Anda di halaman 1dari 16

Survey and Investigations

BAB 2
RENCANA SAMPAI BLN JUNI

2.4.2. Prepare ToR, BOQ and cost estimate for topographic/bathymetric terestrial
survey

1. Maksud dan Tujuan.


Kegiatan survei topografi tambahan ini dimaksudkan untuk memenuhi data topografi
khususnya pada sungai-sungai yang diduga mempunyai pengaruh besar pada terjadinya
genangan di wilayah DAS Belawan – Deli – Percut – Padang dan belum mempunyai data
yang upto date atau data yang ada sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi aslinya.
Kegiatan pengukuran ini meliputi kegiatan :
Persiapan Administrasi :
a. Penyiapan TOR dan BOQ
b. Penyiapan Tender dan Kontrak dengan Vendor

Persiapan Teknis :
a. Survei Pendahuluan
b. Pemasangan patok-patok tetap (BM/CP) dan patok-patok sementara.
c. Pengukuran kerangka kontrol horisontal (KKH) dan vertical (KKV)
d. Pengukuran situasi.
e. Pengukuran profil memanjang dan melintang.
f. Pengolahan data.

2. Waktu Pelaksanaan.
Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan pemetaan topografi tersebut adalah
1,5 bulan kalender.
1.4. Lokasi Pekerjaan
Adapun lokasi kegiatannya adalah:
Rencana
No ITEM PEKERJAAN BELAWAN
Volume Satuan
A DAS BELAWAN    
1 Peningkatan Kapasitas Sungai Badera 7 km
2 Pengendalian Banjir Sungai Belawan 31,00 km
Survei Topografi Kota Medan – Tebing Tinggi 1|H a l a m a n
3 Pengendalian Banjir ROB Sungai Belawan bagian hilir sebelah kiri 13,5 km 13,50 km
4 Pengendalian Banjir ROB Sungai Belawan bagian hilir sebelah kanan 13,5 km 13,50 km
       
B DAS DELI-PERCUT    
1 Pengendalian Banjir dan pemasangan klep pd outlet drain sepanjang Sungai Babura 19,00 km
2 Renormalisasi Sungai Kambing 10,55 km
3 Peningkatan kapasitas Sungai Selayang 3,97 km
4 Peningkatan kapasitas Sungai Putih 6,47 km
Pengendalian Banjir Sungai Deli dari Kantor DPRD prov Sumatera Utara sd Bendung
5
Deli.    
       
C DAS PADANG    
1 Floodway Bahilang – Sigiling dan Normalisasi Sungai Bahilang 12,50 km
2 Peningkatan kapasitas Sungai Sigiling (Floodway- S. Padang 9,29 km
3 Peningkatan kapasitas Sungai Padang Bagian Hilir 20,00 km
Peningkatan kapasitas Sungai Padang (Pertemuan S. Sibarau – Hulu Pertemuan S.
4
Bahilang) 8,60 km
       
D DRAINASE PERKOTAAN    
1 Normalisasi Drainase Usu (Berkaitan dengan sei kambing, sei putih, selayang) 3,50 km
2 Normalisasi Drainase Ld Sujono (S.Percut) 1,00 km
3 Peningkatan Kapasitas Drainase Kim (S.Kera) - KIM 1 & KIM 2 1,00 km

2.4.3. Supervise Topographic/batymetric survey and data processing

Survei Topografi Kota Medan – Tebing Tinggi 2|H a l a m a n


Diagram Alir Pengukuran Terestris

Survei Topografi Kota Medan – Tebing Tinggi 3|H a l a m a n


Supervisi Pekerjaan Topografi meliputi :
1. Pengukuran Titik Kontrol
1.1 Titik Kontrol Tanah
Titik referensi yang digunakan adalah Benchmark yang ada di sekitar lokasi
pengukuran atau diikatkan pada titik Benchmark existing yang telah diketahui koordinatnya
(x, y, z)
Apabila titik referensi jaraknya terlalu jauh maka dapat digunakan dengan alat bantu
GPS sebagai titik awal.
Pemasangan titik kontrol dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Bench Mark dan Control Point adalah patok yang terbuat dari beton bertulang
dengan ukuran yang telah ditetapkan, berfungsi untuk menyimpan titik koordinat
dan elevasi sebagai titik referensi yang akan digunakan dalam kegiatan
kontruksi maupun kegiatan pengukuran selanjutnya.
b) Ukuran Bench Mark dan Control Point yang dipasang adalah:
Bench Mark (BM) : 20 x 20 x 100 cm
Control Point (CP) : 10 x 10 x 80 cm
Tiap BM dipasang baud di atasnya dan di beri tanda silang sebagai x, y, z nya.
Bench Mark dipasang sedemikian rupa sehingga bagian yang muncul diatas
tanah setinggi ± 20 cm.
c) Control Point (CP) dipasang dengan jarak ± 50 m dari Bench Mark dan dan
harus kelihatan satu sama lainnya karena akan digunakan untuk titik target atau
titik kontrol pengamatan azimuth. Setiap BM dan CP diberi nomor kode yang
teratur.

