Anda di halaman 1dari 10

Bab Fa’il

(Oleh : Muhammad Ridwan Ma’mun)


a) Pengertian

‫هو االسم ممر اع و اعذكور قبله عل او ما يف أتويل الفعل وهو على قسم م ن ظاه‬: ‫الفاعل‬
‫ومض‬
“Fail adalah isim marfu’ (yang dibaca rofa’) yang sebelumnya disebutkan fi’il
atau lafadz yang mengandung ta’wil dari fi’il (isim fa’il, sifat musyabihat,
mashdar, atau isim yang bisa beramal seperti fi’il), fa’il dibagi menjadi 2 yaitu
fa’il isim dhahir dan fa’il isim dhamir.

Atau dengan definisi lain :


‫يدل على من عل الفعل أو اتّصف به‬
ّ ‫اسر م و يقع بعد عل مبين لل علوم َو‬
“isim yang dibaca rofa’ yang terletak setelah fi’il mabni ma’lum (kata kerja aktif)
dan menunjukkan atas orang ( pelaku) yang melakukan perbuatan atau yang
tersifati oleh fi’il tersebut.”
Contoh :

‫َحَد‬
ْ ‫قَ َام أ‬
“Ahmad berdiri”
‫َحَ َد‬
ْ ‫ا ْحَ َو ْجه أ‬
“Wajah Ahmad menjadi merah”
Dalam contoh pertama kata (‫َحَد‬
ْ ‫ )أ‬menjadi fa’il karena Ahmad sebagai pelaku
dari kata (‫ام‬
َ َ‫)ق‬. Pada contoh kedua “wajah Ahmad” menjadi fa’il karena secara
makna menjadi kata yang mendapatkan sifat dari fi’il “menjadi merah”.
b) Pembagian
Fa’il berdasarkan Jenisnya dibagi menjadi 2 :
1. Fail Isim Dhahir
} ‫ال َرجالَن }{ َو َجاء الْ َع ّذرو َن‬ َ َ‫الل }{ق‬ّ ‫ال‬ َ َ‫ {إ ْذ ق‬:‫الظاه حنو‬
} ‫ال أَبوه ْر‬
َ َ‫ن}{ َويمَ ْوَمئذ يمَ ْفَح الْ ْؤمنو َن}{ ق‬ َ َ‫ب الْ َعال‬
ّ َ‫{يمَ ْوَم يمَقوم الناس ل‬
Adapun Fa’il isim dhahir seperti contoh :
۟‫ين َك َف وا‬
َ ‫ك إ ََل َومطَ ّه َك م َن ٱلذ‬
َ ‫يك َوَرا ع‬
َ ّ‫يس َٰٰٓى إ ّّن متَم َو‬
َ ‫ال ٱلل يََٰع‬
َ َ‫إ ْذ ق‬
“(Ingatlah) ketika Allah berfirman : Hai Isa, sesungguhnya Aku akan
mewafatkanmu dan mengangkatmu kepadaKu, serta mensucikanmu dari
orang-orang kafir” (Ali Imran : 55)

