Diktat KF 22 Rev

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 49

PENUNTUN PRAKTIKUM

KIMIA FISIKA

OLEH:
Dra. Sri Redjeki Setyawati, M.Si

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN RI
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA INDUSTRI
POLITEKNIK AKA BOBOR
2022

PRAKATA

1
Dengan mengucap puji syukur kehadlirat Allah swt, atas segala rahmatNya dan
karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan buku Penuntun Praktikum Kimia Fisika yang
telah disesuaikan dengan silabus Panduan Akademik 2021/2022
Buku ini digunakan sebagai penuntun mata kuliah praktikum Kimia Fisika yang
akan ditempuh oleh mahasiswa semester gasal. Buku ini berisi tentang tata tertib
praktikum, tinjauan pustaka, alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum, cara kerja
dan cara menghitung, serta beberapa pertanyaan untuk latihan soal atau kuis, juga data
hasil praktikum, hasil pengamatan, dan daftar pustaka.
Mahasiswa dianjurkan menambah ilmu pengetahuan dan wawasan tentang
praktikum yang akan dilakukan di laboratorium, dengan cara membaca buku cetak Kimia
Fisika di perpustakaan, atau menelusur di internet untuk artikel yang berhubungan dengan
materi praktikum.
Kami ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan buku ini. Sangat diharapkan adanya saran dan pendapat untuk perbaikan
buku ini. Semoga buku ini dapat menmbah wacana dan wawasan mahasiswa dalam
menekuni bidang ilmu Kimia Fisika, dan dapat membantu kemajuan ilmu pengetahuan,
khususnya ilmu Kimia Fisika.

Hormat kami,
Bogor, Februari 2022
Penulis

DAFTAR ISI

2
1. Prakata ……….. i
2. Daftar Isi ……….. ii
3. Peta Kedudukan Materi Praktikum …….. iii
4. Tata Tertib Praktikum ……... iv
5. Tetapan Kalorimeter …….. 1
6. Gaya Antar Molekul …….. 4
7. Penetapan Nilai Kalor Suatu Zat …….. 7
8. Penetapan Perubahan Entalpi Kelarutan 9
9. Entropi Sistem …….. 12
10. Penetapan Rumus Bangun Senyawa secara Refraktometri 15
11. Tegangan Muka …….. 17
12. Penetapan Tetapan Kecepatan Reaksi Hidrolisis Gula 20
13. Penetapan Entalpi Pembakaran Deret Normal Alkohol 22
14. Menentukan Radius Molekul dari Kekentalannya 25
15.Kelarutan dari Dua Cairan yang Saling Bercampur Sebagian 28
16. Persamaan Arrchenius dan Energi Aktivasi 36
17. Volum Molal Parsial 39
18. Penetapan Hasil Kali Kelarutan BaSO4 Secara Konduktometri 43
19. Daftar Pustaka 46
20. Glosarium ………. 47

TETAPAN KALORIMETER

3
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti praktikum tetapan kalorimeter, mahasiswa dapat menghitung
panas yang dilepaskan dan panas yang diserap oleh alat kalorimeter, dan menentukan nilai
tetapan kalorimeter dari alat yang terbuat dari baja.

Pendahuluan
Alat yang dipergunakan untuk mengukur perubahan panas disebut kalorimeter.
Tetapi setiap kalorimeter mempunyai kemampuan sendiri-sendiri dalam mengukur panas.
Hal ini dapat terjadi karena calorimeter sendiri (baik gelas, polietena, maupun logam)
dapat menghisap panas, sehingga tidak semua panas dapat terukur, juga tentunya
tergantung oleh kemampuan bahan isolasi dalam menahan panas. Untuk itu perlu
menentukan besarnya panas yang hilang diserap oleh calorimeter beserta thermometer dan
pengaduknya.
Dalam percobaan ini kita akan menguji calorimeter untuk mengetahui efisiensi dari
bahan isolasi dan mendapatkan tetapan calorimeter dengan kondisi air 100cm3, calorimeter,
thermometer dan pengaduk setiap 1oC.

Alat dan Bahan


- Kalorimeter - pengaduk
- Bahan isolasi - thermometer ( 0-100oC)
- Gelas ukur - air
- Gelas piala - pembakar Bunsen/hot plate
- Stop watch

Cara Kerja
1. Pasang alat kalorimeter seperti pada gambar ini:

4
Pengaduk

Termometer

Kalorimeter

Isolator

2. Ukur 50 mL air dengan gelas ukur. Catat suhu air sesudah dimasukkan ke dalam
kalorimeter, aduk dan catat suhu air setiap 30 detik hingga menit ke empat.
3. Panaskan air pada suhu 50oC, tambahkan sebanyak 50 mL air hangat ke dalam
kalorimeter, aduk dan catat tambahan waktu selama menuangkan air, dan catat
perubahan suhu setiap 30 datik hingga menit ke empat.
4. Buat grafik hubungan antara suhu terhadap waktu untuk memperoleh perubahan suhu
minimum dan perubahan suhu maksimum yang tepat.

Perhitungan
Kapasitas panas air (Cp air) = 4,18 kal J-1 oC-1
1. Hitung energi panas yang diterima air dingin (J) = ( Tdingin x Cp air x bobot air )
2. Hitung energi panas yang dilepaskan air panas (J) = ( Tpanas x Cp air x bobot air )
3. Hitung berapa energi panas yang diserap oleh calorimeter untuk setiap kanaikan suhu.
4. Berapa energi air panas (100 g) untuk setiap kenaikan 1oC = Y ( J oC-1)
5. Hitung nilai tetapan alat calorimeter :
Cp alat x Tmaks x bobot alat = Cp air x Tmaks x bobot air
6. Kerjakan untuk menentukan energi panas reaksi antara HCl 2,0 N dan NaOH 2,05 N.

DATA
Volume air Waktu (detik) Suhu (oC)

5
50 mL 0 ……..
30 ……..
60 ……..
90 …..…
120 ……..
150 ……..
180 ……..
210 ……..
240 ……..
Penambahan Tambahan waktu ……..
air
100 mL 0 …….
30 …….
90 …….
120 …….
150 …….
180 …….
210 …….
240 …….

Pertanyaan:
1. Berapa energi panas yang diserap oleh bahan isolasi?
2. Sebutkan bahan lain yang digunakan pada alat kalorimeter
3. Apa yang dimaksudkan dengan nilai kalor?

GAYA ANTAR MOLEKUL

6
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah melakukan praktikum gaya antar molekul, diharapkan mahasiswa akan
dapat menghitung besarnya energi ikatan hydrogen.

Pendahuluan
Ikatan hidrorgen pada dasarnya adalah ikatan yang terbentuk antara hydrogen
dengan unsure yang bersifat elektronegatif, seperti fluor, oksigen, nitrogen, dan klor
sedemikian rupa sehingga ikatan ini benar-benar polr. Hidrogen menyandang muatan
positif parsial, dan atom lainnya kaya akan electron atau bermuatan negative parsial.
Ikatan ini penting karena pemakaian dari banyak senyawa kimiawi, ikatan
hydrogen merupakan salah satu ikatan yang dipelajari secara intensif mengenai gaya tarik
antar molekul. Ikatan hidrogen umumnya mendomunasi unsur kimiawi dari air, larutan
aqua, pelarut hidrolitik serta spesi yang mengandung gugus OH. Gugus OH bertanggung
jawab antara lain bagi rangkaian polopeptida pada protein dan pasangan asam basa
nukleat. Adanya ikatan hydrogen menimbulkan sifat-sifat istimewa, misalnya: dobel heliks
pada protein dan dobel heliks pada DNA, RNA dan lain-lain.
Dalam percobaan ini akan diamati besarnya kekuatan hydrogen yang terjadi antara
kloroform dan aseton. Adanya pembentukan panas menunjukkan terjadinya ikatan antara
kloroform dan aseton.
Entalpi ikatan hidrogen dalam beberapa hal relative kecil, 20-30 kJ/mol. Jika
dibandingkan dengan entalpi ikatan kovalen sebesar 200 kJ/mol, dan labih besar dari itu.
Walaupun demikian ikatan-ikatan ini akibat sifat dan kereaktifan zat kimia yang
dibentuknya. Hal ini jelas tampak, air misalnya akan mendidih kira-kira -1 oC dan bukan
+1oC. Apabila ikatan hydrogen tidak memegang peranannya, jelas sekali kehidupan ini
sendiri diketahui tergantungt kepada adanya ikatan hydrogen.

