Anda di halaman 1dari 6

BAHAN ALAT PENANGKAP IKAN

Tatap Muka 2
BAB II SERAT ALAMI
2.1. Serat Alami (Natural Fiber)
Serat alami adalah serat yang terbuat dari bahan alami tanpa melalui proses
kimia atau transformasi. Bagian‐bagian tumbuhan yang dapat digunakan sebagai
bahan alat penangkap ikan adalah dari bijian, bast, daun, dan buah (Gambar
2.1). Perlakuan yang diberikan hanya ditujukan untuk membuang serat‐serat
yang tidak berguna, atau dilakukan proses perebusan, perendaman, penyamakan
dan pengawetan, baik untuk melemaskan sehingga bahan tersebut mudah untuk
dianyam atau dipintal maupun memperpanjang usia pakainya. Sebagai contoh
bahan tali yang terbuat dari kulit pohon waru harus direndam di dalam lumpur
selama 5-6 hari, baru seratnya dapat digunakan.

Serat tumbuhan (Vegetable Fiber)


Seed/biji : Katun, Kapuk
Bast/serat kulit : Jute, Ramie, Hemp, Flax, Kennaf, rotan, soybean, vine dan pisang
Leaf/daun : Manila, sisal, Yucoa
Fruit/buah : Sabut kelapa (coir)
Stalk/pohon : Jerami, bambu dan kulit kayu

Serat hewan (Animal Fiber)


Bulu (Wool) : domba, kambing, alpaca, kelinci, cashmir
Sutra : Cocoon

Serat mineral (Mineral Fiber)


Asbestos : serpentine (chrysotile), Amphiboles ( amosite, crocidolite,
tremolite, actinolite.
Keramik : Glass fibers (Glass wool and Quartz), aluminum oxide, silicon
carbide, and boron carbide
Metal : Alumunium
Gambar 2. 1 Skema klasifikasi serat alami

Serat tumbuhan (Vegetable fibers) umumnya terdiri dari selulosa (cellulose). Contoh
serat yang tergolong dalam serat tumbuhan diantaranya adalah Katun (cotton),
linen, jute, flax, ramie, isal, and hemp. Serat selulosa banyak digunakan dalam
pembuatan kertas dan pakaian.

