Anda di halaman 1dari 31

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang


Maha Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan
dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman yang telah
berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa
disusun dengan baik dan rapi.

Penulis berharap semoga makalah ini bisa menambah


pengetahuan para pembaca. Namun terlepas dari itu, penulis memahami
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga penulis
sangat mengharap kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Penulis
ii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN......................................................................

KATA PENGANTAR.............................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................ii

DAFTAR GAMBAR.............................................................................iii

DAFTAR TABEL.................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..........................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................1
C. Tujuan.......................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Mengenal Bawang Merah.........................................................3


B. Syarat Tumbuh.........................................................................5
C. Varietas Bawang Merah di Indonesia.......................................9
D. Cara Tanam Bawang Merah...................................................13
E. Kandungan Gizi dan Kandungan Kimia Bawang Merah........19
F. Manfaat Bawang Merah..........................................................21
G. Peluang Usaha Bawang Merah..............................................22
H. Tips Memilih Bawang Merah yang Baik.................................22

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................24
B. Saran ......................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................26
iii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Tanaman Bawang Merah................................................3


Gambar 1.2 Bawang Merah Varietas Bima Brebes..........................11
Gambar 1.3 Penanaman Bawang Merah Pada Pot..........................14
Gambar 1.4 Pembibitan Bawang Merah...........................................15
Gambar 1.5 Lahan Untuk Penanaman Bawang Merah....................16
Gambar 1.6 Pemupukan Bawang Merah..........................................17
Gambar 1.7 Pemanenan Bawang Merah..........................................19
iv

DAFTAR TABEL

Table 1.1 Kandungan Gizi Bawang Merah……………………………..20


1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran
yang mempunyai arti penting bagi masyarakat Indonesia, baik
dilihat dari nilai ekonomisnya yang tinggi maupun dari kandungan
gizinya. Bawang merah termasuk salah satu diantara tiga anggota
Allium yang paling populer dan mempunyai nilai ekonomi tinggi.
Karenanya tidak heran jika bawang merah mempunyai banyak
nama panggilan. Nama ilmiah bawang merah adalah Allium cepa
atau Allium ascalonicum. Banyaknya manfaat yang dapat diambil
dari bawang merah dan tingginya nilai ekonomi yang dimiliki
sayuran ini, membuat para petani diberbagai daerah tertarik
membudidayakannya untuk mendapatkan keuntungan besar dari
potensi bisnis tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja syarat tumbuh bawang merah?
2. Varietas bawang merah apa saja yang ada di Indonesia?
3. Bagaimana cara penanaman bawang merah yang baik?
4. Apa saja kandungan gizi dan kandungan kimia yang terdapat
pada bawang merah?
5. Apa saja manfaat bawang merah?
6. Bagaimana peluang usaha budidaya bawang merah?
7. Bagaimanakah cara memilih bawang merah yang baik?

C. Tujuan
1. Mengetahui cara penanaman bawang merah
2. Untuk mengetahui varietas-varietas bawang merah yang ada di
Indonesia
2

3. Untuk mengetahui kandungan gizi yang terdapat pada bawang


merah
4. Untuk mengetahui manfaat bawang merah
5. Untuk mengetahui peluang usaha pembudidayaan bawang
merah
6. Untuk mengetahui cara memilih bawang merah yang baik
3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Mengenal Bawang Merah (Ardi, Endarto. 2018. Bawang Merah


Teknik Budaya Bawang Merah. Yogyakarta: Trans Idea Publishing)

Salah satu komoditas holtikultura yang banyak dibudidayakan


masyarakat Indonesia adalah bawang merah (Allium Aacalonicum
Kelompok Aggregatum) atau banyak nama yang berbeda di setiap Negara
yaitu Indoonesia (Bawang merah, bawang beureum, brambang) ; Inggris
(Shallots, golden shallots) ; Melayu (Bawang merah) ; Vietnam (Anh cu,
hanh ta) ; Thailand ( Horm dang) ; Philipina (Sibuyas) ; Cina (Huo cong) ;
Jepang (Esharetto). Adalah sejenis tanaman yang menjadi bumbu
berbagai masakan Asia Tenggara dan dunia. Bagian yang paling banyak
dimanfaatkan adalah umbi, meskipun beberapa tradisi kuliner juga
menggunakan daun serta tangkai bunganya sebagai bumbu penyedap
masakan.

https://
makershustlepodcast.com/cara-menanam-bawang-merah/

gambar 1.1 tanaman bawang merah

Bawang merah merupakan terna rendah yang tumbuh tegak dengan


tinggi dapat mencapai 15-50 cm, membentuk rumpun dan termasuk
tanaman semusim. Perawakannya berupa akar serabut yang tidak
4

panjang dan tidak terlalu dalam tertanam dalam tanah, tanaman ini
termasuk tidak tahan kekeringan. Bawang merah daunnya hanya
mempunyai satu permukaan, berbentuk bulat kecil memanjang, dan
berlubang seperti pipa. Bagian ujung daunnya meruncing dan bagian
bawahnya melebar seperti kelopak dan membengkak. Ada juga yang
daaunnya membentuk setengah lingkaran pada penampang melintang
daunnya. Warna daunnya hijau muda. Kelopak-kelopak daun sebelah luar
selalu melingkar dan menutup daun yang ada didalamnya, sehingga jika
dipotong melintang di bagian ini akan terlihat lapisan-lapisan berbentuk
cincin. Beberapa helai kelopak daun terluar (2-3 helai) tipis dan mengering
tetapi cukup liat. Kelopak yang menipis dan kering ini membungkus
lapisan kelopak daun yang ada didalamnya (yang juga saling
membungkus) yang membengkak. Karena kelopak daunnya
membengkak, bagian ini akan terlihat menggembung, membentuk umbi
yang merupakan umbi lapis. Bagian ini berisi cadangan makanan untuk
persediaan makanan bagi tunas yang akan menjadi tanaman baru, sejak
mulai bertunas sampai keluar akarnya. Sementara itu, bagian atas
pembengkakan (umbi) mengecil kembali dan saling membungkus
sehingga membentuk batang semu.