Alat dan Bahan


- Kalorimeter - kloroform (CHCl3)
- Termometer - aseton (CH2)2CO
- Bahan isolasi - metal etil keton C2H5(CH3)CO
- Gelas ukur - stop watch
- Piknometer - neraca analitik
Cara Kerja
1. Ambil aseton sebanyak 20 mL, masukkan ke dalam alat kalorimeter

7
2. Kalorimeter dipasang seperti gambar halaman sebelumnya
3. Suhu aseton dalam kalorimeter dicatat, selanjutnya suhu dicatat setiap 30 detik sampai
menit ke empat disertai dengan pengadukan.
4. Ambil kloroform 21,8 mL dengan gelas ukur lainnya (secepatnya)
5. Masukkan kloroform ke dalam kalorimeter tepat pada menit ke empat. Catat tambahan
waktu, ukur suhu klorofrom dalam kalorimeter
6. Catat suhu campuran, dan catat suhunya setiap 30 detik hingga menit ke delapan.
( disertai dengan pengadukan )
7. Buat grafik antara waktu dan suhu yang diamati sehingga diperoleh perubahan suhu
maksimum yang tepat.

Perhitungan
1. Hitung kerapatan kloroform dan aseton ( = massa/volume = g/mL)
2. Hitung berapa Joule panas yang diterima aseton dan kloroform ( = m x Cp x Δ t)
3. Hitung berapa Joule panas yang diserap alat calorimeter ( = Cp alat x  Tmaks x bobot
alat )
4. Hitung jumlah energi panas (dalam satuan Joule) seluruhnya
5. Harus diingat bahwa yang dihitung adalah kekuatan ikatan hidrogen untuk 1 mol.
Berapa mol yang digunakan dalam percobaan ini?
6. Hitung jumlah energi panas dalam satuan kJ untuk 1 mol, biasanya harganya positif.

Pertanyaan
1. Bandingkan besarnya kekuatan ikatan hydrogen dan kekuatan ikatan kovalen, jelaskan
2. Mengapa kita mamakai 21,8 mL kloroform dan 20 mL aseton, bukan 20 mL kloroform
3. Andaikan reaksi yang terjadi adalah:
Cl CH3 Cl CH3
   
H – C – Cl + O = C ------ H – C - C ----- O = C + panas
   
Cl CH3 Cl CH3
Buatlah saran dengan percobaan yang menunjukkan bahwa reaksi di atas adalah salah.

DATA
Volume zat Waktu (detik) Suhu (oC)

8
20 mL 0 ……..
Aseton 30 ……..
60 ……..
90 …..…
120 ……..
150 ……..
180 ……..
210 ……..
240 ……..
Penambahan Tambahan waktu ……..
air
21,8 mL 0 …….
Kloroform 30 …….
90 …….
120 …….
150 …….
180 …….
210 …….
240 …….

PENETAPAN NILAI KALOR SUATU ZAT

9
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah melakukan praktikum ini mahasiswa mampu mengoperasikan alat bom
kalorimeter, dan mampu menetapkan perubahan nilai kalor suatu zat secara bom
calorimeter.

Pendahuluan
Nilai kalor ditentukan dengan cara membakar contoh didalam bom calorimeter
dalam kondisi standar, kadar yang dihasilkan dapat ditentukan / dihitung dari perubahan
temperature sebelum dan sesudah pembakaran dengan mengadakan koreksi.

Alat dan Bahan


- Bom calorimeter - Asam Benzoat
- Termometer - Tepung beras
- Gelas piala 2000 ml - Biskuit
- Cawan - Aquades
- Batang pengaduk - Kawat
- Gunting - gas O2

Cara Kerja
1. Timbang 1 gram contoh berukuran 60 mesh ke dalam cawan, pasangkan ke dalam
tempat yang tersedia dalam bomb calorimeter. Hubungkan kutub positif dan kutub
negatif bomb calorimeter dengan menggunakan kawat pembakar sepanjang 10cm
(lo), Kawat harus dalam keadaan terendam kedalam contoh dalam cawan.
2. Isilah tabung kecil dengan 5 ml H2O dan tutup rapat – rapat.
3. Alirkan gas oksigen pada tekanan 20-30 atm ke dalam tabung kecil tersebut.
4. Isi tanki bomb calorimeter dengan air sebanyak 2 L, Suhu air 24o.C
5. Masukan tabung kecil ke dalam tanki sampai terendam air , masukan pula tanki ke
dalam bomb calorimeter.
6. Hubungkan 2 kabel dengan kutub-kutub katoda, kemudian tutup bomb calorimeter
rapat-rapat ( hati-hati dengan termometer dan stirer ).
7. Hidupkan bomb, ditunggu sampai 15 menit, amati dan catat suhu awal (t0 )
8. Tekan tombol “ignite”, tunggu beberapa menit, amati dan catat suhu akhir ( t1 ) setelah
pembacaan suhu stabil.

10
9. Matikan bomb calorimeter, buka tutup bomb calorimeter.
10. Angkat tanki, keluarkan tabung kecil, keluarkan gas dalam tabung kecil, buka tabung
kecil , dan ukur sisa kawat yang tidak terbakar (l1 ).
11. Ulangi pekerjaan di atas, lakukan terhadap senyawa asam benzoate.

Perhitungan:

( gram as. Benzoat x NK as. Benzoat ) + Koreksi kawat


Nilai kalor air = ----------------------------------------------------------------
t asam benzoat

(  t zat contoh x NK air ) – Koreksi kawat


Nilai kalor bahan = ------------------------------------------------------
Gram zat contoh

Koreksi kawat = Kawat terbakar x 2,3 kal


Nilai Kalor asam benzoat = 6318 kal/g

DATA
Katerangan Keterangan
Panjang kawat awal (Io ) = ……….cm Suhu awal contoh = …….. oC
Panjang kawat akhir ( I1 ) =………..cm Suhu akhir contoh = …….. oC
Bobot contoh = ………..g Suhu awal asam benzoate = …….. oC
Bobot asam benzoate = ……….g Suhu akhir asam benzoate = …….. oC
Tekanan gas oksigen = …… atm

Pertanyaan
1. Mengapa contoh zat dan asam benzoate harus dalam keadaan kasar?
2. Mengapa digenakan standad asam benzoate, dapatkah digandi zat lain?
3. Mengapa air yang diisikan ke dalam tabung kecil hanya 5 mL?
4. Mengapa harus diisi denga gas gas O2, dan mengapa tekanannya 20-30 atm?

PENETAPAN PERUBAHAN ENTALPI KELARUTAN

11
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah melakukan praktikum penetapan perubahan entalpi kelarutan, diharapkan
mahasiswa mampu menetapkan perubahan entalpi kelarutan zat karena perubahan suhu.

Pendahuluan
Sebuah sistem kimia dalam keadaan kesetimbangan dan tidak terjadi perubahan zat,
ada kesetimbangan dinamis dalam sistem, dengan menganggap ada dua reaksi bolak-balik
dengan kecepatan yang sama. Salah satu contoh dalam hal ini ialah sistem kasetimbngan
larutan jenuh. Pada peristiwa ini molekul-molekul zat padat meninggalkan fasa cairnya
masuk ke fasa padat. Kedua peristiwa ini berjalan bersamaan dan dengan kecepatan yang
sama. Daya larut fasa padat dalam larutan jenuh merupakan tanda bila ada sistem dalam
kesetimbngan. Daya larut fasa padat dipengaruhi oleh perubahan suhu. Hubungan antara
tetapan kesetimbangan dan suhu mutlak diberikan oleh Van’t Hoff sebagai berikut :

Bila persamaan di atas diintegralkan, log S = + C

Log = -

Keterangan :
S1, S2 = kelarutan, biasanya dinyatakan dengan mol per 100 gram pelarut
T = suhu mutlak Kelvin
R = tetapan gas ideal
H = perubahan entalpi kelarutan
Jika diintegralkan, H dianggap konstan
Entalpi kelarutan didefinisikan sebagai panas yang diserap/dilepaskan apabila 1 mol zat
padat dilarutkan ke dalam pelarut sampai mencapai keadaan jenuh.

Alat dan bahan


- Tabung reaksi besar - asam oksalat jenuh
- Thermometer - natrium hidroksida 0,5 N
- Pipet mohr 5 mL - garam dapur
- Gelas piala 800 mL - indicator pp
- Buret - es batu

12
Pengaduk
Thermometer
Tabung reaksi besar
Galas piala

Cara kerja
1. Buat asam oksalat jenuh pada suhu kamar, masukkan ke dalam tabung reaksi besar
sebanyak 80 mL.
2. Masukkan tabung reaksi besar seperti pada gambar, isi gelas piala dengan air dan es.
3. Apabila suhu turun akan ada larutan yang mengkristal, pipet sebanyak 5 mL larutan,
kemudian dititrasi dengan NaOH 0,5 N. NaOH distandarisasi dengan asam oksalat.
4. Lakukan no. 3 untuk suhu 26, 20, 14, 8 dan 2 oC. Suhu bisa diubah atau disesuaikan.
5. Percobaan diulang dari suhu 2oC sampai dengan 26oC.

