Anda di halaman 1dari 147

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI

KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK PADA COFFEE OMAH


KOTA BEKASI

SKRIPSI

Oleh
Dena Fathul Alam
NPM : 41185009150011

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM “45”
BEKASI
2021
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Dena Fathul Alam


NPM : 411850091850011
Program Studi : Agribisnis
Fakultas : Pertanian

Dengan ini saya menyatakan bahwa penelitian yang berjudul “Analisis Faktor-
Faktor yang Memengaruhi Keputusan Pembelian Produk pada Coffee Omah
Kota Bekasi” adalah hasil karya penulis sendiri dengan arahan dosen pembimbing
dan belum pernah diajukan sebagai karya tulis ilmiah pada perguruan tinggi atau
lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya orang
lain yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam daftar pustaka.

Bekasi, Desember 2021


Yang membuat pernyataan

Dena Fathul Alam

iii
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Bekasi pada tanggal 05 Juni


1996. Anak kedua dari tiga bersaudara, pasangan dari Bapak
Drs. Abdul Rojak, M.Pd. dan Ibu Esih Sukaesih, S.Pd.,
M.Pd. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di Sekolah
Dasar Islam Terpadu (SDIT) Al-Fitra pada tahun 2008,
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 193 Jakarta pada
tahun 2011 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 102
Jakarta dalam program IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) pada
tahun 2014. Pada tahun 2014 penulis pernah bekerja di
Supermarket Carrefour Harapan Indah sebagai Home
Delivery. Pada tahun yang sama penulis pernah bekerja di PT Puri Utama Sejahtera
Harapan Indah sebagai Operator Produksi. Tahun 2021 penulis membuka usaha
coffee shop di Kota Bekasi. Sejak tahun 2015 penulis terdaftar sebagai mahasiswa
aktif di Universitas Islam “45” Bekasi (UNISMA) pada Program Studi Agribisnis,
Fakultas Pertanian.
Selama masa kuliah, penulis aktif dalam kegiatan mahasiswa diantaranya
sebagai Anggota Divisi Sumber Daya Manusia (SDM) Senat Mahasiswa (SEMA)
Fakultas Pertanian UNISMA Bekasi periode 2016-2017, Ketua Divisi
Kewirausahaan dan Agribisnis Senat Mahasiswa (SEMA) Fakultas Pertanian
UNISMA Bekasi periode 2017-2019. Penulis pernah mengikuti berbagai
kepanitiaan di SEMA FAPERTA UNISMA.
Penulis pernah melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di salah satu
start-up bidang pertanian yaitu Agrisocio, Dramaga, Bogor. Pada tahun 2018
penulis pernah menjadi Volunteer di Agrisocio sebagai Liaison Officer pada
kegiatan kunjungan dari Universitas Lancang Kuning, Riau. Prestasi yang pernah
diraih selama kuliah yaitu mengikuti kompetisi Business Plan, Pekan
Kewirausahaan di Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon dan meraih predikat
Juara 2 pada tahun 2017.

v
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEPUTUSAN
PEMBELIAN PADA COFFEE OMAH KOTA BEKASI

Analysis of Influencing Purchase Decision Factors on Coffee Omah


Dena Fathul Alam1, Nana Danapriatna2 dan Ahya Kamilah3
1
Mahasiswa pembuat skripsi. 2Pembimbing Pertama. 3Pembimbing Kedua.
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Islam “45” Bekasi
Jl. Cut Meutia No. 83 Bekasi 117113

ABSTRACT

The trend of increasing coffee consumption has been welcomed by the growth of the
creative economy of the coffee commodity. The development of more and more coffee
shops and different concepts to attract consumers. This has made coffee shop businesses
compete fiercely in order to survive, including Coffee Omah. Therefore, a research on
consumer behavior was carried out regarding consumer characteristics, the process of
making consumer purchasing decisions and analyzing the factors that influence consumer
purchasing decisions. The method used in this research is descriptive analysis and path
analysis using the SPSS 22 program. The results showed that the visitors were dominated
by males aged 21-25 years. Consumers visit because they gather with friends, relieve
fatigue and stress, coffee shop information is obtained from friends with consideration
before visiting, namely a comfortable place, the menu ordered is coffee milk and french
fries, consumers are satisfied and are willing to recommend the coffee shop to others.
Motivation and involvement have a direct influence on purchasing decisions with a value
of 0,596. Culture has a direct influence on purchasing decisions with a value of 0,379.
Indirect influence of motivation and involvement through culture on purchasing decisions
with a value of 0,119.
Keywords: Coffee Omah, consumer characteristics, purchasing decisions.

ABSTRAK

Trend peningkatan konsumsi kopi disambut baik dengan tumbuhnya ekonomi kreatif
dari komoditas kopi. Perkembangan kedai kopi yang semakin banyak dan memiliki konsep
yang berbeda-beda untuk menarik konsumen. Hal ini, membuat pelaku usaha kedai kopi
bersaing ketat agar mampu bertahan termasuk Coffee Omah. Oleh karena itu, dilakukan
penelitian perilaku konsumen mengenai karakteristik konsumen, proses pengambilan
keputusan pembelian konsumen, dan menganalisis faktor yang memengaruhi keputusan
pembelian konsumen. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah analisis deskriptif
dan analisis jalur menggunakan program SPSS 22. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pengunjung didominasi oleh laki-laki dengan usia 21-25 tahun. Konsumen berkunjung
karena berkumpul dengan teman, menghilangkan rasa penat dan stress, informasi kedai
kopi diperoleh dari teman dengan pertimbangan yaitu tempat nyaman, menu yang dipesan
adalah kopi susu dan kentang goreng, konsumen merasa puas dan bersedia
merekomendasikan kedai kopi kepada orang lain. Motivasi dan keterlibatan memiliki
pengaruh langsung terhadap keputusan pembelian dengan nilai 0,596. Budaya memiliki
pengaruh langsung terhadap keputusan pembelian dengan nilai 0,379. Pengaruh tidak
langsung motivasi dan keterlibatan melalui budaya terhadap keputusan pembelian dengan
nilai 0,119.
Kata kunci : Coffee Omah, karakteristik, keputusan pembelian.

vii
RINGKASAN

Dena Fathul Alam. Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Keputusan


Pembelian pada Coffee Omah Kota Bekasi. Dibawah bimbingan Dr. Nana
Danapriatna, Ir., M.P., dan Ahya Kamilah, Ir., M.Si.

Trend peningkatan konsumsi kopi disambut baik dengan tumbuhnya ekonomi


kreatif dari komoditas kopi. Perkembangan kedai kopi yang semakin banyak dan
memiliki konsep yang berbeda-beda untuk menarik konsumen. Hal ini, membuat
pelaku usaha kedai kopi bersaing ketat agar mampu bertahan termasuk Coffee
Omah. Oleh karena itu, dilakukan penelitian perilaku konsumen mengenai
karakteristik konsumen, proses pengambilan keputusan pembelian konsumen, dan
menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi keputusan pembelian konsumen.
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi karakteristik konsumen pada
Coffee Omah; (2) mengidentifikasi proses pengambilan keputusan pembelian
konsumen pada Coffee Omah; dan (3) menganalisis faktor-faktor yang
memengaruhi keputusan pembelian pada Coffee Omah.
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah kuantitatif dengan
pendekatan survei. Analisis yang digunakan meliputi analisis deskriptif dan
analisis jalur dengan menggunakan program SPSS 22. Data yang digunakan berupa
data kuesioner yang berisikan pertanyaan mengenai karakteristik konsumen,
proses pengambilan keputusan pembelian konsumen dan faktor yang memengaruhi
keputusan pembelian dalam berkunjung ke kedai kopi. Data di uji kesahihannya
menggunakan uji validitas, uji realibilitas dan uji normalitas.
Hasil penelitian menunjukkan karakteristik konsumen pada Coffee Omah di
dominasi oleh laki-laki dengan rentang usia 21-25 tahun, berstatus belum menikah,
berdomisili di Kota Bekasi, pendidikan terakhir SMA, pekerjaan sebagai pelajar
atau mahasiswa, pendapatan per bulan atau uang saku per bulan yaitu
<Rp2.000.000,00. Proses pengambilan keputusan pembelian pada Coffee Omah
diawali dengan tahap pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi
berbagai alternatif, keputusan pembelian, pasca pembelian. Motivasi dan
keterlibatan memiliki pengaruh langsung terhadap keputusan pembelian dengan
nilai 0,596. Budaya memiliki pengaruh langsung terhadap keputusan pembelian
dengan nilai 0,379. Pengaruh tidak langsung motivasi dan keterlibatan melalui
budaya terhadap keputusan pembelian dengan nilai 0,119.

ix
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEPUTUSAN
PEMBELIAN PADA COFFEE OMAH KOTA BEKASI

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi


Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

Oleh
Dena Fathul Alam
NPM : 41185009150011

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM “45”
BEKASI
2021

xi
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Keputusan


Pembelian pada Coffee Omah Kota Bekasi
Nama : Dena Fathul Alam
NPM : 41185009150011
Program Studi : Agribisnis

Telah diuji dalam Sidang Komprehensif


Pada Tanggal 19 November 2021

Menyetujui dan Mengesahkan,

Pembimbing. Penguji.

Dr. Nana Danapriatna, Ir., M.P. Ismarani, S.Si., M.Si.


Pembimbing I Penelaah I

Ahya Kamilah, Ir., M.Si. Ridwan Lutfiadi, Ir., M.T.


Pembimbing II Penelaah II

Dawud Ardisela, Ir., M.T.


Penelaah III

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian Ketua Program Studi Agribisnis

Ahya Kamilah, Ir., M.Si. Ismarani, S.Si., M.Si.

xiii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan


karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan
judul “Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Keputusan Pembelian
pada Coffee Omah Kota Bekasi”. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan
rasa terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala bantuan, bimbingan, dan saran
kepada :
1. Alm. Dr. Nandang Najmulmunir, Ir,. M.S., selaku Rektor Universitas
Islam “45” Bekasi masa bakti sampai dengan Juni 2021 sekaligus
Pembimbing I yang telah merekomendasikan model analysis path dalam
penelitian ini.
2. Ahya Kamilah, Ir,. M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Islam “45” Bekasi sekaligus Pembimbing II yang telah memberikan
pengarahan dalam menyelesaikan penelitian ini.
3. Ismarani, S. Si., M.Si., selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Islam “45” Bekasi.
4. Dr. Nana Danapriatna, Ir., M.P., selaku Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan pengarahan dalam menyelesaikan penelitian ini.
5. Dosen, Staff Tata Usaha, dan Civitas Akademika Fakultas Pertanian
Universitas Islam “45” Bekasi yang telah memberikan motivasi selama
proses kuliah.
6. Kedua orang tua, serta keluarga besar yang telah mendidik, mendoakan
dan membesarkan penulis hingga seperti saat ini.
7. Bapak Bagus, selaku Owner “Coffee Omah” yang telah mengizinkan dan
memberikan informasi pada penulis dalam melakukan penelitian di tempat
usaha miliknya.
8. Teman-teman angkatan 2015, khususnya AYD (Agung dan Yogi) dan
Mentor skripsi, (Agriqueens) yang telah memberikan support dan arahan.
9. Teman-teman, sahabat, adik-adik yang telah memberikan semangat,
dukungan dan doa dalam menyelesaikan skripsi ini.

xv
10. Teman-teman PASUKAN yang telah memberikan support dan doa
kepada penulis untuk selalu bersemangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna, karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
untuk penulisan selanjutnya.

