Anda di halaman 1dari 2

ABSTRAK

Pesatnya perkembangan konsumsi energi listrik yang mencapai 9,2% per


tahun menuntut setiap pembangkit listrik untuk selalu mengupayakan perbaikan
berkelanjutan yang konsisten dan berkesinambungan. PLTA Maninjau merupakan
salah satu aset sumber daya strategis dalam memenuhi pasokan energi listrik
terutama di Sumatera bagian selatan. Manajemen risiko adalah salah satu aspek
penting yang harus dipertimbangkan dalam usaha untuk mencapai perbaikan
berkelanjutan yang konsisten dan berkesinambungan. Pengelolaan manajemen
risiko pada PLTA Maninjau berlangsung tanpa adanya standar pengukuran yang
baku. Standar pengukuran manajemen risiko sangat penting dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana perkembangan implementasi manajemen risiko yang
berlangsung, serta sebagai panduan proyeksi perencanaan jangka panjang
manajemen risiko pada perusahaan.
Standar pengukuran yang dapat digunakan dalam mengukur tingkat
kematangan implementasi manajemen risiko adalah dengan menentukan degree of
maturity level (derajat level kematangan). Pengukuran tingkat kematangan
implementasi manajemen risiko pada PLTA Maninjau, dalam penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan pendekatan kerangka kerja Risk and Insurance
Management Society (RIMS) for Enterprise Risk Management (ERM) yang
mengelompokkan level kematangan ini kedalam lima level yaitu Ad hoc, initial,
repetable, managed, and leadership level. Pengukuran level kematangan
implementasi manajemen risiko pada PLTA Maninjau dilakukan terhadap nilai
realisasi dan nilai harapan. Nilai realisasi akan diuraikan dalam analisis
pengembangan untuk mendapatkan gambaran kondisi aktual tingkat kematangan
implementasi manajemen risiko yang berlangsung saat ini pada perusahaan,
sedangkan nilai harapan digunakan sebagai dasar untuk merancang bagan evaluasi
implementasi manajemen risiko pada perusahaan.
Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan, ditemukan bahwa realisasi
implementasi manajemen risiko pada PLTA Maninjau berada pada level ketiga
(repeatable) yang menunjukkan bahwa aktifitas manajemen risiko yang berlangsung
saat ini telah dilakukan dengan kebiasaan yang sudah mulai terpola dan reaktif
terhadap lingkungan organisasi maupun fungsional, serta sudah memulai untuk
melaksanakan setiap aktifitas manajemen risiko dengan konsisten namun belum
dijelaskan dalam prosedur formal secara keseluruhan. Sedangkan nilai harapan
implementasi ditemukan berada pada level tertinggi (leadership), yang menunjukkan
bahwa pelaku manajemen risiko pada PLTA Maninjau sangat menginginkan aktifitas
manajemen risiko menjadi bagian dari budaya organisasi yang dilakukan secara
berkesinambungan pada setiap lini organisasi, serta manajemen risiko terintegrasi
secara terkomputerisasi dan terotomasi sehingga memudahkan dalam aktifitas
pengontrolan dan pengambilan kebijakan yang tepat. Berdasarkan nilai harapan
tersebut juga dapat dirancang bagan evaluasi implementasi manajemen risiko yang
dikembangkan dari 15 indikator risiko kunci, yang dapat digunakan sebagai bahan
evaluasi tingkat kematangan implementasi manajemen risiko pada PLTA Maninjau.

Kata Kunci: Manajemen Risiko, RIMS for ERM, KRI


ABSTRACT

The rapid development of the electrical energy consumption of 9.2% per year
requires every power plant to always seek continuous and consistent improvement.
Maninjau hydropower is one of strategic assets resources to supply electrical
energy, especially in Southern Sumatera. Risk management is an important aspect
that should be considered in efforts to achieve continuous and consistent
improvement. Risk management in Maninjau hydropower take place without
measurement standards. Measurement standards of risk management is very
important to know the extent to which the development of the ongoing
implementation of risk management, as well as projections of long-term planning
guide risk management in the company.
Measurement standards that can be used in measuring the maturity level of
implementation of risk management is to determine the degree of maturity level.
Measuring degree of maturity level of risk management implementation in Maninjau
hydropower, in this case was conducted using Risk and Insurance Management
Society (RIMS) for Enterprise Risk Management (ERM) approach, that classify the
maturity level into five levels: Ad hoc, initial, repeatable, managed, and leadership.
Measurement maturity level of risk management implementation in Maninjau
Hydropower were made of realizable value and value expectations. Realization value
will be described in development analysis to get overview of the actual conditions of
existing condition implementation of risk management, while the expected value is
used as the basis for designing evaluation chart implementation of risk management
in the company.
Based on the results of the measurements made, it was found that the actual
implementation of risk management in Maninjau hydropower located on the third
level (repeatable) which showed that the risk management activities of the present
day has been done with the habit that has begun and reactive to environmental
patterned organization and functional, and is begin to implement any risk
management activities with a consistent but not yet described in the formal
procedure as a whole. While the implementation of the expectation value is found to
be at the highest level (leadership), which indicates that the perpetrators of the risk
management activities of Maninjau hydropower wanted to be part of a risk
management culture of the organization that carried out continuously on each line of
the organization, as well as risk management is integrated as computerized and
automated so that is easier to control and making appropriate policy. Based on the
expected value it can also be designed evaluation chart developed risk management
implementation of 15 key risk indicators, which can be used as an evaluation of the
implementation of risk management maturity levels in Maninjau hydropower.

Keywords: Risk Management, RIMS for ERM, KRI

Anda mungkin juga menyukai