Anda di halaman 1dari 24

Laporan Akhir

“SID Pembangunan Sistem Penyediaan Air Baku Bendungan Way Sekampung”

BAB

5 SURVEI DAN ANALISIS TOPOGRAFI

5.1. UMUM
Pengukuran topografi merupakan kegiatan utama dalam tahap perencanaan pemetaan
bisa didasarkan pada pengukuran medan (teristis) penuh yang menghasilkan peta-peta garis
topografi lengkap dengan garis konturnya. Semua kegiatan pengukuran topografi mengikuti
standar kriteria perencanaan PT-02. Lokasi pekerjaan survei pengukuran topografi terletak
di Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung.

5.2. Bagan Alir Pelaksanaan Pengukuran Topografi


Adapun lingkup pekerjaan dari survei topografi adalah sebagai berikut :

Tabel 5.1. Lingkup Pekerjaan Survei Topografi


No. Nama Kegiatan Keterangan

1 Pengadaan peta RBI untuk wilayah Kabupaten Pringsewu dan studi Peta RBI skala 1 : 50.000
terdahulu untuk mengetahui gambaran umum lokasi pekerjaan serta
membantu dalam menentukan batas lokasi pengukuran.
2 Penentuan lokasi pengukuran mulai dari outlet air baku Bendungan Lokasi rencana WTP dan reservoir
Way Sekampung, dan rencana WTP, trase pipa transmisi hingga ke berada di Desa Bumi Ayu (Kec.
bangunan reservoir. Pringsewu), dan reservoir di Kec.
Pringsewu dan Kec. Gadingrejo
3 Mempersiapkan peralatan yang dipergunakan untuk pelaksanaan - GPS 2 buah
pengukuran topografi - Waterpass 2 buah
- Theodolite 2 buah
- Kamera Digital 2 buah
- Rambu Ukur 2 buah
- Meteran (100 meter) 2 buah
4 Melaksanakan pengecekan kalibrasi alat ukur Pengecekan kalibrasi Waterpass
dan Theodolit
5 Menentukan referensi koordinat dan elevasi (ketinggian) - Penentuan koordinat dengan
GPS
- Penentuan referensi nilai elevasi
dari TTG setempat
6 Pemasangan patok BM dan CP - BM 7 buah

5-1
Laporan Akhir
“SID Pembangunan Sistem Penyediaan Air Baku Bendungan Way Sekampung”

No. Nama Kegiatan Keterangan

- CP 10 buah
7 Melakukan pengukuran kerangka horisontal (poligon) - Poligon tertutup
- Poligon terbuka
8 Pengukuran kerangka vertikal (levelling) dengan waterpass
9 Pengukuran situasi detail Lokasi rencana WTP dan reservoir
10 Pengukuran profil memanjang dan melintang Pengukuran trase jaringan transmisi
dengan interval 50 m dengan
koridor 25 m ke kiri dan 25 m ke
kanan dari jalur pengukuran
11 Pengolahan data pengukuran
12 Penggambaran hasil pengukuran - Gambar situasi skala 1 : 500
untuk rencana tapak bangunan.
- Gambar situasi skala 1 : 2.000
untuk area WTP/ reservoir
- Profil melintang skala vertikal 1 :
100 dan horisontal 1 : 100
- Profil memanjang sungai skala
horisontal 1 : 2.000 dan vertikal
1 : 100
Sumber : Kegiatan Survei Pengukuran Topografi

5-2
Laporan Akhir
“SID Pembangunan Sistem Penyediaan Air Baku Bendungan Way Sekampung”

Gambar 5.1. Bagan Alir Pelaksanaan Pengukuran Topografi

5-3
Laporan Akhir
“SID Pembangunan Sistem Penyediaan Air Baku Bendungan Way Sekampung”

