Anda di halaman 1dari 27

MODUL KE- : 1

JUDUL : PEMISAHAN KOMPONEN DALAM TINTA SECARA KROMATOGRAF KERTAS


TUJUAN :
1. Memisahkan komponen dalam tinta berwarna secara kromatografi kertas
2. Menentukan faktor retensi (Rf) komponen dalam tinta

PRINSIP PERCOBAAN:
Tinta merupakan suatu campuran yang tersusun atas komponen-komponen kimiawi.
Komponen dalam tinta dapat dipisahkan menggunakan teknik kromatografi. Komponen penyusun
tinta akan dibawa bermigrasi oleh eluennya, bergerak melalui suatu fasa diam. Salah satu teknik
kromatogafi yang paling sederhana adalah kromatografi kertas, dengan memanfaatkan kertas
sebagai fasa diamnya. Sesuai dengan prinsip like dissolve like, eluen yang bersifat polar akan lebih
suka dengan komponen polar sehingga komponen tersebut akan dibawa bermigrasi lebih jauh
dibandingkan dengan komponen nonpolar.
Perbandingan jarak tempuh suatu komponen dengan jarak tempuh eluennya disebut
dengan faktor retensi (Rf), dengan kisaran nilai antara 0 hingga 1. Nilai Rf yang mendekati satu
menunjukkan bahwa sifat kepolaran suatu komponen makin mirip dengan eluennya; sebaliknya
untuk nilai Rf mendekati nol menunjukkan sifat kepolaran yang berbeda.

Dasar Teori
Kromatograf kertas menggunakan satu jenis fasa diam yaitu selulosa yang bersifat polar,
karena banyak memiliki gugus OH sehingga bersifat polar. Salah satu keuntungannya adalah
kemudahan dan kesederhanaannya yaitu hanya pada lembaran kertas saring berlaku sabahgai media
pemisahan juga media penyangga, dan faktor retensi (RF) merupakan parameter dari senyawa hasil
pemisahan yang membedakan senyawa satu dengan senyawa yang lain.

ALAT & BAHAN:


3 gelas piala 250 mL
3 lembar kertas saring ukuran 5 x 10 cm
Campuran air:etanol 1:1 sebagai eluen
Alumunium foil ukuran 15 x 15 cm
Pensil (DIBAWA OLEH MAHASISWA)
Penggaris (DIBAWA OLEH MAHASISWA)

1
Spidol berwarna (DIBAWA OLEH MAHASISWA)

CARA KERJA:
1. Pada kertas saring yang akan digunakan, dengan menggunakan pensil gambarlah garis lurus
kira-kira 1 cm dari kedua ujung kertas (LIHAT GAMBAR).
2. Totolkan spidol berwarna pada salah satu garis. Garis tersebut akan menjadi garis start.
Anda dapat membuat lebih dari satu totolan, asalkan totolan tersebut tidak terlalu
berdekatan.
3. Tempatkan kertas saring tersebut dalam gelas piala yang sudah diisi campuran air:etanol 1:1
dengan menyandarkan kertas pada dinding gelas. PASTIKAN GARIS YANG ANDA BUAT
BERADA DI ATAS PERMUKAAN CAIRAN.
4. Tutup rapat gelas piala dengan alumunim foil. Eluen perlahan-lahan
akan merambat naik dengan membawa komponen-komponen
dalam tinta.
5. Setelah eluen mencapai garis finish, angkat kertas saring.
6. Catat jumlah komponen yang teramati dan ukur jarak masing-masing
komponen dari garis start.

PERTANYAAN:
1. Tentukan nilai Rf masing-masing komponen, berikut sifat kepolarannya!
2. Apa fungsi alumunium foil dalam percobaan ini?
3. Apa saja yang harus ada dalam kromatograf kertas?

ALAT PELINDUNG DIRI


Gunakan jas lab atau baju lengan panjang, sepatu tertutup, dan kaus kaki.

2
MODUL KE- :2
JUDUL : PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN BERWARNA SECARA KOMPARASI VISUAL
TUJUAN :
1. Menentukan kosentrasi larutan berwarna secara komparasi visual
2. Mempelajari hukum Lambert-Beer

PRINSIP PERCOBAAN:
Saat larutan berwarna diberi sinar dengan intensitas tertentu, sebagian sinar akan diserap oleh
larutan dan sisanya diteruskan. Kemampuan suatu larutan berwarna untuk menyerap sinar
dinyatakan melalui persamaan Lambert-Beer:
A=axbxc
dengan
A = absorbansi atau serapan
a = tetapan absortivitas molar suatu zat
b = jarak tempuh cahaya selama melalui larutan
c = konsentrasi larutan

Dasar Teori
Hukum Lambert-Beer adalah hubungan linier antara absorbansi dan konsentrasi suatu spesies yang
menyerap cahaya. Hukum ini umumnya digunakan untuk pengukuran analisis kimia.
Penentuan konsentrasi larutan berwarna melalui metode komparasi visual didasarkan atas
persamaan Lambert-Beer, dengan nilai A dan a dibuat tetap.
Dalam hukum Lambert-Beer tersebut ada beberapa pembatasan yaitu:
1. Sinar yang digunakan dianggap monokromatis.
2. Penyerapan terjadi dalam suatu volume yang mempunyai penampang yang sama.
3. Senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut.
4. tidak terjadi fluoresensi atau fosforisensi.
5. indeks bias tidak tergantung pada konsentrasi larutan.

