DUNIA YUNANI-ROMAWI
a. Dunia yang bersatu
Agama kristen mulai dalam suatu dunia yang dipersatukan oleh negara Roma dan
kebudayaan Yunani. Dunia itu terbentang dari perbatasan India di timur sampai dengan negeri
Spanyol di barat; dari Afrika utara di selatan sampai di sungai Rijn di Jerman dan sungai Donau
di Austria dan Bulgaria di utara. Pusat politis dunia itu ialah kota Roma yang terletak di Italia, dan
pusat kebadayaannya terdapat di kota Athena, Yunani, dan Aleksandria, Mesir. Umat Kristen
yang menghasilkan Perjanjian Baru memakai bahasa Yunani, bahasa internasional, bukan
bahasa suci, Ibrani. Sebagai ahli waris agama Yahudi dan Perjanjian Lama, agama Kristen
akhirnya memberi sumbangannya kepada dunia yang satu itu.
Tempat asal agama Kristen, yaitu Palestina, tercakup dunia itu, meski terletak di pelosok,
di pinggir sekalipun. Dilihat dari pusat Palestina memang pelosok pedalaman. Tetapi dari segi
militer strategis bagian itu penting, terutama sebagai jembatan antara negeri Mesir dan wilayah
Asia Depan. Palestina menjadi mata rantai yang tidak boleh tidak ada dalam “Imperium
Romanum” yang melingkari Laut Tengah, yang oleh orang Roma disebut “mare nostrum”, laut
kita.
Roma dari segi politis dan kebudayaan Yunani, dari segi peradaban mempersatukan
suatu dunia yang serba majemuk. Di wilayah yang luas sekali Roma menciptakan keadaan yang
cukup aman dan tentram. “Pax Romana”, kedamaian Roma, tentu saja sebagian dipaksakan dan
dipertahankan dengan kekerasan senjata. Namun kedamaian dan keamanan itu suatu kenyataan
yang amat menguntungkan bagi semua. Kedamaian itu memungkinkan komunitas antarbangsa
dan wilayah di segala tingkatan. Sebelumnya dan tanpa Roma komunikasi yang menguntungkan
bagi semua tidaklah mungkin. Kendati ada segala macam rintangan, Roma mempersatukan
dunia di sekitar Laut Tengah.
Persatuan dan komunikasi tersebut yang diperlancar melalui pelayaran yang aman dan
jaringan jalan raya yang melintasi seluruh wilayah luas itu menguntungkan juga bagi agama
Kristen. Penyebaran agama itu yang relatif pesat tidak hanya ditentukan oleh dinamika intern,
tetapi juga oleh prasarana yang diciptakan negara Roma. Melalui prasarana itu dan bahasa
budaya yang satu macam-macam gagasan dan ajaran dapat mengalir kian ke mari dan mermbat
ke mana-mana. Satu di antaranya ialah pandangan dan kepercayaan Kristen. Sejarah
kekristenan sebagian besar ditentukan oleh apa yang diciptakan orang Roma. Seandainya pada
zaman itu Roma tidak ada, orang tidak tahu bagaimana sejarah agama Kristen serta hal ihwalnya.
Tetapi pastilah sudah bahwa semuanya sangat bebeda dengan apa yang sesungguhnya menjadi
kenyataan.
Negara Roma yang mencakup segala macam daerah, iklim, suku bangsa, bahasa dan
kebudayaan tidak hanya dipersatukan oleh tata negara dan tata hukumnya, tetapi juga oleh
kebudayaan Yunani. Alexander Agung (336-323sM) mulai membawa kebudayaan Yunani (yang
oleh daerah Alexander, Makedonia, diambil alih dari kota Atena serta taklukannya) ke luar negeri
Yunani, yaitu Asia Depan, Siria, Palestina dan Mesir. Tempat berpijak kebudayaan itu ialah kota
yang bergaya Yunani, yang dibangun Alexander (misalnya: Alexandria di Mesir) serta pengganti-
penggantinya. Tetapi terutama sejak negara Roma kuat kuasa kebudayaan itu tersebar kemana-
mana, terutama di seluruh bagian timur negara itu. Kota Roma sendiri tidak terluput. Benar
ucapan yang menjadi semacam peribahasa ini: Tentara Roma merebut Yunani, tetapi
kebudayaan Yunani mengalahkan Roma. Sebab setelah Roma secara militer menduduki negara
Yunani dan Asia Depan, kota Roma kebanjiran segalam macam “ahli” dan petualang Yunani.
