293 442 1 PB
293 442 1 PB
D.A. Nainggolan
Pusat Survei Geologi
Jl. Diponegoro No. 57 Bandung - 40122
SARI
Secara tektonik regional, daerah Lembar Medan (skala 1:250.000) dilalui oleh lajur pegunungan dan cekungan busur
belakang (back-arc basin). Jalur pegunungan menempati bagian barat daya lembar peta. Daerah ini merupakan
pinggiran bagian barat laut dan utara Kabanjahe yang mempunyai nilai anomali Bouguer dari 0 sampai -70 mgal. Lajur
cekungan busur belakang yang menempati lebih dari 50% daerah penelitian meluas ke arah timur sampai Selat Malaka,
dan mempunyai nilai anomali Bouguer dari 0 sampai 20 mgal. Hasil analisis kualitatif dan kuantitatif anomali Bouguer
dan sisa memperlihatkan struktur-struktur bentukan antiklin dan sinklin, serta pensesaran berarah barat laut - tenggara.
Kata kunci : pegunungan, cekungan bujur belakang, Selat Malaka, struktur bawah permukaan, anomali Bouguer
ABSTRACT
Regionally, tectonics of the Medan Quadrangle is occupied by mountainous and back-arc basin zones. Mountainous
J
zone occupies the southwestern of the quadrangles, and is situated in the northwestern part of Kabanjahe, having
Bouguer anomaly ranges from -70 to 0 mgals. Zone of back-arc basin occupying more than 50% of the area extends to
the east into the Malacca Strait, having Bouguer anomaly ranges from 0 until +20 mgals. The qualitative and
G
quantitative of Bouguer and residual anomalies represent numerous shapes of anticlinal and synclinal structure
including faulting system having direction of northwest - southeast.
Keywords : mountainous, back-arc basin, Malacca Strait, subsurface structure, Bouguer anomaly
S
1:250.000), secara geografis mempunyai koordinat Sejak zaman Belanda minyak bumi sudah diproduksi
antara 97°30’ - 99°00’ BT dan 3°00’ - 4°00’ LU dari cekungan ini di Pangkalan Susu/Lembar
(Gambar 1). Lembar ini di sebelah utara dibatasi oleh Langsa). Rangkaian pengendapan hidrokarbon ini
Lembar Langsa, di sebelah timur berbatasan dengan seolah-olah menghilang(?) pada daerah-daerah
Lembar Tebing Tinggi, di sebelah selatan dengan Lembar Pematang Siantar, Tebing Tinggi, dan
Lembar Sidikalang, dan di sebelah barat dengan Lembar Medan (Cameron dkk., 1982).
Lembar Tapaktuan.
Data gaya berat diambil dari basis data di komputer
Daerah yang dibahas sebagian besar termasuk kelompok Geofisika, Program Pemetaan Dasar, Pusat
bagian dari cekungan busur belakang (back-arc Survei Geologi Bandung. Data yang dianalisis
basin) (Gambar 2). Cekungan busur belakang merupakan hasil pemetaan bersistem luar Jawa,
menempati daratan bagian timur Pulau Sumatera skala 1: 250.000.
yang memanjang dari Provinsi Sumatera Selatan Makalah ini membahas dan menganalisis data
sampai Provinsi Nangro Aceh Darussalam (NAD). anomali Bouguer secara kualitatif dan kuantitatif
Data gaya berat yang dipakai pada makalah ini untuk menerangkan aspek-aspek geologinya. Aspek-
adalah hasil pemetaan regional bersistem luar Jawa aspek tersebut meliputi jenis batuan dasar, rapat
yang dilakukan pada tahun anggaran 1998/1999 di massa batuan dasar, dan struktur yang terdapat di
daerah Lembar Medan. Hasil penelitian berupa peta daerah penelitian, serta kaitannya dengan
anomali Bouguer lengkap Lembar Medan, Sumatera kemungkinan potensi sumber daya geologi yang
terdapat di sana.