ALAT & BAHAN :


4 buah tabung reaksi dengan diameter mulut tabung yang sama:
- Tabung 1: 10 mL larutan CuSO4 0,2 M
- Tabung 2: 10 mL larutan CuSO4 dengan konsentrasi tidak diketahui (x M, dengan x < 0,2 M)
- Tabung 3: 10 mL larutan CuSO4 dengan konsentrasi tidak diketahui (y M, dengan y < x)
3
- Tabung 4: tabung reaksi kosong
1 Rak tabung
1 Pipet tetes
Penggaris (DIBAWA OLEH MAHASISWA)

CARA KERJA:
1. Ukur tinggi larutan dalam Tabung 1 dengan menggunakan penggaris. Tabung ini akan
digunakan sebagai pembanding.
2. Tempatkan Tabung 2 di sebelah Tabung 1. Warna larutan dalam kedua tabung ini akan
terlihat berbeda jika dilihat dari depan maupun dari atas.
3. Pipet sedikit demi sedikit larutan dari Tabung 1, dan pindahkan ke Tabung 4 (tabung reaksi
kosong). Lakukan pekerjaan ini sampai warna larutan di Tabung 1 dan Tabung 2 terlihat
sama jika dilihat dari atas.
CATATAN: Setelah proses pemipetan, warna larutan di Tabung 1 dan Tabung 2 tetap
berbeda jika dilihat dari depan karena adanya perbedaan konsentrasi. Pada praktikum ini
sama sekali tidak dilakukan pencampuran larutan, hanya pemindahan larutan dari Tabung
1 ke tabung reaksi kosong.
4. Ukur tinggi sisa larutan di Tabung 1.
5. Ulangi cara kerja di poin 2 hingga poin 4 untuk membandingkan warna larutan Tabung 1
dengan Tabung 3.

PERTANYAAN:
1. Tentukan konsentrasi larutan di Tabung 2 dan Tabung 3 melalui persamaan
c2 = c1 x ( h2 / h1 ) dan c3 = c1 x ( h3 / h1 ) seharusnya C1 H1 = C2 H2 ---- C2 = C1 H1/H2
Keterangan: C2 H1 = C1 H2
c = konsentrasi
h1 = tinggi larutan di Tabung 1, mula-mula
h2 = tinggi larutan di Tabung 1, setelah dibandingkan dengan Tabung 2
h3 = tinggi larutan di Tabung 1, setelah dibandingkan dengan Tabung 3
2. Jelaskan jenis kesalahan yang mungkin terjadi dalam penentuan konsentrasi larutan
berwarna menggunakan metode komparasi visual!

ALAT PELINDUNG DIRI:


Gunakan jas lab atau baju lengan panjang, sepatu tertutup, dan kaus kaki.
4
5
MODUL KE- : 3
JUDUL : REAKSI-REAKSI ASAM BASA
TUJUAN :
Mengidentifikasi perubahan yang terjadi pada suatu reaksi asam basa

PRINSIP PERCOBAAN:
Salah satu karakteristik reaksi asam basa adalah tidak adanya perubahan bilangan oksidasi
pada atom-atom yang terlibat dalam reaksi. Ukuran keasaman suatu zat dinyatakan dalam derajat
keasaman (pH), dengan kisaran nilai 1-14. Zat dengan pH rendah bersifat asam, sedangkan zat
dengan pH tinggi bersifat basa.
Indikator asam basa merupakan senyawa yang memiliki perbedaan yang nyata pada kondisi
asam dan basa, misalnya terdapat perbedaan warna yang dapat diamati dengan jelas. Selain
indikator, senyawa oksida krom (Cr) juga memiliki kestabilan yang dipengaruhi oleh kondisi pH. Pada
praktikum ini akan diamati kestabilan indikator fenolftalein serta senyawa kromat dan dikromat
(CrO42-dan Cr2O72-) dalam kondisi asam dan basa.

Dasar Teori
Reaksi asam basa merupakan reaksi kimia yang melibatkan reagen asam dan reagen basa,
menghasilkan air dan garam. Reagen asam yang dipakai dapat berupa asam lemah ataupun asam
kuat, begitu juga dengan reagen basa yang dipakai bisa berupa basa lemah ataupun basa kuat.
Senyawa indikator asam-basa adalah senyawa halokromik yang ditambahkan dalam jumlah kecil ke
dalam sampel, umumnya adalah larutan yang akan memeberikan warna sesuai dengan kondisi pH
larutan tersebut. Pada suhu 25oC nilai pH netral adalah 7,0, di bawah nilai tersebut dikatakan asam,
dan di atas pH tersebut dikatakan basa.