5.3. Pelaksanaan Survei Pengukuran Topografi


5.3.1. Persiapan Teknis Pengukuran
5.3.1.1. Persiapan
Kegiatan persiapan dalam rangka pelaksanaan survei pengukuran topografi meliputi
dua hal yaitu :
1. Persiapan Administrasi
• Mengurus perizinan, surat tugas dengan pihak proyek dan instansi yang terkait.
• Dengan rekomendasi pihak Satker, mengurus perizinan dengan pihak Bappeda,
Dinas PU, kecamatan dan desa setempat.
2. Persiapan Teknis
• Penetapan lokasi Base Camp. Lokasi Base Camp berada di Kecamatan Pringsewu
Kabupaten Pringsewu.
• Pengumpulan data sekunder yaitu peta dasar atau peta kerja untuk dapat digunakan
sebagai referensi pengukuran di lokasi proyek agar tidak menyimpang dari
ketentuan pemetaan yang sudah ada di lapangan.
• Kalibrasi alat-alat pengukuran.
• Menyiapkan data referensi Bench Mark (BM) atau Control Point (CP) akan yang
digunakan.
• Pembuatan jadwal waktu pelaksanaan pekerjaan.
• Pengecekan alat ukur yang akan digunakan di kantor proyek.

5.3.1.2. Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan survei pengukuran topografi meliputi:
Tabel 5.2. Peralatan yang Digunakan
No. Alat Ukur Jumlah

1 Roll Meter (100 meter) 2 Buah

2 Rambu Ukur 2 Buah

3 Waterpass 2 Set

4 Theodolite 2 Set

5 Kamera Digital 2 Unit

6 GPS 2 Unit

Sumber : Hasil Pengukuran

5-4
Laporan Akhir
“SID Pembangunan Sistem Penyediaan Air Baku Bendungan Way Sekampung”

5.3.2. Penentuan Titik Referensi Awal Pengukuran


Sebagai Referensi Koordinat dan Elevasi untuk pekerjaan “SID Pembangunan
Sistem Penyediaan Air Baku Bendungan Way Sekampung” menggunakan nilai
referensi yang diperoleh dari Titik Referensi BMWS 07 (X=490908,703; Y=9408917,446;
Z=+135,604) yang terletak di Kecamatan Pagelaran, Provinsi Lampung.

Gambar 5.2. Titik Referensi BMWS 07

5.3.3. Pemasangan BM, CP, dan Patok Kayu


Bench Mark (BM) dan Control Point (CP) merupakan tanda-tanda di lapangan yang
berguna dalam kegiatan pelaksanaan konstruksi. Oleh karena itu pemasangan Bench Mark
dan Control Point harus memenuhi ketentuan sesuai dengan KAK.
Beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam pemasangan BM dan CP di
lapangan antara lain:
a. BM dan CP dibuat sesuai dengan KAK. Ukuran dan konstruksi BM yang dipasang
mengikuti spesifikasi teknis yaitu 20 x 20 x 100 cm dan untuk CP menggunakan Pipa
Paralon Cor ukuran 3 inchi dengan panjang 100 cm
b. BM dipasang pada setiap titik simpul.
c. Pemasangan BM dengan rencana distribusi BM merupakan titik-titik yang ada pada
kerangka dasar horizontal dan vertikal.
d. BM dan CP dipasang pada tempat yang stabil, aman dari gangguan, mudah dicari, diberi
baut dan dicat biru serta diberi notasi yang berurutan.
e. Setiap BM dan CP yang dipasang harus difoto, dibuat skets yang jelas, diberi nama

5-5
Laporan Akhir
“SID Pembangunan Sistem Penyediaan Air Baku Bendungan Way Sekampung”

kampung, nama desa dan dicantumkan harga (x,y,z) serta dibuat deskripsinya.
Prinsip pemasangan Patok Kayu :
a. Patok dibuat sesuai dengan KAK.
b. Patok dipasang ditempat yang aman, baik dari gangguan manusia atau kendaraan.
c. Penomoran patok tidak boleh ada yang sama.
d. Untuk pengukuran profil melintang dibuat dengan jarak maksimum  50 m untuk
daerah yang relatif lurus atau disesuaikan dengan kodisi lapangan (pada daerah yang
berbelok patok-patok dibuat rapat, untuk estimasi analisa volume patok diasumsikan
untuk daerah yang berbelok  15%).
e. Dipasang sepanjang garis lurus BM dan ditanam pada daerah stabil serta diberi notasi
yang berurutan dari mulai awal pengukuran (hulu).

