SKRIPSI
DISUSUN OLEH :
JUNITA RAHMAWATI
NIM : 201511050
TEKNIK ELEKTRO
DEPARTEMEN ELEKTRO
JAKARTA, 2019
i
tanggal 19 Agustus 2019
ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana baik di lingkungan
Sekolah Tinggi Teknik – PLN maupun di suatu Perguruan Tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Pernyataan ini dibuat
dengan penuh kesadaran dan rasa tanggung jawab serta bersedia memikul
segala resiko jika ternyata pernyataan ini tidak benar.
JUNITA RAHMAWATI
2015-11-050
iii
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkah & rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Dengan ini saya
menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada yang terhormat:
Ir. Suwarno, MT
JUNITA RAHMAWATI
NIM : 2015-11-050
iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMISI
Sebagai sivitas akademika Sekolah Tinggi Teknik – PLN, saya yang bertanda
tangan di bawah ini:
Nama : Junita Rahmawati
NIM : 2015-11-050
Program Studi : Strata Satu
Jurusan : Teknik Elektro
Jenis karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Sekolah Tinggi Teknik – PLN Hak Bebas Royalti Non eksklusif (Non-
exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
ANALISA ANDONGAN AKIBAT ARUS SALURAN DAN SUHU LINGKUNGAN
PADA SALURAN TRANSMISI 150 KV ROUTE KEMAYORAN - ANCOL
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non
eksklusif ini Sekolah Tinggi Teknik – PLN berhak menyimpan, mengalih
media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan mempublikasikan Skripsi saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Jakarta
Pada tanggal : 25 Juli 2019
Yang menyatakan
JUNITA RAHMAWATI
2015-11-050
v
ANALISA ANDONGAN AKIBAT ARUS SALURAN DAN SUHU
LINGKUNGAN PADA SALURAN TRANSMISI 150 KV
ROUTE KEMAYORAN – ANCOL
ABSTRAK
vi
SAG ANALYSIS DUE TO LINE CURRENT AND AMBIENT
TEMPERATURE OF TRANSMISSION LINE ROUTE
KEMAYORAN- ANCOL
ABSTRACT
Conductors are one of the important components of the overhead line that role
to distribute electricity from power plants to substation up to consumers. The
conductor ranged between two transmission towers will not follow a straight
line, but because of the weight itself will curve downward which is called sag.
The Kemayoran-Ancol route transmission line passes through the city, it is
necessary to calculate the carrying capacity of the Current Conductivity
Capability (CRC) that can be received by the conductor and the maximum
ambient temperature of 40oC, so can obtain the maximum sag value. The
method used is quantitative. Current currents and ambient temperature cause
an increase in temperature at the conductor so that the conductor expands and
increases in length so sag will increase, but the tension on the conductor is
inversely proportional to sag. Each increase in temperature of 1oC will increase
sag by 0.41% and the tension of the conductor decreases by 0.41%. The
results of the research that the maximum sag value is 8.80709 m so the
sagging still qualify the standard conductor clearance under the conductor of
high voltage electric power transmission lines by 5 meters according to SNI 04-
6918-2002.
vii
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan .......................................................................................... i
Lembar Pengesahan Tim Penguji……………………………………………………ii
Pernyataan Keaslian Skripsi ............................................................................. iii
Ucapan Terima Kasih ....................................................................................... iv
Halaman Pernyataan Persetujuan Publikasi ..................................................... v
Abstrak ............................................................................................................. vi
Abstract ........................................................................................................... vii
Daftar Isi .......................................................................................................... viii
Daftar Tabel ...................................................................................................... xi
Daftar Gambar ................................................................................................. xii
Daftar Lampiran ...............................................................................................xiv
viii
2.2.4.3 Konduktor ..................................................................................... 17
2.2.4.4 Pelengkap Saluran Udara ............................................................ 21
2.2.5 Kemampuan Hantar Arus ............................................................ 22
2.2.6 Parameter – Parameter Saluran Transmisi .................................. 23
2.2.6.1 Resistansi .................................................................................... 23
2.2.6.2 Induktansi ..................................................................................... 24
2.2.6.3 Kapasitansi................................................................................... 26
ix
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 81
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................. 82
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................... 83
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
Gambar 4.7 Grafik Perubahan Arus Saluran terhadap Andongan Konduktor
saat Temperatur Keliling 30 oC pada ACSR Zebra Menara Sama
Tinggi ....................................................................................... 69
Gambar 4.8 Grafik Perubahan Arus Saluran terhadap Andongan Konduktor
saat Temperatur Keliling 40 oC pada ACSR Zebra Menara Sama
Tinggi ....................................................................................... 70
Gambar 4.9 Grafik Perubahan Arus Saluran terhadap Andongan Konduktor
saat Temperatur Keliling 20 oC pada ACSR Zebra Menara Tidak
Sama Tinggi .............................................................................. 71
Gambar 4.10 Grafik Perubahan Arus Saluran terhadap Andongan Konduktor
saat Temperatur Keliling 30 oC pada ACSR Zebra Menara Tidak
Sama Tinggi ........................................................................... 72
Gambar 4.11 Grafik Perubahan Arus Saluran terhadap Andongan Konduktor
saat Temperatur Keliling 40 oC pada ACSR Zebra Menara Tidak
Sama Tinggi ............................................................................ 73
Gambar 4.12 Grafik Perubahan Arus Saluran terhadap Tegangan Konduktor
pada Suhu Akhir saat Temperatur keliling 20 oC pada ACSR
Zebra ..................................................................................... 74
Gambar 4.13 Grafik Perubahan Arus Saluran terhadap Tegangan Konduktor
pada Suhu Akhir saat Temperatur keliling 30 oC pada ACSR
Zebra ..................................................................................... 75
Gambar 4.14 Grafik Perubahan Arus Saluran terhadap Tegangan Konduktor
pada Suhu Akhir saat Temperatur keliling 40 oC pada ACSR
Zebra ..................................................................................... 76
Gambar 4.15 Gambar Simulasi Andongan Terhadap Perubahan Arus pada
Menara Sama Tinggi ............................................................. 77
Gambar 4.16 Gambar Simulasi Andongan Terhadap Perubahan Arus pada
Menara Tidak Sama Tinggi .................................................... 78
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Permasalahan Penelitian
1.2.1 Identifikasi Masalah
Dalam penyaluran sistem tenaga listrik dibutuhkan penghantar dalam
menyalurkan listrik sampai ke konsumen. Setiap konduktor yang digunakan
sebagai penghantar saluran transmisi yang direntangkan pada struktur
pendukung berupa tiang akan memiliki andongan. Andongan dapat terjadi
karena pertambahan panjang konduktor karena sifat elastisnya yang dimiliknya
sehingga dengan adanya perubahan arus saluran dan suhu sekeliling dapat
mempengaruhi andongan yang telah ada. Karena tegangan kerja dari kawat
konduktor yang digunakan untuk transmisi tenaga listrik umumnya tinggi maka
adongan memiliki batasan agar tidak berbahaya bagi semua objek yang berada
di bawahnya dan juga konduktor itu sendiri.
2
4. Apakah andongan maksimum pada saluran transmisi 150 kV route
Kemayoran - Ancol masih di batas aman jarak bebas (clearance)
sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI 04-6918-2002 )?
3
berisi simpulan dan saran dari penulisan berhubungan dengan pembahasan
yang telah dibahas oleh penulis.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
5
seperti pusat listrik tenaga air (PLTA) , pusat listrik tenaga uap (PLTU), pusat
listrik tenaga nuklir (PLTN), pusat tenaga listrik tenaga gas (PLTG), dan pusat
tenaga listrik tenaga diesel (PLTD). Letak pusat tenaga listrik jauh dari
pemakaian tenaga listrik. Dengan demikian, energi listrik yang dibangkitkan di
pusat tenaga listrik, sering harus disalurkan, atau ditransmisikan melalui jarak-
jarak yang jauh ke pusat-pusat pemakaian tenaga listrik. Tiba di kota, energy
listrik itu harus di salurkan , atau didistribusikan kepada para pemakai atau
pelanggan. Jadi, saluran transmisi merupakan penyaluran energi listrik yang
oleh konduktor dari pusat pembangkit tenaga listrik sampai ke konsumen.