Menurut Itaka (1983) sebelum Perang Dunia II serat alami seperti cotton, hemp, sil,
dll. yang umum digunakan sebagai bahan alat penangkap ikan. Setelah berakhirnya
Perang Dunia II bahan alat penangkap ikan mulai ditinggalkan. Serat‐serat alami
yang masih digunakan dalam dunia perikanan adalah terbatas untuk tali‐tali
pendukung, tidak digunakan sebagai tali utama untuk pembuatan alat
penangkapan ikan. Sebagai contoh tali manila digunakan sebagai core pada wire.
Core ini berfungsi sebagai penyimpan bahan pelumas tali (grease). Bila kita
mengurut mundur pada tahun 60‐an, saat itu payang, dogol dan bagan tancap
masih menggunakan bahan jaring yang terbuat dari bahan agel dan lawe,
selambarnya terbuat dari pintalan serat ijuk atau ramie, pelampung menggunakan
bukuan bambu, tenaga pendorong kapal menggunakan layar dan dayung, dan
pemberat menggunkana batu kali atau batu bata. Tahun 70‐an kantong
paying mulai menggunakan serat sintetis, tapi bagian sayapnya sebagian masih
menggunakan agel dan lawe, tros kapal masih menggunakan anyaman ramie,
dadung penambat kerbau masih menggunakan serat bambu. sebagian tali
rumpon ada yang masih menggunakan tali ijuk dan bambu, kemudian tali
bambu dan ijuk ditinggalkan, nelayan membuat tali rumpon dari bekas‐bekas
webbing rusak yang dipintal menjadi tali rumpon. Seiring dengan itu
bahan‐bahan pembuat jaring dari serat alami ditinggalkan kecuali untuk
keperluan tali buangan, topdal, dan benang layar, tali bendera dan kadang ‐ kadang
untuk tali perum, atau keperluan lain yang tidak berhubungan langsung
dengan penangkapan ikan. Namun demikian, bahan tumbuhan tidak
ditinggalkan begitu saja, walaupun tidak digunakan untuk membuat webbing,
tapi seperti bubu masih menggunakan bilahan bambu. Alat penangkap ikan
yang tergolong dalam metoda perangkap (trap) sero misalya masih
menggunakan bilahan bambu, penaju pada jermal masih menggunakan
batangan kayu, bambu digunakan sebagai pelampung payang, tiang‐tiang
bagan tancap, tiang‐tiang bagan apung dan antang rumpon, joran pole & line di
Sulawesi Utara juga akan tetap menggunakan bambu, dan masih
banyak contoh lainnya lagi. Bahan webbing yang terbuat dari serat cotton
yang merupakan serat halus yang memiliki panjang 20 ~ 50 mm dan
diameter berkisar antara 0,01 ~ 0,04 mm (Klust, 1973). Dewasa ini tali
telah digantikan oleh serat buatan (man‐made fiber) seperti Polyamide,
Polyester dan Polyvinyl alcohol dan lain‐lain. Serat, seperti sisal, manila,
pohon pisang, abaca linen, hemp, dan ramie sabut kelapa, ijuk, memiliki
tekstur yang lebih kasar dibandingkan cotton atau kapok, hanya cocok
untuk bahan tali (rope) dan tros. Bahan‐bahan ini terbuat dari bagian tumbuhan
yang telah mati yang sebagian besar sebelum digunakan harus direndam di
dalam air, sangat menyerap air dan rentan terhadap pembusukan.
Pembusukan inilah yang menjadi alasan utama mengapa orang beralih ke
serat buatan. Pembusukan terjadi diakibatkan oleh aktivitas micro organisme
khususnya bakteri. Pembusukan terjadi saat proses dekomposisi bahan organik
dimulai. Bahan organic yang mati akan membentuk nutrin‐nutrin anorganik
seperti phosphorus, nitrogen, dan potassium yang merupakan media tumbuh yang
sangat baik bagi bakteri. Hal inilah yang menyebabkan mengapa tali‐tali yang
terbuat dari bahan‐bahan ini memerlukan pengawetan seperti disamak atau
diter (coal tar). Akibatnya seperti fishing day akan berkurang, menambah
tenaga dan biaya perawatan dan biaya‐biaya lainnya (financial loss) oleh
karenanya orang cenderung lebih banyak memilih bahan tali sintetis. Klust (1973)
telah melakukan penelitian terhadap kemampuan tali cotton dan manila terhadap
proses pembusukan setelah dilakukan berbagai pengawetan. Sifat menyerap
cairan terutama air (water absorption) dari bahan serat alami ini dalam
pekerjaan‐pekerjaan praktis kurang disukai, namun sifat ini dapat
dimanfaatkan sebagai penyimpan bahan pengawet atau bahan anti karat
pada kawat baja (steel wire). Tali ini berfungsi sebagai “hati (core)”. Core ini
dicelup dengan grease sehingga pada saat tali baja memperoleh tegangan
atau kenaikan suhu maka grease pada core akan meleleh dan melumuri tali
baja. Akibatnya tali baja akan terlumasi dan terlindung dari korosi atau
mengurangi gaya gesekan. Sifat permukaan yang kasar dari serat tumbuhan
dimanfaatkan untuk membungkus tali baja, sehingga tali baja tidak menjadi
licin. Hal yang paling tidak menguntungkan dari serat alami di dunia
perikanan adalah umur pakainya yang sangat pendek. Ribuan tahun yang
lalu para nelayan tidak mempunyai pilihan lain kecuali menggunakan serat
alami, walaupun tidak sesuai untuk keperluan menangkap ikan (Brand, 1984).
Ditemukannya serat buatan merupakan revolusi yang sangat penting di bidang
perikanan modern disebabkan karakteristik dominannya bahwa serat buatan
tidak dapat membusuk. Penemuan ini dapat dikatakan sebagai keajaiban
sain, yang memberikan berbagai kemudahan bagi para penangkap ikan,
(Klust, 1973).

2.2. Serat Tumbuhan


Serat tumbuhan (Vegetable fibers) umumnya terdiri dari selulosa (cellulose).
Contoh serat yang tergolong dalam serat tumbuhan diantaranya adalah Katun
(cotton), linen, jute, flax, ramie, sisal, and hemp. Serat selulosa digunakan dalam
pembuatan kertas dan pakaian. Serat tumbuhan terbagi dalam 5 kategori,
seperti yang ditampilan pada Tabel 2.1.

