Anda di halaman 1dari 26

METODE NHT (NUMBER HEAD TOGETHER) DAN

TPS (THINK PAIR SHARE)

DALAM PEMBELAJARAN KIMIA MATERI KOLOID


DI SMA NEGERI 1 KEDIRI

MAKALAH

Oleh :
SULISTYO WIDODO, S.Si

SMA NEGERI 1 KEDIRI

2018

i
METODE NHT (NUMBER HEAD TOGETHER) DAN
TPS (THINK PAIR SHARE)

DALAM PEMBELAJARAN KIMIA MATERI KOLOID


DI SMA NEGERI 1 KEDIRI

MAKALAH
Disusun sebagai syarat kenaikan pangkat/golongan dari
III/d ke IV/a

Oleh :
SULISTYO WIDODO, S.Si

CABANG DINAS PENDIDIKAN WILAYAH KEDIRI

SMA NEGERI 1 KEDIRI

2018

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Makalah dengan judul Metode NHT (Number Head Together) dan TPS (Think Pair Share)

Dalam Pembelajaran Kimia Materi Koloid di SMA Negeri 1 Kediri.

Penulis

SULISTYO WIDODO, S.Si


NIP. 19791113 200604 1 014

Mengetahui Kepala SMA Negeri 1 Kediri

WIDAYAT, S.Pd, MM
NIP. 19651017 198811 1 002

iii
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR
DINAS PENDIDIKAN
CABANG DINAS PENDIDIKAN WILAYAH KEDIRI
SMA NEGERI 1 KEDIRI
NPSN : 20534389
Jalan Veteran 1 Kediri Telp. (0354)-771829 www.smastkediri.sch.id redaksi@smastkediri.sch.id

SURAT KETERANGAN PENGELOLA PERPUSTAKAAN


No. 60296

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Bambang Yulianto, M.Pd
Pangkat/Golongan : Pembina / IV/a
Jabatan : Kepala Pengelola Perpustakaan
menerangkan dengan sesunguhnya bahwa makalah berjudul Metode NHT (Number Head
Together) dan TPS (Think Pair Share) Dalam Pembelajaran Kimia Materi Koloid di SMA
Negeri 1 Kediri karya :

Nama : Sulistyo Widodo, S.Si


Pangkat/Golongan : Penata Tk. I / III/d
Jabatan : Guru Kimia
Telah didokumentasikan di perpustakaan SMA Negeri 1 Kediri.
Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Mengetahui Kediri, 6 Agustus 2018


Kepala SMA Negeri 1 Kediri Kepala Perpustakaan

WIDAYAT, S.Pd, MM BAMBANG YULIANTO, M.Pd


NIP. 19651017 198811 1 002 NIP. 19710715 199802 1 004
KATA PENGANTAR
iv
Puji syukur ke hadirat Tuhan yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada
penulis sehingga karya tulis yang berjudul Metode NHT (Number Head Together) dan TPS
(Think Pair Share) Dalam Pembelajaran Kimia Materi Koloid di SMA Negeri 1 Kediri ini
dapat diselesaikan sesuai dengan rencana.

Karya tulis ini berisi tentang kesulitan peserta didik dalam mempelajari Kimia terutama
pada materi Koloid. Untuk itu diperlukan metode yang efektif. Metode NHT (Number Head
Together) dan TPS (Think Pair Share) sangat efektif digunakan unttuk pembelajaran kimia
khususny materi Koloid.

Dalam penulisan karya tulis ini, penulis mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Widayat, S.Pd, MM selaku kepala SMAN 1 Kediri yang telah memberikan
motivasi dan dorongan kepada penuls.
2. Teman-teman sejawat penulis di SMAN 1 Kediri yang telah memberikan bantuan
kepada penulis.
3. Anak dan Istri penulis yang selalu memberi inspirasi kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa di dalam karya tulis ini masih terdapat beberapa kekurangan
dan kesalahan. Untuk itu, saran dan kritik dari pembaca sangat penulis harapkan. Atas
saran dan kritiknya, penulis ucapkan terima kasih.

