Anda di halaman 1dari 175

“Luka Yang Tidak Bisa Sembuh”

Pernah ada anak lelaki dengan watak buruk. Sehingga Ayahnya memberi dia
sekantung penuh paku, dan menyuruhnya memaku satu batang paku di pagar
pekarangan setiap kali dia kehilangan kesabaran atau berselisih paham dengan
orang lain.

Hari pertama dia memaku 37 batang di pagar.


Pada minggu-minggu berikutnya dia belajar untuk menahan diri, dan jumlah
paku yang dipakainya berkurang dari hari ke hari.

Dia mendapatkan bahwa lebih gampang menahan diri daripada memaku di


pagar.

Akhirnya tiba hari ketika dia tidak perlu lagi memaku sebatang paku-pun dan
dengan gembira disampaikannya hal itu kepada ayahnya.

Ayahnya kemudian menyuruhnya mencabut sebatang paku dari pagar setiap


kali dia berhasil menahan diri atau bersabar.

Hari-hari berlalu dan akhirnya tiba harinya dia bisa menyampaikan kepada
ayahnya bahwa semua paku sudah tercabut dari pagar.

Sang Ayah membawa anaknya ke pagar dan berkata, “Anakku, kamu sudah
berlaku baik, tapi coba lihat betapa banyak lubang yang ada di pagar? Pagar ini
tidak akan kembali seperti semula. Kalau kamu berselisih paham atau
bertengkar dengan orang lain, hal itu akan selalu meninggalkan luka seperti
yang terjadi pada pagar itu.”

====Pelajaran:====
Kau bisa menusukkan pisau di punggung orang dan mencabutnya kembali, tapi
akan meninggalkan luka. Tak peduli berapa kali kau meminta maaf dan
menyesal, luka tersebut tetap akan tertinggal. Luka melalui ucapan sama
perihnya seperti luka fisik, bahkan mungkin bisa lebih.

1
Tempayan Retak
Seorang tukang air memiliki dua tempayan besar, masing-masing bergantung
pada kedua ujung sebuah pikulan yang dibawa menyilang pada bahunya. Satu
dari tempayan itu retak, sedangkan tempayan satunya lagi tidak. Tempayan
yang utuh selalu dapat membawa air penuh, walaupun melewati perjalanan
yang panjang dari mata air ke rumah majikannya. Tempayan retak itu hanya
dapat membawa air setengah penuh.

Hal ini terjadi setiap hari selama dua tahun. Si tukang air hanya dapat
membawa satu setengah tempayan air ke rumah majikannya. Tentu saja si
tempayan utuh merasa bangga akan prestasinya karena dapat menunaikan
tugas dengan sempurna. Di pihak lain, si tempayan retak merasa malu sekali
akan ketidaksempurnaanya dan merasa sedih sebab ia hanya dapat
memberikan setengah dari porsi yang seharusnya ia dapat berikan.

Setiap Orang Memiliki kekurangan

Setelah dua tahun tertekan oleh kegagalan pahit ini, tempayan retak berkata
kepada si tukang air, “Saya sungguh malu kepada diri saya sendiri dan saya
mohon maaf yang sebesar-besarnya”

“mengapa?” tanya si tukang air,”mengapa kamu merasa malu ?””Saya hanya


mampu,selama dua tahun ini, membawa setengah porsi air dari yang
seharusnya dapat saya bawa. Adanya retakan pada sisi saya telah membuat air
yang saya bawa bocor sepanjang jalan menuju rumah majikan kita. Karena
cacatku itu, saya telah membuat mu rugi.”

Si tukang air merasa kasihan kepada si tempayan retak, dan dalam belas
kasihannya, ia menjawab,” Jika kita kembali ke rumah majikan besok, aku ingin
kamu memperhatikan bunga-bunga indah di sepanjang jalan.”

Tuhan sanggup memakai kelemahan kita untuk maksud yang indah.

Benar, ketika mereka naik ke bukit, si tempayan retak memperhatikan dan


baru
menyadari bahwa ada bunga-bunga indah di sepanjang sisi jalan dan itu
membuatnya sedikit terhibur. Namun pada akhir perjalanan, ia kembali
merasa sedih karena separuh air yang dibawanya telah bocor dan kembali
tempayan retak itu meminta maaf kepada si tukang air atas kegagalannya. Si

2
tukang air berkata kepada tempayan itu, “Apakah kamu tidak memperhatikan
adanya bunga-bunga di sepanjang jalan di sisimu ? tapi tidak ada bunga di
sepanjang jalan di sisi tempayan lain yang tidak retak itu ?” Itu karena aku
selalu menyadari akan cacatmu dan aku memanfaatkannya. Aku telah
menanam benih-benih bunga di sepanjang jalan di sisimu dan setiap hari jika
kita berjalan pulang dari mata air, kamu mengairi benih-benih itu. Selama dua
tahun ini, aku telah dapat memetik bunga-bunga indah itu untuk dapat
menghias meja majikan kita. Tanpa adanya kamu , majikan kita tidak akan
dapat menghias rumahnya seindah sekarang.”

Setiap orang memiliki cacat dan kelemahan sendiri. Kita semua adalah
tempayan retak, namun jika kita mau, Tuhan akan menggunakan kekurangan
kita untuk maksud tertentu. Dimata Sang Pencipta yang bijaksana, tak ada
yang terbuang percuma, Jangan takut akan kekuranganmu. Kenalilah
kelemahanmu dan kamu dapat menjadi sarana keindahan Sang Pencipta.

Ketahuilah dalam kelemahan kita, kita menemukan kekuatan kita.

3
BOTOL MINYAK
Seorang ibu menyuruh seorang anaknya membeli sebotol penuh minyak. Ia
memberikan sebuah botol kosong dan uang sepuluh rupee. Kemudian anak itu
pergi membeli apa yang diperintahkan ibunya. Dalam perjalanan pulang, ia
terjatuh. Minyak yang ada di dalam botol itu tumpah hingga separuh. Ketika
mengetahui botolnya kosong separuh, ia menemui ibunya dengan menangis,
“Ooo… saya kehilangan minyak setengah botol! Saya kehilangan minyak
setengah botol!” Ia sangat bersedih hati dan tidak bahagia. Tampaknya ia
memandang kejadian itu secara negatif dan bersikap pesimis.

Kemudian, ibu itu menyuruh anaknya yang lain untuk membeli sebotol minyak.
Ia memberikan sebuah botol dan uang sepuluh rupee lagi. Kemudian anaknya
pergi. Dalam perjalanan pulang, ia juga terjatuh. Dan separuh minyaknya
tumpah. Ia memungut botol dan mendapati minyaknya tinggal separuh. Ia
pulang dengan wajah berbahagia. Ia berkata pada ibunya, “Ooo… ibu saya tadi
terjatuh. Botol ini pun terjatuh dan minyaknya tumpah. Bisa saja botol itu
pecah dan minyaknya tumpah semua. Tapi, lihat, saya berhasil menyelamatkan
separuh minyak.” Anak itu tidak bersedih hati, malah ia tampak berbahagia.
Anak ini tampak bersikap optimis atas kejadian yang menimpanya.

 Sekali lagi, ibu itu menyuruh anaknya yang lain untuk membeli sebotol
minyak. Ia memberikan sebuah botol dan uang sepuluh rupee. Anaknya yang
ketiga pergi membeli minyak. Sekali lagi, anak itu terjatuh dan minyaknya
tumpah. Ia memungut botol yang berisi minyak separuh dan mendatangi ibunya
dengan sangat bahagia. Ia berkata, “Ibu, saya menyelamatkan separuh minyak.”

 Tapi anaknya yang ketiga ini bukan hanya seorang anak yang optimis. Ia juga
seorang anak yang realistis. Dia memahami bahwa separuh minyak telah
tumpah, dan separuh minyak bisa diselamatkan. Maka dengan mantap ia
berkata pada ibunya, “Ibu, aku akan pergi ke pasar untuk bekerja keras
sepanjang hari agar bisa mendapatkan lima rupee untuk membeli minyak
setengah botol yang tumpah. Sore nanti saya akan memenuhi botol itu.”

 Kita bisa memandang hidup dengan kacamata buram, atau dengan kacamata
yang terang. Namun, semua itu tidak bermanfaat jika kita tidak bersikap
realistis dan mewujudkannya dalam bentuk KERJA.

4
Orang Bodoh Dengan Uang Rp. 500
Ketika seorang pengusaha sedang memotong rambutnya pada tukang cukur
yang berdomisili tak jauh dari kantornya, mereka melihat ada seorang anak
kecil berlari-lari dan melompat-lompat di depan mereka.

Tukang cukur berkata, “Itu Bejo, dia anak paling bodoh di dunia”

“Apa iya?” jawab pengusaha

Lalu tukang cukur memanggil si Bejo, ia lalu merogoh kantongnya dan

mengeluarkan lembaran uang Rp. 1000 dan Rp. 500, lalu menyuruh Bejo
memilih,”Bejo, kamu boleh pilih & ambil salah satu uang ini, terserah kamu
mau pilih yang mana, ayo nih!” Bejo melihat ke tangan Tukang cukur dimana
ada uang Rp. 1000 dan Rp. 500, lalu dengan cepat tangannya bergerak
mengambil uang Rp. 500.
Tukang cukur dengan perasaan benar dan menang lalu berbalik kepada sang
pengusaha dan berkata,”Benar kan yang saya katakan tadi, Bejo itu memang
anak terbodoh yang pernah saya temui. Sudah tak terhitung berapa kali saya
lakukan tes seperti itu tadi dan ia selalu mengambil uang logam yang nilainya
paling kecil.”

Setelah sang pengusaha selesai memotong rambutnya, di tengah perjalanan


pulang dia bertemu dengan Bejo. Karena merasa penasaran dengan apa yang
dia lihat sebelumnya, dia pun memanggil Bejo lalu bertanya, “Bejo, tadi saya
melihat sewaktu tukang cukur menawarkan uang lembaran Rp. 1000 dan Rp.
500, saya lihat kok yang kamu ambil uang yang Rp. 500, kenapa tak ambil
yang Rp. 1000, nilainya kan lebih besar 2 kali lipat dari yang Rp. 500?”

Bejo pun berkata,”Saya tidak akan dapat lagi Rp. 500 setiap hari, karena tukang
cukur itu selalu penasaran kenapa saya tidak ambil yang seribu. Kalau saya
ambil yang Rp. 1000, berarti permainannya akan selesai…”

===Hikmah===

Banyak orang yang merasa lebih pintar dibandingkan orang lain, sehingga
mereka sering menganggap remeh orang lain. Ukuran kepintaran seseorang
hanya Allah yang mengetahuinya. Alangkah bijaksananya kita jika tidak
menganggap diri sendiri lebih pintar dari orang lain.

5
bedanya orang sukses dengan orang kurang sukses adalah, orang sukses berfikir
untuk hari ini dan esok, orang kurang sukses berfikir hanya untuk hari ini.

Cerita “Pohon”
Dalam sebuah perjalanan seorang ayah dengan puteranya, sebatang pohon
kayu nan tinggi ternyata menjadi hal yang menarik untuk mereka simak.
Keduanya pun berhenti di bawah rindangnya pohon tersebut.

“Anakku,” ucap sang ayah tiba-tiba. Anak usia belasan tahun ini pun menatap
lekat ayahnya. Dengan sapaan seperti itu, sang anak paham kalau ayahnya
akan mengucapkan sesuatu yang serius.

“Adakah pelajaran yang bisa kau sampaikan dari sebuah pohon?” lanjut sang
ayah sambil tangan kanannya meraih batang pohon di dekatnya.

“Menurutku, pohon bisa jadi tempat berteduh yang nyaman, penyimpan air
yang bersih dari kotoran, dan penyeimbang kesejukan udara,” jawab sang
anak sambil matanya menanti sebuah kepastian.

“Bagus,” jawab spontan sang ayah. “Tapi, ada hal lain yang menarik untuk kita
simak dari sebuah pohon,” tambah sang ayah sambil tiba-tiba wajahnya
mendongak ke ujung dahan yang paling atas.

“Perhatikan ujung pepohonan yang kamu lihat. Semuanya tegak lurus ke arah
yang sama. Walaupun ia berada di tanah yang miring, pohon akan memaksa
dirinya untuk tetap lurus menatap cahaya,” jelas sang ayah.

“Anakku,” ucap sang ayah sambil tiba-tiba tangan kanannya meraih punggung
puteranya. “Jadikan dirimu seperti pohon, walau keadaan apa pun, tetap lurus
mengikuti cahaya kebenaran,” ungkap sang ayah begitu berkesan.**

Keadaan tanah kehidupan yang kita pijak saat ini, kadang tidak berada pada
hamparan luas nan datar. Selalu saja ada keadaan tidak seperti yang kita
inginkan. Ada tebing nan curam, ada tanjakan yang melelahkan, ada turunan
landai yang melenakan, dan ada lubang-lubang yang muncul di luar dugaan.

Pepohonan, seperti yang diucapkan sang ayah kepada puteranya, selalu


memposisikan diri pada kekokohan untuk selalu tegak lurus mengikuti sumber

6
cahaya kebenaran. Walaupun berada di tebing ancaman, tanjakan hambatan,
turunan godaan, dan lubang jebakan.

“Jadikan dirimu seperti pohon, walau keadaan apa pun, tetap lurus mengikuti
cahaya kebenaran.”

=====
HIKMAH
=====

Sahabat, Jadikan dirimu seperti pohon, walau keadaan apa pun, tetap lurus
mengikuti cahaya kebenaran,” Siapapun Anda, bagaimanapun Anda, dan
Dimanapun anda... tatap dan ikutilah cahaya lurus kebenaran... karena bila
tidak anda akan tersesat dalam kegelapan. Dan Bila terperangkap dalam gelap,
jangan mengutuki kegelapan, tapi nyalakan lah cayaha walaupun dengan
Lilin...

7
Cerita “Anak Kerang”
Pada suatu hari ....seekor anak kerang di dasar laut mengadu dan mengaduh
pada ibunya sebab sebutir pasir tajam memasuki tubuhnya yang merah dan
lembek.

Anakku, kata sang Ibu sambil bercucuran air mata, Tuhan tidak memberikan
kita bangsa kerang sebuah tangan pun sehingga Ibu tak bisa menolongmu.
Sakit sekali, aku tahu. Tetapi terimalah itu sebagai takdir alam. Kuatkan
hatimu. Jangan terlalu lincah lagi. Kerahkan semangatmu melawan rasa pedih
dan sakit yang menggigit. Balutlah pasir itu dengan getah perutmu. Hanya itu
yang bisa kau perbuat, kata Ibunya dengan sendu namun lembut.

Maka si anak kerang pun melakukan nasihat ibundanya.Ada hasilnya, tetapi


rasa sakit bukan alang kepalang. Kadang di tengah kesakitannya, ia meragukan
nasihat ibunya. Dengan air mata ia bertahan bertahun-tahun. Tetapi tanpa
disadarinya sebutir mutiara

mulai terbentuk dalam dagingnya. Makin lama makin halus. Rasa sakit pun
makin berkurang. Makin lama mutiaranya makin besar. Rasa sakit menjadi
terasa wajar. Akhirnya sesudah sekian tahun, sebutir mutiara besar, utuh
mengkilap, dan berharga mahal pun terbentuk dengan sempurna. Dirinya kini,
sebagai hasil derita bertahun-tahun, lebih berharga daripada seribu ekor
kerang lain yang cuma disantap orang sebagai kerang rebus di pinggir jalan.

=====
HIKMAH
=====

Sahabat, Kekecewaan dan penderitaan akan selalu ada dalam hidup kita.
Seakan-akan Tuhan selalu mengambil kebahagiaan yang ada pada kita.
Tidak...tidak seperti itu. Kita hanya harus bersabar terhadap segala sesuatu
yang menimpa kita dan menanti ketetapan Tuhan. Dan semuanya akan
berakhir dengan indah.Karena segala sesuatu yang baik akan selalu mengarah
pada kebaikan.Kekecewaan dan penderitaan telah membuat seekor kerang
biasa menjadi kerang luar biasa.Kekecewaan dan penderitaan pun akan dapat
mengubah orang biasa menjadi orang luar biasa.

8
Garam
Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak.
Pada suatu pagi, datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung banyak
masalah. Langkahnya gontai dan air muka yang ruwet. Tamu itu, memang
tampak seperti orang yang tak bahagia. Tanpa membuang waktu, orang itu
menceritakan semua masalahnya.
Pak Tua yang bijak, hanya mendengarkannya dengan seksama. Ia lalu
mengambil segenggam garam, dan meminta tamunya untuk mengambil
segelas air. Ditaburkannya garam itu kedalam gelas, lalu diaduknya perlahan.
“Coba, minum ini, dan katakan bagaimana rasanya…”, ujar Pak Tua itu.
“Pahit. Pahit sekali”, jawab sang tamu, sambil meludah kesamping.
Pak Tua itu, sedikit tersenyum. Ia, lalu mengajak tamunya ini, untuk berjalan
ke tepi telaga di dalam hutan dekat tempat tinggalnya.
Kedua orang itu berjalan berdampingan, dan akhirnya sampailah mereka ke
tepi telaga yang tenang itu. Pak Tua itu, lalu kembali menaburkan segenggam
garam, ke dalam telaga itu. Dengan sepotong kayu, dibuatnya gelombang
mengaduk-aduk dan tercipta riak air, mengusik ketenangan telaga itu.
“Coba, ambil air dari telaga ini, dan minumlah”.
Saat anak muda itu selesai mereguk air itu, Pak Tua berkata lagi, “Bagaimana
rasanya?”
“Segar”, sahut tamunya.
“Apakah kamu merasakan garam di dalam air itu?” tanya Pak Tua lagi.
“Tidak”, jawab si anak muda.
Dengan bijak, Pak Tua itu menepuk-nepuk punggung si anak muda. Ia lalu
mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh di samping telaga itu.
“Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam
garam , tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama, dan
memang akan tetap sama. Tapi, kepahitan yang kita rasakan, akan sangat
tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu, akan didasarkan dari
perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada
hati kita.”
“Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada
satu hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya.
Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu”.
“Jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, tapi buatlah laksana telaga yang

9
mampu meredam setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran
dan kebahagiaan”.

Arloji yang Hilang


Ada seorang tukang kayu. Suatu saat ketika sedang bekerja, secara tak
disengaja arlojinya terjatuh dan terbenam di antara tingginya tumpukan
serbuk kayu.
Arloji itu adalah sebuah hadiah dan telah dipakainya cukup lama. Ia amat
mencintai arloji tersebut. Karenanya ia berusaha sedapat mungkin untuk
menemukan kembali arlojinya. Sambil mengeluh mempersalahkan
keteledoran diri sendiri si tukang kayu itu membongkar tumpukan serbuk yang
tinggi itu.

Teman-teman pekerja yang lain juga turut membantu mencarinya. Namun sia-
sia saja. Arloji kesayangan itu tetap tak ditemukan.
Tibalah saat makan siang. Para pekerja serta pemilik arloji tersebut dengan
semangat yang lesu meninggalkan bengkel kayu tersebut.
Saat itu seorang anak yang sejak tadi memperhatikan mereka mencari arloji
itu, datang mendekati tumpukan serbuk kayu tersebut. Ia menjongkok dan
mencari. Tak berapa lama berselang ia telah menemukan kembali arloji
kesayangan si tukang kayu tersebut.
Tentu si tukang kayu itu amat gembira. Namun ia juga heran, karena
sebelumnya banyak orang telah membongkar tumpukan serbuk namun sia-sia.
Tapi anak ini cuma seorang diri saja, dan berhasil menemukan arloji itu.
“Bagaimana caranya engkau mencari arloji ini ?”, tanya si tukang kayu.

“Saya hanya duduk secara tenang di lantai. Dalam keheningan itu saya bisa
mendengar bunyi tik-tak, tik-tak. Dengan itu saya tahu di mana arloji itu
berada”, jawab anak itu.
Keheningan adalah pekerjaan rumah yang paling sulit diselesaikan selama
hidup. Sering secara tidak sadar kita terjerumus dalam seribu satu macam
‘kesibukan dan kegaduhan’.
Ada baiknya kita menenangkan diri kita terlebih dahulu sebelum mulai
melangkah menghadapi setiap permasalahan.

10
Jadilah Pelita
Pada suatu malam, seorang buta berpamitan pulang dari rumah sahabatnya.
Sang sahabat membekalinya dengan sebuah lentera pelita.

Orang buta itu terbahak berkata: “Buat apa saya bawa pelita? Kan sama saja
buat saya! Saya bisa pulang kok.”

Dengan lembut sahabatnya menjawab, “Ini agar orang lain bisa melihat kamu,
biar mereka tidak menabrakmu.”

Akhirnya orang buta itu setuju untuk membawa pelita tersebut. Tak berapa
lama, dalam perjalanan, seorang pejalan menabrak si buta.

Dalam kagetnya, ia mengomel, “Hei, kamu kan punya mata! Beri jalan buat
orang buta dong!”

Tanpa berbalas sapa, mereka pun saling berlalu.

Lebih lanjut, seorang pejalan lainnya menabrak si buta.

Kali ini si buta bertambah marah, “Apa kamu buta? Tidak bisa lihat ya? Aku
bawa pelita ini supaya kamu bisa lihat!”

Pejalan itu menukas, “Kamu yang buta! Apa kamu tidak lihat, pelitamu sudah
padam!”

Si buta tertegun..

Menyadari situasi itu, penabraknya meminta maaf, “Oh, maaf, sayalah yang
‘buta’, saya tidak melihat bahwa Anda adalah orang buta.”

Si buta tersipu menjawab, “Tidak apa-apa, maafkan saya juga atas kata-kata
kasar saya.”

Dengan tulus, si penabrak membantu menyalakan kembali pelita yang dibawa


si buta. Mereka pun melanjutkan perjalanan masing-masing.

11
Dalam perjalanan selanjutnya, ada lagi pejalan yang menabrak orang buta kita.

Kali ini, si buta lebih berhati-hati, dia bertanya dengan santun, “Maaf, apakah
pelita saya padam?”

Penabraknya menjawab, “Lho, saya justru mau menanyakan hal yang sama.”

Senyap sejenak.

secara berbarengan mereka bertanya, “Apakah Anda orang buta?”

Secara serempak pun mereka menjawab, “Iya.,” sembari meledak dalam tawa.

Mereka pun berupaya saling membantu menemukan kembali pelita mereka


yang berjatuhan sehabis bertabrakan.

Pada waktu itu juga, seseorang lewat. Dalam keremangan malam, nyaris saja
ia menubruk kedua orang yang sedang mencari-cari pelita tersebut. Ia pun
berlalu, tanpa mengetahui bahwa mereka adalah orang buta.

Timbul pikiran dalam benak orang ini, “Rasanya saya perlu membawa pelita
juga, jadi saya bisa melihat jalan dengan lebih baik, orang lain juga bisa ikut
melihat jalan mereka.”

Pelita melambangkan terang kebijaksanaan. Membawa pelita berarti


menjalankan kebijaksanaan dalam hidup. Pelita, sama halnya dengan
kebijaksanaan, melindungi kita dan pihak lain dari berbagai aral rintangan
(tabrakan!).

Si buta pertama mewakili mereka yang terselubungi kegelapan batin,


keangkuhan, kebebalan, ego, dan kemarahan. Selalu menunjuk ke arah orang
lain, tidak sadar bahwa lebih banyak jarinya yang menunjuk ke arah dirinya
sendiri. Dalam perjalanan “pulang”, ia belajar menjadi bijak melalui peristiwa
demi peristiwa yang dialaminya. Ia menjadi lebih rendah hati karena
menyadari kebutaannya dan dengan adanya belas kasih dari pihak lain. Ia juga
belajar menjadi pemaaf.

Penabrak pertama mewakili orang-orang pada umumnya, yang kurang


kesadaran, yang kurang peduli. Kadang, mereka memilih untuk “membuta”
walaupun mereka bisa melihat.

12
Penabrak kedua mewakili mereka yang seolah bertentangan dengan kita, yang
sebetulnya menunjukkan kekeliruan kita, sengaja atau tidak sengaja. Mereka
bisa menjadi guru-guru terbaik kita. Tak seorang pun yang mau jadi buta,
sudah selayaknya kita saling memaklumi dan saling membantu.

Orang buta kedua mewakili mereka yang sama-sama gelap batin dengan kita.
Betapa sulitnya menyalakan pelita kalau kita bahkan tidak bisa melihat
pelitanya. Orang buta sulit menuntun orang buta lainnya. Itulah pentingnya
untuk terus belajar agar kita menjadi makin melek, semakin bijaksana.

Orang terakhir yang lewat mewakili mereka yang cukup sadar akan pentingnya
memiliki pelita kebijaksanaan.

Sudahkah kita sulut pelita dalam diri kita masing-masing? Jika sudah, apakah
nyalanya masih terang, atau bahkan nyaris padam? JADILAH PELITA, bagi diri
kita sendiri dan sekitar kita.

Sebuah pepatah berusia 25 abad mengatakan: Sejuta pelita dapat dinyalakan


dari sebuah pelita, dan nyala pelita pertama tidak akan meredup. Pelita
kebijaksanaan pun, tak kan pernah habis terbagi.

Bila mata tanpa penghalang, hasilnya adalah penglihatan. Jika telinga tanpa
penghalang, hasilnya adalah pendengaran. Hidung yang tanpa penghalang
membuahkan penciuman. Fikiran yang tanpa penghalang hasilnya adalah
kebijaksanaan.

13
Lingkungan Kita adalah Pikiran Kita
Suatu ketika seorang pria menelepon Norman Vincent Peale. Ia tampak
sedih.Tidak ada lagi yang dimilikinya dalam hidup ini. Norman mengundang
pria itu untuk datang ke kantornya.

“Semuanya telah hilang. Tak ada harapan lagi,” kata pria itu.

“Aku sekarang hidup dalam kegelapan yang amat dalam. Aku telah kehilangan
hidup ini”.

Norman Vincent Peale, penulis buku “The Power of Positive Thinking”,


tersenyum penuh simpati.

“Mari kita pelajari keadaan anda,” katanya Norman dengan lembut.

Pada selembar kertas ia menggambar sebuah garis lurus dari atas ke bawah
tepat di tengah-tengah halaman. Ia menyarankan agar pada kolom kiri pria itu
menuliskan apa-apa yang telah hilang dari hidupnya. Sedangkan pada kolom
kanan, ia menulis apa-apa yang masih tersisa.

“Kita tak perlu mengisi kolom sebelah kanan,” kata pria itu tetap dalam
kesedihan.

“Aku sudah tak punya apa-apa lagi.”

“Lalu kapan kau bercerai dari istrimu?” tanya Norman.

“Hei, apa maksudmu? Aku tidak bercerai dari istriku. Ia amat mencintaiku!”

“Kalau begitu bagus sekali,” sahut Norman penuh antusias.

“Mari kita catat itu sebagai nomor satu di kolom sebelah kanan “Istri yang
amat mencintai”.

“Nah, sekarang kapan anakmu itu masuk penjara?”

“Anda ini konyol sekali. Tak ada anakku yang masuk penjara!”

14
“Bagus! Itu nomor dua untuk kolom sebelah kanan “Anak-anak tidak berada
dalam penjara.” kata Norman sambil menuliskannya di atas kertas tadi.

Setelah beberapa pertanyaan dengan nada yang serupa, akhirnya pria itu
menangkap apa maksud Norman dan tertawa pada diri sendiri.

“Menggelikan sekali. Betapa segala sesuatunya berubah ketika kita berpikir


dengan cara seperti itu,” katanya.

Kata orang bijak, bagi hati yang sedih lagu yang riang pun terdengar
memilukan. Sedangkan orang bijak lain berkata, sekali pikiran negatif terlintas
di pikiran, duniapun akan terjungkir balik. Maka mulailah hari dengan selalu
berfikir positif.

Tuliskanlah hal-hal positif yang Kita pernah dan sedang miliki dalam hidup ini,
bebaskan pikiran-pikiran kita dari hal-hal negatif yang hanya akan menyedot
energi negatif dari luar diri kita. Dengan berfikir positif kehidupan ini akan
terasa amat indah dan tidaklah sekejam yang kita bayangkan. Objek-objek
yang berada di sekitar kita akan sangatlah tergantung dari bagaimana cara kita
memandang dan mempersepsikannya. Lingkungan Kita adalah Pikiran Kita.
Lingkungan akan berbuat positif kepada Kita jika Kita mempersepsikannya
baik, sebaliknya Lingkungan akan berbuat negatif kepada kita ketika kita
mempersepsikan sebaliknya.

15
Kisah Bunga Mawar
Suatu ketika, ada seseorang pemuda yang mempunyai sebuah bibit mawar. Ia
ingin sekali menanam mawar itu di kebun belakang rumahnya. Pupuk dan
sekop kecil telah disiapkan. Bergegas, disiapkannya pula pot kecil tempat
mawar itu akan tumbuh berkembang. Dipilihnya pot yang terbaik, dan
diletakkan pot itu di sudut yang cukup mendapat sinar matahari. Ia berharap,
bibit ini dapat tumbuh dengan sempurna.

Disiraminya bibit mawar itu setiap hari. Dengan tekun, dirawatnya pohon itu.
Tak lupa, jika ada rumput yang menganggu, segera disianginya agar terhindar
dari kekurangan makanan. Beberapa waktu kemudian, mulailah tumbuh
kuncup bunga itu. Kelopaknya tampak mulai merekah, walau warnanya belum
terlihat sempurna. Pemuda ini pun senang, kerja kerasnya mulai membuahkan
hasil. Diselidikinya bunga itu dengan hati-hati. Ia tampak heran, sebab tumbuh
pula duri-duri kecil yang menutupi tangkai-tangkainya. Ia menyesalkan
mengapa duri-duri tajam itu muncul bersamaan dengan merekahnya bunga
yang indah ini. Tentu, duri-duri itu akan menganggu keindahan mawar-mawar
miliknya.

Sang pemuda tampak bergumam dalam hati, “Mengapa dari bunga seindah
ini, tumbuh banyak sekali duri yang tajam? Tentu hal ini akan menyulitkanku
untuk merawatnya nanti. Setiap kali kurapihkan, selalu saja tanganku terluka.
Selalu saja ada ada bagian dari kulitku yang tergores. Ah pekerjaan ini hanya
membuatku sakit. Aku tak akan membiarkan tanganku berdarah karena duri-
duri penganggu ini.”

Lama kelamaan, pemuda ini tampak enggan untuk memperhatikan mawar


miliknya. Ia mulai tak peduli. Mawar itu tak pernah disirami lagi setiap pagi
dan petang. Dibiarkannya rumput-rumput yang menganggu pertumbuhan
mawar itu. Kelopaknya yang dahulu mulai merekah, kini tampak merona sayu.
Daun-daun yang tumbuh di setiap tangkai pun mulai jatuh satu-persatu.
Akhirnya, sebelum berkembang dengan sempurna, bunga itu pun meranggas
dan layu.

16
Jiwa manusia, adalah juga seperti kisah tadi. Di dalam setiap jiwa, selalu ada
‘mawar’ yang tertanam. Tuhan yang menitipkannya kepada kita untuk
dirawat. Tuhan lah yang meletakkan kemuliaan itu di setiap kalbu kita.
Layaknya taman-taman berbunga, sesungguhnya di dalam jiwa kita, juga ada
tunas mawar dan duri yang akan merekah.

Namun sayang, banyak dari kita yang hanya melihat “duri” yang tumbuh.
Banyak dari kita yang hanya melihat sisi buruk dari kita yang akan
berkembang. Kita sering menolak keberadaan kita sendiri. Kita kerap kecewa
dengan diri kita dan tak mau menerimanya. Kita berpikir bahwa hanya hal-hal
yang melukai yang akan tumbuh dari kita. Kita menolak untuk menyirami” hal-
hal baik yang sebenarnya telah ada. Dan akhirnya, kita kembali kecewa, kita
tak pernah memahami potensi yang kita miliki.

Banyak orang yang tak menyangka, mereka juga sebenarnya memiliki mawar
yang indah di dalam jiwa. Banyak orang yang tak menyadari, adanya mawar
itu. Kita, kerap disibukkan dengan duri-duri kelemahan diri dan onak-onak
kepesimisan dalam hati ini. Orang lain lah yang kadang harus menunjukannya.

Jika kita bisa menemukan “mawar-mawar” indah yang tumbuh dalam jiwa itu,
kita akan dapat mengabaikan duri-duri yang muncul. Kita, akan terpacu untuk
membuatnya akan membuatnya merekah, dan terus merekah hingga
berpuluh-puluh tunas baru akan muncul. Pada setiap tunas itu, akan berbuah
tunas-tunas kebahagiaan, ketenangan, kedamaian, yang akan memenuhi
taman-taman jiwa kita. Kenikmatan yang terindah adalah saat kita berhasil
untuk menunjukkan diri kita tentang mawar-mawar itu, dan mengabaikan
duri-duri yang muncul.

Semerbak harumnya akan menghiasi hari-hari kita. Aroma keindahan yang


ditawarkannya, adalah layaknya ketenangan air telaga yang menenangkan
keruwetan hati. Mari, kita temukan “mawar-mawar” ketenangan,
kebahagiaan, kedamaian itu dalam jiwa-jiwa kita. Mungkin, ya, mungkin, kita
akan juga berjumpa dengan onak dan duri, tapi janganlah itu membuat kita
berputus asa. Mungkin, tangan-tangan kita akan tergores dan terluka, tapi
janganlah itu membuat kita bersedih nestapa.

Biarkan mawar-mawar indah itu merekah dalam hatimu. Biarkan kelopaknya


memancarkan cahaya kemuliaan-Nya. Biarkan tangkai-tangkainya memegang
teguh harapan dan impianmu. Biarkan putik-putik yang dikandungnya menjadi
bibit dan benih kebahagiaan baru bagimu. Sebarkan tunas-tunas itu kepada

17
setiap orang yang kita temui, dan biarkan mereka juga menemukan keindahan
mawar-mawar lain dalam jiwa mereka. Sampaikan salam-salam itu, agar kita
dapat menuai bibit-bibit mawar cinta itu kepada setiap orang, dan
menumbuh-kembangkannya di dalam taman-taman hati kita.

SEBUAH KISAH YANG INDAH


Sebuah kisah yg Indah.. Jerry adalah seorang manager restoran di Amerika. Dia
selalu dalam semangat yang baik dan selalu punya hal positif untuk dikatakan.
Jika seseorang bertanya kepadanya tentang apa yang sedang dia kerjakan, dia
akan selalu menjawab, ” Jika aku dapat yang lebih baik, aku lebih suka menjadi
orang kembar!”  Banyak pelayan di restorannya keluar jika Jerry pindah kerja,
sehingga mereka dapat tetap mengikutinya dari satu restoran ke restoran
yang lain.

Alasan mengapa para pelayan restoran tersebut keluar mengikuti Jerry adalah
karena sikapnya.  Jerry adalah seorang motivator alami. jika karyawannya
sedang mengalami hari yang buruk, dia selalu ada di sana , memberitahu
karyawan tersebut bagaimana melihat sisi positif dari situasi yang tengah
dialamai.  Melihat gaya tersebut benar-benar membuat aku penasaran, jadi
suatu hari aku temui Jerry dan bertanya padanya, “Aku tidak mengerti! Tidak
mungkin seseorang menjadi orang yang berpikiran positif sepanjang waktu. 
Bagaimana kamu dapat melakukannya? ” Jerry menjawab, “Tiap pagi aku
bangun dan berkata pada diriku, aku punya dua pilihan hari ini. Aku dapat
memilih untuk ada di dalam suasana yang baik atau memilih dalam suasana
yang jelek. Aku selalu memilih dalam suasana yang baik.

Tiap kali sesuatu terjadi, aku dapat memilih untuk menjadi korban atau aku
belajar dari kejadian itu. Aku selalu memilih belajar dari hal itu. Setiap ada
sesorang menyampaikan keluhan, aku dapat memilih untuk menerima
keluhan mereka atau aku dapat mengambil sisi positifnya.. Aku selalu memilih
sisi positifnya.”  “Tetapi tidak selalu semudah itu,” protesku. “Ya, memang
begitu,” kata Jerry, “Hidup adalah sebuah pilihan. Saat kamu membuang
seluruh masalah, setiap keadaan adalah sebuah pilihan. Kamu memilih
bagaimana bereaksi terhadap semua keadaan. Kamu memilih bagaimana
orang-orang disekelilingmu terpengaruh oleh keadaanmu. Kamu memilih
untuk ada dalam keadaan yang baik atau buruk. Itu adalah pilihanmu,
bagaimana kamu hidup.”
18
Beberapa tahun kemudian, aku dengar Jerry mengalami musibah yang tak
pernah terpikirkan terjadi dalam bisnis restoran: membiarkan pintu belakang
tidak terkunci pada suatu pagi dan dirampok oleh tiga orang bersenjata. Saat
mencoba membuka brankas, tangannya gemetaran karena gugup dan salah
memutar nomor kombinasi. Para perampok panik dan menembaknya.
Untungnya, Jerry cepat ditemukan dan segera dibawa ke rumah sakit.

Setelah menjalani operasi selama 18 jam dan seminggu perawatan intensif,


Jerry dapat meninggalkan rumah sakit dengan beberapa bagian peluru masih
berada di dalam tubuhnya. Aku melihat Jerry enam bulan setelah musibah
tersebut.  Saat aku tanya Jerry bagaimana keadaannya, dia menjawab, “Jika
aku dapat yang lebih baik, aku lebih suka menjadi orang kembar. Mau melihat
bekas luka-lukaku? ” Aku menunduk untuk melihat luka-lukanya, tetapi aku
masih juga bertanya apa yang dia pikirkan saat terjadinya perampokan.  “Hal
pertama yang terlintas dalam pikiranku adalah bahwa aku harus mengunci
pintu belakang,” jawab Jerry.

“Kemudian setelah mereka menembak dan aku tergeletak di lantai, aku ingat
bahwa aku punya dua pilihan: aku dapat memilih untuk hidup atau mati. Aku
memilih untuk hidup.”  “Apakah kamu tidak takut?” tanyaku. Jerry
melanjutkan, ” Para ahli medisnya hebat. Mereka terus berkata bahwa aku
akan sembuh.

Tapi saat mereka mendorongku ke ruang gawat darurat dan melihat ekspresi
wajah para dokter dan suster aku jadi takut. Mata mereka berkata ‘Orang ini
akan mati’. Aku tahu aku harus mengambil tindakan.”  “Apa yang kamu
lakukan?” tanya saya. “Disana ada suster gemuk yang bertanya padaku,” kata
Jerry. “Dia bertanya apakah aku punya alergi. ‘Ya’ jawabku..

Para dokter dan suster berhenti bekerja dan mereka menunggu jawabanku.
Aku menarik nafas dalam-dalam dan berteriak, ‘Peluru!’ Ditengah tertawa
mereka aku katakan, ‘ Aku memilih untuk hidup. Tolong aku dioperasi sebagai
orang hidup, bukan orang mati’.”  Jerry dapat hidup karena keahlian para
dokter, tetapi juga karena sikap hidupnya yang mengagumkan.

Aku belajar dari dia bahwa tiap hari kamu dapat memilih apakah kamu akan
menikmati hidupmu atau membencinya.  Satu hal yang benar-benar milikmu
yang tidak bisa dikontrol oleh orang lain adalah sikap hidupmu, sehingga jika
kamu bisa mengendalikannya dan segala hal dalam hidup akan jadi lebih
mudah.

19
DI MANA LETAK KEBAHAGIAAN?
Konon pada suatu waktu, Tuhan memanggil tiga malaikatnya. Sambil
memperlihatkan sesuatu Tuhan berkata, “Ini namanya Kebahagiaan. Ini sangat
bernilai sekali. Ini dicari dan diperlukan oleh manusia. Simpanlah di suatu
tempat supaya manusia sendiri yang menemukannya. Jangan ditempat yang
terlalu mudah sebab nanti kebahagiaan ini disia-siakan. Tetapi jangan pula di
tempat yang terlalu susah sehingga tidak bisa ditemukan oleh manusia. Dan
yang penting, letakkan kebahagiaan itu di tempat yang bersih”.

Setelah mendapat perintah tersebut, turunlah ketiga malaikat itu langsung ke


bumi untuk meletakkan kebahagiaan tersebut. Tetapi dimana meletakkannya?

Malaikat pertama mengusulkan, “Letakan dipuncak gunung yang tinggi”.


Tetapi para malaikat yang lain kurang setuju.
Lalu malaikat kedua berkata, “Latakkan di dasar samudera”.

Usul itupun kurang disepakati.

Akhirnya malaikat ketiga membisikkan usulnya. Ketiga malaikat langsung


sepakat. Malam itu juga ketika semua orang sedang tidur, ketiga malaikat itu
meletakkan kebahagiaan di tempat yang dibisikkan tadi.

Sejak hari itu kebahagiaan untuk manusia tersimpan rapi di tempat itu.
Rupanya tempat itu cukup susah ditemukan. Dari hari ke hari, tahun ke tahun,
kita terus mencari kebahagiaan. Kita semua ingin menemukan kebahagiaan.

Kita ingin merasa bahagia. Tapi dimana mencarinya?

Ada yang mencari kebahagiaan sambil berwisata ke gunung, ada yang mencari
di pantai, Ada yang mencari ditempat yang sunyi, ada yang mencari ditempat
yang ramai. Kita mencari rasa bahagia di sana-sini: di pertokoan, di restoran,
ditempat ibadah, di kolam renang, di lapangan olah raga, di bioskop, di layar
televisi, di kantor, dan lainnya. Ada pula yang mencari kebahagiaan dengan
kerja keras, sebaliknya ada pula yang bermalas-malasan. Ada yang ingin
merasa bahagia dengan mencari pacar, ada yang mencari gelar, ada yang
menciptakan lagu, ada yang mengarang buku, dll.
20
Pokoknya semua orang ingin menemukan kebahagiaan. Pernikahan misalnya,
selalu dihubungkan dengan kebahagiaan. Orang seakan-akan beranggapan
bahwa jika belum menikah berarti belum bahagia. Padahal semua orang juga
tahu bahwa menikah tidaklah identik dengan bahagia.

Juga kekayaan sering dihubungkan dengan kebahagiaan. Alangkah bahagianya


kalu aku punya ini atau itu, pikir kita. Tetapi kemudian ketika kita sudah
memilikinya, kita tahu bahwa benda tersebut tidak memberi kebahagiaan.

Kita ingin menemukan kebahagiaan. Kebahagiaan itu diletakkan oleh tiga


malaikat secara rapi. Dimana mereka meletakkannya? Bukan dipuncak gunung
seperti diusulkan oleh malaikat pertama. Bukan  didasar samudera seperti
usulan malaikat kedua. Melainkan di tempat yang dibisikkan oleh malaikat
ketiga.

Dimanakah tempatnya?

Saya menuliskan sepenggal kisah perjalanan hidup saya untuk berbagi rasa
dengan teman-teman semua, bahwa untuk mendapatkan kesuksesan dan
kebahagiaan itu tidaklah mudah. Perlu perjuangan. Ibarat sebuah berlian,
dimana untuk mendapatkan kilauan yang cemerlang, harus terus diasah dan
ditempa sehingga kemilauan yang dihasilkan terpancar dari dalamnya.

Begitu juga hidup ini. Kita harus rendah hati. Seringkali kita merasa minder
dengan keberadaan diri kita. Sering kali kita berkata, ach… gue mah belum jadi
orang.

Dan kita harus menyadari bahwa jalan Tuhan bukan jalan kita.

Tuhan akan membuat semuanya INDAH pada waktunya.


Jika menurut buku ada 7 faktor (mental, spiritual, pribadi, keluarga, karir,
keuangan dan fisik) yang menentukan sukses seseorang, mengapa tidak kita
coba untuk mencapainya semua itu?
Setelah kita mencapainya, bagaimana kita membuat ke-7 faktor tersebut
menjadi seimbang?

Yang penting disini adalah hikmat.


Barangsiapa yang bijaksana dapat mencapai kebahagiaan dan kesuksesan di
dalam hidup ini.

