Anda di halaman 1dari 1

Ahmad Edo Erdian

1986206114
5C pgsd

PENILAIAN DALAM SEBUAH MONOLOG.

Setelah saya menonton dari 2 video di atas peserta yang dikirimkan untuk mengikuti monolog seperti
ini, saya ucapkan salut! Otomatis saya bangga melihat video tersebut.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan saat menonton video kurasi satu persatu kemudian menonton
sajian pertunjukan nya, tentu saja banyak evaluasi yang perlu saya sampaikan berkaitan dengan kategori
Monolog itu sendiri. Bahkan saya menemukan beberapa pementasan yang lepas dari kategori monolog
yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya. Misalkan adanya grup teater yang melibatkan tokoh kedua
dalam pementasannya, meskipun tokoh kedua tersebut hadir di dalam gelap.

Selain itu, untuk mengikuti pementasan monolog ini, perlu rasanya saya menghimbau kepada peserta
yang terlibat untuk lebih sungguh-sungguh dalam menggarap sebuah pertunjukan. Karena dalam
beberapa sajian yang saya lihat, saya masih menyaksikan adanya pertunjukan yang asal pentas dan asal
bisa berakhir. Belum banyak sajian yang utuh dan tuntas sehingga mampu memberikan kesan yang
mendalam kepada penontonnya.

Rata-rata pertunjukan yang disajikan para pemain tampak tanpa memperhitungkan wilayah teknis.
Sementara yang paling riskan dalam pementasan―apalagi dalam event lomba seperti ini―ialah wilayah
teknis itu sendiri. Wilayah teknis mau tidak mau menjadi hal yang penting untuk diperhitungkan karena
wilayah teknis inilah yang menemani dan membantu aktor dalam menyampaikan pesan-pesannya pada
saat pementasan. Baru setelah penguasaan teknis berhasil, disempurnakan dengan perasaan, atau
wilayah rasa. Sehingga jika wilayah teknis dan rasa bisa kawin dalam pementasan, maka bisa dipastikan
pertunjukan akan menjadi utuh dan tuntas, meskipun hanya dimainkan oleh seorang aktor di atas
panggung.

Mengapa saya mengatakan pentingnya penyikapan teknis, karena secara keseluruhan saya melihat
bahwa pementasan yang ini masih belum detail menyikapinya. Bahkan masih ada yang ala kadarnya.
Misalnya dari wilayah tatanan artistik secara keseluruhan masih banyak peserta yang belum bisa
menggarap kesinambungan antara tata busana, tata panggung, tata cahaya, tata rias dan tata musik
menjadi komposisi yang selaras dan harmonis. Tatanan yang terlihat dalam mendukung karakter dan
permainan aktor ini tentu saja perlu diperhatikan.

Jika konsepnya ingin menabrak tatanan teknis, maka seharusnya juga diperhitungkan agar semua yang
terlihat, terdengar, dan terasa bisa ditangkap sebagai bagian dari konsep yang disengaja dihadirkan.
Bukan malah sebaliknya, yang tertangkap adalah sebuah mis-teknis atau kesalahan teknis. Saya juga
menyadari bahwa menonton video saat kurasi memang berbeda ketika menonton langsung pementasan
dari para peserta yang lolos seleksi.

Setidaknya pertunjukan yang disajikan peserta sudah terlihat perubahannya. Baik yang positif maupun
negatif. Dan saya bangga dengan suatu seni karya yang telah kalian buat. Terimakasih.

Anda mungkin juga menyukai