ALAT & BAHAN:


1 Rak tabung
6 buah tabung reaksi
4 buah pipet tetes
Larutan NaOH 0,1 M
Larutan HCl 0,1 M
Larutan Asam Asetat 0,1 M
Indikator fenolftalein
Larutan Kalium Kromat 0,1 M
6
Larutan Kalium Dikromat 0,1 M

CARA KERJA:

1. Reaksi Asam Basa


Tempatkan 1 mL NaOH 0,1 M dalam tabung reaksi (karena pengamatan ini bersifat kualitatif,
gunakan perkiraan 1 mL = 20 tetes). Tambahkan dua tetes indikator fenolftalein. Amati perubahan
warna yang terjadi.
Tambahkan tetes demi tetes HCl 0,1 M hingga warna larutan hilang. Catat jumlah tetes yang
dibutuhkan. Ulangi percobaan, ganti HCl dengan asam asetat 0,1 M. Catat jumlah tetes yang
dibutuhkan, bandingkan dengan jumlah tetes HCl.
2. Kestabilan Kromat-Dikromat
Tempatkan 1 mL kalium kromat (K2CrO4) 0,1 M dalam tabung reaksi (karena pengamatan ini
bersifat kualitatif, gunakan perkiraan 1 mL = 20 tetes). Tambahkan tiga tetes HCl 0,1 M. Amati
perubahan warna yang terjadi. Ulangi percobaan dengan menambahkan tiga tetes NaOH 0,1 M.
Amati dan catat perubahan warna yang terjadi.
Tempatkan 1 mL kalium dikromat (K2Cr2O7) dalam tabung reaksi (karena pengamatan ini
bersifat kualitatif, gunakan perkiraan 1 mL = 20 tetes). Tambahkan tiga tetes HCl 0,1 M. Amati
perubahan warna yang terjadi. Ulangi percobaan dengan menambahkan tiga tetes NaOH 0,1 M.
Amati dan catat perubahan warna yang terjadi.

PERTANYAAN:
1. Pada percobaan menggunakan indikator fenolftalein, manakah yang membutuhkan jumlah
tetesan yang lebih banyak, HCl atau asam asetat? Jelaskan alasannya.
2. Tuliskan reaksi-reaksi yang terjadi pada percobaan “kestabilan kromat-dikromat”.

ALAT PELINDUNG DIRI:


Gunakan jas lab atau baju lengan panjang, sepatu tertutup, dan kaus kaki.

7
MODUL KE- : 4
JUDUL : MEMBUAT INDIKATOR pH MENGGUNAKAN KOL MERAH
TUJUAN :
Mengidentifikasi perubahan warna indikator kol merah pada berbagai pH

PRINSIP PERCOBAAN:
Indikator pH merupakan senyawa yang memiliki perbedaan yang nyata pada kondisi asam
dan basa, misalnya terdapat perbedaan warna yang dapat diamati dengan jelas. Kol merah dapat
bertindak sebagai indikator pH alami yang memiliki beberapa trayek pH. Pada percobaan ini,
mahasiswa akan membuat indikator pH alami dari kol merah dan mengamati perubahan warnanya
dalam kondisi asam, netral, maupun basa.

Dasar Teori
Idikator universal adalah indikator pH berisi larutan dari beberapa senyawa yang menunjukkan
beberapa perubahan warna yang halus pada rentang pH 1 – 14 untuk menunjukkan keasaman atau
kebasaan larutan. Meskipun secara komersial tersedia beberapa indikator universal, sebagian besar
variasi formula dipatenkan oleh Yamada pada tahun 1933. Suatu indikator universal biasanya terdiri
dari air, 1-propanol, garam natrium fenoftalein, natrium hidroksida, metil merah, garam natrium
bromotimol biru, dan garam mononatrium timol biru. Warna-warna yang menandakan pH larutan,
setelah ditambahkan indikator universal adalah:
Rentang pH Keterangan Warna
<3 Asam kuat Merah
3–6 Asam lemah Jingga/kuning
7 Netral Hijau
8 – 11 Basa lemah Biru
>11 Basa kuat Ungu/violet

ALAT & BAHAN:


1 Pemanas air
1 Rak tabung
Beberapa tabung reaksi
Beberapa pipet tetes
Larutan berbagai pH (dapat mengambil cuplikan dari larutan yang digunakan sehari-hari)

8
CARA KERJA:
1. Tempatkan sejumlah air dalam pemanas. Masukan tiga hingga empat potongan kol merah
ke dalam air.
2. Panaskan hingga air mendidih. Amati perubahan warna yang terjadi.
3. Tiriskan air rebusan kol merah. Tempatkan larutan-larutan yang akan diuji dalam tabung
reaksi, beri label yang sesuai.
4. Tambahkan beberapa tetes indikator kol merah ke dalam masing-masing tabung. Catat
perubahan warna yang teramati.

PERTANYAAN:
1. Tentukan kisaran trayek pH indikator kol merah, berikut perubahan warnanya!
2. Sebutkan indikator pH yang anda ketahui

ALAT PELINDUNG DIRI


Gunakan jas lab atau baju lengan panjang, sepatu tertutup, dan kaus kaki.

9
MODUL KE- :5
JUDUL : REAKSI TIMBAL (II) ASETAT DENGAN KALIUM IODIDA
TUJUAN :
1. Mengidentifikasi produk hasil reaksi Timbal (II) asetat dengan Kalium iodida
2. Mengamati perubahan massa pada reaksi Timbal (II) asetat dengan Kalium iodida

PRINSIP PERCOBAAN:
Reaksi kimia merupakan reaksi perubahan suatu reaktan menghasilkan zat baru (produk). Pada
proses tersebut, terjadi interaksi antara senyawa atau unsur kimia yang melibatkan perubahan
struktur akibat adanya pemutusan dan pembentukan ikatan kimia. Pada beberapa reaksi, perubahan
yang terjadi dapat teramati melalui perubahan sifat fisikanya; seperti adanya perubahan warna,
perubahan fasa (terbentuk endapan atau gas), ataupun perubahan suhu sebagai akibat dari
penerimaan atau pelepasan energi.

