Anda di halaman 1dari 2

Nama : Arfan Ibrahim

NIM : A14.2019.03189
Kelompok : 7104

TUGAS PENGANTAR DKV

Abdul Selotif, tokoh rekaan kartun karya Beng Rahardian menjadi tokoh utama dalam komik
yang bercerita seputar kehidupan sehari-hari, khususnya masyarakat perkotaan. Sesuai
dengan nama panggilannya, Lotif, sosok pemuda pengangguran lulusan D-3 Akuntansi ini
bagaikan selotip yang bisa muncul dan menempel di mana saja. Lotif mengomentari masalah-
masalah yang dianggap  sepele di kalangan menengah ke bawah (masalah RT, pos ronda, dan
lain sebagainya), celotehannya yang ringan dan lucu mampu membuat pembaca memahami
kondisi yang terjadi di sekitar kita, tingkahnya yang lucu juga mampu membuat kita tertawa
terpingkal-pingka
Lotif juga pernah hadir terpisah sebagai tuan rumah berkumpulnya para ikon komik dalam
rangka Komik Indonesia Satu Dekade (KONDE!) di freemagz Cergam. Ia juga hadir pada majalah
Gong edisi khusus membahas perkembangan komik di Indonesia. Penampilannya yang khas
pemuda urban kelompok ekonomi sedang, juga membuat Lotif cepat akrab di mata
pembacanya. Kaos oblong, jaket, dan celana jeans seakan sudah identik dengan kebanyakan
pemuda kota. Ditambah sepeda motor, isi dompet ngepas, cewek gebetan tak kunjung dapat,
tinggal di rumah kos, dan sering tertimpa sial. Rasanya koq mengingatkan pembaca pada
pengalaman pribadi? Lotif ini gue banget!

Tak terasa Lotif sudah menghibur pembaca sejak 15 Mei 2005, dan nyaris tidak pernah absen
hingga hari ini. Namun jarang sekali episode demi episode berkesinambungan. ‘’Saya ingin
membuat cerita panjang bagi Lotif dimana ia lebih menyatu dengan lingkungannya, termasuk
pengungkapan latar belakangannya,’’ ungkap Beng dengan mimpinya. Obsesi ini menjadi ujian
bagi komikus kelahiran Cirebon, 33 tahun yang lalu: Mampukah ia membuat cerita jenaka
panjang, namun tetap berbobot dan setia pada pakem Lotif?

Nama Beng Rahadian bukanlah nama baru di dunia komik Indonesia. Ia sudah lama dikenal
kiprahnya sejak mendirikan Tehjahe, sebuah komunitas komik di Yogya (1999) dan ketika
memenangkan lomba Mengkomikkan Jogja (2001) dengan karya yang dipuji banyak kritikus,
Selamat Pagi Urbaz. Tidur Panjang juga memenangkan Kosasih Award 2007 dalam kategori
Cerita Terbaik. Masih banyak catatan historis Beng dalam dunia komik dan seni, hingga akhirnya
ia sungguh-sungguh berniat menekuninya sebagai profesi ketika memulai Lotif.

Namun demikian, bagi mereka penggemar karya Beng, gaya ’Lotif’ belum dapat dinobatkan
sebagai ciri khasnya. Tidur Panjang, contohnya, sangat surealis. Tidak hanya secara bahasa
visual, namun juga bahasa narasinya. Tak pelak karya ini sering dianggap sebagai karya
eksperimental dan sisi lain seorang Beng Rahadian, dan layak disandingkan dengan karya
komikus surealis Eropa, Moebius. 

Masih banyak proyek komik yang sedang dikerjakannya selain Lotif, diantaranya komik sejarah
kopi dan musik rock Indonesia yang belum sempat disentuh. Bahkan proyek lain di luar dunia
komik, termasuk membantu istrinya yang aktif di dunia film independen. Tidaklah berlebihan
jika Beng Rahadian adalah komikus lintas-seni paling sibuk di Indonesia saat ini. Mungkin lagu
Beatles, Eight Days A Week, wajib jadi anthem bagi Beng Rahadian.

Anda mungkin juga menyukai