Penulis

DAFTAR ISI

v
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN……….................................................................iii
SURAT KETERANGAN PENGELOLA PERPUSTAKAAN………............iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................v
DAFTAR ISI .......................................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................2

BAB II KAJIAN PUSTAKA


2.1 Pengertian NHT dan TPS.................................................................3
2.2 Langkah-langkah NHT dan TPS......................................................4
2.3 Kelebihan NHT dan TPS..................................................................5
2.4 Kelemahan NHT dan TPS................................................................7
2.4 Koloid...............................................................................................8

BAB III PEMBAHASAN


3.1 Kelebihan Number Head Together dan Think Pair Share................13
3.2 Langkah-langkah Number Head Together.......................................15

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan........................................................................................16
4.2 Saran .................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................17
LAMPIRAN…….................................................................................................18

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 menyatakan bahwa


pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar. Dalam pembelajaran, guru harus memahami hakikat materi pelajaran
yang diajarkannya dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang
kemampuan siswa untuk belajar dengan perencanaan pengajaran yang matang oleh
guru.Paradigma lama tentang proses pembelajaran yang bersumber pada teori tabula rasa John
Lock dimana pikiran seorang anak seperti kertas kosong dan siap menunggu coretan-coretan
dari gurunya sepertinya kurang tepat lagi digunakan oleh para pendidik saat ini.Tuntutan
pendidikan sudah banyak berubah. Pendidik perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan
belajar mengajar dimana anak dapat aktif membangun pengetahuannya sendiri. Hal ini sesuai
dengan pandangan kontruktivisme yaitu keberhasilan belajar tidak hanya bergantung pada
lingkungan atau kondisi belajar, tetapi juga pada pengetahuan awal siswa.Belajar melibatkan
pembentukan “makna” oleh siswa dari apa yang mereka lakukan, lihat,dan dengar.

Model pembelajaran Cooperative Learning merupakan salah satu model pembelajaran


yang mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pengajaran Cooperative Learning dapat
didefinisikan sebagai sistem kerja/ belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam
struktur ini adalah lima unsur pokok (Johnson & Johnson, 1993), yaitu saling ketergantungan
positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses
kelompok

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah
sebagai berikut :

1. Apakah kelebihan dari Number Head Together (NHT) dan Think Pair Share (TPS) ?

2. Bagaimana Langkah-langkah model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dan


Think Pair Share (TPS)?

1
1.3 Tujuan Penulisan :

Tujuan penulisan makalah yang berjudul Metode NHT (Number Head Together) dan
TPS (Think Pair Share) Dalam Pembelajaran Kimia Materi Koloid di SMA Negeri 1 Kediri
adalah sebagai berikut :

1. Untuk mendeskripsikan kelebihan metode Number Head Together (NHT) dan Think
Pair Share (TPS).

2. Untuk mendeskripsikan Langkah-langkah Model Pembelajaran Numbered Head


Together (NHT) dan Think Pair Share (TPS).

2
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Numbered Head Together (NHT) dan Think Pair Share (TPS)

Menurut Suhermi, 2004 (dalam Idha Sri Wahyuni ,2013) menyatakan bahwa
“Numbered Head Together adalah pendekatan yang dikembangkan untuk melibatkan lebih
banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek
pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut”. Pendapat seperti di atas juga di dukung
oleh para ahli yang lain seperti Muslimin (2000:65) yang mengemukakan bahwa: “Numbered
Head Together adalah salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif dengan sintaks: pengarahan,
buat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu, berikan persoalan materi
bahan ajar (untuk tiap kelompok sama tetapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor
siswa, tiap siswa dengan nomor yang sama mendapat tugas yang sama) kemudian bekerja
dalam kelompok, presentasi kelompok dengan nomor siswa yang sama sesuai tugas masing-
masing sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa,
umumkan hasil kuis dan beri reward”.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran


Numbered Head Together (NHT) adalah suatu model pembelajaran berkelompok yang setiap
anggota kelompoknya bertanggung jawab atas tugas kelompoknya masing-masing, sehingga
tidak ada pemisahan antara siswa yang satu dengan siswa yang lain dalam satu kelompok
untuk saling berbagi ilmu antara satu dengan yang lainnya.