95°
BT 100°
BT 105°
BT
SE
LA
Banda Aceh
6
T
1
M
5°
LU
AL
AK
2 5 11 MALAYSIA
A
Medan
4 10 18
44
3 9 17
16 24 31
46
8
15 23 30 38
Pakanbaru 0°
Padang
SUMATERA
7 14 22 29 37
13 21 28 Jambi 36 43
SA
M
U
D
20 27 35 42
ER
Palembang
A
12 19 Bengkulu 45
H
IN
26 34 41
D
IA
J
33 40
5°
LS
25 Bandarlampung
Lokasi Peta 32 39
G
94°
BT 109°
BT
6°
LU
Keterangan:
SE
M
LA
M
U
M
A
Continental Crust Zone
AL
LA
Y
AK
SI
A
Cekungan Busur Depan
A
Medan B T
S Fore-Arc Basin
U Busur Gunung Api Barisan
M S
A Barisan Vulcanic Arc
T Cekungan Busur Belakang
E
R Back-Arc Basin
A
Kerak Benua
Continental Crust
SA
Kerak Samudra
M
U
Oceanic Crust
D
RA
Sumbu Palung
H
IN
Palung Axes
D
IA
menganan yang dimulai pada kala Oligosen. (Fitch, Daerah depressi Alas - Reunum, merupakan
1972 dan Curray dkk., 1970). Struktur-struktur yang kompleks Sesar Sumatera yang memotong Lembar
berkembang di daerah penelitian berupa : sesar, Medan ini dengan arah barat laut - tenggara. Daerah
G
lipatan, sinklin/antiklin. Sesar Sumatera (Sumatera ini merupakan terban Kutacane yang mempunyai
Fault System/''SFS'') yang memotong Pulau Sumatera panjang 70 km dan lebar 7 km, yang dasar terbannya
mulai dari Lampung sampai Aceh melalui sebelah terletak sekitar 180 - 200 m di bawah permukaan
barat daerah penelitian. tanah.
S
MORFOLOGI GEOLOGI
Menurut Cameron dkk., 1982, daerah penelitian bisa Stratigrafi daerah Lembar Medan cukup rumit. Untuk
M
dibagi menjadi enam satuan morfologi (lihat Gambar mempermudah penggolongannya, penulis terdahulu
4), yaitu : membaginya yang berdasarkan jenis batuan dan
posisi terjadinya yang menerus di dalam suatu kurun
– Dataran rendah
waktu. Pembagian ini sesuai dengan rekomendasi
– Pebukitan agak landai komisi IUGS (Hedberg, 1976) dan London
– Pegunungan Bukit Barisan Geological Society (Harland dkk., 1978).
– Dataran Tinggi Brastagi
– Plato Kabanjahe dan Penamaan satuan litostratigrafi Kelompok, Formasi,
– Daerah depressi Alas - Reunum dan Anggota di Lembar ini dipakai untuk
membedakan satuan litostratigrafi, yang bisa
Dataran rendah, yang menempati wilayah yang luas mengandung beberapa satuan formasi dan anggota
di bagian timur lembar peta mulai dari Tanjung Balai formasi ( Cameron dkk., 1982).
di sebelah timur laut, menerus dan melebar ke arah
selatan memasuki Lembar Bagan Siapi-api dan Satuan litostratigrafi tertua dan yang menjadi batuan
Lembar Dumai yang ditempati oleh batuan aluvium dasar di daerah ini adalah Kelompok Tapanuli,
yang berumur Kuarter. berumur dari awal Karbon sampai awal Permian,
terdiri atas batuan metasedimen. Kelompok Tapanuli
Perbukitan agak landai, merupakan kaki-kaki
Pegunungan Bukit Barisan, menempati bagian ini terdiri atas banyak formasi, seperti: Formasi Kluet,
tengah lembar dengan arah barat laut - tenggara, di Formasi Bohorok, dan Formasi Alas (karbonat pantai
tempati oleh batuan sedimen Tersier dan Pratersier dan basal Permian). Walaupun Kelompok Tapanuli ini
dengan ketinggian topografi <150 meter. sangat jarang mengandung fosil, Zwierzycki (1922)
bagian yang terangkat, dan Tersier III bagian yang yang berubah menjadi membulat tertutup karena
turun. Kelompok yang tadinya diduga merupakan bentukan struktur yang berkembang di daerah ini.
