Anda di halaman 1dari 7

3

BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1. Keadaan Umum Perusahaan


PT. Intan Prima Metalindo (PT. IPM) didirikan pada tanggal 16 Maret 1989
dan berpusat di Jakarta dengan Direktur Utama sekarang yaitu Bapak Zainuddin
Marpaung. Izin Usaha Pertambangan (IUP) di Kabupaten Kupang disetujui dan
disahkan sejak tanggal 12 Desember 2012 melalui Surat Keputusan Bupati
Kupang No: 654/KEP/HK/2012; tentang Persetujuan IUP Eksplorasi dengan
mengetahui Subur Riady sebagai Direksi/Komisaris perusahaan. Komoditas
utama yang menjadi tujuan eksplorasi yaitu berupa Mineral Logam (emas) dengan
lokasi IUP berada di Desa Tanini, Kecamatan Takari dan Desa Fatusuki,
Kecamatan Amfoang Selatan Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur dengan
luas wilayah IUP yaitu seluas 4700 Ha.
2.2. Lokasi dan Kesampaian Daerah
Secara administratif lokasi penelitian terletak di Desa Tanini, Kecamatan
Takari, Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur yang mana berada di
lokasi IUP PT. IPM seluas 168 Ha.
Lokasi penelitian dapat ditempuh melalui jalan darat dari Kota Kupang
menuju Takari (Pos Polisi Takari) melewati jalanan aspal hotmix sejauh + 60 km
menggunakan kendaraan beroda empat dengan lama waktu perjalanan + 2 jam
perjalanan. Kemudian dari pertigaan jalan Pos Polisi Takari dilanjutkan ke Desa
Tanini melewati jalanan pengerasan dan rusak menggunakan kendaraan beroda
empat sejauh + 50 km dengan lama perjalanan + 2 jam. Selanjutnya untuk
menelusuri lokasi geolistrik dapat dilakukan dengan berjalan kaki sejauh + 750 m
atau selama + 15 menit dari tepi jalan.
4

(Sumber: BPS, 2010)


Gambar II.1 Peta kesampaian lokasi penelitian
2.3. Kondisi Topografi, Geomorfologi dan Iklim
2.3.1. Geomorfologi
Secara geografis wilayah lokasi penelitian berada pada koordinat UTM
seperti tampak pada Tabel II.1. Dari segi fisiografi P. Timor khususnya
pada lokasi penelitian yaitu di Desa Tanini termasuk dalam satuan
fisiografi pegunungan bergelombang. Fisiografi ini terdiri dari rangkaian
pegunungan berlereng landai sampai agak terjal, tersusun dari batuan yang
bersifat lempungan dan tidak padat. Sesuai dengan sifat batuannya maka
gejala rayapan maupun longsoran tanah sering dijumpai pada Kompleks
Bobonaro.
5

Gambar II.2 Peta Geomorfologi Nusa Tenggara Timur

2.3.2 Topografi
Ketinggian lokasi penelitian berkisar antara 475 – 610 m di atas permukaan
laut yang mana tersusun atas perbukitan bergelombang atau fatu (Rosidi,
dkk. 1981) yang mana oleh masyarakat setempat dikenal dengan nama fatu
Naeb’one dan bukit-bukit batu lainnya yang tersusun atas batuan gamping
maupun Ultrabasa yang tahan terhadap erosi serta dataran rendah
disekitarnya yang tersusun atas batuan lempungan atau bobonaro yang
mengalami erosi kuat sehingga menciptakan alur-alur sungai disekitar
lokasi.
Keadaan topografi wilayah penelitian dapat dilihat pada Gambar II.3
6

(Sumber: Peta olahan penulis,2014)


Gambar II.3 Peta topografi lokasi penelitian

Tabel II.1 Koordinat lokasi penelitian dalam UTM

No. Bujur (X) Lintang (Y)


1 597000 8916200
2 598400 8916200
3 597000 8915000
4 598400 8915000
(Sumber: Data olahan penulis, 2014)

2.3.2. Iklim
Pada dasarnya kondisi iklim di lokasi penelitian sama dengan kondisi
iklim daerah lainnya di Pulau Timor dan sebagian besar wilayah
Indonesia, yaitu beriklim tropis yang mana terbagi atas dua musim dalam
setahun yaitu musim hujan dan musim kemarau.
7

(Sumber: Kabupaten Kupang dalam Angka, 2012)


Gambar II.3 Grafik curah hujan Kabupaten Kupang tahun 2012

Secara umum, musim kemarau terjadi pada Juni-September, sedangkan


musim hujan pada Desember-Maret. Namun setahun terakhir telah terjadi
perubahan periode musim yang cukup signifikan. Waktu hujan menjadi
lebih panjang dibanding tahun-tahun sebelumnya, hal ini ditunjukkan
dalam grafik pada Gambar 2.3.