َ َ‫ين ََيَا و َن أَنْم َع َر ٱلل َعلَْيه َ ا ْٱدخلوا َعلَْيهر ٱلْب‬


‫اب َإ َذا َد َخ ْلت وه َإنك ْر‬ َ ‫ال َرج َالن م َن ٱلذ‬ َ َ‫ق‬
‫ن‬َ ‫ََٰغلبو َن ۚ َو َعلَى ٱلل َمتَم َوكلٰٓوا إن كنتر ُّم ْؤمن‬
Berkatalah dua orang diantara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang
Allah telah memberi nikmat atas keduanya: "Serbulah mereka dengan
melalui pintu gerbang (kota) itu, maka bila kamu memasukinya niscaya
kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu
bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman". (Al Maidah : 23)
‫ين‬
َ ‫ين َك َذبوا ٱللَ َوَرسولَهۥ ۚ َسيصيب ٱلذ‬
َ ‫َو َجآٰءَ ٱلْ َع ّذرو َن م َن ْٱْل َْعَاب ليم ْؤ َذ َن ََل ْر َوقَم َع َد ٱلذ‬
‫اب أَل ٌير‬
ٌ ‫َك َف وا مْنمه ْر َع َذ‬
Dan datang (kepada Nabi) orang-orang yang mengemukakan 'udzur, yaitu
orang-orang Arab Badui agar diberi izin bagi mereka (untuk tidak berjihad),
sedang orang-orang yang mendustakan Allah dan Rasul-Nya, duduk
berdiam diri saja. Kelak orang-orang yang kafir di antara mereka itu akan
ditimpa azab yang pedih. (At Taubah : 90)
‫ن‬
َ َ‫ب ٱلْ ََٰعل‬
ّ َ‫يمَ ْوَم يمَقوم ٱلناس ل‬
(yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam?
(Al Muthaffifin : 6)
‫ن ۗ لل ْٱْل َْم من قَمْبل َوم ۢن بمَ ْعد ۚ َويمَ ْوَمئذ يمَ ْفَح ٱلْ ْؤمنو َن‬
َ ‫ضع سن‬
ْ ‫ِف ب‬
Dalam beberapa tahun lagi. Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah
(mereka menang). Dan di hari (kemenangan bangsa Rumawi) itu
bergembiralah orang-orang yang beriman (Ar Ruum : 4)
‫ف ۖ لَ ْوَالٰٓ أَن تم َفنّدون‬
َ ‫يح يوس‬
َ ‫ال أَبوه ْر إ ّّن َْلَجد ر‬
َ َ‫صلَت ٱلْعري ق‬
َ َ ‫َولَ ا‬
Tatkala kafilah itu telah ke luar (dari negeri Mesir) berkata ayah mereka:
"Sesungguhnya aku mencium bau Yusuf, sekiranya kamu tidak menuduhku
lemah akal (tentu kamu membenarkan aku)". (Yusuf : 94)

2. Fa’il isim Dhamir


. ‫ ك ا تقدم يف صل اعض‬،‫واعض حنو قولك ض بت وض بنا إَل آخ ه‬
Dan adapun (fa’il isim) dhamir seperti contoh dalam perkataan berikut :
‫ض بت‬ : .......... telah memukul

‫ض بنا‬ : Kami telah memukul

Dan seterusnya sebagaimana yang telah dikemukakan pada pasal isim


dhamir.
‫ أقائر الزيدان؛ وخمتلف ألوانه‬:‫والذي يف أتويل الفعل حنو‬
Dan isim yang mengandung ta’wilnya fi’il seperti contoh :
‫أقائر الزيدان‬
Apakah dua zaid berdiri ?
ۢ ۚ
َ ‫ف أَلْ ََٰونهۥ يه ش َفآٰءٌ لّلناس ۗ إن ِف ََٰذل‬
‫ك ْلَيَةً لَّق ْوم يمَتَم َفك و َن‬ ٌ ‫اب ُّخمْتَل‬
ٌ َ‫۟ ََيْ ج من بطوِنَا َش‬
“Keluar dari perut lebah itu minuman (madu) yang bermacam-macam
warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda
(kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan. (An Nahl : 69).

Fa’il berdasarkan I’rabnya dibagi menjadi 2 :


1. Isim Mu’rob

‫َحَد‬
ْ ‫ قَ َام أ‬: Ahmad telah berdiri
2. Isim Mabni
• Isim Mabni isim dhomir :