Gambar 5.3. Konstruksi Bench Mark

5-6
Laporan Akhir
“SID Pembangunan Sistem Penyediaan Air Baku Bendungan Way Sekampung”

Berikut ini adalah lokasi pemasangan BM dan CP :


Tabel 5.3. Koordinat BM dan CP Hasil Pengukuran
ID KOORDINAT ELEVASI
NO
BM/CP X Y Z
1 BM 1 491 277.720 9 410 348.397 118.811 (m)
2 BM 2 493 341.696 9 410 152.515 94.067 (m)
3 BM 3 497 266.813 9 409 839.204 106.053 (m)
4 BM 4 497 445.147 9 408 007.681 101.799 (m)
5 BM 5 496 538.873 9 406 746.317 108.604 (m)
6 BM 6 496 590.622 9 404 565.440 99.668 (m)
7 BM 7 503 423.785 9 408 906.834 104.046 (m)
8 CP 1 491 270.033 9,410,438 115.461 (m)
9 CP 2 493 385.658 9 410 115.335 93.727 (m)
10 CP 3 497 207.178 9 409 858.668 106.471 (m)
11 CP 4 497 441.514 9 408 099.891 104.698 (m)
12 CP 5 496 497.388 9 406 702.423 109.759 (m)
13 CP 6 496 568.590 9 404 503.947 99.501 (m)
14 CP 7 503 459.465 9 408 942.684 105.440 (m)
15 CP 8 494 723.341 9 410 484.704 99.618 (m)
16 CP 9 497 457.554 9 407 349.689 102.492 (m)
17 CP 10 500 452.570 9 407 135.918 92.710 (m)
Sumber : Hasil Pengukuran
Deskripsi BM dan CP disajikan pada bagian Lampiran.

5.3.4. Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal (Poligon)


Kerangka dasar horizontal merupakan titik dasar untuk menentukan posisi x dan y
dari situasi yang dapat dipetakan. Oleh karena itu pengukuran kerangka dasar horizontal ini
harus mengacu pada ketentuan yang ditetapkan. Metode yang dipilih untuk pengukuran
kerangka dasar horizontal ini dilakukan dengan cara pengukuran poligon. Pada pengukuran
dangan metoda poligon dibuat loop/kring tertutup dan atau dibuat dalam beberapa
loop/kring. Konsultan bisa menggunakan cara terikat sempurna apabila di awal dan di akhir
pengukuran terdapat titik referensi.
Dalam pelaksanaan pengukuran poligon dibuat tahapan sebagai berikut :
a. Poligon Utama
Poligon Utama dilakukan pada titik-titik yang melingkupi dan melengkapi batas-batas
pengukuran yang dipakai sebagai kerangka dasar horizontal.

5-7
Laporan Akhir
“SID Pembangunan Sistem Penyediaan Air Baku Bendungan Way Sekampung”

b. Poligon Cabang
Poligon cabang dilakukan untuk menopang dari kerangka dasar horizontal dan selalu
dibuat terikat sempurna dengan poligon utama.
Secara umum teknis pengukuran dengan metoda pengukuran Poligon diperlukan
antara lain :
A. Pengukuran Sudut Mendatar/Horizontal
Untuk poligon, pengukuran sudut horizontal akan dilakukan dengan alat ukur
Theodolite T2/ TM 1A (dengan ketelitian bacaan sampai dengan satu detik) dan
pembacaan arah dilakukan dengan cara satu seri lengkap (B dan LB), serta besarnya
sudut akan langsung dihitung di lokasi untuk dicocokan dengan keadaan sebenarnya di
lapangan.
Target bidikan dalam pengukuran sudut akan digunakan target segitiga dengan
centering optis (bersatu dengan reflektor untuk pengukuran jarak elektronik). Untuk
kontrol bacaan sudut akan dilakukan pemeriksaan bacaan arah dalam keadaaan biasa
dan luar biasa serta harus berselisih 1800.
Perbedaan sudut horizontal hasil bacaan biasa (’) dan luar biasa (’’) diusahakan harus
 5 detik. Sudut yang dipakai dalam perhitungan poligon adalah :

