Ada sepasang suami istri yang sedang memanen tomat di kebun yang berada tak
jauh dari rumahnya. Tomat yang dipanen besar-besar dan berwarna merah cerah,
sehingga membuat si suami berkeinginan untuk memakannya. Setelah mendapat
beberapa keranjang si suami memakan satu tomat yang diambilnya dari
keranjang. Kemudian si istri menegurnya. ‘’ pa kenapa dimakan, kan tomat ini
belum dicuci dan masih mengandung peptisida , sanggah istri.’’‘’ tau gak ma,
tomat ini seperti papa pada mama, jawab si suami. ‘’ maksudnya ?’’ si istri
terheran.’’ ‘’ i love you too much.’’ Jawab suaminya dengan nada mesra.’’ Si istri
yang mendengarnya langsung tersentuh dan tertawa.
Contoh Kritik dan Esai cerpen
Intinya novel Dilan 1990 sangat bagus dan dapat membawa hanyut
pembaca ke dalam certa. Sifat yang dibuat Pidi Baiq tentang Dilan yang romantis,
humoris dan bandel membuat pembaca penasaran dengan sosok Dilan. Tetapi ada
baiknya kata-kata yang kasar diganti dengan kata-kata yang lebih baik sehingga
pembaca dapat mengambil sisi positif dari Dilan.
Esai:
Sebuah pekerjaan yang kita lakukan selalu memiliki resiko. Baik itu resiko yang
sebelumnya sudah kita ketahui atau malah resiko itu datang tanpa diduga. Resiko itu
hadir dalam setiap perjalanan kehidupan kita.
Resiko dalam pekerjaan memanglah selalu ada. Baik itu pekerjaan seringan
apapun pasti ada resikonya. Apalagi pekerjaan yang kita lakukan sangat berat. Misalnya
berhubungan dengan nyawa seseorang. Seperti yang dilakukan oleh pelaku “aku” dalam
cerpen “burung-burung gagak di atas orchard road” karya M. Shoim Anwar.
“Burhan Notonegoro kembali menguntit. Dia seperti berlindung di balik telepon
umum. Sudah hampir lima bulan laki-laki itu muncul tenggelan. Mengejarku dalam
ketidakpastian (hal. 73).”
“Tapi aku merasa terus dikejar, dikuntit, diincar oleh laki-laki berpistol (hal. 74).”
“Orang-orang jalan tergesa. Burhan ikut berjalan di belakangku. Meski eskalator
berjalan penuh, aku berlari menuruni tangga demi tangga (hal.75).”
Dari ketiga kutipan di atas nampak terlihat pelaku “aku” seakan-akan ketakutan
dikejar bayang-bayang kejahatan yang dilakukan terhadp Burhan Notonegoro, yakni
pelaku “aku” telah membunuhnya karena suruhan dari pelaku “dia”.
Setelah membunuh Burhan pelaku “aku” mendapatkan bayaran dari pelaku “dia”.
Namun uang yang diterimanya menjadikan ia semakin takut. Pelaku “aku” takut dengan
bayang-bayang jika dipenjara karena kasus yang tengah membelitnya. Atau pelaku aku
juga takut dengan sosok yang berubah seperti Burhan di dalam kehidupannya.
Semua pekerjaan yang kita perbuat pasti ada balasannya. Apalagi pekerjaan yang
melanggar hukum seperti membunuh. Kemanapun kita pergi dan berada hukum masih
berkuasa. Meski lama kita menghindari proses hukum dengan pindah ke luar negeri, kita
pasti akan di kejar oleh hukum.
Seseorang yang telah melakukan suatu pekerjaan sebelumnya haruslah
memiikirkan terlebih dahulu resiko yang akan ditanggung. Sehingga ia tidak akan salah
langkah dan dibayangi ketakutan atas pekerjaan yang telah dikerjakannya.
Kritik:
Dalam cerpen burung-burung gagak di atas orchard road karya M. Shoim Anwar
ini menceritakan mengenai ketakutan pelaku “aku” setelah membunuh Burhan
Notonegoro dengan kawannya yang bernama Boi. Ketakutan itu selalu ditunjukkan
disetiap cerita yang ditulis.
