Anda di halaman 1dari 14

Geo-Dynamics

TINJAUAN ANALISIS GAYA BERAT TERHADAP BENTUKAN STRUKTUR BAWAH


PERMUKAAN DI LEMBAR MEDAN, SUMATERA UTARA

D.A. Nainggolan
Pusat Survei Geologi
Jl. Diponegoro No. 57 Bandung - 40122

SARI

Secara tektonik regional, daerah Lembar Medan (skala 1:250.000) dilalui oleh lajur pegunungan dan cekungan busur
belakang (back-arc basin). Jalur pegunungan menempati bagian barat daya lembar peta. Daerah ini merupakan
pinggiran bagian barat laut dan utara Kabanjahe yang mempunyai nilai anomali Bouguer dari 0 sampai -70 mgal. Lajur
cekungan busur belakang yang menempati lebih dari 50% daerah penelitian meluas ke arah timur sampai Selat Malaka,
dan mempunyai nilai anomali Bouguer dari 0 sampai 20 mgal. Hasil analisis kualitatif dan kuantitatif anomali Bouguer
dan sisa memperlihatkan struktur-struktur bentukan antiklin dan sinklin, serta pensesaran berarah barat laut - tenggara.
Kata kunci : pegunungan, cekungan bujur belakang, Selat Malaka, struktur bawah permukaan, anomali Bouguer

ABSTRACT

Regionally, tectonics of the Medan Quadrangle is occupied by mountainous and back-arc basin zones. Mountainous
J

zone occupies the southwestern of the quadrangles, and is situated in the northwestern part of Kabanjahe, having
Bouguer anomaly ranges from -70 to 0 mgals. Zone of back-arc basin occupying more than 50% of the area extends to
the east into the Malacca Strait, having Bouguer anomaly ranges from 0 until +20 mgals. The qualitative and
G

quantitative of Bouguer and residual anomalies represent numerous shapes of anticlinal and synclinal structure
including faulting system having direction of northwest - southeast.
Keywords : mountainous, back-arc basin, Malacca Strait, subsurface structure, Bouguer anomaly
S

PENDAHULUAN Utara, skala 1: 250.000, yang sudah diterbitkan


pada tahun 2000.
Daerah penelitian di Lembar Medan (skala
M

1:250.000), secara geografis mempunyai koordinat Sejak zaman Belanda minyak bumi sudah diproduksi
antara 97°30’ - 99°00’ BT dan 3°00’ - 4°00’ LU dari cekungan ini di Pangkalan Susu/Lembar
(Gambar 1). Lembar ini di sebelah utara dibatasi oleh Langsa). Rangkaian pengendapan hidrokarbon ini
Lembar Langsa, di sebelah timur berbatasan dengan seolah-olah menghilang(?) pada daerah-daerah
Lembar Tebing Tinggi, di sebelah selatan dengan Lembar Pematang Siantar, Tebing Tinggi, dan
Lembar Sidikalang, dan di sebelah barat dengan Lembar Medan (Cameron dkk., 1982).
Lembar Tapaktuan.
Data gaya berat diambil dari basis data di komputer
Daerah yang dibahas sebagian besar termasuk kelompok Geofisika, Program Pemetaan Dasar, Pusat
bagian dari cekungan busur belakang (back-arc Survei Geologi Bandung. Data yang dianalisis
basin) (Gambar 2). Cekungan busur belakang merupakan hasil pemetaan bersistem luar Jawa,
menempati daratan bagian timur Pulau Sumatera skala 1: 250.000.
yang memanjang dari Provinsi Sumatera Selatan Makalah ini membahas dan menganalisis data
sampai Provinsi Nangro Aceh Darussalam (NAD). anomali Bouguer secara kualitatif dan kuantitatif
Data gaya berat yang dipakai pada makalah ini untuk menerangkan aspek-aspek geologinya. Aspek-
adalah hasil pemetaan regional bersistem luar Jawa aspek tersebut meliputi jenis batuan dasar, rapat
yang dilakukan pada tahun anggaran 1998/1999 di massa batuan dasar, dan struktur yang terdapat di
daerah Lembar Medan. Hasil penelitian berupa peta daerah penelitian, serta kaitannya dengan
anomali Bouguer lengkap Lembar Medan, Sumatera kemungkinan potensi sumber daya geologi yang
terdapat di sana.

JSDG Vol. XVII No. 4 Agustus 2007 243


Geo-Dynamics

95°
BT 100°
BT 105°
BT

LAUT CINA SELATAN

SE
LA
Banda Aceh
6

T
1

M

LU

AL
AK
2 5 11 MALAYSIA

A
Medan
4 10 18
44
3 9 17

16 24 31
46
8
15 23 30 38
Pakanbaru 0°
Padang
SUMATERA
7 14 22 29 37

13 21 28 Jambi 36 43
SA
M
U
D

20 27 35 42
ER

Palembang
A

12 19 Bengkulu 45
H
IN

26 34 41
D
IA
J

33 40

LS
25 Bandarlampung
Lokasi Peta 32 39
G

Gambar 1. Peta Lokasi Lembar Medan, Sumatera.