 '  ' '


 I
2
Kontrol ketelitian pengamatan sudut antara satu pengamatan ke pengamatan lain bisa
digambarkan seperti berikut :

1
5
6

1 3
1 4
2

Gambar 5.4. Sketsa Pengukuran Sudut Horizontal

Hitungan salah penutup sudut dilakukan di lapangan untuk mengetahui ketelitian


bacaan sudut.
Ketelitian bacaan sudut untuk poligon :
f  10” N

5-8
Laporan Akhir
“SID Pembangunan Sistem Penyediaan Air Baku Bendungan Way Sekampung”

Keterangan :
N = jumlah titik poligon
f = salah penutup sudut
Kesalahan penutup sudut poligon utama (10” V N) dimana N adalah jumlah titik,
sedangkan untuk poligon cabang (20” V N).
Jaringan poligon berbentuk loop.

B. Pengukuran Jarak Mendatar


Pengukuran akan dilakukan dengan menggunakan alat ukur jarak elektronik (EDM)
Sokisha RED 1 dengan pembacaan ke muka dan ke belakang sehingga jarak yang
digunakan dalam perhitungan poligon adalah:
Dt1t 2  Dt 2 t1
 D 't 2t1
2
Dimana :
Dt1-t2 = jarak datar bacaan ke muka
Dt2-t1 = jarak datar bacaan ke belakang
D’t1-t1 = jarak yang digunakan dalam hitungan poligon
Dalam pelaksanaannya, pengukuran jarak ini akan dilakukan bersamaan dengan
pengukuran sudut horizontal karena alatnya digabungkan dengan alat ukur T2. alat
EDM akan dilengkapi juga dengan alat thermometer dan barometer, hal ini diperlukan
untuk menentukan koreksi refraksi karena pengaruh temperatur dan tekanan.
Pengukuran jarak akan dilakukan secara pergi dan pulang dengan tiap bacaan minimal
3 (tiga) kali.

C. Pemeriksaan pekerjaan poligon


 Konsultan menyerahkan foto copy data ukur dan hitungan.
 Direksi memeriksa data ukur dan hitungan
 Direksi memeriksa pengukuran dan pemeriksaan lapangan (uji petik) kemudian
melakukan perbandingan terhadap hasil yang dikerjakan oleh konsultan.
 Jika hasil uji petik sesuai (masuk toleransi) terhadap hasil konsultan, disimpulkan
bahwa ukuran dan hitungan masuk poligon dapat diterima.
 Jika hasil uji petik tidak sesuai (tidak masuk toleransi) terhadap hasil konsultan,
kemudian dilakukan pengukuran tambahan sampai koordinat titik ukur memenuhi
toleransi.

5-9
Laporan Akhir
“SID Pembangunan Sistem Penyediaan Air Baku Bendungan Way Sekampung”