21
Oh ya…, dimanakah para malaikat menyimpan kebahagiaan itu?
DI HATI YANG BERSIH.

Pada Akhirnya
Bila engkau baik hati, bisa saja orang lain menuduhmu punya pamrih;
tapi bagaimanapun, berbaik hatilah.
Bila engkau jujur dan terbuka, mungkin saja orang lain akan menipumu;
tapi bagaimanapun, jujur dan terbukalah.
Bila engkau mendapat ketenangan dan kebahagiaan, mungkin saja orang lain
jadi iri;
tapi bagaimanapun, berbahagialah.
Bila engkau sukses, engkau akan mendapat beberapa teman palsu, dan
beberapa sahabat sejati;
tapi bagaimanapun, jadilah sukses.
Apa yang engkau bangun selama bertahun-tahun mungkin saja dihancurkan
orang lain hanya dalam semalam;
tapi bagaimanapun, bangunlah.
Kebaikan yang engkau lakukan hari ini, mungkin saja besok sudah dilupakan
orang;
tapi bagaimanapun, berbuat baiklah.
Bagaimanapun, berikan yang terbaik dari dirimu.
Pada akhirnya, engkau akan tahu bahwa ini adalah urusan antara engkau dan
Tuhanmu.
Ini bukan urusan antara engkau dan mereka.
(Mother Teresa)

22
Air Mata Mutiara
suatu hari seekor anak kerang di dasar laut mengadu dan mengeluh pada
ibunya sebab sebutir pasir tajam memasuki tubuhnya yang merah dan lembek.
“Anakku,” kata sang ibu sambil bercucuran air mata, “Tuhan tidak
memberikan pada kita, bangsa kerang, sebuah tangan pun, sehingga Ibu tak
bisa menolongmu.”
Si ibu terdiam sejenak, “Sakit sekali, aku tahu anakku. Tetapi terimalah itu
sebagai takdir alam. Kuatkan hatimu. Jangan terlalu lincah lagi.
Kerahkan semangatmu melawan rasa ngilu dan nyeri yang menggigit. Balutlah
pasir itu dengan getah perutmu. Hanya itu yang bisa kau perbuat”, kata ibunya
dengan sendu dan lembut.
Anak kerang pun melakukan nasihat bundanya. Ada hasilnya, tetapi rasa sakit
bukan kepalang. Kadang di tengah kesakitannya, ia meragukan nasihat ibunya.
Dengan air mata ia bertahan, bertahun-tahun lamanya. Tetapi tanpa
disadarinya sebutir mutiara mulai terbentuk dalam dagingnya. Makin lama
makin halus. Rasa sakit pun makin berkurang. Dan semakin lama mutiaranya
semakin besar. Rasa sakit menjadi terasa lebih wajar.
Akhirnya sesudah sekian tahun, sebutir mutiara besar, utuh mengilap, dan
berharga mahalpun terbentuk dengan sempurna. Penderitaannya berubah
menjadi mutiara; air matanya berubah menjadi sangat berharga.

Cerita di atas adalah sebuah paradigma yg menjelaskan bahwa penderitaan


adalah lorong transendental untuk menjadikan “kerang biasa” menjadi
“kerang luar biasa”.
Karena itu dapat dipertegas bahwa kekecewaan dan penderitaan dapat
mengubah “orang biasa” menjadi “orang luar biasa”.
Banyak orang yang mundur saat berada di lorong transendental tersebut,
karena mereka tidak tahan dengan cobaan yang mereka alami. Ada dua
pilihan sebenarnya yang bisa mereka masuki: menjadi `kerang biasa’ yang
disantap orang, atau menjadi kerang yang menghasilkan mutiara’. Sayangnya,
lebih banyak orang yang mengambil pilihan pertama, sehingga tidak
mengherankan bila jumlah orang yang sukses lebih sedikit dari orang yang
`biasa-biasa saja’.
Mungkin saat ini kita sedang mengalami penolakan, kekecewaan, patah hati,

23
atau terluka karena orang-orang di sekitar kamu cobalah utk tetap tersenyum
dan tetap berjalan di lorong tersebut, dan sambil katakan di dalam hatimu…
“Airmataku diperhitungkan Tuhan.. dan penderitaanku ini akan mengubah
diriku menjadi mutiara.”

Cerita, "Falsafah Lima Jari"


Sahabat, ada falsafah tentang lima jari kita...

1.. Ada si gendut jempol yang selalu berkata baik dan menyanjung.
2.. Ada telunjuk yang suka menunjuk dan memerintah.
3.. Ada si jangkung jari tengah yang sombong dan suka menghasut jari
telunjuk.
4.. Ada jari manis yang selalu menjadi teladan, baik, dan sabar sehingga diberi
hadiah cincin.
5.. Dan ada kelingking yang lemah dan penurut serta pemaaf (ingatkah anda
waktu kecil kalau kita berbaikan dengan musuh kita pasti saling sentuh jari
kelingking?).

Dengan perbedaan positif dan negatif yang dimiliki masing-masing jari, mereka
bersatu untuk mencapai tujuan (menulis, memegang, menolong anggota
tubuh yg lain, melakukan pekerjaan, dll).

Sahabat, Pernahkah kita bayangkan bila tangan kita hanya terdiri dari jempol
semua?

Falsafah ini sederhana namun sangat berarti. Kita diciptakan dengan segala
perbedaan yang kita miliki dengan tujuan untuk bersatu, saling
menyayangi,saling menolong, saling membantu, saling mengisi, bukan untuk
saling menuduh, menunjuk, merusak, dan bahkan membunuh. Sudahkah kasih
sayang anda hari ini bertambah? Semoga bermanfaat.

24
20 Kata Kata Inspiratif
"Jangan pernah ragu dengan potensi yang ada dalam diri anda.
Cobalah lihat kupu-kupu, seandainya saja ia memiliki keraguan-keraguan,
maka ia akan hidup dan mati sebagai seekor ulat bulu
yang hanya bisa merangkak."
Larispique Philidor
"Jika Anda tidak bergerak untuk mulai membangun mimpi anda,
seseorang justru akan memperkerjakan anda untuk
membantu membangun mimpi mereka."
Tony Gaskins

"Adanya sebuah tikungan pada jalan,


bukanlah akhir dari jalan tersebut.
Terkecuali jika anda gagal untuk berbelok."
Unknown

"Akan jadi apa hidup tanpa resiko dan kegagalan?


Maka kesuksesan tidak akan memiliki kebanggaan apapun."
Rafael L.N

"Hidup hanya menemui kita separuh jalan.


Separuh perjalanan yang lainnya,
membiarkan kita untuk menemukan apa kesanggupan kita."
Kari Hohne

"Tarikanlah tarian yang anda tarikan.


Jangan tarikan tarian yang penari tarikan."
Platypus yang bijak

"Masa depan adalah milik mereka


yang percaya pada mimpi mereka."
Unknown

25
"Kekhawatiran seperti kursi goyang,
memberikan anda sesuatu untuk dilakukan,
namun tidak membawa anda kemanapun."
Unknown

"Tempatkan hati, pikiran dan jiwa anda


ke dalam aksi yang terkecil sekalipun.
Itulah rahasia kesuksesan."
Unknown

"Seseorang terkadang bertemu dengan takdirnya


di jalan yang dia hindari."
Unknown

"Logika akan membawa anda dari A ke B.


Imajinasi akan membawa anda kemanapun."
Albert Einstein

"Orang yang sukses tidak bisa bersantai di kursi,


mereka bersantai dalam kerjaan, mereka tidur dengan sebuah mimpi,
mereka terbangun dengan komitmen, dan bekerja ke arah sasaran.
Itulah semangat hidup."
Unknown

"Janganlah takut. Beranilah untuk mengambil resiko.


Pergilah ke mana tidak ada jaminan.
Keluarlah dari area nyaman meskipun
jika itu berarti terasa tidak nyaman.
Jalan yang jarang dilalui terkadang penuh
dengan barikade, gundukan, dan medan tak dikenal.
Tapi di jalan tersebutlah karakter Anda diuji.
Dan memiliki keberanian untuk menerima bahwa Anda tak sempurna,
tak ada yang sempurna, tak seorangpun yang sempurna.
Dan itu bukanlah masalah."
Katie Couric

"Hidup seperti perjudian. Anda tak bisa memenangkan setiap permainan.


Tapi jika chip ada di tangan Anda, maka Anda selalu masih memiliki harapan."
Unknown

"Berhentilah berpikir dari segi keterbatasan.

26
Dan mulailah berpikir dari segi kemungkinan."
Unknown

"Bukan karena berbagai hal itu sulit hingga kita tidak berani,
melainkan karena kita tidak berani hingga berbagai hal menjadi sulit."
Unknown

"Terkadang kita melupakan bahwa kebahagiaan


bukanlah hasil dari mendapatkan sesuatu yang kita miliki,
tapi lebih pada menyadari dan menghargai apa yang kita miliki."
Frederick Keonig

"Jangan memilah-milah dunia anda ke dalam hitam dan putih,


karena ada banyak hal yang tersembunyi di dalam keabu-abuan."
Unknown

"Layaknya surfing,
hidup adalah tentang pemilihan ombak dan keseimbangan.
Jangan pernah biarkan ombak terbaik dalam hidup
berlalu begitu saja."
Unknown

"Anda terlahir sebagai sesuatu yang asli.


Jangan mau meninggal sebagai sesuatu yang tiruan."
John M.

27
Rumah Seribu Cermin

Dahulu, di sebuah desa kecil yang terpencil, ada sebuah rumah yang dikenal
dengan nama “Rumah Seribu Cermin.” Suatu hari seekor anjing kecil sedang
berjalan-jalan di desa itu dan melintasi “Rumah Seribu Cermin”. Ia tertarik
pada rumah itu dan memutuskan untuk masuk melihat-lihat apa yang ada di
dalamnya.

Sambil melompat-lompat ceria ia menaiki tangga rumah dan masuk melalui


pintu depan. Telinga terangkat tinggi-tinggi. Ekornya bergerak-gerak secepat
mungkin. Betapa terkejutnya ia ketika masuk ke dalam rumah, ia melihat ada
seribu wajah ceria anjing-anjing kecil dengan ekor yang bergerak-gerak cepat.

Ia tersenyum lebar, dan seribu wajah anjing kecil itu juga membalas dengan
senyum lebar, hangat dan bersahabat. Ketika ia meninggalkan rumah itu, ia
berkata pada dirinya sendiri, “Tempat ini sangat menyenangkan. Suatu saat
aku akan kembali mengunjunginya sesering mungkin.”

Sesaat setelah anjing itu pergi, datanglah anjing kecil yang lain. Namun, anjing
yang satu ini tidak seceria anjing yang sebelumnya. Ia juga memasuki rumah
itu. Dengan perlahan ia menaiki tangga rumah dan masuk melalui pintu. Ketika
berada di dalam, ia terkejut melihat ada seribu wajah anjing kecil yang muram
dan tidak bersahabat.

Segera saja ia menyalak keras-keras, dan dibalas juga dengan seribu


gonggongan yang menyeramkan. Ia merasa ketakutan dan keluar dari rumah
sambil berkata pada dirinya sendiri, “Tempat ini sungguh menakutkan, aku
takkan pernah mau kembali ke sini lagi.”
Kesimpulan :

28
Semua wajah yang ada di dunia ini adalah cermin wajah kita sendiri. Wajah
bagaimanakah yang tampak pada orang-orang yang anda jumpai?

KISAH TIGA ORANG TULI DAN GURU BISU


Pada suatu ketika, hiduplah seorang penggembala miskin. Setiap hari ia
menggiring domba-dombanya ke bukit mencari rumput segar. Dari sana ia
memandangi desa tempat ia tinggal bersama keluarganya. Ia tuli, tetapi itu tak
jadi masalah baginya.

Suatu hari istrinya lupa mengirim bungkusan makan siangnya; juga tidak
menyuruh anak mereka untuk membawakannya. Sampai tengah hari kiriman
itu tidak datang juga. Si penggembala itu berpikir, “Aku akan pulang dan
mengambilnya. Aku tidak dapat berdiam di sini sepanjang hari tanpa sepotong
makanan.” Namun ia tidak dapat meninggalkan domba-dombanya. Tiba-tiba ia
memperhatikan seorang pemotong rumput di tepi bukit. Ia menghampirinya
dan berkata, “Saudaraku, tolong jaga domba-dombaku ini dan awasi jangan
sampai tersesat atau berkeliaran. Aku akan kembali ke desa karena istriku
begitu bodoh lupa mengirim makan siangku.”

Ternyata pemotong rumput itu juga tuli. Ia tidak mendengar satu kata pun
yang diucapkan, dan sama sekali salah paham terhadap maksud si
penggembala.

Katanya, “Mengapa aku harus memberi rumput untuk ternakmu? Sedangkan


aku sendiri memiliki seekor sapi dan dua ekor kambing di rumah. Tidakkah kau
lihat, aku ini harus pergi jauh demi mencari rumput bagi ternak-ternakku.

Tidak, tinggalkan aku. Aku tidak ada urusan dengan orang sepertimu yang
hanya ingin enaknya sendiri mengambil milikku yang cuma sedikit ini.” Ia
menggerakkan tangannya dan tertawa kasar.

Si penggembala tidak mendengar apa yang dikatakan oleh si pemotong


rumput.

29
Katanya, “Oh, terima kasih kawan, atas kebaikkan dan kesediaanmu. Aku akan
segera kembali. Semoga keselamatan dan berkah tercurah atas dirimu. Engkau
telah meringankan bebanku.” Ia segera berlari ke desa menuju gubuknya yang
sederhana. Di sana ia mendapati istrinya sakit demam dan sedang dirawat
oleh para istri tetangga.

Kemudian, si penggembala itu mengambil bungkus makanan dan berlari


kembali ke bukit. Ia menghitung domba-dombanya dengan cermat. Semuanya
masih lengkap seperti semula. Ia lalu melihat si pemotong rumput masih sibuk
memotong rumput segar. Si penggembala ini berkata pada dirinya sendiri,
“Ah, betapa luar biasa pribadi si pemotong rumput ini. Benar-benar dapat
dipercaya. Ia sudah menjaga domba-dombaku agar tidak terpencar bahkan
tidak mengharapkan terima kasih dariku. Aku akan memberinya domba
pincang ini. Sebenarnya domba pincang ini akan kusembelih sendiri, namun
biarlah aku berikan pada si pemotong rumput itu agar bisa jadi makan malam
yang lezat bagi keluargnya.

Ia pun memanggul domba pincang yang dimaksud di atas bahunya, menuruni


bukit dan berteriak pada si pemotong rumput, “Wahai saudaraku!, ini hadiah
dariku, karena engkau telah menjaga domba-dombaku selama aku pergi.
Istriku yang malang menderita demam, itulah mengapa ia tidak mengirimkan
aku makan siang.

Pangganglah domba ini untuk makan malammu nanti malam; lihat domba ini
kakinya pincang dan memang akan aku sembelih!”

Tetapi disisi lain, si pemotong rumput tidak mendengar kata-katanya dan


berteriak marah, “Penggembala busuk! Aku tidak tahu apapun yang terjadi
selama kau pergi. Jadi jangan salahkan aku atas kaki pincang dombamu! Sedari
tadi aku sibuk memotong rumput, dan tidak tahu mengapa hal itu terjadi!

Pergilah, atau aku akan memukulmu!”

Si penggembala itu amat heran melihat sikap marah si pemotong rumput,


tetapi ia tidak dapat mendengarkan apa yang dikatakannya. Tiba-tiba ada
seorang melintas di antara mereka dengan menunggang seekor kuda yang
bagus. Si penggembala menghentikan si penunggang kuda itu dan berkata,
“Tuan penunggang kuda yang mulia, aku mohon katakan padaku apa yang
diucapkan oleh pemotong rumput itu. Aku ini tuli, dan tidak tahu mengapa ia

30
menolak pemberianku berupa seekor domba ini, malah marah-marah seperti
itu.”

Si penggembala dan si pemotong rumput mulai saling berteriak pada si


penunggang kuda untuk menjelaskan kemauannya masing-masing. Si
penunggang kuda itu turun dan menghampiri mereka. Ternyata penunggang
kuda itu pun sama tulinya. Ia tidak mendengar apa-apa yang kedua orang itu
katakan. Justru, ia ini sedang tersesat dan hendak bertanya dimana dirinya
saat ini. Tetapi ketika melihat sikap keras dan mengancam dari ke dua orang
itu, akhirnya ia berkata, “Benar, benar, saudara. Aku telah mencuri kuda ini.
Aku mengakui, tetapi aku tidak tahu kalau itu milik kalian. Maafkan aku,
karena aku tidak dapat menahan diriku dan bertindak mencuri.”

“Aku tidak tahu apa-apa tentang pincangnya domba ini!” teriak pemotong
rumput.

“Suruh ia mengatakan padaku mengapa pemotong rumput itu menolak


pemberianku, ” desak si penggembala, “aku hanya ingin memberikannya
sebagai penghargaan tanda terima kasihku.”

“Aku mengaku mengambil kuda. Aku akan kembalikan kuda ini. “kata
penunggang kuda,” tapi aku tuli, dan tidak tahu siapa di antara kalian pemilik
sesungguhnya kuda ini.”

Pada saat itu, dari kejauhan, tampak seorang guru tua berjalan. Si pemotong
rumput lari menghampirinya, menarik jubah lusuhnya dan berkata, “Guru
yang mulia, aku seorang tuli yang tidak mengerti ujung pangkal apa yang
dibicarakan oleh kedua orang ini. Aku mohon kebijaksanaan anda, adili dan
jelaskan apa yang mereka teriakkan.”

Namun, si Guru tua ini bisu dan tidak dapat menjawab, tapi ia mendatangi
mereka dan memandangi ketiga orang tuli tersebut dengan penuh selidik.

Sekarang ketiga orang tuli itu menghentikan teriakan mereka. Guru itu
memandangi sedemikian lama dan dengan tajam, satu per satu hingga ketiga
orang itu merasa tidak enak. Matanya yang hitam berkilauan menusuk ke
dalam mata mereka, mencari kebenaran tentang persoalan tersebut, mencoba
mendapatkan petunjuk dari situasi itu.

Tetapi ketiga orang tuli itu mulai merasa takut kalau-kalau guru tua itu
menyihir mereka atau mengendalikan kemauan mereka. Tiba-tiba si pencuri
31
kuda meloncat ke atas kuda dan memacunya kencang-kencang. Begitu juga si
penggembala, segera mengumpulkan ternaknya dan menggiringnya jauh ke
atas bukit. Si pemotong rumput tidak berani menatap mata guru tua itu, lalu ia
mengemasi rumputnya ke dalam kantong dan mengangkatnya ke atas bahu
dan berjalan menuruni bukit pulang ke rumahnya.

Guru tua itu melanjutkan perjalanannya, berpikir sendiri bahwa kata-kata


merupakan bentuk komunikasi yang tidak berguna, bahwa orang mungkin
lebih baik tidak pernah mengucapkannya!

32
SI TUKANG KAYU
Seorang tukang kayu tua bermaksud pensiun dari pekerjaannya di sebuah
perusahaan kontruksi real estate. Ia menyampaikan keinginannya tersebut
kepada pemilik perusahaan. Tentu saja, karena tak bekerja, ia akan kehilangan
penghasilan bulanannya, tetapi keputusan itu sudah bulat. Ia merasa lelah. Ia
ingin beristirahat dan menikmati sisa hari tuanya dengan penuh kedamaian
bersama istri dan keluarganya.

Pemilik perusahaan merasa sedih kehilangan salah seorang pekerja


terbaiknya. Ia lalu memohon pada si tukang kayu tersebut untuk membuatkan
sebuah rumah untuk miliknya.

Tukang kayu mengangguk menyetujui permohonan pribadi pemilik


perusahaan itu. Tapi, sebenarnya ia merasa terpaksa. Ia ingin segera berhenti.
Hatinya tidak sepenuhnya dicurahkan. Dengan ogah-ogahan ia mengerjakan
proyek itu. Ia Cuma menggunakan bahan-bahan sekedarnya.

Akhirnya selesailah rumah yang diminta. Hasilnya bukanlah sebuah rumah


baik. Sungguh sayang ia harus mengakhiri karirnya dengan prestasi yang tidak
begitu mengagumkan.

Ketika pemilik perusahan itu datang melihat rumah yang dimintainya, ia


menyerahkan sebuah kunci rumah pada si tukang kayu. “Ini adalah rumahmu“
katanya ”hadiah dari kami”. Betapa terkejutnya si tukang kayu. Betapa malu
dan menyesal. Seandainya saja ia mengetahui bahwa ia sesungguhnya
mengerjakan rumah untuk dirinya, ia tentu akan mengerjakannya dengan cara
yang lain sama sekali. Kini ia harus tinggal di sebuah rumah yang tak terlalu
bagus hasil karyanya sendiri.

Itulah yang terjadi dalam kehidupan kita. Kadangkala, banyak dari kita yang
membangun kehidupan dengan cara yang membingungkan. Lebih memilih
berusaha ala kadarnya ketimbang mengupayakan yang baik. Bahkan, pada
bagian-bagian terpenting dalam hidup kita tidak memberikan yang terbaik.
Pada akhir perjalanan, kita terkejut saat melihat apa yang telah kita lakukan
dan menemukan diri kita hidup di dalam sebuah rumah yang kita ciptakan
sendiri. Seandainya kita menyadari sejak semula, kita akan menjalani hidup ini
dengan cara yang jauh berbeda.
33
Renungkanlah rumah yang sedang kita bangun. Setiap hari kita memukul paku,
memasang papan, mendirikan dinding dan atap. Mari kita selesaikan rumah
kita dengan sebaik-baiknya seolah-olah hanya mengerjakannya sekali saja
dalam seumur hidup. Biarpun kita hanya hidup satu hari, maka dalam satu hari
itu kita pantas untuk hidup penuh keagungan dan kejayaan.

Apa yang bisa diterangkan lebih jelas lagi. Hidup kita esok adalah akibat dari
sikap dan pilihan yang kita perbuat di hari ini. Hari perhitungan adalah milik
Tuhan, bukan kita, karenanya pastikan kita pun akan masuk dalam barisan
kemenangan

Kisah Anak Pemimpi Dan Madu


Pada suatu hari, ada seorang bocah lelaki yang mempunyai madu sebakul
banyaknya. Karena ia anak yang malas, ia menyimpan madu di dekat tempat

34
tidurnya. Orang tuanya sudah meminta agar ia segera menjual madu tersebut,
tetapi ia terlalu malas untuk meninggalkan kamarnya.

Di sore hari, angin berhembus perlahan ke dalam kamar, dan ia pun mulai
mengantuk. Walaupun ia tahu ia harus pergi menjual madu, ia memutuskan
untuk tidur terlebih dahulu. Ia pun memejamkan mata dan mulai bermimpi. Di
dalam mimpinya, ia telah menjual madunya dan mendapatkan uang yang
banyak. Dengan uang itu, ia pergi bersenang-senang dengan teman-temannya,
berpesta dan bersuka ria.

Di dalam mimpinya, ia dan teman-temannya mengadakan pesta dansa. Ada


musik yang indah mengalir dan mereka pun berdansa ceria. Si Bocah yang
malas ini menari dengan begitu seru dalam mimpinya, dan secara tidak sadar
kakinya pun bergerak-gerak di atas tempat tidur, seakan-akan ia benar-benar
berdansa.

Karena di dalam mimpi, ia menari dengan begitu seru, kakinya pun bergerak
dan menendang bakul madu yang ada di samping tempat tidurnya. Bakul itu
jatuh ke lantai dan pecah, membangunkan si Bocah. Ia dengan segera melihat
ke bawah dan melihat madunya sudah tumpah di atas lantai dan tidak bisa
berguna lagi. Maka menangislah ia karena berarti ia tidak bisa mendapatkan
keuntungan dari penjualan madu tersebut.

Kita tidak boleh bermalas-malasan dan bermimpi saja. Karena untuk mencapai
semua impian itu hanya dengan bekerja keras dan fokus pada bagian kita atau
pekerjaan yang kita jalani.

Salam Sukses!!

Kisah Si Induk Bebek


Waktu itu disaat para hewan hidup rukun seperti manusia …

35
Suatu ketika seekor induk bebek duduk di peternakan. Seekor ayam jago
datang menghampirinya dan berkata, “Oh induk bebek yang baik hati maukah
menolongku membersihkan bulu-buluku yang kotor ?”

“Baiklah, mari kusikat dan kubersihkan bulu-bulumu wahai paman Ayam ”


jawab induk bebek ” Terima kasih, kau baik sekali” Ayam jago sangat senang.

Tak lama setelah induk bebek selesai membersihkan bulu-bulu paman ayam,
datanglah seekor Keledai dan berkata kepada induk bebek, “Oh induk bebek
cintaku, maukah menolongku membawakan kantong2 ini…berat sekali, aku
tak kuat membawanya sendiri”

“Baiklah mari ku bantu membawakannya untukmu” jawab induk bebek


“Terima kasih, kau baik sekali” Nona Keledai sangat senang.

Kemudian datanglah lagi seekor kucing kepada induk bebek dan berkata, “Oh
induk bebek, aku mengotori lantai rumah majikanku. Maukah kau menolongku
membersihkannya?”

“Aku lelah, tapi baiklah…aku akan menolongmu membersihkan lantai rumah


majikanmu” jawab induk bebek “Terima kasih, kau baik sekali, aku akan
mengingat kebaikanmu”. Pak Kucing senang sekali sambil tersenyum ramah.

“Induk bebek…kemarilah…maukah menolongku?” Nona sapi tampak


kebingungan. “Ada apa nona sapi?” induk bebek bertanya, “Kau kelihatan
begitu bingung”.

“Lonceng kecil di leherku tidak mau berbunyi…maukah kau melihat dan


memperbaikinya?”, “Oh tentu…tenanglah sebentar, aku akan menolongmu”
jawab induk bebek.

“Terima kasih, kau baik sekali kawan” sekarang aku dapat berjalan lagi dengan
nyaman. Nona sapi senang sambil tersenyum malu – malu.

” benar -benar hari yang sangat melelahkan…aku menghabiskan waktu untuk


melakukan pekerjaan ini dan itu, tapi aku senang dapat membantu kawan –
kawanku” . Induk bebek beristirahat karena hari sudah sangat malam.

Keesokan harinya, dipagi yang cerah..induk bebek pergi ke ladang gandum. Di


pinggir lumbung Ia bertemu dengan Ayam jago.

36
“Selamat pagi Ayam jago, aku hendak ke ladang gandum…maukah kau
membantuku memotong gandum?” induk bebek bertanya. “Oh aku sedang
sibuk sekali induk bebek” jawab paman Ayam sambil menyisir bulu –bulunya
yang indah.

“Ya…,baiklah kalau begitu biar ku potong sendiri gandum – gandum ini”.

Setelah memotong gandum, induk bebek pergi memetik apel. Di Bawah pohon
apel, Nona Keledai sedang duduk bercermin.

“Selamat pagi Nona Keledai, aku hendak memetik apel, maukah kau
membantuku mengumpulkannya? induk bebek bertanya. “Oh maaf induk
bebek, aku sedang terburu-buru…aku harus pergi sekarang “, jawab Nona
keledai sambil membereskan peralatan kosmetiknya yang berceceran.

“Ya…,baiklah kalau begitu biar kupetik dan kukumpulkan sendiri apel -apel itu
nanti”. Induk bebek bekerja sendiri.

Sepulangnya dari memetik apel, induk bebek pergi ke gudang mengambil


sekantong gula, sekantong tepung, sebotol sirup, sepuluh butir telur dan dua
bongkah besar mentega. Di depan pintu gudang ia bertemu dengan Pak Kucing
dan induk bebek bertanya, ” Pak Kucing maukah membantuku membawakan
barang-barang ini ke dapur bersamaku?”. “Oh aku tidak sempat induk bebek,
banyak pekerjaan yang harus kulakukan” jawab Pak Kucing sambil menjilati
tangannya.

“Ya…,baiklah kalau begitu biar kubawa sendiri barang-barang ini ke dapur”


jawab induk bebek masgul.

Dan sesampainya di dapur, induk bebek harus mengeluarkan sekarung besar


batu bara. Tapi untunglah, Nona sapi ada di dekat sana.

“Hai Nona Sapi, kemarilah sebentar. Maukah kau menolongku mengeluarkan


sekarung batu bara ini?” pinta induk bebek. “Oh induk bebek, kotor sekali
karung itu…lagipula aku ada janji dengan paman Ayam, Nona Keledai dan Pak
Kucing” jawab Nona Sapi.

“Ya…,baiklah kalau begitu biar kuangkat sendiri karung batubara ini” jawab
induk bebek.

37
Sesudah itu mulailah induk bebek membuat kue tart apel yang besar dan enak,
karena semua bahan yang dia butuhkan sudah lengkap. Kue itu kemudian
ditaruh di pinggir jendela dapur.

“Oh..oh apakah kalian juga menciumnya, harum sekali…ini pasti kue apel yang
sangat enak” kata Pak Kucing. “Tentu,tentu kami juga dapat
menciumnya….ayo kita cari darimana asalnya” jawab Ayam jago, Nona Keledai
dan Nona Sapi.

Di depan jendela, induk bebek sudah bersiap-siap menikmati kue tart apelnya
ketika kawan – kawannya datang dan berkata, “Induk bebek, maukah kau
membagi kue tart apelmu kepada kami, enak sekali kelihatannya” kata
mereka.

“Oh…aku membuatnya seorang diri dan kalian tidak mau membantuku, jadi
akupun akan memakannya seorang diri” kata induk bebek. Mendengar itu,
Ayam jago, Nona Keledai, Pak Kucing dan Nona Sapi tampak kecewa dan malu.

Induk bebek lalu berkata,” Tapi karena kalian adalah kawan-kawanku, aku
akan memberikan kue tart apel ini juga kepada kalian”. Akhirnya merekapun
makan bersama dengan bahagia

Sifat manusia terkadang seperti nona keledai, nona sapi dll, membutuhkan
disaat mereka dalam keadaan susah saja, tetapi di saat teman dalam
kesusahan mereka tidak peduli. Apakah Anda masih seperti nona keledai,
nona sapi, pak kucing dan ayam??

Tidak Mudah Untuk Meraih Sukses


Di pagi hari buta, terlihat seorang pemuda dengan bungkusan kain berisi bekal
di punggungnya tengah berjalan dengan tujuan mendaki ke puncak gunung
yang terkenal.

Konon kabarnya, di puncak gunung itu terdapat pemandangan indah layaknya


berada di surga. Sesampai di lereng gunung, terlihat sebuah rumah kecil yang
dihuni oleh seorang kakek tua.

38
Setelah menyapa pemilik rumah, pemuda mengutarakan maksudnya “Kek,
saya ingin mendaki gunung ini. Tolong kek, tunjukkan jalan yang paling mudah
untuk mencapai ke puncak gunung”.

Si kakek dengan enggan mengangkat tangan dan menunjukkan tiga jari ke


hadapan pemuda.

“Ada 3 jalan menuju puncak, kamu bisa memilih sebelah kiri, tengah atau
sebelah kanan?”

“Kalau saya memilih sebelah kiri?”

“Sebelah kiri melewati banyak bebatuan.” Setelah berpamitan dan mengucap


terima kasih, si pemuda bergegas melanjutkan perjalanannya. Beberapa jam
kemudian dengan peluh bercucuran, si pemuda terlihat kembali di depan
pintu rumah si kakek.

“Kek, saya tidak sanggup melewati terjalnya batu-batuan. Jalan sebelah mana
lagi yang harus aku lewati kek?”

Si kakek dengan tersenyum mengangkat lagi 3 jari tangannya menjawab,


“Pilihlah sendiri, kiri, tengah atau sebelah kanan?”

“Jika aku memilih jalan sebelah kanan?”

“Sebelah kanan banyak semak berduri.” Setelah beristirahat sejenak, si


pemuda berangkat kembali mendaki. Selang beberapa jam kemudian, dia
kembali lagi ke rumah si kakek.

Dengan kelelahan si pemuda berkata, “Kek, aku sungguh-sungguh ingin


mencapai puncak gunung. Jalan sebelah kanan dan kiri telah aku tempuh,
rasanya aku tetap berputar-putar di tempat yang sama sehingga aku tidak
berhasil mendaki ke tempat yang lebih tinggi dan harus kembali kemari tanpa
hasil yang kuinginkan, tolong kek tunjukkan jalan lain yang rata dan lebih
mudah agar aku berhasil mendaki hingga ke puncak gunung.”

Si kakek serius mendengarkan keluhan si pemuda, sambil menatap tajam dia


berkata tegas “Anak muda! Jika kamu ingin sampai ke puncak gunung, tidak
ada jalan yang rata dan mudah! Rintangan berupa bebatuan dan semak
berduri, harus kamu lewati, bahkan kadang jalan buntu pun harus kamu
hadapi. Selama keinginanmu untuk mencapai puncak itu tetap tidak goyah,
39
hadapi semua rintangan! Hadapi semua tantangan yang ada! Jalani langkahmu
setapak demi setapak, kamu pasti akan berhasil mencapai puncak gunung itu
seperti yang kamu inginkan! dan nikmatilah pemandangan yang luar biasa !!!
Apakah kamu mengerti?”

Dengan takjub si pemuda mendengar semua ucapan kakek, sambil tersenyum


gembira dia menjawab “Saya mengerti kek, saya mengerti! Terima kasih kek!
Saya siap menghadapi selangkah demi selangkah setiap rintangan dan
tantangan yang ada! Tekad saya makin mantap untuk mendaki lagi sampai
mencapai puncak gunung ini.

Dengan senyum puas si kakek berkata, “Anak muda, Aku percaya kamu pasti
bisa mencapai puncak gunung itu! Selamat berjuang!!!

Cerita di atas memberikan pelajaran bagi kita, bahwa tidak mudah untuk
mencapai kesuksesan, banyak sekali rintangan dan halangan, dan semua
terserah anda yang memilihnya
KESUKSESAN DI TANGAN ANDA!!!!
SALAM SUKSES SELALU!!!

Kisah Seekor Burung Pipit


Ketika musim kemarau baru saja mulai, seekor Burung Pipit mulai merasakan
tubuhnya kepanasan,
lalu mengumpat pada lingkungan yang dituduhnya tidak bersahabat.

Dia lalu memutuskan untuk meninggalkan tempat yang sejak dahulu menjadi
habitatnya, terbang jauh
ke utara yang konon kabarnya, udaranya selalu dingin dan sejuk.
Benar, pelan pelan dia merasakan kesejukan udara, makin ke utara makin
sejuk, dia semakin
bersemangat memacu terbangnya lebih ke utara lagi.

Terbawa oleh nafsu, dia tak merasakan sayapnya yang mulai tertempel salju,
makin lama makin
40
tebal, dan akhirnya dia jatuh ke tanah karena tubuhnya terbungkus salju.
Sampai ke tanah, salju
yang menempel di sayapnya justru bertambah tebal.

Si Burung pipit tak mampu berbuat apa apa, menyangka bahwa riwayatnya
telah tamat. Dia merintih
menyesali nasibnya.
Mendengar suara rintihan, seekor Kerbau yang kebetulan lewat datang
menghampirinya. Namun si
Burung kecewa mengapa yang datang hanya seekor Kerbau, dia menghardik si
Kerbau agar menjauh dan
mengatakan bahwa makhluk yang tolol tak mungkin mampu berbuat sesuatu
untuk menolongnya. Si
Kerbau tidak banyak bicara, dia hanya berdiri, kemudian kencing tepat diatas
burung tersebut. Si
Burung Pipit semakin marah dan memaki maki si Kerbau. Lagi-lagi Si Kerbau
tidak bicara, dia maju
satu langkah lagi, dan mengeluarkan kotoran ke atas tubuh si burung. Seketika
itu
si Burung tidak dapat bicara karena tertimbun kotoran kerbau. Si Burung
mengira lagi bahwa dia
pasti akan mati tak bisa bernapas.

Namun perlahan lahan, dia merasakan kehangatan, salju yang membeku pada
bulunya pelan pelan
meleleh oleh hangatnya tahi kerbau, dia dapat bernapas lega dan melihat
kembali langit yang
cerah. Si Burung Pipit berteriak kegirangan, bernyanyi keras sepuas puasnya-
nya.

Mendengar ada suara burung bernyanyi, seekor anak kucing menghampiri


sumber suara, mengulurkan
tangannya, mengais tubuh si burung dan kemudian menimang nimang,
menjilati, mengelus dan
membersihkan sisa-sisa salju yang masih menempel pada bulu si burung.
Begitu bulunya bersih, Si
Burung bernyanyi dan menari kegirangan, dia mengira telah mendapatkan
teman yang ramah dan baik
hati.

41
Namun apa yang terjadi kemudian, seketika itu juga dunia terasa gelap gulita
bagi si Burung, dan
tamatlah riwayat si Burung Pipit ditelan oleh si Kucing.

Dari kisah ini, banyak pesan moral yang dapat dipakai sebagai pelajaran:

1. Halaman tetangga yang nampak lebih hijau, belum tentu cocok buat kita.

2. Baik dan buruknya penampilan, jangan dipakai sebagai satu satunya ukuran.

3. Apa yang pada mulanya terasa pahit dan tidak enak, kadang kadang bisa
berbalik membawa hikmah
yang menyenangkan, dan demikian pula sebaliknya.

4. Ketika kita baru saja mendapatkan kenikmatan, jangan lupa dan jangan
terburu nafsu, agar
tidak kebablasan.

5. Waspadalah terhadap Orang yang memberikan janji yang berlebihan.

Kisah sebuah Wortel, sebutir Telur dan secangkir Kopi


Seorang gadis mengadu pada ibunya, berkeluh kesah tentang kehidupannya
yang dirasa amat berat. Gadis itu tidak tahu bagaimana dia akan melalui
semua itu dan merasa ingin menyerah saja. Dia merasa lelah berjuang dan
menderita dalam kehidupan ini. Jika satu masalah teratasi, akan timbul
masalah baru.

Ibunya mengajak putrinya menuju dapur. Diisinya 3 buah panci dengan air dan
direbusnya air itu dengan api yang besar. Begitu semua air mendidih, dia
masukkan wortel pada panci pertama, telur pada panci ke dua, dan butiran
kopi di panci terakhir. Mereka menunggu sampai ketiga air di panci kembali
mendidih.

Dalam 20 menit kompor-kompor dimatikan oleh sang ibu. Wortel dikeluarkan


dan diletakkannya di sebuah piring. Begitu juga dengan telur dan kopi
diletakkan dalam piring dan gelas berbeda. Sang ibu memandang putrinya
sambil berkata :” Katakan apa yang kamu lihat.” Putrinya menjawab : “ Wortel,
telur dan kopi.”

42
Ibunya meminta putrinya agar mendekat dan merasakan wortel itu. “ Wortel
itu menjadi lembek.” Ibunya kemudian meminta putrinya untuk memecahkan
telur yang telah matang itu. Setelah mengupas kulitnya, dia sadar bahwa isi
telur itu telah mengeras karena direbus. Akhirnya sang ibu meminta putrinya
untuk meminum kopi yang telah matang. Putrinya tersenyum merasakan
keharuman kopinya. “Apa arti semua ini, ibu ?” tanya putrinya. Ibunya
menjelaskan bahwa setiap benda-benda itu telah melewati “Kemalangan”
yang sama, yaitu direbus di dalam air mendidih. Namun tiap benda punya
reaksi berbeda.

Wortel itu sebelumnya kuat, keras dan “tidak berperasaan.” Namun setelah
direbus dia menjadi lunak dan lemah. Telur itu sebelumnya rentan, mudah
pecah. Punya dinding tipis untuk melindungi cairan di dalamnya. Namun
setelah direbus, cairan di dalamnya menjadi keras. Sedang butiran kopi adalah
fenomena unik, ia menjadi air setelah direbus.

“Termasuk yang mana kamu, anakku ?” kata ibu pada putrinya. ” Jika
kemalangan mengetuk pintumu, bagaimana kamu meresponnya ? Apakah
kamu seperti wortel, sebutir telur atau biji kopi ?”

Camkan Hal ini :

Termasuk yang mana aku ini ? Apakah seperti wortel yang terlihat keras
namun ketika dihadang masalah dan kemalangan aku menjadi lemah dan
kehilangan kekuatanku ?

Apakah hatiku rentan seperti isi telur, namun ketika “di didihkan” oleh
kematian, perpisahan, masalah keuangan atau ujian-ujian lainnya menjadikan
hatiku kuat ? Apakah dinding luarku masih terlihat sama namun kini didalam
aku menjadi seorang yang gigih dan berjiwa keras ?

Atau aku mirip dengan biji kopi ? Biji kopi sebenarnya mengubah air panas
disekitarnya, yaitu keadaan yang membawanya dalam kepedihan. Ketika air
mulai mendidih, maka dia mengeluarkan aroma dan rasa kopi yang nikmat.

Bila keadaan menjadi kian memburuk, mampukah kalian mengubah situasi di


sekitar menjadi suatu kebaikan ? Ketika hari kian gelap dan ujian semakin
meningkat, apakah kalian mengangkat diri sendiri ke tingkatan yang lain?
Bagaimana kalian menangani masalah-masalah hidup yang datang silih
berganti ? Apakah kalian mirip sebuah wortel, sebutir telur atau biji kopi ?

43
Semoga kalian mempunyai cukup bekal kebahagiaan untuk membuat hidup
terasa indah. Cukup ujian agar membuat kalian kuat, cukup kesusahan agar
kalian lebih manusiawi, dan cukup harapan untuk membuat kalian mampu
bertahan hidup.

Buku Telepon
Ternyata hal yang menurut kita sederhana bisa berarti begitu besar bagi orang
lain… So be grateful for anything you’ve got although only small things and
also be grateful for someone else happiness… hihi teori bgt yach
Suatu ketika di ruang kelas sekolah menengah, terlihat suatu percakapan yang
menarik. Seorang guru, dengan buku di tangan, tampak menanyakan sesuatu
kepada murid-muridnya di depan kelas. Sementara itu, dari mulutnya keluar
sebuah pertanyaan.

“Anak-anak, kita sudah hampir memasuki saat-saat terakhir bersekolah di sini.


Setelah 3 tahun, pencapaian terbesar apa yang membuatmu bahagia? Adakah
hal-hal besar yang kalian peroleh selama ini?” Murid-murid tampak saling
pandang. Terdengar suara lagi dari guru, “Ya,ceritakanlah satu hal terbesar
yang terjadi dalam hidupmu…” Lagi-lagi semua murid saling pandang, hingga
kemudian tangan guru itu menunjuk pada seorang murid.”Nah, kamu yang
berkacamata, adakah hal besar yang kamu temui?
Berbagilah dengan teman-temanmu. ..”

Sesaat, terlontar sebuah cerita dari si murid, “Seminggu yang lalu,adalah masa
yang sangat besar buatku. Orangtuaku, baru saja membelikan sebuah motor,
persis seperti yang aku impikan selama ini” Matanya berbinar, tangannya
tampak seperti sedang menunggang sesuatu.

“Motor sport dengan lampu yang berkilat, pasti tak ada yang bisamengalahkan
kebahagiaan itu!” Sang guru tersenyum. Tangannya menunjukbeberapa murid
44
lainnya. Maka,terdengarlah beragam cerita dari murid-murid yang hadir. Ada
anak yang baru saja mendapatkan sebuah mobil. Ada pula yang baru dapat
melewatkan liburan di luar negeri.
Sementara, ada murid yang bercerita tentang keberhasilannya mendaki
gunung. Semuanya bercerita tentang hal-hal besar yang mereka temui dan
mereka dapatkan. Hampir semua telah bicara, hingga terdengar suara dari
arah belakang.

“Pak Guru… Pak, aku belum bercerita” Rupanya, ada seorang anak di pojok
kanan yang luput dipanggil. Matanya berbinar. Mata yang sama seperti saat
anak-anak lainnya bercerita tentang kisah besar yang mereka punya. “Maaf,
silahkan, ayo berbagi dengan kami semua”, ujar Pak Guru kepada murid
berambut lurus itu. “Apa hal terbesar yang kamu dapatkan?”, Pak Guru
mengulang pertanyaannya kembali.

“Keberhasilan terbesar buatku, dan juga buat keluargaku adalah… saat nama
keluarga kami tercantum dalam buku telpon yang baru terbit 3 hari yang lalu”
Sesaat senyap. Tak sedetik, terdengar tawa-tawa kecil yang memenuhi
ruangan kelas itu. Ada yang tersenyum simpul, terkikik-kikik, bahkan tertawa
terbahak mendengar cerita itu.

Dari sudut kelas, ada yang berkomentar, “Ha? aku sudah sejak lahir
menemukan nama keluargaku di buku telpon. Buku Telpon? Betapa
menyedihkan. .. Hahaha” Dari sudut lain, ada pula yang menimpali, “Apa tak
ada hal besar lain yang kamu dapat selain hal yang lumrah semacam itu?”
Lagi-lagi terdengar derai-derai tawa kecil yang masih memenuhi ruangan.

Pak Guru berusaha menengahi situasi ini, sambil mengangkat tangan.


“Tenang sebentar anak-anak, kita belum mendengar cerita selanjutnya.
Silahkan teruskan, Nak…” Anak berambut lurus itu pun kembali angkat bicara.
“Ya. Memang itulah kebahagiaan terbesar yang pernah aku dapatkan. Dulu,
Ayahku bukanlah orang baik-baik. Karenanya, kami sering berpindah-pindah
rumah. Kami tak pernah menetap, karena selalu merasa di kejar polisi”

Matanya tampak menerawang. Ada bias pantulan cermin dari kedua bola
mata anak itu, dan ia melanjutkan. “Tapi, kini Ayah telah berubah. Dia telah
mau menjadi Ayah yang baik buat keluargaku. Sayang, semua itu butuh waktu
dan usaha. Tak pernah ada Bank dan Yayasan yang mau memberikan pinjaman
modal buat bekerja.Hingga setahun lalu, ada seseorang yang rela
meminjamkan modal buat Ayahku. Dan kini, Ayah berhasil.