S

94°
BT 109°
BT

LU
Keterangan:
SE

M
LA

Lajur Prisma Akrasi


T

M
U
M

A
Continental Crust Zone
AL

LA
Y
AK

SI
A
Cekungan Busur Depan
A

Medan B T
S Fore-Arc Basin
U Busur Gunung Api Barisan
M S
A Barisan Vulcanic Arc
T Cekungan Busur Belakang
E
R Back-Arc Basin
A
Kerak Benua
Continental Crust
SA

Kerak Samudra
M
U

Oceanic Crust
D
RA

Sumbu Palung
H
IN

Palung Axes
D
IA

Zona Sesar Sumatera


Sumatra Fault Zone
Sesar
Fault

LS

0 100 200 3000 400 500 Km

Gambar 2. Tataan Geologi Regional (Endharto dan Sukido, 1994).

244 JSDG Vol. XVII No. 4 Agustus 2007


Geo-Dynamics
GEOLOGI TEKTONIK Pegunungan Bukit Barisan, merupakan bagian timur
pegunungan yang dikenal sebagai bukit
Pulau Sumatera merupakan bagian dari Paparan bergelombang kasar dengan ketinggian dari 1000
Sunda dan pinggiran Lempeng Eurasia yang sampai 3050 meter di atas permukaan laut. Daerah
memanjang dengan arah tenggara - barat laut ini ditempati oleh batuan sedimen Pratersier, Tersier,
(Hamilton, 1979). Arah ini sesuai dengan zona dan intrusi batu-batuan beku. Cameron dkk. (1982)
penunjaman antara kerak Samudra Hindia dan kerak membagi daerah ini menjadi dua bagian:
benua Eurasia yang berada di Samudra Hindia, kira - Pegunungan Bukit Barisan Timur dan Pegunungan
kira 300 Km dari pantai barat Sumatera dan Bukit Barisan Tengah.
mencapai kedalaman 200 km di bawah Pulau Dataran Tinggi Brastagi, menempati daerah bagian
Sumatera (Hamilton, 1979). Sebagai illustrasi selatan daerah dataran rendah tersebut di atas.
perkembangan tektonik daerah penelitian dapat Dataran tinggi ini membentuk suatu lajur yang
dilihat pada Gambar 2. Kerak Samudra Hindia lebarnya sekitar 10 - 15 kilometer, berhutan lebat
bergerak ke arah timur laut yang memotong tegak dan berasal dari gunung api. Ketinggian rata-rata >
lurus sumbu Sumatera. Sistem struktur-struktur yang 1500 meter, dan puncak tertinggi adalah Gunung
berkembang di daerah penelitian dan Pulau Sinabung (2451 m) dan kompleks Gunung Api
Sumatera pada umumnya adalah hasil penunjaman Sibayak (2212 m ).
kedua lempeng dan pergerakan lempeng Samudra Plato Kabanjahe, merupakan endapan gunung api
Hindia tersebut (Katili & Hehuwat, 1967 dan Tjia, dari Tufa Toba, mempunyai kemiringan yang rendah
1977). Topografi Pegunungan Bukit Barisan sangat ke arah barat dari ketinggian 1300 meter di sebelah
dipengaruhi oleh sistem sesar yang berumur muda. timur dan 600 meter di sebelah barat.
Sistem sesar Sumatera ini merupakan sesar geser
J

menganan yang dimulai pada kala Oligosen. (Fitch, Daerah depressi Alas - Reunum, merupakan
1972 dan Curray dkk., 1970). Struktur-struktur yang kompleks Sesar Sumatera yang memotong Lembar
berkembang di daerah penelitian berupa : sesar, Medan ini dengan arah barat laut - tenggara. Daerah
G

lipatan, sinklin/antiklin. Sesar Sumatera (Sumatera ini merupakan terban Kutacane yang mempunyai
Fault System/''SFS'') yang memotong Pulau Sumatera panjang 70 km dan lebar 7 km, yang dasar terbannya
mulai dari Lampung sampai Aceh melalui sebelah terletak sekitar 180 - 200 m di bawah permukaan
barat daerah penelitian. tanah.
S

MORFOLOGI GEOLOGI

Menurut Cameron dkk., 1982, daerah penelitian bisa Stratigrafi daerah Lembar Medan cukup rumit. Untuk
M

dibagi menjadi enam satuan morfologi (lihat Gambar mempermudah penggolongannya, penulis terdahulu
4), yaitu : membaginya yang berdasarkan jenis batuan dan
posisi terjadinya yang menerus di dalam suatu kurun
– Dataran rendah
waktu. Pembagian ini sesuai dengan rekomendasi
– Pebukitan agak landai komisi IUGS (Hedberg, 1976) dan London
– Pegunungan Bukit Barisan Geological Society (Harland dkk., 1978).
– Dataran Tinggi Brastagi
– Plato Kabanjahe dan Penamaan satuan litostratigrafi Kelompok, Formasi,
– Daerah depressi Alas - Reunum dan Anggota di Lembar ini dipakai untuk
membedakan satuan litostratigrafi, yang bisa
Dataran rendah, yang menempati wilayah yang luas mengandung beberapa satuan formasi dan anggota
di bagian timur lembar peta mulai dari Tanjung Balai formasi ( Cameron dkk., 1982).
di sebelah timur laut, menerus dan melebar ke arah
selatan memasuki Lembar Bagan Siapi-api dan Satuan litostratigrafi tertua dan yang menjadi batuan
Lembar Dumai yang ditempati oleh batuan aluvium dasar di daerah ini adalah Kelompok Tapanuli,
yang berumur Kuarter. berumur dari awal Karbon sampai awal Permian,
terdiri atas batuan metasedimen. Kelompok Tapanuli
Perbukitan agak landai, merupakan kaki-kaki
Pegunungan Bukit Barisan, menempati bagian ini terdiri atas banyak formasi, seperti: Formasi Kluet,
tengah lembar dengan arah barat laut - tenggara, di Formasi Bohorok, dan Formasi Alas (karbonat pantai
tempati oleh batuan sedimen Tersier dan Pratersier dan basal Permian). Walaupun Kelompok Tapanuli ini
dengan ketinggian topografi <150 meter. sangat jarang mengandung fosil, Zwierzycki (1922)