Dalam tata binomial khususnya pada klasifikasi bawang merah,


spesies bawang yang berwarna keunguan ini diberi nama Allium cepa L.,
yang merupakan anggota kelompok aggregatum, yakni sekumpulan
bumbu makanan yang lazim digunakan dikawasan Asia Tenggara.
Bawang merah sering dianggap berkerabat dengan bawang putih,
bawang bombai, bawang daun dan jenis bawang lainnya. Untuk
membuktikan hal tersebut, maka diperlukan pengetahuan mengenai
klasifikasi bawang merah.

Berikut adalah klasifikasi bawang merah:

Kingdom : Plantae (tumbuhan)


5

Sub kingdom : Tracheobionita (tumbuhan berpembuluh)

Super divisi : Spermatophyte (menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)

Kelas : Liliopsida (berkeping satu)

Sub kelas : Lilidae

Ordo : Liliales

Famili : Liliaceae (suku bawang-bawangan)

Genus : Allium

Spesies : Allium cepa var Aggregatum L.

A. Syarat Tumbuh (Khairani, A. 2014. Bawang Merah & Thibbun


Nabawi. Surabaya: Alfasyam Publishing)
1. Iklim

Tanaman bawang merah lebih senang tumbuh di daerah


beriklim kering dengan suhu yang agak panas dan cuaca cerah,
ditanam pada musim kemarau atau akhir musim hujan. Pada
musim kemarau tanaman bawang merah akan tumbuh baik asal
disertai pengairan yang memadai. Tempat yang digunakan untuk
penanaman bawang merah adalah tempat yang terbuka dan tidak
berkabut. Penanaman di tempat terlindung akan menyebabkan
pembentukan umbi yang kurang baik dan berukuran kerdil. Daerah
yang cukup mendapat sinar matahari sangat diutamakan minimal
70% penyinaran.

Bawang merah sebaiknya ditanam di daerah beriklim kering


dengan suhu yang agak panas, yaitu sekitar 25-32° C. pada suhu
6

22° C masih dapat membentuk umbi, tetapi hasilnya tidak sebaik


jika ditanam di daerah yang bersuhu panas. Bawang merah dapat
tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai
dataran tinggi ± 1.100 m (ideal 0-800 m) diatas permukaan laut,
karena bawang merah termasuk tanaman yang memerlukan sinar
matahari cukup panjang, tiupan angin sepoi-sepoi berpengaruh
baik bagi tanaman terhadap laju fotosintesis dan pembentukan
umbinya akan tinggi.

Angin merupakan faktor iklim yang berpengaruh terhadap


pertumbuhan tanaman bawang merah. Sistem perakaran bawang
merah yang sangat dangkal, maka angina kencang yang
berhembus terus-menerus secara langsung dapat menyebabkan
kerusakan tanaman. Tanaman bawang merah sangat rentan
terhadap curah hujan tinggi.

Curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman


bawang merah adalah antara 300-2500 mm/tahun (Deptan, 2007).
Kelembaban udara (nisbin) untuk dapat tumbuh dan berkembang
dengan baik serta hasil produksi yang optimal, bawang merah
menghendaki kelembaban udara nisbin antara 80-90%. Intensitas
sinar matahari penuh lebih dari 14 jam/hari, oleh sebab itu tanaman
ini tidak memerlukan naungan/pohon peneduh.

2. Tanah
Tanaman bawang merah memerlukan tanah berstruktur
remah, sedang sampai liat. Drainase yang baik, penyinaran
matahari minimum 70%. Bawang merah tumbuh baik pada tanah
subur, gembur dan banyak mengandung bahan organic dengan
dukungan jenis tanah lempung berpasir atau lempung berdebu,
derajad kemasaman tanah (pH) tanah untuk bawang merah antara
5,5-6,5, tata air (drainase) dan tata udara (acrasi) dalam tanah
7