Pada suatu sistem yang cukup besar , tegangan yang keluar dari
generator harus dinaikkan dulu dari tegangan menengah (tegangan generator)
menjadi tegangan tinggi atau tegangan esktra tinggi (tegangan transmisi).
Menyalurkan energy listrik melalui jarak-jarak yang jauh harus dilakukan
dengan tegangan yang tinggi untuk memperkecil kerugian –kerugian yang
terjadi, baik rugi-rugi energi maupun penurunan tegangan. Suatu sistem tenaga
listrik harus memenuhi syarat-syarat dasa seperti:
1. Setiap saat memenuhi jumlah energi listik yang diperlukan konsumen
sewaktu-waktu.
2. Mempertahankan suatu tegangan yang tetap dan yang tidak terlampau
bervariasi, minsalnya ±10%.
3. Mempertahankan suatu frekuensi yang stabil dan tidak bervariasi lebih
dari minsalnya ± 0,1 Hz.
4. Menyediakan energi listrik dengan harga yang wajar.
6
5. Memenuhi standar-standar keamanan dan keselamatan; dan (vi) tidak
menganggu lingkungan hidup.
Tegangan generator yang biasanya merupakan tegangan menengah
mengikuti standar pabrik. Gambar 2.2 memperlihatkan secara skematis sebuah
gardu induk, yang terdiri atas transformator dan pemutus daya , serta menara-
menara saluran transmisi.
7
Desain saluran transmisi akan tergantung dari beberapa hal seperti:
Jumlah daya yang harus ditransmisikan;
Jarak dan jenis lapangan yang harus dilalui;
Biaya yang tersedia, dan
Pertimbangan-pertimbangan lain, seperti kemungkinan pertumbuhan
beban di waktu mendatang
8
a. Berdasarkan jenis arus
Menurut jenis arus dikenal sistem arus bolak-balik (AC) dan sistem arus
searah (DC). Sistem arus bolak-balik merupakan sistem yang banyak
digunakan saat ini mengingat beberapa kelebihan-kelebihannya seperti :
mudah pembangkitannya.
mudah pengaturan tegangannya
dapat menghasilkan medan putar
dengan sistem tiga phasa, daya yang disalurkan melalui
jaringan lebih besar.
Bukan berarti saluran DC tidak mempunyai kelebihan bila
dibandingkan dengan saluran AC, seperti : isolasinya yang lebih
sederhana, daya guna (efisiensi) yang lebih tinggi (karena power
faktornya 1) serta tidak ada masalah stabilitas sehingga dimungkinkan
untuk penyaluran jarak jauh. Akan tetapi masalah ekonomisnya masih
harus diperhitungkan. Penyaluran energi listrik dengan sistem DC harus
dapat dianggap ekonomis bila jarak saluran udara lebih jauh, antara 400
– 600 km, atau untuk saluran bawah tanah lebih panjang dari 50 km. Ini
disebabkan karena biaya peralatan pengubah AC ke DC dan sebaliknya
yang cukup tinggi.
b. Berdasarkan tegangan
Secara umum, menurut besar tegangan yang ditanggung , transmisi
dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok seperti berikut :
1) SKTR (saluran kabel tegangan rendah). Transmisi ini memiliki fungsi
yang sama dengan SUTR demikian pula dengan tegangan
distribusinya, perbedaan pentingnya adalah bahwa SKTR ditanam di
area perkotaan dan pemukiman yang agak padat. Saluran tipe ini
memiliki beberapa kelemahan relatif, diantaranya adalah investasi
yang mahal dan jika ada gangguan, perbaikannya agak sulit &
memerlukan waktu yang lama.
2) SUTR (saluran udara tegangan rendah). Transmisi SUTR adalah
bagian hilir dari sistem tenaga listrik pada tegangan distribusi 40V
hingga 1000V yang langsung memasok kebutuhan tenaga listrik,
9
tegangan rendah ke konsumen. Di Indonesia, tegangan operasi
Transmisi SUTR pada saat ini adalah 220/380 Volt. Radius operasi
jaringan distribusi tegangan rendah ini dibatasi oleh : [a] susut
tegangan yang disyaratkan; [b] luas penghantar jaringan; [c] distribusi
pelanggan sepanjang jalur distribusi; dan [d] sifat daerah pelayanan
(desa,kota, dan lain sejenisnya). Susut tegangan yang diijinkan
adalah sekitar +5% dan -10%, sementara radius pelayanan sekitar
350 meteran. Hingga saat ini, transmisi SUTR banyak menggunakan
penghantar low voltage twisted cable (LVTC).
3) SUTM (saluran udara tegangan menengah). Pada awalnya, di
Indonesia, kebanyakan tegangan operasi SUTM adalah 6kV dan 30
kV . transmisi SUTM digunakan pada jaringan distribusi yang
menghubungkan gardu induk (GI), penyulang (feeder), SUTM, gardu
distribusi (GD), sampai ke konsumen. Berdasarkan sistem
pentanahan titik netral trafonya, efektifitas penyaluran SUTM hanya
pada jarak antara 15 km hingga 20 km. Jika transmisinya lebih besar
dari jaraknya tersebut, maka efektifitasnya akan menurun karena
relay pengamannya tidak bekerja dengan selektif.
4) SKTT (saluran kabek tegangan tinggi). SKTT dipasang di kota besar
dengan beberapa pertimbangan:
sudah tidak memungkinkan untuk pemasangan SUTT karena
sulit untuk mendapatkan tanah buat tapak tower.
tidak mudah untuk mendapatkan ruang bebas & menimbulkan
protes masyarakat karena area yang bersangkutan sudah
terbilang padat bangunan dan syarat dengan gedung-gedung
tinggi.
pertimbangan keamanan dan estetika.
pertumbuhan beban yang tinggi. Tegangan transmisi SKTT
adlah 30 kV hingga 150 kV.
Kelemahan relatif SKTT yang paling dominan adalah :
biaya yang lebih besar dari pada SUTT
10
pembangunannya yang memerlukan koordinasi yang
kompleks karena perlu melibatkan banyaj pihak (pemerintah
kota hingga instusi laiinya yang terkait: PDAM, Telkom ,Perum
Gas, Dinas Perhubungan, Kepolisian , dan lain-lain). Panjang
SKTT untuk setiap haspel (cable drum) maksimum 300 meter.
5) SUTT (saluran udara tegangan tinggi). Saluran udara tegangan tinggi
adalah saluran tenaga listrik yang menggunakan kawat penghantar
telanjang di udara (di atas tanah). Sesuai dengan standar
ketenagalistrikan pada saat ini, saluran udara ini bertegangan di atas
30kV hingga 150 kV.
6) SUTET (saluran udara tegangan ekstra tinggi). Saluran tipe ini pada
umumnya digunakan pada pembangkit dengan kapasitas di atas 500
MW. Meskipun demikian, transmisi yang bertegangan antara 200kV
hingga 500 kV ini masih efektif untuk jarak 100 km hingga 500 km.
Tujuannya adalah agar drop dan penampang kawat dapat direduksi
secara maksimal hingga dapat diperoleh tegangan operasional yang
efektif dan efisien.
11
Menara transmisi dapat diklasifikasikan menjadi yaitu
1. Menurut Kontruksinya
a) Tower lattice : tower yang terbuat dari rangka baja
b) Tubular steel pole : tiang transmisi yang terbuat dari baja berbentuk
bulat.
c) Concrete pole : tiang transmisi yang terbuat dari beton bertulang
yang berbentuk bulat
d) Wooden pole : tiang transmisi yang terbuat dari kayu bulat.
12
2. Menurut fungsinya
1) Tiang penegang (tension tower)
Tiang penegang disamping menahan gaya berat juga menahan gaya
tarik dari konduktor-konduktor saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT)
atau Ekstra Tinggi (SUTET). Tiang penegang terdiri dari :
13
3) Tiang penyekat (section tower)
4) Tiang transposisi
14
Gambar 2.8 Tiang Portal
Yaitu tower yang digunakan oleh dua buah saluran transmisi yang
berbeda tegangan operasinya.