JSDG Vol. XVII No. 4 Agustus 2007 245


Geo-Dynamics
mencatat beberapa tempat fosil di seluruh Sumatera GAYA BERAT
Utara yang menandakan umur Perem-Karbon.
Pemerolehan Data dan Hasil analisis
Kemudian satuan di atas diikuti oleh Kelompok
Peusangan, berumur Permian Akhir sampai Trias Hasil analisis yang disajikan berupa peta anomali
Akhir. Kelompok ini diwakili oleh batugamping Bouguer lengkap (Gambar 5), peta anomali gaya
Formasi Kualu dan Batumilmil yang menempati berat sisa (Gambar 6), peta anomali Bouguer
bagian timur Bukit Barisan. Singkapan kecil regional (Gambar 7), dan masing-masing dua
batulanau Formasi Kualu yang berumur Trias Akhir potongan penampang geologi yang diperoleh
dijumpai di selatan Medan. Kelompok ini diikuti oleh berdasarkan pemodelan anomali Bouguer (Gambar
Kelompok Woyla yang berumur Jura akhir sampai 8, 9), dan juga peta penyebaran struktur hasil
analisis (Gambar 9).
Kapur awal, diwakili oleh singkapan batugamping
Formasi Gunung Api Tapaktuan di daerah kecil di
sudut barat daya daerah lembar. Hubungan dan ANALISIS KUALITATIF
kedudukan kelompok-kelompok ini dapat dilihat Anomali Gaya Berat
pada Gambar 3.
Peta anomali Bouguer (Gambar 5) diperoleh dengan
Kelompok selanjutnya adalah Kelompok Tersier I, II,
menyusutkan data gaya berat lapangan menurut
dan III. Kelompok Tersier I dan Tersier II dipisahkan rumus gaya berat normal IGSN 1971, GRS 1967,
oleh suatu tenggang waktu yang sangat panjang, dengan menggunakan rapat massa kerak rata-rata
Kelompok Tersier I terbentuk pada kala Eosen sampai 2,67 gr/cm3. Anomali Bouguer di daerah Lembar
Oligosen Awal, dan KelompokTersier II terbentuk Medan mempunyai kurun nilai dari +20 mgal di
bagian timur sampai -95,0 mgal di bagian barat laut
J

pada kala Oligosen Akhir sampai Miosen Tengah.


lembar peta. Secara umum, pola kontur anomali di
Batas antara Tersier II dan III ditandai oleh suatu
daerah ini mempunyai arah utara - selatan dan
pengangkatan dasar lautan, Tersier II merupakan tenggara - barat laut, kecuali di beberapa tempat
G

bagian yang terangkat, dan Tersier III bagian yang yang berubah menjadi membulat tertutup karena
turun. Kelompok yang tadinya diduga merupakan bentukan struktur yang berkembang di daerah ini.
batuan dasar, ternyata termasuk ke dalam Kelompok Ada dua daerah anomali yang menarik di lembar ini,
besar Mereudu (Cameron dkk., 1982). Kelompok yaitu :
S

Jambu Aye merupakan bagian dari Kelompok Tersier 1. Daerah Bukit Barisan, sebelah barat dan bara laut
II, sedangkan Kelompok Lhosukon merupakan lembar peta mempunyai kurun nilai dari -95 mgal
bagian dari Kelompok Tersier III dan merupakan dari arah barat sampai -25 mgal ke tengah lembar
Cekungan Sumatera Utara. Kelompok Gadis peta dengan arah utara - selatan, atau hampir
M

bara laut - tenggara. Rendahnya nilai anomali ini


merupakan bagian dari Kelompok besar Tersier II dan
disebabkan oleh pengaruh adanya terban di
merupakan satuan yang terdapat pada cekungan Kutacane (Aldiss dkk., 1983).
Sumatera Barat. Endapan sedimen Kuarter
merupakan satuan aluvium yang tersebar luas di 2. Bagian tengah lembar peta ke arah timur
merupakan dataran rendah, dengan anomali
daerah dataran pantai dan terban, sedangkan batuan
Bouguer antara -25 mgal sampai +20 mgal, yang
asalnya bisa dari hasil gunung api (volcanic) dan merupakan Cekungan Sumatera Utara (back-arc
yang bukan gunung api (non-volcanic) basin) yang menerus ke Lembar Tebing Tinggi dan
Pematang Siantar.