Survei Topografi Kota Medan – Tebing Tinggi 4|H a l a m a n


d) Letak pemasangan BM dan CP dipilih pada kondisi tanah yang stabil, aman, dan
harus dapat terlihat satu sama lain, serta hindari pemasangan di daerah rawa
atau sawah.
e) Setiap BM dan CP yang telah dipasang dibuat deskripsinya.
f) Deskripsi BM dan CP dibuat representatif, dengan menampilkan nama desa,
nama kecamatan, nama kabupaten, arah utara, arah aliran sungai, dan
dilengkapi dengan sketsa serta foto patok tetap utama
g) Patok Kayu adalah patok bantu yang dibuat dari bahan kayu yang kuat dengan
ukuran 5 x 7 x 50 cm ditanam sedalam 30 cm dicat merah dan dipasang paku
diatasnya serta diberi kode dan nomor yang teratur.

Gambar 2.1 Konstruksi Benchmark dan Control Point


1.2. Pengukuran Dilapangan
1.2.1 Pengukuran Kerangka Kontrol Horisontal dan Vertikal
Pengukuran kerangka kontrol horisontal dan vertikal secara umum mengacu pada
PT-02, Persyaratan Teknis bagian Pengukuran Topografi dan Pd T-10-2004-A, Pedoman
Teknis Pengukuran dan Pemetaan Terestris Sungai, dan secara khusus mengacu pada SNI
19-6724-2002, Jaring Kontrol Horisontal, sedangkan kerangka vertikal mengacu pada SNI
19-6988-2004, Jaring Kontrol Vertikal dengan Metode Sipat Datar. Peralatan yang
digunakan untuk keperluan pengukuran kerangka kontrol harus mendapatkan sertifikat
terkalibrasi.
Pengukuran kerangka kontrol horisontal menggunakan spesifikasi orde-3(poligon),
Titik kerangka poligon diikatkan ke Sistem Referensi Geodesi Indonesia (SRGI) 2013,
dengan menggunakan GPS Geodetik, dengan ketentuan sebagai berikut:

Survei Topografi Kota Medan – Tebing Tinggi 5|H a l a m a n


Metode pengamatan GPS adalah survei GPS secara radial yang terikat pada Sistem
Referensi Geodesi Indonesia 2013 (SRGI 2013). Pengamatan GPS dilakukan pada BM,
sebagai kontrol koordinat pemetaan, jumlah titik GPS yang diamati minimal 4 titik, dengan
memperhatikan kekuatan geometri satelit dan konfigurasi jaringan untuk pemetaan. Adapun
ketentuan untuk pengamatan GPS adalah sebagai berikut (mengacu pada SNI 19-6724-
2002-Jaring Kontrol Horisontal)

1.2.2. Pengukuran Poligon


Maksud dari Pengukuran polygon adalah untuk menentukan titik koordinat planimetris
adapun data yang diukur adalah: Pengukuran sudut horisontal, pengukuran jarak datar dan
penentuan azimuth, koordinat yang digunakan dengan menggunakan system UTM
(Universal Transverse Mercator). Polygon harus polygon tertutup. Jika tidak dilakukan
dengan Theodolite Total Station atau metode polygon konvensional bisa dilakukan dengan
metoda GPS. Jarak antar titik tidak boleh lebih dari 100 m.
1.2.3. Penyipatan Datar/Leveling
Tujuan dari pengukuran penyipatan datar adalah untuk menentukan pengukuran beda
tinggi antara dua titik yang akhirnya menentukan ketinggian suatu titik dari titik lainnya,
prosedur pengukuran adalah sebagai berikut:
a) Alat yang digunakan sipat datar Automatic Level orde 2 seperti: Ni2, Nak 1, Nak
2, atau sejenis.
b) Sebelum melaksanakan pengukuran, alat ukur sipat datar harus dicek dulu garis
bidiknya. Data pengecekan harus dicatat dalam buku ukur
c) Usahakan pada waktu pembidikan, jarak rambu muka = jarak rambu belakang
atau jumlah jarak muka = jumlah jarak belakang
d) Usahakan jumlah jarak (slaag) per seksi selalu genap
e) Data yang dicatat adalah pembacaan ketiga benang silang, yakni: benang atas,
benang bawah dan benang tengah.
f) Pengukuran sipat datar harus dilakukan setelah benchmark dipasang
g) Semua benchmark yang ada maupun yang akan dipasang harus melalui jalur
sipat datar apabila berada pada atau dekat dengan jalur sipat datar dan harus
dalam jalur tertutup.
h) Pada jalur terikat/tertutup, pengukuran dilakukan dengan cara pergi pulang.
i) Batas toleransi untuk kesalahan penutup maksimum 7VD mm, di mana D =
jumlah jarak dalam km.
2. Perhitungan
2.1 Hitungan Kerangka Horisontal