15
2.2.4.2 Isolator-isolator
Isolator berfungsi untuk mengisolasi bagian yang bertegangan dengan
bagian yang tidak bertegangan / ground, baik saat normal continous operation
dan saat terjadi surja (termasuk petir) didalam saluran transmisi.
Sesuai fungsinya, insulator yang baik harus memenuhi sifat :
a. Karakteristik elektrik
b. Karakteristik mekanik
1. Ceramic Insulator
2. Non – ceramic insulator
3. Isolasi udara ( ground clearance ) disekitar kawat penghantar.
1. Ceramic Isolator
16
Gambar 2.10 Ceramic Isolator
2. Non – ceramic insulator
a. Insulator gelas / kaca
Digunakan hanya untuk insulator jenis piring. Bagian gelas harus
bebas dari lubang atau cacat lain termasuk adanya gelembung
dalam gelas. Warna gelas biasanya hijau, dengan warna lebih
tua atau lebih muda. Jika terjadi kerusakan insulator gelas
mudah dideteksi.
b. Insulator Polymer
Insulator polymer dilengkapi dengan mechanical load-bearing
fiberglass rod, yang diselimuti oleh weather shed polimer untuk
mendapatkan nilai kekuatan eletrik yang tinggi.
2.2.4.3 Konduktor
Konduktor adalah media untuk tempat mengalirkan arus listrik dari
Pembangkit ke Gardu induk atau dari GI ke GI lainnya, yang terentang lewat
tower-tower. Konduktor pada tower tension dipegang oleh tension clamp,
sedangkan pada tower suspension dipegang oleh suspension clamp.
Dibelakang clamp tersebut dipasang rencengan isolator yang terhubung ke
tower.
Bahan konduktor yang dipergunakan untuk saluran energi listrik perlu
memiliki sifat sifat sebagai berikut:
1) Konduktivitas
2) kekuatan tarik mekanikal tinggi
3) Titik berat
4) biaya rendah
5) tidak mudah patah
17
Pada saluran transmisi, ada dua konduktor yang digunakan yaitu:
1. Kawat penghantar
2. Kawat tanah
1. Kawat penghantar
Kawat penghantar merupakan bahan yang digunakan untuk
menghantarkan tenaga listrik pada sistem saluran udara dari Pusat
Pembangkit ke Pusat-Pusat Beban (load center), baik langsung
menggunakan jaringan distribusi ataupun jaringan transmisi terlebih
dahulu. Pemilihan kawat penghantar yang digunakan untuk saluran
udara didasarkan pada besarnya beban yang dilayani, makin luas
beban yang dilayani makin besar ukuran penampang kawat
penghantar yang digunakan. Dengan penampang kawat yang besar
akan membuat tahanan kawat menjadi kecil. Agar tak terjadi
kehilangan daya pada jaringan dan daya guna (efisiensi) penyaluran
tetap tinggi, diperlukan tegangan yang tinggi. Dengan demikian
besarnya penampang kawat penghantar tidak mempengaruhi atau
mengurangi penyaluran tenaga listrik. Tetapi dengan penampang
kawat yang besar akan membuat kenaikan harga peralatan. Oleh
sebab itu pemilihan kawat penghantar diperhitungkan seekonomis
mungkin dengan konduktivitas dan kekuatan tarik yang tinggi, serta
dengan beban yang rendah tentunya. Oleh karena itu untuk jaringan
distribusi tegangan tinggi maupun distribusi tegangan rendah lebih
banyak menggunakan kawat penghantar aluminium yang mempunyai
faktor-faktor yang memenuhi syarat sebagai kawat penghantar.
Untuk keperluan saluran transmisi banyak dipakai kawat penghantar,
yaitu :
Tembaga
Tembaga murni merupakan logam liat berwarna kemerah merahan,
yang mempunyai tahanan jenis 0,0175 dengan berat jenis 8,9 dan
titik cair sampai 1083° C, lebih tinggi dari kawat aluminium. Kawat
tembaga ini mempunyai konduktivitas dan daya hantar yang tinggi..
18
Pada mulanya kawat tembaga ini banyak dipakai untuk penghantar
jaringan, tetapi bila dibandingkan dengan kawat aluminium untuk
tahanan (resistansi) yang sama, kawat tembaga lebih berat sehingga
harganya akan lebih mahal. Dengan berat yang sama, kawat
alauminium mempunyai diameter yang lebih besar dan lebih panjang
dibandingkan kawat tembaga. Saat ini cenderung kawat penghantar
jaringan digunakan dari logam aluminium
Aluminium
Aluminium harganya lebih rendah dan juga lebih ringan, namun
konduktivitas dan kekuatan mekaniknya tidak begitu tinggi.
Konduktivitas aluminium adalah 60% dibandingkan tembaga dan
kekuatan mekaniknya 45%. Karena kekuatan mekaniknya rendah,
maka menara perlu memiliki kontruksi lebih tinggi. Salah satu solusi
yang baik untuk pengunaan aluminium sebagai saluran transmisi
dibuat kawat aluminium dengan inti baja (aluminium cable steel
reinforced, ACSR). Kawat ACSR terdiri atas satu kawat baja di
tengah-tengah, dan dikelilingi oleh kawat-kawat aluminium. Kawat
inti baja memikul kekuatan mekanik, sedangkan kawat-kawat
aluminium merupakan penghantar. Untuk saluran transmisi tegangan
tinggi di mana jarak antara dua tiang/menara jauh (ratusan meter),
dibutuhkan kuat tarik yang lebih tinggi. Untuk itu digunakan kawat
penghantar ACSR. Kawat penghantar aluminium terdiri dari berbagai
jenis yaitu :
AAC = “All Aluminium Conductor”, yaitu kawat penghantar yang
seluruhnya terbuat dari aluminium.
AAAC = “All-Aluminium-Alloy Conductor”, yaitu kawat penghantar
yang seluruhnya terbuat dari campuran aluminium.
ACSR= “Aluminium Conductor Steel reinforced”, yaitu kawat
penghantar aluminium berinti kawat baja.
ACAR = “Aluminium Conductor Alloy-Reinforced”, yaitu kawat
penghantar aluminium yang diperkuat dengan logam campuran.
19
Gambar 2.11 Konduktor
2. Kawat Tanah
Kawat Tanah atau Earth wire (kawat petir / kawat tanah) adalah
media untuk melindungi kawat fasa dari sambaran petir. Kawat ini
dipasang di atas kawat fasa dengan sudut perlindungan yang
sekecil mungkin, karena dianggap petir menyambar dari atas
kawat. Namun jika petir menyambar dari samping maka dapat
mengakibat- kan kawat fasa tersambar dan dapat mengakibatkan
terjadinya gangguan.
Bahan ground wire terbuat dari steel yang sudah digalvanis,
maupun sudah dilapisi dengan almunium. Pada SUTET yang
dibangun mulai tahun 1990an, didalam ground wire difungsikan
fibre optic untuk keperluan telemetri, tele proteksi maupun
telekomunikasi yang dikenal dengan OPGW (Optic Ground Wire),
sehingga mempunyai beberapa fungsi.
Jumlah kawat tanah paling tidak ada satu buah diatas kawat fasa,
namun umumnya di setiap tower dipasang dua buah. Pemasangan
yang hanya satu buah untuk dua penghantar akan membuat sudut
perlindungan menjadi besar sehingga kawat fasa mudah tersambar
petir. Jarak antara ground wire dengan kawat fasa di tower adalah
sebesar jarak antar kawat fasa, namun pada daerah tengah
gawangan dapat mencapai 120% dari jarak tersebut.
20
2.2.4.4 Pelengkap Saluran Udara
a) Sambungan penghantar (joints)
Sambungan penghantar (joints) harus mempunyai konduktivitas listrik
yang baik serta kekuatan mekanis dan ketahanan (durability) yang tangguh.