Coast B A R I S A N G E A N T I C L I N
COAST STRAIT OF MALACCA
Sumateran Fault System
2a
DIAPHIRE
3
2b ANTICLINE
3 2a 2b
3
3b 2a
2a ? 2b
2c
1 SIKULEH
SIKULEH CONTINENTAL BATHOLITH SUNDALAND
FRAGMENT

Keterangan : WOYLA GROUP WOYLA GROUP WOYLAOPHIOLITE TAPANULI


ARC ASSOCIATION COVER SEQUENCE PEUSANGAN
SERPENTINITE HARZBURGITE GROUP GROUP

Numbers refer to Tertiary

Gambar 3. Penampang struktur dari pantai barat ke pantai timur melalui Aceh Tengah (Cameron dkk, 1982).

246 JSDG Vol. XVII No. 4 Agustus 2007


99°00'
KETERANGAN :
PCsc
Qa Aluvium
PCsc Toms Tns QTs
SELAT MALAKA
Tomsm Tanjungpura Qv Batuan sedimen Kuarter

QS Endapan Rawa

To
QTs

ms
Qa QTs Batuan Sidimen Bukan Laut
Tns
Qv Plio-Plistosen
Pg Tms
Batuan Gunung Api
QTv Plio-Plistosen
J
QTs Tns Sedimen peralihan Mio-Pliosen
Sedimen laut dangkal
QS Tms Eosen-Oligosen
Binjai MEDAN Sedimen genang laut
Toms Oligo-Miosen
G
PCsc Lubukpakam
Sedimen antargunung
Tomsm Oligo-Miosen
Pg Qv
Tmi Batuan terobosan Miosen
Pl Tmi
Pl Kutacane
Cs Batuan malihan Karbon
S
Qv
KJl Batuan karbonat Jura-Kapur
Tomsm Tomsm Qa
Batuan Gunung Api Jura-Kapur

JSDG Vol. XVII No. 4 Agustus 2007


Pl KJv
QTv
M
Pl Batuan Karbonat Perem
QTv
DG. Batumilmil Pg Granit Perem
Cs
Tomsm
KJv PCsc Batuan Klastika Permo-Karbon
Qv
Pl Kabanjahe Sesar
Tomsm
KJl QTv
Qv Cs

3°LU
Mata Air panas

Gambar 4. Peta Geologi Lembar Medan, Sumatera( Cameron dkk., 1982).


Geo-Dynamics

247
97°30' 97°45' 98°00' 98°15' 98°30' 98°45' 99°00'
4°00'

99°00' 4°00'
99°00' U
B
Tanjungpura 20
SELAT MALAKA B T
S
3°45'

3°45'
A 0
0
Binjai MEDAN
M Lubukpakam

JSDG Vol. XVII No. 4 Agustus 2007


30
D 20
3°30'

D 3°30'
10
S
-75 -25
-25 0
Kutacane -10
-50
-50 -20
-30
G
-40
3°15'

3°15' -50
-25
-60
J
-70
-50
-80
Kabanjahe -90
-25 -50 -10 0
3°00'

C 3°00'
97°30' 97°45' 98°00' 98°15' 98°30' 98°45' 99°00'
Geo-Dynamics

KETERANGAN :
Batas Pulau Selang kontur anomali 2 mgal
SKALA 1:1.000.000
0 30 km Kota Garis penampang
A B
Gambar 5. Peta anomali Bouguer Lembar Medan, Sumatera.

248
Geo-Dynamics
Secara umum, landaian anomali mempunyai arah penyebab anomali ini adalah massa kerak yang
barat daya - timur laut dan hampir barat - timur. Dari mempunyai rapat massa lebih besar daripada rapat
penampakan pola dan besaran anomali, daerah yang massa kerak rata-rata (> 2,67 gram/cm3 ), misalnya
dianalisis dapat dibagi menjadi tiga lajur (Gambar 5), intrusi batuan beku mempunyai rapat massa > 2,67
yaitu Lajur barat dengan anomali antara -25 s/d -95 gr/cm3, juga depressi-depressi atau cekungan
mgal, yang mempunyai pola kelurusan kontur sedimen yang dalam dan mempunyai rapat massa <
anomali hampir utara - selatan. Lajur tengah 2,67 gr/cm3.
mempuyai anomali antara 0 s/d -25 mgal dengan
Dari penampakan anomali regional (Gambar 7),
pola kontur yang tidak teratur. Terdapat juga
permukaan kerak kontinen di daerah lembar ini tidak
beberapa bulatan anomali kecil dengan arah yang
mempunyai tofografi yang halus, terutama di daerah
tidak teratur. Lajur timur mempunyai anomali antara
barat sampai tengah daerah lembar yang
0 s/d 20 mgal, dan kelurusan pola kontur hampir
memperlihatkan landaian yang cukup tajam berarah
barat laut - tenggara.
hampir barat - timur. Sementara dari tengah daerah
lembar peta ke arah timur sangat landai, hanya
Anomali Sisa
arahnya tidak teratur.
Anomali sisa diperoleh dengan menerapkan trend
surface analysis pada data set terkisi. Anomali ANALISIS KUANTITATIF
Bouguer sisa ini memperjelas keberadaan struktur-
struktur dangkal (shallow effect). Daerah yang Dalam analisis kuantitatif ini, dua buah penampang
anomali Bouguer dan anomali sisa dibuat model
J