Namun dalam cerpen tersebut tidak dijelaskan siapa sosok Burhan Notonegoro
dan masalah apa yang dihadapinya sehingga pelaku “dia” menyuruh pelaku “aku” untuk
membunuhnya.
Cerpen tersebut juga tidak menceritakan sosok dia seperti apa. Yang diceritakan
adalah sosok dia menyuruh aku untuk membunuh Burhan tanpa disertai alasan yang jelas.
Ini membuat pembaca menjadi bingung mengenai jalan cerita dari cerpen burung-burung
gagak di atas orchard.
Amalia Rizqi
Senin, 03 April 2017
Dalam kehidupan nyata, sering kita jumpai peristiwa atau berita pembunuhan.
Baik peristiwa itu dikabarkan dalam bentuk media elektronik maupun media cetak.
Cerpen Sepatu Jinjit Aryanti Karya M. Shoim Anwar sangat lekat sekali dengan
kehidupan dunia nyata. Shoim Anwar menghubungkan cerita ini dengan realitas
kehidupan nyata dengan menggunakan bahasa yang dapat dinikmati oleh pembaca.
Cerpen Sepatu Jinjit Aryanti mengisahkan tentang perempuan yang bernama Aryanti
dengan tokoh Aku yang tak lain adalah penulis cerpen ini. Perempuan yang bernama
Aryanti ini sebenarnya adalah saksi pembunuhan seorang laki-laki yang tak lain adalah
orang yang paling dekat dengannya. Sedangkan tokoh si Aku adalah seorang laki-laki
yang ditugaskan oleh atasannya untuk menjaga serta mengawasi Aryanti. Tak jarang
mereka sering bertemu bahkan tidur sekamar dalam hotel. Hal ini dilakukan karena
mereka berdua adalah saksi persengkongkolan pembunuhan. Sehingga mereka selalu
diawasi oleh atasan mereka. Mereka sering berpindah-pindah tempat dari kota satu ke
kota yang lain, bahkan dari negara satu ke negara yang lain. Hal ini mereka lakukan
untuk menghindari media pencari berita yang ingin mendapatkan informasi, khususnya
pada Ariyanti. Kali ini mereka berada di Singapura. Hal ini dibuktikan dengan kutipan
cerpen yang memaparkan tentang latar cerita berikut ini.
Pada gedung-gedung menjulang yang belum usai pembangunannya itu, tangga-tangga
dengan katrol raksasa tak lagi bergerak, lehernya mendongak ke langit seperti kerangka
pemangsa purba yang beku. Sementara bangunan-bangunan yang lebih pendek tampak
seperti kotak-kotak berserakan dengan warna kelabu dan atap biru. Bangunan masih
belum padat. Mobil-mobil terparkir di sekitarnya. Tak ada tanda-tanda denyut
kehidupan di sana. Suasana sepi terasa dari pucuk-pucuk bangunan hingga ke bawah.
Dari kutipan di atas, penulis memaparkan tentang gedung-gedung yang tinggi dan
pendek berjejer di negara Singapura meskipun bangunan itu belum padat. Seperti kita
ketahui bahwa Singapura adalah negara yang maju. Di Singapura terdapat bangunan-
bangunan yang besar seperti perusahaan, hotel, pusat perbelanjaan dan lain
sebagainya. Salah satu provinsi yang menjadi pusat pembangunan fisik adalah di
provinsi Johor.
Perhatikan kutipan berikut.
Aku mengingsut pandangan, tepat ke bawah jendela yang tadi tak terlihat. Ada mobil-
mobil melintas di jalur ganda Jalan Dato’ Abdullah Tahir, membujur ke utara-selatan,
satu sisinya ada yang membelok ke barat, masuk ke Jalan Tebrau. Johor adalah satu-
satunya provinsi yang memperbolehkan kepemilikan asing dan penanaman modal asing.