Dasar Teori
Antoine Laurent Lavoisier (1743-1794) melakukan percobaan dengan memanaskan merkuri oksida,
sehingga menghasilkan logam merkuri dan gas oksigen. Selanjutnya direaksikan kembali dan
terbentuklah merkuri oksida lagi. Hal ini menunjukkan bahwa massa gas oksigen yang dihasilkan
pada pembakaran merkuri oksida sama dengan massa oksigen yang diperlukan untuk mengubah
logam merkuri menjadi merkuri oksida. Lavoisier menyimpulkan bahwa massa zat sebelum reaksi
sama dengan massa zat sesudah reaksi, pernyataan ini dikenal sebagai hukum Kekekalan Massa.

ALAT & BAHAN :


Neraca analitik (ketelitian dua desimal)
1 gelas piala 250 mL
1 tabung reaksi berisi larutan KI
1 tabung reaksi berisi larutan Pb(CH3COO)2
2 cawan petri
2 sudip
1 botol semprot berisi aquades
Padatan KI
Padatan Pb(CH3COO)2

10
CARA KERJA:
Reaksi KI dengan Pb(CH3COO)2
1. Tempatkan sejumlah aquades dalam cawan petri.
2. Dengan menggunakan sudip, ambil sedikit padatan Pb(CH3COO)2 dan tempatkan pada cawan
petri.
3. Pada bagian cawan petri yang berseberangan, taruh sedikit padatan KI menggunakan sudip.
4. Amati perubahan yang terjadi.

Hukum Kekekalan Massa


1. Tempatkan gelas piala 250 mL di atas neraca. Catat massanya (W0).
2. Timbang kedua tabung reaksi yang berisi larutan KI dan larutan Pb(CH3COO)2. Catat
massanya (W1).
3. Campurkan kedua tabung dengan hati-hati. Pastikan semua reagen telah bereaksi.
4. Timbang kembali kedua tabung reaksi tersebut. Catat massanya (W2).
5. Bandingkan massa sebelum (W1 - W0) dan massa setelah reaksi (W2 - W0).

PERTANYAAN:
1. Tuliskan reaksi antara KI dengan Pb(CH3COO)2, lengkap dengan fasa dan perubahan yang
teramati!
2. Mengapa kristal KI dan Pb(CH3COO)2 yang diletakkan berseberangan dapat bereaksi
menghasilkan endapan PbI2?
3. Jelaskan apakah reaksi tersebut memenuhi Hukum Kekekalan Massa!

ALAT PELINDUNG DIRI:


Gunakan jas lab atau baju lengan panjang, sepatu tertutup, dan kaus kaki. Cuci tangan Anda setelah
kontak dengan Pb.

11
MODUL KE- :6
JUDUL : REAKSI AUTOREDOKS HIDROGEN PEROKSIDA
TUJUAN :
Mengidentifikasi perubahan yang terjadi pada reaksi autoredoks Hidrogen peroksida

PRINSIP PERCOBAAN:
Suatu reaksi disebut sebagai reaksi autoredoks jika terdapat spesi yang mengalami reduksi dan
oksidasi sekaligus. Hidrogen peroksida dapat mengalami reaksi autoredoks dengan bantuan Kalium
iodida: KI
H2O2 (aq)  H2O (l)+ O2 (g)

Penambahan KI membuat reaksi penguraian Hidrogen peroksida berlangsung cepat, membentuk air
dan oksigen. Walaupun tidak dituliskan langsung dalam reaksi, sebagian ion iodida (I-) dari KI juga
dapat mengalami oksidasi menjadi iodin (I2), ditandai dengan adanya warna kuning khas iodin.

Dasar Teori
Hidrogen peroksida dengan rumus kimia H2O2 merupakan bahan kimia anorganik yang memiliki sifat
oksidator kuat, tidak berwarna dan memiliki bau yang khas agak keasaman, larut dengan sangat
baikdalam air. Dalam kondisi normal hidrogen peroksida sangat stabil dengan laju peruraian sangat
rendah. Salah satu keunggulan hidrogen peroksida dibandingkan dengan oksidator yang lain adalah
sifatnya ramah lingkungan, tidak meninggalkan residu, kekuatan oksidatornya pun dapat diatur
sesuai kebutuhan.
Reaksi hidrogen peroksida dengan kalium iodida dalam suasana asam akan membebaskan iodida
yang berasal dari kalium iodida. Kecepatan reaksi ini bergantung sangant bergantung kepada
peroksida, kalium, iodida dan asamnya. Bila reaksi ini merupakan reaksi irreversibel yang akan
merubah iodium bebas menjadi asam iodida kembali, kecepatan reaksi yang terjadi besarnya sama
seperti pada pembentukannya, sampai konsentrasi terakhir tidak berubah.