Bekasi, Desember 2021

Penulis

xvi
DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................. iii


RIWAYAT HIDUP .................................................................................................v
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ xiii
KATA PENGANTAR ..........................................................................................xv
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xvii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xxiii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xxv
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian ...............................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................7
2.1 Sistem Agribisnis ...............................................................................7
2.2 Sejarah Kopi ......................................................................................8
2.3 Coffee Shop ........................................................................................9
2.4 Bauran Pemasaran............................................................................14
2.5 Perilaku Konsumen ..........................................................................17
2.6 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Konsumen ...................19
2.7 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Keputusan Pembelian ...............21
2.8 Analisis Jalur (Path Analysis) ..........................................................25
2.9 Penelitian Terdahulu ........................................................................26
2.10 Kerangka Pemikiran ........................................................................28
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................31
3.1 Metode Penelitian .............................................................................31
3.2 Objek dan Lokasi Penelitian ............................................................31
3.3 Populasi dan Sampel ........................................................................31
3.4 Data dan Sumber Data......................................................................32

xvii
3.5 Analisis Data ................................................................................... 33
3.6 Jadwal Penelitian ............................................................................. 39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 41
4.1 Gambaran Umum Coffee Omah...................................................... 41
4.2 Karakteristik Konsumen Coffee Omah ........................................... 46
4.3 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Konsumen Coffee
Omah .............................................................................................. 49
4.4 Uji Instrumen................................................................................... 60
4.5 Metode Suksesif Interval (MSI) ...................................................... 62
4.6 Uji Normalitas ................................................................................. 62
4.7 Analisis Deskriptif........................................................................... 63
4.8 Analisis Verifikatif Variabel ........................................................... 85
4.9 Analisis Jalur (Path Analysis) ......................................................... 89
4.10 Implikasi Manajerial ....................................................................... 92
BAB V SIMPULAN ............................................................................................. 95
5.1 Simpulan.......................................................................................... 95
5.2 Saran ................................................................................................ 95
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 97

xviii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Produksi Kopi di Indonesia Tahun 2012-2017 .......................................1


Tabel 2. Prediksi dan Konsumsi Kopi di Indonesia Tahun 2016-2021 ................2
Tabel 3. Ketertarikan terhadap Coffee Shop di Beberapa Kota ............................2
Tabel 4. Perkembangan Coffee Shop di Kota Bekasi ............................................3
Tabel 5. Data Penjualan Coffee Omah Tahun 2019 .............................................4
Tabel 6. Menu Kopi Populer di Indonesia ..........................................................12
Tabel 7. Minuman Non Kopi yang Banyak dipesan ...........................................13
Tabel 8. Jam Operasional Bisnis Kopi pada Bulan April- Juli Tahun 2018 .......13
Tabel 9. Operasionalisasi Variabel .....................................................................38
Tabel 10. Jadwal Penelitian...................................................................................39
Tabel 11. Karakteristik Responden Konsumen Coffee Omah ..............................47
Tabel 12. Data Responden Berdasarkan Pengenalan Kebutuhan .........................50
Tabel 13. Data Responden Berdasarkan Pencarian Informasi ..............................52
Tabel 14. Data Responden Berdasarkan Pencarian Informasi ..............................53
Tabel 15. Data Responden Berdasarkan Keputusan Pembelian ...........................56
Tabel 16. Data Responden Berdasarkan Perilaku Pasca Pembelian .....................58
Tabel 17. Hasil Uji Validitas Variabel ..................................................................61
Tabel 18. Hasil Uji Reliabilitas .............................................................................62
Tabel 19. Hasil Uji Normalitas One Sample Kolmogorov Smirnov Test ..............62
Tabel 20. Hasil Analisis Item Pernyataan Terkait Berkunjung ke Coffee Omah
Dilakukan Setelah Beraktivitas atau Bekerja (X1.1) .............................63
Tabel 21. Hasil Analisis Item Pernyataan Terkait Produk yang Berkualitas dan
Sesuai dengan Kebutuhan (X1.2) ...........................................................64
Tabel 22. Hasil Analisis Rekap Dimensi Variabel Gaya Hidup (X1) ...................64
Tabel 23. Hasil Analisis Item Pernyataan Terkait Kepercayaan terhadap
Produk di Coffee Omah (X2.1) ..............................................................65
Tabel 24. Hasil Analisis Item Pernyataan Terkait Berkunjung ke Coffee Omah
karena Suka Produknya (X2.2) ..............................................................66
Tabel 25. Hasil Analisis Item Pernyataan Tetap akan Bekunjung ke Coffee
Omah Meskipun Ada Coffee Shop Lain yang Lebih Menarik (X2.3) ...66
Tabel 26. Hasil Analisis Rekap Dimensi Variabel Sikap (X2) .............................67
Tabel 27. Hasil Analisis Item Pernyataan Terkait Pengetahuan terhadap
Kualitas, Cita Rasa dan Penyajian di Coffee Omah (X3.1) ...................68

xix
Tabel 28. Hasil Analisis Item Pernyataan Terkait Berkunjung ke Coffee Omah
karena Lokasi yang Mudah Dicapai (X3.2) ........................................... 69
Tabel 29. Hasil Analisis Item Pernyataan Terkait Coffee Omah Menyajikan
Cita Rasa Produk Baik (X3.3) ............................................................... 69
Tabel 30. Hasil Analisis Rekap Dimensi Variabel Pengetahuan (X3).................. 70
Tabel 31. Hasil Analisis Item Pernyataan Terkait Berkunjung ke Coffee Omah
karena Kebutuhan atau Keinginan (X4.1) ............................................. 71
Tabel 32. Hasil Analisis Item Pernyataan Terkait Suasana Tempat yang
Nyaman Menjadi Pertimbangan dalam Membeli Produk di Coffee
Omah (X4.2) .......................................................................................... 72
Tabel 33. Hasil Analisis Item Pernyataan Terkait Membeli Produk di Coffee
Omah Sebagai Pemuas Kebutuhan Meminum Kopi (X4.3) .................. 72
Tabel 34. Hasil Analisis Item Pernyataan Terkait Pembelian Ulang di Coffee
Omah Meskipun Mengalami Kenaikan Harga (X4.4) ........................... 73
Tabel 35. Hasil Rekap Dimensi Variabel Motivasi dan Keterlibaan (X 4)............ 74
Tabel 36. Hasil Analisis Item Pernyataan Terkait Keyakinan terhadap Rasa
yang Khas pada Produk di Coffee Omah (X5.1) ................................... 75
Tabel 37. Hasil Analisis Item Pernyataan Terkait Menu yang Disajikan Coffee
Omah Memiliki Cita Rasa yang Baik (X5.2) ........................................ 75
Tabel 38. Hasil Analisis Item Pernyataan Terkait Berkunjung ke Coffee Omah
karena Gaya Hidup yang Instan dan Praktis (X5.3) .............................. 76
Tabel 39. Hasil Analisis Item Pernyataan Terkait Membeli Produk di Coffee
Omah karena Mengikuti Perkembangan Tren/Budaya Saat Ini (X5.4) . 77
Tabel 40. Hasil Rekap Dimensi Variabel Budaya (X5) ........................................ 78
Tabel 41. Hasil Analisis Item Pernyataan Terkait Berkunjung ke Coffee Omah
karena Sesuai dengan Pendapatan (X6.1) .............................................. 79
Tabel 42. Hasil Analisis Item Peryataan Terkait Berkunjung ke Coffee Omah
karena Gengsi dengan Lingkungan Sekitar (X6.2)................................ 79
Tabel 43. Hasil Rekap Dimensi Variabel Kelas Sosial (X6) ................................ 80
Tabel 44. Hasil Analisis Item Pernyataan Terkait Berkunjung ke Coffee Omah
karena Sesuai dengan Tujuan yang Dibeli (Y1) ................................... 81
Tabel 45. Hasil Analisis Item Pernyataan Terkait Membandingkan Coffee
Omah dengan Pesaing Sebelum Membeli (Y2).................................... 82
Tabel 46. Hasil Analisis Item Pernyataan Terkait Konsistensi Kunjungan ke
Coffee Omah (Y3) ................................................................................ 83
Tabel 47. Hasil Rekap Dimensi Variabel Keputusan Pembelian (Y) ................... 84
Tabel 48. Hasil Rekap Variabel Penelitian ........................................................... 85
Tabel 49. Hasil Analisis Koefisien Korelasi ........................................................ 86

xx
Tabel 50. Hasil Analisis Koefisien Regresi ..........................................................87
Tabel 51. Hasil Analisis Koefisien Jalur ...............................................................91
Tabel 52. Hasil Analisis Koefisien Jalur Setelah Trimming .................................91

xxi
xxii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Hierarki Kebutuhan Maslow (Maslow, 2018).....................................18


Gambar 2. Proses Pengambilan Keputusan Pembelian (Kotler, 2007). ................19
Gambar 3. Faktor yang Memengaruhi Keputusan Pembelian (Kotler, 2005). .....21
Gambar 4. Kerangka Pemikiran Penelitian. ..........................................................29
Gambar 5. Diagram Penelitian Model Analisis Jalur............................................37
Gambar 6. Struktur Organisasi (Jobdesk). ............................................................46
Gambar 7. Diagram Penelitian Model Analisis Jalur............................................89
Gambar 8. Diagram Penelitian Model Analisis Jalur (Trimming). .......................91

xxiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian .......................................................................107


Lampiran 2. Hasil Uji Validitas ..........................................................................113
Lampiran 3. Grafik Normalitas Residual ............................................................114
Lampiran 4. Nilai Regresi Linier Berganda ........................................................115
Lampiran 5. Daftar Menu dan Harga ..................................................................116
Lampiran 6. Dokumentasi Kegiatan ...................................................................117

xxv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kopi adalah salah satu kekayaan alam di Indonesia dan merupakan komoditas
perkebunan yang telah tersebar keseluruh dunia. Belanda menanam kopi secara
besar-besaran melalui program tanam paksa. Belanda mulai mendirikan
perkebunan kopi pertama di daerah Priangan Jawa Barat. Untuk selanjutnya
dikembangkan, dan ditanam di Sumatera, Sulawesi, Bali, Timor dan pulau-pulau
lainnya (Afriliana, 2018).
Saat ini Indonesia adalah salah satu produsen kopi terbesar di dunia. Berada di
posisi keempat setelah Kolombia, Brazil, dan Vietnam. Indonesia telah mencatat
prestasinya dalam meningkatkan penjualan kopi, akan tetapi dalam lima tahun
terakhir, produksi kopi di Indonesia mengalami penurunan (Kementrian Pertanian,
2017). Hal tersebut tidak sebanding dengan jumlah peningkatan konsumsi kopi
yang saat ini terjadi. Meskipun terjadi tidak keseimbangan antara produksi kopi
dan konsumsi kopi tetapi hal tersebut masih dikatakan surplus karena jumlah
produksi kopi lebih besar dari konsumsi kopi. Produksi kopi nasional dari tahun
2012-2017 mengalami penurunan, angka penurunan tertinggi terjadi pada tahun
2013-2014 sebesar 27.876 ton (Tabel 1).

Tabel 1. Produksi Kopi di Indonesia Tahun 2012-2017


Tahun Jumlah (ton)
2012 691.163
2013 675.881
2014 648.005
2015 639.400
2016 639.305
2017 637.539
Sumber : Kementrian Pertanian (2017).

Meningkatnya jumlah konsumsi kopi di Indonesia saat ini dipengaruhi oleh


gaya hidup. Sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Solikatun (2015)
dalam jurnal analisis sosiologi yang berjudul “Perilaku Konsumsi Kopi Sebagai
Budaya Masyarakat Konsumsi” bahwa perilaku konsumsi kopi yang dilakukan
para peminum kopi merupakan bagian dari gaya hidup sebagian masyarakat
Indonesia. Indikator lain perilaku konsumsi kopi adalah karena pengaruh teman,

1
2

keluarga, rekan kerja, pendapatan, motif, dan pengetahuan peminum kopi.


Disamping itu dalam perilaku konsumsi kopi memiliki alasan dan makna tertentu
dari setiap individu, diantaranya penghilang rasa gundah dalam menghadapi
masalah, penghilang rasa jenuh, keinginan kumpul bersama, menikmati aroma, dan
rasa minuman kopi yang khas. Peningkatan jumlah konsumsi kopi diprediksi kian
meningkat hingga tahun 2021, data tersebut dapat dilihat dalam Tabel 2.

Tabel 2. Prediksi dan Konsumsi Kopi di Indonesia Tahun 2016-2021


Tahun Jumlah (ton)
2016 249.824
2017 276.167
2018 314.365
2019 335.540
2020 353.885
2021 369.886
Sumber : Databoks (2017).

Tren peningkatan konsumsi kopi disambut baik dengan tumbuhnya ekonomi


kreatif dari komoditas kopi. Maraknya bisnis coffe shop saat ini salah satunya
dipengaruhi oleh peningkatan konsumsi. Google Trends (2021) bahkan
menemukan bahwa persentase orang-orang mencari kata kunci kedai kopi atau
coffee shop di internet pada bulan November 2020 mengalami kenaikan sampai
100% hingga bulan Agustus tahun 2021. Adapun kota-kota di Indonesia yang
paling banyak melakukan pencarian tentang coffee shop adalah Tangerang Selatan,
Bekasi, Bandung, Jakarta, dan Surabaya. Data mengenai ketertarikan terhadap
coffee shop di beberapa kota dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Ketertarikan terhadap Coffee Shop di Beberapa Kota


Kota Jumlah (%)
Tangerang Selatan 100
Bekasi 84
Bandung 78
Jakarta 74
Surabaya 44
Sumber : Google Trends Indonesia (2021).

Perkembangan bisnis coffee shop di Kota Bekasi semakin menjamur seiring


dengan animo masyarakat yang mulai menyukai kopi, disamping itu bisnis kopi
adalah bisnis yang menjanjikan untuk dijalankan oleh berbagai kalangan, terutama
anak muda. Jumlah coffee shop di kota-kota besar setiap tahunnya selalu
bertambah. Para pelaku usaha coffee shop berlomba-lomba menarik konsumen
3

dengan berbagai penawaran, seperti menyediakan tempat yang nyaman dan


fasilitas lain yang dapat membuat konsumen betah berlama-lama menikmati kopi
di tempat tersebut. Peningkatan jumlah coffee shop di Kota Bekasi dapat dilihat
pada Tabel 4.

Tabel 4. Perkembangan Coffee Shop di Kota Bekasi


Tahun Jumlah/Coffee Shop
2015 156
2016 181
2017 208
2018 239
2019 275
2020 320
Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bekasi (2020).