Sambungan- sambungan yang biasanya dipakai adalah:
o Sambungan kompresi: Di sini kelongsong (sleeves) sambungan yang
terbuat dari bahan yang sama dengan penghantar dipasang pada
sambungan penghantar dengan tekanan minyak. Cara ini dapat
diandalkan dan banyak dipakai untuk penghantar-penghantar berukuran
besar.
b) Prentang (Spacer)
Untuk sistim kawat-berkas, dipasang perentang (spacer) untuk
menghindarkan agar kawat-kawat penghantar dalam satu fasa tidak
mendekat atau bertumbukan karena gaya-gaya elektromekanis atau
angin. Perentang ini dipasang pada jarak 15-40 m satu sama lain di
dekat tiang-tiang penunjang dan 60-80 m di tengah rentangan (midspan).
21
Gambar 2.13 Batang Pelindung (Armor Rods)
d) Peredam (Dampers)
Peredam dipasang dekat pengapit (clamps) untuk menghindarkan
kelelahan kawat-kawat komponen karena getaran (vibration).
22
Perencanaan suatu jaringan juga meliputi penentuan ukuran tipe
konduktor. Ukuran dan tipe konduktor ditentukan oleh arus yang lewat melalui
konduktor, karena besar penampang konduktor berbanding lurus dengan
kapasitas kuat arusnya.Semakin besar kuat arus yang mengalir melalui saluran
transmisi maka semakin besar pula daya yang mampu dikirim oleh saluran
transmisi. Kuat arus perphasa pada perencanaan ini berdasarkan pada rumus
sebagai berikut (Chapman,1999).
S3
=
√3
Dimana :
I = Arus per fasa (A)
𝑆3 = Daya yang dikirim (MVA)
VLL = Tegangan sistem (kV)
Dari hasil perhitungan arus per konduktor tersebut akan ditentukan jenis
dan ukuran konduktor dengan melihat pada table pemilihan ukuran konduktor .
Kapasitas saluran transmisi dapat dinyatakan sebagai fungsi dari tegangan
pada titik penerimaan dan panjang saluran. Standar pemilihan tipe serta ukuran
konduktor selalu mempertimbangkan faktor - faktor keamanan, sehingga pada
pemilihannya akan dipilih ukuran diameter konduktor yang lebih besar.
R= A
23
Dimana :
R = Resistansi ( Ω )
⍴ = Resistivitas kawat penghantar (Ω )
l = Panjang kawat penghantar ( m )
A = Luas penampang kawat penghantar (m2)
Bilamana dan merupakan resistansi spesifik suatu bahan pada dua suhu
berlainan maka berlaku persamaan sebagai berikut :
T t2
= T t1
Dimana :
R1 = Resistansi penghantar pada suhu t1.
R2 = Resistansi penghantar pada suhu t2.
T = 234.5°C untuk tembaga dengan konduktivitas 100 %.
241°C untuk tembaga dengan konduktivitas 97.5 %.
228°C untuk aluminium dengan kondutivitas 61 %.
2.2.4.2 Induktansi
Suatu penghantar yang dilalui oleh arus listrik dikelilingi oleh garis gaya
magnetik konsentrik. Dalam hal ini pada sistem ac, medan magnet yang timbul
disekeliling penghantar tidak konstan, tetapi berubah-ubah dan melingkupi
penghantar yang sama seperti dengan penghantar yang lain. Oleh karena
sebuah jaringan transmisi udara satu phasa terdiri dari dua buah penghantar
yang sejajar dengan jarak d meter antara satu dengan yang lain ( d lebih besar
dibanding dengan jari-jari penghantar r). Tiap-tiap konduktor, jika dilalui arus
listrik, dengan sendirinya akan timbul medan magnit yang mana garis-garis
gaya seolah-olah berbentuk lingkaran konsisten yang berpusat pada pusat
penghantar dan merambat tegak lurus pada sepanjang konduktor, beberapa
garis gaya seolah-olah di dalam konduktor dan yang lain di luar. Misalkan jari-
jari penghantar r meter dan dilalui arus 1 amper. Kita anggap distribusi arus
24
pada konduktor seragam, intensitas medan pada titik dengan jarak x meter dari
pusat konduktor, seperti ditunjukkan oleh persamaan:,
dengan menggangap x r
Selanjutnya berlaku;
(2.5)
Dimana :
Bx = Induktansi magnetic di tempat x
μo = 4π 10-7
μ = Permeabilitas relatif medium (untuk bahan non-magnetik μ = 1)
H = intensitas magnetik
Sehingga :
Di sini flux hanya yang merambat antara dua buah konduktor, karena
lapang flux yang tertinggal tidak dalam pengaruh bentuk loop oleh dua buah
konduktor. Kuat medan yang dihasilkan, satu konduktor sendiri pada jarak x
dari pusat konduktor (x > r), dapat ditunjukkan oleh persamaan:
25
2.2.6.3 Kapasitansi
Dua buah konduktor yang dipisahkan oleh suatu medium adalah sebuah
kapasitor. Dalam hal ini jaringan transmisi udaralah merupakan dua buah plate
kapasitor yang dipisahkan oleh udara dengan yang lain. Kapasitansi ini
didistribusikan sepanjang jaringan dan dipandang sebagai bentuk kondensator
yang diserikan yang tersambung antar konduktor. Bilamana suatu perbedaan
tegangan dihubungkan pada jaringan, dengan demikian pada jaringan transmisi
akan ada arus leading yang mengalir walaupun jaringan transmisi belum
dibebani, arus ini sering disebut Charging Current (IC).
c=2πfCV (2.8)
26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
27
3.1.2 Variabel Penelitian
28
dengan penelitian tentang andongan baik itu berupa teori pendukung ataupun
teori khusus yang dapat mendukung keberhasilan teori penelitian
3.2.2 Observasi
Pengumpulan data untuk penelitian skripsi ini secara langsung didapat
dari tempat objek penelitian skripsi ini, dengan cara menanyakan langsung ke
pegawai setempat yang ahli dibidangnya diantaranya adalah karyawan
karyawan PT. PLN (Persero) ULTG Pulogadung.
3.2.3 Diskusi
Berdiskusi langsung dengan dosen pembimbing skripsi dan pegawai di
PT. PLN (Persero) JBB UPT bagian jaringan sehingga didapatkan pengetahuan
mengenai andongan pada lapangan.
29
Mulai
Pengambilan Data :
1. Spesifikasi konduktor : luas penampang ,
diameter, berat Konduktor, nilai KHA
2. Data lapangan : tinggi Tower , jarak span
tower, utility row SUTT Route Kemayoran-
Ancol
3. Kecepatan Angin
4. Intensitas Radiasi Matahari
Perhitungan
Benar
Tidak
Ya
Selesai
2
c= Rm [Watt/m] (3.1)
Dimana :
I = arus penghantar [A]
Rm = hambatan dari konduktor pada temperature t [Ω/m]
W c = panas konduktor [Watt/m]
Radiasi matahari terjadi pada area yang terekspos konduktor .Nilai ini
dianggap sebagai konstan sehubungan dengan lingkungannya, yang
merupakan panas terbanyak dari radiasi matahari yang akan dikenakan
konduktor . Penyerapan panas dari matahari terhadap konduktor sebesar :
s= e dc [ att⁄m] (3.2)
Dimana :
Ws = radiasi matahari [Watt/m]
31
= koefisien serap matahari (0,6 untuk konduktor)
dc = diameter konduktor [m]
Dimana :
32
Sementara itu panas yang disebarkan secara konveksi adalah sebagai
berikut :
Dimana :
= tc - ta
c S= k r (3.7)
2
R dc =18 ∆t √pvmdc 1,78 10-8 e (tc4 -ta 4 )dc (3.8)
Dimana :
C1 = dc
C2 = √
33
C3 = 1.78 x 10-8 e
∆t = tc - ta
3.3.2 Andongan
Suatu kawat konduktor yang dipasang antara dua titik struktur
pendukung yang berupa menara transmisi tidak akan berbentuk suatu garis
lurus horizontal, melainkan akan kendur dan membentuk suatu andongan (sag).
Lebih kencang tarikan kawat, lebih kecil andongan yang terjadi. Besar
andongan akan juga tergantung dari suhu udara sekeliling saluran. Pada siang
hari, karena terik panas matahari, kawat juga akan menjadi panas dan sedikit
memanjang, dan andongan akan menjadi lebih besar, sebaliknya pada malam
hari dengan kondisi udara yang lebih dingin, kawat akan menjadi lebih pendek
sehingga mengencang dan andongan akan mengecil.