45
Bukan hanya itu, Ayah juga membeli sebuah rumah kecil buat kami. Dan kami
tak perlu berpindah-pindah lagi.Tahukah kalian, apa artinya kalau nama
keluargamu ada di buku telpon? Itu artinya, aku tak perlu lagi merasa takut
setiap malam dibangunkan ayah untuk terus berlari. Itu artinya, aku tak perlu
lagi kehilangan teman-teman yang aku sayangi.

Itu juga berarti, aku tak harus tidur di dalam mobil setiap malam yang dingin.
Dan itu artinya, aku, dan juga keluargaku, adalah sama derajatnya dengan
keluarga-keluarga lainnya” Matanya kembali menerawang. Ada bulir bening
yang mengalir. “Itu artinya, akan ada harapan-harapan baru yang aku
dapatkan nanti…”

Kelas terdiam. Pak Guru tersenyum haru. Murid-murid tertunduk. Mereka


baru saja menyaksikan sebuah fragme tentang kehidupan. Mereka juga baru
saja mendapatkan hikmah tentang pencapaian besar, dan kebahagiaan.
Mereka juga belajar satu hal: “Bersyukurlah dan berbesar hatilah setiap kali
mendengar keberhasilan orang lain. Sekecil apapun… Sebesar apapun”

46
Alkisah 3 Pohon
Alkisah, ada tiga pohon di dalam hutan. Suatu hari,ketiganya saling
menceritakan mengenai harapan dan impian mereka.

Pohon pertama berkata, ” Kelak aku ingin menjadi peti harta karun.
Aku akan diisi dengan emas, perak dan berbagai batu permata dan
semua orang akan mengagumi keindahannya.”

Kemudian pohon kedua berkata, suatu hari kelak aku akan menjadi
kapalyang besar. Aku akan mengangkut raja-raja dan berlayar ke ujung dunia.
Aku akan menjadi kapal yang kuat dan setiap orang merasa aman berada
dekat denganku.

Akhirnya pohon ke tiga berkata, Aku ingin tumbuh menjadi pohon yang
tertinggi di hutan di puncak bukit. Orang-orang akan memandangku dan
berpikir betapa aku begitu dekat untuk menggapai surga dan Tuhan.
Aku akan menjadi pohon terbesar sepanjang masa dan orang akan
mengingatku.

Setelah beberapa tahun berdoa agar impian terkabul, sekelompok penebang


pohon datang dan menebang ketiga pohon itu.

Pohon pertama dibawa ke tukang kayu. Ia sangat senang sebab ia tahu


bahwa ia akan dibuat menjadi peti harta karun. Tetapi doanya tidak menjadi
kenyataan karena tukang kayu membuatnya menjadi kotak tempat menaruh
makan ternak. Ia hanya diletakkan di kandang dan diisi jerami.

Pohon ke dua dibawa ke galangan kapal. Ia berpikir bahwa doanya


menjadi kenyataan. Tetapi ia dipotong-potong dan dibuat menjadi sebuah
perahu nelayan kecil. Impiannya untuk menjadi kapal besar untuk mengangkut
raja-raja telah berakhir.

Pohon ketiga dipotong menjadi potongan-potongan kayu besar dan


dibiarkan teronggok dengan gelap.

Tahun demi tahun berlalu, dan ketiga pohon itu telah melupakan
impiannya.

Kemudian suatu hari, sepasang suami-istri tiba dikandang.


Sang istri melahirkan dan meletakkan bayinya di atas tumpukan jerami
47
di kotak makanan ternak yang dibuat dari pohon
pertama. Orang-orang datang menyembah bayi itu. Akhirnya pohon
pertama sadar bahwa didalamnya diletakkan harta terbesar sepanjang masa.

Bertahun-tahun kemudian, sekolompok laki-laki naik ke atas perahu


nelayan yang dibuat dari pohon ke dua. Ditengah danau, badai
besar datang dan pohon kedua berpikir bahwa ia tidak cukup kuat untuk
melindungi orang-orang didalamnya. Tetapi salah seorang laki-laki itu berdiri
dan berkata “DIAM!”
Tenanglah! dan badaipun berhenti. Ketika itu,
tahulah bahwa ia telah mengangkut Raja diatas segala raja.

Akhirnya, seorang datang dan mengambil pohon ke tiga.


Ia dipikul sepanjang jalan sementara orang-orang mengejek lelaki yang
memikulnya. Laki-laki ini kemudian dipakukan di kayu ini dan mati di
puncak bukit. Akhirnya pohon ketiga sadar bahwa ia demikian dekat
dengan Tuhan, karena Yesus yang disalibkan padanya.

KETIKA KEADAAAN TIDAK SEPERTI YANG ENGKAU INGINKAN,


KETAHUILAH TUHAN MEMILIKI RENCANA UNTUKMU.
JIKA ENGKAU PERCAYA PADA-NYA, IA AKAN MEMBERIMU BERKAT-BERKAT
BESAR. KETIGA POHON MENDAPATKAN APA YANG MEREKA INGINKAN.
TETAPI TIDAK DENGAN CARA SEPERTI YANG MEREKA BAYANGKAN.

KITA TIDAK SELALU TAHU APA RENCANA TUHAN BAGI KITA.


KITA HANYA TAHU BAHWA JALANNYA BUKANLAH JALAN KITA,
TETAPI JALANNYA ADALAH YANG TERBAIK.

SURAT DARI SANG MAHA PENCIPTA….


Saat kau terbangun di pagi hari, AKU memandangimu dan berharap engkau
akan berbicara kepadaKU, walaupun hanya sepatah kata meminta
pendapatKU atau bersyukur kepadaKU atas suatu hal yang indah yang terjadi
dalam hidupmu hari ini atau kemarin…

48
Tetapi AKU melihat engkau begitu sibuk mempersiapkan diri untuk pergi
bekerja. AKU kembali menanti saat engkau sedang bersiap, AKU tahu akan ada
sedikit waktu bagimu untuk berhenti dan menyapaKU, tetapi engkau terlalu
sibuk…

Disuatu tempat, engkau duduk di sebuah kursi selama 15 menit tanpa


melakukan apapun. kemudian AKU melihat engkau menggerakan kakimu. AKU
berfikir engkau akan berbicara kepadaKU tetapi engkau berlari ke telephone,
dan menelephone seorang teman untuk mendengarkan gosip terbaru. AKU
melihatmu saat engkau pergi bekerja dan aku menanti dengan sabar
sepanjang hari…

Dengan semua kegiatanmu AKU berfikir engkau terlalu sibuk untuk


mengucapkan sesuatu kepadaKU. sebelum makan siang AKU melihatmu
memandang ke sekeliling, mungkin engkau merasa malu untuk berbicara
kepadaKU, itulah sebabnya mengapa engkau tidak menundukan kepalamu.
engkau memandang tiga atau empat meja sekitarmu dan melihat beberapa
temanmu berbicara dan menyebut namaKU dengan lembut sebelum mereka
menyantap rizki yang KUberikan, tetapi engkau tidak melakukannya…

Yah, tidak apa – apa masih ada waktu yang tersisa dan AKU berharap engkau
akan berbicara kepada KU, meskipun saat engkau pulang ke rumah
kelihatannya seakan – akan banyak hal yang harus kau kerjakan. setelah
tugasmu selesai engkau menyalakan TV, AKU tidak tahu apakah engkau suka
menonton TV atau tidak, hanya saja engkau selalu kesana dan menghabiskan
banyak waktu setiap hari didepannya, tanpa memikirkan apapun dan hanya
menikmati acara yang ditampilkan. kembali AKU menanti dengan sabar saat
engkau menonton TV dan menikmati makananmu tetapi kembali kau tidak
berbicara kepada KU…

Saat tidur KU pikir kau merasa terlalu lelah. setelah mengucapkan selamat
malam kepada keluargamu, kau melompat ke tempat tidur tanpa sepatahpun
nama KU kau sebut…

Tidak apa – apa karena mungkin engkau tidak menyadari bahwa AKU selalu
hadir untukmu. AKU telah bersabar lebih lama dari yang kau sadari. AKU
bahkan ingin mengajarkan bagaimana bersabar terhadap orang lain. AKU
sangat menyayangimu, setiap hari AKU menantikan sepatah kata doa, pikiran
atau ucapan syukur dari hatimu…

49
Baiklah, engkau bangun kembali dan kembali AKU menanti dengan penuh
kasih bahwa hari ini kau akan memberi KU sedikit waktu untuk menyapa KU.
Tapi yang AKU tunggu… ah, tak jua kau menyapa KU. dari detik ke detik, dari
menit ke menit, dari jam ke jam, hingga hari berganti lagi, kau masih
mengacuhkan AKU. tak ada sepatah kata, tak ada seucap doa, dan tak ada
rasa, tak ada harapan dan keinginan untuk bersujud kepada KU…

Apakah salah KU pada mu? rizki yang AKU limpahkan, kesehatan yang AKU
berikan, Harta yang AKU limpahkan, makanan yang AKU hidangkan, anak –
anak yang AKU rahmatkan, apakah hal itu tidak membuatmu ingat kepada
KU??

Percayalah AKU selalu mengasihimu, dan AKU tetap berharap suatu saat kau
akan menyapa KU, memohon perlindungan KU, dan bersujud menghadap
KU….

Yang selalu menyertaimu setiap saat…

SANG PENCIPTA…

TUHAN TIDAK PINTAR MATEMATIKA


Dari pengamatan saya terhadap keseharian yang saya temui, saya dapat
menyimpulkan satu hal: Tuhan memang serba bisa, tapi Dia tidak pintar
matematika. Kesimpulan ini bukan tanpa dasar lho. Banyak bukti empiris yang
mendukung kesimpulan saya ini.

Sebagai seorang “fresh graduate”, saya tak mungkin mengharapkan


penghasilan tinggi dalam waktu sekejap. Terlebih karena saya memegang
prinsip bahwa hal yang terpenting dalam bekerja adalah kepuasan hati. Saya

50
lebih memilih pekerjaan yang mungkin tak segemerlap pekerjaan yang dipilih
teman-teman seangkatan saya, tapi mampu “memuaskan” idealisme saya.

Saya memang sangat mencintai dan menikmati pekerjaan saya saat ini. Tapi
saat saya berbincang dengan seorang teman yang bekerja di ibukota, ia mulai
membandingkan penghasilan kami (dari sisi finansial tentunya). Jelas saja saya
kalah telak darinya.

Saya sempat jengkel sebentar. Bagaimana tidak. Selama bermahasiswa,


sepertinya prestasi kami sejajar, bahkan saya lebih dahulu lulus ketimbang dia.
Tapi kenapa Tuhan tidak menitipkan rejeki yang sama besarnya dengan yang
dititipkan pada teman saya ini?

Tapi, begitu saya merenungkan kembali segala kebaikan Tuhan saya


menemukan satu hal yang luar biasa. Ternyata penghasilan saya yang tak
seberapa itu cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saya, bahkan
untuk mengirim adik ke bangku kuliah. Padahal logikanya pengeluaran saya
per bulannya bisa sampai dua kali lipat penghasilan saya. Lalu darimana sisa
uang yang saya dapat untuk menutupi kesemuanya itu? Wah, ya dari berbagai
sumber. Tapi saya percaya tanpa campur tangan-Nya, itu semua tidak
mungkin.

Nah, ini salah satu alasan mengapa Tuhan tidak pintar matematika. Lha wong
seharusnya neraca saya sudah njomplang kok masih bisa terus hidup.

Bukti kedua adalah kesaksian seorang teman. Ia mengaku kalau semenjak


lajang, penghasilannya tidak jauh berbeda dengan sekarang. Anehnya, pada
saat ia masih membujang, penghasilannya selalu pas. Maksudnya, pas akhir
bulan pas uangnya habis. Anehnya, begitu ia berkeluarga dan memiliki anak,
dengan penghasilan yang relatif sama, ia masih bisa menyisihkan uang untuk
menabung. Aneh bukan?

Berarti kalau bagi manusia 1 juta dibagi satu sama dengan 1 juta dan 1 juta
dibagi dua sama dengan 500 ribu, tidak demikian bagi Tuhan.

Dari kesaksian teman saya, satu juta dibagi 3 sama dengan satu juta dan masih
sisa. Betul kan bahwa Tuhan itu tidak pintar matematika?

Ah, saya cuma bercanda kok.

51
Buat saya, kalau dilihat dari logika manusia, Dia memang tidak pintar
matematika. Mungkin murid saya yang kelas 2 SD lebih pintar dari Dia. Tapi
satu hal yang harus digarisbawahi: MATEMATIKA TUHAN BEDA DENGAN
MATEMATIKA MANUSIA.

Saya tidak tahu dan mungkin tidak akan pernah sanggup mengetahui
persamaan apa yang digunakan Tuhan. Tapi kalau boleh saya
menggambarkan, ya kira-kira demikian:

X= Y di mana: X = pemberian Tuhan Y = kebutuhan

Ya, Tuhan selalu mencukupkan apapun kebutuhan kita. Tanpa kita minta pun,
Dia sudah “menghitung” kebutuhan kita dan menyediakan semua lewat jalan-
jalan- Nya yang terkadang begitu ajaib dan tak terduga.

Menyadari hal itu, saya bisa menanggapi cerita teman-teman yang “sukses”
dengan penghasilan tinggi di luar kota dengan senyum manis. Soal penghasilan
Tuhan yang mengatur. Untuk apa saya memusingkan diri dengan berbagai
kekhawatiran sementara Dia telah menghidangkan rejeki di hadapan saya?

Yang perlu saya lakukan hanyalah melakukan bagian saya yang tak seberapa
ini sebaik mungkin, dan Ia yang akan mencukupkan segala kebutuhan saya.

Hukum Pygmalion – Hukum Berpikir Positif


Pygmalion dikenal sebagai orang yang suka berpikiran positif. Ia memandang
segala sesuatu dari sudut yang baik. Apabila lapangan di tengah kota becek,
orang-orang mengomel. Tetapi Pygmalion berkata, “Untunglah, lapangan yang
lain tidak sebecek ini.” Ketika ada seorang pembeli patung ngotot menawar-
nawar harga, kawan-kawan Pygmalion berbisik, “Kikir betul orang itu.” Tetapi
Pygmalion berkata, “Mungkin orang itu perlu mengeluarkan uang untuk
urusan lain yang lebih perlu”. Ketika anak-anak mencuri apel dikebunnya,
Pygmalion tidak mengumpat. Ia malah merasa iba, “Kasihan, anak-anak itu
kurang mendapat pendidikan dan makanan yang cukup di rumahnya.”

Itulah pola pandang Pygmalion. Ia tidak melihat suatu keadaan dari segi buruk,
melainkan justru dari segi baik. Ia tidak pernah berpikir buruk tentang orang
lain; sebaliknya, ia mencoba membayangkan hal-hal baik dibalik perbuatan
buruk orang lain.
52
Pada suatu hari Pygmalion mengukir sebuah patung wanita dari kayu yang
sangat halus. Patung itu berukuran manusia sungguhan. Ketika sudah
rampung, patung itu tampak seperti manusia betul. Wajah patung itu
tersenyum manis menawan, tubuhnya elok menarik.

Kawan-kawan Pygmalion berkata, “Ah,sebagus- bagusnya patung, itu cuma


patung, bukan isterimu.”

Tetapi Pygmalion memperlakukan patung itu sebagai manusia betul. Berkali-


kali patung itu ditatapnya dan dielusnya.

Para dewa yang ada di Gunung Olympus memperhatikan dan menghargai


sikap Pygmalion, lalu mereka memutuskan untuk memberi anugerah kepada
Pygmalion, yaitu mengubah patung itu menjadi manusia betul. Begitulah,
Pygmalion hidup berbahagia dengan isterinya itu yang konon adalah wanita
tercantik di seluruh negeri Yunani. Nama Pygmalion dikenang hingga kini
untuk mengambarkan dampak pola berpikir yang positif. Kalau kita berpikir
positif tentang suatu keadaan atau seseorang, seringkali hasilnya betul-betul
menjadi positif. Misalnya, Jika kita bersikap ramah terhadap seseorang, maka
orang itupun akan menjadi ramah terhadap kita.

Jika kita memperlakukan anak kita sebagai anak yang cerdas, akhirnya dia
betul-betul menjadi cerdas.

Jika kita yakin bahwa upaya kita akan berhasil, besar sekali kemungkinan
upaya dapat merupakan separuh keberhasilan.

Dampak pola berpikir positif itu disebut dampak Pygmalion. Pikiran kita
memang seringkali mempunyai dampak fulfilling prophecy atau ramalan
tergenapi, baik positif maupun negatif. Kalau kita menganggap tetangga kita
judes sehingga kita tidak mau bergaul dengan dia, maka akhirnya dia betul-
betul menjadi judes. Kalau kita mencurigai dan menganggap anak kita tidak
jujur, akhirnya ia betul-betul menjadi tidak jujur.

Kalau kita sudah putus asa dan merasa tidak sanggup pada awal suatu usaha,
besar sekali kemungkinannya kita betul-betul akan gagal.

Pola pikir Pygmalion adalah berpikir, menduga dan berharap hanya yang baik
tentang suatu keadaan atau seseorang. Bayangkan, bagaimana besar
dampaknya bila kita berpola pikir positif seperti itu. Kita tidak akan
berprasangka buruk tentang orang lain. Kita tidak menggunjingkan desas-
53
desus yang jelek tentang orang lain. Kita tidak menduga-duga yang jahat
tentang orang lain.

Kalau kita berpikir buruk tentang orang lain, selalu ada saja bahan untuk
menduga hal-hal yang buruk. Jika ada seorang kawan memberi hadiah kepada
kita, jelas itu adalah perbuatan baik. Tetapi jika kita berpikir buruk,kita akan
menjadi curiga, “Barangkali ia sedang mencoba membujuk,” atau kita
mengomel, “Ah, hadiahnya cuma barang murah.” Yang rugi dari pola pikir
seperti itu adalah diri kita sendiri.Kita menjadi mudah curiga. Kita menjadi
tidak bahagia. Sebaliknya, kalau kita berpikir positif, kita akan menikmati
hadiah itu dengan rasa gembira dan syukur, “Ia begitu murah hati. Walaupun
ia sibuk, ia ingat untuk memberi kepada kita.”

Warna hidup memang tergantung dari warna kaca mata yang kita pakai. Kalau
kita memakai kaca mata kelabu, segala sesuatu akan tampak kelabu. Hidup
menjadi kelabu dan suram. Tetapi kalau kita memakai kaca mata yang terang,
segala sesuatu akan tampak cerah. Kaca mata yang berprasangka atau benci
akan menjadikan hidup kita penuh rasa curiga dan dendam. Tetapi kaca mata
yang damai akan menjadikan hidup kita damai.

Hidup akan menjadi baik kalau kita memandangnya dari segi yang baik.
Berpikir baik tentang diri sendiri. Berpikir baik tentang orang lain. Berpikir baik
tentang keadaan. Berpikir baik tentang Tuhan. Dampak berpikir baik seperti
itu akan kita rasakan. Keluarga menjadi hangat. Kawan menjadi bisa dipercaya.
Tetangga menjadi akrab. Pekerjaan menjadi menyenangkan. Dunia menjadi
ramah. Hidup menjadi indah. Seperti Pygmalion, begitulah.

MAKE SURE YOU ARE PYGMALION and the world will be filled with positive
people only…….. ….how nice!!!!Pygmalion dikenal sebagai orang yang suka
berpikiran positif. Ia memandang segala sesuatu dari sudut yang baik. Apabila
lapangan di tengah kota becek, orang-orang mengomel. Tetapi Pygmalion
berkata, “Untunglah, lapangan yang lain tidak sebecek ini.” Ketika ada seorang
pembeli patung ngotot menawar-nawar harga, kawan-kawan Pygmalion
berbisik, “Kikir betul orang itu.” Tetapi Pygmalion berkata, “Mungkin orang itu
perlu mengeluarkan uang untuk urusan lain yang lebih perlu”. Ketika anak-
anak mencuri apel dikebunnya, Pygmalion tidak mengumpat. Ia malah merasa
iba, “Kasihan, anak-anak itu kurang mendapat pendidikan dan makanan yang
cukup di rumahnya.”

54
Itulah pola pandang Pygmalion. Ia tidak melihat suatu keadaan dari segi buruk,
melainkan justru dari segi baik. Ia tidak pernah berpikir buruk tentang orang
lain; sebaliknya, ia mencoba membayangkan hal-hal baik dibalik perbuatan
buruk orang lain.

Pada suatu hari Pygmalion mengukir sebuah patung wanita dari kayu yang
sangat halus. Patung itu berukuran manusia sungguhan. Ketika sudah
rampung, patung itu tampak seperti manusia betul. Wajah patung itu
tersenyum manis menawan, tubuhnya elok menarik.

Kawan-kawan Pygmalion berkata, “Ah,sebagus- bagusnya patung, itu cuma


patung, bukan isterimu.”

Tetapi Pygmalion memperlakukan patung itu sebagai manusia betul. Berkali-


kali patung itu ditatapnya dan dielusnya.

Para dewa yang ada di Gunung Olympus memperhatikan dan menghargai


sikap Pygmalion, lalu mereka memutuskan untuk memberi anugerah kepada
Pygmalion, yaitu mengubah patung itu menjadi manusia betul. Begitulah,
Pygmalion hidup berbahagia dengan isterinya itu yang konon adalah wanita
tercantik di seluruh negeri Yunani. Nama Pygmalion dikenang hingga kini
untuk mengambarkan dampak pola berpikir yang positif. Kalau kita berpikir
positif tentang suatu keadaan atau seseorang, seringkali hasilnya betul-betul
menjadi positif. Misalnya, Jika kita bersikap ramah terhadap seseorang, maka
orang itupun akan menjadi ramah terhadap kita.

Jika kita memperlakukan anak kita sebagai anak yang cerdas, akhirnya dia
betul-betul menjadi cerdas.

Jika kita yakin bahwa upaya kita akan berhasil, besar sekali kemungkinan
upaya dapat merupakan separuh keberhasilan.

Dampak pola berpikir positif itu disebut dampak Pygmalion. Pikiran kita
memang seringkali mempunyai dampak fulfilling prophecy atau ramalan
tergenapi, baik positif maupun negatif. Kalau kita menganggap tetangga kita
judes sehingga kita tidak mau bergaul dengan dia, maka akhirnya dia betul-
betul menjadi judes. Kalau kita mencurigai dan menganggap anak kita tidak
jujur, akhirnya ia betul-betul menjadi tidak jujur.

Kalau kita sudah putus asa dan merasa tidak sanggup pada awal suatu usaha,
besar sekali kemungkinannya kita betul-betul akan gagal.
55
Pola pikir Pygmalion adalah berpikir, menduga dan berharap hanya yang baik
tentang suatu keadaan atau seseorang. Bayangkan, bagaimana besar
dampaknya bila kita berpola pikir positif seperti itu. Kita tidak akan
berprasangka buruk tentang orang lain. Kita tidak menggunjingkan desas-
desus yang jelek tentang orang lain. Kita tidak menduga-duga yang jahat
tentang orang lain.

Kalau kita berpikir buruk tentang orang lain, selalu ada saja bahan untuk
menduga hal-hal yang buruk. Jika ada seorang kawan memberi hadiah kepada
kita, jelas itu adalah perbuatan baik. Tetapi jika kita berpikir buruk,kita akan
menjadi curiga, “Barangkali ia sedang mencoba membujuk,” atau kita
mengomel, “Ah, hadiahnya cuma barang murah.” Yang rugi dari pola pikir
seperti itu adalah diri kita sendiri.Kita menjadi mudah curiga. Kita menjadi
tidak bahagia. Sebaliknya, kalau kita berpikir positif, kita akan menikmati
hadiah itu dengan rasa gembira dan syukur, “Ia begitu murah hati. Walaupun
ia sibuk, ia ingat untuk memberi kepada kita.”

Warna hidup memang tergantung dari warna kaca mata yang kita pakai. Kalau
kita memakai kaca mata kelabu, segala sesuatu akan tampak kelabu. Hidup
menjadi kelabu dan suram. Tetapi kalau kita memakai kaca mata yang terang,
segala sesuatu akan tampak cerah. Kaca mata yang berprasangka atau benci
akan menjadikan hidup kita penuh rasa curiga dan dendam. Tetapi kaca mata
yang damai akan menjadikan hidup kita damai.

Hidup akan menjadi baik kalau kita memandangnya dari segi yang baik.
Berpikir baik tentang diri sendiri. Berpikir baik tentang orang lain. Berpikir baik
tentang keadaan. Berpikir baik tentang Tuhan. Dampak berpikir baik seperti
itu akan kita rasakan. Keluarga menjadi hangat. Kawan menjadi bisa dipercaya.
Tetangga menjadi akrab. Pekerjaan menjadi menyenangkan. Dunia menjadi
ramah. Hidup menjadi indah. Seperti Pygmalion, begitulah.

MAKE SURE YOU ARE PYGMALION and the world will be filled with positive
people only…….. ….how nice!!!!

56
Jadilah Diri Sendiri Seutuhnya
Disuatu telaga besar milik seorang saudagar kaya, hidup lah bermacam-
macam ikan dengan suka cita. Telaga yang begitu besar dengan berbagai
macam tanaman air yang menghiasi, memberikan suasana tenang bagi siapa
saja yang melihatnya. Tepat ditengah telaga tersebut, terdapat sebuah air
mancur kecil, yang menghasilkan gelembung-gelembung udara didalam air.
Ikan yang berada didalam telaga tersebut terlihat kesana kemari dengan
gembira bermain-main dengan gelembung-gelembung air tersebut.

Sang saudagar kaya sangat mencintai ikan-ikannya sehingga dengan rajin


setiap harinya, dia memberi makan ikan-ikan tersebut dengan udang-udang
kecil yang dihaluskan. Hampir ratusan ikan yang tinggal didalam telaga
tersebut, dengan berbagai macam jenis dan bentuknya. Dari ratusan ikan
tersebut, terdapat seekor ikan mas bertubuh besar dan berwarna emas.
Sepintas ikan ini sangatlah lincah dan menarik, namun ada satu sifat jelek yang
dimiliki ikan ini, yaitu sifat ketergantungannya.

Pada saat siang hari, ikan-ikan di telaga tersebut seperti biasa menanti
tuannya untuk diberi makan, termasuk si ikan mas. Namun setelah ditunggu-
tunggu sang saudagar kaya yang dinanti tidak datang juga. Ternyata karena
suatu kesibukkan mengharuskan sang saudagar kaya untuk keluar kota untuk
waktu yang agak lama. Ikan-ikan ditelaga tersebut berinisiatif memakan
tanaman air yang ada disekitar telaga tersebut, hanya si ikan mas yang tetap
menunggu dan menunggu

“Hai ikan mas, makanlah tanaman air ini, kamu tinggal menggigit dan
mengunyahnya, untuk makan siang kamu” Teriak ikan-ikan yang lain kepada si
ikan mas

57
“Tidak, akan tidak bisa memakan dan mengigitnya. Saya tidak bisa. Saya akan
menunggu tuan kita memberi makan saja” Jawab ikan mas itu dengan
ketusnya

Hari semakin malam, namun sang saudagar kaya yang ditunggu ikan mas
tersebut, tidak kunjung datang. Ikan-ikan yang lain, sudah kenyang menyantap
tanaman air, hanya si ikan mas yang kelaparan karena belum memakan apa
pun. Akibat menahan lapar yang begitu dahsyat, si ikan mas mulai merasa
lemas di sekujur tubuhnya, namun dia tetap merasa tidak bisa memakan
tanaman air tersebut, karena dia terbiasa diberikan makan oleh tuannya.

Sudah 2 hari, si ikan mas menahan lapar dan akhirnya tubuhnya pun kaku
karena kelaparan, di lubung makanan yang berlimpah. Dia mati bukan karena
tidak ada makanan, namun karena sifat ketergantungan terhadap orang lain.

~Banyak sekali kita melihat di kehidupan ini, sifat ketergantungan yang


berlebih terhadap orang tua, saudara dan terhadap orang lain. Sifat
ketergantungan yang berlebih akan membuat diri kita tidak terasah, merasa
tidak percaya diri dan tidak mampu memekpresikan kemampuan diri kita. Kita
boleh belajar, mengikuti dan dimotivasi oleh orang lain, namun hendaknyalah
kita harus selalu yakin pada kemampuan diri kita dan menjadi diri kita sendiri,
karena setiap orang punya kemampuan untuk menjadi sukses, hanya
pandangan dan perjuangan akan arti sukses yang salah, yang menghalangi
datangnya kesuksesan tersebut. Jadilah diri anda seutuhnya!!

58
Dia Selalu Ada Bagi Kita
Ada sebuah suku pada bangsa Indian yang memiliki cara yang unik untuk
mendewasakan anak laki-laki dari suku mereka.

Jika seorang anak laki-laki tersebut dianggap sudah cukup umur untuk di
dewasakan, maka anak laki-laki tersebut akan di bawa pergi oleh seorang pria
dewasa yang bukan sanak saudaranya, dengan mata tertutup.

Anak laki-laki tersebut di bawa jauh menuju hutan yang paling dalam. Ketika
hari sudah menjadi sangat gelap, tutup mata anak tersebut akan dibuka, dan
orang yang menghantarnya akan meninggalkannya sendirian. Ia akan
dinyatakan lulus dan diterima sebagai pria dewasa dalam suku tersebut jika ia
tidak berteriak atau menangis hingga malam berlalu.

Malam begitu pekat, bahkan sang anak itu tidak dapat melihat telapak
tangannya sendiri, begitu gelap dan ia begitu ketakutan. Hutan tersebut
mengeluarkan suara-suara yang begitu menyeramkan, auman serigala, bunyi
dahan bergemerisik, dan ia semakin ketakutan, tetapi ia harus diam, ia tidak
boleh berteriak atau menangis, ia harus berusaha agar ia lulus dalam ujian
tersebut.

Satu detik bagaikan berjam-jam, satu jam bagaikan bertahun-tahun, ia tidak


dapat melelapkan matanya sedetikpun, keringat ketakutan mengucur deras
dari tubuhnya.

Cahaya pagi mulai tampak sedikit, ia begitu gembira, ia melihat sekelilingnya,


dan kemudian ia menjadi begitu kaget, ketika ia mengetahui bahwa ayahnya
berdiri tidak jauh dibelakang dirinya, dengan posisi siap menembakan anak
panah, dengan golok terselip dipinggang, menjagai anaknya sepanjang malam,
jikalau ada ular atau binatang buas lainnya, maka ia dengan segera akan
melepaskan anak panahnya, sebelum binatang buas itu mendekati anaknya.
Sambil berdoa agar anaknya tidak berteriak atau menangis. Dalam mengarungi
kehidupan ini, sepertinya Tuhan “begitu kejam” melepaskan anak-anakNya
kedalam dunia yang jahat ini.

59
1001 Burung Kertas
Reo dan July adalah sepasang kekasih yang serasi walaupun keduanya berasal
dari keluarga yang jauh berbeda latar belakangnya. Keluarga July berasal dari
keluarga kaya raya dan serba berkecukupan, sedangkan keluarga Reo
hanyalah keluarga seorang petani miskin yang menggantungkan kehidupannya
pada tanah sewaan.

Dalam kehidupan mereka berdua, Reo sangat mencintai July. Reo telah
melipat 1000 buah burung kertas untuk July dan July kemudian
menggantungkan burung-burung kertas tersebut pada kamarnya. Dalam tiap
burung kertas tersebut Reo telah menuliskan harapannya kepada July. Banyak
sekali harapan yang telah Reo ungkapkan kepada July. “Semoga kita selalu
saling mengasihi satu sama lain”,”Semoga Tuhan melindungi July dari
bahaya”,”Semoga kita mendapatkan kehidupan yang bahagia”,dsb. Semua
harapan itu telah disimbolkan dalam burung kertas yang diberikan kepada
July.

Suatu hari Reo melipat burung kertasnya yang ke 1001. Burung itu dilipat
dengan kertas transparan sehingga kelihatan sangat berbeda dengan burung-
burung kertas yang lain. Ketika memberikan burung kertas ini, Reo berkata
kepada July: “ July, ini burung kertasku yang ke 1001. Dalam burung kertas ini
aku mengharapkan adanya kejujuran dan keterbukaan antara aku dan kamu.
Aku akan segera melamarmu dan kita akan segera menikah. Semoga kita
dapat mencintai sampai kita menjadi kakek nenek dan sampai Tuhan
memanggil kita berdua ! “

Saat mendengar Reo berkata demikian, menangislah July. Ia berkata kepada


Reo : “ Reo, senang sekali aku mendengar semua itu, tetapi aku sekarang telah
memutuskan untuk tidak menikah denganmu karena aku butuh uang dan
kekayaan seperti kata orang tuaku!” Saat mendengar itu Reo pun bak
disambar geledek. Ia kemudian mulai marah kepada July. Ia mengatai July
matre, orang tak berperasaan, kejam, dan sebagainya. Akhirnya Reo
meninggalkan July menangis seorang diri.

Reo mulai terbakar semangatnya. Ia pun bertekad dalam dirinya bahwa ia


harus sukses dan hidup berhasil. Sikap July dijadikannya cambuk untuk maju
dan maju. Dalam Sebulan usaha Reo menunjukkan hasilnya. Ia diangkat
menjadi kepala cabang di mana ia bekerja dan dalam setahun ia telah diangkat
menjadi manajer sebuah perusahaan yang bonafide dan tak lama kemudian ia
60
mempunyai 50% saham dari perusahaan itu. Sekarang tak seorangpun tak
kenal Reo, ia adalah bintang kesuksesan.

Suatu hari Reo pun berkeliling kota dengan mobil barunya. Tiba-tiba dilihatnya
sepasang suami-istri tua tengah berjalan di dalam derasnya hujan. Suami istri
itu kelihatan lusuh dan tidak terawat. Reo pun penasaran dan mendekati
suami istri itu dengan mobilnya dan ia mendapati bahwa suami istri itu adalah
orang tua July. Reo mulai berpikir untuk memberi pelajaran kepada kedua
orang itu, tetapi hati nuraninya melarangnya sangat kuat. Reo membatalkan
niatnya dan ia membuntuti kemana perginya orang tua July.

Reo sangat terkejut ketika didapati orang tua July memasuki sebuah makam
yang dipenuhi dengan burung kertas. Ia pun semakin terkejut ketika ia
mendapati foto July dalam makam itu. Reo pun bergegas turun dari mobilnya
dan berlari ke arah makam July untuk menemui orang tua July. 
Orang tua July pun berkata kepada Reo :”Reo, sekarang kami jatuh miskin.
Harta kami habis untuk biaya pengobatan July yang terkena kanker rahim
ganas. July menitipkan sebuah surat kepada kami untuk diberikan kepadamu
jika kami bertemu denganmu.” Orang tua July menyerahkan sepucuk surat
kumal kepada Reo.

Reo membaca surat itu. “Reo, maafkan aku. Aku terpaksa membohongimu.
Aku terkena kanker rahim ganas yang tak mungkin disembuhkan. Aku tak
mungkin mengatakan hal ini saat itu, karena jika itu aku lakukan, aku akan
membuatmu jatuh dalam kehidupan sentimentil yang penuh keputusasaan
yang akan membawa hidupmu pada kehancuran. Aku tahu semua tabiatmu
Reo, karena itu aku lakukan ini. Aku mencintaimu Reo…………………………..

July “ Setelah membaca surat itu, menangislah Reo. Ia telah berprasangka


terhadap July begitu kejamnya. Ia pun mulai merasakan betapa hati July
teriris-iris ketika ia mencemoohnya, mengatainya matre, kejam dan tak
berperasaan. Ia merasakan betapa July kesepian seorang diri dalam
kesakitannya hingga maut menjemputnya, betapa July mengharapkan
kehadirannya di saat-saat penuh penderitaan itu. Tetapi ia lebih memilih
untuk menganggap July sebagai orang matre tak berperasan.July telah
berkorban untuknya agar ia tidak jatuh dalam keputusasaan dan kehancuran.

Cinta bukanlah sebuah pelukan atau ciuman tetapi cinta adalah pengorbanan
untuk orang yang sangat berarti bagi kita

61
kelinci dan kura-kura
Di suatu masa di suatu dimensi, kura-kura berdebat dengan kelinci mengenai
siapa yang lebih cepat. Akhirnya mereka memutuskan untuk adu lari dan
sepakat jalurnya. Kelinci melesat ninggalin kura-kura. Setelah tahu kura-kura
tertinggal jauh di belakang, kelinci mutusin untuk beristirahat sejenak sebelum
lanjut lagi, “Ah,gue istirahat dulu, ntar klo si kura-kura dah deket baru gue lari

62
lagi.”. Kelinci duduk di bawah pohon (tidak di atas pohon karena kelinci tidak
bisa manjat) dan akhirnya tertidur pules.

Kura-kura akhirnya melalui kelinci yang sedang tertidur dan memenangkan


adu lari.Akhirnya kelinci pun terbangun dan menyadari dirinya telah kalah.

Moral : alon-alon asal kelakon yg akan berjaya

Karena malu dan kecewa yang mendalam, kelinci melakukan Antisipasi


Kegagalan (Root Cause Analysis).

Ia yakin bahwa kekalahannya hanya karena ia terlalu percaya diri, ceroboh dan
lalai. “Klo kemaren gue ga macem2, ga mungkin gue kalah” pikir kelinci.
Ditantangnya lg si kura-kura, “Hei kura-kura, sini loe… Gue ga trima loe
menang kemaren, ayo kita lomba lagi, sekali ini pasti gue yang menang” .

Si kura-kura dengan santai menjawab, “hayyuukk, siapa takut?”

Akhirnya dimulai lomba, dan dari awal lomba kelinci melesat meninggalkan
kura-kura dan terus berlari hingga ke garis finish. Beneran juga, kelinci yang
menang.

Moral : Yang cepet dan konsisten selalu mengalahkan yang alon-alon asal
kelakon (pelan-pelan asal sampai)

Kura-kura panas, dan setelah dipikir-pikir baru nyadar klo dia tidak bakalan
bisa ngalahin kelinci dengan kondisi seperti itu. Ditantangnyalah kelinci adu
lari lg ke suatu tempat. “Hei kelinci, ayo kita lomba lagi. Sekarang kita lewat
jalan ini ke sana. Brani ga loe?”

Ditantang seperti itu, kelinci langsung mau aja karena sudah yakin dia yang
bakalan menang, orang kemaren aja dia bisa menang. Lomba dimulai dan
dengen kencangnya kelinci berlari meninggalkan kura-kura.

“Yang penting gue jangan setop-setop, pasti gue menang.” pikir kelinci. tidak
di sangka, ternyata jalan di depan kelinci terhalang sungai. “Duh, gimana nih
gue nyebrangin ni sungai? Gue ga bisa brenang lagi” termenung si kelinci
mencari jalan menyebrangi sungai.

63
Lama termenung, akhirnya kelinci melihat kura-kura datang dan nyebur
berenang di sungai, keluar lagi berjalan pelan menuju garis finish. Terpaku
kelinci melihat kemenangan si kura-kura.

Moral : ketahuilah…jikalau punya kemampuan dan ubah keadaan sesuai


kemampuan yang kita punya

Melihat si kelinci terpaku sedih, kura-kura pun menghampirinya dan


bilang,”dah, jangan sedih, besok kita ulangin lagi, tapi kita bareng-bareng.”

Esoknya, lomba dimulai lagi, tapi sekarang kelinci nggendong kura-kura sampe
tepi sungai. Kemudian gantian kura-kura menggendong kelinci menyebrangi
sungai dilanjutkan kembali kelinci nggendong kura-kura sampe garis finish.
Hasilnya mereka berdua lebih cepat sampai di garis finish.

Moral : pintar dan berkemampuan tapi tidak bisa kerjasama akan percuma
karena dengan kerjasama maka kekurangan akan dipenuhi oleh yg lainnya .

Hal Yang BIsa Di Ambil :


1. Yang cepat dan konsisten selalu mengalahkan yg alon-alon asal kelakon .
2. Bekerjalah sesuai kemampuanmu .
3. Kumpulkan sumber daya dan kerja sebagai tim selalu mengalahkan
kelebihan pribadi
4. Jangan menyerah bila gagal .
5. Berlombalah dengan situasi, jangan dengan saingan .

Kehidupan Yang Berarti


Berapa umur anda saat ini? 25 tahun, 35 tahun, 45 tahun atau bahkan 60
tahun… Berapa lama anda telah melalui kehidupan anda? Berapa lama lagi sisa
waktu anda untuk menjalani kehidupan? Tidak ada seorang pun yang tahu
kapan kita mengakhiri hidup ini. Matahari terbit dan kokok ayam menandakan
pagi telah tiba. Waktu untuk kita bersiap melakukan aktivitas, sebagai
karyawan, sebagai pelajar, sebagai seorang profesional, dll.

Kita memulai hari yang baru. Macetnya jalan membuat kita semakin tegang
menjalani hidup. Terlambat sampai di kantor, itu hal biasa. Pekerjaan
menumpuk, tugas dari boss yang membuat kepala pusing, sikap anak buah

64
yang tidak memuaskan, dan banyak problematika pekerjaan harus kita hadapi
di kantor.

Tak terasa, siang menjemput…”Waktunya istirahat..makan-makan..” Perut


lapar, membuat manusia sulit berpikir. Otak serasa buntu. Pekerjaan menjadi
semakin berat untuk diselesaikan. Matahari sudah berada tepat diatas kepala.
Panas betul hari ini..

Akhirnya jam istirahat selesai, waktunya kembali bekerja…Perut kenyang,bisa


jadi kita bukannya semangat bekerja malah ngantuk. Aduh tapi pekerjaan kok
masih banyak yang belum selesai. Mulai lagi kita kerja, kerja dan terus bekerja
sampai akhirnya terlihat di sebelah barat…

Matahari telah tersenyum seraya mengucapkan selamat berpisah. Gelap mulai


menjemput. Lelah sekali hari ini. Sekarang jalanan macet. Kapan saya sampai
di rumah. Badan pegal sekali, dan badan rasanya lengket. Nikmatnya air
hangat saat mandi nanti. Segar segar…

Ada yang memacu kendaraan dengan cepat supaya sampai di rumah segera,
dan ada yang berlarian mengejar bis kota bergegas ingin sampai di
rumah.Dinamis sekali kehidupan ini.

Waktunya makan malam tiba. Sang istri atau mungkin Ibu kita telah
menyiapkan makanan kesukaan kita. “Ohh..ada sop ayam” . “Wah soto daging
buatan Ibu memang enak sekali”. Suami memuji masakan istrinya, atau anak
memuji masakan Ibunya. Itu juga kan yang sering kita lakukan.

..Selesai makan, bersantai sambil nonton TV. Tak terasa heningnya malam
telah tiba. Lelah menjalankan aktivitas hari ini, membuat kita tidur dengan
lelap. Terlelap sampai akhirnya pagi kembali menjemput dan mulailah hari
yang baru lagi.

Kehidupan..ya seperti itu lah kehidupan di mata sebagian besar orang.


Bangun, mandi, bekerja, makan, dan tidur adalah kehidupan.

Jika pandangan kita tentang arti kehidupan sebatas itu, mungkin kita tidak ada
bedanya dengan makhluk rendah lainnya yang puas dengan bisa bernapas,
makan, minum,melakukan kegiatan rutin, tidur. Siang atau malam adalah
sama. Hanya rutinitas…sampai akhirnya maut menjemput.

65
Memang itu adalah kehidupan tetapi bukan kehidupan dalam arti yang
luas.Sebagai manusia jelas kita memiliki perbedaan dalam menjalankan
kehidupan.Kehidupan bukanlah sekedar rutinitas.

Kehidupan adalah kesempatan untuk kita mencurahkan potensi diri kita untuk
orang lain. Kehidupan adalah kesempatan untuk kita berbagi suka dan duka
dengan orang yang kita sayangi. Kehidupan adalah kesempatan untuk kita bisa
mengenal orang lain. Kehidupan adalah kesempatan untuk kita melayani
setiap umat manusia. Kehidupan adalah kesempatan untuk kita mencintai
pasangan kita, orang tua kita, saudara, serta mengasihi sesama kita.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita belajar dan terus belajar tentang arti
kehidupan. Kehidupan adalah kesempatan untuk kita selalu mengucap syukur
kepada Yang Maha Kuasa .. Kehidupan adalah … dll.