Sedangkan metode pembelajaran Think Pair Share diharapkan siswa dapat


mengembangkan keterampilan berfikir dan menjawab dalam komunikasi antara satu dengan
yang lain, serta bekerja saling membantu dalam kelompok kecil. Hal ini sesuai dengan
pengertian dari model pembelajaran Think Pair Share itu sendiri, sebagaimana yang
dikemukakan oleh Lie (2002:57) bahwa, “Think-Pair-Share adalah pembelajaran yang
memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri dan bekerjasama dengan orang lain”. Maka
dalam hal ini, guru sangatlah berperan untuk membimbing siswa melakukan diskusi kelompok,
sehingga terciptanya suasana belajar yang lebih aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
Dengan demikian jelas bahwa melalui model pembelajaran Think Pair Share, siswa secara
langsung dapat memecahkan suatu masalah, memahami suatu materi secara berkelompok dan

3
saling membantu antara satu dengan yang lainnya, membuat kesimpulan dari hasil diskusi
serta mempresentasikan di depan kelas sebagai salah satu langkah evaluasi terhadap kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan siwa.

2.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dan Think Pair
Share (TPS)

Numbered Head Together dikembangkan oleh Spencer Kagen dengan melibatkan para
siswa dalam mereview bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek atau
memeriksa pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut. Sebagai pengganti pertanyaan
langsung kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat langkah sebagai berikut:

Langkah 1, penomoran (numbering): guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok
atau tim yang beranggotakan 3 hingga 5 orang dan memberi mereka nomor, sehingga tiap
siswa dalam tim tersebut memiliki nomor yang berbeda.

Langkah 2, pengajuan pertanyaan: guru mengajukan suatu pertanyaan kepada siswa.


Pertanyaan dapat bervariasi dari yang bersifat spesifik hingga yang bersifat umum.

Langkah 3, berpikir bersama (Head Together): para siswa berpikir bersama untuk
menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban tersebut.

Langkah 4, pemberian jawaban: guru menyebutkan suatu nomor dan para siswa dari tiap
kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk
seluruh kelas (Ibrahim et all, 2000: 28).

Sebagai suatu model pembelajaran Think-Pair-Share memiliki langkah-langkah


tertentu. Menurut Muslimin (2001: 26) langkah-langkah Think-Pair-Share ada tiga yaitu :
Berpikir (Thinking), berpasangan (Pair), dan berbagi (Share) :

Tahap 1 : Thinking (berpikir) . Kegiatan pertama dalam Think-Pair-Share yakni guru


mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan topik pelajaran. Kemudian siswa diminta
untuk memikirkan pertanyaan tersebut secara untuk beberapa saat. Dalam tahap ini siswa
dituntut lebih mandiri dalam mengolah informasi yang dia dapat.

Tahap 2 : Pairing (berpasangan) . Pada tahap ini guru meminta siswa duduk berpasangan
dengan siswa lain untuk mendiskusikan apa yang telah difikirkannya pada tahap pertama.
Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat membagi jawaban dengan pasangannya. Biasanya
guru memberikan waktu 4-5 menit untuk berpasangan.

4
Tahap 3 : Share (berbagi). Pada tahap akhir guru meminta kepada pasangan untuk berbagi
jawaban dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka diskusikan. Ini efektif dilakukan
dengan cara bergiliran pasangan demi pasangan dan dilanjutkan sampai sekitar seperempat
pasangan telah mendapat kesempatan untuk melaporkan.

2.3 Kelebihan Numbered Head Together (NHT) dan Think Pair Share (TPS)

Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa
yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18), antara
lain adalah :

a. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi

b. Memperbaiki kehadiran

c. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar

d. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil

e. Konflik antara pribadi berkurang

f. Pemahaman yang lebih mendalam

g. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi

h. Hasil belajar lebih tinggi

Kelebihan ini terjadinya interaksi antara siswa melalui diskusi/siswa secara bersama
dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Siswa pandai maupun siswa lemah sama-sama
memperoleh manfaat melalui aktifitas belajar kooperatif. Dengan bekerja secara kooperatif ini,
kemungkinan konstruksi pengetahuan akan manjadi lebih besar/kemungkinan untuk siswa
dapat sampai pada kesimpulan yang diharapkan. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menggunakan keterampilan bertanya, berdiskusi, dan mengembangkan bakat
kepemimpinan.