Catatan:
a. Suhu 20oC sampai 10oC diperoleh dengan menambahkan es batu.
b. Suhu 5oC kebawah diperoleh dengan menambahkan garam dapur.
c. Supaya kristal tidak ikut terambil, sebaiknya pipet dibungkus dengan kertas saring.
d. Catat suhu awal memipet dan suhu akhir ketika titrasi, dirata-ratakan sebagai T.

Perhitungan:
Buat grafik log S = log C terhadap 1/T, akan diperoleh slope, maka H dapat dihitung.

Pertanyaan
1. Mengapa NaOHharus distadarisasi? Mengapa harus dengan asam oksalat?
2. Mengapa harus digunakan larutan yang jenuh?
3. Samakah perubahan entalpi untuk suhu naik dan suhu turun? Jelaskan!
DATA
Standarisasi NaOH 0,5 N
Asam oksalat yang ditimbang = ……… g
Volume asam oksalat = …….. mL
Volume NaOH = …… mL

13
Suhu Awal (oC) Suhu Akhir (oC) Suhu rata-rata (oC) Volume NaOH 0,5 N
26 ..........
20 …….
14 …….
8 …….
2 …….
2 .........
8 …….
14 …….
20 …….
26 …….

ENTROPI SISTEM

14
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah melakukan praktikum entropi sistem, diharapkan mahasiswa dapat
menentukan besarnya perubahan entalpi dan besarnya perubahan entropi sistem, dan dapat
menyebutkan reaksi eksoterm dan endoterm.
Pendahuluan
Kita mengetahui tiga macam wujud zat: padat, cair, dan gas. Dalam zat padat
partikel-partikel tersusun secara teratur. Dalam zat cair partikel-partikel tersusun kurang
teratur dan dalam gas partikel-partikel tersusun makin tidak teratur. Pada perubahan dari
keadaan teratur menjadi keadaan kurang teratur atau sebaliknya. Ukuran suatu
ketidakaturan suatu sistem dinyatakan dengan entropi yang diberi lambang S.
Bila pada suatu reaksi kimia terjadi perubahan dari keadaan teratur menjadi
keadaan kurang teratur dikatakan perubahan entropinya ( dS ) positif. Bila reaksi
berlangsung dari keadaan kurang teratur menjadi keadaan teratur, dikatakan perubahan
entropinya negative.
Pengertian entropi yang sebenarnya memang sulit, karena menyangkut factor-
faktor lain, misalnya: derajat panas, energi dalam, energi bebas dan sebagainya, akan tetapi
untuk maksud tertentu ini cukup bila kita membicarakan hanya perubahan dari entropi
(dS)
Entalpi dibatasi bertambah besar atau tambah kecil, entalpi suatu sistem adalah
sama dengan kalor yang dihisap ( dQ ), bila proses itu dikerjakan secara dapat balik, dibagi
derajat panas absolut ( T )
dS = dQ / T
Misalnya: Pada keadaan 1……………> derajat panas T1
Pada keadaan 2……………> derajat panas T2
Maka perubahan entropi dinyatakan dengan :

S = S 2 – S1 =

Keterangan: S2 = entropi dalam keadaan akhir pada T2


S1 = entropi dalam keadaan mula-mula pada T1
Jadi entropi mempunyai satuan energi dibagi dengan derajat panas.
S = kalori/derajat panas = E. U. (Entropi Unit)

Alat dan bahan


- Rak tabung reaksi 1 buah - NaOH padat

15
- Tabung reaksi kecil 8 buah - KNO3
- Spatula - Ba(OH)2 hablur
- Termometer - Mg serbuk (pita Mg)
- Asam Oksalat - K2Cr2O7 serbuk
- HCl 0,1 M - KMnO4 serbuk
- Asam sulfat - NH4Cl serbuk

Cara Kerja
1. Isi sebuah tabung reaksi kecil dengan 10 mLair dan ukur suhunya. Masukkan 2 buah
NaOH padat, dikocok sampai NaOH larut, kemudian diukur suhunya dan amati.
2. Tabung resksi kecil diisi dengan 10 mL air dan diukur suhunya, lalu masukkan ½
sendok KNO3 padat, dioocok sampai KNO3 larut dan diukur suhunya dan amati.
3. Tabung reaksi diisi dngan 5 mL larutan HCl 0,1M dan diukur suhunya. Masukkan ¼
sendok Mg serbuk, pada saat semua Mg serbuk telah larut, diukur suhunya.
4. Ke dalam tabung reaksi kecil masukkan ½ sendok Ba(OH) 2 serbuk dan 1/2 sendok
NH4Cl serbuk dan diukur suhunya. Aduk campuran, kemudian cium bau yang terjadi,
dan ukur suhunya,
5. Tambahkan ke dalam tabung reaksi yang berisi K2Cr2O7 serbuk dengan beberapa tetes
asam sulfat, ukur suhunya. Kemudian tambahkan asam oksalat serbuk. Catat perubahan
yang terjadi dan catat suhunya.
6. Tambahkan ke dalam tabung reaksi kecil yang berisi KMnO4 serbuk dengan beberapa
tetes asam sulfat, kemudian tambahkan asam oksalat serbuk, catat suhunya.
7. Cari dua reaksi lagi, sesuaikan zat yang tersedia di laboratorium.

Tugas
1. a. Reaksi pelarutan NaOH dalam air, Entalpi …… (naik/turun), dQ = ……. (+/-)
Entropi …… (naik/turun), dS = …….. (+/-)
b. Reaksi pelarutan KNO3 dalam air, Entalpi …… (naik/turun), dQ = ……. (+/-)
Entropi …… (naik/turun), dS = …….. (+/-)
c. Reaksi pelarutan Mg dalam HCl, Entalpi …… (naik/turun), dQ = ……. (+/-)
Entropi …… (naik/turun), dS = …….. (+/-)
d. Seterusnya semua reaksi
2. Pada reaksi manakah terjadi kenaikan entropi dan penurunan entalpi ?
3. Pada reaksi manakah terjadi kenaikan entalpi dan penurunan anropi ?

16
4. Apakah kenaikan entropi hanya terjadi pada reaksi eksoterm, atau juga reaksi endoterm

DATA
Tabel Pengamatan
Reaksi Suhu awal (oC) Suhu akhir (oC) Pengamatan
H2O + NaOH
H2O + KNO3
HCl + Mg
Ba(OH)2 + NH4Cl
K2Cr2O7 + H2SO4 + H2C2O4
KMnO4 + H2SO4 + H2C2O4
Cari 2 reaksi lagi

PENETAPAN RUMUS BANGUN SENYAWA SECARA REFRAKTOMETRI

17
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah melakukan praktikum penetapan rumus bangun senyawa secara
refraktometri, diharapkan mahasiswa mampu membaca indeks bias senyawa dan
menentukan rumus bangunnya dengan alat refraktometer.

Pendahuluan
Refraksi indeks (rD) dari suatu zat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:
n2 – 1
rD = ---------------
d ( n2 + 2 )
keterangan: n = indeks bias
d = massa jenis dari zat ( g/cm)
untuk refraksi indeks molar (MrD) dari suatu zat dinyatakan dengan persamaan:
BM n2 -1
MrD = ------ x --------
d n2 + 2
Keterangan: BM = bobot molekul zat tersebut
Refraksi molar suatu zat dapat dihitung dari harga refraksi atomic dari atom-atom
atau gugus yang terkandung dalam molekul zat itu. Dibuat dahulu rumus bangun
melekulnya, kemudian dihitung jumlah atom C, atom H dan atom O, dikalikan dengan
masing-masing nilai refraksi atomic pada tabel.

Alat dan bahan:


- Piknometer - C2H6O
- Refraktometer - C3H6O
- Pipet tetes - Minyak atsiri
- Kertas tissue - Larutan elektrolit
Cara kerja:
1. Dua zat masing-masing mempunyai rumus molekul C2H6O ( Zat A ) dan C3H6O (Zat
B) lakukan juga Pada minyak Atsiri dan larutan elektrolit
2. Beberapa tetes dari cairan itu ditetapkan indeks biasnya ( nD 27,5 ) dengan
refraktometer
3. Tetapkan berat jenisnya ( d = 27,5 ) dengan piknometer.

18
4. Hitung harga MrD nya. Harga MrD dari percobaan bandingkan dengan harga MrD yang
dihitung dari harga MrD atom-atomnya/gugus-gugusnya. ( lihat tabel dibawah ini ).
Tetapkan rumus bangun dari kedua zat tersebut.
5. Untuk minyak atsiri dan larutan elektrolit, perhatikan harga indeks biasnya, kemudian
dibahas.

Tugas:
1. Apakah definisi indeks bias?
2. Senyawa jenis apa saja yang memiliki indeks bias?
3. Untuk apa harus mengetahui rumus bangun senyawa?