Begitu banyak Kehidupan yang bisa kita jalani. Berapa tahun anda telah
melalui kehidupan anda ? Berapa tahun anda telah menjalani kehidupan
rutinitas anda ? Akankah sisa waktu anda sebelum ajal menjemput hanya anda
korbankan untuk sebuah rutinitas belaka ? Kita tidak tahu kapan ajal akan
menjemput, mungkin 5 tahun lagi, mungkin 1 tahun lagi, mungkin sebulan lagi,
mungkin besok, atau mungkin 1 menit lagi.Pandanglah di sekeliling kita…ada
segelintir orang yang membutuhkan kita.Mereka menanti kehadiran kita.
Mereka menanti dukungan kita. Orang tua,saudara, pasangan, anak, sahabat
dan sesama……

Bersyukurlah padaNYA setiap saat bahwa kita masih dipercayakan untuk


menjalani kehidupan ini. Buatlah hidup ini menjadi suatu ibadah.

Selamat menjalani hidup yang lebih berkualitas

Segelas Susu
Suatu hari, seorang anak lelaki miskin yang hidup dari menjual asongan dari
pintu ke pintu, menemukan bahwa dikantongnya hanya tersisa beberapa sen
uangnya, dan dia sangat lapar.

Anak lelaki tersebut memutuskan untuk meminta makanan dari rumah


berikutnya.
Akan tetapi anak itu kehilangan keberanian saat seorang wanita muda
membuka pintu rumah. Anak itu tidak jadi meminta makanan, ia hanya berani
meminta segelas air.
66
Wanita muda tersebut melihat, dan berpikir bahwa anak lelaki tersebut
pastilah lapar, oleh karena itu ia membawakan segelas besar susu.

Anak lelaki itu meminumnya dengan lambat, dan kemudian bertanya,


“Berapa saya harus membayar untuk segelas besar susu ini ?”
Wanita itu menjawab:
“Kamu tidak perlu membayar apapun, kami diajari untuk tidak menerima
bayaran untuk kebaikan yang kita lakukan.”

Anak lelaki itu kemudian menghabiskan susunya dan berkata :


” Dari dalam hatiku aku berterima kasih pada anda.”
Bertahun-tahun kemudian, wanita muda tersebut mengalami sakit yang
sangat kritis. Para dokter dikota itu sudah tidak sanggup menganganinya.
Mereka akhirnya mengirimnya ke kota besar, dimana terdapat dokter spesialis
yang mampu menangani penyakit langka tersebut.

Dr. Howard dipanggil untuk melakukan pemeriksaan.


Pada saat ia mendengar nama kota asal si wanita tersebut, terbersit seberkas
pancaran aneh pada mata Dr. Howard.

Segera ia bangkit dan bergegas turun melalui hall rumah sakit, menuju kamar
si wanita tersebut.
Dengan berpakaian dinas kedokteran ia menemui si wanita itu. Dan Ia
langsung mengenali wanita itu pada sekali pandang.

Ia kemudian kembali ke ruang konsultasi dan memutuskan untuk melakukan


upaya terbaik untuk menyelamatkan nyawa wanita itu. Mulai hari itu, Ia selalu
memberikan perhatian khusus pada kasus wanita itu.

Setelah melalui perjuangan yang panjang akhirnya …diperoleh kemenangan…


Wanita itu sembuh !!!!!

Dr. Howard meminta bagian keuangan rumah sakit untuk mengirimkan


seluruh tagihan biaya pengobatan kepadanya. Dan untuk persetujuan, Dr.
Howard melihatnya, dan ia menuliskan sesuatu pada pojok atas lembar
tagihan, kemudian mengirimkannya ke kamar pasien.

Wanita itu takut untuk membuka tagihan tersebut, ia sangat yakin bahwa ia
tak akan mampu membayar tagihan tersebut walaupun harus diangsur
seumur hidupnya.

67
Tetapi, ia memberanikan diri untuk membaca tagihan tersebut, dan ada
sesuatu yang menarik perhatiannya. pada pojok atas lembar tagihan tersebut.
Ia membaca
tulisan yang berbunyi..

“Telah dibayar lunas dengan segelas besar susu !! ” tertanda, Dr. Howard
Kelly.

” Ingat-ingatlah perbuatan baik yang pernah dilakukan orang lain kepadamu,


tapijangan pernah mengingat-ingat perbuatan baik apa yang pernah kita
lakukan”

Miskin Dan Kaya


Suatu hari, ayah dari suatu keluarga yang sangat sejahtera membawa anaknya
bepergian ke suatu negara yang sebagian besar penduduknya hidup dari hasil
pertanian, dengan maksud untuk menunjukkan bagaimana kehidupan orang-
orang yang miskin.

Mereka menghabiskan waktu berhari-hari di sebuah tanah pertanian milik


keluarga yang terlihat sangat miskin.

Sepulang dari perjalanan tersebut, sang ayah bertanya kepada anaknya,


“Bagaimana perjalanan tadi?”
“Sungguh luar biasa, Pa.”
“Kamu lihat kan bagaimana kehidupan mereka yang miskin?” tanya sang ayah.
“Iya, Pa,” jawabnya.
“Jadi, apa yang dapat kamu pelajari dari perjalanan ini?” tanya ayahnya lagi.

Si anak menjawab, “Saya melihat kenyataan bahwa kita mempunyai seekor


anjing sedangkan mereka memiliki empat ekor. Kita punya sebuah kolam yang
panjangnya hanya sampai ke tengah-tengah taman, sedangkan mereka
memiliki sungai kecil yang tak terhingga panjangnya. Kita memasang lampu
taman yang dibeli dari luar negeri dan mereka memiliki bintang-bintang di
langit untuk menerangi taman mereka.
68
Beranda rumah kita begitu lebar mencapai halaman depan dan milik mereka
seluas horison. Kita tinggal dan hidup di tanah yang sempit sedangkan mereka
mempunyai tanah sejauh mata memandang. Kita memiliki pelayan yang
melayani setiap kebutuhan kita tetapi mereka melayani diri mereka sendiri.
Kita membeli makanan yang akan kita makan, tetapi mereka menanam
sendiri. Kita mempunyai dinding indah yang melindungi diri kita dan mereka
memiliki teman-teman untuk menjaga kehidupan mereka.”

Dengan cerita tersebut, sang ayah tidak dapat berkata apa-apa. Kemudian si
anak menambahkan, “Terima kasih, Pa, akhirnya aku tahu betapa miskinnya
diri kita.”

Inilah Cinta
Para penumpang bus memandang penuh simpati ketika wanita muda
berpenampilan menarik dan bertongkat putih itu dengan hati-hati menaiki
tangga. Dia membayar sopir bus lalu, dengan tangan meraba-raba kursi, dia
berjalan menyusuri lorong sampai menemukan kursi yang tadi dikatakan
kosong oleh si sopir. kemudian ia duduk, meletakkan tasnya dipangkuannya
dan menyandarkan tongkatnya pada tungkainya.

Setahun sudah lewat sejak Susan, 34, menjadi buta. Gara-gara salah diagnosa
dia kehilangan penglihatannya dan terlempar kedunia yang gelap gulita, penuh
amarah, frustrasi dan rasa kasihan pada diri sendiri.

Sebagai wanita yang independen, Susan merasa terkutuk oleh nasib


mengerikan yang membuatnya kehilangan kemampuan, merasa tak berdaya
dan menjadi beban bagi semua orang disekelilingnya. “Bagaimana mungkin ini
bisa terjadi padaku?” dia bertanya-tanya,
hatinya mengeras karena marah. Tetapi, betapapun seringnya ia menangis
atau menggerutu atau berdoa, dia mengerti kenyataan yang menyakitkan itu
penglihatannya takkan pernah pulih lagi.

Depresi mematahkan semangat Susan yang tadinya selalu optimis. Mengisi


waktu seharian kini merupakan perjuangan berat yang menguras tenaga dan
membuatnya frustrasi. Dia menjadi sangat bergantung pada Mark, suaminya.
Mark seorang perwira Angkatan Udara. Dia mencintai Susan dengan tulus.

69
Ketika istrinya baru kehilangan penglihatannya, dia melihat bagaimana Susan
tenggelam dalam keputusasaan. Mark bertekad untuk membantunya
menemukan kembali kekuatan dan rasa percaya diri yang dibutuhkan Susan
untuk menjadi mandiri lagi. Latar belakang mi
liter Mark membuatnya terlatih untuk menghadapi berbagai situasi darurat,
tetapi dia tahu, ini adalah pertempuran yang paling sulit yang pernah
dihadapinya.

Akhirnya Susan merasa siap bekerja lagi. Tetapi, bagaimana dia akan bisa ke
kantornya? Dulu Susan biasa naik bus, tetapi sekarang terlalu takut untuk
pergi ke kota sendirian. Mark menawarkan untuk mengantarkannya setiap
hari, meskipun tempat kerja mereka
terletak dipinggir kota yang berseberangan.

Mula – mula, kesepakatan itu membuat Susan nyaman dan Mark puas karena
bisa melindungi istrinya yang buta, yang tidak yakin akan bisa melakukan hal-
hal paling sederhana sekalipun. Tetapi, Mark segera menyadari bahwa
pengaturan itu keliru membuat mereka terburu-buru, dan terlalu mahal.
Susan harus belajar naik bus lagi, Mark menyimpulkan dalam hati. tetapi, baru
berpikir untuk menyampaikan rencana itu kepada Susan telah membuatnya
merasa tidak enak.

Susan masih sangat rapuh, masih sangat marah. Bagaimana reaksinya nanti?
Persis seperti dugaan Mark, Susan ngeri mendengar gagasan untuk naik bus
lagi. “Aku buta!” tujasnya dengan pahit. “Bagaimana aku bisa tahu kemana
aku pergi? Aku merasa kau akan meninggalkanku” Mark sedih mendengar
kata-kata itu, tetapi ia tahu apa yang harus dilakukan. Dia berjanji bahwa
setiap pagi dan sore, ia akan naik bus bersama Susan, selama masih
diperlukan, sampai Susan hafal dan bisa pergi sendiri. Dan itulah yang terjadi.
Selama 2 minggu penuh Mark, menggunakan
seragam militer lengkap, mengawal Susan ke dan dari tempat kerja, setiap
hari. Dia mengajari Susan bagimana menggantungkan diri pada indranya yang
lain, terutama pendengarannya, untuk menemukan dimana ia berada dan
bagaimana beradaptasi dengan lingkungan yang baru.

Dia menolong Susan berkenalan dan berkawan dengan sopir-sopir bus dan
menyisakan 1 kursi kosong untuknya. Dia membuat Susan tertawa, bahkan
pada hari-hari yang tidak terlalu menyenangkan ketika Susan tersandung dari
bus, atau menjatuhkan tasnya yang penuh berkas di lorong bus. Setiap pagi

70
mereka berangkat bersama-sama, setelah itu Mark akan naik taksi ke
kantornya.

Meskipun pengaturan itu lebih mahal dan melelahkan daripada yang pertama,
Mark yakin bahwa hanya soal waktu sebelum Susan mampu naik bus tanpa
dikawal. Mark percaya kepadanya, percaya kepada Susan yang dulu
dikenalnya sebelum wanita itu kehilangan penglihatannya, wanita yang tidak
pernah takut menghadapi tantangan apapun dan tidak akan pernah
menyerah.

Akhirnya, Susan memutuskan bahwa dia siap untuk melakukan perjalanan itu
seorang diri. Tibalah hari senin. Sebelum berangkat, Susan memeluk Mark
yang pernah menjadi kawannya 1 bus dan sahabatnya yang terbaik. Matanya
berkaca-kaca, penuh air mata syukur karena kesetiaan, kesabaran dan cinta
Mark. Dia mengucapkan selamat berpisah. Untuk pertama kalinya mereka
pergi kearah yang berlawanan. Senin, Selasa, Rabu, Kamis … Setiap hari
dijalaninya dengan
sempurna.

Belum pernah Susan merasa sepuas itu. Dia berhasil ! Dia mampu berangkat
kerja tanpa dikawal. Pada hari Jum’at pagi, seperti biasa Susan naik bus ke
tempat kerja. Ketika dia membayar
ongkos bus sebelum turun, sopir bus itu berkata :”wah, aku iri padamu”. Susan
tidak yakin apakah sopir itu bicara kepadanya atau tidak. Lagipula, siapa yang
bisa iri pada seorang wanita buta yang sepanjang tahun lalu berusaha
menemukan keberanian untk menjalani hidup?

Dengan penasaran, dia berkata kepada sopir, “Kenapa kau bilang kau iri
kepadaku?” Sopir itu menjawab, “Kau pasti senang selalu dilindungi dan
dijagai seperti itu”. Susan tidak mengerti apa maksud sopir itu. Sekali lagi dia
bertanya.”Apa maksudmu?” Kau tahu minggu kemarin, setiap pagi ada
seorang pria tampan berseragam militer berdiri di sudut jalan dan
mengawasimu waktu kau turun dari bus. Dia memastikan bahwa kau
menyeberang dengan selamat dan dia mengawasimu terus sampai kau masuk
ke kantormu. Setelah itu dia meniupkan ciuman, memberi hormat ala militer,
lalu pergi. Kau wanita yang beruntung”. kata sopir itu.

Air mata bahagia membasahi pipi Susan. Karena meskipun secara fisik tidak
dapat melihat Mark, dia selalu bisa memastikan kehadirannya. Dia beruntung,
sangat beruntung, karena Mark memberikannya hadiah yang jauh lebih

71
berharga daripada penglihatan, hadiah yang tak perlu dilihatnya dengan
matanya untuk meyakinkan diri, hadiah cinta yang bisa menjadi penerang
dimanapun ada kegelapan

4 Lilin
Ada 4 lilin yang menyala, Sedikit demi sedikit habis meleleh.

Suasana begitu sunyi sehingga terdengarlah percakapan mereka

Yang pertama berkata: “Aku adalah Damai.” “Namun manusia tak mampu
menjagaku: maka lebih baik aku mematikan diriku saja!” Demikianlah sedikit
demi sedikit sang lilin padam.

Yang kedua berkata: “Aku adalah Iman.” “Sayang aku tak berguna lagi.”
“Manusia tak mau mengenalku, untuk itulah tak ada gunanya aku tetap
menyala.” Begitu selesai bicara, tiupan angin memadamkannya.

Dengan sedih giliran Lilin ketiga bicara: “Aku adalah Cinta.” “Tak mampu lagi
aku untuk tetap menyala.” “Manusia tidak lagi memandang dan
mengganggapku berguna.” “Mereka saling membenci, bahkan membenci
mereka yang mencintainya, membenci keluarganya.” Tanpa menunggu waktu
lama, maka matilah Lilin ketiga.

Tanpa terduga…

Seorang anak saat itu masuk ke dalam kamar, dan melihat ketiga Lilin telah
padam. Karena takut akan kegelapan itu, ia berkata: “Ekh apa yang terjadi??
Kalian harus tetap menyala, Aku takut akan kegelapan!”
Lalu ia mengangis tersedu-sedu.
Lalu dengan terharu Lilin keempat berkata:
Jangan takut, Janganlah menangis, selama aku masih ada dan menyala, kita
tetap dapat selalu menyalakan ketiga Lilin lainnya:
“Akulah HARAPAN.”
Dengan mata bersinar, sang anak mengambil Lilin Harapan, lalu menyalakan
kembali ketiga Lilin lainnya.
Apa yang tidak pernah mati hanyalah HARAPAN yang ada dalam hati kita….dan
masing-masing kita semoga dapat menjadi alat, seperti sang anak tersebut,

72
yang dalam situasi apapun mampu menghidupkan kembali Iman, Damai, Cinta
dengan HARAPAN-nya!

Penjara Pikiran

Seekor belalang lama terkurung dalam satu kotak. Suatu hari ia berhasil keluar
dari kotak yang mengurungnya, dengan gembira dia melompat-lompat
menikmati kebebasannya.

Di perjalanan dia bertemu dengan belalang lain, namun dia heran mengapa
belalang itu bisa lompat lebih tinggi dan lebih jauh darinya.

Dengan penasaran dia bertanya,

“Mengapa kau bisa melompat lebih tinggi dan lebih jauh dariku,padahal kita
tidak jauh berbeda dari usia maupun ukuran tubuh?” Belalang itu
menjawabnya dengan pertanyaan,

“Dimanakah kau tinggal selama ini? Semua belalang yang hidup di alam bebas
pasti bisa melakukan seperti yang aku lakukan.”

Saat itu si belalang baru tersadar bahwa selama ini kotak itulah yang telah
membuat lompatannya tidak sejauh dan setinggi belalang lain yang hidup di
alam bebas.

Sering kita sebagai manusia, tanpa sadar, pernah juga mengalami hal yang
sama dengan belalang tersebut. Lingkungan yang buruk, hinaan, trauma masa
lalu, kegagalan beruntun, perkataan teman,tradisi, dan semua itu membuat
kita terpenjara dalam kotak semu yang mementahkan potensi kita.

Sering kita mempercayai mentah-mentah apa yang mereka voniskan kepada


kita tanpa berpikir dalam bahwa apakah hal itu benar adanya atau benarkah
kita selemah itu? Lebih parah lagi, kita acap kali lebih memilih mempercayai
mereka daripada mempercayai diri sendiri.

Tahukah Anda bahwa gajah yang sangat kuat bisa diikat hanya dgn tali yang
terikat pada pancang kecil? Gajah sudah akan merasa dirinya tidak bisa bebas

73
jika ada “sesuatu” yang mengikat kaki nya, padahal “sesuatu” itu bisa jadi
hanya seutas tali kecil…

Sebagai manusia kita mampu untuk berjuang, tidak menyerah begitu saja
kepada apa yang kita alami. Karena itu, teruslah berusaha mencapai segala
aspirasi positif yang ingin kita capai. Sakit memang, lelah memang,tapi jika kita
sudah sampai di puncak, semua pengorbanan itu pasti akan terbayar. Pada
dasarnya, kehidupan kita akan lebih baik kalau kita hidup dengan cara hidup
pilihan kita sendiri, bukan dengan cara yang di pilihkan orang lain untuk kita

74
Doa Sally
Sally baru berumur delapan tahun ketika dia mendengar ibu dan ayahnya
sedang berbicara mengenai adik lelakinya, Georgi. Ia sedang menderita sakit
yang parah dan mereka telah melakukan apapun yang bisa mereka lakukan
untuk menyelamatkan jiwanya. Hanya operasi yang sangat mahal yang
sekarang bisa menyelamatkan jiwa Georgi… tapi mereka tidak punya biaya
untuk itu.

Sally mendengar ayahnya berbisik, “Hanya keajaiban yang bisa


menyelamatkannya sekarang.”

Sally pergi ke tempat tidur dan mengambil celengan dari tempat


persembunyiannya. Lalu dikeluarkannya semua isi celengan tersebut ke lantai
dan menghitung secara cermat…tiga kali. Nilainya harus benar-benar tepat.

Dengan membawa uang tersebut, Sally menyelinap keluar  dan pergi ke toko
obat di sudut jalan. Ia menunggu dengan sabar sampai sang apoteker
memberi perhatian… tapi dia terlalu sibuk dengan orang lain untuk diganggu
oleh seorang anak berusia delapan tahun. Sally berusaha menarik perhatian
dengan menggoyang-goyangkan kakinya, tapi gagal.

Akhirnya dia mengambil  uang koin dan melemparkannya ke kaca etalase.

Berhasil !

“Apa yang kamu perlukan?” tanya apoteker tersebut dengan suara marah.

“Saya sedang  berbicara dengan saudara saya.”

“Tapi, saya ingin berbicara kepadamu mengenai adik saya,” Sally menjawab
dengan nada yang sama. “Dia sakit…dan saya ingin membeli keajaiban.”

“Apa yang kamu katakan?” ,tanya sang apoteker.

“Ayah saya mengatakan hanya keajaiban yang bisa menyelamatkan jiwanya


sekarang… jadi berapa harga keajaiban itu ?”

“Kami tidak menjual keajaiban, adik kecil. Saya tidak bisa menolongmu”

75
“Dengar, saya mempunyai uang untuk membelinya. Katakan saja berapa
harganya.”

Seorang pria berpakaian rapi berhenti dan bertanya, “Keajaiban jenis apa yang
dibutuhkan oleh adikmu?”

“Saya tidak tahu,” jawab Sally. Air mata mulai menetes dipipinya.

“Saya hanya tahu dia sakit parah dan mama mengatakan bahwa ia
membutuhkan operasi.

Tapi kedua orang tua saya tidak mampu membayarnya… tapi saya juga
mempunyai uang.”

“Berapa uang yang kamu punya ?” tanya pria itu lagi.


“Satu dollar dan sebelas sen,” jawab Sally dengan bangga.
“Dan itulah seluruh uang yang saya miliki di dunia ini.”

“Wah, kebetulan sekali,” kata pria itu sambil tersenyum. Satu dollar dan
sebelas sen… harga yang tepat untuk membeli keajaiban yang dapat menolong
adikmu. Dia  Mengambil uang tersebut dan kemudian memegang tangan Sally
sambil berkata, “Bawalah saya kepada adikmu. Saya ingin bertemu dengannya
dan juga orang tuamu.”
Pria itu adalah Dr. Carlton Armstrong, seorang ahli bedah terkenal….

Operasi dilakukannya tanpa biaya dan membutuhkan waktu yang tidak lama
sebelum Georgi dapat kembali ke rumah dalam keadaan sehat.

Kedua orang tuanya sangat bahagia mendapatkan keajaiban tersebut.

“Operasi itu,” bisik ibunya, “Adalah seperti keajaiban. Saya tidak dapat
membayangkan berapa harganya”

Sally tersenyum. Dia tahu secara pasti berapa harga keajaiban tersebut…satu
dollar dan sebelas sen… ditambah dengan keyakinan

Tujuh buah kata


Aku tahu aku berbeda dari anak-anak lain. Dan aku amat membencinya. Ketika
aku mulai bersekolah, teman-teman selalu mengejekku, maka aku semakin
tahu perbedaan diriku. Aku dilahirkan dengan cacat. Langit-langit mulutku
76
terbelah.Ya, aku adalah seorang gadis kecil dengan bibir sumbing, hidung
bengkok, gigi yang tak rata. Bila berbicara suaraku sumbang, sengau dan
kacau. Bahkan aku tak bisa meniup balon bila tak kupejet hidungku erat-erat.

Jika aku minum menggunakan sedotan, air akan mengucur begitu saja lewat
hidungku.

Bila ada teman sekolahku bertanya, “Bibirmu itu kenapa?” Aku katakan bahwa
ketika bayi aku terjatuh dan sebilah pecahan beling telah membelah bibirku.

Sepertinya aku lebih suka alasan ini daripada mengatakan bahwa aku cacat
semenjak lahir. Saat berusia tujuh tahun aku yakin tidak ada orang selain
keluargaku yang mencintai aku. Bahkan tidak ada yang mau menyukaiku.

Saat itu aku naik ke kelas dua dan bertemu dengan bu Leonard. Aku tak tahu
apa nama lengkapnya. Aku hanya memanggilnya bu Leonard. Beliau berparas
bundar, cantik dan selalu harum. Tangannya gemuk. Rambutnya coklat
keperakan. Matanya hitam lembut yang senantiasa tampak tersenyum meski
bibirnya tidak. Setiap anak menyukainya. Tetapi tak ada yang menyintainya
lebih daripada aku. Dan aku punya alasan tersendiri untuk itu.

Pada suatu ketika sekolah melakukan test kemampuan pendengaran; yaitu


mendengar kata yang dibisikkan dengan satu telinga ditutup bergantian. Terus
terang sulit bagiku untuk mendengar suara-suara dengan satu telinga. Tidak
ada orang yang tahu akan cacatku yang satu ini. Aku tak mau gagal pada test
ini lalu menjadi satu-satunya anak dengan segala cacat di sekujur tubuhnya.

Maka aku mencari akal untuk menyusun rencana curang.

Aku perhatikan setiap murid yang ditest. Test berlangsung demikian: setiap
murid diminta berjalan ke pintu kelas, membalikkan tubuh, menutup satu
telinganya dengan jari, kemudian bu guru akan membisikkan sesuatu dari
mejanya tulisnya. Lalu murid diminta untuk mengulangi perkataan bu guru.
Hal yang sama dilakukan pada telinga yang satunya. Aku menyadari ternyata
tak ada seorang pun yang mengawasi apakah telinga itu ditutup dengan rapat
atau tidak. Kalau begitu aku akan berpura-pura saja menutup telingaku. Selain
itu aku tahu dari cerita murid-murid yang lain bu guru biasanya membisikkan
kata-kata seperti, “Langit itu biru” atau “Apakah kau punya sepatu baru?”.

Kini tiba pada giliran terakhir; giliranku. Aku berjalan ke luar kelas,
membalikkan tubuh lalu menutup telingaku yang cacat itu dengan kuat tetapi
77
kemudian perlahan-lahan merenggangkannya sehingga aku bisa mendengar
kata-kata yang dibisikkan oleh bu guru. Aku menunggu dengan berdebar-
debar kata-kata apa yang akan dibisikkan oleh bu Leonard. Dan bu Leonard, bu
guru yang cantik dan harum, bu guru yang aku cintai itu, membisikkan tujuh
buah kata yang aku telah mengubah hidupku selamanya. Ia berbisik dengan
lembut, “Maukah kau jadi putriku, wahai gadis manis?” Tanpa sadar aku
berbalik, berlari, memeluk bu Leonard erat-erat, dan membiarkan seluruh air
mataku tumpah di tubuhnya.

Kisah Alergi Hidup


Seorang pria mendatangi seorang Guru. Katanya : “Guru, saya sudah bosan
hidup. Benar-benar jenuh. Rumah tangga saya berantakan. Usaha saya kacau.
Apapun yang saya lakukan selalu gagal. Saya ingin mati”.

Sang Guru tersenyum : “Oh, kamu sakit”.

“Tidak Guru, saya tidak sakit. Saya sehat. Hanya jenuh dengan kehidupan. Itu
sebabnya saya ingin mati”.

Seolah-olah tidak mendengar pembelaannya, sang Guru meneruskan : “Kamu


sakit. Penyakitmu itu bernama “Alergi Hidup”. Ya, kamu alergi terhadap
kehidupan. Banyak sekali di antara kita yang alergi terhadap kehidupan.
Kemudian, tanpa disadari kita melakukan hal-hal yang bertentangan dengan
norma kehidupan. Hidup ini berjalan terus. Sungai kehidupan ini mengalir

78
terus, tetapi kita menginginkan keadaan status-quo. Kita berhenti di tempat,
kita tidak ikut mengalir. Itu sebabnya kita jatuh sakit. Kita mengundang
penyakit. Penolakan kita untuk ikut mengalir bersama kehidupan membuat
kita sakit. Usaha pasti ada pasang-surutnya. Dalam berumah-tangga,
pertengkaran kecil itu memang wajar. Persahabatan pun tidak selalu langgeng.
Apa sih yang abadi dalam hidup ini ? Kita tidak menyadari sifat kehidupan. Kita
ingin mempertahankan suatu keadaan. Kemudian kita gagal, kecewa dan
menderita”.

“Penyakitmu itu bisa disembuhkan, asal kamu benar-benar bertekad ingin


sembuh dan bersedia mengikuti petunjukku”, kata sang Guru.

“Tidak Guru, tidak. Saya sudah betul-betul jenuh. Tidak, saya tidak ingin hidup
lebih lama lagi”, pria itu menolak tawaran sang Guru.

“Jadi kamu tidak ingin sembuh. Kamu betul-betul ingin mati ?”, tanya Guru.

“Ya, memang saya sudah bosan hidup”, jawab pria itu lagi.

“Baiklah. Kalau begitu besok sore kamu akan mati. Ambillah botol obat ini…
Malam nanti, minumlah separuh isi botol ini. Sedangkan separuh sisanya kau
minum besok sore jam enam. Maka esok jam delapan malam kau akan mati
dengan tenang”.

Kini, giliran pria itu menjadi bingung. Sebelumnya, semua Guru yang ia datangi
selalu berupaya untuk memberikan semangat hidup. Namun, Guru yang satu
ini aneh. Alih-alih memberi semangat hidup, malah menawarkan racun.
Tetapi, karena ia memang sudah betul-betul jenuh, ia menerimanya dengan
senang hati.

Setibanya di rumah, ia langsung menghabiskan setengah botol racun yang


disebut “obat” oleh sang Guru tadi. Lalu, ia merasakan ketenangan yang tidak
pernah ia rasakan sebelumnya. Begitu rileks, begitu santai ! Tinggal satu
malam dan satu hari ia akan mati. Ia akan terbebaskan dari segala macam
masalah.

Malam itu, ia memutuskan untuk makan malam bersama keluarga di restoran


Jepang. Sesuatu yang tidak pernah ia lakukan selama beberapa tahun terakhir.
Ini adalah malam terakhirnya. Ia ingin meninggalkan kenangan manis. Sambil
makan, ia bersenda gurau. Suasananya amat harmonis. Sebelum tidur, ia

79
mencium istrinya dan berbisik, “Sayang, aku mencintaimu”. Sekali lagi, karena
malam itu adalah malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis.

Esoknya, sehabis bangun tidur, ia membuka jendela kamar dan melihat ke


luar. Tiupan angin pagi menyegarkan tubuhnya. Dan ia tergoda untuk
melakukan jalan pagi. Setengah jam kemudian ia kembali ke rumah, ia
menemukan istrinya masih tertidur. Tanpa membangunkannya, ia masuk
dapur dan membuat dua cangkir kopi. Satu untuk dirinya, satu lagi untuk
istrinya. Karena pagi itu adalah pagi terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan
manis! Sang istripun merasa aneh sekali dan berkata : “Sayang, apa yang
terjadi hari ini ? Selama ini, mungkin aku salah. Maafkan aku sayang”.

Di kantor, ia menyapa setiap orang, bersalaman dengan setiap orang. Stafnya


pun bingung, “Hari ini, Bos kita kok aneh ya ?” Dan sikap mereka pun langsung
berubah. Mereka pun menjadi lembut. Karena siang itu adalah siang terakhir,
ia ingin meninggalkan kenangan manis! Tiba-tiba, segala sesuatu di sekitarnya
berubah. Ia menjadi ramah dan lebih toleran, bahkan menghargai terhadap
pendapat-pendapat yang berbeda. Tiba-tiba hidup menjadi indah. Ia mulai
menikmatinya.

Pulang ke rumah jam 5 sore, ia menemukan istri tercinta menungguinya di


beranda depan. Kali ini justru sang istri yang memberikan ciuman kepadanya
sambil berkata : “Sayang, sekali lagi aku minta maaf, kalau selama ini aku
selalu merepotkan kamu”. Anak-anak pun tidak ingin ketinggalan : “Ayah,
maafkan kami semua. Selama ini, ayah selalu tertekan karena perilaku kami”.

Tiba-tiba, sungai kehidupannya mengalir kembali. Tiba-tiba, hidup menjadi


sangat indah. Ia mengurungkan niatnya untuk bunuh diri. Tetapi bagaimana
dengan setengah botol yang sudah ia minum, sore sebelumnya ?

Ia mendatangi sang Guru lagi. Melihat wajah pria itu, rupanya sang Guru
langsung mengetahui apa yang telah terjadi dan berkata : “Buang saja botol
itu. Isinya air biasa. Kau sudah sembuh. Apabila kau hidup dalam kekinian,
apabila kau hidup dengan kesadaran bahwa maut dapat menjemputmu kapan
saja, maka kau akan menikmati setiap detik kehidupan. Leburkan egomu,
keangkuhanmu, kesombonganmu. Jadilah lembut, selembut air. Dan
mengalirlah bersama sungai kehidupan. Kau tidak akan jenuh, tidak akan
bosan. Kau akan merasa hidup. Itulah rahasia kehidupan. Itulah kunci
kebahagiaan. Itulah jalan menuju ketenangan”.

80
Pria itu mengucapkan terima kasih dan menyalami Sang Guru, lalu pulang ke
rumah, untuk mengulangi pengalaman malam sebelumnya. Singkat cerita, ia
masih mengalir terus. Ia tidak pernah lupa hidup dalam kekinian. Itulah
sebabnya, ia selalu bahagia, selalu tenang, selalu HIDUP!

Mulailah Dari Diri Sendiri


“Berusahalah untuk selalu menjadi pihak pertama yang menunjukkan cinta
dan perhatian Anda kepada orang lain. Jangan menuntut perhatian dan cinta
mereka untuk diperlihatkan lebih dahulu. Itulah satu-satunya cara yang saya
ketahui untuk ke luar dari kegelapan hidup”, demikian dikatakan Ny.Eunice
Chew (52 tahun), salah satu finalis pemilihan ibu teladan se-Singapura tahun
lalu.

Diadopsi oleh pasangan Teochew yang kaya-raya dan sudah memiliki seorang
putra tapi masih ingin punya anak perempuan, maka masa kanak-kanak Chew
dipenuhi kemewahan. Liburan keluarga sering dilewatkan di luar negeri.

Pasangan Teochew menyayangi putrinya dengan cara mereka. Menurut cerita


Chew, mereka adalah produk pendidikan kuno yang tidak mengenal pelukan
kepada anak-anak untuk meyakinkan mereka dari waktu ke waktu bahwa
orangtua menyayangi anak-anak.

Akibatnya, Chew tumbuh menjadi wanita yang haus kasih sayang. Ia menikah
pada usia 17 tahun dengan seorang pegawai transportasi yang bangkrut. Dari
pria itu diharapkannya akan datang kasih sayang yang dicarinya.

Ternyata ia menikah dengan pria yang suka menyiksa istri. Perkawinan itu
bertahan lima tahun, dikaruniai dua anak. Tak lama setelah bercerai, ayah
angkat Chew wafat karena sakit. Pembagian warisan menimbulkan pertikaian
di dalam keluarga besar Teochew. Akhirnya Chew ternyata tidak kebagian apa-
apa selain kewajiban mengurusi ibu angkatnya yang sudah buta dan lumpuh.
Chew menjual susu coklat Milo untuk menyambung hidupnya.
81
“Ini pengalaman pertama saya harus bekerja mencari uang. Setiap malam saya
menangis karena tidak mengerti berbisnis. Apa yang harus dikatakan dan
bagaimana mengatakannya? ,” kata Chew dalam wawancara kepada harian
Singapura The Straits Times.

Ia bertahan dua tahun di pekerjaan itu. “Bagaimanapun susahnya saya


mendapatkan uang, saya selalu memastikan bahwa ibu mendapat ayam
goreng dan ikan setiap hari. Dia memang buta dan lumpuh, tetapi dia
membantu saya mengurus anak-anak sehingga saya bisa bekerja mencari
uang,” katanya.

Ia kemudian ganti pekerjaan, menjadi koki sebuah toko makanan. Sekitar dua
tahun kemudian ganti lagi menjadi penjual pakaian. Setiap hari ia membopong
empat kantong penuh berisi baju untuk dijual. Tentu saja dengan menumpang
kendaraan umum.

Pada waktu bersamaan, ia menambah pekerjaannya dengan dua hal lain, yaitu
menjadi makelar rumah dan mobil bekas, serta memanfaatkan bakatnya di
bidang seni. Setiap malam Chew mendesain beberapa pola kain untuk sebuah
perusahaan garmen di Jepang. Lumayan pendapatannya. Tapi akhir 1970-an,
pasar retail tekstil melemah, Chew beralih menjadi pelayan restoran.

Beberapa lama kemudian meningkat jadi pimpinan pelayan dan kemudian


menjadi manajer untuk bidang seni.

“Ketika itu saya mulai sering terbang ke luar negeri untuk bernegosiasi dengan
artis-artis terkenal agar mereka tampil di restoran saya. Sementara itu, saya
tetap meneruskan pekerjaan sambilan yang dulu, yaitu menjual rumah dan
mobil,
baik yang baru maupun bekas pakai.”

Chew kemudian berhasil mengumpulkan uang cukup banyak untuk


mendirikan bisnis sendiri di bidang perlengkapan mode, tetapi dua asistennya
kemudian membawa pergi semua tabungannya.

“Ketika itu saya sedang sangat membutuhkan uang karena ibu berkali- kali
masuk-ke luar rumah sakit. Hidup saya yang tadinya sudah enak, harus mulai
dibangun lagi dari nol. Betapa bodohnya saya mempercayai mereka dengan
uang sedemikian banyak,” kata Chew.

82
Sempat terlintas pikiran untuk bunuh diri, tetapi bagaimana nasib anak-anak
kelak? “Saya bersyukur memiliki teman-teman yang memberi dukungan moral
dan bahkan meminjamkan uang. Atas bantuan mereka, saya berhasil melewati
kesulitan.”

Chew sekarang memiliki penghasilan besar dari merawat orang-orang


Indonesia yang berduit, yang sedang dirawat di Singapura karena baru
melahirkan atau sedang terbaring di rumah sakit. Ia juga menjalankan bisnis
yang amat menguntungkan juga, yaitu membuat dan menjual tonik tradisional
Tiongkok.

Chew menambah kegiatannya dengan menjadi konsultan tanpa bayaran bagi


kaum istri yang menderita karena suaminya tidak setia, dan bagi orang-orang
yang lama menderita sakit, atau berpenyakit tak tersembuhkan.

“Hidup telah mengajarkan saya bahwa selalu ada jalan ke luar dari setiap
kesulitan. Pasti ada solusi yang masuk akal,” kata Chew. “Yang Anda butuhkan
adalah waktu untuk menenangkan diri, mengatasi gejolak emosi, dan
melangkah setapak demi setapak.”

Ia menyarankan kepada mereka yang menghadapi kesulitan, agar menulis


daftar kesulitan itu pada sehelai kertas. Kemudian bacalah apa yang ditulis itu,
dan tanyakan pada diri sendiri, ‘Apa hal terkecil yang dapat saya lakukan hari
ini untuk mengatasi kesulitan itu?’

“Gelindingkan batu-batu karang yang kecil dari hidup Anda, sampai akhirnya
Anda punya kekuatan untuk mendorong batu karang yang besar. Saya melihat
orang-orang yang sakit berusaha keras untuk bisa hidup. Dunia ini berubah
terus sepanjang waktu. Anda tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Maka
jangan sakiti hati siapapun. Selalu pertimbangkan perasaan orang lain terlebih
dahulu, bukan perasaan Anda sendiri. Kita memang cenderung untuk melihat
sisi buruk orang lain, walaupun karakter mereka mungkin 99 persennya baik,
hanya satu persen yang buruk. Mengapa tidak bersabar dengan memberikan
mereka waktu untuk menunjukkan yang 99 persen itu? Di pagi hari, Anda
dapat membuatkan minuman panas untuk keluarga Anda, dan duduk
menemani mereka beberapa menit, kemudian memeluk dan menciumi
mereka sebelum semuanya pergi ke tempat kerja atau ke sekolah. Sekitar 10
menit sebelum tidur malam setiap hari, berkumpullah bersama keluarga untuk
berbagi cerita mengenai peristiwa sepanjang hari tadi,” demikian Ny.Chew.

83
Sang Juara
Suatu ketika ada seorang anak yang sedang mengikuti sebuah lomba mobil
mainan. Suasana sungguh meriah saat itu, sebab ini adalah babak final. Hanya
tersisa 4 orang sekarang dan mereka memamerkan setiap mobil yang mereka
miliki. Semuanya buatan sendiri, karena memang demikianlah peraturannya.

Ada seorang anak bernama Adi. Mobilnya tidak istimewa. Namun ia termasuk
kedalam 4 anak yang masuk final. Dibanding dengan semua lawannya, mobil
Adi-lah yang paling tidak sempurna. Beberapa anak menyangsikan kekuatan
mobil itu untuk bersaing berpacu melawan mobil lainnya.

Yah, memang mobil itu tidak menarik. Dengan kayu yang sederhana, dan
sedikit lampu kedip diatasnya, tentu tak sebanding dengan hiasan mewah
yang dimiliki lawan-lawannya. Namun, Adi bangga dengan semua itu, sebab
mobil itu buatan tangannya sendiri.

Tibalah saat yang dinantikan. Final kejuaraan lomba balap mainan. Setiap anak
mulai bersiap di garis start, untuk mendorong mainan mereka kencang-
kencang. Di setiap jalur lintasan telah siap 4 mobil dengan 4 “pembalap”
kecilnya. Lintasan itu berbentuk lingkaran dengan 4 jalur terpisah diantaranya.

Namun sesaat kemudian, Adi meminta waktu sebentar sebelum lomba


dimulai. Ia tampak berkomat-kamit seperti sedang berdo’a. Matanya
terpenjam, dengan tangan yang bertangkup memanjatkan do’a. Lalu semenit
kemudian ia berkata, “Ya, aku siap!”.

Dor! Tanda telah dimulai. Dengan satu hentakan kuat, mereka mulai
mendorong mobilnya kuat-kuat. Semua mobil itupun meluncur dengan cepat.
Setiap orang yang menonton bersorak-sorai, bersemangat menjagokan mobil
pilihannya masing-masing.

“Ayo, ayo…cepat…cepat , maju…maju…”, begitu teriak mereka.

Ahha…sang pemenang harus ditentukan, tali lintasan finish pun telah


terlambai. Dan, Adi-lah pemenangnya. Ya, semuanya senang, begitu juga Adi.
Ia berucap dan berkomat-kamit lagi dalam hati. “Terima kasih”.

84
Saat pembagian piala tiba, Adi maju kedepan dengan bangganya. Sebelum
piala itu diserahkan, ketua panitia bertanya, “Hai jagoan, kamu tadi pasti
berdoa  pada Tuhan agar kamu menang, bukan?”. Adi terdiam, “Bukan Pak,
bukan itu yang aku panjatkan”, sahut Adi.

Ia lalu melanjutkan, “Sepertinya tidak adil meminta kepada Tuhan untuk


menolongmu mengalahkan orang lain. Aku hanya memohon kepada Tuhan,
supaya aku tidak menangis jika aku kalah.”

Semua hadirin terdiam mendengar itu. Setelah beberapa saat, terdengarlah


gemuruh tepuk tangan yang memenuhi ruangan.

Batu Ajaib

85
Dahulu kala, ada seorang pemuda yang ingin menjadi kaya dan sukses. Ia
mendaki gunung di dekat desanya untuk bertanya kepada seorang pertapa
yang sudah bermeditasi di puncak gunung itu sepanjang hidupnya. Pemuda itu
berpikir,karena pertapa itu adalah seorang yang sangat bijaksana, tentunya
petapa itu dapat menolongnya untuk mendapatkan rahasia sukses.

Pertapa itu memberitahu sang pemuda bahwa sebenarnya ada batu ajaib,
yang dapat mengabulkan permohonan dari siapapun yang memegangnya.
Pertapa itu juga memberi tahu sang pemuda bahwa batu ajaib itu ada di tepi
pantai yang letak nya jauh dari dasar gunung. Batu ajaib itu ada diantara
ribuan batu batu yang lain.

Dan pemuda itu akan dapat membedakan nya dari batu batu lain nya dengan
cara merasakan temperaturnya. Batu ajaib itu hangat, jauh lebih hangat
dibandingkan batu batu lain nya.

Jadi, sang pemuda itu pergi ke pantai. Dia menemukan bahwa memang benar
ada ribuan batu ditepi pantai. Percaya bahwa salah satu dari ribuan batu
tersebut adalah batu ajaib, diapun mulai mencari.

Dia mengambil sebuah batu, merasakan bahwa batu itu dingin, lalu
melemparnya ke laut. Dengan demikian, dia dapat memastikan bahwa dia
tidak akan mengambil batu yang sama dua kali.

Hari hari dan minggu minggu berlalu dan sang pemuda masih juga belum
menyerah. Dia tetap mengambil batu satu persatu, dan jika batu itu dingin, dia
akan melemparkan nya kelaut.

Suatu hari, dia mengambil batu yang terasa lebih hangat dibandingkan batu
lain nya. Tapi tebak apa yang dilakukan nya? Sialnya, karena ia sudah terbiasa
melemparkan batu batu kelaut selama berbulan bulan, tanpa sengaja dia
melempar batu ajaib itu ke laut.

Kisah Inspiratif
Ada seseorang saat melamar kerja, memungut sampah kertas di lantai ke
dalam tong sampah, dan hal itu terlihat oleh peng-interview, dan dia
86
mendapatkan pekerjaan tersebut.

Ternyata untuk memperoleh penghargaan sangat mudah, cukup memelihara


kebiasaan yang baik.

Ada seorang anak menjadi murid di toko sepeda. Suatu saat ada seseorang
yang mengantarkan sepeda rusak untuk diperbaiki di toko tersebut. Selain
memperbaiki sepeda tersebut, si anak ini juga membersihkan sepeda hingga
bersih mengkilap. Murid-murid lain menertawakan perbuatannya. Keesokan
hari setelah sang empunya sepeda mengambil sepedanya, si adik kecil
ditarik/diambil kerja di tempatnya.

Ternyata untuk menjadi orang yang berhasil sangat mudah, cukup punya
inisiatif sedikit saja

Seorang anak berkata kepada ibunya: “Ibu hari ini sangat cantik.
Ibu menjawab: “Mengapa?
Anak menjawab: “Karena hari ini ibu sama sekali tidak marah-marah.