Apabila sebuah kawat konduktor direntangkan diantara dua buah titik A
dan B maka kawat tersebut akan mengikuti garis lengkung AB yang karena
beratnya sendiri akan melengkung kebawah. Besar lengkungan ini akan sangat
tergantung dari berat dan panjang kawat. Berat kawat ini yang akan
menimbulkan tegangan tarik kawat ini besar dapat menyebabkan kawat itu
putus, atau dapat merusak tiang pengikat kawat itu . Berat pada konduktor
tergantung dari :
Berat konduktor itu sendiri
Berat karena adanya es atau salju yang lengket pada kawat.
Berat karena adanya tekanan angin.
Apabila gaya-gaya dikenakan pada ujung-ujung konduktor sedemikian,
sehingga konduktor dalam kondisi tertarik, maka terjadi suatu tegangan tarik
pada konduktor. Adapun tegangan terdistribusi secara merata pada konduktor,
akan tetapi pada ujung konduktor akan memiliki tarikan yang lebih besar.
Pada saat pemasangan, konduktor berada pada suhu 10oC hingga 30oC
dan dikencangkan hingga tidak lebih dari 10% hingga 30% dari kekuatan tarik
terukurnya, dimana memiliki faktor keamanan 1-5 dari breaking load atau
konduktor putus.
34
Andongan terdiri dari penghantar ditunjang oleh menara sama tinggi dan
penghantar ditunjang oleh menara yang tidak sama tinggi.
Dua buah menara yang tidak sama tinggi dapat diilustrasikan seperti
Gambar 3.3 yang menunjukkan kawat yang dibentang pada dua titik tumpu
yang tidak sama tinggi, yaitu pada titik A dan B.
35
Dimana :
√ √
Dimana :
36
Nilai faktor bentuk f tergantung dari diameter kawat dan harga-harganya
adalah sebagai berikut :
( ) ( )
〈 {[ ] [ ]}〉
( ) ( )
〈 {[ ] [ ]}〉
Dimana :
37
f2 = tarikan konduktor pada suhu akhir [kg/mm2]
= koefisien linier [/oC]
Ɵ1 = suhu konduktor t min [oC]
Ɵ2 = suhu konduktor akhir [oC]
∆t = kenaikan temperature [oC]
= t 1 – t2
* ( ) +
* ( ) +
Dimana :
38
T2 = f2A (3.18)
( )
( )
* ( ) ( ) +
Dimana :
39
3.3.5 Ruang Bebas dan Jarak Bebas Minimum Vertikal dan Horizontal
pada SUTT dan SUTET
3.3.5.1 Jarak Bebas Minimum Vertikal Pada SUTT dan SUTET
Jarak bebas minimum vertical merupakan jarak terpendek secara
vertical antar konduktor SUTT atau SUTET dengan permukaan bumi atau
benda di atas permukaan bumi yang tidak boleh kurang dari jarak yang telah
ditetapkan demi keselamtan manusia, makhluk hidup dan benda lainnya serta
keamanan operasi SUTT dan SUTET. Jarak bebas minimum vertikal pada
SUTT dan SUTET berdasarkan SNI 04-6918-2002 dapat dilihat pada tabel 3.3.
SUTT SUTET
No Lokasi 66 kV 150 kv 275 kv 500 kv
(m) (m) (m) (m)
40
3.3.5.2 Jarak Bebas Minimum Horizontal Pada SUTT dan SUTET
Jarak bebas minimum horizontal merupakan jarak terpendek secara
horizontal dari sumbu vertikal menara atau tiang ke bidang vertikal ruang
bebas. Ruang bebas adalah ruang yang dibatasi oleh bidang vertikal dan
horizontal di sekeliling dan di sepanjang konduktor SUTT atau SUTET di mana
tidak boleh ada benda di dalamnya demi keselamatan manusia, makhluk hidup
dan benda lainnya serta keamanan operasi SUTT dan SUTET.
Tabel 3.4 Jarak bebas minimum horizontal dari sumbu vertikal menara/tiang
1. SUTT 66 Kv
1,80 1,37 0,63 3,80 4,00
tiang baja
2. SUTT 66 Kv
1,80 0,68 0,63 3,11 4,00
tiang beton
3. SUTT 66 Kv
3,00 2,74 0,63 6,37 7,00
menara
4. SUTT 150 Kv
2,25 2,05 1,50 5,80 6,00
tiang baja
5. SUTT 150 Kv
2,25 0,86 1,50 4,61 5,00
tiang beton
6. SUTT 150 Kv
4,20 3,75 1,50 9,46 10,00
menara
7. SUTT 275 Kv
5,80 5,13 1,80 12,73 13,00
sirkit ganda
8. SUTET 500 kv
12,00 6,16 3,10 21,26 22,00
sirkit tunggal
9. SUTET 500 kv
7,30 6,16 3,10 16,56 17,00
sirkit ganda
41
3.3.5.3 Ruang Bebas Pada SUTT dan SUTET
Ruang bebas adalah daerah yang dibentuk oleh jarak bebas minimum
vertical dan horizontal pada SUTT dan SUTET, dimana pada daerah inilah
manusia, makhluk hidup atau bangunan tidak boleh ada di dalamnya,
Gambar 3.4 merupakan gambar yang menunjukkan letak ruang bebas pada
SUTT dan SUTET.
42
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Umum
Saluran transmisi 150 kV route Kemayoran - Ancol adalah salah satu
dari saluran transmisi di wilayah cakupan PT.PLN (Persero) JBB UTP
Pulogadung ULTG Pulogadung. Saluran transmisi ini terdapat 22 tower yang
terdiri dari tower lattice sebagai penompang dan perentang konduktornya yang
mentransmisikan daya listrik dari GI Kemayoran dan berakhir pada GI Ancol.
Penyambungan saluran transmisi ini menggunakan tower lattice Gambar 4.1
merupakan gambar peta saluran transmisi 150 kV route Kemayoran - Ancol.
Saluran transmisi ini menggunakan penghantar berjenis ACRS/Zebra
yang memiliki Kemampuan Hantar Arus (KHA) sebesar 911 Ampere (sumber :
data PT.PLN (Persero) JBB UTP Pulogadung ULTG Pulogadung). Pada tahun
2018 nilai arus beban mencapai 1.186 Ampere , untuk itu perlu dilakukan
perhitungan mekanis dari penghantar salah satunya adalah andongan dan
tegangan tarik mengingat akan kemungkinan akan bertambahnya beban di
masa yang akan datang.Adapun untuk menghitung andongan dan tegangan
tarik konduktor menggunakan Metode Catenary Curve (kurva lekung) dengan
pendekatan parabola. Dalam melakukan perhitungan dan gambar grafik
menggunakan software EXCEL 2010.
43
Adapun pemilihan tiang pada penelitian ini adalah tower A7-A8 yang
terletak pada daerah Martadinat dan tower A17-A18 yang terletak pada daerah
Taman Impian Ancol. Kedua tiang ini merupakan tiang 150 kV tipe menara
dengan jenis tension. Utility row yang dilewati tower pada tower A7-A8 (menara
penunjang tidak sama tinggi) adalah permukiman warga dan crossing jalan fly
over tower, sedangkan untuk tower A12-A13 (menara sama tinggi) adalah
pohon jenis tinggi.