‫ قَمَأْت الْق ْأ َن‬: Saya membaca Al-Quran


• Contoh Isim Mabni isim isyarah :
‫ ََنَ َح َه َذا الطالب‬: Siswa ini telah berhasil
• Contoh Isim Mabni isim mausul :
‫ب‬
َ َ‫ قَ َام الذ ْي َكت‬: “Orang yang menulis” telah berdiri

c) Hukum atau ketentuan dalam Fa’il

‫وللفاعل أحكام‬
Dan bagi Fa’il ada beberapa hukum antara lain :
1. Tidak boleh membuang Fa’il
‫ قام زيد والزيدان قاما ذاك‬:‫منها أنه ال جيوز حذ ه ْلنه ع دة إن ظه يف اللفظ حنو‬
.‫وإال هو ض ري مسترت حنو زيد قام‬
Tidak boleh membuangnya karena merupakan suatu yang umdah (pokok),
dan jika tampak dalam lafadz seperti berikut :
‫قام زيد‬
“Zaid berdiri”
Dan yang mudzmar
‫الزيدان قاما‬
“Dua zaid berdiri”
Kedua-duanya merupakan contoh fa’il isim dhahir, bila tidak tampak berarti
isim dhamir seperti contoh :
‫زيد قام‬
“Zaid berdiri”
2. Fa’il tidak boleh mendahului Fi’il

‫ومنها أنه ال جيوز تقدميه على الفعل إن وجد ما ظاه ه أنه اعل مقدم وجب تقدي‬
.‫الفاعل ض رياً مسترتاً ويكون اعقدم إما مبتدأً حنو زيد قام‬
Fa’il tidak boleh mendahuli fi’ilnya, jika ditemukan secara tampak fa’il yang
mendahului fi’il, maka wajib memperkirakan fail dengan dhamir mustatir ,
dan lafadz yang didahulukan adakalanya berupa mubtada’, seperti contoh
:
‫زيد قام‬ : Zaid telah berdiri
‫استَ َج َارَك َأَج ْه } ؛ ْلن أداة‬
ْ ‫ن‬َ ‫َح ٌد ّم َن الْ ْشك‬
َ ‫ { َوإ ْن أ‬:‫وإما اعال لفعل حمذوف حنو‬
.‫الش ط ال تدخل على اعبتدأ‬
Dan adakalanya menjadi fa’il dengan fi’il yang terbuang (tidak disebutkan),
contoh :

َ ‫ٱستَ َج َارَك َأَج ْه َح ََّٰت يَ ْس َ َع َك َٰلَ َر ٱلل ُث أَبْل ْغه َمأْ َمنَهۥ ۚ ََٰذل‬
‫ك ِبَِن ْر قَم ْوٌم‬ ْ ‫ن‬َ ‫َح ٌد ّم َن ٱلْ ْشك‬
َ ‫َوإ ْن أ‬
‫ال يَم ْعلَ و َن‬
Dan jika seorang diantara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan
kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah,
kemudian antarkanlah ia ketempat yang aman baginya. Demikian itu
disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui. (At Taubah : 6)

Karena pada dasarnya adat syarat (‫ )إ ْن‬tidak bisa masuk kedalam tarkib
mubtada’ (hanya bisa masuk dalam fi’il).

Penjelasan Tambahan :
• Lafadz ‫زيد قام‬, tidak boleh dianggap kalau lafadz ‫ زيد‬merupakan Fa’il
yang didahulukan, sebab lafadz Zaidun mendahului fi’ilnya, akan tetapi
Zaidun (pertama) berkedudukan sebagai mubtada’ dan fi’il setelahnya
merofa’kan isim yang berupa dhamir mustatir, dengan bentuk lengkap
sebagai berikut :
‫زيد قام زيد‬
• Lafadz ‫َح ٌد‬
َ ‫أ‬, dalam surat At Taubah ayat 6, dibaca rofa’ dari fi’il yang tidak
disebutkan, karena adat syarat berupa lafadz ‫إ ْن‬, tidak bisa masuk