Survei Topografi Kota Medan – Tebing Tinggi 6|H a l a m a n


Kerangka Dasar Peta, dalam hal ini Kerangka Dasar Horisontal/posisi horisontal (X, Y)
digunakan metoda polygon tertutup.
Secara garis besar bentuk geometri harus Poligon Tertutup (loop), apabila dalam
hitungan syarat geometri tidak terpenuhi maka akan timbul kesalahan penutup sudut yang
harus dikoreksikan ke masing-masing sudut yang akan diuraikan sebagai berikut.
Koordinat titik kerangka dasar dihitung dengan perataan metoda Bowdith.
2.2 Hitungan Kerangka Vertikal
Penentuan posisi vertikal titik-titik kerangka dasar dilakukan dengan melakukan
pengukuran beda tinggi antara dua titik terhadap bidang referensi (BM). Perataan pada
jaring kerangka vertikal menggunakan metoda least square.
Semua pekerjaan perhitungan sementara harus selesai diperbaiki saat itu juga,
Semua titik poligon dihitung koordinatnya pada sistim proyeksi UTM, Pada gambar sketsa
kerangka utama harus dicantumkan hasil hitungan:
 Salah penutup sudut dan jumlah titiknya,
 Salah linier poligon beserta harga toleransinya, Jumlah jarak.
 Toleransi pengukuran waterpass.

Survei Topografi Kota Medan – Tebing Tinggi 7|H a l a m a n


2. Pengukuran Sungai

2.1 Umum
Pekerjaan ini meliputi penetapan benchmark, pengukuran polygon dan sipat datar,
pengukuran situasi detail dan potongan melintang, komputasi hasil-hasil pemetaan, dan
pembuatan peta untuk hasil-hasil pengukuran ini.
Sebuah titik triangulasi atau benchmark akan dipilih dan dipakai sebagai (datum)
control vertical.
Semua data yang diperlukan untuk menentukan koordinat-koordinat dan ketinggian
akan diperoleh dengan jalan melakukan pengukuran langsung di lapangan
2.2 Pemasangan Patok
Benchmark-benchmark baru akan ditetapkan yang akan merupakan kontrol untuk
keperluan pemetaan dan digunakan untuk keperluan proyek irigasi yang akan datang satu
benchmark di ujung hulu daerah itu dan satu di tengah-tengah dan satu di ujung hilir.
Masing-masing benchmark akan ditandai dengan sebuah patok beton sebagai
tambahan, akan dibuat 2 penanda azimut dari beton, satu untuk masing-masing benchmark,
kecuali jika benchmark berikutnya dapat dilihat dengan mudah. Konstruksi penanda azimuth
akan dibuat pada titik pertama di sepanjang jalur polygon dari benchmark. Bila
memungkinkan, benchmark-benchmark tersebut harus ditempatkan pada tanah keras
(hindarkan pemasangan di daerah rawa atau sawah). Koordinat-koordinat titik akan
ditambahkan pada deskripsi apabila perhitungannya sudut tuntas.
2.3 Pengukuran Lapangan
2.3.1 Pengukuran Poligon
Basis polygon meliputi medan ukur yang akan dipetakan, dan bilamana mungkin akan
mengikuti trase saluran. Polygon tersebut merupakan jaring-jaring tertutup (closed loop) dan
diikatkan ke titik triangulasi yang ada atau ke titik-titik tetap polygon. Sisi-sisi polygon harus
sepanjang mungkin dan sistem statip tetap (fixed tripod) seperti yang diuraikan di bawah ini
akan dipakai untuk mendapatkan ketelitian yang disyaratkan.
1. Pengukuran Sudut Dan Jarak
a) Alat yang digunakan untuk mengukur sudut horizontal dan jarak datar
adalah alat ukur Total Station (TS)
b) Semua teodolit harus dalam keadaan baik dan setelahnya akan diperiksa
terus selama pengamatan berlangsung. Kolimasi akan diperiksa apabila
melebihi 1 (satu menit). Pelaksana Pekerjaan harus menyiapkan semua
catatan yang berkenaan dengan pemeriksaan dan penyesuaian peralatan
yang dilakukan