Tak heran jika pembangunan fisik di provinsi itu berjalan begitu cepat. Tapi kaum muda
di sini lebih memilih bekerja di negeri tetangga, Singapura. Ketika pagi tiba, beribu-ribu
orang melintasi jembatan penghubung dan petang hari mereka kembali ke tanah air.
Dari kutipan di atas, tokoh Aku diperintah untuk menyembunyikan Aryanti karena
ia adalah saksi terkait pembunuhan orang penting yang direncanakan. Aryanti harus
menurut karena skenario besar telah dimainkan yang juga mempertaruhkan nyawanya
sendiri. Maka, Aryanti pun harus tidak boleh lepas dari pantauan dari si Aku. Meski
awalnya Aryanti tampak ketakutan dengannya, lama-lama dia bisa mencair karena
sudah mengenal dengan baik. Pemberi perintah melakukan hal ini kepada mereka
berdua agar ia dapat berkelit jika peristiwa pembunuhan ini dihubungkan dengan
dirinya. Jika pemberi perintah merasa dipojokkan dengan peristiwa ini, maka yang akan
menjadi sasarannya adalah tokoh Aku dan Aryanti.
Dalam kehidupan nyata, bila dilihat dari kedudukan atau jabatan, seorang atasan
mempunyai hak untuk selalu mengatur bawahan mereka. Baik perintah yang baik
maupun buruk. Dalam cerpen ini, pembunuhan ini dilakukan dengan sangat terencana.
Hal ini dilakukan karena si korban mengetahui rahasia kebusukan yang dilakukan oleh
atasannya. Agar rahasia atasan tersebut tidak terbongkar, maka ia menyuruh pekerja-
pekerjanya untuk membunuh orang tersebut. Untuk menghilangkan jejak, maka mereka
berdua diperintahkan untuk berpindah-pindah kota agar tidak dicari pemburu berita.
Cerpen Sepatu Jinjit Aryanti juga mengisahkan percintaan antara tokoh Aku dan
Aryanti. Perasaan ini muncul karena semenjak kejadian itu, mereka sering bertemu dan
tak jarang berada di satu hotel.
Perhatikan kutipan berikut
Ketika terjadi kematian orang yang sangat dekat dengannya, Aryanti tentu terpukul. Lalu
rasa sedihnya yang timbul-tenggelam sebagai manusia normal adalah manusiawi.
Barangkali, apa pun yang terjadi, hidup harus tetap punya harapan. Ketika dia berangsur
mengembalikan keceriaannya juga dapat aku terima karena yang sudah tiada tak
mungkin dihidupkan kembali. Dalam kondisi demikian lambat laun dalam diriku ada rasa
ingin memeluk Aryanti dengan segala rasa.
Kami terdiam beberapa saat. Lampu-lampu di luar makin gemerlapan. Hari bertambah
malam. Deru mesin pendingin ruangan makin jelas. Aryanti menatapku. Kupandang juga
bola matanya yang bergerak-gerak. Aku tahu pandangan matanya ada yang berubah
setelah beberapa kali bertemu denganku. Seperti dongeng kancil ketika disekap Pak
Tani, pandangan Aryanti barangkali juga mengisyaratkan untuk minta dikasihani. Aku
mencoba mengimbangi pandangan itu dengan penuh pengertian. Embusan napas
Aryanti makin kentara.
Dari kutipan di atas, terlihat Aryanti merasa terpukul dengan kepergian orang
yang sangat dekat dengannya. Tokoh Aku berusaha untuk membuat Aryanti ceria. Ia
ingin memeluk Aryanti dengan segala rasa. Begitu pula yang dialami oleh Aryanti. Ia
merasa sedih dan berharap tokoh Aku dapat membuatnya menjadi lebih tenang. Bila
kita hubungkan dalam dunia nyata, setiap insan pasti merasakan jatuh cinta. Semakin
sering bertemu, maka perasaan itu akan semakin besar dan timbul rasa ingin memiliki.