5.3.5. Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal


Untuk mendapatkan posisi titik-titik kerangka dasar vertikal (z) digunakan metode
pengukuran sipat dasar, sasarannya adalah beda tinggi selisih ketinggian antar dua titik yang
diteliti dengan teknis pengukuran adalah sebagai berikut :
a. Alat ukur yang digunakan adalah alat ukur sipat dasar automatis, seperti Wild Nak2 atau
alat lain yang sejenis ketelitiannya.
b. Setiap pagi sebelum memulai pengukuran dilakukan pemeriksaan garis visir alat ukur.
c. Jika garis visir tidak baik maka alat ukur harus diganti atau diperbaiki, akan tetapi jika
terjadi kesalahan garis visir mencapai 0,05 mm/m maka alat tersebut dikalibrasi terlebih
dahulu. Untuk memeriksa garis visir ada beberapa cara dalam meletakan kedudukan alat
terhadap rambu.
d. Pengukuran dilakukan pada setiap titik poligon.
e. Setiap hari pengukuran waterpass diusahakan mulai dan berakhir pada titik tetap. Dalam
hal terpaksa maka akhir pengukuran dibuat pada patok yang kuat dan stabil yang pada
keesokan harinya harus diperiksa terlebih dahulu apakah patok tersebut telah
mengalami gangguan atau tidak dengan cara melakukan pengukuran beda tinggi dengan
patok terdekat apakah beda tingginya masih tetap atau tidak.
f. Pengukuran dihentikan pada saat cuaca panas (gerak refraksi pada bayangan benang
terjadi) dan pada saat hujan.
g. Jarak bidik rambu maksimum dari alat ke rambu akan dibatasi tidak lebih dari 75 m
dengan tinggi bacaan paling atas 2750 mm (untuk benang atas) dan paling rendah 250
mm (untuk benang bawah).
h. Setiap bidikan/ bacaan benang akan selalu dilakukan ke rambu belakang terlebih
dahulu, kemudian baru ke rambu depan dengan sistem bacaan lengkap (BA, BT, BB)
dan selalu dilakukan kontrol bacaan dengan persamaan berikut :
(BA + BB)/2 – BT  2 mm
i. Pengukuran tiap seksi dilakukan double stand dan selalu dilakukan kontrol bacaan
dengan persamaan berikut :
(HI - HII)  2 mm

5-10
Laporan Akhir
“SID Pembangunan Sistem Penyediaan Air Baku Bendungan Way Sekampung”

I
a b

Rambu ukur Rambu ukur


II b’
b’

Patok kayu Patok kayu

Gambar 5.5. Sketsa Pengukuran Waterpass Double Stand

j. Jumlah slag dalam setiap seksi akan selalu dibuat berjumlah genap, hal ini diperlukan
untuk mengeliminir kesalahan yang mungkin disebabkan oleh tidak samanya titik nol
pada setiap rambu. Karena itu, untuk setiap seksi rambu yang dipakai oleh suatu tim
diusahakan tidak ditukar atau tidak diganti dengan rambu dari tim yang lain.
k. Pada setiap lag akan diusahakan agar alat ukur selalu berada ditengah antara kedua
rambu belakang dan depan atau dengan mengusahakan agar jumlah jarak ke muka akan
selalu sama dengan jumlah jarak ke belakang dalam satu seksi. Hal ini dilakukan untuk
mengeliminir kesalahan yang disebabkan oleh kesalahan garis bidik (kesalahan garis
bidik yang membuat sudut sebesar  dengan garis bidik yang seharusnya).
l. Hitungan H dari BM ke BM kemudian dilanjutkan ke hitungan salah penutup H pada
setiap loop.
m. Jika fh1, fh2, fh3 masuk toleransi dan fh4 tidak masuk toleransi, maka sisi yang pertama
diukur ulang adalah sisi AD.
A
fh1
B

fh4 fh2

D
C
fh3

Gambar 5.6. Pengukuran pada Empat BM

n. Jika fh1 tidak masuk toleransi maka yang diukur ulang adalah sisi BC. Sehingga
perkiraan sisi yang mungkin salah dapat diperkirakan dari besaran salah penutup tiap

5-11
Laporan Akhir
“SID Pembangunan Sistem Penyediaan Air Baku Bendungan Way Sekampung”

loop.
o. Jika hitungan salah penutup tiap loop telah memenuhi toleransi
fH  10 D dimana D adalah panjang seksi pengukuran waterpass dalam km.
Dapat dilakukan hitungan perataan kesalahan untuk penempatan besaran koreksi h pada
setiap sisi. Perataan kesalahan dapat dilakukan dengan BOWDITCH atau DELL
METHOD.
Dilakukan hitungan elevasi titik ukur.
- Untuk pemeriksaan konsultan menyerahkan fotocopy data ukur dan hitungan
- Direksi memeriksa data ukur dan hitungan
- Direksi melakukan pengukuran cross check (uji petik) kemudian melakukan
perbandingan terhadap hasil yang dikerjakan oleh konsultan
- Jika hasil uji petik tidak masuk toleransi maka hasil pengukuran konsultan dapat
disimpulkan bahwa ukuran dan hitungan waterpass baik dan dapat diterima direksi
- Jika hasil uji petik tidak masuk toleransi maka akan dilakukan pengukuran bersama
pada jalur uji petik dan dilakukan pengukuran ulang sisi lainnya sampai toleransi
jaringan waterpass masuk toleransi.