berjalan baik, tidak boleh ada genangan. Bawang merah dapat


ditanam di sawah setelah panen padi atau tebu biasanya
dilaksanakan pada musim kemarau. Dan dapat juga di tanah
tegalan, kebun dan pekarangan yang biasanya dilakukan pada
musim penghujan.
Tanah yang gembur, subur, dan banyak mengandung bahan
organik atau humus sangat baik untuk bawang merah. Tanah yang
gembur dan subur akan mendorong perkembangan umbi sehingga
hasilnya besar-besar.
Tanah aluvial atau kombinasi dengan tanah humus dan
latosol yang berpasir dapat juga ditanami bawang merah meskipun
hasilnya tidak sebaik tanah lempung berpasir. Asalkan strukturnya
bergumpal dan tidal becek. Untuk tanah semacam ini perlu
pengolahan tanah yang baik dan ditambahkan bahan organik yang
lebih banyak. Untuk tanah yang agak becek atau kadang-kadang
menggenang airnya, diperlukan saluran pembuangan air yang baik.
Nilai pH yang paling baik untuk lahan bawang merah yaitu
pH antara 6,0-6,8. Keasaman dengan pH antara 5,5-7,0 masih
termasuk kisaran keasaman yang dapat digunakan untuk lahan
bawang merah. Jika tanahnya terlalu masam, tanaman akan
menjadi kerdil. Bila terlalu basah, umbinya menjadi kecil dan
hasilnya rendah. Jika terlalu asam terpaksa harus dilakukan
pengapuran, hati-hati jangan mengapur tanah saat bawang merah
sudah ditanam. System pengakarannya tidak tahan kapur.
Sebaiknya pengapuran dikerjakan beberapa hari sebelum
penanaman.
s
3. Pola Tanam
Pengolahan tanah yang dilakukan pada saat tidak hujan 2-4
minggu sebelum tanam, untuk menggemburkan tanah dan
memberikan sirkulasi udara dalam tanah. Tanah dicangkul sedalam
8

40 cm. Budidaya dilakukan pada bedengan yang telah disiapkan


dengan lebar 100-200 cm, dan panjang sesuai kebutuhan. Jarak
antar bedengan 20-40 cm.
Rotasi tanaman dengan padi setahun sekali dan dengan
tebu tiga tahun sekali dengan bawang merah, cukup baik dan
sangat membantu mempertahankan produktifitas lahan. Untuk
melestarikan produktifitasnya lahan pertanian yang digunakan
dalam produksi tidak boleh dibiarkan memiliki salinitas tinggi dan
drainase jelek. Untuk memaksimalkan penggunaan lahan dapat
ditempuh dengan cara tumpang gilir dan tumpangsari bersisipan.

4. Pemilihan Varietas Bawang Merah


Ada beberapa varietas yang berasal dari daerah-daerah
tertentu seperti Sumenep, Bima, Lampung dan sebagainya.
Kualitas umbi bawang merah ditentukan oleh beberapa faktor dari
sifat dan ciri-cirinya, seperti umur tanaman, ketahanan terhadap
penyakit, ketahanan terhadap hujan, bentuk, ukuran, warna,
kepadatan, dan aroma umbi. Berdasarkan warna umbinya, jenis-
jenis bawang merah di Indonesia dapat dibedakan menjadi 3
kelompok, yaitu sebagai berikut.
a. Kelompok yang umbinya berwarna merah tua seperti varietas
Medan, Gugur, Maja dan Sri Sakate.
b. Kelompok yang umbinya berwarna kuning muda pucat seperti
varietas Sumenep.
c. Kalompok yang umbinya berwarna kekuning-kuningan sampai
merah muda seperti varietas Kuning, Lampung, Bima,
Ampenan, dan sebagainya

Semua kelompok tersebut diduga berasal dari dua induk


saja, yaitu induk yang umbinya berwarna merah dan kuning muda
pucat. Warna umbi tersebut mungkin dapat berubah karena suatu
9

hal. Sebagai contoh, jika bawang merah ditanam di daerah yang


suhu udaranya dingin, umbinya akan menjadi semakin berwarna
pucat.

B. Varietas Bawang Merah di Indonesia (Khairani, A. 2014. Bawang


Merah & Thibbun Nabawi. Surabaya: Alfasyam Publishing)
Saat ini, telah banyak varietas bawang merah yang
dikembangkan, terutama varietas-varietas yang berkembang lokal
seperti misalnya varietas Ampenan, Australia, Bangkok, Bima,
Garut, Keling, Kuning, Lampung, Medan, Menteng, dan Sumenep.
Di daerah Jawa Barat misalnya, varietas Bima, Medan, Maja,
Keling, dan Kuning dianjurkan untuk digunakan. Sedangkan
varietas Bima Brebes, Medan, Keling, Kuning, dan Bangkok cocok
untuk ditanam di dataran rendah.
Sementara itu, varietas tertentu memiliki karakteristik
tersendiri. Varietas yang mempunyai aroma tajam dan renyah
sehingga cocok untuk bawang goreng adalah varietas Bima
Brebes, Maja Cipanas, Manjung, Sumenep dan Batu. Sedangkan
varietas yang cocok untuk masakan adalah varietas Bima Brebes,
Tiron, Bauji, Super Philip, Batu Ijo dll. Di kabupaten Donggala
misalnya, dikenal dengan varietas bawang merah Palu yang cocok
untuk dataran rendah dan secara tradisional dibudidayakan oleh
petani di Lembah Palu, Sulawesi Tengah.
Di luar itu, masih banyak varietas lain yang dikembangkan
dan berkembang di masyarakat. Setiap daerah memiliki varietas
bawang merah tersendiri, seperti varietas Probolinggo, Palu,
Tinombo, Napu, Parman, Biru, dan Tiron. Varietas juga
berkembang berdasarkan karakteristik lahan untuk bertanamnya,
seperti misalnya varietas Tiron-sawah, Tiron-pasir, Biru-sawah, dan
Biru-pasir.
10