Dalam cerpen ini, pengarang menuangkan emosi dengan sangat baik sehingga pembaca
seakan terbawa dengan isi cerita tersebut.
Perasaan akan takut kehilangan juga terdapat dalam cerpen ini. Tokoh Aku dan
Aryanti dijemput oleh orang-orang suruhan atasannya untuk meninggalkan Singapura.
Di dalam pesawat mereka berdua tidak ingin berpisah satu sama lain.
Perhatikan kutipan berikut.
Waktu tentunya sudah malam sekali. Ada rasa cemas mengalir. Kami berpandangan.
Tangan Aryanti kuremas-remas. Dia membalasnya dengan hangat. Aryanti kemudian
merebahkan diri ke tubuhku. Kupeluk pinggangnya dengan segala rasa. Tiba-tiba aku
sangat takut kehilangan dia. Barangkali dia juga demikian. Entah mengapa firasat buruk
melintas dalam diriku.
Pada kutipan di atas, tokoh Aku merasa cemas dan takut bila kehilangan Aryanti.
Tokoh Aku takut jika Aryanti akan mengalami sesuatu yang buruk. Ia ingin selalu ada
untuk menjaganya. Begitu juga yang dirasakan oleh Aryanti. Ia juga takut kehilangan
tokoh Aku yang selama ini sangat baik dan selalu menjaganya. Tapi apa boleh buat,
mereka akan terus dipantau oleh oknum-oknum yang memang ingin mengurung mereka
dalam permasalahan ini.
Dari beberapa kutipan yang telah dipaparkan, cerpen Sepatu Jinjit
Aryanti memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dalam cerpen ini adalah M.
Shoim Anwar mengangkat cerita ini berdasarkan kejadian atau fenomena sosial yang
sering terjadi dalam masyarakat menggunakan bahasa yang mudah dipahami, terdapat
tokoh-tokoh pewayangan serta kerajaan yang diselipkan di tengah-tengah cerita
membuat pembaca ikut terbawa suasana pada masa itu, serta terdapat unsur
percintaan. Kekurangan dalam cerita cerpen ini adalah ketidakjelasan tokoh yang
dibunuh karena dalam cerita tersebut status korban hanya sebagai orang yang paling
dekat dengan Aryanti, apakah si korban itu suami, pacar, atau kerabat masih belum
diketahui.
Kritik Esai Cerpen "KUTUNGGU DI JARWAL"
Karya M. Shoim Anwar
. Karya sastra merupakan kesusastraan, karya tulis, yang jika dibandingkan dengan
tulisan lain memiliki berbagai ciri keunggulan,seperti keaslian, keartistikan, keindahan
dalam isi dan ungkapannya, drama, epik, dan lirik. Karya sastra itu sendiri berisi
mengenai pengalaman yang biasanya dialami oleh pengarang itu sendiri. Karya sastra
tersebut merupakan hasil dari kreativitas dan imajinasi pengarang. Sebagai seorang
pengamat dan pemerhati bahasa kita berkewajiban untuk menelaah hasil kreativitas
pengarang tersebut dengan bebagai pendekatan.
Ada berbagi pendekatan yang dapat digunakan untuk melakukan kritik terhadap
karya sastra, seperti pendekatan mimesis, pragmatis, ekspresif, objektif, semiotik,
sosiologis, psikologis, dan pendekatan moral. Maka dalam kritik ini akan membahas
mengenai pendekatan mimesis dengan menggunakan karya sastra “Kutunggu di Jarwal”
karya M. Shoim Anwar.
Pendekatan teori mimesis memandang sebuah karya sastra hanya sebagai tiruan
suatu kenyataan yang ada di dunia ini. Di dalam cerpen karya M. Shoim Anwar yang
berjudul “ Kutunggu di Jarwal “ yang jelas menceritakan kejadian – kejadian yang ada di
Arab Saudi yang sangat banyak di perkenalkan di kasus – kasus Tenaga Kerja Wanita
yang sering disebut TKW yang ada di Arab Saudi. Banyak Tenaga Kerja Wanita diperkosa
oleh majikan tak terkadang oleh anak majikannya itu sendiri dan kasus bunuh diri
karena banyak tekanan batin saat menjadi tenaga di Arab Saudi.
