata berlebihan,
tidak sulit membuka mata, tidak silau dan
tidak merasa ada yang mengganjal pada
mata kirinya. Pasien mengatakan
memberat saat bangun tidur pandangan
lebih kabur dan merah tetapi perlahan
dapat membaik sendiri. Saat menutup
mata pasien mengatakan keluhan mata
lebih ringan.

Riwayat Penyakit Mata Sebelumnya : Pasien sebelumnya datang ke Rumah Sakit


Umum Daerah Nganjuk pada tanggal 20
April 2022 dengan keluhan mata kiri
penglihatan kabur, merah, sulit membuka
mata karena silau terkena cahaya dan
terdapat nyeri. Pasien juga mengatakan
seperti ada yang mengganjal pada mata
kirinya Pasien juga mengatakan
sebelumnya sudah di bawa ke puskesmas
dan mendapat terapi Ailin tetes mata.

Riwayat Trauma Mata : Ada, terkena lumpur di sawah

Riwayat Kaca Mata : Tidak ada

Riwayat Operasi Mata : Tidak ada

Riwayat Penyakit Sistemik : Riwayat Diabetes Melitus : tidak ada

Riwayat Hipertensi : tidak ada

Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada keluarga yang sakit seperti ini

Riwayat Sosial : Merokok (-), Alkohol (-)

Riwayat Terapi : Pada 20 April 2022 mendapatkan terapi


Ciprofloxacin 2x500mg , Dexketoprofen
2x25mg , Sanbe Tears 6x gtt 1 os , Levocin
tetes mata 6x gtt 1 os, Natacen tetes mata
4x gtt 1 os.
Pemeriksaan Fisik
1. Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda-tanda vital
 Tekanan Darah : Tidak diperiksa
 Frekuensi Nadi : Tidak diperiksa
 Suhu : Tidak diperiksa
 RR : Tidak diperiksa
 SpO2 : Tidak diperiksa
Kepala Leher
 A/I/C/D : -/-/-/-
Thorax
 Cor : Tidak diperiksa
 Pulmo : Tidak diperiksa
Abdomen : Tidak diperiksa
Ekstremitas : Tidak diperiksa

2. Status Oftamologi
OD OS

Visus 6/6 6/15 False 2

Palpebra
 Nyeri Tekan - -
 Hiperemi - -
 Edema - -
 Massa - -
 Sekret - -
 Entropion - -
 Ektropion - -
 Trikiasis - -
 Madarosis - -
 Blefarospasme - -
 Lagoftalmos - -
 Ptosis - -
 Hematoma - -
Conjungtiva
 CI - -
 PCI - +
 SCH - -
 Chemosis - -
 Sekret - -
 Massa/Nodul - -
 Jaringan fibrovaskular - -
 Corpus Alienum - -
Sistem Lakrimalis
 Epifora - -
 Dry Eye - -
Cornea
 Kejernihan Jernih Jernih
 Permukaan Rata Rata

 Sensibilitas Kornea + +

 Infiltrat - -
- -
 Sikatriks
- -
 Arcus Senilis
- -
 Angulus Senilis
- +
 Defect Epitel
Sklera
 Warna Putih Putih
 Ikterus - -

 Jaringan Fibrotik - -

COA
 Kedalaman Dalam Dalam
 Hifema - -
 Hipopion - -
 Efek Tyndall - -
Iris
 Warna Coklat Kehitaman Coklat Kehitaman
 Atrofi - -
 Nodul - -
 Sinekia - -
 Koloboma - -
 Rubeosis iridis - -
Pupil
 Letak Tengah Tengah
 Bentuk Bulat Bulat

 Ukuran 3 mm 3 mm

 Refleks cahaya :
- Direct + +

- Indirect + +

 RAPD
Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Lensa
 Kejernihan Jernih Jernih
 Iris Shadow Test - -
TIO
 Tonometer Digital N N
Palpasi Tidak diperiksa Tidak diperiksa
 Tonometer Schiotz
Gambar Mata Pasien

Pemeriksaan Fluorescein Test

Hasil : Pemeriksaan Fluorescein test (+) terdapat defek epitel pada arah jam 3
paling tebal dan terdapat bercak-bercak.