Adapaun kelebihan metode pembelajaran TPS menurut Ibrahim, dkk. (2000:6):

a) Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas. Penggunaan metode pembelajaran TPS


menuntut siswa menggunakan waktunya untuk mengerjakan tugas-tugas atau permasalahan
yang diberikan oleh guru di awal pertemuan sehingga diharapkan siswa mampu memahami
materi dengan baik sebelum guru menyampaikannya pada pertemuan selanjutnya.

5
b) Memperbaiki kehadiran. Tugas yang diberikan oleh guru pada setiap pertemuan selain
untuk melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran juga dimaksudkan agar siswa
dapat selalu berusaha hadir pada setiap pertemuan. Sebab bagi siswa yang sekali tidak hadir
maka siswa tersebut tidak mengerjakan tugas dan hal ini akan

c) mempengaruhi hasil belajar mereka.

d) Angka putus sekolah berkurang. Model pembelajaran TPS diharapkan dapat memotivasi
siswa dalam pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat lebih baik daripada pembelajaran
dengan model konvensional.

e) Sikap apatis berkurang. Sebelum pembelajaran dimulai, kencenderungan siswa merasa


malas karena proses belajar di kelas hanya mendengarkan apa yang disampaikan guru dan
menjawab semua yang ditanyakan oleh guru. Dengan melibatkan siswa secara aktif dalam
proses belajar mengajar, metode pembelajaran TPS akan lebih menarik dan tidak monoton
dibandingkan metode konvensional.

f) Penerimaan terhadap individu lebih besar. Dalam model pembelajaran konvensional,


siswa yang aktif di dalam kelas hanyalah siswa tertentu yang benar-benar rajin dan cepat
dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru sedangkan siswa lain hanyalah
“pendengar” materi yang disampaikan oleh guru. Dengan pembelajaran TPS hal ini

g) dapat diminimalisir sebab semua siswa akan terlibat dengan permasalahan yang
diberikan oleh guru.

h) Hasil belajar lebih mendalam. Parameter dalam PBM adalah hasil belajar yang diraih
oleh siswa. Dengan pembelajaran TPS perkembangan hasil belajar siswa dapat diidentifikasi
secara bertahap. Sehingga pada akhir pembelajaran hasil yang diperoleh siswa dapat lebih
optimal.

i) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. Sistem kerjasama yang diterapkan
dalam model pembelajaran TPS menuntut siswa untuk dapat bekerja sama dalam tim, sehingga
siswa dituntut untuk dapat belajar berempati, menerima pendapat orang lain atau mengakui
secara sportif jika pendapatnya tidak diterima.

Tahapan-tahapan dalam pembelajaran Think Pair Share memang sangat sederhana,


namun penting terutama dalam menghindari kesalahan dalam kerja kelompok siswa. Dalam
model ini guru meminta siswa untuk memikirkan suatu topik, berpasangan dengan siswa lain,

6
kemudian berbagi ide dengan seluruh kelas. Adanya kegiatan berpikir, berpasangan dan
berbagi dalam metode Think Pair Share ini memberi banyak keuntungan yakni siswa secara
individual dapat mengembangkan pemikirannya masing-masing karena adanya waktu berpikir
sehingga kualitas jawaban siswa juga dapat meningkat.

2.4 Kelemahan Numbered Head Together (NHT) dan Think Pair Share (TPS)

Dalam menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) terdapat


beberapa kelemahan yang harus diwaspadai, hal ini dilakukan agar tidak terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan dalam pembelajaran, adapun kelemahan-kelemahan tersebut menurut
Krismanto (2003:65) adalah “1) Siswa yang sudah terbiasa dengan cara konvensional akan
sedikit kewalahan, 2) Guru harus bisa memfasilitasi siswa, 3) tidak semua mendapat giliran”.