batuan dasar, ternyata termasuk ke dalam Kelompok Ada dua daerah anomali yang menarik di lembar ini,
besar Mereudu (Cameron dkk., 1982). Kelompok yaitu :
S
Jambu Aye merupakan bagian dari Kelompok Tersier 1. Daerah Bukit Barisan, sebelah barat dan bara laut
II, sedangkan Kelompok Lhosukon merupakan lembar peta mempunyai kurun nilai dari -95 mgal
bagian dari Kelompok Tersier III dan merupakan dari arah barat sampai -25 mgal ke tengah lembar
Cekungan Sumatera Utara. Kelompok Gadis peta dengan arah utara - selatan, atau hampir
M
Coast B A R I S A N G E A N T I C L I N
COAST STRAIT OF MALACCA
Sumateran Fault System
2a
DIAPHIRE
3
2b ANTICLINE
3 2a 2b
3
3b 2a
2a ? 2b
2c
1 SIKULEH
SIKULEH CONTINENTAL BATHOLITH SUNDALAND
FRAGMENT
Gambar 3. Penampang struktur dari pantai barat ke pantai timur melalui Aceh Tengah (Cameron dkk, 1982).
QS Endapan Rawa
To
QTs
ms
Qa QTs Batuan Sidimen Bukan Laut
Tns
Qv Plio-Plistosen
Pg Tms
Batuan Gunung Api
QTv Plio-Plistosen
J
QTs Tns Sedimen peralihan Mio-Pliosen
Sedimen laut dangkal
QS Tms Eosen-Oligosen
Binjai MEDAN Sedimen genang laut
Toms Oligo-Miosen
G
PCsc Lubukpakam
Sedimen antargunung
Tomsm Oligo-Miosen
Pg Qv
Tmi Batuan terobosan Miosen
Pl Tmi
Pl Kutacane
Cs Batuan malihan Karbon
S
Qv
KJl Batuan karbonat Jura-Kapur
Tomsm Tomsm Qa
Batuan Gunung Api Jura-Kapur
3°LU
Mata Air panas
247
97°30' 97°45' 98°00' 98°15' 98°30' 98°45' 99°00'
4°00'
99°00' 4°00'
99°00' U
B
Tanjungpura 20
SELAT MALAKA B T
S
3°45'
3°45'
A 0
0
Binjai MEDAN
M Lubukpakam
D 3°30'
10
S
-75 -25
-25 0
Kutacane -10
-50
-50 -20
-30
G
-40
3°15'
3°15' -50
-25
-60
J
-70
-50
-80
Kabanjahe -90
-25 -50 -10 0
3°00'
C 3°00'
97°30' 97°45' 98°00' 98°15' 98°30' 98°45' 99°00'
Geo-Dynamics
KETERANGAN :
Batas Pulau Selang kontur anomali 2 mgal
SKALA 1:1.000.000
0 30 km Kota Garis penampang
A B
Gambar 5. Peta anomali Bouguer Lembar Medan, Sumatera.
248
Geo-Dynamics
Secara umum, landaian anomali mempunyai arah penyebab anomali ini adalah massa kerak yang
barat daya - timur laut dan hampir barat - timur. Dari mempunyai rapat massa lebih besar daripada rapat
penampakan pola dan besaran anomali, daerah yang massa kerak rata-rata (> 2,67 gram/cm3 ), misalnya
dianalisis dapat dibagi menjadi tiga lajur (Gambar 5), intrusi batuan beku mempunyai rapat massa > 2,67
yaitu Lajur barat dengan anomali antara -25 s/d -95 gr/cm3, juga depressi-depressi atau cekungan
mgal, yang mempunyai pola kelurusan kontur sedimen yang dalam dan mempunyai rapat massa <
anomali hampir utara - selatan. Lajur tengah 2,67 gr/cm3.
mempuyai anomali antara 0 s/d -25 mgal dengan
Dari penampakan anomali regional (Gambar 7),
pola kontur yang tidak teratur. Terdapat juga
permukaan kerak kontinen di daerah lembar ini tidak
beberapa bulatan anomali kecil dengan arah yang
mempunyai tofografi yang halus, terutama di daerah
tidak teratur. Lajur timur mempunyai anomali antara
barat sampai tengah daerah lembar yang
0 s/d 20 mgal, dan kelurusan pola kontur hampir
memperlihatkan landaian yang cukup tajam berarah
barat laut - tenggara.
hampir barat - timur. Sementara dari tengah daerah
lembar peta ke arah timur sangat landai, hanya
Anomali Sisa
arahnya tidak teratur.