Tabel MrD Atom/Gugus molekul


Atom/gugusan MrD
C 2,418
CH2 4,618
H 1,100
C=C 1,733
C=C 2,398
O ( C = O ) karbonil 2,287
O ( OH ) 1,252
O ( R-O-R ) ester,eter 1,683
Cl 5,967
Br 8,865
I 13,900
N ( Amina primer ) 2,322
N ( Amina sekunder ) 2,499
N ( Amina tersier ) 2,840
C–N 5,459

DATA
Tabel pembacaan indeks bias
Senyawa Indeks bias Bobot (g) Berat jenis (g/mL)
Air ………… ……….. …………
Larutan NaCl ………… ……….. …………
Zat A ………… ……….. ….……..
Zat B .……….. ……….. ………..
Minyak atsiri ………….. ……….. ………..

19
TEGANGAN MUKA

Tujuan Instruksional Khusus


Setelah melakukan praktikum tegangan muka, mahasiswa dapat menentukan
besarnya tegangan muka zat cair pada beberapa konsentrasi berbeda.

Prinsip Dasar
Salah satu sifat dari molekul-molekul pada permukaan cairan adalah tegangan
muka, misalnya pada saat kita praktik. Pada waktu kita memasukkan cairan ke dalam
tabung reaksi, maka akan terbentuk suatu miniskus. Air yang membasahi dinding kapiler
akan naik, sehingga kedudukannya menjadi lebih tinggi dari pada permukaan sekitarnya.
Hal ini menunjukkan adanya peristiwa tegangan muka.
Tegangan muka ini disebabkan oleh molekul-molekul pada permukaan cairan.
Molakul-molekul pada permukaan cairan ini mengalami gaya resultanta yang mengarah ke
dalam cairan. Sebaliknya moleku di dalamcairan tidak mengalami gaya resultanta, karena
molekul-molekul di dalam cairan akan mengalami gaya yang sama ke segala arah.
Kekuatan gaya tarik-menarik antar molekul dipengaruhi oleh suhu dan bahan senyawa
yang terlarut dalam cairan. Berubahnya suhu dan senyawa dalam cairan yang terlarut akan
mengubah besarnya tegangan.
Sebagai akibat sebagai ketidak seimbangan gaya yang dialami molekul-molekul
tersebut maka bila molekul-molekul dalam cairan akan ke permukaan untuk memperluas
muka dan membutuhkan kerja untuk meminimkan permukaan.
Tegangan muka adalah banyaknya kerja yang diperlukan untuk memperluas muka
cairan sebanyak satu satuan luas. Tegangan muka dapat pula terjadi ada muka cairan yang
tidak dapat bercampur, ini biasanya di namakan tegangan interfasial. Satuan tegangan
muka sebagai gaya persatuan luas, biasanya ditunjukan dalam satuan egs, dyne per cm.
Salah satu metode yang mudah dan sering digunakan dalam menentukan tegangan muka
ini adalah metode kapiler. Dalam metode ini digunakan sebuah tabung kapiler dengan jari-
jari r, dimasukkan ke dalam cairan yang akan diukur tegangan mukanya. Muka cairan akan
naik sampai gaya gravitasi g sama dengan gaya ke atas yang disebabkan oleh tegangan
muka. Gaya tegangan muka yang bekerja pada sekeliling tabung kapiler dapat terjadi
ketika cairan bersentuhan dengan muka dinding tabung dan dapat digambarkan secara
persamaan matematis berikut ini:
Gaya = 2  r  cos 

20
Bila:  = sudut kontak
Cos  = komponen vertikal 
R = Jari-jari
Besarnya gaya gravitasi atau berat kolom cairan yang terletak di atas permukaan cairan
adalah =  r2  q h
Keterangan: r2  h = Volum kolom cairan
Pada keadaan yang setimbang: r2  h  = 2  r  cos 
 = masa jenis cairan
2  cos  rgh
h = ----------------- atau  = -------------
r  g 2 cos 
Jika  = 0, cos  = 1,
Dari persamaan di atas di peroleh :  = ½  g h r
Untuk cairan dibawah minikus terdapat koreksi sebesar r/3 , Sehingga persamaan tegangan
muka menjadi :  = ½ ( h + r/3 ) r p q
Dimana :  = Tegangan muka ( N m -1 )
h = tinggi cairan ( m )
g = percepatan gravitasi ( kg m -3 )

Alat dan Bahan:


- Tabung reaksi besar - NaCl 4 M
- Termometer - pipa kapiler
- Gelas piala 500 mL - pipet mohr
- Pipa tiup/hisap - gelas ukur

Cara kerja:
1. Buat larutan NaCl dengan konsentrasi 1 M, 2 M, 3 M dan 4 M
2. Alat dipasang seperti pada gambar
3. Tabung reaksi besar diisi dengan aquadest
4. Pipa kapiler diisi dengan HNO3 hangat kemudian dibilas dengan aquadest atau
larutannya
5. Pipa kapiler dipasang sampai tanda paling bawah terendam dan dianggap sebagai tanda
0 (nol).

21
6. Pipa tiup ditiup oleh satu orang (tiap orang tidak sama kekuatannya) untuk mencari
ketinggian cairan.
7. Lakukan berulang kali sampai mendapat ketinggian yang sama untuk sekali tiupan.
8. Dengan tiupan yang sama, ulangi pada masing-masing konsentrasi larutan NaCl.

Pada 250 C tegangan muka air murni = 72,0 dyne cm-1 (0,072 Nm-1)
Berat jenis air murni = 0,9970 g cm-3.

Tabel Konsentrasi NaCl dan Berat jenis


( NaCl ) ( M )  ( g/cm3 )
0,7015 1,0250
1,0670 1,0394
1,8290 1,0686
2,2240 1,0836
2,6320 1,0980
3,0490 1,1139
3,9200 1,1453
4,3720 1,1614

Gambar Alat Tegangan Muka

DATA

Konsentrasi Tinggi larutan  (g/cm3)


NaCl (M) (cm)
0 ................... .......................

1 ................... .......................

2 ................... .......................

3 ................... .......................

4 ................... .......................

22
PENETAPAN TETAPAN KECEPATAN REAKSI HIDROLISIS LARUTAN GULA

Tujuan Instruksional Khusus


Setelah melakukan praktikum penetapan tetapan kecepatan hidrolisis larutan gula,
diharapkan mahasiswa mampu menggunakan alat polarimeter, dan mampu menetapkan
orde reaksi, serta menetapkan tetapan kecepatan reaksi orde satu.

Pendahuluan
Percobaan ini bertujuan menetapkan tetapan kecepatan reaksi dari hidrolis sakarosa
menjadi glukosa dan fruktosa.
Tetapan kecepatan reaksi hidrolisis dapat diikuti dengan mengamati daya optik aktifnya.
Sakarosa dan glukosa dapat memutar bidang polarisasi ke kanan, sedang fruktosa dapat
memutar polarisasi selama ke kiri lebih besar dari pada glukosa. Karena selama reaksi
berjalan kadar fruktosa makin lama makin bertambah banyak, maka perputaran bidang
polarisasi selama reaksi berjalan fruktosa makin lama makin bertambah banyak, maka
perputaran bidang polarisasi selama bidang reaksi akan berlangsung ke kiri.
Tetapan kecepatan reaksi (k) dari hidrolisasi larutan gula termasuk reaksi orde
pertama dan dapata dinyatakan oleh persamaan:

Keterangan: t = waktu yang digunakan untuk reaksi (detik)

= sudut putar larutan pada waktu t = t detik

= sudut putar larutan pada waktu t = - detik

= sudut putar larutan pada waktu t = 0 detik

Dari rumus (1) diperoleh grafik yang merupakan garis lurus dengan sebagai
sumbu y dan sebagai sumbu x adalah t. Dengan demikian harga k dapat dicari, yaitu k =
slope x 2,303

Cara Kerja:
1. Buat 100 ml larutan gula dengan konsentrasi 20%, setelah ditera dalam labu takar
kemudian disaring.
2. Kalibrasi alat polarimeter dengan cara mencari sudut putar pada titik nol, digunakan air
suling.

23
3. Tetapkan sudut putar larutan gula 20%, sebagai
4. Campurkan 25 ml larutan gula tersebut dengan 25 ml HCl 1.0 N, pada saat
pencampuran hidupkan stop watch.

5. Baca sudut putar larutan campuran pada t = 5, 10 ,20, 35, 55 menit ( )


6. Sisa larutan campuran masukkan ke dalam water bath, suhu 70oC selama 20 menit
(jangan lupa ditutup dengan kaca arloji), dinginkan, kemudian digunakan untuk

membaca sudut putar ( -).

Tugas:
Turunkan persamaan di atas dari persamaan reaksi orde Satu

Data Pembacaan Sudut Putar


Bobot kaca arloji kosong = ......g
Bobot kaca arloji + gula = ......g
Bobot gula = ......g
Sudut putar air = ......