44
Jumlah menara : 22 tower
Dimana :
C1 = dc
C2 = √
C3 = 1,78 x 10-8 e
∆t = tc - ta
45
Tabel 4.1 Data teknis Konduktor untuk Perhitungan Temperature
Jenis Konduktor
Spesifikasi
ACSR/Zebra
Luas penampang [A] 484,5 mm2
Diameter [dc] 28,62 m
Temperature Keliling [ta] 20oC , 30oC , 40oC
Tekanan Udara [p] 1 atm
Kecepatan Angin [Vm] 10 m/s
Kuat Hantar Arus [I] 2 x 911 A
Koefisien serap Matahari [ ] 0,6
Emisivitas relative Permukaan [e] 0,5
Hambatan pada Suhu [20Co] 7,1 x 10-5 Ω/m
Hambatan pada Suhu [30Co] 7,4 x 10-5 Ω/m
Hambatan pada Suhu [40Co] 7,7 x 10-5 Ω/m
Intensitas Radiasi Matahari [E] 1000 W/m2
1) C1 = dc
= 17,172 W/m
C2 =√
=√
= 0,53498 W/m
46
C3 = 17,8 x 10-8 . e
= 0,000000089
= 4 x 0,000000089 x (20)
= 0,00000712
= 0,0002136
= 9,63249
= 74,682 W/m
2) C1 = E dc
= 17,172 W/m
C2 =√
=√
= 0,53498
C3 = 17,8 x 10-8 . e
47
= 0,000000089
= 4 x 0,000000089 x (30)
= 0,00001068
= 0,0004806
= 9,63925
= 77,112 W/m
3) C1 = dc
= 17,172 W/m
C2 =√
=√
= 0,53498
C3 = 17,8 x 10-8 . e
= 0,000000089
= 4 x 0,000000089 x (40OC)
48
= 0,00001424
= 0,0008544
= 9,63925
= 79,542 W/m
49
600 4,43573 0,81062 20 24,43573
700 5,39368 0,95795 20 25,39368
800 6,49892 1,10524 20 26,49892
900 7,75142 1,25250 20 27,75142
50
100 1,85849 0,07975 40 41,85849
200 2,09772 0,23923 40 42,09772
300 2,49641 0,39869 40 42,49641
400 3,05453 0,55812 40 43,05453
500 3,77201 0,71748 40 43,77201
600 4,64878 0,87677 40 44,64878
700 5,68475 1,03597 40 45,68475
800 6,87980 1,19505 40 46,87980
900 8,23376 1,35396 40 48,23376
51
30
TEMPERATURE KONDUKTOR OC
25
20
15
10
0
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900
Gambar 4.3 Grafik Perubahan Arus Saluran terhadap Temperature Konduktor saat Temperatur keliling 20 oC pada ACSR
Zebra
52
39
TEMPERATURE KONDUKTOR OC 38
37
36
35
34
33
32
31
30
29
28
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900
Gambar 4.4 Grafik Perubahan Arus Saluran terhadap Temperature Konduktor saat Temperatur keliling 30 oC pada ACSR
Zebra
53
50
TEMPERATURE KONDUKTOR OC
48
46
44
42
40
38
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900
Gambar 4.5 Grafik Perubahan Arus Saluran terhadap Temperature Konduktor saat Temperatur keliling 40 oC pada ACSR
Zebra
54
Dari grafik 4.3 , 4.4 dan 4.5 dapat terlihat pertambahan arus saluran
mengakibatkan kenaikan temperature konduktor yang menyebabkan panas
pada konduktor. Semakin besar arus saluran yang melewati konduktor akan
menyebabkan kerugian berupa panas semakin tinggi yang pada akhirnya akan
menambah beban berupa panas pada konduktor tersebut. Hal ini terjadi karena
arus saluran yang mengalir dalam penghantar akan menimbulkan rugi-rugi
berupa energi panas yang besarnya berbanding dengan kuadrat arusnya.
Tabel 4.5 Data Teknis Konduktor untuk Perhitungan Tegangan Tarik dan
Andongan
55
2 2
a
( ) ( ) s2
A A
(f2 )2 〈(f2) (f1 ) 2
[ 2 1 ] 〉=
24(f1 ) 24
{[ ] }
1)
= 69,3 kg/m2
2681 kg
484,5 mm2
5,53354 kg/mm2
( ) ( )
( ) ( )
56
Dari tabel 4.4 dapat diketahui tc , sehingga didapatkan :
[ ]
〈 〉 {[ ] }
[ ( ) ]
⁄
[ ( ) ]
57
* ( ) +
⁄
[ ( ) ]
= 2498,50905 kg
( )
( )
( )
( )
* ( ) ( ) +
⁄
[ ( ) ( ) ]
58
⁄
⁄ kg
2)
= 69,3 kg/m2
2681 kg
484,5 mm2
5,53354 kg/mm2
( ) ( )
( ) ( )
59
Nilai-nilai diatas dimasukan kedalam persamaan 3.29 sehingga
didapatkan persamaan sebagai berikut :
〈 〉 {[ ] }
[ ( ) ]
⁄
[ ( ) ]
* ( ) +
60
⁄
[ ( ) ]
= 2391,54246 kg
( )
( )
( )
( )
* ( ) ( ) +
⁄
[ ( ) ( ) ]
61
⁄ kg
3)
= 69,3 kg/m2
2681 kg
484,5 mm2
5,53354 kg/mm2
( ) ( )
( ) ( )
62
〈 〉 {[ ] }
[ ( ) ]
⁄
[ ( ) ]
* ( ) +
⁄
[ ( ) ]
= 2295,72955 kg
63
Menara tidak sama tinggi
T2 = f2A
⁄
( )
( )
( )
( )
* ( ) ( ) +
⁄
[ ( ) ( ) ]
⁄ kg
64
Tabel 4.6 Hasil perhitungan tegangan tarik dan andongan konduktor saat temperature sekeliling 20 oC
0 20 1,78264 5,27127 2553,93032 315,52400 7,86750 2566,67567 6,43899 9,43899 315,53828 2564,36148 2569,22148
100 20 1,85634 5,26946 2553,05337 315,52436 7,87020 2565,80310 6,44167 9,44167 315,53864 2563,48888 2568,34888
200 20 2,07744 5,26406 2550,43707 315,52543 7,87828 2563,19988 6,44967 9,44967 315,53972 2560,88554 2565,74554
300 20 2,44595 5,25507 2546,08142 315,52723 7,89175 2558,86607 6,46302 9,46302 315,54152 2556,55151 2561,41151
400 20 2,96184 5,24257 2540,02517 315,52975 7,91057 2552,84030 6,48167 9,48167 315,54403 2550,52547 2555,38547
500 20 3,62511 5,22659 2532,28286 315,53299 7,93476 2545,13717 6,50565 9,50565 315,54728 2542,82201 2547,68201
600 20 4,43573 5,20723 2522,90294 315,53696 7,96426 2535,80504 6,53488 9,53488 315,55125 2533,48944 2538,34944
700 20 5,39368 5,18458 2511,92901 315,54167 7,99905 2524,88748 6,56937 9,56937 315,55595 2522,57139 2527,43139
800 20 6,49892 5,15874 2499,40953 315,54711 8,03912 2512,43291 6,60909 9,60909 315,56139 2510,11626 2514,97626
900 20 7,75142 5,12985 2485,41233 315,55329 8,08439 2498,50905 6,65396 9,65396 315,56757 2496,19174 2501,05174
65
Tabel 4.7 Hasil perhitungan tegangan tarik dan andongan konduktor saat temperature sekeliling 30 oC
0 30 1,78130 5,03956 2441,66682 315,57329 8,22924 2454,99818 6,79759 9,79759 315,58758 2452,67892 2457,53892
100 30 1,85805 5,03787 2440,84802 315,57367 8,23200 2454,18386 6,80033 9,80033 315,58796 2451,86455 2456,72455
200 30 2,08831 5,03284 2438,41098 315,57482 8,24022 2451,76014 6,80848 9,80848 315,58911 2449,44072 2454,30072
300 30 2,47206 5,02447 2434,35572 315,57674 8,25395 2447,72712 6,82209 9,82209 315,59102 2445,40750 2450,26750
400 30 3,00929 5,01282 2428,71129 315,57942 8,27313 2442,11377 6,84112 9,84112 315,59371 2439,79390 2444,65390
500 30 3,69996 4,99795 2421,50678 315,58287 8,29775 2434,94913 6,86553 9,86553 315,59716 2432,62893 2437,48893
600 30 4,54402 4,97992 2412,77124 315,58710 8,32779 2426,26226 6,89533 9,89533 315,60139 2423,94167 2428,80167
700 30 5,54144 4,95882 2402,54829 315,59211 8,36322 2416,09672 6,93047 9,93047 315,60640 2413,77565 2418,63565
800 30 6,69212 4,93476 2390,89122 315,59790 8,40400 2404,50570 6,97093 9,97093 315,61218 2402,18413 2407,04413
900 30 7,99600 4,90785 2377,85333 315,60447 8,45008 2391,54246 7,01664 10,01664 315,61876 2389,22028 2394,08028
66
Tabel 4.8 Hasil perhitungan tegangan tarik dan andongan konduktor saat temperature sekeliling 40 oC
0 40 1,77874 4,83186 2341,03617 315,62364 8,58297 2354,94059 7,14850 10,14850 315,63792 2352,61674 2357,47674
100 40 1,85849 4,83029 2340,27551 315,62404 8,58576 2354,18445 7,15127 10,15127 315,63833 2351,86056 2356,72056