ALAT & BAHAN :


1 Gelas ukur 50 mL
1 Tabung reaksi
1 Pipet tetes
1 Baskom/ nampan/ wadah lainnya
Larutan H2O2 30%
Larutan KI jenuh
12
Cairan pencuci piring

CARA KERJA:
1. Tuangkan 10 mL larutan H2O2 30% dan 5 mL sabun cuci piring ke dalam gelas ukur.
2. Tempatkan gelas ukur di wadah.
3. Tambahkan beberapa tetes KI jenuh ke dalam gelas ukur. Setelah menambahkan KI, segera
mundur agar posisi Anda tidak terlalu dekat dengan gelas ukur. Jangan sampai Anda
terkena busa panas yang dihasilkan oleh reaksi.
4. Amati perubahan yang terjadi.

PERTANYAAN:
1. Tuliskan reaksi autoredoks H2O2, lengkap dengan perubahan bilangan oksidasinya!
2. Apakah fungsi cairan pencuci piring dalam percobaan ini?

ALAT PELINDUNG DIRI:


Gunakan jas lab atau baju lengan panjang, sarung tangan, sepatu tertutup, dan kaus kaki. Pastikan
ventilasi ruangan terbuka.

13
MODUL KE- :7
JUDUL : KESETIMBANGAN BESI (III) TIOSIANAT
TUJUAN :
1. Mengidentifikasi pergeseran kesetimbangan pada reaksi antara besi (III) dan kalium tiosianat
2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh pada reaksi kesetimbangan kompleks
Kobalt (II) klorida

PRINSIP PERCOBAAN:
Secara termodinamika, reaksi terbagi menjadi reaksi spontan (ΔG < 0), reaksi tak spontan (ΔG > 0),
dan reaksi kesetimbangan (ΔG = 0). Kesetimbangan merupakan suatu keadaan saat laju
pembentukan produk sama besar dengan laju penguraiannya. Pada keadaan setimbang, secara
makroskopik reaksi berlangsung tetap tanpa adanya perubahan yang nyata. Akan tetapi, secara
molekuler/mikroskopik reaksi masih berlangsung terus-menerus ke kedua arah. Berdasarkan prinsip
Le Chatelier, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kesetimbangan; antara lain konsentrasi
pereaksi dan produk, suhu, dan tekanan.

Dasar Teori
Reaksi kimia dalam keadaan setimbang yaitu kecepatan reaksi ke kanan sama dengan kecepatan
reaksi ke kiri, jadi merupakan kesetimbangan dinamis, reaksi tidak akan berhenti, tetapi reaksi
dianggap berhenti pada saat kesetimbangan. Untuk reaksi sempurna, kesetimbangan sangat berat di
sebelah kanan. Untuk reaksi yang tidak berjalan, kesetimbangan sangat berat ke sebelah kiri.
Pada umumnya reaksi kimia berlangsung secara reversibel (dapat balik), ketika reaksi baru mulai,
proses reversible hanya berlangsung ke arah pembentukan produk, setelah itu proses sebaliknya
yaitu pembentukan reaktan dari molekul produk mulai berlangsung. Kesetimbangan kimia tercapai
bila kecepatan reaksi ke kanan telah sama dengan kecepatan reaksi ke kiri dan konsentrasi reaktan
maupun produk tidak berubah lagi.

ALAT & BAHAN :


4 buah tabung reaksi
2 buah gelas ukur 10 mL
Rak tabung
3 Pipet tetes
1 Sudip
1 Kaca arloji
14
Botol semprot berisi aquades
Larutan Fe3+ (FeCl3) 0,2 M = 0,0178 g /10 mL = 1,0 x 103 ppm = 0,02M
Larutan KSCN 0,2 M = 0,02 M = 0,0194 g / 10 mL = 1,0 x 103 ppm
Padatan NaH2PO4
Silika gel

CARA KERJA:
Kesetimbangan Besi (III) Tiosianat
1. KSCN ditimbang sebanyak 0,0194 g, kemudian dilarutkan dalam 10 mL aquades.
2. FeCl3 ditimbang sebanyak 0,0178 g, kemudian dilarutkan dalam 10 mL aquades
3. Tempatkan 5 mL larutan Fe3+ 0,02 M dalam tabung reaksi. Tambahkan 5 mL larutan KSCN
0,02 M. Amati perubahan yang terjadi.
4. Bagi larutan tersebut ke dalam empat tabung reaksi. Tabung reaksi pertama akan digunakan
sebagai pembanding.
5. Pada tabung reaksi kedua, tambahkan tiga tetes larutan Fe3+ 0,2 M. Amati perubahan yang
terjadi dan bandingkan dengan tabung pertama.
6. Pada tabung reaksi ketiga, tambahkan tiga tetes larutan KSCN 0,2 M. Amati perubahan yang
terjadi dan bandingkan dengan tabung pertama.
7. Pada tabung reaksi keempat, tambahkan sedikit (seujung sendok) padatan NaH2PO4. Amati
perubahan yang terjadi dan bandingkan dengan tabung pertama.

Kesetimbangan Kompleks Kobalt (II) klorida


Kompleks kobalt (II) klorida digunakan sebagai indikator kejenuhan silika gel karena ion Co2+
mengalami perubahan warna saat mengikat molekul air. Reaksi yang terjadi:
CoCl42- (biru) + 6 H2O CoCl2.6H2O (merah muda) + 2 Cl- + Energi

1. Siapkan butiran silica gel yang menggunakan pewarna kompleks kobalt (II) klorida. Panaskan
silica gel dalam oven selama lebih kurang 3 jam. (TAHAPAN INI TIDAK DILAKUKAN OLEH
MAHASISWA)
2. Pada kaca arloji, tempatkan beberapa butir silica gel yang telah dipanaskan. Teteskan
aquades dan amati perubahan yang terjadi! Teteskan juga larutan NaCl, amati perubahan
yang terjadi!