a. Varietas Ampenan
Varietas ampenan termasuk jenis yang produksinya sedang-
sedang saja, tetapi yang istimewa jenis ini paling banyak
anakannya. Sayangnya, ampenan sangat peka terhadap hujan,
sehingga hanya cocok untuk ditanam pada musim kemarau. Umbi
bawang ampenan berarna merah muda dan berbentuk lonjong.
Umur paanennya sedikit lebih panjang dari bima, yaitu sekitar 70
hari. Termasuk jenis yang cukup layak ditanam. Produktifitas
varietas ini terhitung tinggi. Jika dibudidayakan di daerah pasang
surut dapat menghasilkan 4,7-7,6 ton/ha, dan bahkan produksinya
mencapai 10-20 ton/ha di lahan irigasi.
b. Varietas Australia
Varietas ini mempunyai umbi berukuran besar, bentuknya
bulat dan warnanya merah keputih-putihan atau merah pucat.
Produksinya terhitung sedang. Umur panennya bekisar 65-70 hari.
c. Varietas Bangkok
Varietas Bangkok kemampuan produksinya rendah, hanya
mampu menghasilkan 7 ton/ha. Cocok ditanam pada musim
kemarau.
d. Varietas Bima
Varietas Bima sangat terkenal dngan produksinya yang
cukup tinggi hingga mencapai 10 ton/ha. Varietas ini banyak
ditanam orang. Meski demikian, dari uji yang dilakukan, varietas ini
termasuk tidak mudah beradaptasi dengan lingkungan yang tidak
produktif atau kurang subur dan peka terhadap perubahan
lingkungan. Secara fisik, umbinya agak besar dan bulat, bercincin
kecil, dan berwarna merah muda. Dalam tiap umbi terdapat 5-10
buah tunas. Umur panennya termasuk tidak panjang, yaitu 60-65
hari.
11

e. Varietas Bima Brebes


Varietas ini merupakan varietas lokal dari Brebes, Jawa
Tengah, cocok untuk ditanam di dataran rendahndan dalam satu
rumpun memiliki 7-12 buah anakan. Di Brebes tanaman ini memiliki
umbi lonjong kecil dengan cincin kecil pada cakram dan umbi
berwarna merah muda. Varietas Bima Brebes resisten terhadap
penyakit busuk umbi (Botrytis allii), tetapi peka terhadap penyakit
busuk daun (Phytoptora porii). Umur panen varietas ini 60 hari
dengan produksi mencapai 10 ton/ha umbi kering dengan bobot
susut panen mencapai 22%.

http://www.agribisnismsg3.com/2014/09/jual-bawang-merah-brebes-berlabel-
biru.html?m=1

gambar 1.2 bawang merah varietas bima brebes

f. Varietas Kuning
Varietas ini produksinya cukup tinggi, mencapai 7 ton/ha.
Umbinya berwarna merah muda dengan cincin-cincin umbi lapis
yang jelas dan bentuk umbinya bulat. Jenis ini paling cocok
ditanam pada musim kemarau. Umur panennya sekitar 80 hari.
Varietas ini tahan di musim hujan.
12

g. Varietas Keling
Varietas lokal ini banyak ditanam di Majalenka, Jawa Barat.
Varietas ini memiliki umbi bulat berwarna merah muda. Satu
rumpun biasanya memiliki 7-13 anakan dan tergolong sulit
berbunga. Varietas yang cocok untuk dataran rendah ini cukup
tahan terhadap busuk umbi, tetapi peka terhadap penyakit busuk
ujung daun. Pada umur70 hari setelah tanam varietas inidapat
dipanen dan produksi 8 ton/ha dengan susut bobot rendah, yaitu
15%.
h. Varietas Lampung
Jenis ini termasuk banyak ditanam meskipun produksinya
sedang-sedang saja. Umbinya berwarna merah tua dan bentuknya
bulat. Jumlah tunasnya mencapai 10-15 buah dan umur panennya
termasuk pendek, yaitu 60-65 hari.
i. Varietas Maja
Varietas ini mempunyai bentuk umbi bulat agak lonjong
dengan ujung meruncing atau bulat gasing. Warnanya merah tua.
Produksinya termasuk sedang-sedang saja. Keistimewaan jenis ini,
dapat ditanam mulai dari dataran rendah sampai di dataran tinggi.
Artinya, hasilnya cukup baik meskipun ditanam di dataran tinggi
sampai ketinggian 1.100 mdpl.
j. Varietas Medan
Varietas Medan banyak ditanam di daerah Samosir,
Sumatera Utara, yang merupakan dataran tinggi, namun juga
cocok untuk segala musim. Karena itu, varietas ini banyak pula
ditanam pada musim hujan. Jumlaj anakan mencapai 6-12 anakan
dalam satu rumpun dan mudah berbunga. Umbi bulat dengan ujung
runcing berwarna merah. Varietas ini cukup resisten terhadap
busuk umbi, tetapi peka terhadap penyakit busuk ujung daun. Umur
panen 70-80 hari dengan produksi 7 ton/ha umbi kering dan susut
bobot mencapai 25% dari bobot panen basah.
13

k. Varietas Palu
Varietas ini merupakan varietas lokal yang secara tradisional
dibudidayakan di Palu, Donggala, Sulawesi Tengah. Varietas ini
dikenal luas di wilayah tersebut, terutama Lembah Palu,Tinombo,
Gontarano, dan beberapa daerah lain di sekitarnya. Varietas lokal
yang cocok untuk ditanam di dataran rendah ini memiliki cita rassa
yang khas dan cocok untuk dijadian bawang goring. Karakteristik
tanamannya mirip dengan varietas Sumenep, tegak, dalam satu
rumpun terdapat hingga 6-8 anakan dengan tinggi tanaman 20-34
cm. Bentuk umbi bulat agak memanjang atau silindris seperti pipa
dengan ukuran agak kecil dan warna agak pucat. Dengan cara budi
daya yang baik, produktifitas varietas ini dapat mencapai 11,1
ton/ha.