200 40 2,09772 4,82559 2337,99836 315,62526 8,59413 2351,92085 7,15958 10,15958 315,63954 2349,59687 2354,45687
300 40 2,49641 4,81778 2334,21441 315,62729 8,60806 2348,15947 7,17340 10,17340 315,64157 2345,83532 2350,69532
400 40 3,05453 4,80690 2328,94305 315,63013 8,62754 2342,91967 7,19273 10,19273 315,64441 2340,59527 2345,45527
500 40 3,77201 4,79301 2322,21335 315,63379 8,65254 2336,23047 7,21754 10,21754 315,64807 2333,90576 2338,76576
600 40 4,64878 4,77618 2314,05921 315,63826 8,68303 2328,12573 7,24781 10,24781 315,65255 2325,80066 2330,66066
700 40 5,68475 4,75648 2304,51456 315,64356 8,71900 2318,63934 7,28351 10,28351 315,65784 2316,31385 2321,17385
800 40 6,87980 4,73402 2293,63269 315,64968 8,76036 2307,82448 7,32456 10,32456 315,66397 2305,49848 2310,35848
900 40 8,23376 4,70890 2281,46205 315,65663 8,80709 2295,72955 7,37095 10,37095 315,67092 2293,40299 2298,26299
67
8.15
8.10
8.05
8.00
ANDONGAN (M)
7.95
7.90
7.85
7.80
7.75
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900
Gambar 4.6 Grafik Perubahan Arus Saluran terhadap Andongan Konduktor saat Temperatur Keliling 20 oC pada ACSR Zebra
68
8.50
8.45
8.40
8.35
ANDONGAN (M)
8.30
8.25
8.20
8.15
8.10
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900
Gambar 4.7 Grafik Perubahan Arus Saluran terhadap Andongan Konduktor saat Temperatur Keliling 30 oC pada ACSR Zebra
Menara Sama Tinggi
69
8.85
8.80
8.75
8.70
ANDONGAN (M)
8.65
8.60
8.55
8.50
8.45
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900
Gambar 4.8 Grafik Perubahan Arus Saluran terhadap Andongan Konduktor saat Temperatur Keliling 40 oC pada ACSR Zebra
Menara Sama Tinggi
70
9.70
9.65
9.60
ANDONGAN (M)
9.55
9.50
9.45
9.40
9.35
9.30
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900
Gambar 4.9 Grafik Perubahan Arus Saluran terhadap Andongan Konduktor saat Temperatur Keliling 20 oC pada ACSR Zebra
Menara Tidak Sama Tinggi
71
10.05
10.00
9.95
9.90
ANDONGAN (M)
9.85
9.80
9.75
9.70
9.65
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900
Gambar 4.10 Grafik Perubahan Arus Saluran terhadap Andongan Konduktor saat Temperatur Keliling 30 oC pada ACSR
Zebra Menara Tidak Sama Tinggi
72
10.40
10.35
10.30
10.25
ANDONGAN (M)
10.20
10.15
10.10
10.05
10.00
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900
Gambar 4.11 Grafik Perubahan Arus Saluran terhadap Andongan Konduktor saat Temperatur Keliling 40 oC pada ACSR
Zebra Menara Tidak Sama Tinggi
73
2560
TEGANGAN KONDUKTOR SUHU AKHIR (T2) (KG)
2540
2520
2500
2480
2460
2440
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900
Gambar 4.12 Grafik Perubahan Arus Saluran terhadap Tegangan Konduktor pada Suhu Akhir saat Temperatur keliling 20 oC pada
ACSR Zebra
74
2460
2450
TEGANGAN KONDUKTOR SUHU AKHIR (T2) (KG)
2440
2430
2420
2410
2400
2390
2380
2370
2360
2350
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900
Gambar 4.13 Grafik Perubahan Arus Saluran terhadap Tegangan Konduktor pada Suhu Akhir saat Temperatur keliling 30 oC
pada ACSR Zebra
75
TEGANGAN KONDUKTOR SUHU AKHIR (T2) (KG) 2350
2340
2330
2320
2310
2300
2290
2280
2270
2260
2250
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900
Gambar 4.14 Grafik Perubahan Arus Saluran terhadap Tegangan Konduktor pada Suhu Akhir saat Temperatur keliling 40 oC
pada ACSR Zebra
76
Gambar 4.15 Gambar Simulasi Andongan Terhadap Perubahan Arus pada Menara Sama Tinggi
77
Gambar 4.16 Gambar Simulasi Andongan Terhadap Perubahan Arus pada Menara Tidak Sama Tinggi
78
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
79
5.2 Saran
1. Dalam penelitian ini penulis membahas tentang pengaruh arus saluran
dan suhu lingkungan terhadap andongan pada saluran transmisi 150 kV
di route Kemayoran-Ancol, diharapkan adanya penelitian lebih lanjut
untuk menganalisa pengaruh arus saluran dan suhu lingkungan terhadap
andongan dan tegangan tarik pada saluran transmisi 150 kV di daerah
lainnya.
2. Penelitian dilakukan pada siang hari, diharapkan penelitian dapat
dilakukan berdasarkan malam hari , untuk melihat perbedaan tegangan
tarik.
80
DAFTAR PUSTAKA
81
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Personal
Pendidikan
Junita Rahmawati
82
LAMPIRAN-LAMPIRAN
83
84
PETA SALURAN TRANSMISI ULTG PULOGADUNG
PLTU
GIS
PRTMR
JP 14
LAMA
JP 13 GIS
JP 12 PRTMR
JP 11 BARU
PLUMPANG - KANDANG SAPI
JP 10 JP 1 A01
GIS JP 2
JP 9 JP 3 JENIS TOWER LATICE
PRBRT JP 4 JP 5
JP 6 JENIS CONDUKTOR TACSR
ANGKE - ANCOL JP 8 EA1 JP 7
JP 8 DOUBLE CONDUKTOR
JP 7 D02 GIS JUMLAH INSULATOR 12
JENIS TOWER LATICE JP 6 PELINDO
D03 PIRING
JENIS CONDUKTOR ACCC 1
JP 5 JENIS INSULATOR CERAMIC
SINGLE CONDUKTOR D04
JP 4 PRIUK TIMUR - PLUMPANG 6 TOWER TENTION
JUMLAH INSULATOR 12
JP 3 A1C 4 TOWER TENTION SISIPAN
PIRING JENIS TOWER LATICE
KEGIATAN PEMBANGUNAN WATER INTAKE
JENIS INSULATOR CERAMIC JP 2 A2C JENIS CONDUKTOR TACSR
JP 1 BLOK 4 OLEH PT.SSP SELESAI BULAN
5 TOWER TENTION DOUBLE CONDUKTOR
A3C DESEMBER 2018 & KEGIATAN BONGKAR
KEGIATAN MUAT PERALATAN PROYEK BLOK 4 JUMLAH INSULATOR 12
1 PEMASANGAN PT.SANKIYU SELESAI SEPTEMBER 2018 PIRING
D4C
GI AKTIFITAS ALAT PLTG BLACKSTART JENIS INSULATOR CERAMIC
ANCOL BERAT PT. OLEH IP SELESAI 6 TOWER TENTION
D5C 4 TOWER TENTION SISIPAN
TOWER BERADA
A6C PEMUKIMAN TEMPAT PENYEWAAN DITENGAH RAWA DAN
EA22
PADAT PENDUDUK ALAT BERAT CRANE PT. SULIT DIJANGKAU RAWAN
A7C RAWAN BAHAYA GASURINDO BAHTERA PENCURIAN
A21 A8C
D9C D10C D11C
D12C D13C TEMPAT PENYEWAAN 1. ANDONGAN RENDAH RAWAN
D14C D15C KEGIATAN
D16C ALAT BERAT CRANE CV. PPL 2. DAERAH PEMUKIMAN
A20 D17C D18C AKTIFITAS PEMBONGKARAN
D19C D20C CEPAT SERVICE PENDUDUK RAWAN BAHAYA
A21C ALAT BERAT GARASI COUNTENER
A15 A7
A8 MILIK PT. PT. BESTINDO
A16 A9 A6
AH11 D12 D13 D14 D15 AH19 D18 A17 A14 A11 A47 D46
D10 A10 A22C D45
D9 A5 PEMUKIMAN A48 D44
EA1 D8 D12 D43 D42
D2 A3 D4 D5 D6 A7 D13 PADAT PENDUDUK A49
GENTRY D41
A4 RAWAN BAHAYA A40 D39 D38 D37 D36 A35 A34
GIS A23 A3C A4C
GI GUNUNG D5C
A3 GI
ANGKE SAHARI ADA PEKERJAAN A2C D6C
BORING A1 PLPNG
PEMUKIMAN PADAT JP 9 BARU D7C
JP 8 MANUAL KABEL GI
PENDUDUK RAWAN BAHAYA A2 PEMUKIMAN JT D8C
JTP7 PLPNG
TOWER SISIPAN
JT
PADAT PENDUDUK JT D9C
TOWER SISIPAN
JP 6 LAMA
JTP5 EA1 RAWAN BAHAYA JT D10C
JP 4 JT 5
JT JT D11C
JP 3 JT JT
JP 2 JT JT
GI GI JT
JP 1
MGBSR - KMYRN. I - II KMYRN GAMBI JT PEMUKIMAN PADAT GIS
R BARU JT PENDUDUK RAWAN KLPGD
GIS JT
MANGGA JT BAHAYA KEBAKARAN
JP 6B JP 7 JP 8
BESAR JP 3 JP 4 JP 5 JP 6 JP 6A PROYEK LRT OLEH PT.