Terjadinya peningkatan coffee shop setiap tahunnya bertujuan untuk


memenuhi kebutuhan gaya hidup masyarakat perkotaan yang gemar menghabiskan
waktu luang dan senang berkumpul di luar rumah. Kedai kopi kekinian saat ini
bukan hanya sekedar tempat untuk melepas penat, namun juga sebagai tempat
pertemuan. Menurut Pratama dan Salim (2017) kedai kopi yang nyaman dapat pula
dijadikan sebagai tempat rapat dan tempat unutk mencari gagasan baru. Melihat
pertumbuhan coffee shop yang terus meningkat membuat para pelaku usaha coffee
shop perlu menyiapkan strategi yang tepat untuk unggul bersaing dengan coffee
shop lainnya.
Pelaku usaha seharusnya dapat mencoba memanfaatkan peluang untuk
mengeksplorasi kondisi yang ada dalam rangka pemenuhan kebutuhan konsumen.
Tujuan dari banyak orang saat ini adalah sesuatu yang baru, unik, dan juga
aesthetic, karena mayoritas kehidupan beralih ke media sosial dengan cara
membagikan rekam jejak aktivitas yang dilakukan sehari-hari sebagai bukti
eksistensi. Beberapa hal tersebut menjadi pertimbangan para pelaku usaha untuk
memberikan kenyamanan, pelayanan dan daya tarik untuk konsumennya
(Oktaviani, 2018).
Coffee Omah merupakan salah satu coffee shop yang cukup populer di Kota
Bekasi. Berdiri pada bulan Januari 2016 hingga saat ini, Coffee Omah mampu
bertahan dalam persaingan industri kuliner saat ini dan memenuhi kebutuhan
sosialnya yaitu kebutuhan pangan. Berikut data penjualan yang diperoleh Coffee
Omah pada tahun 2019 dapat dilihat pada Tabel 5.
4

Tabel 5. Data Penjualan Coffee Omah Tahun 2019


Bulan Penjualan (Rp)
Januari 22.220.750,00
Februari 17.006.000,00
Maret 15.239.500,00
April 14.784.000,00
Mei 19.052.000,00
Juni 20.214.500,00
Juli 21.943.500,00
Agustus 19.775.000,00
September 16.373.500,00
Oktober 17.292.000,00
November 17.342.400,00
Desember 17.648.000,00
Sumber : Data Primer (2020).

Penjualan yang diperoleh Coffee Omah di tahun 2019 pada setiap bulannya
berkisar Rp18.500.000,00. Pejualan tertinggi didapatkan pada bulan Januari
sebesar Rp22.220.075,00, terjadi penurunan penjualan dari bulan Februari hingga
April, pada bulan April penjualan menurun cukup drastis hingga mendapakan
penjualan terendah sebesar Rp14.784.000,00. Intensitas penjualan pada Coffee
Omah mengalami fluktuasi yang cukup signifikan, kenaikan dan penurunan yang
terjadi disetiap bulannya menarik untuk diteliti, guna mengetahui alasan dan
pertimbangan konsumen untuk melakukan kunjungan dan pembelian atau bahkan
mengehentikan pembelian.
Coffee Omah memiliki seorang barista yang terlatih dalam meracik menu kopi
sehingga menciptakan cita rasa yang baik dan berkualitas, tidak hanya itu Coffee
Omah pun mempunyai menu non kopi yang tidak kalah kualitasnya. Berbagai
keunggulan yang ada pada Coffee Omah diharapkan mampu untuk memberikan
apa yang selama ini konsumen inginkan. Salah satu cara untuk mengetahui apa
yang diinginkan oleh konsumen yaitu dengan menganalisis faktor-faktor apa saja
yang menjadi pertimbangan konsumen dalam melakukan pembelian pada Coffee
Omah sehingga dapat menjaga serta meningkatkan kualitas produk dan pelayanan
dari analisis tersebut.
Sebagai salah satu usaha yang berada pada tingkat persaingan yang ketat
Coffee Omah harus mampu mengetahui apa yang sebenarnya konsumen inginkan
dalam sebuah produk sehingga pada akhirnya konsumen memutuskan untuk
melakukan pembelian pada produk tersebut. Suatu proses keputusan dalam
5

membeli bukan hanya sekedar mengetahui berbagai faktor yang memengaruhi


pembeli tetapi berdasarkan peranan dalam pengambilan keputusan untuk membeli
(Fatimah, 2013). Pemasar yang cerdas akan mencoba memahami sepenuhnya
proses pengambilan keputusan konsumen, semua pengalaman konsumen dalam
belajar, memilih, menggunakan bahkan dalam mendisposisikan produk. Karena,
fenomena yang memengaruhi faktor-faktor dari konsumen datang ke kedai kopi
berkaitan dengan perilaku konsumen itu sendiri. Proses psikologis dasar ini
memainkan peran penting dalam memahami bagaimana konsumen seacara aktual
mengambil keputusan pembelian (Kotler dan Keller, 2007).
Pengambilan keputusan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor
psikologis yaitu motivasi, persepsi, belajar, dan memori. Faktor yang selanjutnya
ikut berperan adalah faktor sosial, budaya, dan faktor kepribadian berupa gaya
hidup, konsep diri, dan kepribadian seseorang. Keputusan membeli seseorang
merupakan hasil dari suatu hubungan rumit antara faktor-faktor budaya, sosial,
pribadi, dan psikologi. Banyak dari faktor-faktor yang tidak dapat dipengaruhi oleh
seorang pemasar namun sangat berguna mengidentifikasi konsumen yang mungkin
memiliki minat besar terhadap suatu produk (Fatimah, 2013).
Konsumen adalah bagian penting dari sebuah bisnis, keberlangsungan suatu
usaha tidak terlepas dari peran konsumen yang memberikan keuntungan, rasa
hormat, dan reputasi (Irvansyah, 2020). Pada penelitian ini dilakukan analisis
mengenai karakteristik konsumen, menganalisis proses pengambilan keputusan
pembelian, dan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi keputusan
pembelian produk pada Coffee Omah dengan harapan coffee shop tersebut dapat
tetap bersaing menjaga eksistensi bisnisnya ditengah banyaknya pesaing lain yang
terus berkembang.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana karakteristik konsumen pada Coffee Omah ?
2. Bagaimana proses pengambilan keputusan pembelian konsumen pada Coffee
Omah ?
3. Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi keputusan pembelian produk pada
Coffee Omah ?
6

1.3 Tujuan Penelitian


1. Mengidentifikasi karakteristik konsumen pada Coffee Omah.
2. Mengidentifikasi proses pengambilan keputusan pembelian konsumen pada
Coffee Omah.
3. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi keputusan pembelian produk
pada Coffee Omah.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Bagi Coffee Omah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam
menetapkan strategi pengembangan usaha sehingga dapat menjaga eksistensi
bisnisnya ditengah persaingan usaha coffee shop yang semakin ketat.
2. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan mampu dijadikan sebagai bahan
tambahan informasi dalam memperluas wawasan dan referensi bagi penelitian
selanjutnya.
3. Bagi peneliti (akademisi), penelitian ini diharapkan dapat digunakan dalam
pengaplikasian pengetahuan yang diperoleh selama masa perkuliahan serta
melatih kemampuan mengenai perumusan strategi bisnis, sehingga dapat
diterapkan dalam usaha bisnis yang nyata.
4. Bagi khazanah keilmuan, hasil penelitian ini dapat menjadi landasan media
pembelajaran lebih lanjut yang menjadikan sebuah nilai tambah pengetahuan
ilmiah dalam bidang pendidikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Agribisnis


Menurut Davis dan Ray (1957) dalam Setiawan (2012) Agribisnis adalah
keseluruhan dari serangkaian operasi yang terlibat dalam produksi dan distribusi
input pertanian, operasi produk di lahan pertanian, penyimpanan, pengolahan, dan
distribusi komoditas pertanian, dan item-item lainnya. Maulidah (2012)
menyatakan sistem agribisnis dapat diartikan sebagai semua aktivitas, mulai dari
pengadaan dan penyaluran sarana produksi (input) sampai dengan pemasaran
produk-produk yang dihasilkan oleh usahatani serta agroindustri yang saling
terkait satu sama lain. Sistem agribisnis merupakan suatu sistem yang terdiri dari
berbagai subsistem yaitu :
a. Subsistem agribisnis hulu (up-stream), kegiatan yang menginovasi,
memproduksi, dan mendistribusikan sarana produksi pertanian, baik indistri
alat mesin pertanian, pupuk, benih, dan obat pengendalian hama penyakit
tanaman.
b. Subsistem usahatani (on-farm), aktivitas produksi primer yang dimulai dari
mengolah lahan, memanfaatkan produk subsistem hulu dan panen.
c. Subsistem agribisnis hilir (down-stream) terdiri dari pengolahan hasil
usahatani dan pemasaran komoditas primer atau produk olahan. Kegiatan
pengolahan hasil usahatani adalah memproduksi produk olahan setengah jadi
maupun barang jadi yang siap dikonsumsi konsumen (agroindustri). Kegiatan
pemasaran dapat berlangsung mulai dari pengumpulan hasil usahatani sampai
pengeceran kepada konsumen.
d. Subsistem penunjang (supporting system), aktivitas penunjang ketiga
subsistem sebelumnya, seperti pusat pelayanan informasi, lembaga keuangan,
lembaga penelitian, lembaga swadaya, dan lain-lain.
Berdasarkan pandangan bahwa agribisnis sebagai suatu sistem dapat terlihat
dengan jelas bahwa subsistem-subsistem tersebut tidak dapat berdiri sendiri, tetapi
saling terkait satu sama lain. Subsistem hulu (up-stream) membutuhkan umpan
balik dari subsistem usahatani (on farm) agar dapat memproduksi sarana produksi

7
8

yang sesuai dengan kebutuhan budidaya pertanian. Sebaliknya, keberhasilan


pelaksanaan operasi subsistem usahatani bergantung pada sarana produksi yang
dihasilkan oleh subsistem agribisnis hilir. Selanjutnya, proses produksi agribisnis
hilir bergantung pada pasokan komoditas primer yang dihasilkan subsistem
usahatani. Subsistem jasa layanan pendukung, seperti telah dikemukakan,
keberadaannya tergantung pada keberhasilan subsistem lainnya. Jika subsistem
usahatani atau agribisnis hilir mengalami kegagalan, sementara sebagian modalnya
merupakan pinjaman maka lembaga keuangan dan asuransi juga akan mengalami
kerugian.
Coffee shop merupakan salah satu upaya pemasaran dan pengolahan dalam
agribinis (Saefudin, 2020). Pada coffee shop biji kopi diolah menjadi berbagai
macam menu minuman seperti kopi susu, single origin, cold brew, dan olahan
minuman kopi lainnya. Pelaku usaha coffee shop dituntut memiliki kreativitas dan
inovasi untuk membuat olahan minum kopi dengan cita rasa yang unik dan
menarik. Kuliner merupakan model agribisnis kreatif karena menampilkan dan
menawarkan citra, rasa, aroma, warna, bentuk, kemasan yang bervariasi, dan
berbeda antara satu suku dengan suku lain. Menurutnya, keberadaan aneka kuliner
secara otomatis telah merangsang tumbuhnya bisnis rumah makan dengan beragam
gaya dan tampilan. Lazuardi dan Triady (2015) menyatakan bahwa akar dari
subsektor kuliner adalah industri pertanian, makanan, dan minuman.

2.2 Sejarah Kopi


Kopi merupakan salah satu komoditas dunia yang membawa nama Indonesia,
khususnya Jawa. Indonesia dikenal sebagai produsen kopi dengan cita rasa terbaik
di dunia. Budaya minum kopi di Indonesia tumbuh sebagai kebiasaan yang
dilakukan sejak zaman Belanda. Belanda menanam kopi secara besar-besaran
melalui program tanam paksa. Sejarah kopi di Indonesia dimulai pada tahun 1696
ketika Belanda membawa kopi dari Malabar, India, ke Jawa.
Belanda mulai mendirikan perkebunan kopi pertama di daerah Priangan Jawa
Barat. Selanjutnya, pengembangan kopi mulai dilakukan juga hampir di seluruh
Pulau jawa dan wilayah lainnya, seperti Sumatera, Bali, Sulawesi, dan Kepulauan
Timor. Seiring dengan perkembangan itu, masyarakat Indonesia menjadi gemar
minum kopi.
9

Klasifikasi tanaman kopi (Coffea sp.) menurut Rahardjo (2012) adalah sebagai
berikut :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Traechobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnioliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiaceae
Genus : Coffea
Spesies : Coffea sp.
Jejak perkembangan tanaman kopi di Indonesia terus berlanjut hingga
bertahun-tahun setelahnya. Pada tahun 1920 perusahaan-perusahaan kecil-
menengah mulai menanam kopi sebagai komoditas utama dan perkebunan kopi
eks-pemerintah kolonial Belanda yang sebagian besar di Pulau Jawa. Secara
perlahan dan teratur, Indonesia bertransformasi menjadi sentra kopi terbesar di
dunia. Salah satu kota yang berada di bagian utara Pulau Sumatera, tepatnya di
dataran tinggi Gayo yang berada di Aceh meneguhkan posisinya sebagai sentra
produksi kopi arabika dengan areal lahan paling luas se-Asia (Meidiko, 2018).
Secara umum di Indonesia terdapat dua jenis kopi yang paling banyak
dibudidayakan, yaitu kopi arabika dan kopi robusta. Kopi arabika merupakan kopi
pertama yang dibudidayakan di Indonesia. Varietas kopi arabika yang
dibudidayakan di Indonesia diantaranya, abesinia, pasumah, marago type, dan
congenis. Sedangkan kopi robusta mulai didatangkan ke Indonesia untuk
mengganti kopi arabika yang hancur diserang karat daun. Kopi robusta mempunyai
berbagai varietas, yaitu qouillo, uganda, dan chaneophora. Setiap varietas memiliki
ciri dan keunggulannya masing-masing (Meidiko, 2018).