kedalam mubtada’, sehingga fa’il tersebut menyimpan lafaz ‫جارَك‬


َ َ‫ٱست‬
ْ . َ
3. Fi’il harus dalam bentuk mufrod
‫ومنها أن عله يوحد على تثنيته ومجعه ك ا يوحد مع إ اده تقول قام الزيدان وقام‬
} ‫{و َجاء الْ َع ّذرو َن‬
َ ‫ال َرجالَن} ؛‬َ َ‫ { ق‬:‫الزيدون ك ا تقول قام زيد؛ قال هللا تعاَل‬
.‫ال ن ْس َوةٌ } سورة يوسف‬ َ َ‫ال الظال و َن } سورة الف قان ؛ { َوق‬ َ َ‫سورة التوبة ؛ { َوق‬
Fi’il harus dimufrodkan bersamaan dengan tasniyah dan jama’nya fa’il
sebagaimana dimufrodkannya fi’il pada fail yang mufrod, sebaimana contoh
‫قام الزيدان وقام الزيدون‬ dan dalam bentuh mufrod ‫زيد‬ ‫قام‬

Sebagaimana Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

َ َ‫ين ََيَا و َن أَنْم َع َر ٱلل َعلَْيه َ ا ْٱدخلوا َعلَْيهر ٱلْب‬


‫اب َإ َذا َد َخ ْلت وه َإنك ْر‬ َ ‫ال َرج َالن م َن ٱلذ‬ َ َ‫ق‬
‫ن‬َ ‫ََٰغلبو َن ۚ َو َعلَى ٱلل َمتَم َوكلٰٓوا إن كنتر ُّم ْؤمن‬
Berkatalah dua orang diantara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang
Allah telah memberi nikmat atas keduanya: "Serbulah mereka dengan
melalui pintu gerbang (kota) itu, maka bila kamu memasukinya niscaya
kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu
bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman". (Al Maidah : 23)
‫ين‬
َ ‫ين َك َذبوا ٱللَ َوَرسولَهۥ ۚ َسيصيب ٱلذ‬
َ ‫َو َجآٰءَ ٱلْ َع ّذرو َن م َن ْٱْل َْعَاب ليم ْؤذَ َن ََل ْر َوقَم َع َد ٱلذ‬
‫اب أَل ٌير‬
ٌ ‫َك َف وا مْنمه ْر َع َذ‬
Dan datang (kepada Nabi) orang-orang yang mengemukakan 'uzur, yaitu
orang-orang Arab Baswi agar diberi izin bagi mereka (untuk tidak berjihad),
sedang orang-orang yang mendustakan Allah dan Rasul-Nya, duduk
berdiam diri saja. Kelak orang-orang yang kafir di antara mereka itu akan
ditimpa azab yang pedih. (At Taubah : 90)
َٰ ‫ال‬
‫ٱلظل و َن إن تَمتبعو َن إال َرج ًال م ْسح ًورا‬ ۚ
َ َ‫۟ َوق‬
" Dan orang-orang yang zalim itu berkata: "Kamu sekalian tidak lain
hanyalah mengikuti seorang lelaki yang kena sihir". (Al Furqan : 8)
‫ال ن ْس َوةٌ ِف ٱلْ َ دينَة ْٱمَأَت ٱلْ َعزيز تم ََٰود َمتََٰىم َها َعن نم ْفسهۦ ۖ قَ ْد َشغَ َف َها حبًّا ۖ إَّن لَنَمَىَٰم َها ِف‬
َ َ‫َوق‬
‫ض َٰلَل ُّمبن‬
َ
Dan wanita-wanita di kota berkata: "Isteri Al Aziz menggoda bujangnya
untuk menundukkan dirinya (kepadanya), sesungguhnya cintanya kepada
bujangnya itu adalah sangat mendalam. Sesungguhnya kami
memandangnya dalam kesesatan yang nyata" (Yusuf : 30)

Catatan :
ٌ‫ن ْس َوة‬ secara makna memang muanats hakiki, akan tetapi jika melihat

sebagai lafadz maka menghukuminya muanats majazi bukan muanats


hakiki, sehingga fi’ilnya diperbolehkan dalam bentuk mudzakar.