dianalisis memperlihatkan anomali sisa sebesar -5


mgal sampai +14 mgal (Gambar 6). Pada peta penampang geologinya, yaitu : Penampang A-B dari
anomali sisa ini makin jelas terlihat struktur barat laut Kutacane (dengan koordinat 97°33' BT dan
3°43'LU) sampai ke pantai timur (batas lembar)
G

kelurusan, antiklin dan sinklin yang pada umumnya


mempunyai arah tenggara - bara laut, utara - selatan dengan koordinat 99°00'BT dan 3°57'LU.
dan barat - timur. Ketiga lajur pada anomali Bouguer Penampang C-D dari barat daya batas peta, dengan
tetap kelihatan dengan jelas, tetapi lajur tengah koordinat 97°38' BT sampai batas timur lembar peta,
S

menjadi menyempit dan nilai anomalinya relatif lebih dengan koordinat 99°00' BT dan 3°30' LU.
rendah dari lajur sebelah barat dan lajur sebelah Untuk pemodelan, semua informasi geologi seperti
timur. Lajur sebelah barat bertambah luas di bagian keberadaan struktur, lubang bor, dan kedalaman
tengah ke arah lajur tengah, dan lajur timur
M

struktur digunakan untuk mengurangi sifat


bertambah luas ke arah selatan. Dari besaran nilai ketidakunikan analisis kualitatif ini, sehingga hasil
anomali sisa, lajur barat dan lajur timur mempunyai yang didapat lebih mendekati keadaan yang
kesamaan, yaitu dengan bentukan antiklin bernilai sebenarnya. Dalam penelitian ini, dibuat model
positif relatif tinggi. Hal ini terjadi karena anomali penampang dari anomali sisa untuk mengetahui
regional jauh lebih rendah dari anomali Bouguer kedalaman lapisan paling atas dan struktur dangkal.
pada lajur barat dan lajur timur, sedangkan pada lajur Hasil pemodelan ini dipakai dalam interpretasi
tengah nilai anomali Bouguer dan anomali regional kelurusan lapisan batuan.
relatif sama. Lajur barat dan timur mungkin
terpengaruh dengan hadirnya intrusi-intrusi batuan Penampang A - B
beku.
Penampang A-B (Gambar 8) ini mempunyai panjang
kira-kira 175 kilometer dengan arah penampang
Anomali Regional barat barat daya - timur timur laut. Penampang
Anomali Bouguer regional ini didapat melalui anomali Bouguer (Gambar 8a) dari -95 mgal sampai
pengurangan anomali Bouguer terhadap anomali 20 mgal. Dari awal penampang sampai Km 65
Bouguer sisa. Anomali regional ini dihitung untuk anomali berada pada kisaran -30 sampai -95 mgal
mengurangi sifat ambiguity yang merupakan hasil dengan landaian yang cukup tajam, yaitu sekitar
pemodelan anomali-anomali Bouguer karena 2 mgal/km. Dari Km 65 sampai Km 85 anomali

JSDG Vol. XVII No. 4 Agustus 2007 249


Geo-Dynamics
tetap sekitar -30 mgal, dan dari sini anomali naik 9). Kerak samudra ini hanya ada pada bagian timur
dengan tajam mencapai sekitar -10 mgal pada Km yang mencapai kedalaman 26 kilometer pada ujung
90. Perubahan ini dihasilkan oleh suatu sistem sesar penampang.
yang terdapat di sana. Dari Km 90 anomali naik Anomali Sisa pada penampang ini mempunyai
dengan perlahan hingga mencapai +20 mgal kisaran dari -15 mgal sampai 8 mgal, bentuk
pada Km 140, kemudian menurun hingga mencapai kurvanya sebangun dengan anomali Bouguer. Pada
0 mgal pada ujung penampang. Pada model ini tiga penampang ini batuan sedimen dibuat dua lapis
jenis batuan yaitu batuan sedimen mempunyai rapat dengan rapat massa masing-masing 2,20 grcm-3
massa 2,35 grcm-3, kerak benua mempunyai rapat (sedimen yang berasal dari Tufa Toba) dan 2,35
massa 2,67 grcm-3, dan kerak samudra mempunyai grcm-3. Ujung penampang sampai Km 80 merupakan
rapat massa 3,10 grcm-3. Kerak samudra ini ke arah lajur barat (seperti analisis kualitatif), yang ditempati
timur makin menebal, yang pada ujung penampang oleh lajur pegunungan Bukit Barisan. Km 80 sampai
Km 135 merupakan lajur tengah (hasil analisis
mencapai kedalaman 26 kilometer.
kualitatif), dan dari Km 135 sampai ujung
Anomali sisa pada penampang (Gambar 8b) ini penampang merupakan lajur timur. Jalur tengah
berada pada kurun -10 mgal sampai 8 mgal. Pada tersebut seolah-olah merupakan suatu bentukan
penampang ini batuan sedimen terdiri atas dua terban dari lajur barat dan lajur timur. Pada
lapisan dengan rapat massa masing-masing 2,20 penampang ini terlihat dengan jelas struktur-struktur
grcm-3 (sedimen yang berasal dari Tufa Toba) dan sesar, dan bentukan antiklin serta sinklin (Gambar 9).
2,35 grcm-3. Awal penampang sampai Km 70
Hasil-hasil analisis kualitatif maupun analisis
merupakan lajur barat (seperti telah dibicarakan
J