Aku terdiam beberapa saat. Wajah Ina terlihat penuh harap, bahkan ekspresinya
tambah memelas.
“Saya sudah terlanjur kontrak kerja di sini, Pak. Mau pulang nggak mungkin.
Paspor saya ditahan. Hanya Bapak yang bisa membebaskan saya dari juragan atau
anaknya.”
“Begini, Pak,” Ina tampaknya makin serius,”seperti juga yang lain, di sini saya
bekerja sebagai pembantu rumah tangga di rumah Tuan Abu Jahal. Susah kalau disini
tidak ada suami. Juragan selalu maksa minta begituan setiap saat.”
“Maksudnya?”
“Tentu tergantung orangnya, Pak. Yang baik juga banyak. Yang jelas tidak sedikit
yang mengalami kayak saya. Kalau juragannya tidak, anak laki-lakinya yang begitu.”
Degup jantungku seperti dibetot, degupnya makin kencang. Ina? Apakah dia baru
saja melompat dari atas sana karena menghindari terkaman gorila Abu Jahal? Aku
termenung. Ada penyesalan dalam diriku.
Tentu aku berharap yang ada dalam ambulan itu bukan Ina. Tapi aku makin lemas,
beberapa orang mengatakan, “Indon…..Indon…..,” sambil menuding ke arah ambulan.
Indonesia? Bila korbannya benar-benar Ina, aku minta ampun ats segala dosa karena
terpaksa tak mampu menolongnya dari kesulitan.
Pada berita “Khomsatun, TKI Asal Batang Tewas Diduga Bunuh Diri di Mekah”
Dapat disimpulakan dari kedua data pada cerpen dan berita tersebut, banyak para
tenaga kerja Indonesia yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri dan dari
kedua data tersebut penyebab tenaga kerja bunuh diri itu di karenakan depresi berat.
bunuh diri akibat tekanan-tekanan batin dan penyiksaan yang dilakukan oleh majikan
tak luput juga anak laki-laki dari majikannya ikut juga yang menimpa para tenaga kerja
Indonesia sehingga para tenaga kerja memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.
Teori mimesis adalah teori sastra yang melihat karya sastra sebagai cerminan atau
tiruan dari kehidupan dunia nyata. Dalam cerpen “Kutunggu Di Jarwal” karya M. Shoim
Anwar ini banyak ditemukan kejadian yang sangat dipengaruhi oleh tragedi - tragedi
menakutkan yang dipengaruhi oleh kenyataan tenaga kerja Indonesia yang banyak
diperkosa dan di perlakukan seperti binatang sampai berakhir pada gantung diri sampai
loncat dari sebuah gedung karena tekanan yang amat berat dirasakannya.
JELMAAN OKNUM
Karya sastra merupakan kesusastraan, karya tulis, yang jika dibandingkan dengan tulisan lain
memiliki berbagai ciri keunggulan,seperti keaslian, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya,
drama, epik, dan lirik. Karya sastra itu sendiri berisi mengenai pengalaman yang biasanya dialami oleh
pengarang itu sendiri. Karya sastra tersebut merupakan hasil dari kreativitas dan imajinasi pengarang.
Cerpen karya M. Shoim Anwar yang berjudul “Oknum” ini merupakan cerpen yang terbit pada
tahun (1992). Selain cerpen “Oknum” M. Shoim Anwar juga menerbitkan cerpen Musyawarah Para
Bajingan (1993), Limau Walikota (ed.,1993), Pot dalam Otak Kepala Desa (1995), Bermula dari Tambi
(ed.,1999), Soeharto dalam Cerpen Indonesia (ed., 2001), Sebiji Pisang dalam Perut Jenazah (2004),
Perempuan Terakhir (2004), Asap Rokok di Jilbab Santi (2010), Kutunggu di Jarwal (2014), dan kumpulan
drama Theatrum - Malam Terakhir (ed.,2013). Untuk kali ini, kritik akan membahas kelebihan dan
kekurangan cerpen yang berjudul “Oknum” karya M. Shoim Anwar.