Tabel 1. Pembacaan Sudut Putar

Waktu Pembacaan Nilai sudut putar


0 menit
5 menit
10 menit
20 menit
35 menit
55 menit
tak terhingga

24
PENETAPAN ENTALPI PEMBAKARAN DERET NORMAL ALKOHOL

Tujuan Instruksional Khusus


Setelah melakukan praktikum penetapan entalpi pembakaran deret normal alkohol,
mahasiswa mampu mendefinisikan macam-macam alkohol dan mampu menghitung entalpi
pembakaran senyawa alkohol normal.

Pendahuluan
Kalor pembakaran suatu zat yaitu jumlah kalor yang di keluarkan apabila suatu
molekul zat tersebut direaksikan dengan oksigen dalam suhu yang tinggi secara sempurna.
Hal ini berarti pula bahwa untutk memecahkan alkohol dengan oksigen menjadi air dan
gas CO2, serta menghasilkan tenaga. Dengan demikian kita akan dapat mencari entalpi
yang dikeluarkan pada pembakaran alkohol menjadi unsur-unsurnya, kemudian dari unsur-
unsur itu dengan oksigen terbentuk H2O dan CO2.
Misalnya :
2 CH3OH + 3 O2 (g) → 4 H20 + 2CO2 (g) + tenaga
Di sini akan dijumpai pula kalor pembakaran dari H2O dan kalor pembentukan dari CO2.
Dari unsur-unsur karbon dan hidrogen ini akan teroksidasi menjadi H 2O dan CO2 dimana
kalor pembentukannya adalah:
H2 (g) + 1/2 O2 (g) → H20 + 57,8 kkal/mol atau H reaksi = -57,8 kkal/mol
C (s) + O2 (g) → CO2 (g) + 94,4 kkal/mol atau H reaksi = - 94,4 kkal/mol
Kalor pembakaran negatif ( H = negatif ) berarti bahwa untuk membentuk zat tersebut akan
dikeluarkan tenaga/panas sehingga pada pembakaran alkohol akan dihasilkan banyak
tenaga, zat yang demikian disebut zat pembakar. Demikian normal alkohol adalah deret
dari bentuk alkohol yang tidak mempunyai rantai samping sama sekali., jadi semua alkohol
ini merupakan alkohol primer yang tidak berantai samping. Misalnya: methanol, etanol,
propanol, butanol, pentanol dan lain-lain. Makin panjang rantai CH2 semakin besar kalor
pembakarannya, dengan satu kenaikan tenaga yang seimbang.
Alat dan Bahan :
- Bejana didih dari tembaga - Methanol
- Brand spiritus - Etanol
- Thermometer - Propanol
- Corong -Butanol,pentanol

25
Cara kerja

1. Isi bejana dengan air murni dalam jumlah tertentu (100 ml) pada suhu kamar sehingga
dapat diketahui berat airnya.
2. Isilah tempat pembakaran dengan propanol sebagai standar, kemudian ditimbang,
timbang berat mula-mula sebelum dibakar.
3. Nyalakan lampu spiritus, panaskan gelas piala dan aduklah sembil dilihat suhu sampai
terjadi kenaikan suhu 200C, tunggu selama 1 menit.
4. Padamkan api dengan tutup (jangan ditiup) dan lampu spiritus ditimbang lagi, sehingga
dapat diketahui berat alcohol yang terbakar (merupakan selisih berat mula-mula
dikurangi berat setelah dibakar).
5. Ulangi percobaan tersebut seperti di atas dengan alkohol yang lain, yaitu: methanol,
etanol, butanol, dan pentanol. Sumbu kompor diganti setiap selesai pembakaran
alkohol.
Perhitungan :
Dengan menggunakan azas Black yang menyatakan bahwa :
jumlah kalor yang dihasilkan = jumlah kalor yang diserap.
(G/BM) x Hcomb = W x t + ( Gair x Cpair x t )
Keterangan : G = berat alcohol yang terbakar
BM = berat molekul alcohol
Hcomb = panas pembakaran alcohol
W = harga air dari alat
Gair = berat air yang dipanaskan
Cp = panas jenis air pada suhu percobaan
∆t = selisih suhu mula
Dari percobaan standar memakai propanol yang sudah diketahui lebih dahulu panas
pembakaran (∆Hcomb), akan dapat ditentukan harga panas pembakaran dari setiap macam
alkohol. Buatlah grafik antara besarnya panas pembakaran dengan beratnya molekul, maka
akan terlihat hubungan yang jelas.
Catatan:

26
Dengan alat sederhana ini akan dapat dilihat bahwa masih banyak panas yang terbuang
tanpa diserap oleh alat, maka akan lebih baik bila dapat dibuat grafik antara panas
pembakaran dari tabel dengan berat molekul.

Tugas:
1. Apa yang disebut dengan kalor pembakaran?
2. Mengapa pada pembakaran alcohol dapat dihasilkan tenaga?
3. Apakah kenaikan suhu harus 200C? Apa sebabnya?
4. Bagaimana menentukan harga air pada alat percobaan ini? Dan apa yang disebut
itu?
5. Apakah bentuk grafik yang didapat? Apa sebabnya?
6. Tidak semua panas yang dihasilkan dapat dihitung, apa sebabnya?

Data yang diperlukan:


Tabel Pertimbangan
Kegiatan Metanol Etanol Propanol Butanol
Bobot botol ……g ……g ……g ……g
Bobot botol + zat awal ……g ……g ……g ……g
Bobot gelas ……g ……g ……g ……g
Bobot gelas + air awal ……g ……g ……g ……g
Bobot botol + zat akhir ……g ……g ……g ……g
Bobot gelas + air akhir ……g ……g ……g ……g

27
MENENTUKAN RADIUS MOLEKUL DARI KEKENTALANNYA

Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mengikuti praktikum menentukan radius molekul dari kekentalannya,
mahasiswa dapat menggunakan alat Oswald, menentukan kekentalan larutan, dan
menentukan radius molekul larutan polimer.

Pendahuluan
Suatu persamaan sederhana yang menghubungkan kekentalan () dengan volume
() dirumuskan oleh Albert Einstein, yaitu:
 = 1 + 2,5  …………. (1)
o
Keterangan :  = kekentalan larutan
o = kekentalan zat pelarut
 = volume zat pelarut dalam bentuk bulat per cm3
Dengan mengatur kembali persamaan diatas (1), diperoleh persamaan sebagai berikut:
 = 1 + 6,3 x 1021 x r3 x C …….. (2)

r = radius molekul zat terlarut
( kita menganggap bahwa bentuk molekul adalah bulat dengan volume 4/3 r3)
C = konsentrasi dari molekul (atau partikel) zat terlarut dalam mol/L
Bila dibuat grafik /o terhadap C, akan diperoleh garis linier dan gradient dari
garis itu adalah 6,3 x 1021 x r3 , jadi dengan menghitung gradiennya maka kita dapat
memperoleh nilai r radius molekul.
Dalam percobaan ini digunakan alat Viskosimeter Oswald (Canon Fenske).
Persamaan yang penting untuk Viskosimeter Oswald adalah:
 = t . d
o to . do
Keterngan: t = waktu alir untuk larutan
to = waktu alir untuk pelarut (biasanya air)
d = kerapatan larutan
do = kerapatan pelarut

28
Alat dan bahan
- Viskosimeter Oswald (Canon Fenske)
- Stopwatch - pipet
- Buret - labu takar
- Piknometer - gliserol (92,1 g/L)
- Penangas air - alcohol 95%

Cara kerja
1. Siapkan 4 buah labu takar, buat larutan gliserol dengan konsentrasi 0,25%, 0,5%,
0,75%, dan 1 %. Gunakan 2 buah buret, yang satu berisi air, yang satu berisi gliserol
1%.
2. Tuangkan 5-10 mL alcohol 95% ke dalam viskosimeter dan cucilah, keringkan dengan
alkohol, kemudian keringkan dengan waterpump.
3. Pipet 5 mL larutan gliserol 0,25% ke dalam viskosimeter, letakkan viskosimeter dalam
penangas air pada suhu 30oC, seperti pada gambar berikut ini.
4. Sesudah 10 menit, ukurlah waktu alir dari gliserol itu diantara dua tanda pada
viskosimeter denga terlebih dahulu mengisapnya pada bagian mulut pipa yang kecil.
Buatlah tiga kali pengukuran. Waktu alir dari tiap pengukuran diperbolehkan
mempunyai perbedaan 1,0 detik.
5. Cucilah viskosimeter dengan alcohol seperti pada no.2, dan selanjutnya ulangilah
pengukuran waktu alir larutan gliserol lainnya, dan akhirnya air suling.
Perhitungan
Gunakan persamaan berikut untuk mencari d/do
1 + 0,021 C = d/do
Buat grafik /o terhadap C, akan diperoleh garis linier dan gradient (slope) dari garis itu
adalah 6,3 x 1021 x r3 , jadi dengan menghitung gradiennya (slope), maka dapat
menghitung nilai r radius molekul dalam satuan cm atau oA.