Siswa yang pandai akan cenderung mendominasi sehingga dapat menimbulkan sikap
minder dan pasif dari siswa yang lemah. Proses diskusi dapat berjalan lancar jika ada siswa
yang sekedar menyalin pekerjaan siswa yang pandai tanpa memiliki pemahaman yang
memadai. Pengelompokkan siswa memerlukan pengaturan tempat duduk yang berbeda-beda
serta membutuhkan waktu khusus.

Adapun kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share adalah sangat
sulit diterapkan di sekolah yang rata-rata kemampuan siswanya rendah dan waktu yang
terbatas, sedangkan jumlah kelompok yang terbentuk banyak (Hartina, 2008: 12). Kelemahan
metode TPS adalah pembelajaran yang baru diketahui, kemungkinan yang dapat timbul adalah
sejumlah siswa bingung, sebagian kehilangan rasa percaya diri, saling mengganggu antar siswa
(Ibrahim,2000:18). Dengan adanya rasa tidak percaya diri pada siswa untuk menjelaskanmateri
kepada teman sekelompoknya, membuat siswa tersebut akan merasa tidak bisa dan akan
mengganggu siswa yang lain yang sedang belajar sehingga kelas akan menjadi sangat ribut.

Penerapan Pembelajaran Kimia Menggunakan Model Numbered Head Together (NHT) dan
Think Pair Share (TPS)

Pembelajaran dengan pembelajaran kooperatif tipe NHT khususnya dalam memberikan contoh
Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur yang membuat siswa aktif dan lebih termotivasi
dalam belajar. Dengan penggunaan pembelajaran kooperatif tipe NHT ini, mereka lebih mudah
untuk memahami konsep-konsep Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur maka digunakan
contoh-contoh yang ada dalam kehidupan sehari-hari mereka mulai dari menanyakan contoh
nomor atom yang mereka kenal, lalu nama kimia sampai pada penulisan rumus kimianya.

7
Meskipun tidak dapat melihat langsung struktur atom tersebut, namun mereka dapat melihat
nomor atomnya dan mengetahui letaknya dalam sistem periodik unsur. Hal ini dapat
merangsang minat dan perhatian siswa dalam memahami dan mengingat informasi yang
didapat sehingga bertahan lama dalam ingatannya

Sedangkan untuk pokok bahasan hidrokarbon, khususnya tentang penggolongan


hidrokarbon, siswa dituntut untuk dapat menguasai dan memahami penentuan nama senyawa
alkana, alkena, alkuna. Pemahaman konsep hidrokarbon ini mencakup: penentuan rantai
terpanjang, prioritas penomoran pada rantai terpanjang, dan urutan prioritas alkil berdasarkan
abjad. Jika siswa tidak dapat menguasai hal tersebut maka akan mengalami kesulitan dalam
tata nama senyawa hidrokarbon.

Untuk mengatasi kesulitan–kesulitan siswa dalam mengerjakan soal-soal kimia dapat


diterapkan metode pembelajaran yang tepat, yang sesuai dengan situasi dan materi yang akan
disampaikan agar pembelajaran berlangsung secara efektif dan efisien DAN membuat siswa
aktif, lebih banyak berpikir, mudah berinteraksi dengan guru maupun dengan temannya, dan
mampu mengemukakan pendapatnya maupun menanggapi pertanyaan dan bekerjasama
dengan teman maka dari itu, model Think-Pair-Share (TPS) atau Berpikir-Berpasangan-
Berbagi merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif.

2.5 Koloid

Koloid merupakan campuran dari dua zat atau lebih yang tersebar secara merata
dengan ukuran partikel terdispersi antara 1-1000 nm. Sedangkan, sistem koloid adalah bentuk
campuran yang keadaanya terletak di antara larutan dan suspensi (campuran kasar) dan
memiliki sifat-sifat yang khas.