Survei Topografi Kota Medan – Tebing Tinggi 8|H a l a m a n


c) Sebelum pengamatan dilakukan alat ukur Total Station harus disetel
sebaik-baiknya, pengukuran sudut horizontal dilakukan minimum 2 kali
pengamatan untuk poligon utama.
2.3.2 Penyipatan Datar
Penjelasan ini seperti yang telah dijelaskan pada bab-bab terdahulu
2.3.3 Pengukuran Topografi Sungai
Menentukan elevasi tanah untuk topografi sungai akan dilakukan dengan potongan
melintang, kemudian dilengkapi dengan pengukuran detail khusus diantara potongan-
potongan melintang dengan pengukuran rincikan agar variasi relief dapat digambarkan
dengan tepat.
a) Jarak antar potongan melintang 50 m, diukur sepanjang palung sungai, ditempat
tikungan dibuat potongan tambahan.
b) Semua potongan melintang diambil setegak lurus mungkin terhadap palung sungai.
c) Bila terdapat daerah banjir, pemetaan akan meliputi strip selebar 50m dari bendung
kearah dataran tinggi terdekat, hingga elevasi tanah mencapai 1m diatas elevasi
banjir maksimum yang telah ditentukan.
2.3.4 Pengukuran Rincikan
Poligon tachymetri yang sudah diukur akan dipakai untuk menentukan letak titik tinggi.
Posisi titik tempat berdiri alat diidentifikasi, jarak lihat titik rincikan tidak boleh lebih dari 100
m. Didaerah dasar sungai, titik tinggi akan diambil dengan beda tinggi maksimum 0,25 m,
atau pada setiap 15 m. Pengamatan potongan melintang harus diambil pada titik titik rendah
disaluran dan disetiap perubahan kemiringan tanah disaluran dan tanggul.

2.3.5 Potongan Memanjang dan Melintang


Gambar potongan memanjang menggunakan data dari potongan melintang. Panjang
potongan memanjang adalah jarak total antara potongan-potongan melintang pada palung
sungai.
Adapun beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan:
1) Jarak antar cross section 50 m, pada belokan sungai ditambah cross section
minimal 2 buah cross lagi.
2) Pada pertemuan sungai utama dan anak sungai dilakukan satu cross section
pada anak sungai tersebut.
3) Pada setiap jembatan yang ada di sungai harus dilakukan pengukuran cross
section dilokasi dekat jembatan tersebut, yang tergambar pilar, elevasi girder
jembatan tersebut
4) Harus jelas tergambarkan pada Cross section jenis lereng tanggul (tanah, batu
kali, paraphet beton)

Survei Topografi Kota Medan – Tebing Tinggi 9|H a l a m a n


5) Pada gambar situasi harus tergambar bangunan seperti rumah, jembatan dan
fasum, pohon minimal deameter 20 Cm, tiang listrik, tiang telephon, serta PJU.
Bila tergambar jalan maka di tuliskan nama jalan.
6) Data processing and depiction planimetric map scale of 1:1000, longitudinal
sectional map of V 1: 100 H 1:1000 and cross-sectional map 1: 100;
7) Setiap kegiatan harus dilakukan dokumentasi dan disusun dalam Laporan.
8) Reporting and all map shall be submitted in printed forms in five (5) copies and
in soft copy (flashdisk) in one (1) copy;
9) Bila di sungai/saluran inlet / atau anak sungai yg masuk ke sungai utama,
harus dicros 2 cross (data excel) dan bila ada pintu dianak2 sungai diukur juga
dimensi pintunya, difoto, dan dilihat kondisinya.