5.3.6. Pengukuran Situasi Detail


Pengukuran situasi topografi atau detail dimaksudkan untuk mendapatkan posisi baik
horizontal maupun vertikal dari setiap permukaan topografi yang ada.
Pengambilan detail dilakukan terhadap setiap permukaan tanah dan setiap perbedaan
terain yang cukup mencolok (lebih dari 1,0 m). dalam hal pengambilan terain ini, untuk
cukup memudahkan interpolasi kontur dalam penggambaran maka secara ideal detail
diambil pada jarak 2 x 5 (cm) skala gambar.
Dasar utama untuk pengambilan titik adalah dilihat dari skala gambar yang akan
dibuat yaitu skala 1 : 5.000. dalam skala tersebut berarti 1 cm digambar adalah 20 m di
lapangan.
Metode pengambilan data situasi topografi adalah Raai dan Voorstral dengan
perhitungan beda tinggi dan jarak datar secara tachymetri dengan setiap raai maupun setiap
seizlag diikatkan pada titik-titik poligon sebagai referensi.
Data yang dicatat dari setiap bidikan titik detail untuk situasi adalah :
- Sudut horizontal/ arah/ azimuth (untuk plotting detail)
- Sudut vertikal (untuk hitungan beda tinggi)

5-12
Laporan Akhir
“SID Pembangunan Sistem Penyediaan Air Baku Bendungan Way Sekampung”

- Jarak optis
Disamping hal-hal tersebut diatas, dalam pengukuran situasi perlu diperhatikan untuk
pengambilan detail:
- Rumah, bangunan
- Bangunan irigasi dan saluran yang ada.
- Jalan negara, jalan desa dsb.
- Batas administratif dan batas alam.
Untuk pemetaan situasi trase, data profil melintang dapat digunakan tetapi masih
diperlukan pengukuran detail tambahan untuk dapat menggambar detail lainnya yang tidak
diukur pada waktu pengukuran melintang. Alat ukur yang digunakan adalah Theodolite GTS
yang memiliki ketelitian 5 detik.

100 m

Saluran

100 m

50 m – 100 m 50 m – 100 m

Gambar 5.7. Penggambaran Situasi Detail Saluran

Pengukuran situasi pekerjaan “SID Pembangunan Sistem Penyediaan Air Baku


Bendungan Way Sekampung” terdiri dari :
1. Pengukuran trase jaringan pipa
2. Pengukuran situasi detail area bangunan WTP/reservoir.

5-13
Laporan Akhir
“SID Pembangunan Sistem Penyediaan Air Baku Bendungan Way Sekampung”

A. Pengukuran Trase jaringan Pipa


• Diukur mulai dari outlet air baku Bendungan Way Sekampung ke jaringan
transmisi sampai dengan batas yang ditentukan oleh perencana.
• Patok-patok cross section dipasang setiap interval 50 meter sepanjang trase.
• Patok-patok profil melintang terpasang dilalui pengukuran poligon dan
pengukuran waterpas yang terikat pada Referensi.
• Pengukuran menggunakan alat Theodolite.

B. Pengukuran Situasi Detail Area Bangunan WTP/reservoir


• Luas Areal diukur disekitar tapak bangunan dan trase pipa.
• Pengukuran detail situasi menggunakan alat Theodolite dan pengambilan data
dilapangan dilakukan dengan cara spot height.
• Interval pengambilan antar titik-titik detail di lapangan (kerapatan titik detail)
disesuaikan dengan skala peta yang diminta dan kebutuhan perencanaan.
• Jarak titik detail diukur secara optis kecuali untuk detail-detail penting seperti
bangunan, dimensi saluran dll. diukur dengan pita ukur.
• Plotting/penggambaran semua data hitungan dilakukan secara digital dan
dilaksanakan langsung dilapangan.