Berdasarkan fasenya, sistem koloid terbagi menjadi dua yaitu fase terdispersi dan fase


pendispersi. Berdasarkan kedua fase tersebut, jenis koloid dibagi menjadi 8 golongan:

8
Sistem koloid mempunyai sifat khas yang berbeda dengan sifat sistem-sistem dispersi lainnya.
Sifat-sifat koloid yang khas misalnya Efek Tyandall, Gerak Brown, adsorpsi dan koagulasi.

EFEK TYNDALL

Efek Tyndall adalah efek penghamburan cahaya oleh partikel koloid. Ketika berkas
cahaya diarahkan ke larutan, cahaya tersebut akan diteruskan sehingga kita tidak bisa
melihatnya. Kenapa? Hal ini dikarenakan larutan bersifat homogen. Di sisi lain, ketika berkas
cahaya diarahkan ke partikel-partikel koloid dan suspensi, berkas sinar akan dihamburkan
sehingga jejaknya dapat terlihat.

 Ilustrasi Efek Tyndall (Sumber: chemistryonline.guru)

Contoh Efek Tyndall dalam kehidupan sehari-hari yaitu saat di bioskop. Sorot lampu
proyektor akan tampak jelas ketika ada asap rokok yang melewatinya, sehingga gambar film

9
yang ada di layar menjadi tidak jelas. Hal ini karena adanya hamburan cahaya oleh partikel-
partikel asap rokok yang menyebabkan daya tembus lampu proyektor menjadi berkurang.

 GERAK BROWN

Gerak Brown adalah gerak acak, gerak tidak beraturan atau gerak zig zag partikel
koloid. Gerakan ini terjadi karena benturan tidak teratur antara partikel koloid terdispersi dan
medium pendispersi. Benturan ini mengakibakan partikel koloid bergetar dengan arah tidak
beraturan dan jarak yang pendek. Gerak zig zag akibat benturan dari partikel pendispersi
menyebabkan sistem koloid tetap stabil, tetap homogen, dan tidak mengendap.

Ilustrasi Gerak Brown (Sumber: pinterest.com)

ADSORPSI

Adsorpsi merupakan peristiwa menempelnya muatan di permukaan parikel-partikel


koloid. Adsorpsi terjadi karena adanya kemampuan partikel koloid untuk menarik (ditempeli)
oleh partikel-partikel kecil. Kemampuan untuk menarik ini disebabkan adanya tegangan
permukaan koloid yang cukup tinggi. Alhasil, ketika ada partikel kecil yang menempel ke
koloid, partikel itu akan cenderung tidak mudah lepas (tetap menempel). Zat-zat teradsorpsi
dapat terikat kuat membentuk lapisan yang tebalnya tidak lebih dari satu atau dua lapisan
partikel. Partikel koloid mampu menyerap molekul netral atau ion-ion pada permukaannya.
Ketika partikel koloid menyerap ion bermuatan, ion-ion tersebut akan menempel pada
permukaannya dan partikel koloid tersebut menjadi bermuatan.

10
 

Adsropsi pada Fe(OH)3 (Sumber: nafiun.com)

 KOAGULASI

Koagulasi adalah peristiwa terjadinya pengendapan pada koloid. Penggumpalan


partikel terjadi karena adanya kerusakan stabilitas sistem koloid atau karena penggabungan
partikel koloid yang berbeda muatan sehingga membentuk partikel yang lebih besar. Koagulasi
dapat dipengaruhi oleh pemanasan, pendinginan, penambahan elektrolit, pembusukan,
pencampuran koloid yang berbeda muatan, dan elektroforesis. Contoh koagulasi koloid dalam
kehidupan sehari-hari yaitu pada penggumpalan susu yang basi dan telur yang direbus hingga
membeku.