l. Varietas Sumenep

Bawang merah varietas sumenep ini mempunyai ciri yang


menonjol disbanding jenis lain sehingga mudah sekali dibedakan,
terutama warna umbinya. Umbinya berwarna kuning pucat sampai
merah muda kekuning-kuningan dan bergaris-garis halus.
Warnanya lebih pucat dari jenis lain. Sewaktu masih di lahan,
umbinya keputih-putihan. Bentuk umbinya bulat panjang, daunnya
lebih besar dari jenis lain dan kaku. Produksinya teermasuk rendah.
Umbinya sangat digemari karena kualitas gorengnya yang tahan
kering dan beraroma harum. Tunasnya 5-8 buah tiap umbi, umur
panen 70-80 hari dan jarang berbunga terutama jika ditanam di
dataran tinggi. Sayangnya, umbi bawang sumenep ini tidak tahan
lama disimpan dan lebih peka terhadap penyakit busuk umbi.

C. Cara Tanam Bawang Merah (Saparinto, Cahyo dan Susiana, Rini.


2015. Grow Your Own Kitchen Spice. Pekalongan: Lily Publisher)
1. Penyediaan Media
14

Persiapan tempat dan bibit yang baik dapat memberikan andil


yang besar pada keberhasilan usaha tanaman bawang merah.
Selain itu, perawatan terhadap tanaman juga harus dilakukan
agar memperoleh hasil yang maksimal.
a. Syarat Tumbuh
Tempat pertumbuhan bawang merah yang baik bisa juga
ditanam pada jenis tanah aluvial yang memiliki pH 5,6-6,5,
dengan ketinggian 0-400 m dpl, kelembapan 50-70%, dan
suhu 25-32%°C. bawang merah akan tumbuh dengan baik
bila ditanam pada tanah sawah atau tegalan dengan tekstur
sedang sampai liat.
b. Tempat Bertanam
Bawang erah dapat ditanam di halaman atau pekarangan
rumah. Selain itu, dapat dikembangkan dengan wadah pot
atau dengan cara bertanam berjenjang (verticultur) bukan
halangan lagi. Di tempat yang sempit memberikan kesan
artistik.

https://mediatani.co/tips-dan-cara-menanam-bawang-merah-di-rumah-agar-tumbuh-subur/

gambar 1.3 penanaman bawang merah pada pot


15

c. Pembibitan
Penanaman bawang merah dapat dilakukan dengan
pembibitan atau tanpa pembibitan. Ukuran umbi bibit yang
optimal adalah 3-4 gram/umbi. Sementara umbi bibit yang
baik adalah umbi yang telah disimpan 2-3 bulan dan umbi
masih dalam ikatan (umbi masih ada daunnya). Hal lainnya
yang perlu diperhatikan adalah umbi bibit harus sehat,
ditandai dengan bentuk umbi yang kompak (tidak keropos),
kulit umbi tidak terluka (tidak terkelupas atau berkilau).

https://www.pertanianku.com/ini-dia-keunggulan-bibit-biji-bawang-merah/

gambar 1.4 pembibitan bawang merah


2. Pengelolaan Lahan
Penanaman bawang merah sebaiknya dilakukan di lokasi yang
terbuka dan tidak terlindung tanaman besar. Bila di halaman
atau pekarangan, pengolahan lahan dilakukan secara manual
dengan cagkul. Dapat dibuat bedengan taam dengan lebar
bedengan 1-1,2 meter dan panjang disesuaikan dengan
keadaan lahan. Tanah diletakkan diatas bedengan, sehingga
tinggi bedengan sekitar 20-30 cm.
Tanah dapat dilakukan pengapuran bila pH tanah kurang,
sebaiknya diberi kapur/dolomit dosis 150g/m² disebarkan di atas
bedengan dan diaduk rata dengan tanah, lalu dibiarkan
2minggu. Selanjutnya, pada permukaan tanah disebar pupuk
kandang dengan dosis 0,5-1 kg/1 m². tanah yang sudah ditaburi
16

pupuk kandang, kemudian dibajak dan digaru, kondisi ini


dibiarkan selama waktu kurang lebih 1 minggu.

https://www.sedulurtani.com/cara-budidaya-bawang-merah/
gambar 1.5 lahan untuk penanaman bawang merah