2.3 Coffee Shop


Jauh sebelum Indonesia merdeka usaha bisnis bernama coffee shop/kafe sudah
sangat menjamur di wilayah bumi bagian barat, terlebih di Eropa. Kafe berasal dari
bahasa Prancis, yakni café yang berarti coffee atau kopi. Munculnya coffee shop
10

bermula saat para penjelajah dan pedagang dunia membawa serta mengenalkan
kopi ke Inggris sekitar abad ke-18 Masehi (Ardian, 2019).
Coffee shop pertama di dunia diketahui muncul pada tahun 1475. Coffee Shop
tersebut bernama Kiva Han di Istanbul, Turki. Coffee shop tersebut menjadi kedai
kopi pertama yang buka dan melayani konsumen dengan kopi khas Turki. Pada
masa itu, kopi adalah unsur penting dalam kebudayaan Turki. Kopi tersebut
disajikan kuat, hitam, dan tanpa filter. Gagasan minum kopi semakin berkembang
setelah berdirinya Coffee Shop pertama di Eropa pada tahun 1529, racikan kopi
dicampur dengan krim dan gula mulai disajikan di kedai kopi tersebut dan terus
menyebar hingga ke Inggris (Ardian, 2019).
Jenis minuman kopi espresso mulai ditemukan pada tahun 1792 di Amerika.
Seiring dengan ditemukannya mesin piston espresso, perkembangan minuman
kopi semakin pesat, hingga kemudian lahir minuman kopi modern. Kedai kopi
modern semakin mengalami inovasi baik dari segi minuman kopi, maupun
dekorasi tempatnya. Hingga akhirnya Tim Horton pada tahun 1971 mulai
membuka kedai kopi yang juga menyediakan makanan sebagai salah satu inovasi
dari kedai kopi tersebut (Ardian, 2019).
Sementara itu, di Indonesia coffee shop pertama kali buka pada tahun 1878.
Coffee shop tertua di Indonesia itu bernama Tek Sun Ho yang didirikan oleh Liaw
Tek Soen. Pada tahun 1696, India mengirimkan benih kopi Arabica kepada
Pemerintahan Belanda di Batavia (Jakarta) untuk ditanam, tetapi kopi pertama
tersebut gagal tumbuh karena banjir di Batavia. Pada pengiriman yang kedua, benih
kopi tersebut tumbuh di Indonesia. Selanjutnya, pada tahun 1711, biji-biji kopi
mulai dikirim Pemerintah Belanda di Indonesia ke Eropa. Pengiriman kopi
meningkat 60 ton per tahun dalam waktu kurang dari 10 tahun. Oleh karena itu
Indonesia kemudian dikenal sebagai daerah penghasil kopi, selain Arab dan
Ethiopia (Ardian, 2019).
Saat ini gaya hidup minum kopi sedang menjadi tren di kalangan masyarakat,
hal ini tentunya membuat pertumbuhan coffee shop semakin bertambah. Menurut
Chairman Specialty Coffee Association of Indonesia (SCIA) hingga akhir 2019
pertumbuhan coffee shop mencapai 15%-20% dibandingkan 2018 yang hanya
mencapai 8%-10%, sedangkan kontribusi kedai kopi terhadap serapan kopi
11

produksi dalam negeri mencapai 25%-30%. Data International Coffee


Organization (ICO) menunjukkan konsumsi kopi indonesia selalu mengalami
kenaikan dari tahun ke tahun, hal ini juga sejalan dengan pertumbuhan produksi
kopi dalam negeri yang pada akhir tahun 2017 mencapai 666.692 ton.
Berdasarkan karakteristik jenis-jenis coffee shop terbagi menjadi tujuh, yaitu
american coffee chain merupakan jaringan coffee shop Amerika seperti Starbucks,
Coffee Bean, McCafe, dan Costa Coffee; italian coffee chain merupakan jaringan
coffee shop Italia seperti Segafredo dan Illy coffee; local coffee chain merupakan
jaringan coffee shop Indonesia seperti Djournal Coffee, Upnormal, dan lain-lain;
coffee to go merupakan coffee shop dengan tempat terbatas dan menyediakan
minuman kopi ready to go seperti coffee shop Kenangan, Janji Jiwa, Tuku, dan
lain-lain; speciality coffee merupakan coffee shop artisan yang hanya menyediakan
kopi kualitas premium seperti kedai Tanamera, Ombe, Common Ground, dan lain-
lain; independent coffee merupakan coffee shop independen yang hanya memiliki
satu kedai seperti Klinik Kopi; dan bakery and pastry café merupakan toko roti
yang menyediakan kopi sebagai menu pelengkap seperti Harvest serta J.CO
Donuts and Coffee (Toffin, 2020).
Menurut Toffin (2020) industri coffee shop di Indonesia membagi perjalanan
industri ini ke dalam empat golongan, yaitu :
a. Gelombang pertama (1985), pada masa ini jenis kopi ready to drink (RTD)
hanya disediakan oleh warung kopi tradisional dan sedikit coffee shop modern
yang menyediakan menu sama, seperti Dunkin, Olala, dan Excelso. Awal
kehadirannya memasuki pasar Indonesia, Dunkin lebih dikenal sebagai gerai
donat dibandingkan coffee shop.
b. Gelombang kedua (2001), kebiasaan mengonsumsi kopi sebagai kebutuhan
fungsional berubah menjadi kebutuhan emosional. Kini menikmati segelas
kopi di gerai Starbucks atau Coffee Bean berfungsi untuk menaikan gengsi.
c. Gelombang ketiga (2013), pelanggan mulai memberikan perhatian khusus
pada proses seduhan kopi yang dibuat oleh coffee shop artisan seperti
Tanamera. Kehadiran mesin kopi menjadi referensi visual bagi pelanggan.
d. Gelombang keempat (2016), pada gelombang ini market size bertumbuh besar.
Brand baru bermunculan yang langsung ekspansif membuka ratusan cabang
12

ke berbagai daerah dengan konsep coffee to go shop. Brand coffee shop yang
masuk dalam gelombang ini adalah Kopi Kenangan, Janji Jiwa, Fore, dan
Tuku yang dianggap sebagai pelopor coffee to go shop. Konsumsi kopi
pemulai semakin banyak seiring dengan booming-nya penawaran produk kopi
ready to drink ala café yang berkualitas oleh gerai coffee to go dengan harga
yang lebih terjangkau.

2.3.1 Menu Kopi Populer


Berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh Pradipta (2018) terdapat tiga jenis
kopi populer di kalangan masyarakat Indonesia, yaitu kopi susu sebagai yang
paling populer, disusul cappucino dan latte di posisi kedua dan ketiga. Varian lain
yang dianggap kurang populer, yaitu red velvet, vietnam drip, caramel macchiato,
dan affogato. Selain kurang banyak dipesan, alasan lain yang menjadi penyebab
beberapa varian lain kurang populer adalah karena tidak semua coffee shop
memiliki menu tersebut. Data mengenai menu minuman kopi yang sering dipesan
dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Menu Kopi Populer di Indonesia


Varian Kopi Jumlah/bulan (Gelas)
Affogato 5.500
Caramel Latte 6.000
Caramel Macchiato 6.100
Red Velvet Latte 9.500
Vietnam Drip 12.000
Espresso 15.000
Americano 39.000
Café Latte 53.000
Cappuccino 70.000
Kopi Susu 86.000
Sumber : Pradipta (2018).

Selain minuman kopi, beberapa coffee shop memiliki menu lain yang
ditawarkan, hasil riset Pradipta (2018) menunjukkan bahwa minuman non kopi
juga memiliki penjualan yang cukup tinggi, seperti green tea dan hot/ice chocolate.
Pada sebuah coffee shop didapatkan data minuman terfavorit selain kopi yaitu ice
chocolate dengan 42.000 gelas setiap bulannya, lalu grean tea terjual sebanyak
29.000 gelas. Selain kedua minuman tersebut, air mineral mampu terjual sebanyak
54.000 botol setiap bulannya. Data mengenai menu selain kopi yang juga banyak
dipesan pada coffee shop dapat dilihat pada Tabel 7.
13

Tabel 7. Minuman Non Kopi yang Banyak dipesan


Varian Non Kopi Jumlah/bulan (Gelas)
Teh Tarik 6.000
Milk Shakes 8.500
Ice Tea 10.500
Lychee Tea 15.000
Thai Tea 19.000
Lemon Tea 20.000
Green Tea 29.000
Hot/Ice Chocolate 42.000
Air Mineral 54.000
Sumber : Pradipta (2018).

2.3.2 Jam Ramai di Coffee Shop


Sama seperti bisnis lainnya, bisnis coffee shop juga memiliki waktu-waktu
tertentu yang paling ramai. Rata-rata coffee shop buka dari pagi hingga malam hari.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan Pradipta (2018) ditemukan bahwa rata-
rata coffee shop mulai terlihat beroperasi pada pukul sembilan pagi hingga sepuluh
malam. Data penjualan berdasarkan waktu dapat diidentifikasikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Jam Operasional Bisnis Kopi pada Bulan April- Juli Tahun 2018
Jam Operasional Jumlah Outlet (%)
06.00 5
07.00 25
08.00 40
09.00 60
10.00 78
11.00 80
12.00 82
13.00 83
14.00 87
15.00 86
16.00 90
17.00 93
18.00 95
19.00 87
20.00 85
21.00 80
22.00 68
23.00 45
Sumber : Pradipta (2018).

2.3.3 Harga Jual Tiap Menu di Coffee Shop


Harga merupakan hal yang penting dalam penjualan. Untuk dapat bersaing
dengan sesama coffee shop yang lain, harga yang ditawarkan harus relevan.
Disamping itu menjual item yang berbeda selain kopi juga dapat menjadi strategi
14

bisnis kopi. Pada beberapa coffee shop menu yang dijual terdiri dari minuman kopi,
minuman non-kopi, dan makanan. Varian harga masing-masing jenis kopi
berbeda-beda. Jenis minuman kopi vietnam drip, espresso, kopi susu serta es kopi
memiliki harga kisaran Rp15.000,00-Rp20.000,00 Untuk varian lain dipasang
harga lebih mahal seperti americano, vanilla latte, red velvet, latte serta
cappuccino memiliki harga berkisar Rp20.000,00-Rp25.000,00. Varian direntang
harga paling mahal seperti affogato, cafe latte, flat white, hazelnut latte, caramel
macchiato serta caramel latte dengan kisaran Rp25.000,00-Rp30.000,00.

2.4 Bauran Pemasaran


Salah satu unsur dalam strategi pemasaran terpadu adalah bauran pemasaran.
Bauran pemasaran merupakan strategi yang dijalankan perushaan berkaitan dengan
penentuan bagaimana perusahaan menyajikan penawaran produk pada segmen
pasar tertentu yang merupakan sasaran pasarnya. Marketing mix merupakan
kombinasi variabel atau kegiatan inti dari sistem pemasaran, variabel yang dapat
dikendalikan oleh perusahaan untuk memengaruhi reaksi para pembeli atau
konsumen.
Menurut Kotler dan Amstrong (2008) bauran pemasaran (marketing mix)
adalah kumpulan alat pemasaran taktis terkendali yang dipadukan perusahaan
untuk menghasilkan respon yang diinginkan di pasar sasaran. Jadi, marketing mix
terdiri dari himpunan variabel yang dapat dikendalikan dan digunakan oleh
perusahaan untuk memengaruhi tanggapan konsumen dalam pasar sasarannya.
Variabel atau kegiatan tersebut perlu dikombinasikan dan dikoordinasikan oleh
perusahaan seefektif mungkin dalam melakukan tugas atau kegiatan
pemasarannya. Variabel bauran pemasaran tersebut adalah produk (product), harga
(price), tempat (place), promosi (promotion), proses (process), orang (people), dan
bukti fisik (physical evidence).

2.4.1 Produk (Product)


Kondisi persaingan sangat berbahaya bagi suatu perusahaan bila hanya
mengandalkan produk yang ada tanpa usaha tertentu untuk pengembangnya. Oleh
karena itu, setiap perusahaan dalam mempertahankan dan meningkatkan penjualan
dan share pasarnya perlu mengadakan usaha penyempurnaan dan perubahan
produk yang dihasilkan ke arah yang lebih baik, sehingga dapat memberikan daya
15

guna dan daya pemuas serta daya tarik yang lebih besar. Jadi, produk adalah segala
sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk mendapat perhatian, dimiliki,
digunakan atau dikonsumsi yang meliputi barang secara fisik, jasa, kepribadian,
tempat, organisasi dan gagasan atau buah pikiran.
Faktor-faktor yang terkandung dalam suatu produk adalah mutu/kualitas,
penampilan (features), pilihan yang ada (options), gaya (styles), merek (brand
names), pengemasan (packaging), ukuran (sizes), jenis (product lines), macam
(product items), jaminan (warranties), dan pelayanan (services). Produk
merupakan unsur yang paling penting, karena dapat memengaruhi strategi
pemasaran lainnya. Pemilihan jenis produk yang akan dihasilkan dan dipasarkan
akan menentukan kegiatan promosi yang dibutuhkan, serta penentuan harga dan
cara penyalurannya.

