Anda di halaman 1dari 7

Esai dan Kritik Sastra Cerpen “Surat

Terakhir” Karya M. Shoim Anwar


 

Dalam kehidupan ini tentu ada saatnya kita benar-benar diposisikan berat untuk memilih ketika
kedua pilihan tersebut harus kita pilih salah satunya, namun ketika kenyataan mengharuskan kita
memilih untuk meninggalkan seseorang yang kita sayangi maka dengan berat hati, kita harus
memilih untuk meninggalkannya meskipun akhirnya semuanya berujung dengan penyesalan
yang hampir memenuhi kehidupannya kelak.

Dalam cerpen Surat Terakhir karya M.Shoim anwar ini menceritakan sebuah hubungan yang
rumit tentang pasangan yang dimabuk cinta, namun pada akhirnya hubungan tersebut harus
berakhir, karena salah satu sudah tidak sanggup lagi untuk memperjuangankan  hubungan
mereka karena dihadapkan diposisi yang serba sulit, karena sebagai seorang pria ia merasa tidak
memberikan harapan dan janji-janji yang membuat kekasihnya menanti dalam ketidak pastian
karena untuk kehidupannya saja sudah sulit maka ia tidak berani memberikan janji-janji yang
berimbas pada penantian yang tiada ujung. Perhatikan kutipan berikut ini:
“ Saya orang miskin beban saya untuk menyelesaikan kuliah amat berat. Saya tak sampai hati
memperlakukan dia untuk menanti tanpa batas yang jelas”. “ tapi dia sanggup menantimu sampai
kapanpun” .

“ Sekali lagi, saya sangat mencintainya. Sampai sekarang pun saya masih kirim kartu lebaran
setiap tahun”.  (anwar, 2014: 142)

Dari kutipan diatas tampak jelas sekali bahwa ada rasa rendah diri untuk memperjuangkan
hubungan yang selama ini dijalani, padahal sebagai lelaki harusnya dia berjuang, bagaimana ia
harus mempertahankan hubungan yang telah dibina, bukannya meninggalkan tanpa alasan yang
kurang masuk akal, yang berujung pada penyesalan karena kekasih yang dicintainya telah
menjadi milik orang orang lain, karena keputusan sesaat yang membuatnya bingung. Padahal
Sasmia sebagai kekasih sanggup untuk menunggu sampai kapanpun jika kekasihnya mau
memperjuangkan hubungan mereka. Karena saya kira sebagai seorang lelaki sebuah kemiskinan
bukanlah halangan ketika dia ingin memperbaiki taraf kehidupannya menjadi lebih baik. Kecuali
seorang lelaki tersebut bermental lemah seperti dalam cerpen M. Shoim Anwar tersebut.

Pada akhirnya sebuah pilihan tersebut menyisakan kenangan yang tidak bisa dilupakan sampai
keduanya sama-sama telah berkeluarga dan mempunyai anak, dan ketika kenangan-kenangan
tersebut terbuka kembali, ada perasaan ingin memiliki, padahal status hubungan keduanya sudah
tidak seperti dulu lagi. Hal inilah yang sering memicu keretakan hubungan suami istri akibat
munculnya seseorang yang pernah mengisi hati salah satu pasangan suami istri tersebut. Padahal
jika kita telah memutuskan untuk membina sebuah hubungan dalam bentuk pernikahan, kita
harus siap menerima konskwensi untuk menghapus kenangan-kenangan indah masa lalu
tersebut, tapi justru dalam novel karya M. Shoim Anwar tersebut sang tokoh justru menyimpan
kenangan-kenangan tersebut bertahun-tahun, sebagai bukti kesetiaan. Perhatikan kutipan berikut
ini:

“ Usai kubaca, surat itu kudekap erat, lalu kucium, seperti aku mendekap dan mencium sasmia
lima belas tahun yang silam. Aku bergelimpangan di atas kasur”.

“ Begitu segar perjalanan itu. Sebuah kesetiaan yang rasanya tak sanggup kuhapus dari sayap-
sayap waktu. (Anwar, 2014: 141-142)

jelas

Dari sini seakan jelas sekali bahwa penulis ingin menggambarkan sebuah masalah yang mungkin
sering melanda hubungan rumah tangga, yaitu hadirnya pihak ketiga dan seseorang tersebut
pernah menjalin hubungan yang spesial sebelum salah satu pasangan membina rumah tangga.
apalagi jika dengan sengaja salah satu pasangan tersebut mulai membuka hati untuk seseorang
tersebut.

Dari pengamatan yang saya baca cerpenyang berjudul Surat terakhir  karya M. Shoim Anwar ini
cukup bagus dalam merangkai kata-katanya sehingga pembaca ikut hanyut dalam suasana
romantisme dan kesedihan yang dirasakan tokoh dalam cerpen tersebut. Hanya saja saya sebagai
pembaca bertanya-tanya bagaimana mungkin sutar-surat yang dikirimkan sang kekasih yang
sudah bertahun-tahun masih tersimpan dengan baik tanpa sepengetahuan istrinya, padahal jika
seorang lelaki sudah mulai berbohong maka sang istri cepat dalam menanggapnya. Tapi secara
keseluruhan cerpen-cerpen karya M. Shoim Anwar cukup bagus dalam mewakili fenomena yang
terjadi di masyarakat dewasa ini.
 

 Amanat yang mungkin ada dalam cerpen Surat Terakhir karya M. Shoim Anwar ini menurut
pendapat saya

 Sebagai seorang lelaki seharusnya bisa bersikap tegas apabila dia benar-benar ingin
hubungan yang telah dibina dengan kekasihnya bisa ke jenjang pernikahan.
 Apabila kita sudah memutuskan untuk membina rumah tangga dengan orang lain, maka
kita harus menerima konskwensi yang ada. Termasuk mengubur dalam-dalam kenangan indah
bersama sang mantan. Jangan sampai kita menyimpan satupun benda yang bisa membuka
kenangan-kenangan tersebut terbuka kembali. Karena semua itu akan berimbas pada
hubungan yang baru yang telah dirangkai.
 

Akhirnya selesai sudah esai dan kritik ini saya sajikan, saya kira masih banyak kekurangan yang
perlu ditambahkan dalam esai ini, semoga teman-teman yang lain bisa memperluas lagi.

Anda mungkin juga menyukai