:‫ومن الع ب من يلحق الفعل عالمة التثنية واجل ع إذا كان الفاعل مثىن أو جم وعاً تقول‬
‫ وتس ى لغة أكلوين الرباغيث ْلن هذا‬،‫ وق ن اَلندات‬،‫ وقاموا الزيدون‬، ‫قاما الزيدان‬
."‫اللفظ مسع من بعضهر ومنه احلديث " يتعاقبون يكر مالئكة ابلليل والنهار‬
Dan sebagian orang arab ada yang menyertakan tanda Tasniyah atau jama’
kepada fi’il bila mana fa’il tersebut berupa tasniyah maupun jama’, jadi,
katakanlah :
‫قاما الزيدان‬ : Telah berdiri dua zaid

‫قاموا الزيدون‬ : Telah berdiri banyak zaid

‫ق ن اَلندات‬ : Telah berdiri hindun banyak

Sebagaimana yang diungkapkan dalam dialek arab :


‫ أكلوين الرباغيث‬: Nyamuk-nyamuk itu telah menggigitku
Karena dialek tersebut telah terdengar dari sebagian mereka (orang arab)
dan juga hadits :
‫يتعاقبون يكر مالئكة ابلليل والنهار‬
“Silih berganti menjaga kalian, malaikat diwaktu malam dan siang”.
.‫والصحيح أن اْللف والواو والنون أح ف دالة على التثنية واجل ع وأن الفاعل ما بعدها‬
Dan menurut pendapat yang shahih, adapun alif, wawu dan nun adalah
beberapa huruf yang menunjukkan tasniyah atau jama’nya fa’il setelahnya.

4. Fi’il wajib berupa ta’nis ketika fa’il berupa muanats haqiqi

‫ومنها انه جيب أتنيث الفعل بتاء ساكنة يف آخ اعاضي وبتاء اعضارعة يف أول اعضار‬
‫ وجيوز ت ك التاء إذا‬،‫ قامت هند وتقوم هند‬:‫إذا كان الفاعل مؤنثا حقيقي التأنيث حنو‬
‫ند الْبَمْيت إال‬
َ ‫صالَُت ْر ع‬
َ ‫؛ { َوَما َكا َن‬،‫ طلع الش س‬:‫كان الفاعل جمازي التأنيث حنو‬
‫صديَةً } سورة اْلنفال‬
ْ َ‫م َكاء َوت‬
Wajib ta’nisnya fi’il dengan menggunakan ta’ ta’nis sakinah diakhir fi’il
madhi dan ta’ mudhoro’ah di awal fi’il mudhori’ jika fa’il berupa muanatas
haqiqi, seperti contoh :
‫قامت هند‬ : Hindun telah berdiri

‫تقوم هند‬ : Hindun akan/sedang berdiri

Dan diperbolehkan menanggalkan ta’ ketika fa’il berupa ta’nis majazi,


seperti contoh :
‫طلع الش س‬ : Matahari telah terbit

‫اب ِبَا كنت ْر تَكْف و َن‬


َ ‫صديَةً ۚ َذوقوا ٱلْ َع َذ‬
ْ َ‫ند ٱلْبَمْيت إال م َكآٰءً َوت‬
َ ‫ص َالُت ْر ع‬
َ ‫َوَما َكا َن‬
Sembahyang mereka di sekitar Baitullah itu, lain tidak hanyalah siulan dan
tepukan tangan. Maka rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu.
(Al Anfal :35)

‫ قام الزيدان وقام الزيدون‬:‫وحكر اعثىن واجمل و مجع تصحيح حكر اعف د تقول‬
‫وقامت اعسل تان وقامت اعسل ات‬
Dan adapun hukum (ketentuan) mutsanna dan majmu’ berupa jama’
shahih (jama’ mudzakar salim dan jama’ muanats salim), sebagaimana
hukum (fi’il dalam keadaan) mufrod, sebagaimana perkataan :
‫قام الزيدان‬ : Telah berdiri 2 zaid