2.4.2 Harga (Price)


Harga merupakan satu-satunya unsur marketing mix yang menghasilkan
penerimaan penjualan, sedangkan unsur lainnya hanya unsur biaya saja. Walaupun
penempatan harga merupakan persoalan penting masih banyak perusahaan yang
kurang sempurna dalam menangani permasalahan penetapan harga tersebut,
karena menghasilkan penerimaan penjualan, maka harga memengaruhi tingkat
penjualan, tingkat keuntungan, serta share pasar dapat dicapai oleh perusahaan.
Peranan penetapan harga akan menjadi sangat penting terutama pada keadaan
persaingan yang semakin tajam dan perkembangan permintaan yang terbatas.
Faktor-faktor yang memengaruhi penetapan harga baik langsung maupun tidak
langsung. Faktor yang mempengaruhi secara langsung yaitu harga bahan baku,
biaya produksi, biaya pemasaran, adanya peraturan pemerintah, dan faktor lainnya.
Faktor yang tidak langsung namun erat hubungannya dalam penetapan harga yaitu
harga produk sejenis yang dijual oleh para pesaing, pengaruh harga terhadap
hubungan antara produk substitusi dan produk komplementer, serta potongan
(discount) untuk para penyalur dan konsumen. Seorang produsen harus
memperhatikan dan memperhitungkan faktor-faktor tersebut dalam penentuan
kebijakan harga yang akan ditempuh, sehingga nantinya dapat memenuhi harapan
produsen itu untuk dapat bersaing dan kemampuan perusahaan memengaruhi
konsumen.
16

2.4.3 Tempat (Place)


Tempat dalam marketing mix biasanya disebut dengan saluran distribusi, yakni
ketika produk tersebut sampai kepada konsumen. Saluran distribusi adalah saluran
yang digunakan oleh produsen untuk menyalurkan produk tersebut dari produsen
sampai ke konsumen atau industri pemakai. Oleh karena itu, kebijakan distibusi
merupakan salah satu kebijakan pemasaran terpadu yang mencakup penentuan
saluran pemasaran (marketing channels) dan distribusi fisik (physical distribution).
Kedua faktor tersebut mempunyai hubungan yang sangat erat dalam keberhasilan
penyaluran dan sekaligus keberhasilan pemasaran produk perusahaan. Efektivitas
penggunaan saluran distribusi diperlukan untuk menjamin tersedianya produk di
setiap mata rantai saluran tersebut.

2.4.4 Promosi (Promotion)


Promosi ialah suatu bentuk komunikasi pemasaran atau aktivitas pemasaran
yang berusaha menyebarkan informasi, memengaruhi/membujuk, atau
mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan serta produk agar konsumen bersedia
menerima, membeli, dan loyal pada produk yang kita tawarkan. Kegiatan promosi
yang dilakukan sejalan dengan rencana pemasaran secara keseluruhan serta
direncanakan akan diarahkan dan dikendalikan dengan baik. Selain itu kegiatan
promosi diharapkan dapat mempertahankan ketenaran merek (brand) dan bahkan
dapat ditingkatkan bila menggunakan program promosi yang tepat.
Kebijakan promosi tersebut tidak terlepas dari kebijakan terpadu bauran
pemasaran sehingga keberhasilan atau keefektifannya sangat tergantung pada
kebijakan pemasaran lainnya sebagai satu kesatuan. Kegiatan promosi yang
dilakukan suatu perusahaan merupakan penggunaan kombinasi yang terdapat dari
unsur-unsur atau peralatan promosi yang mencerminkan pelaksanaan kebijakan
promosi dari perusahaan tersebut. Kombinasi unsur-unsur atau peralatan promosi
biasa disebut bauran promosi (promotional mix) yang terdiri dari advertensi,
penjualan individu (personal selling), promosi penjualan (sales promotion), dan
publisitas (publicity).

2.4.5 Proses (Process)


Proses merupakan keseluruhan kegiatan yang berhubungan dengan pelayanan
yang akan diberikan kepada konsumen. Hal yang dimaksud dalam proses ialah
17

metode pengoprasian atau serangkaian tindakan tertentu yang umumnya berupa


langkah-langkah yang diperlukan dan telah ditetapkan sebelumnya dalam
menghasilkan suatu produk.

2.4.6 Orang (People)


Orang (people) diartikan sebagai karyawan dan juga pihak lain yang terlibat
di dalam proses produksi. Banyak jasa bergantung pada interaksi langsung dan
pribadi antara pelanggan dan karyawan perusahaan (seperti makan di restoran).
Konsumen sering menilai kualitas produk atau jasa yang diterima berdasarkan
penilaian terhadap orang-orang yang menyediakan produk atau jasa tersebut.

2.4.7 Bukti Fisik (Physical Evidence)


Bukti fisik adalah petunjuk visual atau berwujud lainnya yang memberikan
bukti atas kualitas dari produk atau jasa. Unsur-unsur yang termasuk ke dalam
bukti atau sarana fisik adalah tata letak fasilitas (interior dan eksterior), tema,
dekorasi, penerangan, service counters, kebersihan, penampilan dan kesehatan
karyawan, kenyamanan peralatan, reliabilitas, ketertarikan, kemudahan
penggunaan, kecocokan, kapasitas eksterior seperti tempat parkir, dan kredibilitas
profesional.

2.5 Perilaku Konsumen


Menurut Engel (2006) dalam Sangadji (2013) perilaku konsumen adalah
tindakan yang langsung terlibat dalam pemerolehan, pengonsumsian, dan
penghabisan produk/jasa, termasuk proses yang mendahului dan menyusul
tindakan ini. Menurut Mowen dan Minor (2002) perilaku konsumen adalah studi
unit-unit dan proses pembuatan keputusan yang terlibat dalam penerimaan,
penggunaan dan pembelian, penentuan barang, jasa, dan ide. Schiffman dan Kanuk
(2000) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai perilaku yang diperlihatkan
konsumen untuk mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan
menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan
mereka.
Perilaku konsumen didefinisikan sebagai studi unit pembelian dan proses
pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi, dan pembuatan barang dan jasa,
pengalaman serta ide (Kotler, 2005). Selanjutnya, Kotler (2005) menjelaskan
18

perilaku konsumen sebagai suatu studi tentang unit pembelian bisa perorangan,
kelompok atau organisasi. Masing-masing unit tersebut akan membentuk pasar
sehingga muncul pasar individu atau konsumen, unit pembelian kelompok, dan
pasar bisnis yang dibentuk organisasi.

2.5.1 Teori Hierarki Motivasi Maslow


Pada teori hierarki motivasi maslow terdapat tingkatan kebutuhan yang harus
terpenuhi sehingga terciptanya kepuasan dalam diri. Menurut Maslow (2018)
terdapat lima hierarki kebutuhan dapat dilihat pada Gambar 1.

Selft
Actualization

Esteem Needs

Social Needs

Safety Needs

Physiological Needs

Gambar 1. Hierarki Kebutuhan Maslow (Maslow, 2018).

a. Kebutuhan Fisiologis (Physiological Needs)


Kebutuhan fisiologis adalah tingkatan kebutuhan yang paling dasar,
paling kuat dan paling jelas antara kebutuhan manusia yaitu kebutuhannya
untuk mempertahankan hidup secara fisik seperti kebutuhan makan, minum,
rumah, seks, tidur, oksigen, dan pemuasan terhadap kebutuhan-kebutuhan itu
sangat penting dalam kelangsungan hidup.
b. Kebutuhan Rasa Aman (Safety Needs)
Kebutuhan rasa aman adalah kebutuhan yang meliputi keamanan,
stabilitas, ketergantungan, perlindungan, kebebasan dari rasa takut, cemas dan
kekalutan, kebutuhan akan struktur, keterlibatan, hukum, batasan, kekuatan
pelindung, dan sebagainya. Kebutuhan ini merupakan pengatur perilaku
eksklusif yang menyerap semua kapasitas organisme bagi usaha memuaskan
kebutuhan dan kelayakan sebagai suatu mekanisme pencarian keselamatan.
19

c. Kebutuhan Sosial (Social Needs)


Kebutuhan sosial merupakan kebutuhan untuk persahabatan, cinta, kasih
sayang, rasa dimiliki, dan afiliasi dana interaksi yang lebih erat dengan orang.
Pada kebutuhan sosial ini berkaitan dengan perkumpulan yang kompak,
kebersamaan denga keluarga atau teman.
d. Kebutuhan Penghargaan (Esteem Needs)
Kebutuhan penghargaan merupakan tahap dimana kebutuhan atau
keinginan akan evaluasi yang stabil dan tegas atas diri mereka sendiri, harga
diri dan penghargaan diri serta pengakuan orang lain. Pendapat Maslow diatas
dapat disimpulkan bahwa kebutuhan penghargaan adalah penghargaan diri
serta pengakuan dari orang lain.
e. Kebutuhan Aktualisasi Diri (Selft Actualization)
Kebutuhan aktualisasi diri merupakan keinginan orang akan kepuasan
diri, yaitu kecenderungan mereka untuk mengaktualisasikan potensi diri
mereka. Maslow (2018) mengatakan bahwa kecenderungan ini bisa
diungkapkan sebagai keinginan untuk semakin menjadi diri sendiri, untuk
menjadi apa yang orang mampu.

2.6 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Konsumen


Kotler (2007) mendefinisikan keputusan pembelian sebagai niat yang dibentuk
oleh konsumen untuk membeli merek yang paling disukai berdasarkan preferensi
yang dibentuk atas merek-merek yang ada didalam kumpulan pilihan. Berdasarkan
pengertian atau konsep keputusan pembelian menurut para ahli dapat disimpulkan
bahwa keputusan pembelian adalah penetapan sikap konsumen terhadap suatu
barang atau produk dari alternatif-alternatif pilihan yang diperoleh dari pencarian
informasi yang telah dilakukan. Berikut terdapat lima proses pengambilan
keputusan pembelian oleh konsumen dapat dilihat pada Gambar 2.

Evaluasi Perilaku
Pengenalan Pencarian Keputusan
Berbagai Pasca
Masalah Informasi Pembelian
Alternatif Pembelian

Gambar 2. Proses Pengambilan Keputusan Pembelian (Kotler, 2007).


20

a. Tahap Pengenalan Masalah


Pengenalan masalah merupakan tahap pertama dari proses pengambilan
keputusan pembelian dimana konsumen mengenali suatu masalah atau kebutuhan.
Pada tahap ini pemasar harus meneliti konsumen untuk menemukan jenis
kebutuhan atau masalah apa yang akan muncul, apa yang memunculkan mereka,
dan bagaimana dengan adanya masalah tersebut, konsumen termotivasi untuk
memilih produk tertentu.
b. Tahap Pencarian Informasi
Pencarian informasi merupakan tahap dalam proses pengambilan keputusan
pembelian dimana konsumen telah tertarik untuk mencari lebih banyak informasi.
Dalam hal ini, konsumen mungkin hanya akan meningkatkan perhatian atau aktif
mencari informasi. Sumber informasi dapat diperoleh dari mana pun misalnya
sumber pribadi, sumber komersial, sumber publik dan sumber pengalaman.
c. Tahap Evaluasi Berbagai Alternatif
Evaluasi berbagai alternatif merupakan suatu tahap dalam proses pengambilan
keputusan pembelian dimana konsumen menggunakan informasi untuk
mengevaluasi merek-merek alternatif dalam suatu susunan pilihan. Proses tersebut
tergantung pada konsumen individu dan situasi pembeli tertentu.
d. Tahap Keputusan Pembelian
Keputusan pembelian merupakan tahap dalam proses pengambilan keputusan
pembelian sampai konsumen benar-benar membeli produk. Terdapat faktor yang
dapat memengaruhi niat membeli dan keputusan pembelian, diantaranya sikap
orang lain dan situasi yang tidak diharapkan. Jadi, pilihan dan niat untuk membeli
tidak selalu menghasilkan pilihan pembelian yang aktual.
e. Tahap Perilaku Pasca Pembelian
Perilaku pasca pembelian merupakan tahap dalam proses pengambilan
keputusan pembelian dimana konsumen mengambil tindakan lebih lanjut setelah
membeli berdasarkan kepuasan atau ketidakpuasan yang mereka rasakan.
Konsumen mendasarkan harapan mereka pada informasi yang diterima dari
penjual, teman, dan sumber lainnya.
21

2.7 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Keputusan Pembelian


Menurut Engel (2006) dalam Sangadji (2013) menyatakan bahwa
pengambilan keputusan konsumen dipengaruhi oleh budaya, kelas sosial, pengaruh
pribadi, keluarga, dan situasi. Berikut faktor-faktor yang akan memengaruhi
keputusan pembelian konsumen dapat dilihat pada Gambar 3.

Faktor Internal : Faktor Situasional : Faktor Eksternal :


- Persepsi - Lingkungan Fisik - Budaya
- Keluarga - Waktu - Kelas Sosial
- Motivasi - Keanggotaan
- Pengetahuan dalam suatu
- Sikap kelompok
- Pembelajaran
- Kelompok Usia Proses Pengambilan
- Gaya Hidup Keputusan

Gambar 3. Faktor yang Memengaruhi Keputusan Pembelian (Kotler, 2005).