3. Pemeliharaan
Diperlukan pemeliharaan dengan baik, berupa penyiraman,
penyiangan, pupuk susulan, dan pengendalian hama serta
penyakit agar umbi dapat bertumbuh hingga panen. Dengan
melakukan pemeliharaan yang baik, maka hasilnya pun juga
akan baik.
a. Penanaman
 Bibit bawang yang digunakan ialah umbi yang baik,
kondisinya segar, kekar, tidak cacat, dan bebas dari
hama/penyakit yang menempel pada umbi bawang,
serta ukuran umbi seragam.
 Jarak tanam, yaitu 15 x 20 cm atau 15 x15 cm. Umbi
bibit dibenamkan, sehingga rata dengan permukaan
tanah.
 Umbi bawang akan tumbuh setelah 7-10 hari.
17

b. Penyiraman
 Penyiraman dilakukan setiap hari, pada pagi hari dan
sore hari sampai tanaman tumbuh (1 minggu),
kemudian disiram setiap pagi menggunakan gembor
untuk membasahi daun tanaman bawang merah.
 Caea memperrcepat penuaan umbi bawang setelah
tanaman berumur >55 hari dapat dilakukan
penyiraman pada siang hari.
c. Penyiangan
Penyiangan tanaman bawang merah secara manual
dilakukan sesuai keadaan gulma di lapangan. Biasanya
diantara satu sampai dua kali penyiangan dan umumnya
dilakukan sebelum aplikasi pemupukan.
d. Pupuk Susulan
Pupuk susulan dapat menggunakan pupuk Urea (0,5-0,7
g/tanaman), ZA (1-1,3 g/tanaman) dan KCl (0,5-0,7
g/tanaman). Perrmukaan susulan I dilakukan pada umur 10-
15 hari setelah tanam dan susulan II pada waktu umur 1
bulan setelah tanam, masing-masing ½ dosis.

https://mesinbawang.com/wp-content/uploads/2018/08/pemupukan-bawang.jpg

gambar 1.6 pemupukan bawang merah


18

e. Pengendalian Hama dan Penyakit


Ulat bawang (Spodoptera exigua atau S. litura) merupakan
hama dengan meletakkan telur pada pangkal dan ujung
daun bawang merah secara berkelompok. Telur dilapisi
benang-benang putih seperti kapas. Biasanya pada bawang
lebih sering terserang ulat grayak jenis Spodoptera exigua
dengan ciri terdapat garis hitam di perut/kalung hitam di
leher, dikendalikan dengan Virexi.

Ulat tanah berwarna cokelat-hitam. Pada bagian pucuk/titik


tumbuhnya dan tangkai kelihatan rebah karena dipotong
pangkalnya. Kumpulan ulat pada senja/malam hari. Jaga
kebersihan dari sisa-sisa tanaman atau rerumputan yang
jadi sarangnya. Semprot dengan Pestona.

Penyakit yang harus diwaspadai pada awal pertumbuhan


adalah penyakit layu Fusarium. Gejala serangan penyakit ini
ditandai dengan menguningnya daun bawang, kemudian
tanaman layu dengan cepat. Tanaman yang terserang
dicabut, lalu dibuang atau dibakar di tempat yang jauh.
Tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan Glio.

Busuk umbi oleh bakteri. Umbi yang terserang bakteri


menjadi busuk dan berbau. Bakteri biasanya menyerang
setelah dipanen. Usahakan tempat yang kering. Busuk
umbi/leher batang oleh jamur. Bagian yang terserang jadi
lunak, melekuk, dan berwarna kelabu. Jaga agar tanah tidak
terlalu becek. Cara untuk mengatasi penyakit busuk umbi
yang disebabkan oleh bakteri, sebaiknya diatasi dengan
menggunakan pestisida kimia.
19

f. Panen
Panen dpat dilakukan bila 60-90% daun telah rebah, dataran
rendah pemanenan pada umur 55-70 hari, dan dataran
tinggi pada umur 70-90 hari. Panen dilakukan pada pagi hari
yang cerah dan tanah tidak becek. Pemanenan dengan
pencabutan batang dan daun-daunnya. Selanjutnya, 5-10
rumpun diikat menjadi satu ikatan.

https://www.faunadanflora.com/cara-menanam-atau-budidaya-bawang-merah/

gambar 1.7 pemanenan bawang merah


D. Kandungan Gizi dan Kandungan kimia Bawang Merah
 Kandungan Gizi Bawang Merah (Ardi, Endarto. 2018. Bawang
Merah Teknik Budaya Bawang Merah.Yogyakarta: Trans Idea
Publishing)
Bawang merah mengandung beberapa senyawa yang penting
bagi tubuh, antara lain vitamin C,kalium, serat, dan asam folat.
Selain itu bawang merah juga mengandung kalsium dan zat
besi. Yanaman ini mengandung zat pengatur tubuh alami
berupa hormon auksin dan giberelin. Kegunaan bawang merah
lainnya yaitu dapat digunakan sebagai obat tradisional. Bawang
merah digolongkan sebagai tanaman obat karena mengandung
efek antiseptik dan senyawa alliin. Senyawa alliin akan diubah
20

menjadi asam piruvat, ammonia dan alliisin sebagai anti-


mikroba yang bersifat bakterisida. Adapun enzim yang berperan
dalam merubah senyawa alliin adalah enzim malliinase.
Berikut adalah table nilai kandungan gizi bawang merah (nilai gizi
per 100 g/3.5 oz) :