15
PERTANYAAN:
1. Tentukan arah pergeseran kesetimbangan pada tabung kedua, ketiga, dan keempat, serta
faktor penyebab pergeseran kesetimbangan tersebut!
2. Jelaskan efek pemanasan, penambahan aquades, dan penambahan NaCl terhadap
kesetimbangan kompleks Kobalt (II) klorida!

ALAT PELINDUNG DIRI:


Gunakan jas lab atau baju lengan panjang, sepatu tertutup, dan kaus kaki. Cuci tangan setelah
kontak dengan kobalt.

16
MODUL KE- :8
JUDUL : REAKTIVITAS ALUMUNIUM
TUJUAN :
Menguji reaktivitas alumunium pada saat direaksikan dengan larutan Tembaga (II) sulfat.

PRINSIP PERCOBAAN:
Berdasarkan Deret Volta, alumunium tergolong logam yang reaktif. Akan tetapi, alumunium
di alam umumnya tidak menunjukkan “sifat kereaktifan aslinya”. Logam alumunium tidak bereaksi
hebat dengan air serta relatif lebih tahan terhadap korosi. Fenomena tersebut disebabkan adanya
lapisan oksida yang melindungi alumunium. Saat logam alumunium ditempatkan di atmosfir,
terbentuk lapisan oksida tipis (di permukaan alumunium) yang menghalangi kontak langsung dengan
logam. Kereaktifan alumunium akan meningkat drastis saat lapisan oksida di permukaannya
terganggu. Logam alumunium yang reaktif dapat mendesak logam-logam lain yang kurang reaktif
(misalnya tembaga) dari larutannya.

Dasar Teori
Aluminium merupakan unsur yang sangat reaktif dan reduktor yang baik. Logam ini sabagai agen
pereduksi yang baik, maka sering digunakan dalam produksi logam-logam tertentu untuk
mendapatkan logam bebas. Sifat reduktor yang baik dapayt dilihat dalam Deret Volta, dapat
mereduksi logam-logam yang ada disebelah kanannya.
Deret Volta berikut ini: Li-K-Ba-Ca-Na-Mg-Al- Mn-Zn-Cr-Fe-Cd-Co-Ni-Sn-Pb-H-Sb-Bi-Cu-Hg-Ag-Pt-Au

ALAT & BAHAN :


3 Labu erlenmeyer 100 mL
1 Gelas ukur 50 mL
1 Sudip
3 lembar alumunium foil 2 x 2 cm
Larutan CuSO4 0,1 M (Mr = 159,5 g/mol)
Padatan NaCl
Padatan NaH2PO4

CARA KERJA:
1. Tempatkan kira-kira 15 mL larutan CuSO4 0,1 M dalam labu erlenmeyer.

17
2. Tambahkan potongan alumunium foil ke dalam labu erlenmeyer. Amati perubahan yang
terjadi.
3. Tambahkan sejumlah padatan NaCl menggunakan sudip. Aduk hingga NaCl melarut.
4. Jika tidak teramati perubahan, tambahkan lagi padatan NaCl ke dalam labu erlenmeyer.
5. Amati perubahan yang terjadi (Terbentuk gelembung, perubahan warna, perubahan suhu,
adanya tembaga, dan sebagainya)!
6. Cara kerja no 3 dapat diulang dengan menggunakan NaH2PO4 serbuk

PERTANYAAN:
1. Tuliskan reaksi yang terjadi antara logam alumunium dengan larutan Tembaga (II) sulfat,
lengkap dengan fasa dan perubahan yang teramati!
2. Jelaskan efek penambahan garam dalam percobaan ini?

ALAT PELINDUNG DIRI:


Gunakan jas lab atau baju lengan panjang, sepatu tertutup, dan kaus kaki.

18
MODUL ke- :9
JUDUL : KINETIKA REAKSI KIMIA LOGAM Mg ATAU Zn DENGAN LARUTAN HCl
TUJUAN :
Menentukan orde reaksi logam Mg, atau logam Zn dengan larutan HCl.

PRINSIP :
Melalui pengkajian kinetika kimia, kita dapat menentukan tiap tahap reaksi individu yang
terlihat dalam pengubahan pereaksi menjadi produk. Sekali mekanisme dari suatu reaksi diketahui,
dapat dimungkinkan untuk mengubah kondisi reaksi untuk meningkatkan atau mengurangi laju
pembentukan gelembung dan sendimen dari produk yang diinginkan.
Salah satu cara untuk mempelajari suatu mekanisme reaksi adalah dengan menetapkan orde
reaksi. Jika orde reaksi sudah diketahui, maka kita dapat memilih mekanisme mana yang sangat
mungkin dan mekanisme reaski mana yang kurang mungkin. Reaksi antara logam Mg atau Zn dengan
larutan HCl pada beberapa macam konsentrasi akan memberikan proses reaksi dalam waktu yang
tidak sama, maka orde reaksi dapat ditentukan setelah dibuat grafik waktu reaksi (detik) terhadap
konsentrasi (mol/L).