5.3.7. Pengukuran Profil Memanjang dan Melintang


Secara umum pengukuran profil melintang digunakan untuk melihat keadaan situasi
kearah verikal dan pada saat jalannya pengukuran/ pengamatan diukur tegak dengan daerah
terukur.
 Alat yang digunakan adalah Waterpass/Sipat datar otomastis, Ni2, NAK1, NAK2 atau
yang sejenis, apabila kondisi tidak memungkinkan dipakai GTS atau alat lain yang
sejenis ketelitiannya.
 Alat berdiri di setiap titik kerangka horizontal
 Pengukuran profil melintang dilakukan pada setiap titik memanjang dan dibuat tegak
lurus saluran atau jalur profil memanjang.
 Setiap perubahan tanah yang ekstrim harus diukur
 Setiap titik yang diukur harus dibuat sket dengan jelas serta arah aliran.
 pengambilan penampang melintang harus diikatkan pada titik poligon.
 Pengukuran profil melintang dilakukan setiap 25 meter ke kiri dan kanan dari as trase.

5-14
Laporan Akhir
“SID Pembangunan Sistem Penyediaan Air Baku Bendungan Way Sekampung”

 Untuk Jarak antar patok profil yang relatif lurus 50 m dan atau 25 meter untuk trase
yang menikung dan berbukit.
 Hitungan tinggi titik ukur dilakukan dengan menggunakan elevasi patok (hasil
waterpass) sebagai titik referensi.
 Hitungan jarak datar dari tempat alat berdiri ke titik ukur yang kemudian pada waktu
penggambaran dapat dihitung jarak tiap titik detail.

5.4. Analisis Data Topografi


Kegiatan analisis data topografi merupakan bagian yang terpenting pada tahapan
pengolahan data. Data tidak luput dari beberapa kesalahan yang bersumber dari alat,
kelalaian, tingkat kejenuhan dan kelelahan personel pengambil data. Setiap data dicermati
dari kemungkinan kesalahan baca, kesalahan alat, dan sebagainya. Dari hasil analisa tersebut
kemudian disimpulkan mengenai jumlah kesalahan-kesalahannya. Jika kesalahan-kesalahan
tersebut berakibat fatal terhadap hasil yang diperoleh, maka akan dilakukan revisi dalam
bentuk pengukuran ulang maupun interpolasi, hal tersebut tergantung dari tingkat
kesalahannya.
Pengolahan data dilakukan setiap hari di Base Camp sepulang dari lapangan, seperti:
data-data hasil pengukuran poligon, data-data hasil pengukuran sipat datar, dan detail
topografi. Semua data diproses dengan menggunakan perangkat lunak (computers software).
Pengecekan data awal dilakukan pada setiap rekaman data harian, dan pengecekan
data akhir dilakukan pada setiap data yang telah membentuk jaringan mengikat tertutup atau
loop. Hal ini adalah untuk mengetahui kualitas data hasil ukuran terhadap batas toleransi
standard atau batas toleransi yang telah ditetapkan.
Pengukuran ulang/pengecekan ukuran (bilamana diperlukan) dilakukan pada saat
sebelum pindah ke titik pengukuran berikutnya.
Pengolahan data dilakukan mengikuti tahapan, sebagai berikut :
 Pengolahan data jaringan kontrol horisontal dan vertikal,
 Pengolahan data detail topografi,
 Plotting draft peta, review dan analisa draft peta (melakukan survei tambahan data, bila
diperlukan).
 Proses final dan plotting peta topografi.
Pengolahan data dilakukan dengan komputer menggunakan perangkat lunak yang
telah teruji kelaikannya.