Survei Topografi Kota Medan – Tebing Tinggi 10 | H a l a m a n


BAB 3
REALISASI SAMPAI BLN JUNI

3.2.3. Prepare ToR, BOQ and cost estimate for topographic/bathymetric terestrial
survey

Realisasi pekerjaan sampai bulan juni ini adalah :


1. Selesainya Penyusunan TOR
2. Selesainya Penyusunan BOQ
3. Selesainya Tender dan Kontrak Vendor
4. Persiapan Pelaksanaan Pekerjaan

3.2.4. Supervise Topographic/batymetric survey and data processing

Kegiatan survei topografi tambahan yang sudah dan sedang dilakukan adalah :
a. Survei Pendahuluan.
b. Pemasangan patok-patok tetap (BM/CP) dan patok-patok sementara.
c. Pengukuran kerangka kontrol horisontal (KKH) dan vertical (KKV) di Sungai
Badera da Sungai Babura.
d. Pengukuran Situasi. Profil Memanjang dan melintang.

Sementara sedang dilakukan pengukuran situasi, pengukuran profil memanjang dan


melintang, dan pengolahan data.

Survei Topografi Kota Medan – Tebing Tinggi 11 | H a l a m a n


KETERSEDIAAN DATA

DATA
No ITEM PEKERJAAN BELAWAN
DESAIN TAHUN RAW DATA LIDAR
A DAS BELAWAN
1 Peningkatan Kapasitas Sungai Badera SID BWS SII 2013 X V
2 Pengendalian Banjir Sungai Belawan SID BWS SII 2013 X V
3 Pengendalian Banjir ROB Sungai Belawan bagian hilir sebelah kiri 13,5 km SID BWS SII 2013 X V
4 Pengendalian Banjir ROB Sungai Belawan bagian hilir sebelah kanan 13,5 km SID BWS SII 2013 X V

B DAS DELI-PERCUT
1 Pengendalian Banjir dan pemasangan klep pd outlet drain sepanjang Sungai Babura 19 km SID BWS SII 2012 X V
2 Renormalisasi Sungai Kambing Din SDACKTR 2019 X V
3 Peningkatan kapasitas Sungai Selayang Din SDACKTR 2019 X V
4 Peningkatan kapasitas Sungai Putih Din SDACKTR 2019 X V
5 Pengendalian Banjir Sungai Deli dari Kantor DPRD prov Sumatera Utara sd Bendung Deli.

C DAS PADANG
1 Floodway Bahilang – Sigiling dan Normalisasi Sungai Bahilang SID BWS SII 2013 X X
2 Peningkatan kapasitas Sungai Sigiling (Floodway- S. Padang SID BWS SII 2013 X X
3 Peningkatan kapasitas Sungai Padang Bagian Hilir SID BWS SII 2013 X X
4 Peningkatan kapasitas Sungai Padang (Pertemuan S. Sibarau – Hulu Pertemuan S. Bahilang) SID BWS SII 2013 X X

D DRAINASE PERKOTAAN
1 Normalisasi Drainase Usu (Berkaitan dengan sei kambing, sei putih, selayang) V
2 Normalisasi Drainase Ld Sujono (S.Percut) V
3 Peningkatan Kapasitas Drainase Kim (S.Kera) - KIM 1 & KIM 2 V

Note :V Tersedia
X Tidak tersedia

REALISASI PEKERJAAN SURVEI TOPOGRAFI ESP BDPP TAHUN.2021

Rencana KERANGKA KONTROL PETA PENGUKURAN


No ITEM PEKERJAAN BELAWAN
Volume Satuan Horisontal Vertikal LiDAR Longsection Crossection
A DAS BELAWAN
1 Peningkatan Kapasitas Sungai Badera 7,00 km V V V proses proses
2 Pengendalian Banjir Sungai Belawan 31,00 km V V V proses proses
3 Pengendalian Banjir ROB Sungai Belawan bagian hilir sebelah kiri 13,5 km 13,50 km V V V proses proses
4 Pengendalian Banjir ROB Sungai Belawan bagian hilir sebelah kanan 13,5 km 13,50 km V V V proses proses

B DAS DELI-PERCUT
1 Pengendalian Banjir dan pemasangan klep pd outlet drain sepanjang Sungai Babura 19 km 19,00 km V V V proses proses
2 Renormalisasi Sungai Kambing 10,55 km V V V proses proses
3 Peningkatan kapasitas Sungai Selayang 3,97 km V V V proses proses
4 Peningkatan kapasitas Sungai Putih 6,47 km V V V proses proses
5 Pengendalian Banjir Sungai Deli dari Kantor DPRD prov Sumatera Utara sd Bendung Deli.