Dasar Teori
Dalam sistem tertutup, laju reaksi kimia didefinisikan secara sederhana sebagai laju perubahan
konsentrasi reaktan atau produk dalam satuan waktu. Konsentrasi diberikan dalam jumlah unit
tertentu tiap satuan volume, misal mol perliter atau milimol permililiter. Dalam penerapannya, jika
laju reaksi tersebut sebanding dengan konsentrasi dua reaktan A dan B, sehingga rumusnya:
V = k [A][B]
Koefisien k disebut konstanta laju yang tidak bergantung pada konsentrasi (tetapi bergantung
temperatur). Lain halnya dengan orde dari suatu reaksi kimia. Orde reaksi nilainya ditentukan secara
percobaan dan tidak dapat diturunkan secara teori walaupun stokiometrinya sudah diketahui.

Alat dan Bahan:


- Tabung reaksi 6 buah - HCl 4N atau 2 N
- Gelas ukur 2 buah 10 mL - Sink (Zn) serbuk
- Pipet mohr 5 mL - aquades
- Kaca arloji 3 buah - Magnesium (Mg) serbuk
- Sudip 2 buah - Stopwatch
- Bulb 1 buah -

19
- Gelas piala 500 mL dan 250 mL
- Neraca timbang
- Labu semprot

Cara Kerja:
1. Buat larutan HCl 0,0N, 0,75N, 1,25N, 1,50N, 1,75N dan 2,0N dari HCl 4N atau 2N sebanyak
volume 10 mL
1. Timbangkan serbuk Mg atau serbuk Zn sebanyak 0,1 g disiapkan masing-masing 6x
2. Campurkan serbuk Mg ke dalam larutan HCl, ukurlah waktu gelembung udara dengan
stopwatch. Ketika memasukkan serbuk Mg, “on” kan stopwatch sampai gelembung udara habis
3. Catat waktu mulai pembentukan gelembung udara sampai selesai
4. Buat grafik (konsentrasi HCl) terhadap 1/t dan (konsentrasi HC terhadap 1/t2 dimulai dari
konsentrasi 0,4N, menggunakan kertas milimeter. Konsentrasi 0,0N digunakan sebagai bahan
pembahasan
5. Buat persamaan regresi linier.
6. Tetapkan orde reaksi HCl dengan serbuk Mg dan serbuk Zn tersebut dengan cara menghitung
koefisien korelasi (r) = 0,9999 atau regresi linier (R2) = 0,9999

Contoh
Hasil dan Analisis Hasil Pengamatan
Konsentrasi (N) t (detik) 1/t (M)2 1/t2 Pengamatan

Pertanyaan:
1. Tuliskan rumus laju reaksi orde 1
2. Tuliskan rumus laju reaksi orde 2
3. Tuliskan satuan konstanta laju reaksi (k) orde 1 dan orde 2

20
MODUL KE- : 10
JUDUL : KONDUKTIVITAS LISTRIK LOGAM PADA SUATU RANGKAIAN LISTRIK
TUJUAN :
Mengamati daya hantar listrik pasangan logam, yang tercelup dalam larutan elektrolit, pada suatu
rangkaian listrik.

PRINSIP PERCOBAAN:
Sifat elektrolit suatu larutan merupakan kemampuannya untuk menghantarkan listrik. Pada suatu
rangkaian listrik sederhana, ion-ion dari larutan elektrolit dapat menghantarkan listrik yang besarnya
dapat terbaca pada alat pengukurnya. Pada percobaan ini, berbagai kombinasi logam akan
dicelupkan ke dalam suatu larutan elektrolit. Kombinasi logam tersebut akan bertindak sebagai
kutub positif dan kutub negatif dalam rangkaian listrik, dan besarnya daya hantar listrik dapat
diukur.

Dasar Teori
Konduktivitas listrik adalah ukuran kemampuan suatu bahan untuk menghantarkan arus listrik. Jika
suatu beda potensial listrik ditempatkan pada ujung-ujung sebuah konduktor, muatan-muatan
bergeraknya akan berpindah menghasilkan listrik. Konduktivitas dinyatakan dalam mho () menurut
buku-buku Amerika, sedangkan menurut buku-buku Eropa, dinyatakan dalam siemen.

ALAT & BAHAN :


1 Gelas piala 250 mL dan 100 mL (2 buah)
Galvanometer atau voltmeter
2 untai kabel dengan penjepit (crocodile clips)
Larutan NaCl 0,1 M (5,85 g/L atau 0,585 g/100 mL) dan 0,01 M (0,0585 g/100mL)
Labu semprot dan aquadest, kaca arloji, sudip, timbangan
Potongan logam: paku besi, lempeng seng, kawat tembaga, pita magnesium
(mahasiswa dapat membawa beberapa potongan logam yang disebutkan)

CARA KERJA: V

1. Timbangkan garam NaCl 0,585 g, larutkan dalam 100 mL aq


2. Timbangkan garam NaCl 0,058 g, larutkan dalam 100 mL aq
3. Tuangkan larutan NaCl 0,1 M ke gelas piala, juga 0,01M

21
4. Rangkai peralatan seperti pada gambar.
5. Cobalah beberapa kombinasi logam (contoh: sink dengan tembaga, tembaga dengan besi,
besi dengan magnesium, dll.), dan catat nilai yang ditunjukkan oleh galvanometer atau
voltmeter.
6. Timbangkan masing-masing pasangan kombinasi logam sebelum dan sesudah elektrolisis
7. Baca potensial listrik atau daya hantar listrik selama 60 detik.