Anomali sisa diperoleh dengan menerapkan trend
surface analysis pada data set terkisi. Anomali ANALISIS KUANTITATIF
Bouguer sisa ini memperjelas keberadaan struktur-
struktur dangkal (shallow effect). Daerah yang Dalam analisis kuantitatif ini, dua buah penampang
anomali Bouguer dan anomali sisa dibuat model
J
menjadi menyempit dan nilai anomalinya relatif lebih dengan koordinat 99°00' BT dan 3°30' LU.
rendah dari lajur sebelah barat dan lajur sebelah Untuk pemodelan, semua informasi geologi seperti
timur. Lajur sebelah barat bertambah luas di bagian keberadaan struktur, lubang bor, dan kedalaman
tengah ke arah lajur tengah, dan lajur timur
M
jelas struktur-struktur sesar, dan bentukan antiklin antiklin/sinklin dengan arah barat - timur (Gambar 5
dan sinklin (Gambar 8). - 6). Dalam lajur barat sendiri terbentuk perlipatan
sinklin/antiklin dengan sumbu berarah hampir utara
Penampang C - D
M
Tanjungpura
B T
SELAT MALAKA
S
3°45' A 3°45'
SKALA 1:1.000.000
0 30 km
J
BINJAI MEDAN
Lubukpakam
KETERANGAN :
G
3°30'
D 3°30'
A Selang kontur anomali 2 mgal
Lubukpakam Kota
Jalan
S
Batas Pulau
251
97°30' 97°45' 98°00' 98°15' 98°30' 98°45' 99°00'
4°00'
4°00'
U
SELAT MALAKA B T
Tanjungpura
S
SKALA 1:1.000.000
3°45'
3°45'
0 30 km
M
KETERANGAN :
Binjai MEDAN
3°30'
Batas Pulau
20
Kutacane 10
G 0
-10
3°15'
3°15'
-20
J
-30
-40
-50
-60
Kabanjahe -70
3°00'
3°00'
-80
Geo-Dynamics
252
Geo-Dynamics
D 0,0
= obs
= calc -10,0
-20,0
mgal
-30,0
C -40,0
-50,0
10 30 50 70 90 110 130 150
J a r a k (K m)
2,0
2,35 -2,0
-6,0
Kedalaman (K m)
-10,0
2,67 -14,0
-18,0
3,10 -22,0
J
-26,0
-30,0
G
= calc
S
= obs 8,0
4,0
mgal
0,0
D -4,0
-8,0
M
C -12,0
-16,0
10 30 50 70 90 110 130 150
J a r a k (K m) 0,50
Antiklin
0,00
2,20
Kedalaman (K m)
-0,50
Sinklin
Sinklin
-1,00
Antiklin
A ntiklin
Antiklin -1,50
-2,00
2,35 -2,50
-3,00
-3,50
2,67 2,67 2,67 -4,00
Sinklin
-4,50
Keterangan
ñ = 2,20, sedimen = 3,10, kerak samudra
ñ = 2,35, sedimen Sesar
ñ ñ = 2,67, kerak kontinen
mgal
-40
-60
-80
-100
10 30 50 70 90 110 130 150
J a r a k (K m)
2,0
2 2.35
2,35 -2,0
Kedalaman (K m)
-6,0
-10,0
-14,0
2,67
-18,0
-22,0
J
-26,0
3,10
-30,0
G
8,0
= calc
S
= obs 6,0
4,0
2,0
mGal
.0
-2,0
-4,0
M
-6,0
-8,0
-10,0
10 30 50 70 90 110 130 150
J a r a k (K m) 0,50
Antiklin
.00
2,20 Sinklin Sinklin
Sinklin Sinklin -0,50
(K m)
-1,00
-1,50
Kedalaman
Keterangan -4,50
B T
BCH
Tanjungpura
BCH
SELAT MALAKA S
SKALA 1:1.000.000
0 30 km
BCH
KETERANGAN :
BINJAI MEDAN
BCH Antiklin
B C H : Bisa menjadi
Cebakan Hidrokarbon
Kabanjahe
Gambar 10. Peta pola struktur hasil analisis kualitatif dan kuantitatif.