5-15
Laporan Akhir
“SID Pembangunan Sistem Penyediaan Air Baku Bendungan Way Sekampung”

1) Perhitungan Koordinat :
a. Perhitungan koordinat poligon, dilakukan mengikuti bentuk poligon yang digunakan.
Koreksi sudut diberikan atas dasar nilai rata-rata, dan perhitungan ini dilakukan di
lokasi pekerjaan.
b. Hasil perhitungan mengacu pada syarat ketelitian yang telah ditentukan.
c. Perhitungan menggunakan traverse computation software.
2) Perhitungan Elevasi :
a. Perhitungan beda tinggi/elevasi dilakukan hingga 3 desimal (ketelitian mm), dan
dilakukan kontrol perhitungan pada setiap lembar perhitungan dengan
menjumlahkan beda tingginya, dan memberikan koreksi yang diperlukan.
b. Perhitungan menggunakan leveling computation software.
3) Perhitungan Ketinggian (Detail Topografi) :
a. Ketinggian dan koordinat detail dihitung berdasarkan elevasi dan koordinat patok
berdirinya alat dan dihitung secara trigonometris atau tachimetris.
b. Perhitungan dilakukan dengan mengunakan topographic computation software.

5.5. Penggambaran Topografi


Penggambaran yang dilakukan meliputi :
1. Penggambaran Situasi untuk rencana Bangunan WTP/reservoir digambar dengan skala
1 : 500 dan interval kontur 1 m.
2. Profil melintang skala vertikal 1 : 100 dan horisontal 1 : 100.
3. Profil memanjang trase jaringan pipa skala horisontal 1 : 2.000 dan vertikal 1 : 100.
4. Aturan penggambaran yang meliputi :
- Ukuran kertas gambar
- Garis tepi
- Garis-garis grid peta
- Letak Kop gambar
- Besar huruf-huruf yang digunakan
- Tebal garis
Dibuat sesuai standard perencanaan sesuai dengan KP 07 tentang standard
penggambaran dan dengan persetujuan Direksi Pekerjaan.

5-16
Laporan Akhir
“SID Pembangunan Sistem Penyediaan Air Baku Bendungan Way Sekampung”

5. Semua penggambaran peta situasi dan gambar long, cross section diilakukan dengan
cara digital dan langsung dikerjakan dilapangan sehingga memudahkan bila ada
kekurangan.

Pengecekan kalibrasi alat dengan Direksi Pekerjaan Pengecekan Alat

BM-01 Terpasang Pelaksanaan pengukuran topografi

Gambar 5.8. Dokumentasi Survei Pengukuran Topografi

5-17
Laporan Akhir
“SID Pembangunan Sistem Penyediaan Air Baku Bendungan Way Sekampung”

Gambar 5.9. Peta Ikhtisar Hasil Pengukuran Topografi

5-18
Laporan Akhir
“SID Pembangunan Sistem Penyediaan Air Baku Bendungan Way Sekampung”

Gambar 5.10. Peta Situasi Outlet Air Baku Bendungan Way Sekampung

5-19
Laporan Akhir
“SID Pembangunan Sistem Penyediaan Air Baku Bendungan Way Sekampung”

Gambar 5.11. Peta Situasi Intake Air Baku Bendungan Way Sekampung

5-20
Laporan Akhir
“SID Pembangunan Sistem Penyediaan Air Baku Bendungan Way Sekampung”

Gambar 5.12. Peta Situasi Rencana Lokasi Reservoir Bumi Arum (PDAM Eksisting)

5-21
Laporan Akhir
“SID Pembangunan Sistem Penyediaan Air Baku Bendungan Way Sekampung”

Gambar 5.13. Peta Situasi Rencana Lokasi Reservoir Rejosari (Lokasi Alt. 1)

5-22
Laporan Akhir
“SID Pembangunan Sistem Penyediaan Air Baku Bendungan Way Sekampung”

Gambar 5.14. Peta Situasi Rencana Lokasi Reservoir Margakaya (Lokasi Alt. 4)

5-23
Laporan Akhir
“SID Pembangunan Sistem Penyediaan Air Baku Bendungan Way Sekampung”

Gambar 5.15. Peta Situasi Rencana Lokasi Reservoir Yogyakarta Selatan (Lokasi Alt. 5)

5-24

Anda mungkin juga menyukai