C DAS PADANG
1 Floodway Bahilang – Sigiling dan Normalisasi Sungai Bahilang 12,50 km V V X proses proses
2 Peningkatan kapasitas Sungai Sigiling (Floodway- S. Padang 9,29 km V V X proses proses
3 Peningkatan kapasitas Sungai Padang Bagian Hilir 20,00 km V V X proses proses
4 Peningkatan kapasitas Sungai Padang (Pertemuan S. Sibarau – Hulu Pertemuan S. Bahilang) 8,60 km V V X proses proses

D DRAINASE PERKOTAAN
1 Normalisasi Drainase Usu (Berkaitan dengan sei kambing, sei putih, selayang) 3,50 km V V V proses proses
2 Normalisasi Drainase Ld Sujono (S.Percut) 1,00 km V V V proses proses
3 Peningkatan Kapasitas Drainase Kim (S.Kera) - KIM 1 & KIM 2 1,00 km V V V proses proses

Note :V Tersedia
X Tidak tersedia

Survei Topografi Kota Medan – Tebing Tinggi 12 | H a l a m a n


BAB4.2
PERMASALAHAN SAMPAI BLN JUNI

4.2.3. Prepare ToR, BOQ and cost estimate for topographic/bathymetric terestrial
survey
Untuk jadwal pelaksanaan pembuatan TOR dan BOQ telah sesuai dengan target, tinggal
masalah administrasi dengan vendor pelaksana pekerjaan.

4.2.4. Supervise Topographic/batymetric survey and data processing


Guna memberikan solusi terhadap permasalahan banjir yang ada di Daerah Aliran
Sungai tersebut maka perlu dilaksanakan studi yang komprehensif, rinci, teliti, serta
mengenai sasarannya.
Idealnya semua data yang dibutuhkan tersedia, baik dari segi karakteristik, kuantitas
maupun kualitas. Kondisi topografi wilayah sangat penting dalam pengendalian dan
pengelolaan banjir. Oleh karena itu, diperlukan metode survei dan pemetaan yang tepat
untuk bisa menutup kebutuhan data topografi yang ada. Dalam membangun model banjir
yang valid maka hal yang paling awal dilaksanakan adalah pemenuhan data topografi
seluruh wilayah, dan seluruh wilayah harus terletak dalam satu hamparan yang mempunyai
referensi datum geodetik yang sama, yaitu Datum Geodesi Nasional WGS 1984.
Dalam mendukung hal tersebut telah dilaksanakan beberapa upaya guna memenuhi
data topografi detil. Namun terdapat beberapa wilayah sungai yang dianggap datanya perlu
diperbaharui. Dari data yang diperoleh, terdapat kesenjangan data
1. Tidak semua sungai mempunyai data topografi yang “up to date”, sebagian lagi
belum pernah mempunyai data survei topografi. Rata-rata data yang ada diukur
tahun 2012 – 2013. Pada periode waktu 8 tahunan sungai-sungai banyak yang
mengalami perubahan yang drastis atas dasar data topografinya, baik morfologi
maupun kondisi badan sungainya
2. Kesenjangan yang kedua adalah bahwa tidak semua data topografi yang ada
terletak dalam satu hamparan yang mempunyai referensi datum geodetik yang
sama, yaitu Datum Geodesi Nasional WGS 1984.Geodetik.
3. Dengan tidak tersedianya Raw data pengukuran terdahulu, maka sulit bagi kita
untuk melakukan koreksi pengukuran atau penyamaan referensi.

Survei Topografi Kota Medan – Tebing Tinggi 13 | H a l a m a n


4. Walaupun sudah ada Lidar,tetapi ada kelemahannya yaitu tidak bisa
mendeteksi terain dibawah permukaan air dan saluran bawah tanah seperti
gorong gorong maupun profil sungai dibawah jembatan/ bangunan air ,
sehingga tetap perlu dilakukan survey pengukuran long dan crosection
secara terestris,

Survei Topografi Kota Medan – Tebing Tinggi 14 | H a l a m a n


KETERSEDIAAN DATA TOPOGRAFI

Survei Topografi Kota Medan – Tebing Tinggi 15 | H a l a m a n


JADWAL RENCANA KERJA PEKERJAAN TOPOGRAFI

Survei Topografi Kota Medan – Tebing Tinggi 16 | H a l a m a n

Anda mungkin juga menyukai