G
Di daerah Lembar Sidikalang endapan ini dinamakan selatan), barat laut Kutacane, barat Tanjung Pura
Endapan Sedex (bijih Cu, Pb, dan Zn), dan terdapat (arah sumbunya hampir barat laut - tenggara), dan
kira-kira 30 kilometer di sebelah barat kota lain sebagainya. Yang cukup potensial untuk cebakan
Sidikalang yang sedang di eksplorasi sampai saat ini gas alam sampai saat ini adalah antiklin yang ada di
S
(Nainggolan dkk, 2004). Anomali Bouguer di utara Kabanjahe dan di barat laut Kutacane
Lembar Sidikalang maupun Lembar Medan tidak (Cameron dkk., 1982). Sumber mata air panas di
menunjukkan anomali yang positif. Hal ini karena kedua tempat ini juga ditemukan (Gambar 4). Tahun
nilai anomali positif yang ditimbulkan oleh intrusi- 1892 - 1934 hidrokarbon sudah dieksploitasi oleh
M
intrusi tersebut terlalu kecil dibandingkan dengan Pemerintah Belanda dari lapangan Telaga Said Bukit
anomali negatif yang ditimbulkan oleh kerak Sentang dan Lapangan Darat (Cameron dkk., 1982),
samudra yang jauh lebih dalam dari biasanya (sekitar posisinya kira-kira 98°17’ BT dan 3°56’ LU. Dari
32 kilometer), dan juga batuan sedimen yang cukup hasil analisis kualitatif dan kuantitatif, ditemukan
tebal. Tetapi, penampilan peta anomali sisa banyak lipatan-lipatan pada daerah-daerah yang bisa
menunjukkan adanya anomali positif di daerah berpotensi untuk cebakan hidrokarbon, seperti
tersebut yang mungkin dihasilkan oleh endapan daerah Tanjung Pura, barat daya Tanjung Pura, timur
sedex tersebut (Gambar 6). Menurut komunikasi Tanjung Pura (Perairan Selat Malaka), selatan
lisan dengan Tarmizi (Manager Operasi Prima Dairi Medan, utara dan selatan Lubukpakam (Gambar
Mining, Perusahaan Tambang yang beroperasi di 10).
Lembar Sidikalang) konsesi tambang itu mencapai
daerah-daerah di Lembar Medan, bahkan sampai KESIMPULAN DAN SARAN
memasuki Provinsi Nangro Aceh Darussalam (NAD)
dan mempunyai cadangan yang cukup baik. Hasil analisis kualitatif terhadap anomali Bouguer
dan anomali sisa menunjukkan :
Dari hasil analisis kualitatif terdapat beberapa
cekungan (sinklin) yang cukup menarik pada lembar Bentukan struktur yang berkembang di daerah
n
ini, yaitu : Cekungan di utara Kabanjahe, tenggara Lembar Medan ini mempunyai arah barat laut -
Kutacane (mempunyai arah sumbu hampir utara - tenggara, utara - selatan dan barat daya - timur
laut.
ACUAN
Aldiss D. T., Sjafudien a.G. Kusjono., 1983. The Geology of The Sidikalang Quadrangle, Sumatera. Dept.
Perambangan dan Energy, Dirjen Pertambangan Umum Puslitbang Geologi, Bandung, Indonesia.
Cameron,N. R., Aspden J. A., Bridge D. McC, Djunuddin A, Ghazali S.A, Harahap H, Hariwidjaja, Johari S,
Kartawa W, Keats W, Ngabito H, Rock N. M. S & Whandoyo R., 1982. The Geology of The
Medan Quadrangle, Sumatera. Departemen Pertambangan dan Energy, Dirjen Pertambangan
J
Endharto.M., and Sukido., 1994. Geological Map of The Sinabang Sheet, Sumatera. Dept. Energy dan
Sumber Daya Mineral, Dirjen Geology dan Sumber daya Mineral, Puslitbang Geologi, Bandung,
Indonesia.
Fitch, F.J., 1972. Plate Convergence, Transcurrent Faults & internel deformation adjacent To southeast Asia and
S