Ternyata untuk memiliki kecantikan sangatlah mudah, hanya perlu tidak


marah-marah.

Seorang petani menyuruh anaknya setiap hari bekerja giat di sawah.


Temannya berkata: “Tidak perlu menyuruh anakmu bekerja keras,
Tanamanmu tetap akan tumbuh dengan subur.
Petani menjawab: “Aku bukan sedang memupuk tanamanku, tapi aku sedang
membina anakku.

Ternyata membina seorang anak sangat mudah, cukup membiarkan dia rajin
bekerja.

Seorang pelatih bola berkata kepada muridnya: “Jika sebuah bola jatuh ke
dalam rerumputan, bagaimana cara mencarinya?

Ada yang menjawab: “Cari mulai dari bagian tengah.” Ada pula yang
menjawab: “Cari di rerumputan yang cekung ke dalam.” Dan ada yang
menjawab: “Cari di rumput yang paling tinggi. Pelatih memberikan jawaban
yang paling tepat: “Setapak demi setapak cari dari ujung rumput sebelah sini
hingga ke rumput sebelah sana .

87
Ternyata jalan menuju keberhasilan sangat gampang, cukup melakukan segala
sesuatunya setahap demi setahap secara berurutan, jangan meloncat-loncat.

Katak yang tinggal di sawah berkata kepada katak yang tinggal di pinggir jalan:
“Tempatmu terlalu berbahaya, tinggallah denganku.”
Katak di pinggir jalan menjawab: “Aku sudah terbiasa, malas untuk pindah.”
Beberapa hari kemudian katak “sawah” menjenguk katak “pinggir jalan” dan
menemukan bahwa si katak sudah mati dilindas mobil yang lewat.

Ternyata sangat mudah menggenggam nasib kita sendiri, cukup hindari


kemalasan saja.

Ada segerombolan orang yang berjalan di padang pasir, semua berjalan


dengan berat, sangat menderita, hanya satu orang yang berjalan dengan
gembira. Ada yang bertanya: “Mengapa engkau begitu santai?”
Dia menjawab sambil tertawa: “Karena barang bawaan saya sedikit.”

Ternyata sangat mudah untuk memperoleh kegembiraan, cukup tidak serakah


dan memiliki secukupnya saja

Cinta Dan Waktu


Alkisah di suatu pulau kecil, tinggallah berbagai macam benda-benda abstrak.
Ada Cinta, Kesedihan, Kekayaan, Kegembiraan dan sebagainya. Mereka hidup
berdampinga dengan baik.
Namun, suatu ketika datang badai menghempas seluruh pulau kecil itu dan air
laut tiba-tiba naik dan menenggelamkan pulau itu. Semua penghuni pulau
cepat-cepat berusaha menyelamatkan diri. Cinta sangat kebingungan sebab ia
tidak dapat berenang dan tak mempunyai perahu. Ia berdiri di tepi pantai
88
mencoba mencari pertolongan. Sementara itu air makin naik membasahi kaki
Cinta.

Tak lama Cinta melihat Kekayaan sedang mengayuh perahu. “Kekayaan!


Kekayaan! Tolong aku!” Teriak Cinta. “Aduh! Maaf, Cinta” kata kekayaan,
“perahuku telah penuh dengan harta bendaku. Aku tak dapat membawamu
serta, nanti perahu ini tenggelam. Lagipula tak ada tempat lagi bagimu
diperahuku ini.”
Lalu kekayaan cepat-cepat mengayuh perahunya pergi. Cinta sedih sekali,
namun kemudian dilihatnya Kegembiraan ia tak mendengar teriakan Cinta.

Air makin tinggi membasahi Cinta sampai ke pinggang dan Cinta semakin
panik. Tak lama lewatlah Kecantikan. “Kecantikan! bawalah aku bersamamu!”,
teriak Cinta. “Wah, Cinta, kamu basah dan kotor. Aku tak bisa membawamu
ikut. Nanti kamu mengotori perahuku yang indah ini.” Sahut kecantikan.

Cinta sedih sekali mendengarnya, ia mulai menangis terisak-isak. Saat itu


lewatlah Kesedihan. “Oh, Kesedihan, bawalah aku bersamamu,” kata Cinta.
“Maaf, Cinta. Aku sedang sedih dan aku ingin sendirian saja…” kata Kesedihan
sambil terus mengayuh perahunya. Cinta putus asa. Ia merasakan air makin
naik dan menenggelamkannya. Pada saat kritis itulah tiba-tiba terdengar
suara, “Cinta! Mari cepat naik perahuku!” Cinta menoleh ke arah suara itu dan
melihat seorang tua dengan perahunya. Cepat-cepat Cinta naik ke perahu itu,
tepat sebelum air menenggelamkannya.
Di pulau terdekat, orang tua itu menurunkan Cinta dan segera pergi lagi. Pada
saat itu barulah Cinta sadar bahwa ia sama sekali tidak mengetahui siapa
orang tua yang menyelamatkannya itu. Cinta segera menanyakan kepada
seorang penduduk tua di pulau itu, siapakah sebenarnya orang tua itu. “Oh,
orang tua tadi? Dia adalah Waktu.” kata orang itu. “Tapi, mengapa ia
menyelamatkanku? Aku tak mengenalnya. Bahkan teman-teman yang
mengenalku pun enggan menolongku” tanya Cinta heran. “Sebab,” kata orang
itu, “hanya Waktu lah yang tahu berapa nilai sesungguhnya dari Cinta itu …

89
Mana Ciuman Untukku
Dulu ada seorang gadis kecil bernama Cindy. Ayah Cindy bekerja enam hari
dalam seminggu, dan sering kali sudah lelah saat pulang dari kantor. Ibu Cindy
bekerja sama kerasnya mengurus keluarga mereka memasak, mencuci dan
mengerjakan banyak tugas rumah tangga lainnya.

Mereka keluarga baik-baik dan hidup mereka nyaman. Hanya ada satu
kekurangan, tapi Cindy tidak menyadarinya.

Suatu hari, ketika berusia sembilan tahun, ia menginap dirumah temannya,


Debbie, untuk pertama kalinya. Ketika waktu tidur tiba, ibu Debbie mengantar
dua anak itu ketempat tidur dam memberikan ciuman selamat malam pada
mereka berdua.
90
“Ibu sayang padamu,” kata ibu Debbie.

“Aku juga sayang Ibu,” gumam Debbie.

Cindy sangat heran, hingga tak bisa tidur. Tak pernah ada yang memberikan
ciuman apappun padanya..

Juga tak ada yang pernah mengatakan menyayanginya. Sepanjang malam ia


berbaring sambil berpikir, Mestinya memang seperti itu ..

Ketika ia pulang, orang tuanya tampak senang melihatnya.

“Kau senang di rumah Debbie?” tanya ibunya.

“Rumah ini sepi sekali tanpa kau,” kata ayahnya.

Cindy tidak menjawab. Ia lari ke kamarnya. Ia benci pada orangtunya. Kenapa


mereka tak pernah menciumnya? Kenapa mereka tak pernah memeluknya
atau mengatakan menyayanginya ? Apa mereka tidak menyayanginya?. Ingin
rasanya ia lari dari rumah, dan tinggal bersama ibu Debbie.

Mungkin ada kekeliruan, dan orang tuanya ini bukanlah orang tua
kandungnya. Mungkin ibunya yang asli adalah ibu Debbie. Malam itu, sebelum
tidur, ia mendatangi orangtunya.

“Selamat malam,”katanya.

Ayahnya,yang sedang membaca koran, menoleh.

“Selamat malam,” sahut ayahnya.

Ibu Cindy meletakkan jahitannya dan tersenyum.

“Selamat malam, Cindy.”

Tak ada yang bergerak. Cindy tidak tahan lagi.

“Kenapa aku tidak pernah diberi ciuman?” tanyanya.

Ibunya tampak bingung.

91
“Yah,” katanya terbata-bata, “sebab… Ibu rasanya karena tidak ada yang
pernah mencium Ibu waktu Ibu masih kecil. Itu saja.”

Cindy menangis sampai tertidur. Selama berhari-hari ia merasa marah.


Akhirnya ia memutuskan untuk kabur. Ia akan pergi ke rumah Debbie dan
tinggal bersama mereka. Ia tidak akan pernah kembali kepada orang tuanya
yang tidak pernah menyayanginya. Ia mengemasi ranselnya dan pergi diam-
diam. Tapi begitu tiba di rumah Debbie, ia tidak berani masuk. Ia merasa
takkan ada yang mempercayainya. Ia takkan diizinkan tinggal bersama orang
tua Debbie.

Maka ia membatalkan rencananya dan pergi. Segalanya terasa kosong dan


tidak menyenangkan.

Ia takkan pernah mempunyai keluarga seperti keluarga Debbie. Ia terjebak


selamanya bersama orang tua yang paling buruk dan paling tak punya rasa
sayang didunia ini. Cindy tidak langsung pulang, tapi pergi ke taman dan duduk
di bangku.

Ia duduk lama, sambil berpikir,hingga hari gelap. Sekonyong-konyong ia


mendapat gagasan. Rencananya pasti berhasil . Ia kan membuatnya berhasil.
Ketika ia masuk ke rumahnya, ayahnya sedang menelpon. Sang ayah langsung
menutup telepon. ibunya sedang duduk dengan ekspresi cemas. Begitu Cindy
masuk, ibunya berseru,” Dari mana saja kau? Kami cemas sekali!”.

Cindy tidak menjawab, melainkan menghampiri ibunya dan memberikan


ciuman di pipi, sambil berkata,”Aku sayang padamu,Bu.”

Ibunya sangat terperanjat, hingga tak bisa bicara.

Lalu Cindy menghampiri ayahnya dan memeluknya sambil berkata, “Selamat


malam, Yah. Aku sayang padamu,”

Lalu ia pergi tidur, meninggalkan kedua orangtunya yang terperangah di


dapur.

Keesokan paginya, ketika turun untuk sarapan, ia memberikan ciuman lagi


pada ayah dan ibunya. Di halte bus, ia berjingkat dan mengecup ibunya.

“Hai, Bu,”katanya.

92
“Aku sayang padamu.”

Itulah yang dilakukan Cindy setiap hari selama setiap minggu dan setiap bulan.
Kadang-kadang orang tuanya menarik diri darinya dengan kaku dan canggung.
Kadang-kadang mereka hanya tertawa. Tapi mereka tak pernah membalas
ciumannya. Namun Cindy tidak putus asa.

Ia telah membuat rencana, dan ia menjalaninya dengan konsisten. Lalu suatu


malam ia lupa mencium ibunya sebelum tidur. Tak lama kemudian, pintu
kamarnya terbuka dan ibunya masuk.

“Mana ciuman untukku ?” tanya ibunya, pura-pura marah.

Cindy duduk tegak.

“Oh, aku lupa,” sahutnya. Lalu ia mencium ibunya.

“Aku sayang padalmu, Bu.” Kemudian ia berbaring lagi.

“Selamat malam,”katanya, lalu memejamkan mata.

Tapi ibunya tidak segera keluar.

Akhirnya ibunya berkata. “Aku juga sayang padamu.”

Setelah itu ibunya membungkuk dan mengecup pipi Cindy.

“Dan jangan pernah lupa menciumku lagi,” katanya dengan nada dibuat tegas.
Cindy tertawa.

“Baiklah,”katanya.

Dan ia memang tak pernah lupa lagi. Bertahun-tahun kemudian, Cindy


mempunyai anak sendiri, dan ia selalu memberikan ciuman pada bayi itu,
sampai katanya pipi mungil bayinya menjadi merah.

Dan setiap kali ia pulang ke rumah, yang pertama dikatakan ibunya adalah,
“Mana ciuman untukku?”

Dan kalau sudah waktunya Cindy pulang, ibunya akan berkata, “Aku sayang
padamu.

93
Kau tahu itu, bukan?”

“Ya,Bu,” kata Cindy.

“Sejak dulu aku sudah tahu.”

Karena Cinta Tidak Selalu Harus Berwujud Bunga

Suami saya adalah seorang insinyur, saya mencintai sifatnya yang alami dan
saya menyukai perasaan hangat yang muncul di perasaan saya, ketika saya
bersandar di bahunya yang bidang. Tiga tahun dalam masa perkenalan, dan
dua tahun dalam masa pernikahan,saya harus akui, bahwa saya mulai merasa
lelah, alasan-alasan saya mencintainya dulu telah berubah menjadi sesuatu
yang menjemukan. Saya seorang wanita yang sentimentil dan benar-benar
sensitif serta berperasaan halus.

Saya merindukan saat-saat romantis seperti seorang anak yang menginginkan


permen. Tetapi semua itu tidak pernah saya dapatkan.Suami saya jauh
berbeda dari yang saya harapkan. Rasa sensitif-nya kurang.Dan
ketidakmampuannya dalam menciptakan suasana yang romantis dalam
pernikahan kami telah mementahkan semua harapan saya akan cinta yang
ideal.

Suatu hari, saya beranikan diri untuk mengatakan keputusan saya kepadanya,
bahwa saya menginginkan perceraian. “Mengapa?”, tanya suami saya dengan
terkejut. “Saya lelah, kamu tidak pernah bisa memberikan cinta yang saya
inginkan,” jawab saya. Suami saya terdiam dan termenung sepanjang malam
di depan komputernya,tampak seolah-olah sedang mengerjakan sesuatu,
padahal tidak. Kekecewaan saya semakin bertambah, seorang pria yang
bahkan tidak dapat mengekspresikan perasaannya, apalagi yang bisa saya
harapkan darinya?

Dan akhirnya suami saya bertanya, “Apa yang dapat saya lakukan untuk
merubah pikiran kamu?” Saya menatap matanya dalam-dalam dan menjawab
dengan pelan, “Saya punya pertanyaan, jika kau dapat menemukan
jawabannya di dalam perasaan saya, saya akan merubah pikiran saya :
Seandainya, saya menyukai setangkai bunga indah yang ada di tebing gunung.
Kita berdua tahu jika kamu memanjatgunung itu, kamu akan mati. Apakah
kamu akan memetik bunga itu untuk saya?” Dia termenung dan akhirnya
berkata, “Saya akan memberikan jawabannya besok. “Perasaan saya langsung

94
gundah mendengar responnya. Keesokan paginya, dia tidak ada di rumah, dan
saya menemukan selembar kertas dengan oret-oretan tangannya di bawah
sebuah gelas yang berisi susu hangat yang bertuliskan… “Sayang, saya tidak
akan mengambil bunga itu untukmu, tetapi ijinkan saya untuk menjelaskan
alasannya.”

Kalimat pertama ini menghancurkan perasaan saya. Saya melanjutkan untuk


membacanya. “Kamu selalu pegal-pegal pada waktu ‘teman baik kamu’ datang
setiap bulannya, dan saya harus memberikan tangan saya untuk memijat kaki
kamu yang pegal. “Kamu senang diam di rumah, dan saya selalu kuatir kamu
akan menjadi ‘aneh’. Saya harus membelikan sesuatu yang dapat menghibur
kamu di rumah atau meminjamkan lidah saya untuk menceritakan hal-hal lucu
yang saya alami. “Kamu selalu terlalu dekat menonton televisi, terlalu dekat
membaca buku, dan itu tidak baik untuk kesehatan mata kamu. Saya harus
menjaga mata saya agar ketika kita tua nanti, saya masih dapat menolong
mengguntingkan kuku kamu dan mencabuti uban kamu.”

“Tangan saya akan memegang tangan kamu, membimbing kamu menelusuri


pantai, menikmati matahari pagi dan pasir yang indah. Menceritakan warna-
warna bunga yang bersinar dan indah seperti cantiknya wajah kamu. “Tetapi
Sayang, saya tidak akan mengambil bunga indah yang ada di tebing gunung itu
hanya untuk mati. Karena, saya tidak sanggup melihat air mata kamu mengalir
menangisi kematian saya. “Sayang, saya tahu, ada banyak orang yang bisa
mencintai kamu lebih dari saya mencintai kamu.

Untuk itu Sayang, jika semua yang telah diberikan tangan saya, kaki saya, mata
saya tidak cukup buat kamu, saya tidak bisa menahan kamu untuk mencari
tangan, kaki, dan mata lain yang dapat membahagiakan kamu. “Air mata saya
jatuh ke atas tulisannya dan membuat tintanya menjadi kabur, tetapi saya
tetap berusaha untuk terus membacanya. “Dan sekarang, Sayang, kamu telah
selesai membaca jawaban saya. Jika kamu puas dengan semua jawaban ini,
dan tetap menginginkan saya untuk tinggal di rumah ini, tolong bukakan pintu
rumah kita, saya sekarang sedang berdiri di sana menunggu jawaban kamu.”

“Jika kamu tidak puas dengan jawaban saya ini, Sayang, biarkan saya masuk
untuk membereskan barang-barang saya, dan saya tidak akan mempersulit
hidup kamu. Percayalah, bahagia saya adalah bila kamu bahagia. “Saya segera
berlari membuka pintu dan melihatnya berdiri di depan pintu dengan wajah
penasaran sambil tangannya memegang susu dan roti kesukaan saya. Oh, kini
saya tahu, tidak ada orang yang pernah mencintai saya lebih dari dia mencintai
95
saya. Itulah cinta, di saat kita merasa cinta itu telah berangsur-angsur hilang
dari perasaan kita, karena kita merasa dia tidak dapat memberikan cinta
dalam wujud yang kita inginkan, maka cinta itu sesungguhnya telah hadir
dalam wujud lain yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. Seringkali
yang kita butuhkan adalah memahami wujud cinta dari pasangan kita, dan
bukan mengharapkan wujud tertentu. Karena cinta tidak selalu harus
berwujud “bunga”.

Tatapan Penuh Cinta…


Pernahkah anda menatap orang-orang terdekat anda saat ia sedang tidur?

Kalau belum, cobalah sekali saja menatap mereka saat sedang tidur. Saat itu
yang tampak adalah ekspresi paling wajar dan paling jujur dari seseorang.

Seorang artis yang ketika di panggung begitu cantik dan gemerlap pun bisa jadi
akan tampak polos dan jauh berbeda jika ia sedang tidur. Orang paling kejam
di dunia pun jika ia sudah tidur tak akan tampak wajah bengisnya.

Perhatikanlah ayah anda saat beliau sedang tidur. Sadarilah, betapa badan
yang dulu kekar dan gagah itu kini semakin tua dan ringkih, betapa rambut-
rambut putih mulai menghiasi kepalanya, betapa kerut merut mulai terpahat
di wajahnya. Orang inilah yang tiap hari bekerja keras untuk kesejahteraan
kita, anak-anaknya. Orang inilah, rela melakukan apa saja asal perut kita
kenyang dan pendidikan kita lancar.

Sekarang, beralihlah. Lihatlah ibu anda. Hmm…kulitnya mulai keriput dan


tangan yang dulu halus membelai- belai tubuh bayi kita itu kini kasar karena
tempaan hidup yang keras. Orang inilah yang tiap hari mengurus kebutuhan
kita. Orang inilah yang paling rajin mengingatkan dan mengomeli kita semata-
mata karena rasa kasih dan sayang, dan sayangnya, itu sering kita salah
artikan.

Cobalah menatap wajah orang-orang tercinta itu… Ayah, Ibu, Suami, Istri,
Kakak, Adik, Anak, Sahabat, Semuanya…

Rasakanlah sensasi yang timbul sesudahnya. Rasakanlah energi cinta yang


mengalir pelan-pelan saat menatap wajah lugu yang terlelap itu.

96
Rasakanlah getaran cinta yang mengalir deras ketika mengingat betapa
banyaknya pengorbanan yang telah dilakukan orang-orang itu untuk
kebahagiaan anda.

Pengorbanan yang kadang tertutupi oleh kesalah pahaman kecil yang entah
kenapa selau saja nampak besar.

Secara ajaib Tuhan mengatur agar pengorbanan itu bisa tampak lagi melalui
wajah-wajah jujur mereka saat sedang tidur.

Pengorbanan yang kadang melelahkan namun enggan mereka ungkapkan. Dan


ekspresi wajah ketika tidur pun mengungkap segalanya.

Tanpa kata, tanpa suara dia berkata… “betapa lelahnya aku hari ini”. Dan
penyebab lelah itu? Untuk siapa dia berlelah-lelah? Tak lain adalah kita.

Suami yang bekerja keras mencari nafkah, istri yang bekerja keras mengurus
dan mendidik anak, juga rumah. Kakak, adik, anak, dan sahabat yang telah
melewatkan hari-hari suka dan duka bersama kita.

Resapilah kenangan-kenangan manis dan pahit yang pernah terjadi dengan


menatap wajah-wajah mereka. Rasakanlah betapa kebahagiaan dan keharuan
seketika membuncah jika mengingat itu semua.

Bayangkanlah apa yang akan terjadi jika esok hari mereka “orang-orang
terkasih itu” tak lagi membuka matanya, selamanya …

97
Si Kikir Dan Malaikat Maut
Setelah bekerja keras, berdagang dan menjadi rentenir, si kikir telah
menumpuk harta, hingga hartnya jika dihitung-hitung mencapai tiga ratus ribu
dinar.
Ia memiliki tanah luas, beberapa gedung, dan segala macam harta benda.
Kemudian ia memutuskan untuk beristirahat selama satu tahun.
Hidup nyaman, dan kemudian menentukan tentang masa depannya.

Tetapi, segera setelah ia berhenti mengumpulkan uang, Malaikat Maut muncul


di hadapannya untuk mencabut nyawanya. Si kikir pun berusaha dengan
segala daya upaya agar Malaikat Maut itu tidak jadi menjalankan tugasnya. Si
kikir berkata, “Bantulah aku, barang tiga hari saja. Maka aku akan memberimu
sepertiga hartaku.

Malaikat Maut menolak, dan mulai menarik nyawa si kikir.


Kemudian si kikir memohon lagi, “Jika engkau membolehkan aku tinggal dua
hari saja, akan kuberi engkau dua ratus ribu dinar dari gudangku.”

Tetapi lagi-lagi Malaikat Maut pantang menyerah dan tak mau


mendengarkannya. Bahkan ia menolak memberi tambahan satu hari demi tiga
ratus ribu dinar dari si Kikir.

Akhirnya si kikir menulis berkata, “Kalau begitu, tolong beri aku waktu untuk
menulis sebentar.”

Kali ini Malaikat Maut mengijinkannya, dan si kikir menulis dengan darahnya
sendiri:
“Wahai manusia, manfaatkanlah hidupmu. Aku tidak dapat membelinya
dengan tiga ratus ribu dinar.

Pastikan engkau menyadari nilai dari waktu yang engkau miliki.

98
Orang yang Anda Kasihi
Ini sebuah kisah nyata yang terjadi di Jepang. Ketika sedang merenovasi
sebuah rumah, seseorang mencoba merontokkan tembok. Rumah di Jepang
biasanya memiliki ruang kosong di antara tembok yang terbuat dari kayu.
Ketika tembok mulai rontok, dia menemukan seekor kadal terperangkap di
antara ruang kosong itu karena kakinya melekat pada sebuah paku. Dia
merasa kasihan sekaligus penasaran. Lalu ketika dia mengecek paku itu,
ternyata paku tersebut telah ada di situ 10 tahun lalu ketika rumah itu
pertama kali dibangun. Apa yang terjadi? Bagaimana kadal itu dapat bertahan
dengan kondisi terperangkap selama 10 tahun?

Dalam keadaan gelap selama 10 tahun, tanpa bergerak sedikitpun, itu adalah
sesuatu yang mustahil dan tidak masuk akal. Orang itu lalu berpikir,
bagaimana kadal itu dapat bertahan hidup selama 10 tahun tanpa berpindah
dari tempatnya sejak kakinya melekat pada paku itu!

Orang itu lalu menghentikan pekerjaannya dan memperhatikan kadal itu, apa
yang dilakukan dan apa yang dimakannya hingga dapat bertahan. Kemudian,
tidak tahu darimana datangnya, seekor kadal lain muncul dengan makanan di
mulutnya…astaga! !

Orang itu merasa terharu melihat hal itu. Ternyata ada seekor kadal lain yang
selalu memperhatikan kadal yang terperangkap itu selama 10 tahun. Sungguh
ini sebuah cinta…cinta yang indah. Cinta dapat terjadi bahkan pada hewan
yang kecil seperti dua ekor kadal itu. Apa yang dapat dilakukan oleh cinta?
Tentu saja sebuah keajaiban. Bayangkan, kadal itu tidak pernah menyerah dan
tidak pernah berhenti memperhatikan pasangannya selama 10 tahun.
Bayangkan bagaimana hewan yang kecil itu dapat memiliki karunia yang
begitu mengagumkan. Saya tersentuh ketika mendengar cerita ini. Lalu saya
mulai berpikir tentang hubungan yang terjalin antara keluarga, teman, saudara
lelaki, saudara perempuan… ..

Saudaraku ….Berusahalah semampumu untuk tetap dekat dengan orang-orang


yang Anda kasihi. JANGAN PERNAH MENGABAIKAN ORANG YANG ANDA
KASIHI

Nikmatilah Kopinya Bukan Cangkirnya


99
Sekelompok alumni satu universitas yang telah mapan dalam karir masing-
masing berkumpul dan mendatangi professor kampus mereka yang telah tua.
Percakapan segera terjadi dan mengarah pada komplain tentang stess di
pekerjaan dan kehidupan mereka.

Menawari tamu-tamunya kopi, professor pergi ke dapur dan kembali dengan


poci besar berisi kopi dan cangkir berbagai jenis – dari porselin, plastik, gelas,
kristal, gelas biasa, beberapa diantara gelas mahal dan beberapa lainnya
sangat indah – dan mengatakan pada para mantan mahasiswanya untuk
menuang sendiri kopinya.

Setelah semua mahasiswanya mendapat secangkir kopi di tangan, professor


itu mengatakan : “Jika kalian perhatikan, semua cangkir yang indah dan mahal
telah diambil, yang tertinggal hanyalah gelas biasa dan yang murah saja.
Meskipun normal bagi kalian untuk mengingini hanya yang terbaik bagi diri
kalian, tapi sebenarnya itulah yang menjadi sumber masalah dan stress yang
kalian alami.”

“Pastikan bahwa cangkir itu sendiri tidak mempengaruhi kualitas kopi. Dalam
banyak kasus, itu hanya lebih mahal dan dalam beberapa kasus bahkan
menyembunyikan apa yang kita minum. Apa yang kalian inginkan sebenarnya
adalah kopi, bukanlah cangkirnya, namun kalian secara sadar mengambil
cangkir terbaik dan kemudian mulai memperhatikan cangkir orang lain.”

“Sekarang perhatikan hal ini : Kehidupan bagai kopi, sedangkan pekerjaan,


uang dan posisi dalam masyarakat adalah cangkirnya. Cangkir bagaikan alat
untuk memegang dan mengisi kehidupan. Jenis cangkir yang kita miliki tidak
mendefinisikan atau juga mengganti kualitas kehidupan yang kita hidupi.
Seringkali, karena berkonsentrasi hanya pada cangkir, kita gagal untuk
menikmati kopi yang Tuhan sediakan bagi kita.”

Tuhan memasak dan membuat kopi, bukan cangkirnya. Jadi nikmatilah


kopinya, jangan cangkirnya.

Sadarilah jika kehidupan anda itu lebih penting dibanding pekerjaan anda. Jika
pekerjaan anda membatasi diri anda dan mengendalikan hidup anda, anda
menjadi orang yang mudah diserang dan rapuh akibat perubahan keadaan.
Pekerjaan akan datang dan pergi, namun itu seharusnya tidak merubah diri
anda sebagai manusia. Pastikan anda membuat tabungan kesuksesan dalam
kehidupan selain dari pekerjaan anda.

100
Ibu Bermata Satu
Ibuku hanya memiliki satu mata. Aku membencinya sungguh memalukan. Ia
menjadi juru masak di sekolah, untuk membiayai keluarga. Suatu hari ketika
aku masih SD, ibuku datang. Aku sangat malu. Mengapa ia lakukan ini? Aku
memandangnya dengan penuh kebencian dan melarikan. Keesokan harinya di
sekolah

101
“Ibumu hanya punya satu mata?!?!” Ieeeeee, jerit seorang temanku. Aku
berharap ibuku lenyap dari muka bumi. Ujarku pada ibu, “Bu. Mengapa Ibu
tidak punya satu mata lainnya? Kalau Ibu hanya ingin membuatku
ditertawakan, lebih baik Ibu mati saja!!!” Ibuku tidak menyahut.

Aku merasa agak tidak enak, tapi pada saat yang bersamaan, lega rasanya
sudah mengungkapkan apa yang ingin sekali kukatakan selama ini. Mungkin
karena Ibu tidak menghukumku, tapi aku tak berpikir sama sekali bahwa
perasaannya sangat terluka karenaku.

Malam itu..

Aku terbangun dan pergi ke dapur untuk mengambil segelas air. Ibuku sedang
menangis, tanpa suara, seakan-akan ia takut aku akan terbangun karenanya.

Saya memandangnya sejenak, dan kemudian berlalu. Akibat perkataanku tadi,


hatiku tertusuk. Walaupun begitu, aku membenci ibuku yang sedang menangis
dengan satu matanya. Jadi aku berkata pada diriku sendiri bahwa aku akan
tumbuh dewasa dan menjadi orang yang sukses.

Kemudian aku belajar dengan tekun. Kutinggalkan ibuku dan pergi ke


Singapura untuk menuntut ilmu.

Lalu aku pun menikah. Aku membeli rumah. Kemudian akupun memiliki anak.

Kini aku hidup dengan bahagia sebagai seorang yang sukses. Aku menyukai
tempat tinggalku karena tidak membuatku teringat akan ibuku.

Kebahagian ini bertambah terus dan terus, ketika..

Apa?! Siapa ini?! Itu ibuku. Masih dengan satu matanya. Seakan-akan
langit runtuh menimpaku. Bahkan anak-anakku berlari ketakutan, ngeri
melihat mata Ibuku. Kataku, “Siapa kamu?! Aku tak kenal dirimu!!” Untuk
membuatnya lebih dramatis, aku berteriak padanya, “Berani-beraninya kamu
datang ke sini dan menakuti anak-anakku! !” “KELUAR DARI SINI!
SEKARANG!!”

Ibuku hanya menjawab perlahan, “Oh, maaf. Sepertinya saya salah alamat,”
dan ia pun berlalu. Untung saja ia tidak mengenaliku. Aku sungguh lega.

102
Suatu hari, sepucuk surat undangan reuni sekolah tiba di rumahku di
Singapura.

Aku berbohong pada istriku bahwa aku ada urusan kantor. Akupun pergi ke
sana .. Setelah reuni, aku mampir ke gubuk tua, yang dulu aku sebut rumah..
Hanya ingin tahu saja. Di sana , kutemukan ibuku tergeletak dilantai yang
dingin. Namun aku tak meneteskan air mata sedikit pun. Ada selembar kertas
di tangannya. Sepucuk surat untukku.

“Anakku..Kurasa hidupku sudah cukup panjang.. Dan..aku tidak akan pergi ke


Singapura lagi..

Namun apakah berlebihan jika aku ingin kau menjengukku sesekali? Aku
sangat merindukanmu. Dan aku sangat gembira ketika tahu kau akan datang
ke reuni itu. Tapi kuputuskan aku tidak pergi ke sekolah. Demi kau.. Dan aku
minta maaf karena hanya membuatmu malu dengan satu mataku.

Kau tahu, ketika kau masih sangat kecil, kau mengalami kecelakaan dan
kehilangan satu matamu. Sebagai seorang ibu, aku tak tahan melihatmu
tumbuh hanya dengan satu mata. Maka aku berikan mataku untukmu. Aku
sangat bangga padamu yang telah melihat seluruh dunia untukku, ditempatku,
dengan mata itu. Aku tak pernah marah atas semua kelakuanmu.

Ketika kau marah padaku.. Aku hanya membatin sendiri, “Itu karena ia
mencintaiku” Anakku! Oh, anakku!”

Garam dan Telaga


Suatu ketika hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi, datanglah
seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah. Langkahnya
gontai dan raut mukanya ruwet. Tamu itu memang tampak seperti orang yang
tidak berbahagia.

Tanpa membuang waktu orang itu menceritakan semua masalahnya. Pak Tua
yang bijak itu hanya mendengarkan dengan seksama. Ia lalu mengambil
segenggam garam dan meminta tamu itu untuk mengambil segelas air.
Ditaburkannya garam itu kedalam gelas, lalu diaduknya perlahan. “Coba
minum ini dan katakana bagaimana rasanya”, ujar Pak Tua itu.

“Pahit.., pahit sekali rasanya…”, jawab tamu itu sambil meludah kesamping.

103
Pak Tua sedikit tersenyum. Lalu ia mengajak tamunya berjalan ke tepi telaga
didalam hutan didekat tempat tinggalnya. Kedua orang itu berjalan
berdampingan dan akhirnya sampailah mereka ketepi telaga yang tenang itu.

Pak Tua itu kembali menaburkan segenggam garam ke dalam telaga. Dengan
sepotong kayu dibuatnya gelombang-gelombang dari adukan-adukan itu yang
menciptakan riak-riak air. “Coba ambil air dari telaga ini dan minumlah”,
perintah Pak Tua. Saat tamu itu selesai meneguk air itu, Pak Tua kembali
bertanya, “Bagaimana rasanya?”

“Segar”, sahut tamunya. “Apakah kamu merasakan garam didalam air itu?”,
Tanya Pak Tua lagi. “Tidak”, jawab si anak muda.

Dengan kebapakan Pak Tua menepuk-nepuk punggung anak muda itu. Ia lalu
mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh disamping telaga itu. “Anak muda,
dengarlah. Pahitnya kehidupan itu adalah layaknya segenggam garam, tidak
lebih dan tidak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama. Dan memang
akan tetap selalu sama.”

“Tapi, kepahitan yang kita rasakan akan sangat tergantung dari wadah yang kita
miliki. Kepahitan itu akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan
segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi saat kamu merasakan
kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu
lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk
menampung setiap kepahitan itu.”

Pak Tua itu kembali memberi nasehat, “Hatimu, adalah wadah itu. Perasaanmu
adalah tempat itu. Kalbumu, adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi,
jangan jadikan hatimu itu seperti gelas. Buatlah laksana telaga yang mampu
meredam setiap kepahitan dan merubahnya menjadi kesegaran dan
kebahagiaan.”

Keduanya lalu beranjak pulang. Mereka sama-sama belajar hari itu. Dan Pak
Tua, ‘sang orang bijak’, kembali menyimpan ‘segenggam garam’ untuk anak
muda lain yang sering datang kepadanya membawa keresahan jiwa…

104
Tuhan Itu Tidak Ada!!!
Seorang konsumen datang ke tempat tukang cukur untuk memotong rambut
dan merapikan brewoknya.

Si tukang cukur mulai memotong rambut konsumennya dan mulailah terlibat


pembicaraan yang mulai menghangat.

Mereka membicarakan banyak hal dan berbagai variasi topik pembicaraan,


dan sesaat topik pembicaraan beralih tentang Tuhan.

Si tukang cukur bilang,”Saya tidak percaya Tuhan itu ada”. “Kenapa kamu
berkata begitu ?” timpal si konsumen. “Begini, coba Anda perhatikan di depan
sana , di jalanan… untuk menyadari bahwa Tuhan itu tidak ada. Katakan
kepadaku, jika Tuhan itu ada, Adakah yang sakit?, Adakah anak terlantar? Jika
Tuhan ada, tidak akan ada sakit ataupun kesusahan. Saya tidak dapat
membayangkan Tuhan Yang Maha Penyayang akan membiarkan ini semua
terjadi.”

105
Si konsumen diam untuk berpikir sejenak, tapi tidak merespon karena dia
tidak ingin memulai adu pendapat.

Si tukang cukur menyelesaikan pekerjaannya dan si konsumen pergi


meninggalkan tempat si tukang cukur.

Beberapa saat setelah dia meninggalkan ruangan itu dia melihat ada orang di
jalan dengan rambut yang panjang, berombak kasar (mlungker-mlungker-
istilah jawa-nya), kotor dan brewok yang tidak dicukur. Orang itu terlihat kotor
dan tidak terawat.

Si konsumen balik ke tempat tukang cukur dan berkata, “Kamu tahu,


sebenarnya TIDAK ADA TUKANG CUKUR.”

Si tukang cukur tidak terima,” Kamu kok bisa bilang begitu ?”. “Saya disini dan
saya tukang cukur. Dan barusan saya mencukurmu!”

“Tidak!” elak si konsumen. “Tukang cukur itu tidak ada, sebab jika ada, tidak
akan ada orang dengan rambut panjang yang kotor dan brewokan seperti
orang yang di luar sana”, si konsumen menambahkan.

“Ah tidak, tapi tukang cukur tetap ada!”, sanggah si tukang cukur. ” Apa yang
kamu lihat itu adalah salah mereka sendiri, kenapa mereka tidak datang ke
saya”, jawab si tukang cukur membela diri.

“Cocok!” kata si konsumen menyetujui. “Itulah point utama-nya!. Sama


dengan Tuhan, TUHAN ITU JUGA ADA ! Tapi apa yang terjadi… orang-orang
TIDAK MAU DATANG kepada-NYA, dan TIDAK MAU MENCARI-NYA. Oleh
karena itu banyak yang sakit dan tertimpa kesusahan di dunia ini.”

Si tukang cukur terbengong !!!

106
Goresan Mobil
Tersebutlah seorang pengusaha muda dan kaya. Ia baru saja membeli mobil
mewah, sebuah Jaguar yang mengkilap.

Kini, sang pengusaha, sedang menikmati perjalanannya dengan mobil baru itu.
Dengan kecepatan penuh, dipacunya kendaraan itu mengelilingi jalanan
tetangga sekitar dengan penuh rasa bangga dan prestise.

Di pinggir jalan, tampak beberapa anak yang sedang bermain sambil


melempar sesuatu.

Namun, karena berjalan terlalu kencang, tak terlalu diperhatikannya anak-


anak itu.

Tiba-tiba, dia melihat seseorang anak kecil yang melintas dari arah mobil-
mobil yang di parkir di jalan. Tapi, bukan anak-anak yang tampak melintas
sebelumnya.

“Buk….!” Aah…, ternyata, ada sebuah batu seukuran kepalan tangan yang
menimpa Jaguar itu yang dilemparkan si anak itu.

107
Sisi pintu mobil itupun koyak, tergores batu yang dilontarkan seseorang.

“Cittt….” ditekannya rem mobil kuat-kuat. Dengan geram, dimundurkannya


mobil itu menuju tempat arah batu itu di lemparkan.

Jaguar yang tergores, bukanlah perkara sepele.

Apalagi, kecelakaan itu dilakukan oleh orang lain, begitu pikir sang pengusaha
dalam hati.

Amarahnya memuncak. Dia pun keluar mobil dengan tergesa-gesa. Di tariknya


anak yang dia tahu telah melempar batu ke mobilnya, dan di pojokkannya
anak itu pada sebuah mobil yang diparkir.

“Apa yang telah kau lakukan!? Lihat perbuatanmu pada mobil


kesayanganku!!” Lihat goresan itu”, teriaknya sambil menunjuk goresan di sisi
pintu.

“Kamu tentu paham, mobil baru jaguarku ini akan butuh banyak ongkos
dibengkel untuk memperbaikinya.

“Ujarnya lagi dengan kesal dan geram, tampak ingin memukul anak itu.

Si anak tampak menggigil ketakutan dan pucat, dan berusaha meminta maaf.

“Maaf Pak, Maaf. Saya benar-benar minta maaf. Sebab, saya tidak tahu lagi
harus melakukan apa.

“Air mukanya tampak ngeri, dan tangannya bermohon ampun.

“Maaf Pak, aku melemparkan batu itu, karena tak ada seorang pun yang mau
berhenti….”

Dengan air mata yang mulai berjatuhan di pipi dan leher, anak tadi menunjuk
ke suatu arah, di dekat mobil-mobil parkir tadi.

“Itu disana ada kakakku yang lumpuh. Dia tergelincir, dan terjatuh dari kursi
roda. Saya tak kuat mengangkatnya, dia terlalu berat, tapi tak seorang pun
yang mau menolongku.

Badannya tak mampu kupapah, dan sekarang dia sedang kesakitan..” Kini, ia
mulai terisak.
108
Dipandanginya pengusaha tadi. Matanya berharap pada wajah yang mulai
tercenung itu.

“Maukah Bapak membantuku mengangkatnya ke kursi roda?

Tolonglah, kakakku terluka, tapi saya tak sanggup mengangkatnya.”

Tak mampu berkata-kata lagi, pengusaha muda itu terdiam.

Amarahnya mulai sedikit reda setelah dia melihat seorang lelaki yang
tergeletak yang sedang mengerang kesakitan.

Kerongkongannya tercekat. Ia hanya mampu menelan ludah. Segera dia


berjalan menuju lelaki tersebut, di angkatnya si cacat itu menuju kursi
rodanya.

Kemudian, diambilnya sapu tangan mahal miliknya, untuk mengusap luka di


lutut yang memar dan tergores, seperti sisi pintu Jaguar kesayangannya.

Setelah beberapa saat, kedua anak itu pun berterima kasih, dan mengatakan
bahwa mereka akan baik-baik saja.

“Terima kasih, dan semoga Tuhan akan membalas perbuatan Bapak.”

Keduanya berjalan beriringan, meninggalkan pengusaha yang masih nanar


menatap kepergian mereka. Matanya terus mengikuti langkah sang anak yang
mendorong kursi roda itu, melintasi sisi jalan menuju rumah mereka.

Berbalik arah, pengusaha tadi berjalan sangat perlahan menuju Jaguar


miliknya. Ditelusurinya pintu Jaguar barunya yang telah tergores itu oleh
lemparan batu tersebut, sambil merenungkan kejadian yang baru saja di
lewatinya.

Kerusakan yang dialaminya bisa jadi bukanlah hal sepele, tapi pengalaman tadi
menghentakkan perasaannya.

Akhirnya ia memilih untuk tak menghapus goresan itu.

Ia memilih untuk membiarkan goresan itu, agar tetap mengingatkannya pada


hikmah ini.

109
Ia menginginkan agar pesan itu tetap nyata terlihat: “Janganlah melaju dalam
hidupmu terlalu cepat, karena, seseorang akan melemparkan batu untuk
menarik perhatianmu.”

Sama halnya dengan kendaraan, hidup kita akan selalu berputar, dan dipacu
untuk tetap berjalan.

Di setiap sisinya, hidup itu juga akan melintasi berbagai macam hal dan
kenyataan.

Namun, adakah kita memacu hidup kita dengan cepat, sehingga tak pernah
ada masa buat kita untuk menyelaraskannya untuk melihat sekitar?

Tuhan, akan selalu berbisik dalam jiwa, dan berkata lewat kalbu kita.

Kadang, kita memang tak punya waktu untuk mendengar, menyimak, dan
menyadari setiap ujaran-Nya.

Kita kadang memang terlalu sibuk dengan bermacam urusan, memacu hidup
dengan penuh nafsu, hingga terlupa pada banyak hal yang melintas.

Teman, kadang memang, ada yang akan “melemparkan batu” buat kita agar
kita mau dan bisa berhenti sejenak.

Semuanya terserah pada kita. Mendengar bisikan-bisikan dan kata-kata-Nya,


atau menunggu ada yang melemparkan batu-batu itu buat kita.

110
Kerjakan dengan Cara yang Beda
Beberapa ekor lalat nampak terbang berpesta diatas sebuah tong sampah
didepan sebuah rumah. Suatu ketika anak pemilik rumah keluar dan tidak
menutup kembali pintu rumah kemudian nampak seekor lalat bergegas
terbang memasuki rumah itu. Si lalat langsung menuju sebuah meja makan
yang penuh dengan makanan lezat. “Saya bosan dengan sampah-sampah itu,
ini saatnya menikmati makanan segar” katanya.

Setelah kenyang si lalat bergegas ingin keluar dan terbang menuju pintu saat
dia masuk, namun ternyata pintu kaca itu telah terutup rapat. Si lalat hinggap
sesaat di kaca pintu memandangi kawan-kawannya yang melambai-lambaikan
tangannya seolah meminta agar dia bergabung kembali dengan mereka.

Si lalat pun terbang di sekitar kaca, sesekali melompat dan menerjang kaca itu,
dengan tak kenal menyerah si lalat mencoba keluar dari pintu kaca. Lalat itu
merayap mengelilingi kaca dari atas ke bawah dan dari kiri ke kanan bolak-
balik demikian terus dan terus berulang-ulang. Hari makin petang si lalat itu
nampak kelelahan dan kelaparan dan esok paginya nampak lalat itu terkulai
lemas terkapar di lantai.

Tak jauh dari tempat itu nampak serombongan semut berjalan beriringan
keluar dari sarangnya untuk mencari makan dan ketika menjumpai lalat yang
tak berdaya itu, serentak mereka mengerumuni dan beramai-ramai menggigit
tubuh lalat itu hingga mati. Kawanan semut itu pun beramai-ramai
mengangkut bangkai lalat yang malang itu menuju sarang mereka.