Tugas
1. Apa satuan kekentalan?
2. Sebutkan alat yang digunakan untuk mengukur kekentalan!

29
3. Apa hubungannya kekentalan dengan grafitasi?

DATA
Senyawa Waktu alir (detik) Bobot Senyawa (g)
Air ……… ………..
Gliserol 0,25% ……… ……….
Gliserol 0,5% ……… ……….
Gliserol 0,75% ……… ……….
Gliserol 1,0% ……… ……….

30
KELARUTAN DUA CAIRAN YANG SALING BERCAMPUR SEBAGIAN

Tujuan Instruksional Khusus:


- Membuat kurva dua zat cair yang bercampur sebagian
- Menentukan suhu kritis larutan dua zat yang bercampur sebagian

Pendahuluan
Bila dua zat cair dicampur dengan komposisi berbeda atau sama, maka ada tiga tipe
keadaan yang dapat terjadi, yaitu:
1. Tipe 1. Kedua zat cair dapat bercampur sempurna dalam berbagai komposisi seperti
campuran alkohol dan air (Gambar a)
2. Tipe 2. Kedua zat cair dapat bercampur sama sekali, seperti antara air dengan raksa dan
air dengan minyak (Gambar b)
3. Tipe 3. Kedua zat hanya dapat bercampur pada komposisi tertentu dan larut sebagian
pada komsisi lain, contohnya air – anilina, air – butanol dan air – fenol (Gambar c)

A B A A A B
A
B A B B B A
B

(a) (b) (c)


Gambar Kemungkinan keadaan campuran antara dua zat cair
Tipe 3 keadaan fasa dua campuran dua cairan A dan B yang bercampur sebagian yaitu
dengan diagram binernya seperti pada Gambar diagram biner berikut ini.

31
A
B
Satu fasa

Dua lapisan
A (dua fasa) A
B B
A B B
- Bila konsentrasi kedua larutan relatif besar, maka keduanya tidak dapat bercampur,
tapi membentuk dua lapisan (dua fasa) yang dibatasi oleh satu bidang batas. Dalam
hal ini, A larut sebagian dalam zat B, dan B larut sebagian dalam A.
- Bila konsentrasi salah satu (B) kecil sekali, akan membentuk satu fasa, karena semua
B larut dalam A yang kosentrasinya besar. Sebaliknya, bila konsentrasi A kecil sekali
akan membentuk satu fasa karena semua A larut dalam B.
- Bila suhu dinaikkan, maka kompisisi B larut sempurna dalam A bertambah besar, dan
demikian juga kompisisi A larut sempurna dalam B juga bertambah. Jika komposisi –
komposisi itu dibuat dalam berbagai suhu akan membentuk suatu garis lengkung
(kubah).
Jadi ternyata keadaan fasa campuran bergantung pada komposisi dan suhu. Bila suhu
dinaikkan, maka energi kinetik kedua pertikel akan makin besar sehingga kecendurengan
bercampur sempurna bertambah. Contohnya campuran air (A) dan anilin (B). Pada saat
campuran membentuk dua lapisan di lapisan atas adalah air yg melarutkan sedikit anilin,
sedangkan lapisan bawah adalah adalah anilin yang melarutkan sedikit air.

MATODE
Alat dan Bahan
- Tabung reaksi besar - Aquades
- Gelas piala 500 mL - n-butanol
- Buret 50 mL
- Gelas ukur
- Pipet volumetrik

32
- Corong

Rangkaian alat Termometer


Pengaduk
Tabung reaksi besar

gelas piala
larutan biner
air

Cara Kerja:
1. Penambahan butanol ke dalam air
- Siapkan penangas air dan alat-alat seperti pada gambar
- Masukkan 10 mL air ke dalam tabung reaksi besar
- Melalui buret masukkan 1 mL butanol ke dalam air. Panaskan tabung beserta isinya
dalam penangas sambil sambil diaduk sampai tidak tampak kekeruhannya
- Angkat tabung reaksi besar, dinginkan tabung reaksi sampai terjadi kekeruhan lagi,
pertanda terbentuk larutan jenuh, suhu larutan dicatat awal dan akhir
- Ulangi langkah tersebut dengan penambahan n-butanol sampai mencapai 10 mL
2. Penambahan air ke dalam butanol
- Siapkan penangas air dan alat-alat seperti pada gambar
- Masukkan 10 mL n-butanol ke dalam tabung reaksi besar
- Melalui buret masukkan 1 mL air ke dalam n-butanol. Panaskan tabung beserta
isinya dalam penangas sambil sambil diaduk sampai tidak tampak kekeruhannya
- Angkat tabung reaksi besar, dinginkan tabung reaksi sampai terjadi kekeruhan lagi,
pertanda terbentuk larutan jenuh, suhu larutan dicatat awal dan akhir
- Ulangi langkah tersebut dengan penambahan air sampai mencapai 10 mL

Perhitungan:
Berat butanol pada tiap penambahan butanol air dan berat air pada tiap penambahan air

33
massa = masa jenis x volume gram
Persen berat zat pada tiap penambahan
% W = massa terlarut/massa campuran x 100%
Buat grafik suhu kekeruhan terhadap massa butanol dalam air
Buat grafik suhu kekeruhan terhadap massa air dalam n-butanol
Buat grafik suhu kekeruhan terhadap % massa butanol dalam air
Buat grafik suhu kekeruhan terhadap % massa air dalam n-butanol

Masa jenis air : 1 gram/mL


Masa jenis butanol : 0,82 gram/mL

1. Penambahan n-butanol dalam air (Contoh data, tidak untuk ditulis ulang)

Volume butanol yang Suhu (ºC) kekeruhan


Ditambahkan (mL)
1 52
2 69
3 70
4 71
5 73
6 80
7 75
8 65
9 64
10 59

2. Penambahan air dalam n-butanol

Penambahan volume Air (mL) Suhu (oC) kekeruhan


1 48
2 62
3 72
4 76
5 78
6 84
7 79
8 71
9 69
10 62

34
Contoh.
1. a. Berat n-butanol pada penambahan n-butanol dalam air
1) Untuk volume butanol = 1 mL
Massa = 0,82 gram/mL x 1 mL = 0,82 gram
2) Untuk volume butanol = 2 mL
Massa = 0,82 gram/mL x 2 mL = 1,64 gram

b. Berat air pada penambahan air dalam butanol


1) Untuk volume air = 1 mL
Massa = 1 gram/mL x 1 mL = 1 gram
2) Untuk volume air = 2 mL
Massa = 1 gram/mL x 2 mL = 2 gram

2. Persen berat butanol dan air pada tiap komposisi


a. Persen berat butanol pada penambahan n-butanol dalam air
Rumus 100%
1) Untuk volume butanol = 1 mL
%W = 0,82 g/(0,82 +1) g x 100% = 45,05 %
2) Untuk volume butanol = 2 mL
%W = ( 2 x 0,82 ) g /( 2 x 0,82 + 1) x 100% = 62,12 %

Persen berat air pada penambahan air dalam butanol


1) Untuk volume air = 1 mL
% W = 1 g/(1 + 0,82) g x100% = 54,94 %
2) Untuk volume air = 2 mL
% W = 2 g/(2 + 0,82)g x 100% = 70,92 %

35
PERSAMAAN ARRHENIUS DAN ENERGI AKTIVASI

Tujuan Intruksioanal Khusus


Setelah mengikuti praktikum persamaan Arrchenius dan Energi Aktivasi
mahasiswa dapat memahami dan menghitung energi aktivasi melalui persamaan
Arrchenius

Pendahuluan
Menurut teori kinetik, molekul harus menjadi aktif dahulu sebelum dapat bereaksi.
Dalam kimia kinetik dipelajari “reaksi antara” yang kemudian menghasilkan hasil akhir.
Dalam kinetika, suatu reaksi berlangsung melalui beberapa tahap. Diawali dengan
tumbukan antar partikel reaktan. Setelah reaktan bertumbukan, maka akan terjadi
penyusunan ulang ikatan dalam senyawa reaktan menjadi susunan ikatan yang berbeda
( membentuk senyawa produk ). (Vogel : 1994)
Energi aktivasi adalah energi minimum yang dibutuhkan oleh suatu reaksi kimia
agar dapat berlangsung. Energi aktivasi memiliki simbol Ea dengan E menotasikan energi
dan a yang ditulis subscribe menotasikan aktivasi. Kata aktivasi memiliki makna bahwa
suatu reaksi kimia membutuhkan tambahan energi untuk dapat berlangsung. (Vogel,1994).