Tabel 2. 1 Kategori serat Tumbuhan


DAFTAR PUSTAKA
1. Ben Yami M., Tuna Fishing with Pole and Line, FAO, Fishing New’s book Ltd.,
Farnham, Surrey, England, 1980.
2. Brandt, A. v, Fish Catching Methods of The World, Fishing News Books Ltd., F
arnham, Surrey, England, 1984.
3. Brown, H. C.H. , Seamanship and Nautical Knowledge” for Second
Mates, Mates, and Masters Examination, Revised by H.H. Brows,
D.S.C, R.D, F.R.A.S, Brown Son &
Ferguson, Ltd., Nautical Publisher, 52 Danley Street, Glasgow, 1977.
4. de San, M. Fish Aggregating Device, FAO, working paper, FI.
DP/PAS/723/025, Rome, 1982.
5. FA0, Modern Fishing Gear of The World, Vol I, II, Fishing News Books, Ltd. Lo
ndon. 1975
6. FAO, Catalogue of Fishing Gear Designs, Fishing News Books Ltd., West byfle
et, Surrey, England, 1975.
7. FAO, Catalogue of Small‐ scale Fishing Gear, Fishing News Books, Ltd. Farnha
m, 1975.
8. Fridman, A. L. Calculation for Fishing Gear Designs, Revised and
enlarge by PJG Carrothers P. Eng., Fishing News Books Ltd., Farnham,
Surrey, England, 1986.
9. Fridman, A. L., Theory and Design of Commercial Fishing Gear, Translated fro
m Russian by R. Kondor, Israel Program for Scientific and Technology,
Jerusalem, 1969.
10. Hinomaru, General catalogue, Tokyo Harigane Kogyo Co. Ltd,. Tokyo, 1996.
11. Iitaka Yonesuke, Fishing Gear Technology, College of Fisheries of
University of The Philippines , 1982.
12. Iitaka Yonesuke, Studies on Mechanical Characters of Purse Seining in
Relation to its Fishing efisiency, A Thesis for the Degree of Doctor of
Agriculture in Kyoto University, Kyoto, 1963.
13. Klust, G., Netting Materials for Fishing Gear, Food Agriculture
Organization of the United Nations, Fishing News Books Ltd., Rome, 1973.
14. Klust, G., Fiber ropes for Fishing Gear, Food Agriculture Organization
of the United Nations, Fishing News Books Ltd., England, 1983.
15. Kondo, Fishing Gear Material and Equipment Catalogues, Kondo Iron
Works Co. Ltd, Tokyo, 1986.
16. Kyojin, Rope Catalogue, Kyojin Rope Manufacturing. Co. Ltd,. Tokyo, 1995.
17. Nielsen, L. A. and David L. Johnson, Fisheries Techniques, American
Fisheries Society, Bethesda, Maryland, 1983.
18. Nomura, M. And T. Yamazaki, Fishing Techniques, Vol. 1, Textbooks of SEAF
DEC, Japan International Cooperation Agency, Tokyo., 1975.
19. Nomura, M. Preliminary study of characteristic of trawl net construction
in Thailand. Indo‐ Pacific Fish. Counc. Aff. Bull. Nos. 54/55, April‐ August
1969.
20. Prado, J., Workbook of Fishermen, Fisheries Industry Division, FAO,
Fishing News (books), Oxford, 1990.
21. Shomura, S. Richard and Walter M. Matsumoto, Structurd Flotsam as Fish agg
regating devices, NOAA‐ TM‐ NMFS‐ SWFC‐ 22, US department of Commerce,
1982.
22. Taito Seiko, All Product Catalogue, Taito Seiko Co. Ltd., Tokyo, 1992.
23. Preston,G.L, et all. TROLLING TECHNIQUES FOR THE PACIFIC ISLANDS, A
Manual For Fishermen, The Commonwealth Foundation, The FAO/UNDP
South Pacific Regional
24. Fisheries Development Programme The United States Agency for
International Development, "Textiles-Ninth Edition. "New Jersey: Person
Education, Inc., 1987.
25. Beverly, S., Horizontal Longline Fishing Methods and Techniques, A
Manual For Fishermen, Secretariat of the Pacific Community, Noumea,
New Caledonia and printed by Multipress, Noumea, New Caledonia, 2003.
26. Ijmuiden, Report of the Study Group on Mesh Measurement
methodology, Fisheries Technology Committee, ICES CM 2000/B:02,
International Council for the Exploration of the Sea, Pelegade,
Kopenhagen, Denmark, 2000.
27. Potter, E.C.E and M.G. Pawson, Gill Netting, Laboratory Leaflet N0.
69, Ministry of Agriculture, Fisheries and Food Directorate of Fisheries
Research, Lowstoft, 1991. 35.p.

Anda mungkin juga menyukai