2.7.1 Faktor Internal


Menurut Engel (2006) dalam Sangadji (2013) pengaruh faktor internal kerap
memainkan peranan penting dalam pengambilan keputusan konsumen, khususnya
bila ada keterlibatan yang tinggi dan resiko yang dirasakan atas produk atau jasa
yang memiliki fasilitas publik. Hal ini diungkapkan baik melalui kelompok acuan
maupun melalui komunikasi lisan. Kelompok acuan memberi standar atau norma
dan nilai yang menjadi perspektif penentu mengenai bagaimana seseorang berpikir
dan berperilaku. Berikut faktor internal yang memengaruhi keputusan pembelian :
a) Persepsi
Menurut Hawkins dan Coney (2005) persepsi adalah proses bagaimana stimuli
itu diseleksi, diorganisasi, dan diinterpretasikan. Persepsi merupakan proses
individu untuk mendapatkan, mengorganisasi, mengolah, dan menginterpretasikan
informasi. Informasi yang sama bisa dipersepsikan berbeda oleh individu yang
berbeda. Persepsi individu tentang informasi tergantung pada pengetahuan,
pengalaman, pendidikan, minat, perhatian, dan sebagainya.
b) Keluarga
Menurut Engel (2006) keluarga adalah kelompok yang terdiri atas dua orang
atau lebih yang berhubungan melalui darah, perkawinan, adopsi, dan tempat
22

tinggal. Keluarga merupakan peranan terbesar dan terlama dalam pembentukan


sikap dan perilaku manusia. Oleh karena itu manajemen pemasaran berkepentingan
mempelajari perilaku anggota keluarga, terutama dalam melakukan pembelian
barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhannya. Keluarga dapat dibedakan
menjadi dua jenis yaitu orientsi dan prokreasi. Engel (2006) menyatakan bahwa
keluarga orientasi adalah keluarga dimana seseorang dilahirkan, sedangkan
keluarga yang ditegakkan melalui perkawinan disebut keluarga prokreasi.
c) Motivasi dan Keterlibatan
Menurut Sopiah (2008) motivasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan
seorang anggota mau dan rela untuk menggerakkan kemampuan dalam bentuk
keahlian atau keterampilan, tenaga, dan waktunya untuk menyelenggarakan
berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan
kewajibannya, dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi
yang telah ditentukan sebelumnya. Terkait dengan konsumen, motivasi bisa
diartikan sebagai suatu dorongan yang menggerakkan konsumen untuk
memutuskan bertindak ke arah pencapaian tujuan, yaitu memenuhi berbagai
macam kebutuhan dan keinginan. Menurut McKechnie (2012) keterlibatan adalah
tingkat kepentingan pribadi yang dirasakan dan/atau minat yang dibangkitkan oleh
stimulasi didalam situasi yang spesifik hingga jangkauan kehadirannya, konsumen
bertindak dengan sengaja untuk meminimalkan risiko dan memaksimalkan
manfaat yang diperoleh dari pembelian dan pemakaian.
d) Pengetahuan
Menurut Engel (2006) pengetahuan didefinisikan sebagai informasi yang di
simpan didalam ingatan. Himpunan bagian dari informasi total yang relevan
dengan fungsi konsumen di dalam pasar disebut pengetahuan konsumen. Menurut
Sumarwan (2011) pengetahuan konsumen merupakan semua informasi yang
dimiliki oleh konsumen mengenai berbagai macam produk dan jasa serta
pengetahuan lainnya yang terkait dengan produk dan jasa tersebut dan informasi
yang berhubungan dengan fungsinya sebagai konsumen. Pengetahuan konsumen
dibagi dalam tiga bidang umum, yaitu pengetahuan produk, pengetahuan
pembelian, dan pengetahuan pemakai.
23

e) Sikap
Engel (1994) menyatakan bahwa sikap didefinisikan sebagai suatu evaluasi
menyeluruh yang memungkinkan orang berespon dengan cara menguntungkan
atau tidak menguntungkan secara konsisten dengan objek atau alternatif yang
diberikan. Menurut Sarwono (2009) sikap adalah istilah yang mencerminkan rasa
senang, tidak senang dan perasaan biasa-biasa saja atau netral dari seseorang
terhadap sesuatu. Mengetahui sikap konsumen dapat memberikan manfaat dalam
pengambilan keputusan pemasaran antara lain membantu mengidentifikasi pangsa
pasar, mengevaluasi program pemasaran sebelum dilaksanakan di dalam pasar dan
meramalkan perilaku di masa mendatang.
f) Pembelajaran
Engel (1994) memandang pembelajaran sebagai suatu proses dimana
pengalaman menyebabkan perubahan dalam pengetahuan, sikap dan atau perilaku.
Terdapat dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pembelajaran kognitif
(cognitive learning) dan pendekatan behaviourisme (behaviourist approach).
Dalam pembelajaran kognitif, pembelajaran dicerminkan melalui perubahan
pengetahuan dan fokusnya adalah pada pengertian akan proses mental yang
menentukan bagaimana orang mempelajari informasi. Pengalaman belajar
konsumen akan menentukan tindakan dan pengambilan keputusan membeli.
Setiadi (2010) menyatakan proses belajar menjelaskan perubahan dalam perilaku
seseorang yang timbul dari pengalaman.
g) Demografi
Menurut Kotler dan Armstrong (2001) demografi adalah ilmu tentang populasi
manusia dalam hal ukuran, kepadatan, lokasi umur, jenis kelamin, ras, mata
pencaharian, dan statistik lainnya. Sebagai contoh usia atau umur seseorang dapat
menjadi pengaruh dalam pengambilan keputusan pembelian. Anak-anak memiliki
karakter cepat dalam pengambilan keputusan, cenderung tidak terlalu banyak
pertimbangan. Remaja memiliki karakter sudah mulai mempertimbangkan
beberapa hal dalam pengambilan keputusan, cenderung lebih emosional. Dewasa
atau orang tua memiliki karakter cenderung rasional, banyak yang perlu
dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan.
24

h) Gaya Hidup
Menurut Mowen dan Minor (2002), gaya hidup menunjukkan bagaimana
seseorang menjalankan hidup, membelanjakan uang, dan memanfaatkan
waktunya. Gaya hidup merupakan sebuah stimuli dalam proses keputusan
pembelian pelanggan terutama kaitannya dengan segmentasi produk dalam strategi
pemasaran suatu perusahaan. Secara tidak langsung gaya hidup menggambarkan
pola seseorang dalam beraksi dan berinteraksi di dunia melalui aktivitas, minat,
dan lingkungannya (Kotler, 2012).

2.7.2 Faktor Eksternal


Faktor eksternal memiliki peranan sangat penting dalam pengambilan
keputusan pembelian dimana lingkungan dapat memengaruhi perilaku konsumen.
Faktor eksternal terdiri atas budaya, kelas sosial, dan keanggotaan dalam suatu
kelompok.
a) Budaya
Menurut Kotler (2006) kebudayaan adalah sumber yang paling dasar dari
keinginan dan tingkah laku seseorang. Seorang anak yang dibesarkan dalam suatu
masyarakat mempelajari seperangkat nilai dasar, persepsi, pilihan, dan tingkah
laku melalui proses sosialisasi yang melibatkan keluarga dan kelompok penting
lainnya. Setiadi (2010) menyatakan kebudayaan merupakan faktor penentu yang
paling dasar dari keinginan dan perilaku seseorang. Bila makhluk lainnya bertindak
sebagai naluri, maka perilaku manusia umumnya dipelajari. Setiap kebudayaan
memiliki sub-budaya yang lebih kecil yang memberikan identifikasi dan sosialisasi
yang lebih spesifik untuk para anggotanya.
b) Kelas Sosial
Menurut Engel (2006) menyatakan bahwa kelas sosial mengacu pada
pengelompokan orang yang sama dalam perilaku berdasarkan posisi ekonomi
mereka dalam pasar. Kelas sosial ditentukan oleh banyak faktor, antara lain
pekerjaan, prestasi pribadi, interaksi, pemilikan, orientasi nilai, dan kesadaran
kelas. Setiadi (2010) mendefinisikan kelas-kelas sosial adalah kelompok yang
relatif homogen dan bertahan lama dalam suatu masyarakat yang tersusun secara
hirarki dan keanggotaannya mempunyai nilai, minat, dan perilaku yang serupa.
25

c) Keanggotaan dalam Suatu Kelompok


Setiap orang akan bergabung dengan kelompok-kelompok tertentu. Alasan
bergabungnya individu dengan suatu kelompok bisa bermacam-macam, misal
karena adanya kesamaan hobi, profesi, pendidikan, suku, etnis, budaya, agama,
bangsa, dan lain-lain. Suatu kelompok akan memengaruhi perilaku anggotanya,
termasuk dalam pengambilan keputusan pembelian produk.

2.7.3 Faktor Situasional


Menurut Engel (2006) situasi dapat dipandang sebagai pengaruh yang timbul
dari faktor yang khusus untuk waktu dan tempat yang spesifik yang lepas dari
karakteristik konsumen dan karakteristik objek. Faktor situasional meliputi
lingkungan fisik dan waktu. Engel (2006) menjelaskan bahwa situasi konsumen
sebenarnya dapat disimpulkan menjadi tiga, yaitu situasi komunikasi, situasi
pembelian, dan situasi pemakaian.
Situasi komunikasi dapat didefinisikan sebagai latar dimana konsumen ketika
dihadapkan pada komunikasi pribadi atau non pribadi. Komunikasi pribadi akan
mencakup percakapan yang mungkin diadakan oleh konsumen dengan orang lain
seperti wiraniaga atau sesama konsumen. Komunikasi nonpribadi akan melibatkan
spektrum stimulus seperti iklan dan program, serta publikasi yang berorientasi
konsumen. Menurut Engel (2006) situasi pembelian mengacu pada latar dimana
konsumen memperoleh produk dan jasa. Jenis selebihnya dari situasi konsumen
yang dibahas adalah situasi pemakaian (usage situation) yang mengacu pada latar
dimana konsumsi terjadi (Engel, 2006).

2.8 Analisis Jalur (Path Analysis)


Menurut Sarwono (2012) analisis jalur atau path analysis merupakan teknik
analisis yang digunakan untuk menganalisis hubungan sebab akibat yang inheren
antar variabel yang disusun berdasarkan urutan temporer dengan menggunakan
koefisien jalur sebagai besaran nilai dalam menentukan besarnya pengaruh
variabel independen exogenous terhadap variabel dependen endogenous.
Definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sebenarnya path analysis dapat
dikatakan sebagai kepanjangan dari analisis regresi berganda, meski didasarkan
sejarah terdapat perbedaan dasar antara path analysis yang bersifat independen
terhadap prosedur statistik dalam menentukan hubungan sebab akibat, sedang
26

regresi linier memang merupakan prosedur statistik yang digunakan untuk


menganalisis hubungan sebab akibat antar variabel yang dikaji.
Pada suatu penelitian penggunaan analysis path dalam suatu analisis terdapat
syarat-syarat yang harus dipenuhi, diantaranya adalah :
a) Data metrik berskala interval;
b) Terdapat variabel independen dan dependen untuk model regresi berganda,
variabel perantara untuk model mediasi;
c) Pola hubungan antar variabel hanya satu arah (reciprocal);
d) Hubungan sebab akibat didasarkan pada teori yang sudah ada dengan asumsi
sebelumnya menyatakan bahwa memang terdapat hubungan sebab akibat
dalam variabel-variabel yang sedang diteliti.
Tujuan menggunakan analisis jalur atau path analysis dalam penelitian
diantaranya adalah :
a) melihat hubungan antar variabel dengan didasarkan pada model apriori.
b) menerangkan mengapa variabel-variabel berkorelasi dengan menggunakan
suatu model yang berurutan secara temporer.
c) Menggambarkan dan menguji suatu model matematis dengan menggunakan
persamaan yang mendasarinya.
d) Mengidentifikasi jalur penyebab suatu variabel tertentu terhadap variabel lain
yang dipengaruhinya.
e) Menghitung besarnya pengaruh satu variabel independen exogenous atau lebih
terhadap variabel dependen endogenous lainnya.