Jadi untuk reaksi:


A ======> C
Pereaksi hasil reaksi

dalam kimia kinetik dapat ditulis menjadi:

perlahan cepat
pereaksi  molekul -------> hasil reaksi
A ---------> B ----------> C
k1 k2

Langkah perlahan inilah yang menentukan kecepatan reaksi dan menentukan energi
aktivasi yang diberikan oleh persamaan:
Ea = Emolekul teraktivasi – EA
untuk proses sebaliknya, yaitu: C  B

36
Maka energi aktivasinya: Ea = E molekul teraktivasi B - EC
Pada tahun 1889 Arrhenius mengusulkan sebuah persamaan empirik yang
menggambarkan ketergantungan konstanta laju reaksi pada suhu tertentu.
Persamaan Arrhenius adalah sebagai berikut:
-Ea/RT
K=Ae .......... (1)

Dimana, k = konstanta laju reaksi


A = faktor frekuensi
Ea = energi aktivasi
Persamaan (1) di atas sering ditulis dalam bentuk logaritma seperti terlihat pada persamaan
dibawah ini:

atau + log A

k = molaritas Na2S2O3/waktu reaksi = …. Mol/L dt


Dengan memplot log k sebagai fungsi 1/T, maka diperoleh harga slop dan intersep = log A,
maka nilai Ea = - slope x 2,303 R

Bahan dan Alat:


 Tabung reaksi besar - Na2S2O8 atau H2O2 0,04 M
 Tabung reaksi kecil - Na2S2O3 0,001 M
 Gelas piala 600 mL - KI 0,1 M
 Pipet 10 mL - Larutan kanji 3 %
 Pipet Mohr - Es batu
 Stopwatch

Cara kerja:
1. Siapkan sistem seperti pada tabel di bawah ini.
Tabung 1 Tabung 2

S2O8-2 H2O I- S2O3-2 Kanji

37
5 mL 5 mL 10 mL 1 mL 1 mL

Siapkan paling tidak tiga buah sistem seperti di atas.


2. Dengan menggunakan campuran air dan es yang diletakkan di dalam gelas piala
600 mL, masing-masing tabung 1 dan 2 didinginkan sampai suhunya sama dengan
campuran air dan es dengan jalan meletakkan kedua tabung reaksi diatas dalam
campuran air dan es.
3. Campurkan isi ke dua tabung di atas, jalankan stopwatch dan ukur waktu yang
diperlukan campuran sampai tampak warna biru untuk pertama kali. Suhu awal dan
suhu akhir dicatat, suhu reaksi merupakan rata-rata dari kedua suhu tadi.
4. Ulangi prosedur diatas untuk suhu-suhu lain (antara 0o- 40oC).
Setiap kali melakukan percobaan, suhu dan waktu reaksi yang diperlukan dicatat.

Perhitungan:
[Na2S2O8] awal = (M x V)/Vtotal =====> [Na2S2O8] awal = (0,04 mol/L x 5 mL)/22 mL
[Na2S2O8] bereaksi = M/Vtotal ======> [Na2S2O8]bereaksi = 0.04 mol/L/22 mL
Menghitung k:
[Na2S2O8] bereaksi
k = -----------------------------
[Na2S2O8] awal x t dt

Keterangan t = waktu munculnya warna ungu

Hasil Pengamatan:
Suhu Rata-Rata oC Waktu Reaksi (dt) T (K) 1/T (K-1)

… … … …

… … … …

… … … …

… … … …

38
Termometer

Tabung reaksi besar

Es batu

Grafik log k vs 1/T


Suhu rata2 Log k 1/T

39
VOLUM MOLAL PARSIAL

Tujuan Instruksional : mahasiwa dapat menentukan volum molal komponen larutan

Pendahuluan :
Volum molal parsial komponen 1 pada sistem larutan didefinisikan sebagai:
δV
Vi = (-----)T, p, nj = i (1)
δni
dengan
V = volume
n = jumlah mol
T = temperatur
P = tekanan
Volume larutan adalah fungsi temperatur, tekanan dan jumlah mol komponen.
Dituliskan
V = V (T, p, n1, n2, ……..) (2)
Maka :
dV = δV/δT dT + δV/δP dP + δV/δn1 dn1 + δV/δn2 dn2 + ……… (3)
Pada temperatur dan tekanan tetap, dT = 0 dan dP = 0, persamaan (3) menjadi
dV = δV/δn1 dn1 + δV/δn2 dn2 + ……… (4)
Volume molal parsial adalah tetap pada kondisi komposisi, temperatur dan tekanan tetap.
Integrasi persamaan (4) pada kondisi tersebut menjdi :
V = n1 V1 + n2 V2 + ……. + tetapan (5)
Oleh karena pada saat n1 = n2 = ….. = 0, volume adalah 0, tetapan adalah 0,
persamaan (5) menjadi
V = n1 V1 + n2 V2 + ……. (6)
Deferensiasi dari persamaan (6) memberikan persamaan:
dV = (n1 dV1 + n2 dV2 + ……) + ( V1 dn1 + V2 dn2 + …….)
Jika digabung dengan persamaan no (4), pada temperatur dan tekanan tetap memberikan:

40
n1 dV1 + n2 dV2 + ……. = 0 (7)
Persamaan (7) adalah persamaan Gibbs – Duhem untuk volume.
Untuk sistem larutan biner, maka persamaan (6) menjadi:
V = n1 V1 + n2 V2 (8)
Untuk Sistem larutan biner, volume molal semu Φ untuk zat terlarut didefinisikan sebagai :
Φ = 1/n2 (V – n1 V1o) (9)
Dengan V1o adalah volum molal pelarut murni (=18,016/0,997044 = 18,069 cm3 mol-1),
dipandang larutan dengan molalitas m yang menggunakan pelarut air.
Di dalam larutan ini, untuk setiap 1000 g air (55,51) terdapat m mol zat terlarut.
Jadi n1 = 55,51 dan n2 = m, persamaan (9) menjadi :
Φ = 1/m (V – 55,51 V1o)
V1o adalah volum molal air murni dapat dihitung dari berat molekul (18,016 untuk air)
dibagi dengan berat jenis, pada keadaan yang diamati.
Untuk larutan tersebut dipenuhi
1000 + m M2
V = ----------------- (11) dan n1 V1o = 1000/do (12)
d
Dengan d adalah berat jenis larutan, do adalah berat jenis air murni, M 2 adalah berat
molekul zar terlarut (do = 0,997044 g/cm3, M2 = NaCl = 58,45 g/mol)
Substitusikan persamaan (11), (12) ke dalam (10), maka diperoleh
1000 d – do
Φ = 1/d (M2 - ------- --------- ) (13)
m do
1000 W - Wo
Φ = 1/d (M2 - -------- ---------- ) (14)
m Wo – We

Persamaan (14) digunakan untuk menghitung Φ, untuk pemakaian piknometer, disini W


adalah berat piknometer dengan larutan, Wo adalah berat pinknometer dengan air dan We
adalah piknometer kosong.
Dari definisi volum molal parsial zat terlarut menggunakan persamaan (1) dan (9)
V2 = (δV/δn2)T, p, n1 = Φ + n2 (δV/δn2) = Φ + m dΦ/dm (15)
V1 = (δV/δn1)T, p, n2 = n2 (δΦ/δn1) + V1o
Dari persamaan (8) dan (9), maka diperoleh

41
V1 = 1/n1 (n1 V1o – n22 δΦ/δn2) = V1o – m2/55,51 dΦ/dm (16)
Untuk larutan elektrolit sederhana, misalnya larutan NaCl, diketahui bahwa Φ linier
terhadap Ѵm, untuk konsentrasi yang pekat.
Karena dΦ/dm = dΦ/dѴm . dѴm/dm = 1/2Ѵm . dΦ/dѴm maka persamaan (15) menjadi
V2 = Φ + m/2Ѵm . dΦ/dѴm
Φ linier terhadap Ѵm, maka Φ = Φo + Ѵm . dΦ/dѴm
Dari persamaan ini dapat dibuat grafik Φ terhadap Ѵm, dari grafik diperoleh nilai slope =
dΦ/dѴm, Φo diperoleh dari ekstrapolasi grafik tersebut.
Maka V2 volume molala parsial zat terlarut dan V 1 volume molal parsial zat pelarut dapat
dihitung dari persamaan (15) dan (16) menjadi:
V2 = Φo + 3Ѵm/2 . dΦ/dѴm (17)
V1 = V1o – m/55,51 (Ѵm/2 . dΦ/dѴm) (18)
Molalitas dapat dihitung:
1 W - We
m = ---------------------- , d = -------------
(d/M) – (M2/1000) V

Alat dan Bahan


- Gelas piala 250 mL - NaCl kristal
- Pipet tetes - aquades
- Piknometer 25 mL
- Pengaduk

Cara Kerja:
1. Buat larutan NaCl 3,0 M atau 3,2 m sebanyak 200 mL. Timbanglah dengan teliti garam
NaCl, gunakan gelas piala 250 mL. Untuk 1,0 M NaCl yang ditimbang 58,45 g.
2. Dari larutan tersebut, buatlah larutan NaCl konsentrasi ½, ¼, 1/8, dan 1/16 dari
konsentrasi semula, dengan cara pipetlah 50 mL dari larutan ke dalam labu takar 100
mL. Kemudian tambahkan aquades sampai tanda tera.
3. Timbanglah pinometer kosong (We), piknometer penuh dengan aquades (Wo), dan
piknometer penuh dengan larutan NaCl (W) untuk semua konsentrasi tersebut.