Dalam perjalanan seekor semut kecil bertanya kepada rekannya yang lebih tua
“Ada apa dengan lalat ini Pak?, mengapa dia sekarat?”.

“Oh.. itu sering terjadi, ada saja lalat yang mati sia-sia seperti ini, sebenarnya
mereka ini telah berusaha, dia sungguh-sungguh telah berjuang keras
berusaha keluar dari pintu kaca itu namun ketika tak juga menemukan jalan
keluar, dia frustasi dan kelelahan hingga akhirnya jatuh sekarat dan menjadi

111
menu makan malam kita” Semut kecil itu nampak manggut-manggut, namun
masih penasaran dan bertanya lagi “Aku masih tidak mengerti, bukannya lalat
itu sudah berusaha keras? kenapa tidak berhasil?”.

Masih sambil berjalan dan memangggul bangkai lalat, semut tua itu menjawab
“Lalat itu adalah seorang yang tak kenal menyerah dan telah mencoba
berulang kali, hanya saja dia melakukannya dengan cara-cara yang sama”.
Semut tua itu memerintahkan rekan-rekannya berhenti sejenak seraya
melanjutkan perkataannya namun kali ini dengan mimik & nada lebih serius
“Ingat anak muda, jika kamu melakukan sesuatu dengan cara yang sama
namun mengharapkan hasil yang berbeda, maka nasib kamu akan seperti lalat
ini”.

“Para pemenang tidak melakukan hal-hal yang berbeda, mereka hanya


melakukannya dengan cara yang berbeda”

112
Sikap Positif dan Optimis
Kisah ini tentang seorang raja yang memiliki kawan yang selalu optimis, yang
melihat segalanya dari kacamata positif sehingga segalanya tampak lebih baik.
Raja sangat menyukai kawan yang satu ini. Bersamanya, selalu ada keceriaan
sehingga hatinya terhibur.

Suatu hari, raja mengajak kawan tersebut untuk berburu. Sang kawan
bertugas membawa senapan-senapan sang raja dan mengisi pelurunya. Dalam
perburuan itu, raja melihat seekor rusa jantan, yang segera dikejarnya dengan
mengendarai kuda, sementara sang kawan, di atas kuda yang lain
mengikutinya sambil memberikan senapan sang raja. Naas bagi raja, rupanya
senapan tersebut tidak terkunci dan ketika berpindah ke tangannya, picunya
tertarik dan raja menembak kakinya sendiri.

Raja terjatuh dari kuda, kaki kanannya berlumuran darah. Sambil mengerang
kesakitan, ia melihat bahwa Ibu jari kakinya putus tertembak. Sang kawan
turun dari kuda dan mendekati sang raja, tetap dengan sikapnya yang ceria. Ia
berusaha menghibur raja, “Tak apa-apa” katanya, “Baginda bisa saja terluka
lebih parah.
Ini hal yang baik”.

Bukan main marahnya raja mendengar komentar tersebut, segera ia


memerintahkan pengawalnya untuk memenjarakan sang kawan. Itu hukuman
yang setimpal karena menyebabkan raja kehilangan ibu jari kakinya.

Selang beberapa tahun kemudian, raja kembali berburu. Kali ini, karena
asyiknya, rombongan raja tersesat, melewati perbatasan negaranya dan
akhirnya ditangkap oleh suku kanibal.

Bukan main takutnya sang raja, Ia sudah melihat beberapa pengawalnya


sudah mengalami nasib yang mengerikan, dipanggang untuk menjadi makanan
lezat bagi seluruh anggota suku. Dan kini tiba gilirannya. Ia melihat api unggun
sudah disiapkan di luar gubuk, ia memohon agar dibebaskan, menawarkan
harta dan wilayah, tetapi suku kanibal itu tak menggubrisnya.

Tetapi, ketika suku tersebut melucuti pakaiannya, mereka tiba-tiba berhenti


dan berteriak, bicara satu sama lain dalam bahasa yang tak dimengerti raja,
sambil menunjuk-nunjuk ibu jarinya yang cacat. Akhirnya, raja mengetahui
bahwa suku kanibal tersebut mempunyai pantangan untuk tidak memakan
113
manusia yang anggota tubuhnya tidak lengkap. Mereka meyakini bahwa
anggota tubuh yang hilang tersebut akan datang mencari dan menghantui
mereka.

Raja kemudian dibebaskan, ia satu-satunya yang selamat dalam rombongan


tersebut.
Sepanjang jalan ke ibukota, raja memikirkan kejadian yang dialaminya. Ia
teringat akan ucapan sahabatnya dan sekarang ia bisa menerima bahwa benar
kawannya dahulu, kecelakaan itu adalah ‘hal yang baik’. Terbayang apa yang
telah ia lakukan kepada sahabat baiknya itu dan ia sangat menyesal.

Sesampainya di ibukota, ia segera mendatangi penjara dan memerintahkan


agar sahabatnya itu dibebaskan. Dilihatnya, kawannya tampak kurus dan
pucat, walau tetap ceria. Ia sangat terharu. Dipeluknya sang sahabat seraya
memohon maaf atas kesalahannya, ia ceritakan pengalaman yang baru saja
terjadi.

“Sahabat, sungguh-sungguh aku menyesal. Engkau memang benar. Kehilangan


ibu jari kaki itu hal yang baik, mohon engkau maafkan aku atas perlakuan yang
engkau terima selama ini” . “Tak apa-apa, baginda” ujar kawannya sembari
tersenyum, “Ini hal yang baik”.

“Bagaimana ini jadi hal yang baik?” ujar raja heran. “Engkau dipenjarakan
disini, kehilangan kebebasanmu, statusmu, harus hidup bersama sampah
masyarakat selama ini ?”

“Tentu saja ini hal yang baik, baginda” ujar temannya sambil tersenyum lebar,
“Jika saya tidak dipenjarakan, maka pasti saya ikut rombongan baginda
berburu….”

Mengapa Tuhan tidak menolongku?


Ada seorang laki – laki yang tinggal di dekat sebuah sungai. Bulan – bulan
musim penghujan sudah dimulai.

114
Hampir tidak ada hari tanpa hujan baik hujan rintik-rintik maupun hujan lebat.

Pada suatu hari terjadi bencana di daerah tersebut. Karena hujan turun deras
agak berkepanjangan, permukaan sungai semakin lama semakin naik, dan
akhirnya terjadilah banjir.

Saat itu banjir sudah sampai ketinggian lutut orang dewasa. Daerah tersebut
pelan-pelan mulai terisolir. Orang – orang sudah banyak yang mulai
mengungsi dari daerah tersebut, takut kalau permukaan air semakin tinggi.

Lain dengan orang-orang yang sudah mulai ribut mengungsi, lelaki tersebut
tampak tenang tinggal dirumah. Akhirnya datanglah truk penyelamat berhenti
di depan rumah lelaki tersebut.

“Pak, cepat masuk ikut truk ini, nggak lama lagi banjir semakin tinggi”, teriak
salah satu regu penolong ke lelaki tersebut.

S lelaki menjawab: “Tidak, terima kasih, anda terus saja menolong yang lain.
Saya pasti akan diselamatkan Tuhan. Saya ini kan sangat rajin berdoa.”

Setelah beberapa kali membujuk tidak bisa, akhirnya truk tersebut


melanjutkan perjalanan untuk menolong yang lain.

Permukaan air semakin tinggi. Ketinggian mulai mencapai 1.5 meter. Lelaki
tersebut masih di rumah, duduk di atas almari.

Datanglah regu penolong dengan membawa perahu karet dan berhenti di


depan rumah lelaki tersebut.

“Pak, cepat kesini, naik perahu ini. Keadan semakin tidak terkendali.
Kemungkinan air akan semakin meninggi.

Lagi-lagi laki-laki tersebut berkata: ” Terima kasih, tidak usah menolong saya,
saya orang yang beriman, saya yakin Tuhan akan selamatkan saya dari
keadaan ini.

Perahu dan regu penolongpun pergi tanpa dapat membawa lelaki tersebut.

Perkiraan banjir semakin besar ternyata menjadi kenyatan. Ketinggian air


sudah sedemikian tinggi sehingga air sudah hampir menenggelamkan rumah-

115
rumah disitu. Lelaki itu nampak di atas wuwungan rumahnya sambil terus
berdoa.

Datanglah sebuah helikopter dan regu penolong. Regu penolong melihat ada
seorang laki-laki duduk di wuwungan rumahnya. Mereka melempar tangga tali
dari pesawat. Dari atas terdengar suara dari megaphone: ” Pak, cepat pegang
tali itu dan naiklah kesini. “, tetapi lagi-lagi laki-laki tersebut menjawab dengan
berteriak:”Terima kasih, tapi anda tidak usah menolong saya. Saya orang yang
beriman dan rajin berdoa. Tuhan pasti akan menyelamatkan saya.

Ketinggian banjir semakin lama semakin naik, dan akhirnya seluruh rumah di
daerah tersebut sudah terendam seluruhnya.

Bagaimana nasib lelaki tersebut?

Lelaki tersebut akhirnya mati tenggelam.

Di akhirat dia dihadapkan pada Tuhan. Lelaki ini kemudian mulai berbicara
bernada protes:”Ya Tuhan, aku selalu berdoa padamu, selalu ingat padamu,
tapi kenapa aku tidak engkau selamatkan dari banjir itu?”

Tuhan menjawab dengan singkat: “Aku selalu mendengar doa-doamu, untuk


itulah aku telah mengirimkan Truk, kemudian perahu dan terakhir pesawat
helikopter. Tetapi kenapa kamu tidak ikut salah satupun?

Biji Apel Mencerahkan Hola


Holaram, sang menteri dari Negeri Zimbakyu, sedang menghadiri suatu
konfrensi internasional. Secara kebetulan tempat duduk dia bersebelahan
dengan tempat duduk seorang menteri dari negara Paman Sam yang
kebetulan beragama Yahudi. Kebetulan-kebetulan semacam itu membuat dia
bingung, tetapi apa boleh buat ? Kalau pindah tempat duduk, takut dianggap
penghinaan terhadap wakil resmi negara Paman Sam.

Sebagaimana biasanya dalam konfrensi internasional, pidato-pidato yang


dibacakan itu semuanya sudah tertulis rapih, dibuat oleh staf-staf ahli para
menteri yang menyampaikan dan akan dipelajari oleh staf-staf ahli para
116
menteri yang mendengarkannya. Para menteri yang hadir, hadir karena harus
hadir. Hanya basa-basi. Ada yang mengantuk, bahkan ada yang tiduran. Ada
yang sampai ngorok. Membosankan ! Hola harus menyembunyikan rasa kesal
di balik senyum yang palsu. Ia harus menunjukkan sikap ramah terhadap
perwakilan Paman Sam yang beragama Yahudi itu. Kalau tidak, bantuan
tahunan dari beberapa lembaga keuangan yang diberikan kepada negaranya
atas jaminan negara Paman Sam bisa mengalami kemacetan. Apa boleh buat !

Sejak mulainya rapat itu, Hola melihat sesuatu yang aneh. Sebentar-sebentar
Menteri dari Negara Paman Sam memasukkan tangan ke dalam kantong
jasnya, mengeluarkan sesuatu dan memakannya.Aneh ! Kerena begitu ingin
tahunya, akhirnya Hola bertanya kepada Menteri Zionis itu, “Tuan Menteri,
kalau boleh tahu, apa yang sedang anda makan dari tadi ?”, “Oh tentu saja,
lihat ini…biji apel ” jawabnya, sambil mengeluarkan 2 biji apel dari kantong
nya. “Biji apel ? Tuan Menteri memakan biji apel ? Apa khasiat nya ?” Hola
heran sekali.

“Ha, anda belum tahu? Hasil riset kami bertahun tahun membuktikan bahwa
biji apel bisa mencerdaskan kita, menambah kemampuan dan kinerja otak”,
kata Menteri dari Paman Sam menjelaskan. “Benarkah demikian ? Apabila
Tuan Menteri tak keberatan, bisakah saya mencoba biji itu?” Hola tergiur
untuk mencobanya. Sayang sekali, tinggal dua biji. Begini saja; satu untuk saya
dan satu untuk anda. Tetapi anda harus membayar 10 dollar untuk satu biji ini.
“Dalam perhitungan Paman Sam selalu akurat, tidak pernah salah. Hola
senang sekali, ah… rupanya itulah rahasia kecerdasan bangsa Amerika.
“Terima kasih, terima kasih. Tuan menteri begitu baik hati, memberikan
sesuatu yang sangat berharga, bermanfaat sekali.”

Setelah memakan biji apel itu, Hola mulai berpikir, “Edan-gila-tidak waras,
sepuluh dollar untuk satu biji apel !”. Ia menahan-nahan rasa kesalnya, akhir
meluap juga, “Tuan Menteri, baru terpikir sekarang oleh saya… Dengan uang
10 dollar mungkin saya bisa beli beberapa kilo apel. Tadi Tuan menjual satu biji
seharga 10 dollar. Betapa bodohnya saya!”. “Nah itu, lihat bukti keampuhan
nya! Begitu makan biji apel itu, anda memperoleh pencerahan. Anda baru
sadar bahwa anda bodoh. Itu hasil biji apel tadi. Sekarang anda cerdas. Anda
tidak akan dibodohi lagi dan semuanya itu kerena satu biji apel, benarkan? ”
ujar Menteri Paman Sam.

PENCERAHAN BERASAL DARI DALAM DIRI KITA, BUKAN DARI LUAR!

117
Columbus dan Telur
ini sebuah cerita kecil di balik kesuksesan Columbus yang menemukan Benua
Amerika. Columbus setelah penemuan yang fenomenal itu, Columbus menjadi
sangat terkenal dan diagung-agungkan oleh Raja dan seluruh rakyat. Columbus
pun diangkat menjadi bangsawan kehormatan kerajaan. Kepopuleran
Columbus itu membuat beberapa orang menjadi iri kepadanya.

Pada suatu hari, Columbus mengadakan perjamuan makan. Dalam perjamuan


makan itu. Dia menceritakan semua kisah yang dihadapi dalam pencarian
Benua baru tersebut. Semua tamu undangan terpukau dan mengakui
kehebatan Sang Penemu Benua Baru tersebut, namun beberapa orang yang iri
dengan sinis berkata, “Apa hebatnya dia ?? Dia cuma berlayar dan kebetulan
saja menemukan benua baru. Siapa saja juga bisa melakukan itu”. Mendengar
hal tersebut, Columbus kemudian menantang para orang yang iri tersebut. 
“Marilah kita bertanding untuk membuktikan siapa yang lebih baik.
Barangsiapa yang bisa membuat telur-telur rebus itu berdiri di atas meja

118
makan ini, maka ialah orang yang terbaik dan semua gelar-kekayaanku akan
kuserahkan padanya.”. Orang-orang yang iri tersebut menerima tantangan
Columbus.

Kemudian mereka mulai berusaha untuk membuat telur-telur rebus itu berdiri
di atas meja makan. Namun karena telur adalah benda yang ellips/hampir
bundar, maka cukup mustahil untuk bisa berdiri di atas meja. Setiap dicoba
didirikan, telur-telur itu langsung saja menggelinding jatuh. Akhirnya mereka
pun menyerah. Kini tiba giliran Columbus. Columbus memegang telur rebus itu
di atas meja dengan posisi berdiri sambil dipegangi, kemudian dengan tangan
yang satunya Columbus menekan ujung atas telur rebus itu ke meja sehingga
ujung bawah telur menjadi remuk dan memipih (tidak lonjong lagi) sehingga
telur tersebut bisa berdiri tegak di atas meja. Melihat hal tersebut, orang-
orang yang iri dengan sinis berkata, “Ah… kalo caranya seperti itu, kami juga
bisa membuat telur rebus itu berdiri”. Dengan bijak dan sambil tersenyum,
Columbus berkata  “KALO BEGITU, MENGAPA TIDAK KAMU
MELAKUKANNYA ?”

Cerita di atas hendak memberitahukan kita bahwa KESUKSESAN DAN


KEBERHASILAN BERASAL DARI SUATU TINDAKAN NYATA ATAS GAGASAN.

Columbus dan beberapa orang pada masa itu mempunyai gagasan atau teori
tentang bumi yang bulat. Teori tersebut merupakan teori yang jelas-jelas
bertentangan dengan kepercayaan dunia pada waktu itu yang mempercayai
bahwa bumi itu datar seperti piring.

Ketika Columbus mengutarakan niatnya untuk melakukan ekspedisi lautnya,


banyak orang, termasuk keluarganya, yang menganggapnya gila. Namun
Columbus tetap teguh dan gigih pada pendiriannya. Perjuangan Columbus
tidaklah ringan untuk membuktikan bahwa bumi itu bulat. Ancaman hukuman
mati atas pengingkaran hukum Tuhan sampai pemberontakan anak buah
kapalnya, ia hadapi dengan tegar sehingga pada akhirnya sejarah mencatatnya
sebagai salah satu penemu benua dan pelaut andal.

Seringkali kita menemukan orang atau bahkan diri kita juga mengalaminya
yaitu kita mempunyai gagasan/ide/konsep namun terlalu takut untuk
mewujudkannya dalam sebuah aksi nyata, dan akhirnya ide itu hanya menjadi
semu.

119
Ketakutan atas kegagalan, penilaian miring orang lain, penderitaan dan
sebagainya membuat kita terhalang untuk menemukan kesuksesan. Ketakutan
ini pula yang membuat kita terkadang merasa iri akan keberhasilan orang lain.
Kita sering berkata miring atas keberhasilan orang lain, “Ah…dia sih CUMA
beruntung aja…aku pun bisa melakukannya”.

Jadi apa yang anda pilih ? GAGAL KARENA TERLALU TAKUT UNTUK GAGAL ?
ATAU BERHASIL KARENA TIDAK TAKUT GAGAL? HANYA ANDA YANG BISA
MEMILIH

Pesan Sang Ayah


Dahulu kala ada 2 orang kakak beradik. Ketika ayahnya meninggal sebelumnya
berpesan dua hal: pertama jangan menagih hutang kepada orang yang
berhutang kepadamu, dan kedua, jika mereka pergi dari rumah ke toko jangan
sampai mukanya terkena sinar matahari.

Waktu berjalan terus. Dan kenyataan terjadi, bahwa beberapa tahun setelah
ayahnya meninggal anak yang sulung bertambah kaya sedang yang bungsu
menjadi semakin miskin.

Ibunya yang masih hidup menanyakan hal itu kepada mereka.Jawab anak yang
bungsu : Inilah karena saya mengikuti pesan ayah. Ayah berpesan bahwa saya
tidak boleh menagih hutang kepada orang yang berhutang kepadaku, dan
sebagai akibatnya modalku susut karena orang yang berhutang kepadaku tidak
membayar sementara aku tidak boleh menagih. Juga ayah berpesan supaya
kalau saya pergi atau pulang dari rumah ke toko dan sebaliknya tidak boleh
terkena sinar matahari. Akibatnya saya harus naik becak atau andong.
Sebetulnya dengan jalan kaki saja cukup, tetapi karena pesan ayah demikian
maka akibatnya pengeluaranku bertambah banyak

Kepada anak yang sulung yang bertambah kaya, ibupun bertanya hal yang
sama.Jawab anak sulung : Ini semua adalah karena saya mentaati pesan ayah.
Karena ayah berpesan supaya saya tidak menagih kepada orang yang

120
berhutang kepada saya, maka saya tidak menghutangkan sehingga dengan
demikian modal tidak susut. Juga ayah berpesan agar supaya jika saya
berangkat ke toko atau pulang dari toko tidak boleh terkena sinar matahari,
maka saya berangkat ke toko sebelum matahari terbit dan pulang sesudah
matahari terbenam. Akibatnya toko saya buka sebelum toko lain buka, dan
tutup jauh sesudah toko yang lain tutup. Sehingga karena kebiasaan itu, orang
menjadi tahu dan tokoku menjadi laris ,karena mempunyai jam kerja lebih
lama.

Bagaimana dengan anda?


Kisah diatas menunjukkan bagaimana sebuah kalimat di tanggapi dengan
presepsi yang berbeda jika kita melihat dengan positif attitude maka segala
kesulitan sebenarnya adalah sebuah perjalanan membuat kita sukses tetapi
kita bisa juga terhanyut dengan adanya kesulitan karena rutinitas kita ..pilihan
ada di tangan anda.

“Berusaha melakukan hal biasa yang dikerjakan dengan cara yang luar biasa.”

121
Pola Pikir
Saat renovasi rumah, si empunya rumah sudah merencanakan untuk
memasang sebuah lukisan potret keluarga di ruang tamu yang telah ditatanya
dengan indah. Lukisan itu telah dipesannya melalui seorang seniman pelukis
wajah yang terkenal dengan harga yang tidak murah. Tetapi, saat lukisan itu
tiba di rumah dan hendak di pasang, dia merasa tidak puas dengan hasil
lukisan dan meminta si pelukis merevisiya sesuai dengan gambar yang
dibayangkan. Apa daya, setelah diperbaiki hingga ke tiga kalinya, tetap saja
ada sesuatu yang tidak disukai pada lukisan tersebut sehingga setiap si pemilik
rumah melintas ruang tamu, selalu timbul ketidakpuasan dan kekecewaan. Itu
sangatlah mengganggu pikirannya. Menjadikan dirinya tidak senang, uring-
uringan, jengkel, kecewa dan sebal dengan ruang tamunya yang indah itu.
Semua gara-gara sebuah lukisan!

Suatu hari, datang bertamu satu keluarga sahabat ke rumah itu. Sahabat ini
termasuk pengamat seni yang disegani di lingkungannya. Saat memasuki
ruang tamu, setelah bertukar sapa dengan akrab dengan tuan rumah, tiba-tiba
mereka bersamaan terdiam di depan lukisan potret keluarga itu. Si tuan
rumah buru-buru menyela, “Teman, tolong jangan dipelototi begitu dong. Aku
tahu, lukisan itu tidak seindah seperti yang aku mau, tetapi setelah di revisi
beberapa kali jadinya seperti itu, ya udah lah, mau apalagi?” “Lho, apa yang
salah dengan lukisan ini? Lukisan ini bagus sekali, sungguh aku tidak sekedar
memuji. Si pelukis bisa melihat karakter obyek yang dilukisnya dan
menuangkan dengan baik di atas kanvas, perpaduan warna di latar
belakangnya juga mampu mendukung lukisan utamanya. Betul kan bu?”
Tanyanya sambil menoleh kepada istrinya.

122
“Iya, lukisan ini indah dan berkarakter. Jarang-jarang kami melihat karya yang
cantik seperti ini. Kamu sungguh beruntung memilikinya”, si istri
menambahkan dengan bersemangat. Kemudian mereka pun asyik terlibat
diskusi tentang lukisan itu.

Setelah kejadian itu, setiap melintas di ruang tamu dan melihat lukisan potret
keluarga itu, dia tersenyum sendiri teringat obrolan dengan sahabatnya.
Kejengkelan dan kemarahannya telah lenyap tak berbekas.

Pembaca yang budiman,


Jika sebuah lukisan tidak bisa diubah atau banyak hal lain di luar diri kita yang
tidak mampu kita rubah sesuai dengan keinginan kita atau selera kita, maka
tidak perlu menyalahkan keadaan! Karena sesungguhnya, belum tentu lukisan
atau keadaan luar yang bermasalah, tetapi cara pandang kitalah yang berbeda.
Jika kita tidak ingin kehilangan kebahagiaan maka kita harus berusaha
menerima perbedaan yang ada.

Dengan merubah cara berpikir kita yang di dalam, tentu kondisi diluar juga
ikut berubah

123
Semangkuk Bakmi Panas
Pada malam itu, Ana bertengkar dengan ibunya. Karena sangat marah, Ana
segera meninggalkan rumah tanpa membawa apapun. Saat berjalan di suatu
jalan, ia baru menyadari bahwa ia sama sekali tidak membawa uang.

Saat menyusuri sebuah jalan, ia melewati sebuah kedai bakmi dan ia mencium
harumnya aroma masakan. Ia ingin sekali memesan semangkuk bakmi, tetapi
ia tidak mempunyai uang.

Pemilik kedai melihat Ana berdiri cukup lama di depan kedainya, lalu berkata
“Nona, apakah engkau ingin memesan semangkuk bakmi?” ” Ya, tetapi, aku
tidak membawa uang” jawab Ana dengan malu-malu “Tidak apa-apa, aku akan
mentraktirmu” jawab si pemilik kedai. “Silahkan duduk, aku akan memasakkan
bakmi untukmu”.

Tidak lama kemudian, pemilik kedai itu mengantarkan semangkuk bakmi. Ana
segera makan beberapa suap, kemudian air matanya mulai berlinang. “Ada
apa nona?” Tanya si pemilik kedai. “tidak apa-apa” aku hanya terharu jawab
Ana sambil mengeringkan air matanya.

“Bahkan, seorang yang baru kukenal pun memberi aku semangkuk bakmi !,
tetapi,? ibuku sendiri, setelah bertengkar denganku, mengusirku dari rumah
dan mengatakan kepadaku agar jangan kembali lagi ke rumah” “Kau, seorang
yang baru kukenal, tetapi begitu peduli denganku dibandingkan dengan ibu
kandungku sendiri” katanya kepada pemilik kedai.

Pemilik kedai itu setelah mendengar perkataan Ana, menarik nafas panjang
dan berkata “Nona mengapa kau berpikir seperti itu? Renungkanlah hal ini,
aku hanya memberimu semangkuk bakmi dan kau begitu terharu. Ibumu telah
memasak bakmi dan nasi untukmu saat kau kecil sampai saat ini, mengapa kau
tidak berterima kasih kepadanya? Dan kau malah bertengkar dengannya”

124
Ana, terhenyak mendengar hal tersebut. “Mengapa aku tidak berpikir tentang
hal tersebut? Untuk semangkuk bakmi dari orang yang baru kukenal, aku
begitu berterima kasih, tetapi kepada ibuku yang memasak untukku selama
bertahun-tahun, aku bahkan tidak memperlihatkan kepedulianku kepadanya.
Dan hanya karena persoalan sepele, aku bertengkar dengannya.

Ana, segera menghabiskan bakminya, lalu ia menguatkan dirinya untuk segera


pulang ke rumahnya. Saat berjalan ke rumah, ia memikirkan kata-kata yang
harus diucapkan kepada ibunya. Begitu sampai di ambang pintu rumah, ia
melihat ibunya dengan wajah letih dan cemas. Ketika bertemu dengan Ana,
kalimat pertama yang keluar dari mulutnya adalah “Ana kau sudah pulang,
cepat masuklah, aku telah menyiapkan makan malam dan makanlah dahulu
sebelum kau tidur, makanan akan menjadi dingin jika kau tidak memakannya
sekarang”. Pada saat itu Ana tidak dapat menahan tangisnya dan ia menangis
dihadapan ibunya.

Sekali waktu, kita mungkin akan sangat berterima kasih kepada orang lain
disekitar kita untuk suatu pertolongan kecil yang diberikan kepada kita. Tetapi
kepada orang yang sangat dekat dengan kita (keluarga) khususnya orang tua
kita, kita harus ingat bahwa kita berterima kasih kepada mereka seumur hidup
Kita.

RENUNGAN:

BAGAIMANAPUN KITA TIDAK BOLEH MELUPAKAN JASA ORANG TUA KITA.


SERINGKALI KITA MENGANGGAP PENGORBANAN MEREKA MERUPAKAN
SUATU PROSES ALAMI YANG BIASA SAJA; TETAPI KASIH DAN KEPEDULIAN
ORANG TUA KITA ADALAH HADIAH PALING BERHARGA YANG DIBERIKAN
KEPADA KITA SEJAK KITA LAHIR. PIKIRKANLAH HAL ITU?? APAKAH KITA MAU
MENGHARGAI PENGORBANAN TANPA SYARAT DARI ORANG TUA KITA?

HAI ANAK-ANAK, TAATILAH ORANG TUAMU DALAM SEGALA HAL, KARENA


ITULAH YANG INDAH DI DALAM TUHAN.

125
Pribadi To Do, To Have, atau To Be?
“Kegembiraan terbesar dalam hidup adalah keyakinan bahwa kita dicintai.
Oleh karenanya, kita membagikan cinta bagi orang lain.” (Victor Hugo)

Tidak ada yang bisa menghentikan waktu. Ia terus maju. Umur terus
bertambah. Manusia pun mengalami babak-babak dalam hidupnya. Saat
masuk fase dewasa, orang memasuki tiga tahapan kehidupan.

Ada masa di mana orang terfokus untuk melakukan sesuatu (to do). Ada saat
memfokuskan diri untuk mengumpulkan (to have). Ada yang giat mencari
makna hidup (to be). Celakanya, tidak semua orang mampu melewati tiga
tahapan proses itu.

Fase pertama, fase to do. Pada fase ini, orang masih produktif. Orang bekerja
giat dengan seribu satu alasan. Tapi, banyak orang kecanduan kerja,
membanting tulang, sampai mengorbankan banyak hal, tetap tidak
menghasilkan buah yang lebih baik. Ini sangat menyedihkan. Orang dibekap
oleh kesibukan, tapi tidak ada kemajuan. Hal itu tergambar dalam cerita
singkat ini. Ada orang melihat sebuah sampan di tepi danau. Segera ia
meloncat dan mulailah mendayung. Ia terus mendayung dengan semangat.
Sampan memang bergerak. Tapi, tidak juga menjauh dari bibir danau. Orang
itu sadar, sampan itu masih terikat dengan tali di sebuah tiang.

Nah, kebanyakan dari kita, merasa sudah bekerja banyak. Tapi, ternyata tidak
produktif. Seorang kolega memutuskan keluar dari perusahaan. Ia mau
membangun bisnis sendiri. Dengan gembira, ia mempromosikan bisnisnya.
Kartu nama dan brosur disebar. Ia bertingkah sebagai orang sibuk.

Tapi, dua tahun berlalu, tapi bisnisnya belum menghasilkan apa-apa. Tentu,
kondisi ini sangat memprihatinkan. Jay Abraham, pakar motivasi bidang
keuangan dan marketing pernah berujar, “Banyak orang mengatakan
berbisnis. Tapi, tidak ada hasil apa pun. Itu bukanlah bisnis.” Marilah kita
menengok hidup kita sendiri. Apakah kita hanya sibuk dan bekerja giat, tapi
tanpa sadar kita tidak menghasilkan apa-apa?

Fase kedua, fase to have. Pada fase ini, orang mulai menghasilkan. Tapi, ada
bahaya, orang akan terjebak dalam kesibukan mengumpulkan harta benda
saja. Orang terobesesi mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya. Meski
hartanya segunung, tapi dia tidak mampu menikmati kehidupan. Matanya
126
telah tertutup materi dan lupa memandangi berbagai keindahan dan kejutan
dalam hidup. Lebih-lebih, memberikan secuil arti bagi hidup yang sudah
dijalani. Banyak orang masuk dalam fase ini.

Dunia senantiasa mengundang kita untuk memiliki banyak hal. Sentra-sentra


perbelanjaan yang mengepung dari berbagai arah telah memaksa kita untuk
mengkonsumsi banyak barang.

Bahkan, dunia menawarkan persepsi baru. Orang yang sukses adalah orang
yang mempunyai banyak hal. Tapi, persepsi keliru ini sering membuat orang
mengorbankan banyak hal. Entah itu perkawinan, keluarga, kesehatan,
maupun spiritual.

Secara psikologis, fase itu tidaklah buruk. Harga diri dan rasa kepuasan diri
bisa dibangun dengan prestasi-prestasi yang dimiliki. Namun, persoalan
terletak pada kelekatannya. Orang tidak lagi menjadi pribadi yang merdeka.

Seorang sahabat yang menjadi direktur produksi membeberkan kejujuran di


balik kesuksesannya. Ia meratapi relasi dengan kedua anaknya yang
memburuk. “Andai saja meja kerja saya ini mampu bercerita tentang betapa
banyak air mata yang menetes di sini, mungkin meja ini bisa bercerita tentang
kesepian batin saya…,” katanya.

Fase itu menjadi pembuktian jati diri kita. Kita perlu melewatinya. Tapi, ini
seperti minum air laut. Semakin banyak minum, semakin kita haus. Akhirnya,
kita terobsesi untuk minum lebih banyak lagi.

Fase ketiga, fase to be. Pada fase ini, orang tidak hanya bekerja dan
mengumpulkan, tapi juga memaknai. Orang terus mengasah kesadaran diri
untuk menjadi pribadi yang semakin baik. Seorang dokter berkisah. Ia
terobesesi menjadi kaya karena masa kecilnya cukup miskin. Saat umur
menyusuri senja, ia sudah memiliki semuanya. Ia ingin mesyukuri dan
memaknai semua itu dengan membuka banyak klinik dan posyandu di desa-
desa miskin.

Memaknai hidup
Ia memaknai hidupnya dengan menjadi makna bagi orang lain. Ada juga
seorang pebisnis besar dengan latar belakang pertanian hijrah ke desa untuk
memberdayakan para petani. Keduanya mengaku sangat menikmati
pilihannya itu.

127
Fase ini merupakan fase kita menjadi pribadi yang lebih bermakna. Kita
menjadi pribadi yang berharga bukan karena harta yang kita miliki, melainkan
apa yang bisa kita berikan bagi orang lain.

Hidup kita seperti roti. Roti akan berharga jika bisa kita bagikan bagi banyak
orang yang membutuhkan. John Maxwell dalam buku Success to Significant
mengatakan “Pertanyaan terpenting yang harus diajukan bukanlah apa yang
kuperoleh. Tapi, menjadi apakah aku ini?”

Nah, Mahatma Gandhi menjadi contoh konkret pribadi macam ini.


Sebenarnya, ia menjadi seorang pengacara sukses. Tapi, ia memilih
memperjuangkan seturut nuraninya. Ia menjadi pejuang kemanusiaan bagi
kaum papa India.

Nah, di fase manakah hidup kita sekarang? Marilah kita terobsesi bukan
dengan bekerja atau memiliki, tetapi menjadi pribadi yang lebih matang, lebih
bermakna dan berkontribusi!

Kita Adalah Apa Yang Kita Pikirkan


Seorang pemuda Indian bertanya kepada kakeknya mengapa dia mudah sekali
tersinggung, gampang marah, tdk tenang dan selalu punya prasangka buruk
terhadap orang lain. Dia ingin tahu cara mengubah perangainya…

Sang kakek berkata, bahwa dalam diri manusia ada dua ekor serigala. Serigala
yang satu selalu berpikiran negatif, mudah marah dan selalu punya prasangka

128
buruk. Sedang serigala yang lain selalu berpikiran positif, baik hati, dan suka
hidup damai. Setiap hari kedua serigala ini selalu berkelahi.

Lalu siapakah yang menang? tanya si pemuda. Yang menang adalah yg setiap
hari kau beri makan, kata sang kakek.

Earl Natinghle pernah menuliskan “KITA ADALAH APA YANG KITA PIKIRKAN”.
Kita akan menjadi seperti apa yang kita pikirkan mengenai diri kita. Mengapa
pikiran itu begitu dahsyat pengaruhnya. Ternyata pikiran-pikiran yang kita
masukkan dalam diri kita akan mempengaruhi perilaku kita sehari-hari, prilaku
akan membentuk watak, watak akan membentuk kebiasaan kita dan
kebiasaanlah yang akan menentukan nasib kita. Jika Anda sering membaca
buku-buku tentang motivasi, inti dari semua buku-buku tersebut adalah pada
bagaimana kita mengelola pemikiran kita. Begitu banyak istilah yang kita
dengar dari motivator-motivator handal, mulai dari Kekuatan Pikiran,
Kekuatan Kata-Kata, Psycho Cybernetic, The Secret, dsb. Jika Anda telah
membaca semua buku-buku tersebut, intinya hanya ada satu kata yaitu
PIKIRAN.

Untuk itu mulai hari ini awalilah hidup kita dengan memasukkan pikiran-
pikiran positif dalam diri kita juga pikiran-pikiran besar. Setiap pagi sebelum
memulai hari katakan pada diri kita “SAYA BISA,SAYA PASTI BISA…SAYA PASTI
BISA MELAKUKANNYA. TIDAK ADA HAMBATAN SEBESAR APAPUN YANG
DAPAT MENGHENTIKAN SAYA

Pelajaran berharga : Kentang


Seorang Ibu Guru taman kanak-kanak ( TK ) tersebut mengadakan ” permainan
“.

Ibu Guru menyuruh anak tiap-tiap muridnya membawa kantong plastik


ransparan 1 buah dan kentang. Masing-masing kentang tersebut di beri nama
ber dasarkan nama orang yang dibenci, sehingga jumlah kentangnya tidak

129
ditentukan berapa … tergantung
jumlah orang-orang yang dibenci.

Pada hari yang disepakati masing-masing murid membawa kentang dalam


kantong plastik. Ada yang berjumlah 2, ada yang 3 bahkan ada yang 5. Seperti
perintah guru mereka tiap-tiap kentang di beri nama sesuai nama orang yang
dibenci.

Murid-murid harus membawa kantong plastik berisi kentang tersebut kemana


saja mereka pergi, bahkan ke toilet sekalipun, selama 1 minggu. Hari berganti
hari, kentang-kentang pun mulai membusuk, murid-murid mulai mengeluh,
apalagi yang membawa 5 buah kentang, selain berat baunya juga tidak sedap.

Setelah 1 minggu murid-murid TK tersebut merasa lega karena penderitaan


mereka akan segera berakhir.

Ibu Guru : ” Bagaimana rasanya membawa kentang selama 1 minggu ?”

Keluarlah keluhan dari murid-murid TK tersebut, pada umumnya mereka tidak


merasa nyaman harus membawa kentang-kentang busuk tersebut ke mana
pun mereka pergi.

Guru pun menjelaskan apa arti dari ” permainan ” yang mereka lakukan.

Ibu Guru : ” Seperti itulah kebencian yang selalu kita bawa-bawa apabila kita
tidak bisa memaafkan orang lain. Sungguh sangat tidak menyenangkan
membawa kentang busuk kemana pun kita pergi. Itu hanya 1 minggu
bagaimana jika kita membawa kebencian itu seumur hidup ? Alangkah tidak
nyamannya …

Pencuri Kue
Seorang wanita sedang menunggu di bandara suatu malam. Masih ada
beberapa jam sebelum jadwal terbangnya tiba. Untuk membuang waktu,ia
membeli buku dan sekantong kue di toko bandara, lalu menemukan tempat
untuk duduk.

Sambil duduk wanita tersebut membaca buku yang baru saja dibelinya. Dalam
keasyikannya tersebut ia melihat lelaki di sebelahnya dengan begitu berani
mengambil satu atau dua dari kue yang berada diantara mereka berdua.
Wanita tersebut mencoba mengabaikan agar tidak terjadi keributan. Ia
130
membaca, mengunyah kue dan melihat jam. Sementara si Pencuri Kue yang
pemberani menghabiskan persediaannya.

Ia semakin kesal sementara menit-menit berlalu. Wanita itupun sempat


berpikir: “Kalau aku bukan orang baik sudah kutonjok dia!”. Setiap ia
mengambil satu kue, si lelaki juga mengambil satu.

Ketika hanya satu kue tersisa, ia bertanya-tanya apa yang akan dilakukan lelaki
itu. Dengan senyum tawa di wajahnya dan tawa gugup, si lelaki mengambil
kue terakhir dan membaginya dua. Si lelaki menawarkan separo miliknya
sementara ia makan yang separonya lagi. Si wanita pun merebut kue itu dan
berpikir “Ya ampun orang ini berani sekali”, dan ia juga kasar malah ia tidak
kelihatan berterima kasih. Belum pernah rasanya ia begitu kesal.

Ia menghela napas lega saat penerbangannya diumumkan, dan ia


mengumpulkan barang miliknya dan menuju pintu gerbang. Menolak untuk
menoleh pada si “Pencuri tak tahu terima kasih!”.

Ia naik pesawat dan duduk di kursinya, lalu mencari bukunya, yang hampir
selesai dibacanya. Saat ia merogoh tasnya, ia menahan napas dengan kaget.
Disitu ada kantong kuenya, di depan matanya. Koq milikku ada di sini erangnya
dengan patah hati. Jadi kue tadi adalah miliknya dan ia mencoba berbagi.
Terlambat untuk minta maaf, ia tersandar sedih.

Bahwa sesungguhnya dialah yang kasar, tak tahu terima kasih dan dialah
pencuri kue itu. Dalam hidup ini kisah pencuri kue seperti tadi sering terjadi.
Kita sering berprasangka dan melihat orang lain dengan kacamata kita sendiri
serta tak jarang kita berprasangka buruk terhadapnya.

Orang lainlah yang selalu salah, orang lainlah yang patut disingkirkan, orang
lainlah yang tak tahu diri, orang lainlah yang berdosa, orang lainlah yang selalu
bikin masalah, orang lainlah yang pantas diberi pelajaran.

Padahal kita sendiri yang mencuri kue tadi, padahal kita sendiri yang tidak
tahu terima kasih.Kita sering mempengaruhi, mengomentari,mencemooh
pendapat, penilaian atau gagasan orang lain sementara sebetulnya kita tidak
tahu betul permasalahannya.

131
Kisah Sebuah Jam
Alkisah, seorang pembuat jam tangan berkata kepada jam yang sedang
dibuatnya. “Hai jam, apakah kamu sanggup untuk berdetak paling tidak
31,104,000 kali selama setahun?” “Ha?,” kata jam terperanjat, “Mana sanggup
saya?”

“Bagaimana kalau 86,400 kali dalam sehari?” “Delapan puluh enam ribu empat
ratus kali? Dengan jarum yang ramping-ramping seperti ini?” jawab jam penuh
keraguan.

“Bagaimana kalau 3,600 kali dalam satu jam?” “Dalam satu jam harus
berdetak 3,600 kali? Banyak sekali itu” tetap saja jam ragu-ragu dengan
kemampuan dirinya.

Tukang jam itu dengan penuh kesabaran kemudian bicara kepada si jam.
“Kalau begitu, sanggupkah kamu berdetak satu kali setiap detik?” “Naaaa,
kalau begitu, aku sanggup!” kata jam dengan penuh antusias.

132
Maka, setelah selesai dibuat, jam itu berdetak satu kali setiap detik. Tanpa
terasa, detik demi detik terus berlalu dan jam itu sungguh luar biasa karena
ternyata selama satu tahun penuh dia telah berdetak tanpa henti. Dan itu
berarti ia telah berdetak sebanyak 31,104,000 kali.

Renungan :
Ada kalanya kita ragu-ragu dengan segala tugas pekerjaan yang begitu terasa
berat. Namun sebenarnya kalau kita sudah menjalankannya, kita ternyata
mampu. Bahkan yang semula kita anggap impossible untuk dilakukan
sekalipun.

Jangan berkata “tidak” sebelum Anda pernah mencobanya.

Keledai di dalam Sumur


Suatu hari keledai milik seorang petani jatuh ke dalam sumur. Hewan itu
menangis dengan memilukan selama berjam-jam semetara si petani
memikirkan apa yang harus dilakukannya.

Akhirnya, Ia memutuskan bahwa hewan itu sudah tua dan sumur juga perlu
ditimbun (ditutup – karena berbahaya);jadi tidak berguna untuk menolong si
keledai. Dan ia mengajak tetangga-tetangganya untuk datang membantunya.
Mereka membawa sekop dan mulai menyekop tanah ke dalam sumur.

Pada mulanya, ketika si keledai menyadari apa yang sedang terjadi, ia


menangis penuh kengerian.Tetapi kemudian, semua orang takjub, karena si
keledai menjadi diam. Setelah beberapa sekop tanah lagi dituangkan ke dalam
sumur, si petani melihat ke dalam sumur dan tercengang karena apa yang
dilihatnya.

Walaupun punggungnya terus ditimpa oleh bersekop-sekop tanah dan


kotoran, si keledai melakukan sesuatu yang menakjubkan. Ia mengguncang-

133
guncangkan badannya agar tanah yang menimpa punggungnya turun ke
bawah, lalu menaiki tanah itu.

Sementara tetangga-tetangga si petani terus menuangkan tanah kotor ke atas


punggung hewan itu, si keledai terus juga menguncangkan badannya dan
melangkah naik. Segera saja, semua orang terpesona ketika si keledai
meloncati tepi sumur dan melarikan diri !

Kehidupan terus saja menuangkan tanah dan kotoran kepadamu, segala


macam tanah dan kotoran. Cara untuk keluar dari ‘sumur’ (kesedihan,
masalah,dsb) adalah dengan menguncangkan segala tanah dan kotoran dari
diri kita (pikiran, dan hati kita) dan melangkah naik dari ‘sumur’ dengan
menggunakan hal-hal tersebut sebagai pijakan.

Setiap masalah-masalah kita merupakan satu batu pijakan untuk melangkah.