kuantitatif digabungkan menjadi peta penyebaran


pada analisis kualitatif), yang ditempati oleh lajur
struktur pada Gambar 10.
pegunungan Bukit Barisan. Dari Km 70 sampai km
90 merupakan lajur tengah (hasil analisis kualitatif),
G

dan Km 90 sampai ujung penampang merupakan PEMBAHASAN


lajur timur. Jalur tengah tersebut seolah-olah Secara regional, dari penampakan anomali sisa,
merupakan suatu bentukan terban dari lajur barat ketiga lajur dalam anomali Bouguer dan anomali sisa
dan lajur timur. Pada penampang ini terlihat dengan membentuk suatu bentukan sistem perlipatan
S

jelas struktur-struktur sesar, dan bentukan antiklin antiklin/sinklin dengan arah barat - timur (Gambar 5
dan sinklin (Gambar 8). - 6). Dalam lajur barat sendiri terbentuk perlipatan
sinklin/antiklin dengan sumbu berarah hampir utara
Penampang C - D
M

- selatan. Sama halnya dengan lajur tengah dan


Penampang C-D mempunyai panjang kira-kira 155 timur, cukup banyak perlipatan antiklin/sinklin
kilometer, dan arah penampang hampir barat daya- dengan arah sumbu barat laut - tenggara, barat -
timur laut. Penampang anomali Bouguer mempunyai timur dan barat daya - timur laut (Gambar 10).
kisaran dari -45 mgal sampai 5 mgal. Dari awal Bentukan sembul yang cukup panjang di daerah
penampang sampai Km 60 anomali mempunyai Kutacane ternyata merupakan batuan beku granitik
besaran antara -45 sampai -33 mgal, dan (Cameron dkk., 1982), sedangkan bentukan sembul
menyerupai antiklin. Dari Km 60 sampai Km 115 di sebelah barat Kabanjahe diduga dihasilkan oleh
kurva anomali cenderung menyerupai antiklin yang endapan mineral sedex sebagai kesinambungan dari
tidak simetris, dan penurunan kurva anomali dari Km daerah lembar Sidikalang (Nainggolan dkk., 2004).
85 membentuk tangga-tangga yang diduga Sementara bentukan sembul yang terdapat di sudut
diakibatkan oleh suatu sistem sesar. Dari Km 115 ini tenggara lembar ini diduga sebagai hasil batuan lava
anomali naik dengan sangat tajam sampai mencapai andesit (Cameron dkk., 1982).
0 mgal pada Km 135, kemudian naik secara per- Penampakan struktur-struktur dengan arah barat laut
lahan dan mencapai 5 mgal pada ujung penampang. - tenggara yang terdapat di daerah lembar ini
Model ini tersusun oleh tiga jenis batuan yaitu batuan memberikan gambaran bahwa penunjaman
sedimen dengan rapat massa 2,35 grcm-3, kerak Lempeng Samudra Hindia dengan pergerakannya ke
-3
benua dengan rapat massa 2,67 grcm , dan kerak arah timur laut merupakan gaya utama, sehingga
-3
samudra dengan rapat massa 3,10 grcm (Gambar terjadi bentukan struktur-struktur tersebut.

250 JSDG Vol. XVII No. 4 Agustus 2007


97°30' 97°45' 98°00' 98°15' 98°30' 98°45' 99°00'
4°00' 99°00' 4°00'
B U

Tanjungpura
B T

SELAT MALAKA

S
3°45' A 3°45'
SKALA 1:1.000.000
0 30 km
J
BINJAI MEDAN

Lubukpakam
KETERANGAN :
G
3°30'
D 3°30'
A Selang kontur anomali 2 mgal

Lubukpakam Kota

Jalan
S
Batas Pulau

JSDG Vol. XVII No. 4 Agustus 2007


3°15' 3°15'
M
10
Kabanjahe
10
C 10
C
3°00' 3°00'
97°30' 97°45' 98°00' 98°15' 98°30' 98°45' 99°00'

Gambar 6. Peta anomali sisa Lembar Medan, Sumatera.


Geo-Dynamics

251
97°30' 97°45' 98°00' 98°15' 98°30' 98°45' 99°00'
4°00'

4°00'
U
SELAT MALAKA B T
Tanjungpura
S
SKALA 1:1.000.000
3°45'

3°45'
0 30 km
M
KETERANGAN :
Binjai MEDAN

JSDG Vol. XVII No. 4 Agustus 2007


Selang kontur anomali 2 mgal
Lubukpakam
Kota
S
3°30'

3°30'
Batas Pulau
20
Kutacane 10
G 0
-10
3°15'

3°15'
-20
J
-30
-40
-50
-60
Kabanjahe -70
3°00'

3°00'
-80
Geo-Dynamics

97°30' 97°45' 98°00' 98°15' 98°30' 98°45' 99°00'


Gambar 7. Peta anomali Regional Lembar Medan, Sumatera.