2.9 Penelitian Terdahulu


Beberapa penelitian terdahulu yang membahas mengenai analisis faktor-faktor
yang memengaruhi keputusan pembelian diantaranya:
1) Penelitian yang dilakukan oleh Charina (2016) dengan judul “Faktor-Faktor
yang Memengaruhi Keputusan Pembelian Minuman Kopi di Malabar
Mountain Cafe Kota Bogor”. Berdasarkan hasil analisis keputusan pembelian
kopi di Malabar Mountain Cafe dipengaruhi oleh tujuh faktor utama yaitu (a)
faktor harga dan karakteristik produk, (b) faktor pelayanan dan fasilitas, (c)
faktor promosi dan tempat, (d) faktor manfaat, (e) faktor kepribadian, (f) faktor
pengaruh lingkungan, dan (g) faktor kualitas.
27

2) Penelitian yang dilakukan oleh Fadhilah (2017) dengan judul “Analisis


Faktor-Faktor yang Memengaruhi Keputusan Pembelian Sate Maranggi di
Kota Bogor”. Berdasarkan hasil penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi
keputusan pembelian konsumen sate maranggi di Kota Bogor terdiri dari
sembilan faktor yaitu kualitas produk, kehandalan operasional, gengsi,
lingkungan fisik, tampilan produk, gaya hidup, psikologi, promosi, dan citra.
Faktor paling dominan dalam pengambilan keputusan pembelian sate
maranggi di Kota Bogor yaitu kualitas produk.
3) Penelitian yang dilakukan oleh Malinda (2017) dengan judul “Analisis Faktor-
Faktor yang Memengaruhi Proses Keputusan Pembelian Konsumen Warung
Nagih Bogor”. Berdasarkan hasil analisis faktor yang mempengaruhi proses
keputusan pembelian oleh konsumen Warung Nagih Bogor yaitu (a) atribut
produk dan harga, (b) kualitas pelayanan, (c) persepsi konsumen, (d) sosial
dan budaya, (e) lingkungan fisik, (f) promosi, (g) lokasi, (h) psikologis, (i)
pengaruh keluarga, (j) demografi, (k) pengaruh informasi, dan (l) personality
karyawan. Faktor yang paling dominan berkontribusi dalam proses keputusan
pembelian konsumen Warung Nagih Bogor adalah atribut produk.
4) Penelitian yang dilakukan oleh Wijaya (2017) dengan judul “Analisis
Pengaruh Gaya Hidup, Kualitas Pelayanan, dan Store Atmosphere terhadap
Keputusan Pembelian dan Dampaknya terhadap Pembelian Ulang”. Metode
pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling. Data
yang diperoleh diuji menngunakan uji validitas dan uji reliabilitas selanjutnya
diolah menggunakan analisis deskriptif dan analisis jalur. Diagram jalur
digunakan untuk menjelaskan tentang hubungan antar variabel eksogen yaitu
gaya hidup (X1), kualitas pelayanan (X2) dan store atmosphere (X3) dengan
variabel endogen keputusan pembelian (Y1) dan pembelian ulang (Y2). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa secara simultan dan parsial variabel gaya
hidup, kualitas pelayanan, dan store amosphere berpengaruh positif terhadap
keputusan pembelian dan dampaknya pada pembelian ulang.
5) Penelitian yang dilakukan oleh Fitriani (2018) dengan judul “Faktor-Faktor
yang Memengaruhi Keputusan Pembelian Konsumen Restoran Pawon Kota
Bogor”. Berdasarkan hasil analisis keputusan pembelian konsumen Restoran
28

Pawon dipengaruhi oleh lima faktor utama yaitu (a) faktor pelayanan dan
kepribadian, (b) faktor harga, (c) faktor sumber daya konsumen dan pengaruh
lingkungan, (d) faktor internal konsumen dan produk, serta (e) faktor promosi
dan tempat.
6) Penelitian yang dilakukan oleh Andika (2019) dengan judul “Analisis Faktor-
Faktor yang Memengaruhi Keputusan Pembelian Konsumen di Restoran
Captain Kerang Dramaga”. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa
dua variabel yang menjadi faktor memengaruhi keputusan pembelian
konsumen Restoran Captain Kerang Dramaga diantaranya produk dan harga
dengan faktor yang paling berpengaruh signifikan yaitu harga. Kemudian
terdapat satu variabel lain, yaitu pelayanan yang tidak berpengaruh signifikan
terhadap keputusan pembelian konsumen.
7) Penelitian yang dilakukan oleh Ningsih (2021) dengan judul “Analisis Jalur
Pengaruh Produk dan Harga terhadap Loyalitas Konsumen Melalui Keputusan
Pembelian Kopi di Kota Kisaran” (Studi Kasus : Coffee Shop Kopi Lain Hati).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa produk dan harga berpengaruh positif
dan signifikan terhadap keputusan pembelian kopi di coffee shop Kopi Lain
Hati Kota Kisaran, produk dan harga berpengaruh positif dan signifikan
terhadap loyalitas konsumen kopi di coffee shop Kopi Lain Hati Kota Kisaran,
keputusan pembelian berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas
konsumen kopi di coffee shop Kopi Lain Hati Kota Kisaran, produk dan harga
berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas konsumen melalui
keputusan pembelian di coffee shop Kopi Lain Hati Kota Kisaran.

2.10 Kerangka Pemikiran


Berkembangnya bisnis coffee shop yang semakin menjamur merupakan salah
satu dampak dari perubahan gaya hidup masyarakat. Perkembangan industri coffee
shop menyebabkan semakin tingginya persaingan antar coffee shop untuk menarik
minat konsumen dengan latar belakang yang berbeda. Coffee Omah merupakan
salah satu coffee shop yang berusaha bertahan dan berkembang di tengah
pertumbuhan bisnis kopi. Pihak Coffee Omah perlu berorientasi pada konsumen
untuk memahami kebutuhan dan keinginan konsumen dengan cara mengetahui
faktor apa saja yang memengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian pada
29

Coffee Omah hingga menjadi konsumen yang loyal. Konsumen yang melakukan
pembelian berulang merupakan salah satu tantangan yang dihadapi Coffee Omah
untuk mempertahankan pangsa pasarnya.
Penelitian ini dilakukan pada coffee shop Coffee Omah yang berlokasi di Kota
Bekasi dengan menganalisis proses pengambilan keputusan pembelian. Tahapan
yang dilakukan ialah mengidentifikasi karakteristik konsumen Coffee Omah,
mengidentifikasi proses pengambilan keputusan pembelian konsumen Coffee
Omah, dan mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi keputusan
pembelian konsumen Coffee Omah. Hasil penelitian diharapkan dapat memberi
rekomendasi strategi bagi Coffee Omah untuk mempertahankan pelanggan serta
mencari konsumen baru. Kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 4.

Perkembangan Industri Coffee Shop

Coffee Omah Merupakan Salah Satu Coffee Shop yang


Berusaha Bertahan dan Berkembang di Tengah
Pertumbuhan Bisnis Kopi di Kota Bekasi

Identifikasi Usaha Coffee Omah

Karakteristik Konsumen Faktor - Faktor yang Proses Pengambilan


Coffee Omah : Memengaruhi Proses Keputusan Pembelian
1. Jenis Kelamin Pengambilan Keputusan pada Coffee Omah :
2. Usia Pembelian pada Coffee 1. Pengenalan
3. Pendidikan Omah : 2. Pencarian Informasi
4. Status Pernikahan 1. Faktor Internal 3. Evaluasi Alternatif
5. Pekerjaan 2. Faktor Eksternal 4. Keputusan Pembelian
6. Pendapatan 5. Pasca Pembelian

Analisis Deskriptif Path Analysis Analisis Deskriptif

Implikasi Manajerial

Gambar 4. Kerangka Pemikiran Penelitian.


30
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan
pendekatan survei. Pengumpulan data dan informasi menggunakan instrumen
penelitian berbentuk kuesioner/angket yang sudah dinyatakan valid dan reliabel.
Data yang berhasil dikumpulkan dianalisis menggunakan statistik deskripsi dengan
teknik analisis jalur (path analysis). Selanjutnya dilakukan pembahasan terhadap
hasil analisis dan membuat kesimpulan.
Menurut Sugiyono (2017) metode penelitian kuantitatif dapat diartikan
sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan
untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel
pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan
instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk
menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
Menurut Yusuf (2014) survei adalah suatu penyelidikan yang sistematis dalam
mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan suatu objek studi, dengan
menggunakan kuesioner atau daftar pertanyaan yang telah terstruktur.

3.2 Objek dan Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada coffee shop Coffee Omah yang beralamat di Jl.
KH. Agus Salim Gang Al-Kautsar No.4, Kel. Bekasi Jaya, Kec. Bekasi Timur,
Kota Bekasi. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan
pertimbangan bahwa Coffee Omah merupakan salah satu coffee shop yang
memiliki keunikan tersendiri dan memiliki lokasi yang strategis. Selain itu Coffee
Omah berkembang di tengah persaingan coffee shop lain yang ada di Kota Bekasi.

3.3 Populasi dan Sampel


Menurut Marsono (2019) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi dapat berupa orang maupun bukan orang. Pada penelitian ini pengambilan
sampel dilakukan dengan menggunakan metode non probability sampling dimana

31
32

setiap anggota populasi tidak mempunyai peluang atau kemungkinan yang sama
untuk terpilih sebagai sampel. Teknik sampel yang dilakukan yaitu dengan
menggunakan metode convenience sampling dimana setiap responden dipilih
berdasarkan atas kebersediaan dan kemudahan untuk mendapatkannya serta
memenuhi syarat yang telah ditentukan. Segmentasi data konsumen yang diambil
adalah konsumen yang berusia paling rendah 15 tahun karena diasumsikan pada
usia tersebut responden telah dapat melakukan pengambilan keputusan untuk
dirinya sendiri serta telah melakukan kunjungan pembelian minimal dua kali pada
satu bulan terakhir, sehingga dapat dipastikan bahwa konsumen telah mengenal
dan pernah mengonsumsi produk Coffee Omah. Pada penelitian ini untuk
menentukan ukuran sampel digunakan rumus Slovin (Marsono, 2019).

N 300
n= = = 75 orang
2
Nd + 1 (300)(0,1) 2 + 1

Keterangan :
n = Besar sampel.
N = Besar populasi.
d2 = Presisi yang ditetapkan/kesalahan.

Populasi dalam penelitian ini diambil dari jumlah rata-rata per bulan pengunjung
Coffee Omah sebanyak 300 orang dengan tingkat kesalahan senilai 10%.
Berdasarkan perhitungan tersebut, maka sampel penelitian berjumlah 75 orang.
Data diperoleh dari penyebaran google form yang berisi kuesioner penelitian,
selanjutnya untuk kebutuhan uji coba instrumen penelitian diambil sebanyak 40
orang. Setelah uji coba, sampel dikembalikan lagi ke dalam populasi agar
mendapat kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel penelitian.

3.4 Data dan Sumber Data


Jenis data yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Menurut Nugroho (2010) data primer merupakan data yang didapat dari
sumber pertama baik individu atau perusahaan seperti hasil wawancara atau hasil
pengisian kuesioner. Pada penelitian ini data primer merupakan referensi utama,
data primer diperoleh melalui pengamatan, wawancara langsung dengan pemilik
dan pengelola Coffee Omah, serta penyebaran kuesioner kepada responden.
Menurut Nugroho (2010) data sekunder adalah data primer yang telah diolah lebih
33

lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer maupun pihak lain.
Data sekunder yang digunakan merupakan data dari buku-buku, jurnal, situs
internet, penelitian terdahulu, dan literatur lainnya yang relevan dengan penelitian
ini.

3.5 Analisis Data


Metode analisis data pada penelitian ini menggunakan metode analisis
deskriptif dan analisis jalur. Penggunaan analisis deskriptif untuk memperoleh
gambaran karakteristik penyebaran skor/nilai setiap variabel yang diteliti.
Sedangkan analisis jalur digunakan untuk menguji persyaratan analisis dan
hipotesis. Pengolahan data dilakuakan dengan menggunakan alat bantu software
komputer WPS Office Excel dan SPSS 22.0 for Windows. WPS Office Excel
digunakan untuk tabulasi data dan SPSS 22.0 for Windows digunakan untuk
perhitungan analisis jalur.

3.5.1 Analisis Deskriptif


Analisis deskriptif merupakan analisis data penelitian untuk menguji
generalisasi hasil penelitian berdasarkan satu sampel (Siregar, 2013). Analisis
deskriptif digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik konsumen serta
bagaimana proses keputusan pembelian yang dilakukan konsumen pada Coffee
Omah. Karakteristik konsumen yang akan dianalisis meliputi usia, jenis kelamin,
status pernikahan, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan konsumen. Analisis
proses keputusan pembelian dilakukan untuk mengidentifikasi bagaimana tahapan
yang dilakukan konsumen dalam melakukan pembelian yang terdiri dari lima tahap
yaitu pengenalan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, proses pembelian dan
pasca pembelian.

3.5.2 Skala Likert


Skala likert adalah skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi seseorang tentang suatu objek atau fenomena tertentu.
Menurut Kinear dan Umar (2005) dalam Prorina (2014) skala likert menggunakan
ukuran ordinal, karena hanya dapat membuat ranking, tetapi tidak diketahui berapa
kali satu responden lebih baik atau lebih buruk dari responden yang lain dalam
skala. Dalam skala likert umumnya berisi lima tanggapan responden terhadap
34

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti, adapun tanggapan-tanggapan


tersebut dalam setiap pertanyaan kemudian diberi skor, dengan besaran skor
sebagai berikut :
1. Tidak ada Pendapat (TP) = skor/nilai 1
2. Sangat Tidak Setuju (STS) = skor/nilai 2
3. Tidak Setuju (TS) = skor/nilai 3
4. Setuju (S) = skor/nilai 4
5. Sangat Setuju (SS) = skor/nilai 5

3.5.3 Uji Instrumen


1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur tersebut benar-
benar mengukur apa yang diukur. Validitas ini menyangkut akurasi instrumen,
untuk mengetahui apakah kuesioner yang disusun tersebut valid maka perlu diuji
dengan uji korelasi antara skor (nilai) tiap-tiap butir pertanyaan dengan skor total
kuesioner tersebut (Sugiyono, 2017). Adapun teknik korelasi yang bisa dipakai
adalah teknik korelasi product moment pearson dan untuk mengetahui apakah nilai
korelasi tiap-tiap pertanyaan itu signifikan maka dapat dibuat tabel nilai product
moment pearson menggunakan SPSS untuk mengujinya. Instrumen alat ukur harus
memperhatikan ketepatan dan kecermatan. Ada beberapa kriteria yang dapat
digunakan untuk mengetahui kuesioner yang digunakan sudah tepat untuk
mengukur apa yang ingin diukur, yaitu :
a) Jika koefisien product moment melebihi 0,3
b) Jika koefisien korelasi product moment > r-tabel (α ; n-2)n = jumlah sampel
c) Nilai sig. < α

n  xy − (  x)(  y)
rxy =
{n  x −(  x) 2 }{n  y 2 − (n  y) 2 }
2

Keterangan :
n = Banyaknya responden.
x = Skor yang diperoleh subjek dari seluruh item.
y = Skor total yang diperoleh dari seluruh item.
Ʃx = Jumlah skor dalam distribusi x.
Ʃy = Jumlah skor dalam distribusi y.
Ʃx2 = Jumlah kuadrat dalam skor distribusi x.
Ʃy2 = Jumlah kuadrat dalam skor distribusi y.
35

2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat
dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas menunjukkan konsistensi hasil pengukuran.
Suatu alat pengukur dikatakan konsisten apabila untuk mengukur sesuatu berulang
kali alat pengukur itu menunjukkan hasil yang sama dalam kondisi yang sama
(Sugiyono, 2017). Rumus yang digunakan dalam penghitungan reliabilitas yaitu
teknik Alpha Cronbach.

 k   σ 
2
rii =  1 − 2 
 k − 1  σ1 

Keterangan :
rii = Reliabilitas instrumen.
k = Banyaknya butir pertanyaan.
Ʃσ2 = Jumlah butir pertanyaan.
σ = Varian total.