2.4. Geologi Daerah Penelitian dan Sekitarnya


Berdasarkan peta Geologi Regional Lembar Kupang-Atambua, Timor, yang
diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung (P3
Bandung) diketahui bahwa kondisi geologi daerah Penelitian berada pada Formasi
UltraBasa (Ub) yang dikelilingi oleh Formasi Maubisse (TRPml) dan Kompleks
Bobonaro (Tb) seperti yang terlihat pada Gambar 2.4 berikut.
8

(Sumber: Peta Geologi Regional Lembar Atambua – Kupang, 1966)


Gambar II.4 Peta geologi daerah penelitian dan sekitarnya

597000 597250 597500 597750 598000 598250


8916200

PETA GEOLOGI DETAIL


LOKASI PENELITIAN
DI DESA TANINI
8915950

LE GE NDA
J alan Lokal F ormasi Tb
Batas F ormasi F ormasi TR Pml
Garis Kontur, Kontur Indeks
F ormasi Ub
8915700

Kontur Bantu

C ekungan
Bukit/Gundukan
Mata Air, S ungai
S ungai Musiman, S ungai P erkiraan
Arah Aliran

Luas Area Penelitian 168 Ha

Lokasi P enelitian
8915450
8915200

S UMBE R PE TA :
1. BAKOS UR TANAL 2005, Datum WGS ' 84,
koordinat system h mm' ss" dan UTM 51 L
2. P emetaan Lapangan 2013
8915000

597000 597250 597500 597750 598000 598250

Gambar II.5 Peta Geologi Detail Desa Tanini

1. Formasi Ultrabasa (Ub) umur lapisan: Praperm


Umumnya terdiri atas batuan Basalt, Lerzolit dan Serpentinit. Basalt
berwarna abu-abu tua, porfiritik dan versikular sedangkan lerzolit berwarna
kehijauan, hypidiomorfik, banyak mengandung mineral hitam, retak retak
dan mengalami serpentinisasi dan Serpentinit yang merupakan bagian
9

terbesar berwarna hijau tua, kadang kadang dengan bintik-bintik hitam dan
putih.
Bintik bintik hitam terdiri dari mineral magnetit, sedangkan bintik-bintik
putihnya adalah mineral antigonit yang berbutir kasar sampai halus. Kedua
macam mineral tersebut dikelilingi oleh serabut-serabut serpofit dan krisotil
(Rosidi, dkk. 1981).
2. Formasi Maubisse (TRPml) umur lapisan: Perm akhir - Trias menengah
Terdiri dari batugamping merah dengan fosil crinoid dengan sisipan lava
bantal basalt. Lava basalt diinterpretasikan akibat rifting selama Perm.
Beberapa faunanya berasosiasi dengan fauna dari Gondwana (Fauzi
Hasibuan, 1994)
3. Kompleks Bobonaro (Tb) umur lapisan: Miosen tengah hingga Pliosen awal
Satuan batulempung ini termasuk dalam Kompleks Bobonaro yang dicirikan
dengan 2 macam bagian yaitu : batulempung bersisik (scaly clay) dan
bongkah-bongkah asing (exotix block) yang mempunyai ukuran dan jenis
yang bermacam-macam. Lempung bersisik mempunyai sifat yang seragam
yaitu menunjukkan cermin sesar, lunak dengan warna yang bervariasi :
merah tua, kehijauan, abu-abu kebiruan dan merah jambu. Terlihat garis-garis
alir dengan pola mendaun yang lemah, terutama apabila lempung ini terdapat
di sekitar batuan yang keras. batulempung ini tersusun oleh umumnya
montmorilonite, mengandung kandungan air asin dan sebagian merupakan
lempung diapir bersifat mengembang dalam keadaan basah. Batulempung
bersisik ini merupakan matrik dari bongkah-bongkah asing yang
disekitarnya, yang diperkirakan berumur lebih tua. Dalam batulempung
dijumpai fosil-fosil yang berumur dari Mesozoikum sampai Pliosen. Exotic
blok atau bongakah asing yang terdapat dalam Formasi ini terdiri dari
berbagai macam batuan dengan ukuran yang besar yang dijumpai di
lapangan dengan dimensi lebih dari 10 x10 x10 meter3 (Rosidi, dkk. 1981).

Anda mungkin juga menyukai