Kandungan Gizi Nilai Gizi per 100 gram


Energi 166 kJ (40 kcal)
Karbohidrat 9,34 g
Gula 4,24 g
Diet serat 1,7 g
Lemak 0,1 g
Jenuh 0,042 g
Monounsaturated 0,013 g
Polyunsaturated 0,017 g
Protein 1,1 g
Air 89,11 g
Vitamin A equiv 0 mg (0%)
Thiamine (Vitamin B1) 0,046 mg (4%)
Riboflavin (Vitamin B2) 0,027 mg (2%)
Niacin (Vitamin B3) 0,116 mg (9%)
Vitamin B6 0,12 mg (9%)
Folat (Vitamin B9) 19 mg (5%)
Vitamin B12 0 mg (0%)
Vitamin C 7,4 mg (12%)
Vitamin E 0,02 mg
Vitamin K 0,4 mg
Kalsium 23 mg
Besi 0,21 mg
Magnesium 0,129 mg
21

Fosfor 29 mg
Table 1.1 kandungan gizi bawang merah

 Kandungan Kimia Bawang Merah (Kuswardhani, Dian Sukma.


2016. Sehat Tanpa Obat dengan Bawang Merah dan Bawang
Putih. Yogyakarta: Andi Offest)
Bawang merah mengandung minyak atsiri yang terdiri atas
dialilsulfida, propantiol-S-oksida, S-Alil-L-Sistein-sulfoksida atau
Aliin., prostaglandin A-1, difenilamina , dan foroglusinol.
Mengandung senyaw turunan asam amino yang mengandung
sulfur, yaitu Sikloalliin 2%, propilalliin, dan propenilalliin. Bila sel-
sel umbi pecah, senyawa tersebut akan berubah menjadi
bentuk ester (ester asam tiosulfinat), sulfinil disulfida dan
polisulfida, begitu juga tiofen. Di samping itu, terbentuk pula
propantial-S-oksida (suatu senyawa yang dapat menyebabkan
keluarnya air mata). Di samping turunan asam amino,
ditemukan pula adenosinedan prostaglandin. Mengandung Alliin
(S-Allil-L-sistein sulfoksida), C6H11NO2S, jenis-jenis Allium
lainnya. Allisin C6H11NO2S adalah senyawa yang memiliki
potensi antibakteri.

E. Manfaat Bawang Merah (Saparinto, Cahyo dan Susiana, Rini.


2015. Grow Your Own Kitchen Spice. Pekalongan: Lily Publisher)
Bawang merah bermanfaat sebagai bumbu dapur dan bahan obat.
Hampir kebanyakan masakan tradisional Indonesia menggunakan
bahan bumbu dapur bawang merah, baik yang telah dihaluskan
dan dicampurkan dalam masakan, berupa bawang merah sebagai
penyedap, atau disajikan dalam bentuk sebar yang diiris tipis-tipis.
22

Bawang merah juga dapat digunakan untuk mengobati berbagai


penyakit manusia, seperti tumor, bentuk persisten, mengobati
wasir, sebagai obat cacing, mencegah kanker, radang paru-paru,
antianemia, memiliki sifat antiinflamasi, dan antibakteri yang
memberikan bantuan untuk sakit perut serta sindrom gastro yang
terkait. Digunakan juga untuk mengontrol gula darah di dalam hati
dan mengatur pelepasan insulin, serta mencegah adanya
gangguan yang memengaruhi produksi insulin di dalam tubuh.

F. Peluang Usaha Budidaya Bawang Merah (Ardi, Endarto. 2018.


Bawang Merah Teknik Budaya Bawang Merah.Yogyakarta: Trans
Idea Publishing)
Peluang bisnis bawang merah sangat menjanjikan, karena
bawang merah merupakan komoditas yang banyak dibutuhkan oleh
masyarakat sebagai bumbu penyedap masakan, sebagai bibit,
maupun sebagai bahan obat-obatan herbal. Dengan demikian,
kebutuhan masyarakat akan bawnag merah sangat besar dan
berkesinambungan. Kebutuhan bawang merah akan semakin
meningkat seiring dengan kenaikan jumlah penduduk, kenaikan
tingkat pendapatan, kenaikan tingkat pendidikan (pengetahuan)
serta kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kesehatan.

Kuatnya pasar bawang merah juga dapat dilihat dari


harganya yang relatif terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat,
sehingga daya beli masyarakat terhadap komoditas ini tetap tinggi.
Berbagai industri pangan yang memproduksi berbagai makanan
instan juga merupakan pasar yang potensial bagi hasil panen
bawang mrah. Degan adanya industri-industri makanan di
Indonesia, serapan pasar terhadap bawang merah dari tahun ke
tahun menunjukkan angka kenaikan yang signifikan.
23