252
Geo-Dynamics
D 0,0
= obs
= calc -10,0
-20,0

mgal
-30,0
C -40,0
-50,0
10 30 50 70 90 110 130 150
J a r a k (K m)
2,0
2,35 -2,0
-6,0

Kedalaman (K m)
-10,0
2,67 -14,0
-18,0
3,10 -22,0
J

-26,0
-30,0
G

Gambar 8a. Model geologi dari penampang C-D, anomali Bouguer.

= calc
S

= obs 8,0
4,0
mgal
0,0
D -4,0
-8,0
M

C -12,0
-16,0
10 30 50 70 90 110 130 150
J a r a k (K m) 0,50
Antiklin
0,00
2,20
Kedalaman (K m)

-0,50
Sinklin
Sinklin
-1,00
Antiklin
A ntiklin
Antiklin -1,50
-2,00
2,35 -2,50
-3,00
-3,50
2,67 2,67 2,67 -4,00
Sinklin
-4,50
Keterangan
ñ = 2,20, sedimen = 3,10, kerak samudra
ñ = 2,35, sedimen Sesar
ñ ñ = 2,67, kerak kontinen

Gambar 8b. Model geologi dari penampang C-D, anomali sisa.

JSDG Vol. XVII No. 4 Agustus 2007 253


Geo-Dynamics
20
= calc
0
= obs
-20

mgal
-40
-60
-80
-100
10 30 50 70 90 110 130 150
J a r a k (K m)
2,0
2 2.35
2,35 -2,0

Kedalaman (K m)
-6,0
-10,0
-14,0
2,67
-18,0
-22,0
J

-26,0
3,10
-30,0
G

Gambar 9a. Model geologi dari penampang A-B. Anomali Bouguer.

8,0
= calc
S

= obs 6,0
4,0
2,0

mGal
.0
-2,0
-4,0
M

-6,0
-8,0
-10,0
10 30 50 70 90 110 130 150
J a r a k (K m) 0,50
Antiklin
.00
2,20 Sinklin Sinklin
Sinklin Sinklin -0,50
(K m)

-1,00
-1,50
Kedalaman

2.35 2,35 -2,00


-2,50
-3,00
-3,50
2.67
2,67 2,672.67 -4,00

Keterangan -4,50

= 2,20, sedimen = 3,10, kerak samudra


= 2,35, sedimen Sesar
= 2,67, kerak kontinen
Gambar 9b. Model geologi dari penampang A-B, anomali sisa.

254 JSDG Vol. XVII No. 4 Agustus 2007


Geo-Dynamics
97°30' 97°45' 98°00' 98°15' 98°30' 98°45' 99°00' U

B T
BCH
Tanjungpura
BCH
SELAT MALAKA S

SKALA 1:1.000.000
0 30 km
BCH

KETERANGAN :
BINJAI MEDAN
BCH Antiklin

BCH Lubukpakam Sinklin


Sesar

Kutacane Batas Pulau


BCH
Kota

B C H : Bisa menjadi
Cebakan Hidrokarbon

Kabanjahe

97°30' 97°45' 98°00' 98°15' 98°30' 98°45' 99°00'


J

Gambar 10. Peta pola struktur hasil analisis kualitatif dan kuantitatif.
G

Di daerah Lembar Sidikalang endapan ini dinamakan selatan), barat laut Kutacane, barat Tanjung Pura
Endapan Sedex (bijih Cu, Pb, dan Zn), dan terdapat (arah sumbunya hampir barat laut - tenggara), dan
kira-kira 30 kilometer di sebelah barat kota lain sebagainya. Yang cukup potensial untuk cebakan
Sidikalang yang sedang di eksplorasi sampai saat ini gas alam sampai saat ini adalah antiklin yang ada di
S

(Nainggolan dkk, 2004). Anomali Bouguer di utara Kabanjahe dan di barat laut Kutacane
Lembar Sidikalang maupun Lembar Medan tidak (Cameron dkk., 1982). Sumber mata air panas di
menunjukkan anomali yang positif. Hal ini karena kedua tempat ini juga ditemukan (Gambar 4). Tahun
nilai anomali positif yang ditimbulkan oleh intrusi- 1892 - 1934 hidrokarbon sudah dieksploitasi oleh
M