Kita dapat keluar dari ‘sumur’ yang terdalam dengan terus berjuang,jangan
pernah menyerah !

Ingatlah aturan sederhana tentang Kebahagiaan :


1. Bebaskan dirimu dari kebencian
2. Bebaskanlah pikiranmu dari kecemasan
3. Hiduplah sederhana
4. Berilah lebih banyak
5. Tersenyumlah
6. Miliki teman yang bisa membuat engkau tersenyum

134
Harimau dan Serigala
Di sebuah hutan, tinggallah seekor serigala pincang. Hewan itu hidup bersama
seekor harimau yang besar berbadan coklat keemasan. Luka yang di derita
serigala, terjadi ketika ia berusaha menolong harimau yang di kejar pemburu.
Sang serigala berusaha menyelamatkan kawannya. Namun sayang, sebuah
panah yang telah di bidik malah mengenai kaki belakangnya. Kini, hewan
bermata liar itu tak bisa berburu lagi bersama harimau, dan tinggal di sebuah
gua, jauh dari perkampungan penduduk.

Sang harimau pun tahu bagaimana membalas budi. Setiap selesai berburu, di
mulutnya selalu tersisa sepotong daging untuk dibawa pulang. Walaupun
sedikit, sang serigala selalu mendapat bagian daging hewan buruan. Sang
harimau paham, bahwa tanpa bantuan sang kawan, ia pasti sudah mati
terpanah si pemburu. Sebagai balasannya, sang serigala selalu berusaha
menjaga keluarga sang harimau dari gangguan hewan-hewan lainnya.
Lolongan serigala selalu tampak mengerikan bagi siapapun yang mendengar.
Walaupun sebenarnya ia tak bisa berjalan dan hanya duduk teronggok di
pojok gua.

135
Rupanya, peristiwa itu telah sampai pula ke telinga seorang pertapa. Sang
pertapa, tergerak hatinya untuk datang, bersama beberapa orang muridnya. Ia
ingin memberikan pelajaran tentang berbagi dan persahabatan, kepada anak
didiknya. Ia juga ingin menguji keberanian mereka, sebelum mereka dapat
lulus dari semua pelajaran yang diberikan olehnya. Pada awalnya banyak yang
takut, namun setelah di tantang, mereka semua mau untuk ikut.

Di pagi hari, berangkatlah mereka semua. Semuanya tampak beriringan,


dipandu sang pertapa yang berjalan di depan rombongan. Setelah seharian
berjalan, sampailah mereka di mulut gua, tempat sang harimau dan serigala
itu menetap. Kebetulan, sang harimau baru saja pulang dari berburu, dan
sedang memberikan sebongkah daging kepada serigala. Melihat kejadian itu,
sang pertapa bertanya bertanya kepada murid-muridnya, “Pelajaran apa yang
dapat kalian lihat dari sana..?”.

Seorang murid tampak angkat bicara, “Guru, aku melihat kekuasaan dan
kebaikan Tuhan. Tuhan pasti akan memenuhi kebutuhan setiap hamba-Nya.
Karena itu, lebih baik aku berdiam saja, karena toh Tuhan akan selalu
memberikan rezekinya kepada ku lewat berbagai cara.” Sang pertapa tampak
tersenyum. Sang murid melanjutkan ucapannya, “Lihatlah serigala itu. Tanpa
bersusah payah, dia bisa tetap hidup, dan mendapat makanan.” Selesai bicara,
murid itu kini memandang sang guru. Ia menanti jawaban darinya. “Ya, kamu
tidak salah. Kamu memang memperhatikan, tapi sesungguhnya kamu buta.
Walaupun mata lahirmu bisa melihat, tapi mata batinmu lumpuh. Berhentilah
berharap menjadi serigala, dan mulailah berlaku seperti harimau.”

Adalah benar bahwa Tuhan ciptakan ikan kepada umat manusia. Adalah benar
pula, Tuhan menghamparkan gandum di tanah-tanah petani. Tapi apakah
Tuhan ciptakan ikan-ikan itu dalam kaleng-kaleng sardin? Atau, adakah Dia
berikan kepada kita gandum-gandum itu hadir dalam bentuk seplastik roti
manis? Saya percaya, ikan-ikan itu dihadirkan kepada kita lewat peluh dan
kerja keras dari nelayan. Saya juga pun percaya, bahwa gandum-gandum
terhidang di meja makan kita, lewat usaha dari para petani, dan kepandaian
mereka mengolah alat panggang roti.

Begitulah, acapkali memang dalam kehidupan kita, ada fragmen tentang


serigala yang lumpuh dan harimau yang ingin membalas budi. Memang tak
salah jika disana kita akan dapat menyaksikan kebesaran dan kasih sayang dari
Tuhan. Dari sana pula kita akan mendapatkan pelajaran tentang persahabatan
dan kerjasama. Namun, ada satu hal kecil yang patut diingat disana, bahwa:
136
berbagi, menolong, membantu sudah selayaknya menjadi prioritas dalam
kehidupan kita. Bukan karena hal itu adalah suatu keterpaksaan, bukan pula
karena di dorong rasa kasihan dan ingin membalas budi.

Berbagi dan menolong, memang sepatutnya mengalir dalam darah kita.


Disana akan ditemukan nilai-nilai dan percikan cahaya Tuhan. Sebab disana,
akan terpantul bahwa kebesaran Tuhan hadir dalam tindak dan perilaku yang
kita lakukan. Di dalam berbagi akan bersemayan keluhuran budi, keindahan
hati dan keagungan kalbu. Teman, jika kita bisa memilih, berhentilah berharap
menjadi serigala lumpuh, dan mulailah meniru teladan harimau.

‘Telur Emas’ dari Diri dan Keluarga


Sebuah dongeng rakyat yang sampai sekarang masih cukup terkenal, dan
sampai sekarang tetap saya ingat karena telah memberikan inspirasi yang
mendalam bagi saya. Dikisahkan seorang peternak angsa, memiliki begitu
banyak angsadi peternakannya. Sang peternak adalah seorang yang rajin
memelihara angsa-angsanya, hanya saja karena pengelolaan peternakannya
yang sederhana dan tidak pernah diupayakan untuk ditingkatkan, maka hasil
telur dari angsa-angsa ini selalu begitu-begitu saja tidak pernah memberikan
peningkatan penghasilan bagi sang peternak.

Suatu pagi, seperti biasa sang peternak bangun dari tidurnya dan bergegas
menuju kandang-kandang angsanya untuk segera mengumpulkan telur-telur
yang dihasilkan si angsa hari itu. Betapa terkejutnya sang peternak ketika
mendapati sebuah telur berwarna kuning keemasan dari seekor angsa tua di
kandang paling ujung.

“Siapa yang pagi-pagi telah berusaha mempedayai saya.”, gumamnya dalam


hati sambil memungut telur keemasan tadi. “Mungkinkah ini sebuah telur dari
emas”, pikirnya kemudian.

Lama dia berpikir me-logika terhadap apa yang terjadi dengannya pagi itu,
sambil terus memandangi telur keemasan digenggamannya. Merasakan
beratnya, mengetuk-ngetukkannya pada batu, menggores-goreskannya,
sampai pada suatu keyakinan dalam hati pak peternak bahwa dia harus
bergegas memastikan benda apa itu.

Bergegas dia menuju ke tempat ahli logam tak jauh dari rumahnya, yang
kemudian dia meminta sang ahli logam untuk menganalisa benda apakah yang
137
dia temukan pagi itu. Sang ahli logam mengambil lup-nya, yang kemudian
mencermati telur keemasan yang diterimanya.

Beberapa saat kemudian dia memandangi si peternak, sambil menyerahkan


telur tersebut dan berkata, “Ini adalah emas murni 24 karat berbentuk bulat
telur dengan berat hampir satu kilogram..!”.

Setengah tak percaya si peternak kemudian meminta sang ahli logam untuk
menukar telur emas tersebut dengan uang sesuai dengan taksiran harganya.

Segepok uang yang diterimanya kemudian segera dibelanjakan segala barang


yang dia impikan selama ini untuk dimiliki dari pakaian-pakaian yang bagus
dan mahal, perabot-perabot mahal, dan sebagainya.

Esok harinya, karena masih banyak sisa uang untuk hidupnya hari itu, dengan
langkah malas dia menuju ke kandang angsanya untuk memunguti telur-telur
hasil pada hari itu. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa kejadian telur
emas kemarin hari akan berulang lagi pada hari itu. Dan benar dia kembali
menemukan telur emas pada angsa yang sama. Bergegas dia berlari menuju
kota untuk kembali menjual telur tersebut.

Esok paginya setelah bangun pagi, dengan berharap-harap cemas dia kembali
menuju angsa tua petelur emas. Dan benar! Kembali sang angsa
mempersembahkan satu telur emas kepada sang peternak.

Hal yang sama terjadi esok paginya, esok paginya, dan seterusnya, sehingga
membuat si peternak menjadi rajin bangun pagi-pagi sekali untuk sekedar
segera mendapat telur emas dari angsa tua itu.

Dalam waktu singkat, kehidupan si peternak pun berubah. Si angsa tua juga
sudah diberi tempat khusus di sebelah kamar tidur si peternak agar telur emas
hasil si angsa tua tiap pagi tidak dicuri orang dan dengan mudah dapat segera
diambil oleh sang peternak untuk dijual. Rumahnya kini telah berubah menjadi
begitu mewah. Lama kelamaan timbulah sifat tamak dari si peternak.

“Mengapa saya harus menunggu satu butir telur emas setiap harinya dari si
angsa tua”, pikirnya.., ..betapa bodohnya saya.”. “Isi perut angsa tua itu
pastilah penuh dengan emas,.kenapa tidak sekarang saja saya ambil
semuanya, sehingga saya tidak perlu susah-susah menunggu tiap pagi, serta
dalam sekali waktu saya sudah bisa dapatkan semua.”, begitulah pikir sang
peternak.
138
Diambilnya parang besar miliknya, dan dalam sekejap dibelahlah dada si angsa
tua. Tapi apa yang terjadi? Tak ada secuil pun telur emas di dalam perut si
angsa tua. Dan yang lebih buruk, si angsa tua saat itu juga mati digenggaman
sang peternak. Telur emas tiap pagi pun tinggal kenangan.

Cerita ini terkenal dengan sebutan Aesop’s fable dengan judul `The goose and
the golden eggs’. Mengapa cerita ini begitu menarik bagi saya? Seseorang
yang telah menginjak dewasa dan mulai harus menghidupi dirinya tentunya
mulai sadar bahwa dia harus memiliki `sesuatu’ yang bisa dijadikan semacam
modal agar dia bisa selalu terus menerus menghasilkan *sesuatu* yang
bisa menghidupi dirinya. Apalagi kalau orang tersebut sudah memutuskan
untuk
membangun sebuah rumah tangga.

`Sesuatu’ (dengan tanda kutip) yang saya maksud bisa berupa keahlian,
kepandaian, pengetahuan, ketrampilan, ketekunan,keberanian, dsb. Sedang
sesuatu (dengan huruf tebal) di atas adalah bisa berupa uang, penghargaan,
pengakuan, kesempatan, dsb.

Sesuatu (dengan huruf tebal) tadi adalah sebuah `telur emas’ bagi kita. Ketika
kita mulai menekuni sebuah profesi, ketika kita mulai merintis sebuah usaha,
ketika kita mulai meniti karir, hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi
tahun, sedikit demi sedikit akan muncul `telur emas-telur emas’bagi kita.

Lalu dimanakah letak angsanya? Tak lain adalah `Sesuatu’ (dengan tanda
kutip) yang saya sebutkan di atas. `Sesuatu’ yang semua itu bermuara kepada
diri kita, baik badan kita secara fisik, pemikiran kita, serta jiwa, emosi dan
rohani kita. Dan bila dikembangkan, keluarga adalah juga merupakan bagian
dari `angsa’ kita, baik itu manusianya, suasananya, semangatnya,
kebersamaannya, rasa cita kasihnya, keteduhannya dan semua hal yang bisa
memastikan bahwa kita bisa akan selalu menghasilkan `telur emas’, hari demi
hari, sedikit demi sedikit.

Kisah fabel yang saya ceritakan diatas sepertinya bisa terlihat sebagai kisah
yang terlalu ekstrim. Tapi bila kita mau berkaca pada kehidupan di sekitar kita,
kita mungkin akan sadar bahwa perumpamaan sang peternak membelah dada
angsa untuk segera memperoleh semua telur emas sekaligus dalam sekejap
ternyata banyak terjadi di sekitar kita.

139
Kita lihat di sekitar kita bagaimana sesorang yang ingin mengejar karir sampai
ke puncak dengan segera, justru mengabaikan kesehatan dirinya sendiri, pola
makannya, jam istirahatnya. Tak lain dia pelan-pelan membelah dada
angsanya sendiri.

Masih banyak diantara kita, dalam menjalankan profesinya, atau dalam


melakukan usahanya, ingin mendapatkan keuntungan yang berlipat dalam
sekejap. Sehingga sampai lupa waktu mengabaikan saat-saat istri dan anak-
anaknya membutuhkan sebuah kebersamaan dengannya. Tanpa dia sadari,
dalam mencoba dia mendapatkan telur emas, justru dia berusaha
`membunuh’ si angsa.

Bisa jadi kita sebagai manusia yang memiliki keahlian, ketrampilan,


pengetahuan, semangat, keberanian adalah manusia-manusia yang akan
selalu menghasilkan telur emas-telur emas setiap harinya. Dan hari demi hari
kita selalu bangga akan telur emas yang kita hasilkan. Tapi yakinkah kita akan
selalu ada telur emas ketika kita justru mulai tidak begitu
menghiraukan angsa-angsa kita. Ketika kita lupa untuk memperhatikan
kesehatan fisik diri kita, ketika kita mulai mengabaikan kesehatan rohani kita,
ketika kita melalaikan sumber daya manusia di keluarga kita.

Itulah yang saya selalu coba untuk mengingatkan diri saya, bahwa untuk
menjamin selalu adanya telur emas, begitu penting usaha untuk
memberdayakan diri dan keluarga kita.

Sumber: ‘Telur Emas’ dari Diri dan Keluarga oleh Pitoyo Amrih

Segala Sesuatu Yang Berputar Selalu Berputar


Bryan hampir saja tidak melihat wanita tua yang berdiri dipinggir jalan itu,
tetapi dalam cahaya berkabut ia dapat melihat bahwa wanita tua itu
membutuhkan pertolongan. Lalu ia menghentikan mobil Pontiacnya di depan
mobil Mecedes wanita tua itu, lalu ia keluar dan menghampirinya.
140
Walaupun dengan wajah tersenyum wanita itu tetap merasa khawatir, karena
setelah menunggu beberapa jam tidak ada seorang pun yang menolongnya.

Apakah lelaki itu bermaksud menyakitinya?

Lelaki tersebut penampilanya tidak terlalu baik, ia kelihatan begitu


memprihatinkan. Wanita itu dapat merasakan kalau dirinya begitu ketakutan,
berdiri sendirian dalam cuaca yang begitu dingin, sepertinya lelaki tersebut tau
apa yang ia pikirkan. Lelaki itu berkata ” saya kemari untuk membantu anda
bu, kenapa anda tidak menunggu didalam mobil bukankah disana lebih
hangat? oh ya nama saya Bryan.

Bryan masuk kedalam kolong mobil wanita itu untuk memperbaiki yang rusak.

Akhirnya ia selesai, tetapi dia kelihatan begitu kotor dan lelah, wanita itu
membuka kaca jendela mobilnya dan berbicara kepadanya, ia berkata bahwa
ia dari st louis dan kebetulan lewat jalan ini. Dia merasa tidak cukup kalau
hanya mengucapkan terima kasih atas bantuan yang telah diberikan.

Wanita itu berkata berapa yang harus ia bayar, berapapun jumlahnya yang ia
minta tidak menjadi masalah, karena ia membayangkan apa yang akan terjadi
jika lelaki tersebut tidak menolongnya. Bryan hanya tersenyum.

Bryan tidak mengatakan berapa jumlah yang harus dibayar, karena baginya
menolong orang bukanlah suatu pekerjaan. Ia yakin apabila menolong
seseorang yang membutuhkan pertolongan tanpa suatu imbalan suatu hari
nanti Tuhan pasti akan membalas amal perbuatanya.

Ia berkata kepada wanita itu ” Bila ia benar-benar ingin membalas jasanya,


maka apabila suatu saat nanti apabila ia melihat seseorang yang
membutuhkan pertolongan maka tolonglah orang tersebut “…dan ingatlah
pada saya”.

Bryan menunggu sampai wanita itu menstater mobilnya dan menghilang dari
pandangan.

Setelah berjalan beberapa mil wanita itu melihat kafe kecil, lalu ia mampir
kesana untuk makan dan beristirahat sebentar. Pelayan datang dan
memberikan handuk bersih untuk mengeringkan rambutnya yang basah.
Wanita itu memperhatikan sang pelayan yang sedang hamil, dan masih begitu
muda. Lalu ia teringat kepada Bryan
141
Setelah wanita itu selesai makan dan, sang pelayan sedang mengambil
kembalian untuknya, wanita itu pergi keluar secara diam-diam.

Setelah kepergiannya sang pelayan kembali, pelayan itu bingung kemana


wanita itu pergi, lalu ia menemukan secarik kertas diatas meja dan uang
$1000. Ia begitu terharu setelah membaca apa yang ditulis oleh wanita itu:
“Kamu tidak berhutang apapun pada saya karena seseorang telah menolong
saya, oleh karena itulah saya menolong kamu, maka inilah yang harus kamu
lakukan:

“Jangan pernah berhenti untuk memberikan cinta dan kasih sayang”.

Malam ketika ia pulang dan pergi tidur, ia berfikir mengenai uang dan apa
yang di tulis oleh wanita itu.

Bagaimana wanita itu bisa tahu kalau ia dan suaminya sangat membutuhkan
uang untuk menanti kelahiran bayinya?

Ia tau bagaimana suaminya sangat risau mengenai hal ini, lalu ia memeluk
suaminya yang terbaring disebelahnya dan memberikan ciuman yang lembut
sambil berbisik :”semuanya akan baik-baik saja, I Love You Bryan”

“Segala sesuatu yang berputar akan selalu berputar”, therefore, don’t ever to
stop to do good things in your life..

Anak Yang Istimewa


Kata ayahku, aku Anak Yang Sangat Istimewa.

Benarkah Begitu ? Kata Ani, … Anak Yang Sangat Istimewa pasti punya rambut
ikal panjang yang indah, seperti dirinya. Aku tidak punya.

Kata Titin,…. Anak Yang Sangat Istimewa harus punya gigi putih yang bagus
dan rata, seperti dirinya. Aku tidak punya.

Kata Ika,…. Anak yang sangat Istimewa tidak boleh ada bintik-bintik coklat dan
berjerawat diwajahnya. Aku punya.

Kata Didik,…. Anak Yang Sangat Istimewa adalah anak yang paling pinter di
kelasnya. Aku tidak begitu.

142
Kata Stephen,…. Anak Yang Sangat Istimewa harus bisa menceritakan lelucon-
lelucon paling lucu di sekolah. Aku tidak bisa.

Kata Lauren, Anak Yang Sangat Istimewa mesti tinggal dilingkungan paling
keren di kota, di rumah yang bagus. Aku tidak.

Kata Emed, Anak Yang Sangat Istimewa mesti memakai pakaian paling bagus
dan sepatu paling oke. Aku tidak.

Kata Samanta, Anak Yang Sangat Istimewa adalah anak yang berasal dari
keluarga yang sempurna. Aku tidak.

Tapi Setiap malam menjelang tidur, Ayahku selalu memberiku pelukan dan
berkata : ANAKKU, KAU SANGAT ISTIMEWA, DAN AKU SANGAT SAYANG
PADAMU… Ayahku pasti lebih bijak daripada teman-temanku.

Raja dan Laba-Laba


Dahulu kala di negeri Skonlandia, ada seorang raja bernama Bruce.

Dia sudah enam kali memimpin pasukannya menuju medan perang melawan
sang agresor dari England, namun selama enam kali pertempuran itu,
pasukannya selalu babak belur dihajar oleh musuh, hingga terpaksa
mengalami kekalahan dan melarikan diri ke hutan.

Akhirnya, dia sendiri juga bersembunyi di sebuah gubuk kosong di dalam


hutan belantara.

Suatu hari, hujan turun dengan derasnya, air hujan menerobos dari atap
rumah yang bocor mengenai muka Bruce, sehingga dia terbangun dari

143
tidurnya. Sesaat dia merenungi nasibnya yang malang karena tidak dapat
mengalahkan musuh, walaupun dia telah mengerahkan segala daya upaya.

Semakin dia memikirkan hal ini, hatinya semakin pedih dan hampir putus asa.

Pada saat itu, mata Bruce menatap ke atas balok kayu yang melintang diatas
kepalanya, disana ada seekor laba-laba sedang merajut sarangnya.

Dia dengan seksama memperhatikan gerak gerik laba-laba tersebut,


dihitungnya usaha si laba-laba yang telah enam kali berturut-turut berusaha
sekuat tenaga mencoba mengaitkan salah satu ujung benang ke balok kayu
yang berada di seberangnya, namun akhirnya gagal juga.

“Sungguh kasihan makhluk kecil ini.”

kata Bruce, “Seharusnya kau menyerah saja!”

Namun, sungguh diluar dugaan Bruce, walaupun telah enam kali si laba-laba
gagal mengaitkan ujung benangnya, dia tidak lantas putus asa dan berhenti
berusaha, dia coba lagi untuk yang ke tujuh kalinya, dan kali ini dia berhasil.
Melihat ini semua, Bruce sungguh merasa kagum dan lupa pada nasib yang
menimpa dirinya.

Bruce akhirnya berdiri dan menghela napas panjang, lalu dengan lantang dia
berteriak: “Aku juga akan bertempur lagi untuk yang ketujuh kalinya!”

Bruce akhirnya benar-benar mendapatkan semangatnya kembali, ia segera


mengumpulkan dan melatih lagi sisa-sisa pasukannya, lalu mengatur strategi
dan menggempur lagi pertahanan musuh, dengan susah payah dan
perjuangan yang tak kenal menyerah, akhirnya Bruce berhasil mengusir
pasukan musuh dan merebut kembali tanah airnya.

144
Kisah Renungan “Kisah Si Dewi Kecil”

Seorang gadis kecil bernama Dewi…4 tahun usianya. Hari itu diantar oleh
ibundanya masuk sekolah Taman Kanak-kanak. Betapa bahagia hati Dewi,
dengan langkah pasti dan berseragam lengkap, terbayang dibenaknya dia akan
banyak teman, bisa bermain, saling berbagi, dan bergembira di lingkungan
barunya. Hati sang Bunda pun juga bahagia mengantar putri satu2nya tercinta,
ke dunia baru sang putri untuk meraih masa depan.

Keduanya bergandeng tangan melangkah pintu gerbang sekolah dan disambut


para guru TK dengan sapaan ramah. Sang ibu memperkenalkan putrinya
kepada seluruh guru2 di sekolah tersebut dengan penuh asih mereka
menyambut Dewi sebagai murid spesial-nya. Murid spesial, karena Dewi
adalah satu2-nya murid yang cacat. Sejak lahir Dewi hanya bertangan satu,
tangan kanannya cacat, dan hanya tumbuh kecil bagai seonggok daging.

Dewi-pun dibimbing masuk ke kelas bersama teman-temannya yang lain


sementara puluhan mata memandang dengan heran, sinis dan cibiran. Teman-

145
teman kecilnya dengan polos menertawakan dirinya karena berbeda dengan
yang lain. Sungguh rasanya Dewi ingin menahan tangis dan sakit hatinya
ditertawakan teman-temannya.

Tidak kuasa membendung rasa malu dan air matanya, Dewi-pun berlari keluar
ruangan dan menemui Bundanya, “….Bunda kita pulang saja…. Dewi tidak mau
sekolah!!!…”

Sungguh kaget sang Bunda mendengar ucapan Dewi. Beberapa saat yang lalu
putri tercintanya begitu bahagia, tapi sekejap telah berubah bagai awan
mendung hitam. Sang Bunda pun segera membimbing Dewi pulang ke rumah.
Sesampai di rumah Bunda dan Dewi terduduk dalam diam. Tidak tahu harus
bagaimana memulai kalimat, Sang bunda pun kebingungan harus bagaimana
membujuk sang bidadarinya untuk ceria dan bersemangat sekolah kembali.

Dalam kesunyian, bidadari kecil itu dalam tangisnya mulai memecah


keheningan, “Bunda, mengapa Dewi hanya punya tangan satu? Sementara
teman-teman Dewi yang lain punya dua tangan? Mengapa Tuhan nggak adil
Bunda??? Pedih sekali sang Bunda mendengar pertanyaan malaikat kecilnya
itu. Sesak nafas sang Bunda, ingin dia menangis di depan putri satu-satunya
itu.

Sambil menata hati dan perasaannya sang bunda mendekat pada Dewi dan
ilham terbit di benaknya. Dipeluknya dan dihapus air mata bidadari kecilnya
seraya berbisik, “Sayangku, Tuhan Maha Adil. Tuhan teramat sayang sama
Dewi. Sungguh Tuhan amat mencintaimu Nak. SEBENARNYA-LAH TUHAN
MENYIMPAN SATU TANGANMU DI SURGA. Dia menjaga tanganmu disana
dengan keindahanNya. Menjaga tanganmu dari dosa dan maksiat. Suatu saat
kita kembali kepada-Nya pasti akan dikembalikan pada tubuhmu sayang.
Putriku, tanganmu akan menyambut dirimu dengan bahagia jika dirimu selalu
berbuat baik di dunia dan mematuhi perintah Tuhan……”

Hening sesaat, di wajah bidadari kecil itu pun mulai tersungging senyuman dan
berkata, “Benarkah itu Bunda? Berarti Dewi tetap punya dua tangan ya?”

Jawab sang bunda, “Iya sayang, kamu tetap punya dua tangan dan kamu harus
sabar menjemput tanganmu di sorga”.

Mendung di wajah bidadari kecil itupun lenyap dan berganti mentari ceria
kembali…..

146
Bocah Pembeli Es Krim
Suatu hari, seorang bocah laki-laki berumur 10 tahun mendatangi kedai kopi
sebuah hotel dan duduk di satu meja. Seorang pelayan menaruh segelas air di
depannya.

“Berapa harga es krim sundae?” tanya bocah itu.

“Rp.15.000,” jawab si pelayan.

Bocah itu mengeluarkan beberapa lembar uang dari kantong celananya dan
menghitungnya. “Hmmm… Kalau es krim yang biasa berapa?” tanyanya lagi.

Saat itu, sudah banyak pelanggan yang menunggu untuk dilayani. Dan si
pelayan menjadi tidak sabar. “Rp.10.000 ,” jawabnya dengan kasar.

Bocah itu menghitung uangnya sekali lagi dengan hati-hati. “Aku pesan yang
biasa saja,” lanjutnya.

Tak lama kemudian, si pelayan membawa pesanan bocah itu dan menaruh
bonnya di meja, lalu dia pergi. Setelah menghabiskan es krimnya, ia membayar
ke kasir dan pergi. Ketika si pelayan hendak membersihkan meja yang tadi
dipakai bocah itu, ia kaget dan mulai menangis. Di samping piring tempat es
krim terselip dua uang kertas bernilai 2000 an dan lima koin bernilai Rp.200.

147
Inilah alasannya bocah tadi tidak jadi memesan es krim sundae karena ia ingin
memberikan uang tips yang layak kepada si pelayan.

Bukankah kita sering kali bersikap seperti pelayan tadi? Selalu cepat
menghakimi orang lain. Selalu melihat suatu keadaan atau kejadian dari satu
sisi saja. Sesuatu yang tampak tidak baik di satu sisi belum tentu tidak baik
juga di sisi yang lain.

Seperti pada cerita di atas, tindakan si bocah yang membuat si pelayan jengkel
ternyata berujung pada maksud dan niat yang baik. Dan, sayangnya, si pelayan
terlambat menyadarinya. Nah, sebelum kita mengalami hal yang sama seperti
pelayan tadi, mari belajar untuk memahami suatu kejadian atau seseorang
dari berbagai sisi, sehingga kita bisa mengambil tindakan atau mengeluarkan
perkataan yang tidak akan kita sesali di kemudian hari.

Makna Memberi Dari Sepasang Sarung Tangan


Memberi adalah soal niat dan tindakan, bukan karena kuantitas.

Bukan karena memiliki sesuatu yang berlebihan, yang tidak mampu dihabiskan
sendirian maka kita memberikannya pada orang lain.

Bukan pula karena kita tidak lagi membutuhkan barang itu, atau tidak
menyukainya sehingga barang itu diberikan ke orang lain.

Kimberly Harding selalu menyediakan uang $3 di dalam mobil dan juga dalam
kantong bajunya untuk diberikan pada peminta-peminta yang datang padanya
dan meminta sedikit belas kasihan.

Tiga dolar adalah jumlah yang tidak seberapa, namun bagi para homeless yang
mengira hanya akan mendapatkan 25 sen, uang sejumlah itu cukup banyak.

Ditambah dengan jawaban yang riang dan sesekali pelukan dari Kimberly,
mereka sangat senang dengan uang yang bagi banyak orang tidak seberapa
itu. Selain menyediakan uang pecahan kecil, Kimberly juga selalu membawa
barang-barang yang mungkin akan mereka perlukan.

Di negeri empat musim, hangatnya matahari hanya bisa dirasakan di bulan-


bulan tertentu dalam satu tahun.

148
Sisanya, adalah udara dingin dan kadang-kadang hujan yang tidak ramah bagi
kaum homeless ini.

Maka Kimberly membawa juga topi, kaos kaki, sarung tangan dan payung, juga
sepaket kebutuhan pribadi seperti sikat gigi, pasta gigi, sisir, band-aids, aspirin
dan juga makanan instan yang bisa disimpan dan digunakan kapan saja.

Barang-barang itu dibawa dan disediakan Kimberly seperti memenuhi


kebutuhannya sendiri. Sudah menjadi kebiasaan baginya untuk selalu
menyediakan barang-barang tersebut. Suatu kali, Kimberly dikejutkan oleh
seorang wanita muda.

Saat itu udara mulai dingin, dan Kimberly memberikan uang 3 dollar dan
sebuah topi pada wanita itu untuk menghangatkan kepalanya.

Kimberly sendiri tidak mengenakan sarung tangan karena merasa udara belum
cukup dingin. Biasanya, orang yang diberi uang oleh Kimberly langsung
mengatakan terima kasih dan beranjak pergi, atau tersenyum riang saja; tapi
wanita ini bergegas ke kantong bawaannya dan meminta Kimberly untuk
menunggu.

Dia kembali lagi dengan sepasang sarung tangan cadangan miliknya dan
memberikan sarung tangan itu pada Kimberly.

Tentu saja wanita ini lebih membutuhkan sarung tangan itu. Bagaimana jika
sarung tangan yang dipakainya basah dan dia harus mengganti sarung
tangannya? Namun inilah makna 'memberi' yang sesungguhnya. Memberi
bukan menyingkirkan barang yang tidak kita senangi, bukan menghibahkan
barang yang tidak kita pakai (atau malah barang yang sudah rusak!) pada
orang lain; memberi adalah niatan dari hati kita untuk membuat orang lain
lebih nyaman dan lebih baik. Kimberly menyimpan sarung tangan itu, dan
menjadikannya berkat bagi kaum papa lainnya ketika dia bertemu seseorang
yang juga membutuhkan sarung tangan.

Demikian rantai kasih sebenarnya tidak berhenti hanya karena Anda tidak
mampu atau tidak berkecukupan, selama ada cinta, niatan dan tindakan untuk
membuat orang lain lebih bahagia, Anda selalu bisa untuk member.

149
Aku Bertahan Karena Cinta
Apa itu cinta? Itu sebuah pertanyaan yang terlontar dari seorang temanku
ketika aku harus berhadapan dengan suatu masalah perasaan. Aku adalah
seorang mahasiswa di salah-satu kampus di Jakarta.

Aku memiliki beberapa teman, namun kami berbeda Universitas. Mereka


semua berkuliah di satu kampus yang sama, hanya aku saja yang berbeda.
Mereka semua adalah temen-temanku yang baik. Hampir setiap kali aku
pulang kuliah, pasti aku mengunjungi kampus di mana teman-temanku
berkuliah , maka tidak heran, aku lebih mengenal mahasiswa di sana dari pada
di tempatku.

Namaku Baim“bukan nama asli” teman-temanku sering memanggilku dengan


Ubay, karena sudah terbiasa jadi aku tidak binggung. Aku dan mereka sering
berkumpul di depan kampus teman-temanku, terkadang merekapun sering
mendatangi kampus di mana aku melanjutkan pendidikanku. Walau kami
berbeda tempat menimba ilmu, kami tetap selalu bertemu .

Saat itu aku mengenal seorang wanita di tempat teman-temanku berkuliah.


Dia adalah Chatlia”bukan nama asli” dia adalah salah satu mahasisiwi di sana
dan cukup dekat dengan teman-temanku. Saat itu aku dikenalkan kepadanya
oleh salah-satu temanku. Waktu itu dia sedang ada masalah dengan pacarnya.
Aku jalani pertemanan itu. Aku coba menghibur dia. Perlahan rasa nyaman
hadir, dan akupun semakin dekat dengan dia.

Dia wanita yang lucu, selalu ada ide untuk membuatku tertawa. Kedekatan
kami berjalan lama. Di satu saat temanku menanyakan prihal kedekatan kami.
Mungkin karena kami terlalu dekat, yang membuat teman-temanku bertanya-
tanya? Tidak terasa sudah aku telah lama menemani kegalauan dia. Kini aku
menjadi galau.

Aku kini menyimpan rasa terhadap dia. Ingin sekali ku ungkapkan perasaanku
terhadap dia. Aku bertanya pada teman-temanku yang semuanya adalah

150
teman satu kampus dengan wanita yang aku sayangi itu. Aku meluapkan
perasaanku, aku berkata pada teman-temanku bahwa aku cinta dia.

Mereka semua mendukungku, karena Chatlia sudah berpisah dari pacarnya.


Aku menentukan hari dimana aku ingin menyatakan cinta terhadapnya.
Tibalah saatnya, waktu itu aku menemani dia sehabis kuliah.

Kami makan di sebuah warung makannan di pinggir jalan. hatiku berdebar


kencang, keringatku pun mengaliri telapak tanganku. Aku harus memulai dari
mana? Aku bertanya pada diriku sendiri.

Aku beranikan diriku, saat itu aku mengutarakan perasaanku terhadap dia.
Aku terdiam selesainya mengutarakan perasaanku terhadapnya, berharap
cintaku dapat diterimanya.

Dia hanya tersenyum padaku, tanpa member jawaban padaku. Aku tidak
mempersoalkan itu, setidaknya aku sudah mengungkapkan semua isi hati yang
kumiliki utntuk dia. Setelah hari itu berlalu, dimana aku mengutarakan rasaku,
kami menjalani seperti biasa.

Kami saling bertemu, berkumpul berasama teman-temanku. Sedikit berbeda,


saat aku bertemunya , jantungku berdebar lebih kencang. Aku masih
menunggu jawaban dari semua persaanku ini. Saat kami berkumpul di satu
tempat, salah satu temanku berkata padaku bahwa Chatlia pernah
mencintaiku.

Hatiku terasa berbunga walau itu hanya sebuah kata-kata dari temanku.

Aku berfikir, masih ada sudut untukku membuktikan kesungguhan cinta ini.
Hari-hariku berbias namanya. Setiapku beraktifitas tergambar wajahnya di
khayalku, sungguh inilah cinta untuknya. Sore itu, saat kami berkumpul,
temaku berkata jikalau Chatlia bertanya tentangku! Ada apa gerangan dia
bertanya tentangku? Tak lama kemudia dia pun datang, dia menghampiri kami
dan bergabung untuk sekedar bercanda gurau.

Tidak terasa malam tiba, diapun hendak pulang. Aku tidak tega melihat dia
harus pulang larut malam sendiri. Aku takut terjadi apa-apa terhadapnya. Aku
bertanya padanya siapa yang akan mengantarnya pulang? Dia bberkata bahwa
dia akan di jemput, aku sedikit tenang , setidaknya dia ada yang mengantar
pulang. Diapun beranjak pergi menuju area parker kampus. Tidak lama dia

151
pergi, aku dan kawan-kawanku pu beranjak untuk pulang. Dalam hatiku
berdoa, semoga Chatlia selamat sampai rumahnya.

Saat aku menuju area parker bersama kawan-kawanku aku berpapasan denga
Chatlia, dia tidak sendiri dia dengan seorang pria.

ia pun mengenalkannya pada kami, bahwa peria itu adalah kekasihnya.

Dia sudah menjalani hubungan dengan peria itu cukup lama.

aku tidak dapat berkata! Karena yang aku ketahui dari Chatlia, dia belum
memiliki kekasih semenjak dia putus dari mantan kekasihnya. Dia melihat
kearahku, dan akupun tak sanggup berbuat apa-apa! Aku melihat mereka
berdua begitu dekat.

Mungkin dia bahagia dengan peria itu, mungkin peria itu adalah yang terbaik
untuk wanita yang aku cintai.

Aku pun hanya tersenyum melihat mereka berdua. Tidak terpungkiri aku patah
hati, namun jika ini memang menjadi yang terbaik untuk wanita yang aku
cintai, inilah pilihan yang aku ambil “aku siap merasakan patah hati demi
senyumnya”.

Sampai detik ini aku sering bertemu denganya, berbicara denganya dan masih
mencintainya, aku akan selalu bertahan disini dengan segala rasa ini tanpa
harus memiliki dia.

Untukku cinta adalah sebuah perasaan yang tidak dapat melihat pasangan
yang di kita cintai menangis dan cinta adalah sebuah pembuktian ketulusan
rasa, bukan hanya kata-kata manis semata.

152
Keluargaku
Semua terasa indah, keluargaku ini adalah nyawa keduaku. Hari-hari yang aku
jalani sangatlah bahagia. Aku terlahir dari keluarga yang berkecukupan di
sebuah kota besar. Di kota ini aku terlahir dan meranjak dewasa bersama
kasih sayang yang mengalir dari kedua orangtuaku yang aku sayangi. Aku
adalah anak ke-2 dari 3 bersaudara. Anak pertama, kakakku yang tampan Alan
“bukan nama asli”. Dia adalah anak tertua di antara kami bertiga. Dia baik
namun agak tegas. Aku bangga memiliki kakak seperti dia. Kakakku itu
memiliki keahlian di bidang otomotif. Dia memiliki sebuah usaha sendiri
semenjak dia lulus bangku Universitas. Anak ke-2 adalah aku, Martin. Aku
adalah peria kedua yang terlahir dari rahim ibuku. Aku adalah peria yang agak
cuek. Setelah lulus SMIP, aku memilih untuk berkerja di satu restoran yang
yang cukup besar untuk meneruskan minatku di bidang kuliner. Aku menjabat
sebagi cook-1 direstorant tersebut. Si bungsu, Ferry. Dia sebenarnya adalah
anak yang baik, namun mungkin karena usianya yang masih muda membuat
pergaulanya sedikit nakal. Dia masih bersekolah di tingkat SMU. Dia penggila
bola. Hampi setiap akhir pekan dia menghabiskannya dengan bermain futsal
bersama kawan-kawannya. kami bertiga kadang terlibat pertengkaran, namun
itu tak lama. kami saling menyayangi satu sama lain.Kedua orangtua kami
mengajarkan kerukunan terhadap kami bertiga, dan mereka pun tidak ada
pilih kasih terhadap kami bertiga. Di suatu hari, kedua orangtua kami harus
pergi keluar kota untuk menemui penanam saham di usaha kami. Keluarga aku
memiliki usaha. Yang mengelola usaha keluarga adalah ayah dan ibuku. Kami
bertiga mengantar orangtua kami bersama ke bandara. Di sana aku kami
akhirnya haurs berpisah dengan kedua orangtua kami. Kedua orangtua kami
memeluk kami dan mencium kami bertiga. Ibu kami berpesan sebelum
berangkat agar kami akur satu sama lain. Kamipun melepas orangtua kami
dengan derai air mata. Kakakku yang paling anti menangis ternyata ikut
menangis, maklum baru saat ini kami terpisah dari orangtua kami. Kedua
orangtua kami akan menyelesaikan pekerjaan dalam waktu yang lama. setelah
kepergian orangtua kami, semua kegiatan kami dipantau oleh Alan. Memang
terkadang aku kesal terhadap sikap kakaku itu, namun aku tahu dia melakukan
itu untuk kebaikan kami. Tiba disuatu hari adikku pulang larut malam,
walaupun sebenarnya Alan sudah melarang kami untuk pulang malam hari.
Pertengkaran terjadi antara kakak dan adikku. Mereka saling memaki satu
sama lain hingga perkelahian pun tak terindahkan. Aku melerainya dan aku
terpukul oleh adikku dan aku terjatuh tersungkur dari tangga, dan pergelangan
tangan kiriku patah dan kepalaku terbentur dan akupun tak sadarkan diri. Alan
153
dan Ferry mengangkatku dan melarikan aku kerumah sakit. Sesampainya di
sana aku mendapat 7 jahitan di pelipisku. Mereka berdua meminta maaf
kepadaku. Adikku menangis melihat aku yang tergeletak karena ulahnya.
Mereka berdua menemaniku disini, kedua saudara kandungku. Kakakku
meminta maaf kepadaku dan adikku, dan dia berkata bahwa dia melakukan
semua ini karena dia takut terjadi apa-apa terhadap adikku dan karena dia
sangat menyayangi kami sebagai adik-adiknya. Adikku pun akhirnya meminta
maaf kepada kakakku. Akhirnya aku dibawa mereka pulang untuk di rawat
dirumah oleh mereka. Hari-hari kami jalani seperti biasa. Kami saling mengerti
satu sama lain. Adikku yang biasanya pulang larut, kini hampir tidak pernah
pulang larut, dan kakakku yang biasanya tempramen kini agak menjaga
emosinya . Tibalah kedua orangtu kami dari kepergianya. Kedua saudaraku
kebetulan sedang ada di luar. Setibanya di rumah kedua orangtuaku kaget
melihat aku terbaring di tempat tidur. Ibuku bertanya kepadaku tentang apa
yang terjadi pada diriku. Aku menjawabnya jikalau aku terjatuh dari tangga,
aku takut kedua saudaraku dimarahi oleh kedua orangtuaku. Ayahku bertanya
tentang keberadaan Alan dan Ferry. Aku menjawab, bahwa keadaan mereka
berdua baik-baik saja dan mereka sedang keluar untuk belanja makanan untuk
kami. Tibalah kedua saudaraku dirumah. Mereka berdua terdiam melihat
kedua orangtuaku sudah ada di kamarku. Kedua orangtuaku pun beranjak
pergi kekamarnya untuk istirahat. Mereka berdua bertanya padaku apa yang
di tanyakan oleh kedua orangtua kami terhadapku. Akupun menjelaskan
kepada mereka, dan merekapun memelukku. Inilah arti dari sebuah ikatan
persaudaraan

Ayah Luar Biasa


Seorang anak 10 tahun bernama Putra, pada suatu malam akan menonton
sirkus bersama ayahnya. Ketika tiba di loket, dia dan ayahnya antre di
belakang rombongan keluarga besar yang terdiri dari bapak, ibu, dan empat
154
orang anaknya. Dari pembicaraan yang terdengar, Putra tahu bahwa bapak
dari ke-4 anak tadi telah bekerja ekstra untuk dapat mengajak anak-anaknya
nonton sirkus malam itu. Namun ketika sampai di loket dan hendak
membayar, wajah bapak 4 anak itu tampak pucat. Ternyata uang yang telah
dikumpulkannya dengan susah payah tidak cukup, kurang Rp 20.000.
Pasangan suami istri itu pun saling berbisik, tentang bagaimana harus
menjelaskan kepada anak-anak mereka yang masih kecil, bahwa malam itu
mereka batal nonton sirkus karena uangnya kurang. Padahal mereka tampak
begitu gembira dan sudah tidak sabar lagi untuk segera masuk ke arena
pertunjukan sirkus. Tiba-tiba ayah Putra menyapa bapak yang sedang
kebingungan itu sambil berkata, "Maaf, Pak! Uang ini tadi jatuh dari saku
Bapak." Kemudian, diserahkannya lembaran Rp 20.000 sambil mengedipkan
matanya dan terseyum. Betapa takjubnya si Bapak, dengan apa yang dilakukan
ayah Putra. Dengan mata berkaca-kaca, ia menerima uang itu dan berbisik
mengucapkan terima kasih kepada ayah Putra, sambil mengatakan betapa Rp
20.000 itu sangat berarti bagi keluarganya. Setelah rombongan tadi masuk,
Putra dan ayahnya bergegas pulang. Mereka batal nonton sirkus, karena uang
untuk menyaksikan sirkus sudah diberikan kepada keluarga besar tadi. Tapi
Putra justru merasa sangat bahagia. Ia memang tidak dapat menyaksikan
sirkus, tetapi ia telah menyaksikan dua orang ayah yang luar biasa. Kerabat
Imelda, kebahagiaan tidak hanya diperoleh ketika menerima pemberian orang
lain, tetapi juga pada saat kita MAMPU MEMBERI. Cerita di atas juga
menunjukkan bagaimana menolong orang lain dengan cara yang sangat halus,
tanpa menyinggung harga diri orang yang ditolong. Dunia ini terus berputar.
Ada kalanya kita menolong, dan ada kalanya kita juga memerlukan
pertolongan dari orang lain. Maka, selagi masih mampu, tetap lakukan
kebaikan dengan ikhlas dan bijaksana.