G. Tips Memilih Bawang Merah yang Baik (Kuswardhani, Dian


Sukma. 2016. Sehat Tanpa Obat dengan Bawang Merah dan
Bawang Putih. Yogyakarta: Andi Offest)
Untuk mendapatkan bawang merah yang berkualitas, kita perlu
mengetahui ciri-ciri bawang merah yang baik. Pilihlah bawang
merah yang memiliki ciri-ciri seperti berikut:
 Kulit luar kering, tampak mengkilat, dan menutup rapat.
 Kulit luar yang kering berfungsi melindungi bawang merah
dari erangan bakteri pembusuk dan mencegah meresapnya
uap air dari lingkungan sekitar. Bawang merah yang terlalu
lembab cepat mengalami pembusukan. Jika dijual dalam
bentuk ikatan, pilih yang tangkai daunnya sudah kering
sempurna.
 Tekstur masih padat dan bentuknya bulat utuh.
 Bawang merah yang masih utuh dan masih ada sedikit akar
di bawahnya lebih tahan lama disimpan. Pastikan juga tidak
ada bagian bawang merah yang lembek karena merupakan
salah satu tanda telah terjadi kebusukan. Bawang merah
yang berukuran besar biasanya memiliki aroma yang lebih
kuat dari pada bawang merah yang berukuran kecil.
 Masih segar, tidak terlalu kering dan tidak terlalu basah.
 Bawang merah ada yang dijual dalam keadaan basah
Karena baru saja dipanen. Bila membeli bawang merah
seperti ini, jemur dan angin-anginkan terlebih dahulu agar
lebih tahan disimpan.
 Belum bertunas.
 Bawang merah yang bertunas menunjukkan bahwa bawang
merah sudah terlalu tua. Aroma bawang merah yang sudah
bertunas tidak sekuat bawang merah yang masih segar.
Selain itu, bawang merah juga tidak tahan lama disimpan.
 Tidak terdapat bercak atau tepung di bawah kulit.
24

 Bercak hitam atau tepung dibagian bawah kulit bawang


merah mengindikasikan bawang merah sudah rusak dan
terlalu lama disimpan. Bercak tersebut bisa diakibatkan oleh
jamur dan membuat bawang cepat busuk.
 Hindari bawang merah yang tampak layu, kuning, warna
kulit, dan aromanya telah berubah.
25

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Bawang merah atau Brambang (Allium ascalonicum L.)
adalah nama tanaman dari familia Alliaceae dan nama dari umbi
yang dihasilkan. Umbi dari tanaman bawang merah merupakan
bahan utama untuk bumbu dasar masakan Indonesia.
Bawang merah menyukai daerah yang beriklim kering
dengan suhu agak panas dan mendapat sinar matahari lebih dari
12 jam. Bawang merah dapat tumbuh baik di dataran rendah
maupun dtaran tinggi (0-900 mdpl) dengan curah hujan300-2500
mm/th dan suhunya 25°C- 32°C. jenis tanah yang baik untuk
budidaya bawang merah adalah regosol,grumosol, latosol, dan
alluvial, dengan pH 5,5-7.
Untuk budidaya bawang merah, pengolahan tanah dilakukan
pada saat tidak hujan 2-4 minggu sebelum tanam, untuk
menggemburkan tanah dan memberikan sirkulasi udara dalam
tanah. Tanah dicangkul sedalam 40 cm. budidaya dilakukan pada
bedengan yang telah disiapkan dengan lebar 100-200 cm, dan
panjang sesuai kebutuhan. Jarak antara bedengan 20-400 cm.
Penanaman dilakukan pada akhir musim hujan, dengan
jarak tanam 10-20x20 cm. cara penanamannya; kulit pembalut
umbi dikupas terlebih dahulu dan dipisahkan suing-siungnya. Untuk
mempercepat keluarnya tunas, sebelum ditanam bibit tersebut
dipotong ujungnya hingga 1/3 bagian. Bibit ditanam berdiri diatas
bedengan sampai permukaan irisan tertutup oleh lapisan tanah
yang tipis.
26

Pemeliharaan dilakukan dengan penyiraman dengan


menggunakan gembor atau sprinkler, atau dengan cara
menggenangi air di sekitar bedengan. Pengairan dilakukan secara
teratur sesuai dengan keperluan tanaman, terutama jika ada hujan.

B. SARAN
Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan komoditas
hortikultura yang memilik banyak manfaat dan bernilai ekonomis
tinggi serta mempunyai prospek pasar yang menarik. Selama ini
budidaya bawang merah diusahakan secara musiman (seasonal),
yang pada umumnya dilakukan pada musim kemarau (April-
Oktober), sehingga mengakibatkan produksi dan harganya
berfluktuasi sepanjang tahun. Sudah saatnya para petani mencari
alternatif untuk membudidayakan tanaman bawang merah
sepanjang tahun tanpa terpengaruh musim.
27

DAFTAR PUSTAKA

Ardi, Endarto. 2018. Bawang Merah Teknik Budaya Bawang Merah.


Yogyakarta: Trans Idea Publishing.

Kuswardhani, Dian Sukma. 2016. Sehat Tanpa Obat dengan Bawang


Merah dan Bawang Putih. Yogyakarta: Andi Offest.

Saparinto, Cahyo dan Susiana, Rini. 2015. Grow Your Own Kitchen
Spice. Pekalongan: Lily Publisher.

Khairani, A. 2014. Bawang Merah & Thibbun Nabawi. Surabaya: Alfasyam


Publishing.

https://makershustlepodcast.com/cara-menanam-bawang-merah/

http://www.agribisnismsg3.com/2014/09/jual-bawang-merah-brebes-
berlabel-biru.html?m=1

https://mediatani.co/tips-dan-cara-menanam-bawang-merah-di-rumah-
agar-tumbuh-subur/

https://www.pertanianku.com/ini-dia-keunggulan-bibit-biji-bawang-merah/

https://www.sedulurtani.com/cara-budidaya-bawang-merah/

https://mesinbawang.com/wp-content/uploads/2018/08/pemupukan-
bawang.jpg

https://www.faunadanflora.com/cara-menanam-atau-budidaya-bawang-
merah/

Anda mungkin juga menyukai