‫قام الزيدون‬ : Telah berdiri zaid banyak

‫قامت اعسل تان‬ : Telah berdiri 2 orang muslimah

‫قامت اعسل ات‬ : Telah berdiri banyak muslimah

‫ قام ال جال وقامت ال جال وقام‬:‫وأما مجع التكسري حك ه حكر اجملازي التأنيث تقول‬
.‫اَلنود وقامت اَلنود‬
Dan adapun untuk jama’ taksir maka hukumnya sebagaimana muanats
majazi, sebagaimana perkataan :
‫قام ال جال‬ : Telah berdiri banyak laki-laki

‫قامت ال جال‬ : Telah berdiri banyak laki-laki

‫قام اَلنود‬ : Telah berdiri banyak hindun


‫قامت اَلنود‬ : Telah berdiri banyak hindun

Catatan :
Untuk jama’ taksir mudzakar (‫ )ال جال‬dan jama’ taksir (‫ )اَلنود‬muanatas

memakai tanda muanats atau tidak pada fi’il sama-sama diperbolehkan.

5. Kaidah asal Fi’il – Fa’il – Maf’ul Biih


} ‫ود‬
َ ‫ث سلَْي َ ان َداو‬
َ ‫ { َوَور‬:‫ومنها أن اْلصل يه أن يلي عله ُث يذك اعفعول حنو‬
Sesungguhnya menurut kaidah asal, hendaknya fail mengiringi fi’ilnya
kemudian disebutkan maf’ulnya, contoh :
‫ال َََٰٰٓيَيمُّ َها ٱلناس علّ ْ نَا َمنط َق ٱلط ْري َوأوتينَا من ك ّل َش ْىء ۖ إن ََٰه َذا‬
َ َ‫ود ۖ َوق‬
َ ‫ث سلَْي َ ان َداو‬
َ ‫َوَور‬
‫ضل ٱلْ بن‬
ْ ‫ََل َو ٱلْ َف‬
Dan Sulaiman telah mewarisi Daud, dan dia berkata: "Hai Manusia, kami
telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala
sesuatu. Sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu kurnia yang nyata".
(An Naml : 16)
}‫آل ْ َع ْو َن النُّذر‬
َ ‫{ولََق ْد َجاء‬
َ :‫قد يتأخ الفاعل ويتقدم اعفعول على الفاعل جوازاً حنو‬
Dan terkadang fa’il diakhirkan dan maf’ul bih yang didahulukan secara
Jawaz, seperti contoh :
‫َولََق ْد َجآٰءَ ءَ َال ْ َع ْو َن ٱلنُّذر‬
Dan sesungguhnya telah datang kepada kaum Fir'aun ancaman-ancaman.
(Al Qamar : 41)

} ‫ { َشغَلَْتمنَا أ َْم َوالنَا } { َوإذ ابْمتَملَى إبْمَاه َير َربُّه‬:‫ووجواب حنو‬