42
4. Masukkan pinometer ke dalam water bath dengan suhu 25oC selama 15 menit sebelum
ditimbang. Dapat juga dilakukan pada suhu ruang, catat suhu tersebut.

Data dan Pengamatan


No Konsentrasi We (g) Wo (g) W (g)
1 3,2 m
2 1,6 m
3 0,8 m
4 0,4 m
5 0,2 m
6 0.0 m (air)

Data Grafik

Φ Ѵm

43
PENETAPAN HASIL KALI KELARUTAN BaSO4 SECARA KONDUKTOMETRI

Tujuan Instruksional : setelah mengikuti praktikum penetapan kelaruatan BaSO4 secara


Konduktometri, mahasiswa dapat mengoperasikan alat konduktometer dan
menghitung kelarutan BaSO4.

Pendahuluan
Penetapan kelarutan secara konduktometri pada dasarnya tidak lepas dari sifat-sifat
listrik larutan elektrolit sangat encer. Sifat-sifat listrik suatu larutan elektrolit tidak
bergantung dari reaksi elektrodanya.
Menurut Hukum Ohm untuk penghantar ionik larutan elektrolit sebagai berikut:
I = E/R I = kuat arus dalam ampere
E = tegangan dalam volt
R = tahanan dalam Ohm ()
Konduktivitas didefinisikan sebagai kebalikan dari tahanan : C = 1/R
Satuan dari konduktans adalah mho atau 1/ohm atau 1/
Konduktans L berbanding lurus dengan luas permukaan elektroda adalah a,
konsentrasi ion persatuan luas adalah Ci, konduktivitas ekivalin ionik adalah λi,
berbanding terbalik dengan jarak elektroda d, maka persamaannya adalah:
L = - a/d . Ci λi
Tandan (-) menyatakan bahwa sumbungan berbagai ion terhadap konduktansi sifatnya
negatif. Karena a dan d dalam satuan cm, konsentrasi dalam satuan mL, bila konsentrasi
dinyatakan dalam C molaritas, maka harus dikalikan faktor 1000.
Nilai d/a = θ merupakan faktor geometri sel dan nilai konstan untuk sel tertentu, sehingga
sebagai tetapan sel, persamaan menjadi :
Ci λi Ci λi a
L = --------- = ----------
1000 θ 1000 d

44
Tetapan sel dapat ditentukan secara eksperimental dengan persamaan tersebut, yang
pengukuran konduktans dilakukan pada larutan yang diketahui konduktans spesifiknya.
Pada umumnya KCl digunakan sebagai larutan pembanding, nilai konduktansi spesifik (K)
pada 20oC berbeda-beda antara lain: 71,13 g/kg = 0,11134 mho/cm; 7,419 g/kg = 0,01265
mho/cm, untuk 0,749 g/kg = 0,00140 mho/cm.
Konduktans elektrolit merupakan besaran yang bergantung pada suhu, jadi pengukuran
dilakukan pada suhu 25oC, λ tergantung pada total konsentrasi ionik larutan dan bertambah
besar karena pengenceran.

Alat dan Bahan:


- Konduktometer - BaCl2 0,01 N
- Gelas piala 100 mL - Ba(NO3)2 0,001 N
- Gelas piala 400 mL - NaSO4 0,001 N
- Corong - Na2NO3 0,01 N
- Pengaduk - aquades
- Labu Takar 100 mL
- Hotplate

Cara Kerja :
1. Tambahkan 10 mL Na2SO4 0,01N ke dalam 5 mL BaCl2 0,01N dalam gelas piala 100
mL, dipanaskan di atas hotplate pada suhu 70oC selama 15 menit, untuk menguapkan
klorin yang ada dalam campuran.
2. Angkat gelas piala, endapan yang terbentuk disaring dengan kertas saring whatman 42,
endapan dicuci dengan air panas. (dilanjutkan dengan menguji pengotor klorin HNO2
4N dalam larutan hasil cucian) (tidak perlu dilakukan)
3. Kertas saring plus endapan diletakkan dalam gelas piala 100 mL, ditambahkan 50 mL
aquades, kemudian diukur konduktans larutan (Ls)
4. Siapkan larutan KCl 0,2 N 50 mL atau disesuaikan dengan alat yang digunakan, untuk
kalibrasi alat konduktometer, besarnya konduktans 1292 μmho/cm atau sesuai alatnya.
5. Dibaca konduktans larutan (Ls) semua larutan dan air.

45
Perhitungan:
Ls = K/R Ls = Konduktansi larutan
K = konstanta atau tetapan
R = tahanan (ohm = )
Lion = Ls – Lair
Lions x 1000
λ = ---------------------- λ = konduktans ekivalen ionik
C C = konsentrasi larutan dalam N

Dari reaksi : BaSO4 + 2 NaCl ------> Na2SO4 + BaCl2


λ BaSO4 jenuh = λ Na2SO4 + λ BaCl2 – 2 λ NaCl
Lion BaSO4 jenuh x 1000
Kelarutan (s) BaSO4 = ------------------------------------ grek/L
λ BaSO4 jenuh
Molaritas BaSO4 = Kelarutan (s) BaSO4/2 gmol/L = x/2 gmol/L
Ksp BaSO4 = [Ba2+] [SO42-]
Jadi Ksp BaSO4 = (x/2)2

Data dan Pengamatan

46
DAFTAR PUSTAKA

1. ARTHUR W. ADMINSON, (1992), A Text Book of Physical Chemistry, 2 nd ed.


th
2. ATTKINS P. W., (1994), Physical Chemistry, 4 ed.
th
3. BARROW GORDON M., (1995), Physical Chemistry, 5 ed, Mc Graw-Hill,

International Editions.

4. Bird, Tonny, 1993, Kimia Fisiska untuk Universitas, Gramedia, Jakarta


th
5. BORDNER and PARDOW, (1998), General Chemistry, 5 ed, John Willey and

Sons.
th
6. DANIELS TARRINGTON and WILLIAMS JOHN Warren, (1991), 5 ed,

Experimental Physical Chemistry, McGraw-Hill, Book.

7. David P. Shoemaker, Carl W. Garland, Joseph W. Niber, 1989, Experiments In

Physical Chemistry, 5th ed, Mc Graw-Hill International Editions Chemistry Series

47
GLOSARIUM

Adsorbsi: gejala pengumpulan molekul-molekul suatu zat pada permukaan zat lain sebagai
akibat ketidakseimbangan gaya-gaya pada permukaan.
Deret normal alcohol: alcohol rantai panjang yang tidak memiliki cabang.
Antalpi kelarutan (H); panas yang diserap/dilepaskan apabila 1 mol zat padat dilarutkan
ke dalam solven sampai mencapai keadaan jenuh.
Entalpi peleburan (H): panas yang diserap/dilepaskan apabila 1 mol zat padat mengalami
peleburan pada titik leburnya.
Entropi (S): ukuran ketidak teraturan suatu sistem
Entropi sistem: kalor yang diserap (dQ) dibagi derajat padan absolute (T)
Ikatan hydrogen: ikatan yang terbentuk antara hydrogen dengan unsure yang bersifat
sangat elektronegatif, seperti fluor, oksigen, nitrogen, klor, dan ikatan bersifat
polar.
Indeks bias: perbandingan antara sinus sudut datang dengan sinus sudut pantul.
Kalor pembakaran sutau zat: jumlah kalor yang dikeluarkan/dihasilkan apabila suatu
molekul zat direaksikan dengan oksigen pada suhu tinggi.
Kalorimeter: alat untuk mengukur perubahan panas kerena peristiwa pembakaran.
Nilai kalor suatu zat: nilai gizi yang dimiliki suatu zat dalam satuan kalori.
Sudut putar: sudut yang dibentuk oleh senyawa yang memiliki atom C bersifat khiral dan
dapat memutar bidang polarisasi ke kanan atau ke kiri.
Viskositas: adalah kekentalan sutu zat cair, gaya yang diperlukan untuk melawan molekul
zat cair yang bergerak dari satu lapis terhadap lapisan yang lain

48
49

Anda mungkin juga menyukai