Sesuatu Terjadi Karena Sebuah Alasan


Saat terjadi sesuatu yang baik, rasanya mudah saja untuk mengatakan
'memang sesuatu terjadi karena sebuah alasan'. Berbeda jika hal itu adalah
buruk dan menjengkelkan, tiada henti-hentinya kita menanyakan 'mengapa ini
terjadi?'. Tidak hanya peristiwa, orang yang kita temui setiap harinya juga
hadir karena sebuah alasan; dan alasan itu selalu positif jika kita mau berpikir
secara proses, tidak hanya dari hasilnya saja. Seringkali kita harus berhadapan
dengan situasi yang menyakitkan, dan merasa bertemu dengan orang-orang
yang salah. Sebagian orang memilih untuk melupakan dan tidak mau tahu
dengan hal-hal buruk itu, sementara sebagian lainnya tidak bisa menerima

155
keadaan dengan menuntut ganti rugi dan meluapkan kemarahan atau
membalas dendam. Berapa banyak orang yang bisa berdamai dengan rasa
sakit dan menyadarinya sebagai suatu proses? Rasa sakit, kesedihan dan
kekecewaan bukanlah sesuatu untuk dilupakan, tidak juga untuk dihilangkan
dengan menuntut balas. Cara yang terbaik untuk melaluinya adalah dengan
menerima dan mengolah rasa yang merugikan ini menjadi sesuatu yang
membangun diri. Bahkan hal buruk pun sebenarnya ikut membentuk pola pikir
dan kebijaksanaan seseorang dalam menghadapi sesuatu. Dalam keadaan
berkelimpahan mungkin tidak pernah terpikir untuk menghemat dan
memanfaatkan fungsi barang dengan lebih efisien. Rasa tidak berdaya karena
keterbatasan memang menyakitkan; seringkali kita dipandang remeh dan
harus menahan keinginan karena tidak mampu membeli. Namun jika dilihat
sebagai proses, keadaan itu membentuk gaya hidup yang lebih efisien,
sederhana dan hemat. Pada saatnya, ketika kesuksesan di tangan, kita bisa
menjadi seorang yang berkelimpahan dengan gaya hidup yang lebih bijak.
Berinteraksi dengan orang yang salah akan menimbulkan kekecewaan dan
juga kerugian. Namun orang itu juga mengingatkan kita agar tidak berlaku
yang sama pada orang lain. Dia menjadi jalan bagi kita untuk belajar
bagaimana harus bersikap di saat kecewa dan jengkel. Keimanan dan prinsip
hidup benar-benar diuji dalam hal yang demikian, membentuk kita menjadi
pribadi-pribadi yang lebih matang. Berhentilah terpuruk dan marah karena
sesuatu yang buruk, segeralah tersenyum karena Anda sedang mendapatkan
satu lagi pelajaran dan pengalaman baru.

ibu Mertuaku, Ujian Pernikahanku


Diandra Paramitha, itulah namaku. Saat ini aku telah menjadi seorang istri dari
seorang pengusaha muda yang tampan. Awal pertemuan yang tidak terduga
justru membuat kami jatuh cinta dan akhirnya memutuskan untuk menikah.
Mungkin inilah yang dinamakan jodoh. Kita tidak tahu kapan dan dimana akan
bertemu dengannya.

Awal pernikahanku sangat bahagia, kulayani suamiku dengan sebaik mungkin.


Namun entah mengapa setelah sebulan menikah aku jadi merasa tidak nyaman.

Bukan karena suamiku kasar atau menyakitiku. Justru ketidaknyamananku


muncul ketika ibu suamiku atau lebih tepatnya ibu mertuaku selalu mendatangi
rumah kami.

156
Sebelum menikah, aku dan suamiku sudah sepakat bahwa kami akan hidup
mandiri. Kami tidak ingin bergantung dengan orang tua. Oleh karena itu kami
sepakat untuk membeli sebuah rumah sebelum resmi menikah. Kesepakatan
kami pun disambut baik oleh kedua orang tua.

Akhirnya kami memutuskan untuk membeli rumah yang tidak jauh dari rumah
orang tuaku ataupun rumah orang tua suamiku. Ketidaknyamananku bermula
ketika ibu mertuaku kerap datang membawakan makanan. Awalnya kami
senang karena ibu sangat peduli dengan kami.

Namun, ketika ibu selalu menanyakan apakah aku melayani suamiku dengan
baik atau tidak, membuatku resah.

Aku seolah-olah tidak becus melayani suamiku, hingga mertuaku pun setiap
hari harus datang sambil membawa makanan, pakaian, hingga kebutuhan
suamiku lainnya.

Aku sadar kalau suamiku adalah anak tunggal. Aku pun pernah mengeluhkan
keresahaan ini pada suamiku. Namun suamiku hanya mengatakan bahwa
mungkin ini hanya perasaanku saja. Ya, mungkin inilah resikoku menikahi
anak tunggal. Namun bagaimanapun aku juga menginginkan privasi dengan
suamiku.

Setelah ku curahkan perasaanku pada suamiku, aku pun mencoba memahami


ibu mertuaku itu. Namun, ibu mertuaku justru semakin ikut campur dengan
kehidupan ku dengan suamiku. Terkadang masalah sepele pun bisa menjadi
besar karena keterlibatan ibu mertuaku.

Perasaanku semakin kacau. Pada titik ini aku sungguh kesal. Separah itukah
aku melayani dan menghadapi suamiku hingga mertuaku selalu ikut campur?
Rasanya ingin aku berteriak dan lari dari rumahku sendiri.

Pada akhirnya, suatu kejadian menimpa. Saat itu adalah hari perayaan setahun
kami menikah. Jauh-jauh hari aku sudah merancang kejutan dan perayaan
untukku dan suamiku tercinta.

Aku berharap satu hari itu saja bisa kuhabiskan dengan suamiku tanpa ada satu
orangpun yang mengganggu. Untuk menyukseskan rencanaku tadi, aku sengaja
sudah memesan satu kamar hotel yang jauh dari rumah. Aku pun sudah
berpesan kepada karyawan hotel untuk membantu mempersiapkan makan
malam yang romantis di dalam kamar.

157
Aku pun segera menelpon suami tercintaku. Aku berpesan bahwa dia harus
datang ke alamat hotel yang sudah aku berikan tepat pukul 5 sore. Pukul 3 sore
aku sudah tiba lebih dulu di hotel untuk memastikan bahwa segala persiapan
sudah beres. Jam sudah hampir menunjukkan pukul 5, hatiku pun semakin
berdebar.

Aku ingin segera memeluk suamiku saat dia membuka kamar hotel. Namun
justru apa yang aku terima, sebuah pesan singkat yang menyatakan bahwa
suamiku tak bisa datang karena sudah dijemput ibu mertuaku. 

Ternyata ibu mertuaku sudah membuat perayaan besar-besaran di rumahnya.Ya


Tuhan, hatiku seperti tertusuk-tusuk duri tajam. Aku pun menangis sejadi-
jadinya. Suamiku lebih memilih pergi dengan ibunya dan membiarkan istrinya
menunggu.

Ingin rasanya aku mati saat itu. Namun aku berpikir bahwa mungkin ini adalah
ujian bagiku. Ujian untuk menjadi suami yang berbakti pada suami. Menjadi
istri yang tidak pernah mengeluh.

Bagaimanapun ibunya adalah ibuku juga. Namun aku harap ibu mertuaku suatu
saat mengerti bahwa kami bukanlah anak kecil lagi. Kami adalah dua orang
yang sudah dewasa dan bisa mengambil keputusan sendiri dalam hidup. (*)

Jadilah Air Untuk Mengikis Batu


Kita harus menjadi air untuk mengikis sebuah batu... Kaum adam yang
mengagumkan, dan cenderung punya pribadi yang sekeras batu. Tak jarang
kita akhirnya beradu pendapat karena punya pikiran yang berbeda. Saat kita
memulaskan makeup untuk tampil cantik, mereka berargumen semua itu
palsu. Menutup setiap kecantikan alami dan tak sedap dipandang. Di sisi lain,
kita sendiri merasa makeup itu sama pentingnya seperti pakaian.
Menyempurnakan setiap kecantikan alami. Ada pula argumen berbeda,
tentang apa itu romantis dan bagaimana bersikap romantis. Atau argumen
tentang harus membawakan tas belanjaan atau tidak. (Anda tentu jauh lebih
tahu argumen apa saja yang sempat hadir di dalam hubungan) Dan apa
jadinya jika kita bersikukuh saling mengadu pendapat? Sama halnya seperti
ketika batu diadu dengan batu. Keduanya sama kerasnya. Jika diadu, bisa jadi
keduanya sama utuh. Atau malah berakhir keduanya pecah menjadi puing
batu. Sama-sama terluka. Begini cara membentuk batu... Jadilah air, kikislah,
bentuk menjadi pribadi keras yang sejalan dengan Anda. Bukan dengan cara
keras yang membuat keduanya terluka. Namun dengan kesabaran, ketulusan,
158
kesepakatan, dan ketekunan dari waktu ke waktu. Lihat saja batu kali itu, tak
ada yang merasa terganggu dengan aliran air sungai. Sekalipun deras aliran
airnya, atau tenang selembut kalbu, bebatuan itu tak pernah keberatan dikikis
dan dibentuk setiap harinya. Bahkan senantiasa berdiri kokoh di sana,
menunggu aliran air datang dari hulu ke hilir. Begini cara menjadi air... Tidak
mudah kami katakan. Banyak yang jatuh bangun saat mencobanya. Tetapi
kami juga akan mengatakan, Anda bisa bila mau mencoba. Tak hanya cukup
mengetahui hak dan kewajiban sebagai seorang wanita, kita juga harus bisa
menyeimbangkannya. Tahu kapan saat berbicara, tahu kapan saat mendengar.
Berpikir dari sisi pria, dan bersikap manis seperti seorang wanita. Tahu
bagaimana cara memakai makeup yang cerdas, dan bukan sekedar memakai
topeng kecantikan. Tahu kapan saatnya merajuk. Dan bersikap tegas serta
mandiri. Tahu kapan saatnya ingin dipeluk. Dan selalu menyediakan bahu saat
ia juga butuh bersandar. Tahu bagaimana menjadi wanita pekerja keras.
Namun juga lemah lembut serta piawai menyajikan makanan di dapur. Tahu
bagaimana bersikap tegas. Sekaligus lemah lembut keibuan. Seperti yang kami
katakan, ini tidak akan mudah. Tetapi, apabila Anda tak mencobanya.
Bagaimana Anda bisa tahu kalau cara ini tidak akan berhasil?

Gunung Es yang Mencair


Alkisah, ada sebuah kelas yang pesertanya sebagian besar terdiri dari kaum
laki-laki berusia 35 tahunan. Nah hari itu, sang pengajar memberikan sebuah
tugas unik. Yaitu, peserta harus menyatakan kasih mereka pada seseorang.
Seseorang ini haruslah orang yang tidak pernah menerima kasih dari mereka
atau setidaknya orang yang sudah lama sekali tidak menerima kasih dari
mereka. Memang kelihatannya tugasnya tidak terlalu sulit. Tapi ingatlah, rata-
rata peserta adalah laki-laki yang berasal dari generasi yang diajarkan bahwa
ekspresi perasaan tidak patut dilakukan seorang laki-laki. Jadi bisa dikatakan,
bagi sebagian peserta, tugas ini menjadi tantangan tersendiri. Pada kelas di
minggu berikutnya, setiap peserta diberi kesempatan untuk membagi
pengalaman mereka dalam menjalankan tugas unik itu. Tak disangka, yang
berdiri adalah peserta laki-laki. Setelah sesaat berdiri dalam diam, akhirnya
laki-laki itu berkata, "Awalnya, saya sedikit jengkel karena mendapat tugas
aneh seperti ini. Siapa Anda, beraninya menyuruh saya untuk berbuat sesuatu
yang sepersonal itu! Tapi saat saya mengendarai mobil menuju rumah, hati
nurani saya mulai mengusik. Sebenarnya saya sudah tahu kepada siapa saya
harus mengatakan kasih saya. Sekadar cerita saja, lima tahun lalu, ayah saya
dan saya sempat berselisih pendapat dan akhirnya bertengkar hebat sampai

159
saat ini. Kami saling menghindari kecuali kondisinya sangat mendesak. Tapi
sejak itu, kamu sama sekali tak pernah saling bicara. Jadilah, pada Selasa
minggu lalu, setibanya di rumah saya meyakinkan diri sendiri bahwa saya
harus pergi ke ayah saya dan menyampaikan kasih saya padanya. Memang
terasa aneh, tapi sekadar membuat keputusan itu saja saya merasa ada beban
berat yang terangkat dari pundak saya. Pagi harinya, saya bangun lebih awal
dan segera pergi ke kantor. Selama bekerja saya merasa lebih bersemangat,
dan tidak menyangka saya bisa menyelesaikan lebih banyak pekerjaan
dibanding yang pernah saya kerjakan seharian penuh di hari-hari sebelumnya.
Lalu, saya menelepon ayah saya untuk menanyakan apakah saya bisa mampir
ke rumah sehabis pulang kantor. Dan seperti biasa, ayah saya menjawabnya
dengan suara galak, ‘Mau apa lagi sekarang?' Saya meyakinkan dia bahwa saya
hanya sebentar saja di sana. Karena semua pekerjaan saya hari itu bisa selesai
dikerjakan dalam waktu lebih cepat, saya pun bisa keluar kantor lebih awal.
Dan saya langsung menuju ke rumah orangtua saya. Sesampainya di sana, saya
berharap ibu sayalah yang membukakan pintu. Tapi ternyata saya langsung
bertemu muka dengan ayah saya. Tanpa buang-buang waktu lagi, saya segera
berkata, ‘Yah, saya hanya mampir untuk bilang aku sayang Ayah.' Saat itu juga
terasa ada perubahan dalam diri Ayah. Ekspresi wajahnya terlihat lebih ramah,
kerutan-kerutannya tampak menghilang, dan ia mulai menitikkan air mata. Ia
lalu merangkul saya dan balas berkata, ‘Ayah juga sayang kamu, Nak, tapi
selama ini sulit mengatakannya.' Saat itu sungguh menjadi momen yang tak
ternilai harganya. Saya dan ayah masih berpelukan beberapa lama, dan
setelah itu saya berpamitan. Tapi bukan itu inti cerita saya. Dua hari setelah
kunjungan itu, ayah saya yang ternyata punya masalah jantung tapi tidak
pernah bilang pada saya, mendapat serangan jantung dan langsung dilarikan
ke rumah sakit dalam keadaan koma. Saya tak tahu apakah ayah saya akan
berhasil melalui semua ini. Semoga saja. Mungkin yang bisa saya sampaikan di
sini adalah: 'jangan menunggu untuk melakukan sesuatu yang memang kita
tahu perlu kita lakukan'. Bagaimana seandainya saya menunda untuk
mengungkap perasaan pada ayah saya? Mungkin saya tidak kan pernah
mendapat kesempatan itu lagi! Karenanya, sediakan waktu untuk
mengerjakan apa yang perlu kita lakukan dan lakukan sekarang juga!

160
Kisah Pemuda Bebas Sang Penikmat Hidup
Sergio sangat menikmati hidup, sebisa mungkin dia tidak membuat hidupnya
sulit dan menderita. Moto Sergio, hidup di dunia hanya sekali, jangan dibuat
susah! Dia sangat bersemangat dalam hidup, dan tidak mau dibatasi oleh
berbagai aturan terutama yang menyangkut gaya hidup sehat. Duduk bermain
video game memang lebih mengasyikkan daripada badan pegal-pegal dan letih
karena olahraga, meskipun sebenarnya olahraga membuat tubuh lebih bugar
dan bersemangat dalam hidup sehari-hari. Potato chips berbungkus-bungkus
juga lebih menarik untuk disantap ketimbang buah-buahan yang harus dikupas
dulu dan berasa manis-manis-hambar. Apalagi sayur! Mengapa harus
menyantap sayur yang pahit-getir dan berserat jika makanan olahan seperti
sosis, nugget dan mie instan bisa memberi rasa yang enak dan mudah untuk
dibuat? Lebih parah lagi menyangkut alkohol, rokok dan bahkan zat adiktif,
Sergio sama sekali tidak peduli dengan larangan yang diperkuat dengan
penjelasan tentang berbagai efek buruknya pada kesehatan. Suatu kali, Sergio
terlibat dalam pembicaraan tentang hidup-mati dengan temannya. "Aku akan
segera berhenti dan mulai hidup sehat. Aku tidak mau mati muda," si teman
bertutur. "Ah, hidup mati itu udah ada yang ngatur! Tuh, temanmu, ga ngapa-
ngapain juga mati muda," jawab Sergio. Teman Sergio memilih tidak
membantah, dan hanya bertutur dia tetap ingin berhenti. Semua teman-
temannya sudah tahu Sergio tidak akan bersusah payah untuk
'memperpanjang' umur karena dia yakin umur seseorang tidak ada
hubungannya dengan itu. Ketimbang bersusah payah dan tetap mati muda,
lebih baik bersenang-senang saja. Jika mati muda, setidaknya kamu sudah
menjalaninya dengan senang; jika berumur panjang, artinya bisa bersenang-
senang lebih lama lagi! Tak disangka di usia yang masih belum genap 40 tahun,
Sergio meninggal. Teman-temannya sangat kehilangan sosok yang penuh
kebebasan ini, tapi mereka yakin Sergio berbahagia telah menjalani hidup
seperti yang dia inginkan. Sementara itu, arwahnya melayang ke alam setelah
161
kematian. Sergio tidak pernah menyakiti orang lain atau pun berbuat kriminal,
dia yakin arwahnya akan tenang di apa yang disebut surga. Namun
sesampainya di gerbang batas, penjaga alam sana memeriksa daftar orang-
orang yang harus berpulang. Nama Sergio tidak ada di sana. Dia diminta
kembali ke dunia hingga tiba saatnya. Sergio kebingungan mengapa dia ditolak
dan harus gentayangan di dunia nyata. Seperti halnya di dunia, Sergio
membantah penjaga itu dengan bersikeras bahwa waktunya di dunia sudah
habis karena Tuhan sudah mencabut nyawanya, bagaimana bisa penjaga itu
bilang belum saatnya bagi Sergio untuk berpulang? Sebelum memudar
penjaga itu menjawab, "Kamu mati karena tubuhmu tidak lagi kuat menjadi
wadah bagi jiwamu. Seharusnya saat ini kau masih hidup, Sergio, jika kau
rawat dan jaga tubuhmu dengan baik. Masa hidupmu masih berpuluh tahun
lagi. Kini karena tubuhmu telah rusak, maka jiwamu harus bergentayangan
hingga tiba waktunya."

162
Cara Memaafkan Orang Lain Dengan Tulus
Memaafkan orang lain tak semudah kelihatannya. Kadang.. tangan telah
berjabat, bibir telah mengatakan "Aku sudah memaafkanmu," tetapi
bagaimana dengan hati kecil Anda, apakah Anda telah memaafkan orang lain
dengan tulus? Apakah Anda sudah merelakannya dan tidak akan mengungkit
hal itu di kemudian hari? Sekalipun sulit, memaafkan adalah hal yang mulia,
memaafkan adalah kemampuan yang bisa dilakukan setiap orang, termasuk
Anda. Memaafkan tidak hanya sekedar anjuran yang diminta hampir semua
agama, karena sudah banyak penelitian ilmiah yang membuktikan keajaiban
maaf. Memaafkan orang lain dengan tulus membuat Anda lebih sehat dan
bahagia, buktikan saja! Jika saat ini Anda masih sulit memaafkan orang lain,
tarik napas sebentar, buang, lalu baca artikel ini hingga selesai. 1.Lakukan
Untuk Diri Anda Sesungguhnya, memaafkan orang lain tak hanya melegakan
orang lain yang telah berbuat salah pada Anda, tetapi lebih kepada diri Anda
sendiri. Anda yang akan merasa lega. Anda yang akan merasakan dampak
baiknya untuk kesehatan. Anda yang pada akhirnya akan tenang dan bahagia.
Karena dendam dan rasa kesal yang ada di hati telah hilang. 2. Berpikir Positif
dan Sabar Tidak perlu menduga-duga bahwa memaafkan orang lain akan
membuat Anda terlihat lemah. Lupakan anggapan bahwa memaafkan
kesalahan orang lain hanya menjatuhkan harga diri Anda. Itu semua tidak
benar. Berani memaafkan orang lain, berarti Anda menghargai diri Anda
sendiri. Tarik lengkung senyum Anda, dan lakukan! 3. Posisikan Diri Anda di
Posisinya Seringkali kita menghakimi orang lain karena kita tidak pernah
merasakan posisinya. Coba pejamkan mata Anda, dan buat diri Anda ada di
dalam posisinya. Biasanya, akan muncul pengertian mengapa orang tersebut
sampai hati membuat Anda kesal. Kalaupun tidak berhasil, jangan
menghakiminya. Ingat, setiap manusia pada dasarnya tak luput dari kesalahan,
Andapun bisa melakukan kesalahan yang sama. 4. Ungkapkan Isi Hati Anda
Jika Anda memaafkannya dan berharap dia tidak akan melakukan hal yang
sama di lain waktu. Katakan saja apa yang mengganjal hati Anda selama ini
mengenai kelakuannya, atau tutur katanya, atau hal apapun yang sekiranya
ingin Anda sampaikan. Tidak masalah, hal ini akan membantu dia mengerti
bahwa tindakannya tidak menyenangkan Anda. Lakukan hal ini dengan tutur
kata lembut dan empat mata. 5. Lupakan Siapa Yang Salah, Siapa Yang Benar
Ego sering mengalahkan hati. Akan ada perdebatan mana yang benar, mana
yang salah saat Anda harus memaafkan orang lain. Setiap orang seringkali

163
merasa benar, dan dia yang salah. Coba lupakan hal ini, tak ada manusia yang
sempurna. Semua orang bisa salah, semua orang bisa bertindak keliru. Coba
bayangkan, Anda pasti lega jika orang lain memaafkan Anda, jadi lakukanlah
hal yang sama pada orang lain. Kutipan dari situs Peperonity ini bisa menjadi
masukan untuk Anda: "Memaafkan bagaikan membebaskan seseorang dari
penjara, dan kemudian kita akan tahu bahwa orang itu adalah diri kita sendiri."

Jodohku Tak Akan Tertukar


Aku perempuan berumur 25 tahun. Sebut saja namaku Risa.

164
Seperti kebanyakan perempuan lainnya, di umur yang nanggung ini aku sering
galau memikirkan jodoh. Sebenarnya sering kali aku menepis perasaan itu,
tapi rasa ingin tahu akan jodohku lebih sering muncul dibandingkan tepisanku.

Hingga aku ingat suatu pesan ibuku beberapa waktu lalu. Sebelumnya, ibuku
berpesan bahwa ia hanya mengijinkan pernikahan bagi anak-anaknya. Tidak
ada kamus pacaran dalam keluarga. Dalam percakapan itu, ibuku
menerangkan bahwa ia akan gelisah jika anak-anaknya sampai terjerumus ke
dalam hal-hal yang memalukan dan dapat mencoreng nama keluarga.

Ibuku juga mengistilahkan bahwa anak ibarat intan yang berarti sebagai
penghias seluruh keluarga. Hanya saja kadang karena menjadi perhiasan itulah
mereka menjadi khilaf, bukan bersyukur.

Dan ibarat emas, anak selalu berharga mahal jika orang tuanya pandai
merawat dan menjaga emas itu. Tak peduli dengan harga emas yang fluktuatif,
tapi orang tua yang baik dan mengerti bagaimana cara menjaga anak-anaknya
selalu tahu waktu kapan emas itu layak untuk diperjual-belikan. Yaitu melalui
pernikahan.

Saat itu, aku baru tahu alasan mengapa ibu dan ayah selalu melarangku ini-itu
yang terkesan overprotective. Membiarkan mereka yang mengejar kita
dengan caranya, menggali lebih dalam potensi kita sebelum benar-benar
teraih oleh salah satu dari mereka, membiarkan masing-masing diantara
mereka dan kita saling meningkatkan kualitas hidup untuk generasi yang jauh
lebih berkualitas; para pendahulunya.

Membiarkan Tuhan yang menentukan siapa bidadari-bidadara kita setelah


kita telah patuh terhadap perintah-Nya dan tawakkal semampunya.

Membiarkan itu semua mengalir bukan apa adanya, tapi mengalir dengan
tetap berjalan pada koridor-Nya.

Secara tak langsung, orang tuaku telah menjadikanku sedikit lebih dekat
dengan Allah melalui larangan pacaran. Aku paham bahwa melalui pacaran,
pintu menuju perzinaan akan terbuka. Dan aku bangga pada ibu dan ayah yang
telah melarangku untuk berpacaran, itu artinya beliau benar menjagaku sesuai
syariat islam yang berlaku. Tak usahlah kita meragu dan khawatir akan siapa
jodoh kita kelak. Dia telah menyiapkan yang sesuai dan benar untuk kita kelak
jika telah tiba waktunya.

165
Jodohku tak akan tertukar.

Dia tidak akan cepat-cepat datang menjemputku hingga membuatku gelisah.

Dia juga tidak akan terlambat datang sampai membuatku cemas.

Dia akan menjemputku saat tiba waktu raga dan jiwa kami siap.

Cinta Seorang Ibu Tak Habis Dimakan Waktu

Sahabat kami pernah bercerita pada suatu waktu, mengenai pengalamannya


bersama sang ibu. Bisa dikatakan, sahabat kami ini memiliki hubungan yang
tidak terlalu dekat dengan ibunya.

Sahabat kami ini memiliki keluarga yang utuh, sejak kecil selalu tinggal
bersama, tetapi dia sering mengatakan bahwa hubungannya dengan sang ibu

166
tidak terlalu dekat.

Hingga tiba saatnya sahabat kami telah selesai menempuh program


pertukaran mahasiswa di Amerika Serikat selama tiga bulan.

Sahabat kami ini tinggal di salah satu keluarga asing yang telah ditetapkan
kampusnya (biasanya beberapa keluarga di Amerika Serikat bersedia
menerima mahasiswa dari negara asing sebagai bagian dari keluarga mereka
secara cuma-cuma).

Di sana, sahabat kami diterima dengan baik oleh keluarga barunya. Terlalu
betah dengan keluarga baru dan lingkungan yang baru, sahabat kami ini hanya
sesekali menelepon keluarganya, termasuk ibunya. Dia hanya menelepon
sebulan sekali, itupun hanya basa-basi menanyakan kabar dan tidak pernah
lebih dari lima menit. Selebihnya, sang ibu tidak pernah menelepon balik,
biaya menelepon cukup mahal bagi keluarganya, sehingga satu-satunya kabar
adalah dari telepon yang selalu ditunggu sang ibu.

Pada suatu malam, saat masa perkuliahan selesai, sahabat kami mengucapkan
terima kasih pada keluarga barunya yang sebenarnya orang asing dan bukan
siapa-siapa.

"Terima kasih Anda menerima saya dengan baik di sini selama beberapa bulan,
terima kasih sudah memberi saya makanan yang lezat dan menyediakan
kamar yang nyaman. Saya bahkan tidak pernah senyaman ini, padahal Anda
adalah orang asing bagi saya," ujar sahabat kami ketika itu.

Lalu orang tua angkat sahabat kami itu mengatakan, "Tidak nak.. apa yang
kami berikan ini tidak ada apa-apanya dibandingkan apa yang sudah diberikan
keluargamu. Kami hanya memberimu tumpangan selama tiga bulan, tetapi
ibumu perlu sembilan bulan dan bertahun-tahun untuk menyedihkan rumah
yang sesungguhnya.

Kami hanya memberimu makan selama tiga bulan, perlu lebih dari waktu itu
yang dibutuhkan ibumu untuk memberi ASI dan menyiapkan makanan
untukmu selama bertahun-tahun," Saat itu, sahabat kami tersentak. "Kami
hanya berbuat baik sebentar saja padamu, dan kamu sudah begitu terharu.
Kami harap kamu sudah berterima kasih pada keluargamu di Indonesia, dan
pada ibumu,"

Mata sahabat kami berkaca-kaca saat dia menceritakan bagian ini.


167
Dia mengatakan bahwa ada penyesalan yang sangat dalam karena selama ini
dia terlalu cuek pada keluarganya, terutama pada ibunya. Dia tidak pernah
menganggap masakan yang selalu dibuat oleh ibunya adalah sesuatu yang
sangat berharga.

Dia selama ini lupa bahwa ada doa yang mengiringinya setiap waktu, yang
selalu keluar dari hati dan bibir ibunya. Sejak kejadian itu, sahabat kami tidak
pernah lagi absen menanyakan kabar ibunya setiap hari.

Dia menjadi lebih terbuka dan mau mendengar keluh kesah ibunya. Dan lebih
dari itu, sahabat kami menyampaikan kisah ini agar Anda tidak melakukan
kesalahan yang sama.

Selalu ada cinta dan doa dari ibu yang tidak akan habis dimakan waktu.
Sudahkah Anda berterima kasih? Jika saat ini Anda jauh dari ibu, tak ada
salahnya memulai pagi dengan menanyakan kabarnya. Mendengar suara Anda
akan sangat melegakan hatinya, percayalah :).

Tipe Manakah Anda?


Ini adalah sebuah cerita tentang pentingnya berpikir positif jika menghadapi
masalah.

Suatu ketika seorang anak perempuan mengeluh pada ayahnya bahwa


hidupnya sangat susah dan dia tidak tahu bagaimana cara menghadapinya. Ia
merasa lelah menghadapi sulitnya hidup yang dijalaninya dan tampaknya
masalah selalu datang bertubi-tubi, selesai satu masalah, datang masalah yang
lain lagi.

Sang ayah yang seorang koki kemudian mengajaknya ke dapur. Ia mengambil


tiga buah panci dan mengisinya dengan air serta meletakkannya di atas api.
Setelah ketiga panci mulai mendidih ia meletakkan sebuah kentang ke dalam

168
panci pertama, telur pada paci ke dua dan biji kopi di panci ke tiga.

Sang ayah kemudian duduk dan diam menunggu tanpa mengucap satu
katapun pada putrinya.

Putrinya yang tak sabar dengan apa yang dilakukan ayahnya mengeluh,
tampak gusar dan gelisah sambil bertanya dalam hatinya, "apa yang akan
dilakukan ayah?"

Setelah kurang lebih dua puluh menit berlalu, sang ayah mematikan kompor.
Dia mengambil kentang dari panci dan meletakkannya dalam mangkok. Lalu
mengambil telur dan meletakkanya dalam mangkuk yang lain. Dia kemudian
menyendok kopi dan menuangkannya dalam sebuah cangkir.

Pandangan sang ayah beralih pada putrinya dan ia bertanya, "Putriku, apa
yang kamu lihat?"

"Kentang, telur dan kopi," jawab putrinya dengan terburu-buru dan setengah
hati.

"Lihat lebih dekat", kata sang ayah, "cobalah untuk menyentuhnya."

Dia melakukan dan menyadari bahwa kentangnya telah berubah menjadi


lembut. Sang ayah kemudian memintanya untuk mengambil telur dan
memecahkannya. Setelah mengupas kulitnya, ia mengamati telur rebus.
Akhirnya, sang ayah memintanya untuk mencicipi kopi dalam gelas dan
tercium aroma yang harum dan membuat anak perempuan tersebut
tersenyum pada ayahnya.

"Ayah, apa artinya ini semua?" tanyanya.

ang ayah kemudian menjelaskan bahwa kentang, telur dan biji kopi memiliki
masing-masing menghadapi kesulitan pada air mendidih. Namun, masing-
masing menunjukkan reaksi yang berbeda. Kentang yang keras saat
dimasukkan tetapi dalam air mendidih, menjadi lunak dan lembut.

Telur itu rapuh, dengan kulit luar tipis yang melindungi cairan di dalamnya saat
dimasukkan ke dalam air mendidih bagian dalam telur menjadi keras.

169
Namun, biji kopi yang unik. Setelah mereka terkena air mendidih, biji tersebut
mengubah warna air dan menciptakan sesuatu yang baru.

"Yang manakah dirimu?" tanya ayah pada putrinya. "Ketika kesulitan


menderamu, bagaimana kamu menyikapinya? Apakah kamu seperti sebuah
kentang, telur, atau kopi?"

Dalam kehidupan, banyak hal terjadi di sekitar kita. Tetapi satu-satunya hal
yang benar-benar penting adalah apa yang terjadi dalam diri kita.

Tipe yang manakah Anda? Ketika datang sebuah masalah (dan akan datang
masalah yang lain lagi) bagaimana kita bereaksi? Apakah problema yang
datang akan membuat kita lemah, keras hati atau menyebabkan kita berubah
menjadi sesuatu yang berharga?
Sebuah pelajaran berharga: "Kebahagiaan bukanlah sesuatu yang Anda
temukan, itu adalah sesuatu yang Anda buat."
Kutipan Inspiratif: "Senyum dalam kenikmatan, senyum kesakitan,
Tersenyumlah saat kesulitan mendera seperti hujan, Senyum ketika seseorang
menyakiti Anda, Tersenyumlah karena seseorang pasti peduli pada Anda."

Pilihan Sulit
Silahkan pilih orang yang terpenting dalam sepanjang hidupmu.
Disaat menujuh jam-jam istirahat kelas, dosen mengatakan pada
mahasiswa/mahasiswinya:

“Mari kita buat satu permainan, mohon bantu saya sebentar.”

Kemudian salah satu mahasiswi berjalan menuju pelataran papan tulis.

DOSEN: Silahkan tulis 20 nama yang paling dekat dengan anda, pada papan
tulis.

Dalam sekejap sudah di tuliskan semuanya oleh mahasiswi tersebut. Ada


nama tetangganya, teman kantornya, orang terkasih dan lain-lain.

DOSEN: Sekarang silahkan coret satu nama diantaranya yang menurut anda
paling tidak penting !

170
Mahasiswi itu lalu mencoret satu nama, nama tetangganya.

DOSEN: Silahkan coret satu lagi!

Kemudian mahasiswi itu mencoret satu nama teman kantornya lagi.

DOSEN: Silahkan coret satu lagi !

Mahasiswi itu mencoret lagi satu nama dari papan tulis dan seterusnya.

Sampai pada akhirnya diatas papan tulis hanya tersisa tiga nama, yaitu nama
orang tuanya, suaminya dan nama anaknya.

Dalam kelas tiba-tiba terasa begitu sunyi tanpa suara, semua


Mahasiswa/mahasiswi tertuju memandang ke arah dosen, dalam pikiran
mereka (para mahasiswa/mahasiswi) mengira sudah selesai tidak ada lagi yang
harus dipilih oleh mahasiswi itu.

Tiba-tiba dosen memecahkan keheningan dengan berkata, “Silahkan coret


satu lagi!”

Dengan pelahan-lahan mahasiswi itu melakukan suatu pilihan yang amat


sangat sulit. Dia kemudian mengambil kapur tulis, mencoret nama orang
tuanya.

DOSEN: Silahkan coret satu lagi!

Hatinya menjadi binggung. Kemudian ia mengangkat kapur tulis tinggi-tinggi.


Lambat laun menetapkan dan mencoret nama anaknya. Dalam sekejap waktu,
terdengar suara isak tangis, sepertinya sangat sedih.

Setelah suasana tenang, Dosen lalu bertanya, “Orang terkasihmu bukannya


Orang tuamu dan Anakmu? Orang tua yang membesarkan anda, anak adalah
anda yang melahirkan, sedang suami itu bisa dicari lagi. Tapi mengapa anda
berbalik lebih memilih suami sebagai orang yang paling sulit untuk
dipisahkan ?

Semua teman sekelas mengarah padanya, menunggu apa yang akan di

171
jawabnya.

Setelah agak tenang, kemudian pelahan-lahan ia berkata, “Sesuai waktu yang


berlalu, orang tua akan pergi dan meninggalkan saya, sedang anak jika sudah
besar setelah itu menikah bisa meninggalkan saya juga, yang benar-benar bisa
menemani saya dalam hidup ini hanyalah suami saya.”

Note :
Terkadang dalam hidup ini kita sering di hadapkan akan pilihan sulit. Dan kita
harus melalui semua itu dengan hati yang lapang.

Kekuranganmu adalah Anugerah


Sebuah toko hewan peliharaan (pet store) memasang papan iklan yang
menaik bagi anak-anak kecil,

"Dijual Anak Anjing".

Segera saja seorang anak lelaki datang, masuk ke dalam toko dan bertanya
"Berapa harga anak anjing yang anda jual itu?"

Pemilik toko itu menjawab, "Harganya berkisar antara 30 - 50 Dollar."

Anak lelaki itu lalu merogoh saku celananya dan mengeluarkan beberapa
keping uang "Aku hanya mempunyai 2,37 Dollar, bisakah aku melihat-lihat
anak anjing yang anda jual itu?"

Pemilik toko itu tersenyum. Ia lalu bersiul memanggil anjing-anjingnya. Tak


lama dari kandang anjing munculah anjingnya yang bernama Lady yang diikuti
oleh lima ekor anak anjing. Mereka berlari-larian di sepanjang lorong toko.
Tetapi, ada satu anak anjing yang tampak berlari tertinggal paling belakang. Si
anak lelaki itu menunjuk pada anak anjing yang paling terbelakang dan tampak
172
cacat itu.

Tanyanya, "Kenapa dengan anak anjing itu?" Pemilik toko menjelaskan bahwa
ketika dilahirkan anak anjing itu mempunyai kelainan di pinggulnya, dan akan
menderita cacat seumur hidupnya.

Anak lelaki itu tampak gembira dan berkata, "Aku beli anak anjing yang cacat
itu."
Pemilik toko itu menjawab, "Jangan, jangan beli anak anjing yang cacat itu.
Tapi jika kau ingin memilikinya, aku akan berikan anak anjing itu padamu."

Anak lelaki itu jadi kecewa. Ia menatap pemilik toko itu dan berkata, "Aku tak
mau kau memberikan anak anjing itu cuma-cuma padaku. Meski cacat anak
anjing itu tetap mempunyai harga yang sama sebagaimana anak anjing yang
lain.

Aku akan bayar penuh harga anak anjing itu. Saat ini aku hanya mempunyai
2,35 Dollar. Tetapi setiap hari akan akan mengangsur 0,5 Dollar sampai lunas
harga anak anjing itu."

Tetapi lelaki itu menolak, "Nak, kau jangan membeli anak anjing ini. Dia tidak
bisa lari cepat. Dia tidak bisa melompat dan bermain sebagaimana anak anjing
lainnya."

Anak lelaki itu terdiam. Lalu ia melepas menarik ujung celana panjangnya. Dari
balik celana itu tampaklah sepasang kaki yang cacat. Ia menatap pemilik toko
itu dan berkata, "Tuan, aku pun tidak bisa berlari dengan cepat. Aku pun tidak
bisa melompat-lompat dan bermain-main sebagaimana anak lelaki lain. Oleh
karena itu aku tahu, bahwa anak anjing itu membutuhkan seseorang yang mau
mengerti penderitaannya."

Kini pemilik toko itu menggigit bibirnya. Air mata menetes dari sudut matanya.
Ia tersenyum dan berkata, "Aku akan berdoa setiap hari agar anak-anak anjing
ini mempunyai majikan sebaik engkau."

Catatan:
Tuhan tidak akan memberi cobaan melebihi kemampuan umat-Nya, apabila
anda diciptakan memiliki kekurangan, maka justru anda yang dipercaya oleh-
Nya mengemban tugas superberat tersebut, karena pada dasarnya semua

173
manusia ingin diciptakan sempurna, bukan?

Apabila anda diciptakan memiliki kekurangan, anda pasti juga diberi kelebihan
lain, entah apapun bentuknya, atau mungkin anda sendiri belum
menyadarinya dan ada saja cara-cara yang menurut pola pikir manusia
kurang masuk akal, tetapi mampu dibuktikan, apabila anda belum
menemukan, cobalah gali lebih dalam kemampuan dalam diri anda.

Menjemput Rezeki
Setengah jam menjelang adzan Dzuhur, dari kejauhan mata saya menangkap
sosok tua dengan pikulan yang membebani pundaknya. Dari bentuk yang
dipikulnya, saya hapal betul apa yang dijajakannya, penganan langka yang
menjadi kegemaran saya di masa kecil. Segera saya hampiri dan benarlah,
yang dijajakannya adalah kue rangi, terbuat dari sagu dan kelapa yang setelah
dimasak dibumbui gula merah yang dikentalkan. Nikmat, pasti.

Satu yang paling khas dari penganan ini selain bentuknya yang kecil-kecil dan
murah, kebanyakan penjualnya adalah mereka yang sudah berusia lanjut.
"Tiga puluh tahun lebih bapak jualan kue rangi," akunya kepada saya yang
tidak bisa menyembunyikan kegembiraan bisa menemukan jajanan masa kecil
ini. Sebab, sudah sangat langka penjual kue rangi ini, kalau pun ada sangat
sedikit yang masih menggunakan pikulan dan pemanggang yang menggunakan
bara arang sebagai pemanasnya.

Tiga jam setengah berkeliling, akunya, baru saya lah yang menghentikannya
untuk membeli kuenya. "Kenapa bapak tidak mangkal saja agar tidak terlalu
lelah berkeliling," iba saya sambil menaksir usianya yang sudah di atas angka
enam puluh. "Saya nggak pernah tahu dimana Allah menurunkan rezeki, jadi
saya nggak bisa menunggu di satu tempat. Dan rezeki itu memang bukan
ditunggu, harus dijemput. Karena rezeki nggak ada yang nganterin," jawabnya
panjang.

Ini yang saya maksud dengan keuntungan dari obrolan-obrolan ringan yang
174
bagi sebagian orang tidak menganggap penting berbicara dengan penjual kue
murah seperti Pak Murad ini. Kadang dari mereka lah pelajaran-pelajaran
penting bisa didapat. Beruntung saya bisa berbincang dengannya dan
karenanya ia mengeluarkan petuah yang saya tidak memintanya, tapi itu
sungguh penuh makna.

"Setiap langkah kita dalam mencari rezeki ada yang menghitungnya, dan jika
kita ikhlas dengan semua langkah yang kadang tak menghasilkan apa pun itu,
cuma ada dua kemungkinan. Kalau tidak Allah mempertemukan kita dengan
rezeki di depan sana, biarkan ia menjadi tabungan amal kita nanti," lagi sebaris
kalimat meluncur deras meski parau terdengar suaranya.

"Tapi kan bapak kan sudah tua untuk terus menerus memikul dagangan ini?"
pancing saya, agar keluar terus untaian hikmahnya. Benarlah, ia
memperlihatkan bekas hitam di pundaknya yang mengeras, "Pundak ini, juga
tapak kaki yang pecah-pecah ini akan menjadi saksi di akhirat kelak bahwa
saya tak pernah menyerah menjemput rezeki."
Sudah semestinya isteri dan anak-anak yang dihidupinya dengan berjualan kue
rangi berbangga memiliki lelaki penjemput rezeki seperti Pak Murad. Tidak
semua orang memiliki bekas dari sebuah pengorbanan menjalani kerasnya
tantangan dalam menjemput rezeki. Tidak semua orang harus melalui jalan
panjang, panas terik, deras hujan dan bahkan tajamnya kerikil untuk membuka
harapan esok pagi. Tidak semua orang harus teramat sering menggigit jari
menghitung hasil yang kadang tak sebanding dengan deras peluh yang berkali-
kali dibasuhnya sepanjang jalan. Dan Pak Murad termasuk bagian dari yang
tidak semua orang itu, yang Allah takkan salah menjumlah semua langkahnya,
tak mungkin terlupa menampung setiap tetes peluhnya dan kemudian
mengumpulkannya sebagai tabungan amal kebaikan.
**
Sewaktu kecil saya sering membeli kue rangi, tidak hanya karena nikmat
rasanya melainkan juga harganya pun murah. Sekarang ditambah lagi, kue
rangi tak sekadar nikmat dan murah, tapi Pak Murad pedagangnya membuat
kue rangi itu semakin lezat dengan kata-kata hikmahnya. Lagi pula saya tak
perlu membayar untuk setiap petuahnya itu.

175

Anda mungkin juga menyukai