intrusi tersebut terlalu kecil dibandingkan dengan Pemerintah Belanda dari lapangan Telaga Said Bukit
anomali negatif yang ditimbulkan oleh kerak Sentang dan Lapangan Darat (Cameron dkk., 1982),
samudra yang jauh lebih dalam dari biasanya (sekitar posisinya kira-kira 98°17’ BT dan 3°56’ LU. Dari
32 kilometer), dan juga batuan sedimen yang cukup hasil analisis kualitatif dan kuantitatif, ditemukan
tebal. Tetapi, penampilan peta anomali sisa banyak lipatan-lipatan pada daerah-daerah yang bisa
menunjukkan adanya anomali positif di daerah berpotensi untuk cebakan hidrokarbon, seperti
tersebut yang mungkin dihasilkan oleh endapan daerah Tanjung Pura, barat daya Tanjung Pura, timur
sedex tersebut (Gambar 6). Menurut komunikasi Tanjung Pura (Perairan Selat Malaka), selatan
lisan dengan Tarmizi (Manager Operasi Prima Dairi Medan, utara dan selatan Lubukpakam (Gambar
Mining, Perusahaan Tambang yang beroperasi di 10).
Lembar Sidikalang) konsesi tambang itu mencapai
daerah-daerah di Lembar Medan, bahkan sampai KESIMPULAN DAN SARAN
memasuki Provinsi Nangro Aceh Darussalam (NAD)
dan mempunyai cadangan yang cukup baik. Hasil analisis kualitatif terhadap anomali Bouguer
dan anomali sisa menunjukkan :
Dari hasil analisis kualitatif terdapat beberapa
cekungan (sinklin) yang cukup menarik pada lembar Bentukan struktur yang berkembang di daerah
n
ini, yaitu : Cekungan di utara Kabanjahe, tenggara Lembar Medan ini mempunyai arah barat laut -
Kutacane (mempunyai arah sumbu hampir utara - tenggara, utara - selatan dan barat daya - timur
laut.

JSDG Vol. XVII No. 4 Agustus 2007 255


Geo-Dynamics
Bentukan
n struktur-struktur antiklin yang titik pengamatan satu dengan yang lain 3 - 5
potensial untuk endapan hidrokarbon, seperti kilometer, sehingga masih diperlukan survei lain yang
daerah Tanjung Pura, barat daya Tanjung Pura, lebih detail.
timur Tanjung Pura (Perairan Selat Malaka),
selatan Medan, utara dan selatan Lubukpakam UCAPAN TERIMA KASIH
(lihat Gambar 10).
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kepala
Bentukan struktur antiklin yang berpotensi
n
Pusat Survei Geologi, Koordinator Program, Tim
untuk cebakan gas alam seperti yang terdapat di
Editor, Dewan Ilmiah, beserta semua yang terlibat
utara Kutacane.
penerbitan makalah ini. Penulis juga menghargai
Hal ini baru merupakan suatu indikasi karena survei semua rekan-rekan yang terlibat selama pengukuran
yang dilakukan masih bersifat regional dengan jarak dan pengambilan data lapangan.

ACUAN
Aldiss D. T., Sjafudien a.G. Kusjono., 1983. The Geology of The Sidikalang Quadrangle, Sumatera. Dept.
Perambangan dan Energy, Dirjen Pertambangan Umum Puslitbang Geologi, Bandung, Indonesia.

Cameron,N. R., Aspden J. A., Bridge D. McC, Djunuddin A, Ghazali S.A, Harahap H, Hariwidjaja, Johari S,
Kartawa W, Keats W, Ngabito H, Rock N. M. S & Whandoyo R., 1982. The Geology of The
Medan Quadrangle, Sumatera. Departemen Pertambangan dan Energy, Dirjen Pertambangan
J

Umum, Puslibang Geologi, Bandung, Indonesia.


Curray, N.R., Emmet F.J., Moore D. G. & Railt R. W, 1970. Structure, Tectonic and Geological History of the
Northeastern Indian Ocean ( Eds. Nairn A. E. M. & Stehli F ). In: Ocean Basins & Margins, Vol. 6,
The Indian Ocean , in press.
G

Endharto.M., and Sukido., 1994. Geological Map of The Sinabang Sheet, Sumatera. Dept. Energy dan
Sumber Daya Mineral, Dirjen Geology dan Sumber daya Mineral, Puslitbang Geologi, Bandung,
Indonesia.
Fitch, F.J., 1972. Plate Convergence, Transcurrent Faults & internel deformation adjacent To southeast Asia and
S

the western Pacific. J. Geophys. Res. 77: 4432-60.


Hamilton, W., 1979. Tectonic of Indonesian Region. Geological Survey. Professional Paper, (1078),
Washington.
Harland, C.H., 1978. A guide to stratigraphical procedure. Geol. Soc. Lon don Spec. Report. 10.
M

Hedberg, H.D.,1976. International Stratigraphic Guide. Wiley, New York.


Katili, J., & Hehuwat F., 1967. On the occurrence of large transcurrent faults in Sumatera Indonesia. J. Geosci.
Osaka Univ. 10 (1-1):5-17.
Nainggolan, D.A, Panjaitan,S., &Padmawidjaja, T., 2004. Kajian Gaya berat Terhadap Struktur dan Kaitannya
dengan Mineralisasi di Daerah Lembar Sidikalang, Sumatera Utara, Indonesia. Jurnal Geologi dan
Sumber Daya Mineral, Publikasi Khusus.
Tjia, H. D., 1977. Tectonic depression along the transcurrent Sumatera Fault System. Geol. Indonesia
4(1):13 -27.
Zwierzycki., 1922. Geological compilation map, Netherland East Indies, 1:1,000,000. Explanatory Note with
sheet I (N.Sumatera) Internal translation from the Dutch jaarb. Mijnw. Ned. Oost-Indie Verb.
(1919) 1:11-71.

Naskah diterima : 18 Oktober 2006


Revisi terakhir : 6 Juni 2006

256 JSDG Vol. XVII No. 4 Agustus 2007

Anda mungkin juga menyukai