Dan ada yang wajib (mendahulukan maf’ul), seperti contoh :
‫ٱستَم ْغف ْ لَنَا ۚ يمَقولو َن ِبَلْسنَتهر‬ ْ َ ‫ك ٱلْ َخلفو َن م َن ْٱْل َْعَاب َشغَلَْتمنَآٰ أ َْم ََٰولنَا َوأ َْهلو ََّن‬ َ َ‫َسيَمقول ل‬
ۢ
ۚ ‫ضًّا أ َْو أ ََر َاد بك ْر نمَ ْف ًعا‬
َ ‫س ِف قملوِب ْر ۚ ق ْل َ َ ن ميَْلك لَكر ّم َن ٱلل َشْيمًا إ ْن أ ََر َاد بك ْر‬ َ ‫ما لَْي‬
ۢ
‫بَ ْل َكا َن ٱلل ِبَا تَم ْع َ لو َن َخب ًريا‬
Orang-orang Badui yang tertinggal (tidak turut ke Hudaibiyah) akan
mengatakan: "Harta dan keluarga kami telah merintangi kami, maka
mohonkanlah ampunan untuk kami"; mereka mengucapkan dengan
lidahnya apa yang tidak ada dalam hatinya. Katakanlah: "Maka siapakah
(gerangan) yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah jika Dia
menghendaki kemudharatan bagimu atau jika Dia menghendaki manfaat
bagimu. Sebenarnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(Al Fath : 11)
‫ال َال يمَنَال‬
َ َ‫ال َومن ذ ّريَّت ۖ ق‬
َ َ‫ك للناس إ َم ًاما ۖ ق‬ َ َ‫َوإذ ابْمتَملَى إبْمَاه َير َربُّه َأَََتهن ۖ ق‬
َ ‫ال إ ّّن َجاعل‬
‫ن‬ َٰ
َ ‫َع ْهدى ٱلظل‬
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa
kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah
berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi
seluruh manusia". Ibrahim berkata: "(Dan saya mohon juga) dari
keturunanku". Allah berfirman: "Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang
yang zalim". (Al Baqarah : 124).
‫ور‬ ‫ف‬‫غ‬ ‫يز‬‫ز‬‫ع‬ ‫ٱلل‬ ‫ن‬ ‫إ‬ ۗ ‫ا‬
‫ؤ‬ ٰٓ
َٰ ‫ل‬ ‫ع‬‫ل‬ ‫ٱ‬ ‫ه‬ ‫اد‬ ‫ب‬ ‫ع‬ ‫ن‬‫م‬ ‫ٱلل‬ ‫ى‬‫ش‬ ‫َي‬ ‫ا‬ ‫َّن‬‫إ‬ ۗ
۟
ٌ َ ٌ َ َ َ َ ْ َ ْ َ َ ْ َ َ
Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya,
hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun. (Fathir : 28).
‫ { َ ي ًقا َكذبواْ َوَ ي ًقا يمَ ْقتملو َن}؛‬:‫وقد يتقدم اعفعول على الفعل والفاعل جوازاً حنو‬
.‫آَيت الل تنك و َن} ؛ ْلن اسر االستفهام له صدر الكالم‬
َ ‫ { َأَي‬:‫ووجواب حنو‬
Terkadang maf’ul mendahului fi’il dan Fa’ilnya secara jawaz, seperti
contoh :
ۢ
‫ى أَنفسه ْر‬
َٰٰٓ ‫ول ِبَا َال َُتَْو‬
ٌ ‫يل َوأ َْر َس ْلنَآٰ إلَْيه ْر رس ًال ۖ كل َ ا َجآٰءَه ْر َرس‬ ٰٓ َ‫َخ ْذ ََّن م َٰيثَ َق ب‬
َ ‫ىن إ ْس ََٰٰٓء‬ َ ‫لََق ْد أ‬
‫َ ي ًقا َكذبوا َوَ ي ًقا يمَ ْقتملو َن‬
Sesungguhnya Kami telah mengambil perjanjian dari Bani Israil, dan telah
Kami utus kepada mereka rasul-rasul. Tetapi setiap datang seorang rasul
kepada mereka dengan membawa apa yang yang tidak diingini oleh hawa
nafsu mereka, (maka) sebagian dari rasul-rasul itu mereka dustakan dan
sebagian yang lain mereka bunuh. (Al Maidah : 70)

Dan adapula yang wajib mendahulukannya, seperti contoh :


‫آَيت ٱلل تنك و َن‬
َ ‫َوي يك ْر ءَايََٰتهۦ َأَى‬
Dan Dia memperlihatkan kepada kamu tanda-tanda (kekuasaan-Nya);
maka tanda-tanda (kekuasaan) Allah yang manakah yang kamu ingkari? (Al
Mu’min : 81)

Karena maf’ulnya berupa isim istifham (atau isim syarath) yang berada pada
permulaan kalam.

Anda mungkin juga menyukai