JP 1 JP 2
D12C WIKA SELESAI BULAN
PLUMPANG - PEGANGSAAN AGUSTUS 2018
D13C
KEMAYORAN - ANCOL JENIS TOWER LATICE
ADA PEKERJAAN PROYEK LANDSCAPE UNTUK
JENIS CONDUKTOR TACSR
LAHAN PARKIR WISMA ATLIT KEMAYORAN JENIS TOWER LATICE GI D14C
DOUBLE CONDUKTOR
DAN BORIING MANUAL KABEL 20KV JENIS CONDUKTOR ACSR ZEBRA PLMAS
JUMLAH INSULATOR 24
DOUBLE CONDUKTOR PIRING TEMPAT PENYEWAAN
JUMLAH INSULATOR 12 PIRING D15C CRANE , PT. CAISON D.
JENIS INSULATOR CERAMIC
JENIS INSULATOR CERAMIC & BELING 3 TOWER TENTION RAWAN PPL
19 TOWER TENTION EA37 4 TOWER TENSION SISIPAN D16C
3 TOWER SUSPENSION
A36 D17C
TEMPAT PENYEWAAN CRANE
PT. TOTAL CRANE
A35 RAWAN PPL D18C
GIS
D28 PGSA
KEGIATAN PROYEK 6 RUAS TOL KELAPA
AH27 GADING - PD KOPI OLEH PT. JAYA
EA1
AH26 A25 D22 AH21
D24 D23 PEMBANGUNAN GIS
AH20 A001 PULOGADUNG BARU AKTIFITAS ALAT
D19 OLEH PT. TWINK SELESAI BERAT PT.
A002 DESEMBER 2018 KEISA
AH18 AKTIFITAS ALAT
PEGANGSAAN - PULOMAS D17 BERAT PT. ADHIMIX
AH3C RAWAN PPL
GENTRY
7 JENIS TOWER LATICE D16
30 JENIS TOWER STEEL POLE
JENIS CONDUKTOR TACSR AH15 AH4C A5 D13 EA14 GI
A1 D11 D12
DOUBLE CONDUKTOR GI A2 A9 A10
A14 AH13 D3 A8 PGLN
JUMLAH INSULATOR 24 PGDNG D4 D6 A7
AH5C AH5
PIRING
AH12 D11 D10 D9 D8 D7 A6
KETERANGAN : JENIS INSULATOR CERAMIC
22 TOWER TENTION EA38 PEMUKIMAN PADAT
D37 PENDUDUK DAN PABRIK
1.SUTT 150KV ANGKE - ANCOL JUMLAH 16 TOWER, GP.ROCHIMIN D36 D35
AH34 PLASTIK PLASTIK
2.SUTT 150KV KEMAYORAN - ANCOL JUMLAH 22 TOWER, GP. M.YAHYA PEGANGSAAN - PULOGADUNG -
3. SUTT 150KV PRIOK BARAT - PELINDO JUMLAH 19 TOWER, GP. DWI PUTRARAHARJO D33 PENGGILINGAN
PEKERJAAN
4. SUTT 150KV PRIOK TIMUR - PLUMPANG JUMLAH 26 TOWER, GP. SUKIRNO PEMBUATAN D32 JENIS TOWER LATICE
5. SUTT 150KV PLUMPANG - KANDANG SAPI JUMLAH 27 TOWER, GP. SUHENDRA TAMAN PT. D31 JENIS CONDUKTOR TACSR
6. SUTT 150KV PLUMPANG - PEGANGSAAN JUMLAH 28 TOWER, GP. ABDUL RAHMAN DOUBLE CONDUKTOR
D30
7. SUTT 150KV PEGANGSAAN - PULOMAS JUMLAH 31 TOWER, GP. FERY ANDRIYONO JUMLAH INSULATOR 12 PIRING
A27
8. SUTT 150KV PEGANGSAAN - PENGGILINGAN JUMLAH 18 TOWER, GP. TJETJEP SUPRIYATNA JENIS INSULATOR CERAMIC
9. SUTT 70KV CAWANG - PULOGADUNG (OFFLINE) JUMLAH 37 TOWER, GP. MUNAJAT AV26 13 TOWER TENSION
10. SUTT 150KV BEKASI - KANDANG SAPI JUMLAH 29 TOWER, GP. AHMILUH D25
11. SUTT 150KV BEKASI - MARUNDA JUMLAH TOWER 32 TOWER, GP. AHMAD APANDI
D24
12. SKTT 150KV PRIOK TIMUR - ANCOL .1-2 (NEW ) JUMLAH JP.28, GP. DHIRIN
13. SKTT 150KV PRIOK BARAT - PELINDO.1 JUMLAH JP.8, GP. AGUS WIHARYANTO D23
PULOGADUNG - CAWANG 70KV
14. SKTT 150KV PLUMPANG - GAMBIR BARU.1-2-3 JUMLAH JP 24, GP. DENI IRAWAN D22
15. SKTT 150KV MANGGA BESAR - KEMAYORAN.1-2 JUMLAH JP.20, GP. RANDI SETIYAWAN JENIS TOWER LATICE
D21
16. SKTT 150KV KEMAYORAN - GUNUNG SAHARI.1-2 JUMLAH JP18, GP. RACHMAT SEPTIANTO JENIS CONDUKTOR ACSR
17. SKTT 150KV PEGANGSAAN - WAHANA .1 - TOSAN.1-2 JUMLAH JP.3 PLUS 6 TOWER SINGLE CONDUKTOR D20
SUTT 150KV PEGANGSAAN - PULOMAS, GP. ANDRIANSYAH JUMLAH INSULATOR 8 PIRING
JENIS INSULATOR CERAMIC D19
15 TOWER TENSION AH18
22 TOWER SUSPENSION
D17 PROYEK JALAN
TOL BECAKAYU
D16
PENGHANTAR
AH15
CAWANG - PULOGADUNG 70KV
KONDISI OFFLINE D14
D13
D12
D11
AH10
A9
A8 PROYEK LRT
PT.
A7
A6
A5
A3
D2
EA1
GI
CWNG
85
86