3. Resume
Penglihatan kabur pada mata kiri sejak 1 minggu yang lalu. Pasien
mendeskripsikan pandangan buram seperti tidak jelas melihat jauh . Penglihatan
mata kiri pasien menurun secara mendadak. Pasien mengatakan sebelumnya pada
mata kiri terkena lumpur sawah saat bekerja. Pasien juga mengeluh mata kirinya
berwarna merah. Pasien mengatakan memberat saat bangun tidur pandangan lebih
kabur dan merah tetapi perlahan dapat membaik sendiri. Saat menutup mata
pasien mengatakan keluhan mata lebih ringan. Hasil pemeriksaan visus mata
kanan 6/6 sedangkan mata kiri visusnya 6/15 false 2. Pada pemeriksaan terdapat
hiperemi pada perikornea dan pada cornea defek epitel (+) mata kiri. Pada
pemeriksaan Fluorescein test didapatkan hasil (+).

4. Diagnosa Banding

 Konjungtivitis
 Keratitis
 Uveitis Anterior
 Glaukoma Akut

Perbedaan Keratitis Konjungtivitis Uveitis Glaukoma


anterior akut
Penglihatan <N N <N <N
Visus Menurun Tidak Menurun ( Menurun
(mendadak) terganggu (mendadak)
Hiperemi Perikornea Konjungtiva siliar Episkleras
Nyeri Hebat, seperti Ringan Ringan / Hebat &
benda asing /sedang perih sedang menjalar
pedih seperti
kelilipan
Fotofobia Bervariasi / Tidak ada / Ringan Ringan /berat
nyata ringan /sedang
Epifora + - + -
Kornea Bercak Jernih Keratic Edema, Keruh
infiltrat presipitat (tidak bening )
Fluoresein +

5. Diagnosa Kerja : OS Keratitis


6. Prognosis

 Ad vitam : Dubia ad Bonam


 Ad functionam : Dubia ad Bonam
 Ad sanationam : Dubia ad Bonam
 Ad cosmeticam : Dubia ad Bonam

7. Planning

A. Planning Diagnostics

 Pewarnaan Gram
 Kultur untuk Identifikasi bakteri dan laporan sensitivitas antibiotik.

B. Planning Terapi

 Terapi suportif : Siklopegik misalnya atropin 1% untuk mengurangi


nyeri akibat spasme siliar dan mencegah sinekia posterior,
Parasetamol / ibu profen sebagai analgesik dan anti inflamasi,
Vitamin A B kompleks C untuk membantu penyembuhan.
 Terapi Spesifik : Hasil kultur + sensitivitas = disesuaikan
Bakteri : Antibiotik topikal gentamicin 0,3% , oflokxacin 0,3%
setiap ½ -1 jam dalam 24-48 jam pertama kemudian ditappering
sesuai kondisi klinis
Jamur : Antifungi topikal Fluconazol 0,2% tetes mata atau Nystatin
satu jam sekali dalam 48 jam kemudian di tappering selama (6-8
minggu).

C. Planning Edukasi

 Edukasi terhadap keluarga pasien mengenai kondisi pasien dan


bagaimana tatalaksananya.
 Edukasi terhadap pasien mengenai kondisi mata pasien.
 Mengedukasi pasien dan keluarga pasien agar rutin untuk berobat ke
rumah sakit.
 Edukasi agar mengurangi aktivitas melihat gadget.
DAFTAR PUSTAKA

Acharya, Manisha. 2019. Pearls and Paradigms in Inefective Keratitis.


Romanian Journal of Ophthalmology. 63(2).
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6626937/ . 08 Mei
2022. Pukul 06.00.
Eva, Paul Riordan. 2020. Oftalmologi Umum. EGC. Edisi 19.
Ilyas, Sidarta. 2020. Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
Lang GK. Cornea. In : Lang GK. Ophthalmology A Pocket Textbook
Atlas. 2nd edition. Stuttgart ; thieme ; 2007
Madeleine Puig, et al. 2020 Etiology and Risk Factors for Infectious
Keratitis in South Texas. J Ophthalmic Vis Res. 2020 Apr-Jun;
15(2): 128–137. doi: 10.18502/jovr.v15i2.6729
Singh, Prabhakar. 2021. Keratitis. StatPearls Publising.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559014/ . 08 Mei 2022.
Pukul 06.00.

Anda mungkin juga menyukai