PERTANYAAN:
1. Buatlah reaksi oksidasi-reduksinya
2. Tentukan logam mana yang bertindak sebagai kutub positif dan kutub negatif, dari masing-
masing kombinasi logam yang Anda lakukan!
3. Urutkan logam-logam tersebut berdasarkan reaktivitasnya!
4. Berapa masing-masing bobot dari anoda yang hilang?

ALAT PELINDUNG DIRI:


Gunakan jas lab atau baju lengan panjang, sepatu tertutup, dan kaus kaki.

DATA DAN PENGAMATAN


NaOH yang ditimbang …….g untuk 0.1M dan …….g untuk 0.01M
NaOH 0.1M Sebelum & Sesudah Potensial (V) Pengamatan
C1 ……g & …..g Fe …..g
C2 ……g & ….. g Al
C3 ……g & ……g Cu
NaOH 0.01
C1
C2
C3

22
MODUL KE- : 11
JUDUL : PEMURNIAN DAN PEMISAHAN
TUJUAN :
Untuk mengetahui proses pemisahan dan pemurnian dengan cara dekantasi, filtrasi dan
kristalisasi.

PRINSIP PERCOBAAN:
Dekantasi adalah sebuah proses yang dilakukan untuk memisahkan campuran larutan dan
padatan dengan cara menuangkan larutan tersebut secara perlahan sehingga endapannya tertinggal
dibagian dasar bejana.
Filtrasi disebut juga penyaringan, adalah pembersihan partikel padat dari suatu fluida
dengan cara melewatkannya pada medium penyaringan atau septum, yang di atasnya terdapat
padatan akan terendapkan, tertinggal pada medium penyaringan.
Kristalisasi adalah teknik pemisahan kimia antara bahan padat dan cair, proses perpindahan
massa (mass transfer) dari zat terlarut (solute) dari zat pelarutnya (solven) dalam suatu larutan ke
fasa krsital padat.

ALAT & BAHAN :


1. Alat
1). Gelas kimia
2). Tabung reaksi
3). Bunsen
4). Kawat kasa
5). Corong
6). Sendok
2. Bahan
1). Serbuk kapur
2). Garam dapur
3). Aquades
4). Kertas saring
5). Tisu

23
6). Korek
4
CARA KERJA:
a. Dekantasi
1) Menyiapkan alat dan bahan.
2) Menuangkan aquades ke dalam gelas kimia sebanya 25 ml.
3) Memasukkan 2 sendok bubuk kapur ke dalam gelas kimia yang berisi aquades 25 ml,
kemudian mengaduknya.
4) Menuangkan sebagian larutan itu sebanyak 5 ml ke dalam tabung reaksi dan
mendiamkan selama beberapa menit sampai terlihat endapan kapur.
5) Memisahkan larutan itu dengan cara menuangkan langsung ke dalam gelas kimia kosong
6) Mencatat hasil pengamatan.
b. Filtrasi
1) Menyiapakan alat dan bahan
2) Memasukkan 2 sendok bubuk kapur ke dalam gelas kimia yang berisi aquades 25 ml,
kemudian mengaduknya
3) Memisahkan larutan tersebut dengan cara disaring dengan kertas saring dan disaring pada
gelas kimia yang kosong.
4) Mencatat hasil pengamatan

c. Kristalisasi
1) Menyiapkan alat dan bahan
2) Memasukkan garam dapur dengan aquades sedikit mungkin kemudian mengaduknya sampai
garamnya larut
3) Menuangkan sebagian larutan ke dalam gelas kimia kemudian memanaskannya sampai
larutan mendidih menjadi garam
4) Mencatat hasil pengamatan

PERTANYAAN:
1. Jelaskan bagaimana proses terjadinya dekantasi!
2. Jelaskan bagaimana proses terjadinya filtrasi!
3. Jelaskan bagaimana proses terjadinya kristalisasi

24
ALAT PELINDUNG DIRI:
Gunakan jas lab atau baju lengan panjang, sepatu tertutup, dan kaus kaki.

25
5. Hasil Pengamatan
a. Gambar
1) Dekantasi
3 keterangan :
2
1. Tabung reaksi
1
2. Aquades
3. Kapur

Gambar dekantasi
2) Filtrasi
1 Keterangan :
3
1) Kertas saring
4
2 2) Corong
3) Gelas kimia
4) Hasil filtrasi ( penyaringan )

Gambar filtrasi

3) Kristalisasi
1 Keterangan :
2 1) Gelas kimia
3
2) Hasil kristalisasi
3) Kawat kasa
4) Kaki tiga
5 5) Bunsen
4
Gambar kristalisasi

26
DAFTAR PUSTAKA

1. Ebbing Darrel D. 1987, General Chemistry, 2nd, Houghton Mifflin Company, Boston, New Jersey
2. Meloan Clifton E, 1996, Chemical Separations Principles, Techniques, and Experiments, A Wiley-
Interscience Publication John Wiley &Sons, Inc New York, Kansas State Unversity, Manhatan
3. Petrucci Ralph H., dan Robert K. Wismer, 1987, General Chemistry With Qualitative Analysis, 2nd,
McMillan Puslishing Company, New York

27

Anda mungkin juga menyukai