Ilustrasi sifat koagulasi (Sumber: bisakimia.com)

11
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Kelebihan dari Metode Number Head Together (NHT) dan Think Pair Share (TPS):

a. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi

b. Memperbaiki kehadiran

c. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar

d. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil

e. Konflik antara pribadi berkurang

f. Pemahaman yang lebih mendalam

g. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi

h. Hasil belajar lebih tinggi

Sedangkan kelebihan metode pembelajaran TPS adalah :

a) Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas. Penggunaan metode pembelajaran TPS


menuntut siswa menggunakan waktunya untuk mengerjakan tugas-tugas atau permasalahan
yang diberikan oleh guru di awal pertemuan sehingga diharapkan siswa mampu memahami
materi dengan baik sebelum guru menyampaikannya pada pertemuan selanjutnya.

b) Memperbaiki kehadiran. Tugas yang diberikan oleh guru pada setiap pertemuan selain
untuk melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran juga dimaksudkan agar siswa
dapat selalu berusaha hadir pada setiap pertemuan. Sebab bagi siswa yang sekali tidak hadir
maka siswa tersebut tidak mengerjakan tugas dan hal ini akan

c) mempengaruhi hasil belajar mereka.

d) Angka putus sekolah berkurang. Model pembelajaran TPS diharapkan dapat memotivasi
siswa dalam pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat lebih baik daripada pembelajaran
dengan model konvensional.

e) Sikap apatis berkurang. Sebelum pembelajaran dimulai, kencenderungan siswa merasa


malas karena proses belajar di kelas hanya mendengarkan apa yang disampaikan guru dan

12
menjawab semua yang ditanyakan oleh guru. Dengan melibatkan siswa secara aktif dalam
proses belajar mengajar, metode pembelajaran TPS akan lebih menarik dan tidak monoton
dibandingkan metode konvensional.

f) Penerimaan terhadap individu lebih besar. Dalam model pembelajaran konvensional,


siswa yang aktif di dalam kelas hanyalah siswa tertentu yang benar-benar rajin dan cepat
dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru sedangkan siswa lain hanyalah
“pendengar” materi yang disampaikan oleh guru. Dengan pembelajaran TPS hal ini

g) dapat diminimalisir sebab semua siswa akan terlibat dengan permasalahan yang
diberikan oleh guru.

h) Hasil belajar lebih mendalam. Parameter dalam PBM adalah hasil belajar yang diraih
oleh siswa. Dengan pembelajaran TPS perkembangan hasil belajar siswa dapat diidentifikasi
secara bertahap. Sehingga pada akhir pembelajaran hasil yang diperoleh siswa dapat lebih
optimal.

i) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. Sistem kerjasama yang diterapkan
dalam model pembelajaran TPS menuntut siswa untuk dapat bekerja sama dalam tim, sehingga
siswa dituntut untuk dapat belajar berempati, menerima pendapat orang lain atau mengakui
secara sportif jika pendapatnya tidak diterima.

Tahapan-tahapan dalam pembelajaran Think Pair Share memang sangat sederhana,


namun penting terutama dalam menghindari kesalahan dalam kerja kelompok siswa. Dalam
model ini guru meminta siswa untuk memikirkan suatu topik, berpasangan dengan siswa lain,
kemudian berbagi ide dengan seluruh kelas. Adanya kegiatan berpikir, berpasangan dan
berbagi dalam metode Think Pair Share ini memberi banyak keuntungan yakni siswa secara
individual dapat mengembangkan pemikirannya masing-masing karena adanya waktu berpikir
sehingga kualitas jawaban siswa juga dapat meningkat.

Model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) adalah suatu model pembelajaran
berkelompok yang setiap anggota kelompoknya bertanggung jawab atas tugas kelompoknya
masing-masing, sehingga tidak ada pemisahan antara siswa yang satu dengan siswa yang lain
dalam satu kelompok untuk saling berbagi ilmu antara satu dengan yang lainnya. Sedangkan
metode pembelajaran Think Pair Share adalah metode yang diharapkan agar siswa dapat
mengembangkan keterampilan berfikir dan menjawab dalam komunikasi antara satu dengan
yang lain, serta bekerja saling membantu dalam kelompok kecil.

13
3.2 Langkah-langkah Metode Number Head Together (NHT) dan Think Pair Share (TPS)

Langkah 1, penomoran (numbering): guru membagi para siswa menjadi beberapa


kelompok atau tim yang beranggotakan 3 hingga 5 orang dan memberi mereka nomor,
sehingga tiap siswa dalam tim tersebut memiliki nomor yang berbeda.