Pengaruhnya sampai begitu jauh, sehingga pada zaman Perjanjian Baru bahasa Latin di Roma
sendiri terdesak oleh bahasa Yunani sebagai bahasa orang yang berpendidikan. Bahasa Latin
menjadi bahasa rakyat jelata, bahasa administrasi serta bahasa segelintir sastrawan. Orang
terdidik di Roma sebenarnya mesti menguasai dua bahasa.
Proses pengyunanian tersebut memang membutuhkan ratusan tahun. Tetapi
perkembangan itu tidak terbendung dan tahan lama. Dan benar juga, kebudayaan Yunani
mempunyai keunggulan yang sukar ditandingi kebudayaan lain yang bertemu dengannya.
Misalnya: kebudayaan Yahudi (Semit) yang sangat kuat dan bersifat keagamaan akhirnya mati
mengalah.demikian pun halnya dengan kebudayaan Mesir yang tua sekali. Pada zaman
Perjanjian Baru kebudayaan Yunani menjadi kebudayaan kalangan atas di Mesir seluruhnya.
Begitu pun di Palestina kebudayaan itu tersebar luas, terutama di kalangan atas. Dan apa yang
dewasa ini disebut “peradaban barat” sebagian besar lanjutan dari kebudayaan Yunani yang
tersebar di negara Roma. Kebudayaan setempat yang bermacam-macam di negara Roma hanya
bertahan sebagai “adat kebiasaan setempat” di bawah payung kebudayaan Yunani.
Kebudayaan-kebudayaan lain tidak berkaembang lagi.
Daya tarik dan keunggulan kebudayann Yunani terutama menghanyutkan penduduk kota,
teristimewa kalangan atas. Lama-kelamaan “berpendidikan Yunani” menjadi prasyarat untuk
”maju” di bidang politik, sosial dan ekonomi. Tanpa pendidikan itu orang tidak dapat dengan
leluasa bergerak dalam negara Roma yang luas membentang. Orang tidak dapat berdagang,
menjadi pegawai negeri atau mendapat pangkat dalam tentara kalau tidak tahu (sedikit banyak)
bahasa Yunani. Sebaliknya penduduk pedalaman, di luar kota serta wilayah di sekitarnya, hampir
saja tidak tersentuh oleh kebudayaan Yunani. Biasanya penduduk daerah langka, kecuali di
beberapa wilayah, seperti Mesir dan Palestina. Rakyat pedalaman itulah yang meneruskan
kebudayaan pribumi. Kemudian suatu “pembaharuan/kelahiran kembli” kebudayaan pribumi
berpangkal pada daerah.
Bahasa yang dipakai peradaban Yunani ialah bahasa Yunani. Pada zaman Perjanjian
Baru bahasa itu sudah lama menjadi bahasa internasional yang dapat dipakai oleh semua orang
yang berpendidikan sedikit. Bahasa “umum” ada berbagai tingkatnya. Para sastrawan dan
ilmuwan memakai bahasa Yunani yang “halus” dan baik, sering kali mau meniru sedikit bahasa
Yunani kuno, yang “asli”. Nyatanya bahasa itu toh mengalami perkembangan. Orang “biasa”
untuk keperluan sehari-hari memakai bahasa Yunani kurang murni dan malah kasar. Bahasa
Yunani sederhana itu sangat terpengaruh oleh bahasa daerah dan kurang ambil pusing tentang
tata bahasa dan kata-kata tepat.
Bahasa Yunani di wilayah negara Roma boleh dibandingkan dengan bahasa Indonesia di
negara Republik Indonesia. Bahasa itu bisa dipakai di mana-mana dan dimengerti oleh semua
orang yang pernah bersekolah. Tetapi di tiap-tiap daerah bahasa itu terpengaruh oleh logat
setempat. Dan rakyat biasa tidak ambil pusing tentang tata bahasa yang baik atau kata-kata yang
tepat. Asal dimengerti seperlunya. Lebih kurang sama kedudukan bahasa Inggris dewasa ini di
bagian besar dunia. Banyak orang “biasa” tahu sedikit banyak bahasa Inggris yang menjadi
semacam simbol status dan kemajuan.
Bahasa Yunani itulah yang menjadi saluran bagi pandangan hidup dan pemikiran khas
Yunani. Pagar yang biasanya dipasang oleh perbedaan bahasa dibongkar bahasa Yunani.
Dengan alat komunikasi itu macam-macam aliran dalam filsafat dan agama dapat merambat ke
mana-mana dengan cukup cepat. Perlu diingat bahwa tidak hanya gama Kristen disebarluas-kan
melalui bahasa Yunani itu. Di samping agama Kristen ada berbagai aliran yang memakai sarana
yang sama.