Kelebihan cerpen “Oknum” karya M. Shoim Anwar terdapat pada alur cerpen. Alur yang
digunakan pada cerpen ini adalah alur maju. Pada awal cerita penulis memaparkan terlebih dahulu apa,
siapa, dan bagaimana Oknum tersebut. Selanjutnya, diperjelas dengan bertemunya tokoh “Saya”
dengan “Oknum” hingga tokoh “Oknum” menghilang dan bersatu dengan tokoh “Saya”. Dari segi
amanat cerpen juga memberikan pesan yang positif bahwa sebagai pejabat yang telah diamanti oleh
masyarakat hendaknya mampu menjalankan tugasnya dengan amanah, jujur dan bertanggungjawab.
Penulis mampu membuat pembaca merasa sadar jika menyandang pekerjaan sebagai seorang pejabat
tidaklah mudah. Terkadang harus menyalahi hati nurani untuk menyelesaikan tugas
Selain kelebihan, cerpen ini juga tak luput dari berbagai kekurangan. Dalam penyampaian
cerpen ini pengarang Terlalu banyak menggunangan gaya bahasa. Akibatnya, pembaca akan merasa
kebingungan. Untuk memahami harus dicermati berkali-kali. Hal tersebut terdapat pada kutipan
halaman 1-2:
“Dia mampu menyusup ke computer dan memutarbalikan data pada disket. Dia sanggup meluncur
ke detak nafas, lalu menjelma jadi akrobat kata-kata.”
“Kadang-kadang dia bersarang di benang kusut, menempel di pucuk pena para pejabat, kemudian
menjelma jadi surat keputusan.”
“Dia menetas dari puing-puing penggusuran rumah penduduk di pusat kota.”
“Oknum menjulur-julurkan lidahnya keluar. Ternyata sesosok yang mengaku Oknum ini lidahnya
bercabang dua.”
Kritik:
Pengarang berhasil membawa pembaca memaknai sendiri siapa sosok tikus
yang merajalela di laboratorium. Membaca cerpen ini jika tidak sampai akhir tidak
akan mengerti atau menjawab sosok tikus tersebut. Sosok tikus yang sebenarnya
diceritakan dalam cerpen ini yaitu Bu Bardo. Yang sifatnya menyerupai sifat tikus.
Namun dalam cerpen ini entah sengaja atau tidak jalan ceritanya bukan pada
permasalahan tikus (hewan) yang merusak fasilitas laboratorium, tetapi jalan cerita
cerpen ini adalah konflik-konflik tokoh Pak Pokro, Bu Bardo, Pak Prapto yang
menonjol, tetapi peranan tikus sebagai hewan yang perlu dibasmi di laboratorium
kurang terjadi dalam cerpen ini. Seperti para tokoh terjun langsung membasmi
tikus, atau tikus menampakkan diri ketika merusak fasilitas raboratorium kemudian
ketahuan salah satu tokoh. Tetapi nampaknua memang pengarang sengaja
mengarahkan pembaca untuk mudah memaknai atau memahami jalan cerita cerpen
ini bahwa yang di ceritakan atau dibahas yaitu bukan tikus (hewan) tetapi tikus
sebagai perlambang manusia yang sifatnya menyamai tikus, yang suka mencuri,
rakus, bahkan memanipulasi. Cerpen ini mengajak pembaca menemukan siapa
sosok tikus yang diceritakan dalam cerpen ini yaitu dibagian akhir cerpen ketika
Bu Bardo kemungkinan keracunan makanan yang sudah diberi racun tikus oleh
Pak Prapto untuk membasmi tikus di laboratorium. Pada bagian itu pembaca dapat
mengetahui bahwa niat membasmi tikus (hewan) malah dapat tikus (manusia) yang
sifatnya menyamai tikus.