Langkah 2, pengajuan pertanyaan: guru mengajukan suatu pertanyaan kepada siswa.


Pertanyaan dapat bervariasi dari yang bersifat spesifik hingga yang bersifat umum.

Langkah 3, berpikir bersama (Head Together): para siswa berpikir bersama untuk
menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban tersebut.

Langkah 4, pemberian jawaban: guru menyebutkan suatu nomor dan para siswa dari tiap
kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk
seluruh kelas (Ibrahim et all, 2000: 28).

Sebagai suatu model pembelajaran Think-Pair-Share memiliki langkah-langkah tertentu.


Menurut Muslimin (2001: 26) langkah-langkah Think-Pair-Share ada tiga yaitu : Berpikir
(Thinking), berpasangan (Pair), dan berbagi (Share) :

Tahap 1 : Thinking (berpikir) . Kegiatan pertama dalam Think-Pair-Share yakni guru


mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan topik pelajaran. Kemudian siswa
diminta untuk memikirkan pertanyaan tersebut secara untuk beberapa saat. Dalam tahap ini
siswa dituntut lebih mandiri dalam mengolah informasi yang dia dapat.

Tahap 2 : Pairing (berpasangan) . Pada tahap ini guru meminta siswa duduk berpasangan
dengan siswa lain untuk mendiskusikan apa yang telah difikirkannya pada tahap pertama.
Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat membagi jawaban dengan pasangannya.
Biasanya guru memberikan waktu 4-5 menit untuk berpasangan.

Tahap 3 : Share (berbagi). Pada tahap akhir guru meminta kepada pasangan untuk berbagi
jawaban dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka diskusikan. Ini efektif
dilakukan dengan cara bergiliran pasangan demi pasangan dan dilanjutkan sampai sekitar
seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk melaporkan.

14
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari berbagai uraian yang ada pada bab III dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

1. Metode Number Head Together (NHT) dan Think Pair Share (TPS) memiliki banyak
kelebihan dan sangat sesuai untuk Mata Pelajaran Kimia khususnya materi Koloid.
2. Langkah-langkah Metode Number Head Together (NHT) dan Think Pair Share (TPS)
sangat sederhana yaitu :
a. Ppenomoran (numbering): guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok
atau tim yang beranggotakan 3 hingga 5 orang dan memberi mereka nomor,
sehingga tiap siswa dalam tim tersebut memiliki nomor yang berbeda.
b. Pengajuan pertanyaan: guru mengajukan suatu pertanyaan kepada siswa.
Pertanyaan dapat bervariasi dari yang bersifat spesifik hingga yang bersifat umum.
c. Berpikir bersama (Head Together): para siswa berpikir bersama untuk
menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban tersebut.
d. Pemberian jawaban: guru menyebutkan suatu nomor dan para siswa dari tiap
kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban
untuk seluruh kelas.

4.2 Saran
Beberapa saran yang dapat disampaikan dalam tulisan ini adalah sebagai berikut :
a. Setiap guru hendaknya benar-benar dapat melibatkan semua peserta didik dalam
pembelajaran.
b. Setiap peserta didik hendaknya ikut aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran.

15
DAFTAR PUSTAKA

Anita Lie. 2002. Coperative Learning (Mempraktikan Cooperative Learning diruang-ruang


kelas) . Jakarta : Gramedia Widiasarana.

Hartina. 2008. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share

Muslimin. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Unesa University Press.

Wahyuni, Ridha Sri. 2013. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together
(NHT) . (online) . (http://ri1990.blogspot.com/2013/05/model-pembelajaran-kooperatif-
tipe.html).

16
Lampiran : Foto-foto Kegiatan Belajar-Mengajar

Siswa mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas

17
Guru memberi feedback ke peserta didik

18
Siswa dari kelompok lain menanggapi hasil pekerjaan dari teman

19
Guru memberikan kesimpulan secara klasikal di akhir pembelajaran

20

Anda mungkin juga menyukai