3.5.4 Metode Suksesif Interval (MSI)


Metode suksesif interval merupakan proses mengubah data ordinal menjadi
data interval. Menurut Ningsih (2019) metode suksesif intelval adalah sebuah
metode trasnformasi data ordinal menjadi data interval dengan mengubah proporsi
kumulatif setiap peubah pada kategori menjadi nilai kurva normal bakunya.
Metode transformasi data ordinal menjadi data interval diolah menggunakan
program MS. Excel.

3.5.5 Uji Asumsi Klasik


a) Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2018) uji normalitas adalah pengujian yang bertujuan untuk
mengetahui apakah variabel independen maupun dependen mempunyai distribusi
yang normal atau tidak. Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi variabel terkait dan variabel bebas mempunyai distribusi normal atau
tidak. Model regresi yang baik adalah regresi yang distribusi normal atau
mendekati normal (Ghozali, 2018). Pengujian nomalitas dalam penelitian ini
menggunakan One Sample Kolmogorov Smirnov Test dengan kriteria jika
36

signifikan Kolmogorov Smirnov < 0,05 maka data tidak normal, sebaliknya jika
signifikan Kolmogorov Smirnov > 0,05 maka data normal.
b) Analisis Verifikatif
Menurut Sugiyono (2018) analisis verifikatif adalah suatu penelitian yang
ditujukan untuk menguji teori dan penelitian akan coba menghasilkan informasi
ilmiah baru yaitu status hipotesis yang berupa kesimpulan apakah suatu hipotesis
diterima atau ditolak. Pada penelitian ini untuk mengetahui dan memperkuat hasil
analisis deskriptif yang telah dipaparkan sebelumnya, dilakukan dengan analisis
koefisien korelasi dan analisis koefisien regresi. Analisis koefisien korelasi adalah
hubungan timbal balik atau hubungan dua arah antar variabel independen
(Heryanto, 2018). Pada penelitian ini terdapat 6 variabel independen yaitu gaya
hidup (X1), sikap (X2), pengetahuan (X3), motivasi dan keterlibatan (X4), budaya
(X5), dan kelas sosial (X6).
Analisis koefisien regresi merupakan salah satu metode di dalam statistik
untuk menggambarkan keterkaitan antara variabel yang satu dengan variabel
lainnya, dimana salah satu variabel merupakan penyebab dan variabel lain
merupakan akibat (Heryanto, 2018). Pada penelitian ini terdapat enam variabel
independen dan satu variabel dependen yang saling berkaitan. Variabel independen
meliputi gaya hidup, sikap, pengetahuan, motivasi dan keterlibatan, budaya, kelas
sosial dan keputusan pembelian sebagai variabel dependen.

3.5.6 Analisis Jalur (Path Analysis)


Analisis jalur atau path analysis merupakan teknik analisis yang digunakan
untuk menganalisis hubungan sebab akibat yang inheren antar variabel yang
disusun berdasarkan urutan temporer dengan menggunakan koefisien jalur sebagai
besaran nilai dalam menentukan besarnya pengaruh variabel independen
exogenous terhadap variabel dependen endogenous (Sarwono, 2012). Analisis
jalur terdapat dua metode analisis yaitu metode dekomposisi dan metode trimming.
Jika tujuan penelitian adalah membentuk model kausal yang memasukkan seluruh
variabel yang diamati maka digunakan metode dekomposisi, sedangkan metode
trimming digunakan untuk memperbaiki suatu model struktur analisis jalur dengan
cara mengeluarkan variabel independen yang koefisien jalurnya tidak signifikan.
37

Pada penelitian ini analisis jalur digunakan untuk mengetahui faktor-faktor


terhadap pengambilan keputusan pembelian pada Coffee Omah. Variabel X 1, X2,
X3, X4, X5, dan X6 merupakan variabel independen dan variabel Y merupakan
variabel dependen.

Gambar 5. Diagram Penelitian Model Analisis Jalur.

Pada kasus ini diasumsikan bahwa terdapat hubungan antara X1 dengan X2; X1
dengan X3; X1 dengan X4; X1 dengan X5; X1 dengan X6; X2 dengan X3; X2 dengan
X4; X2 dengan X5; X2 dengan X6; X3 dengan X4; X3 dengan X5; X3 dengan X6; X4
dengan X5; X4 dengan X6; dan X5 dengan X6.

3.5.7 Operasionalisasi Variabel


Berdasarkan penjelasan sebelumnya terdapat tujuh variabel diantaranya
variabel mengenai gaya hidup, sikap, pengetahuan, motivasi dan keterlibatan,
budaya, kelas sosial, dan keputusan pembelian. Enam variabel X merupakan
variabel eksogen dan variabel Y merupakan variabel endogen. Selain itu, terdapat
38

dua puluh satu dimensi atau indikator yang dapat menjelaskan tujuh variabel
tersebut. Berikut variabel, dimensi, dan indikator dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Operasionalisasi Variabel


Variabel Dimensi Indikator Skala
Internal
Gaya Hidup Aktivitas Aktivitas yang dilakukan seseorang dalam Ordinal
(X1) keseharian
Minat Minat seseorang terhadap sesuatu produk Ordinal
atau jasa
Sikap (X2) Kognitif Penilaian terhadap suatu produk atau jasa Ordinal
Afektif Kondisi rasa suka, tidak suka, dan biasa- Ordinal
biasa saja terhadap suatu produk dan jasa
Konatif Tindakan atau respon terhadap suatu Ordinal
produk atau jasa
Pengetahuan Produk Merek, kemasan, dan kualitas Ordinal
(X3) Pembelian Dimana produk tersebut harus dibeli dan Ordinal
kapan pembelian tersebut terjadi
Pemakaian Bagaimana suatu produk dapat digunakan Ordinal
dan apa yang diperlukan agar benar-benar
berfungsi dengan baik
Motivasi dan Kebutuhan Suatu kondisi dimana harus memilikinya Ordinal
keterlibatan Dorongan Suatu tindakan berupa usaha pemenuhan Ordinal
(X4) kebutuhan
Tujuan Pencapaian tujuan atas pemenuhan Ordinal
kebutuhan
Berkelanjutan Menunjukkan minat dan konsisten terhadap Ordinal
sesuatu
Eksternal
Budaya (X5) Kepercayaan Keyakinan terhadap suatu produk atau jasa Ordinal
Pandangan Menilai suatu produk atau jasa Ordinal
Kebiasaan Tingkah laku dalam memenuhi kebutuhan Ordinal
terhadap produk atau jasa
Populer Mengikuti tren yang sedang disukai banyak Ordinal
orang
Kelas Sosial Pekerjaan Penghasilan yang konsumen peroleh Ordinal
(X6) Lingkungan Gengsi terhadap lingkungan sekitar Ordinal
Keputusan Motivasi Dorongan dalam diri sendiri Ordinal
Pembelian Pandangan Menilai/memilih suatu produk atau jasa Ordinal
(Y) Konsistensi Loyal terhadap sesuatu produk atau jasa Ordinal
Sumber : Data Primer (2020).
39

3.6 Jadwal Penelitian


Pada penyusunan tugas akhir/skripsi jadwal penelitian dilakukan pada
semester genap bulan Februari 2020 hingga Novenber 2021. Berikut jadwal
penelitian dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Jadwal Penelitian


Tahun
No. Kegiatan 2020 2021
2-3 4 5-12 1-2 3 4-10 11-12
1. Penyusunan Proposal
2. Bimbingan
3. Seminar Usulan Penelitian (SUP)
4. Revisi dan Penyusunan Instrumen Penelitian
5. Pengambilan Data dan Informasi
6. Pengolahan Data
7. Seminar Hasil Penelitian (SEHATI)
8. Revisi Laporan Penelitian
9. Sidang Komprehensif (SIDKOM)
10. Revisi Laporan Penelitian
11. Pengesahan dan Pengumpulan Skripsi
40
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Coffee Omah


4.1.1 Perkembangan Coffee Omah
Coffee Omah merupakan salah satu usaha yang bergerak di bidang kuliner,
berdiri sejak tahun 2016. Awal mula ide mendirikan coffee shop berawal dari niat
berinvestasi pada bidang food and beverage, menurut pemiliknya usaha tersebut
sangatlah menjanjikan jika dikelola dengan baik dan benar, terlebih saat ini minum
kopi sudah menjadi gaya hidup dan budaya di masyarakat luas. Oleh karena itu
momentum ini dimanfaatkan menjadi ladang penghasilan tambahan. Penamaan
Coffee Omah ini memiliki makna dimana pemilik ingin menciptakan suasana
coffee shop yang nyaman dan tenang seperti suasana di rumah. Oleh karena itu
pemilik Coffee Omah dalam membuka gerainya memanfaatkan pekarangan rumah
yang didesain dengan konsep industrial sehingga menghasilkan tempat yang unik,
nyaman, dan menarik untuk dikunjungi konsumen.
Coffee Omah dalam menghasilkan produk yang berkualitas pemilik
memberikan pelatihan barista terhadap karyawannya agar memiliki kemampuan
yang terlatih dalam bidangnya. Persaingan usaha yang semakin ketat menuntut
untuk tetap konsisten menjaga kualitas produk dan menyediakan tempat yang unik
dan nyaman sehingga pemilik Coffee Omah selalu memperhatikan terkait kualitas
produk dan kenyamanan konsumen. Kategori berdasarkan tujuh karakteristik jenis
coffee shop, Coffee Omah termasuk dalam kategori independent coffee. Hal ini
dapat diartikan bahwa Coffee Omah merupakan coffee shop milik perorangan yang
memiliki karakter instagramable. Coffee Omah termasuk coffee shop yang sering
dikunjungi konsumen, berada di wilayah Bekasi Timur dekat dengan pusat Kota
Bekasi.

4.1.2 Produk (Product)


Produk adalah bagian terpenting dari elemen yang ada dalam bauran
pemasaran karena berisikan nilai-nilai dari perusahaan yang akan dijual ke
konsumen. Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk
memuaskan keinginan/kebutuhan (Kotler, 2016). Produk yang terdapat di Coffee

41
42

Omah tentunya mulai dari minuman kopi (v-60, japanese ice coffee, vietnam drip,
affogato, americano, cappuccino, latte, mocha, caramel macchiato, caramel latte,
salted caramel, smoke coffee, mojito coffee, red velvet, macchiato, hazelnut latte,
kahlua coffee, kopi susu co/coco, kopi susu honey, kopi susu brown sugar, kopi
susu pandan, kopi susu green tea, kopi susu nutella dan kopi susu pisang) dan non
kopi (lychee yakult, red velvet, taro, nutella, green tea, mojito lychee, chocolate,
lemon tea, lychee tea ice, earl grey tea hot dan mineral water). Selain varian
minuman Coffee Omah menyediakan side dish yang meliputi french fries, sosis
mayo, tahu bakso, indomie telor sosis, indomie telor keju, singkong goreng, roti
bakar coklat keju, roti goreng mozzarella dan rujak cireng. Daftar menu produk
Coffee Omah yang lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran 5.

4.1.3 Harga (Price)


Harga merupakan satu-satunya unsur marketing mix yang menghasilkan
penerimaan penjualan, sedangkan unsur lainnya hanya unsur biaya saja. Walaupun
penempatan harga merupakan persoalan penting masih banyak perusahaan yang
kurang sempurna dalam menangani permasalahan penetapan harga tersebut,
karena menghasilkan penerimaan penjualan, maka harga mempengaruhi tingkat
penjualan, tingkat keuntungan, serta share pasar dapat dicapai oleh perusahaan.
Harga adalah sejumlah uang yang harus dibayar untuk memperoleh produk atau
jasa (Kotler, 2016). Harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa barang kalau
mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang
beserta pelayanannya (Sumarni, 2010). Harga yang terdapat di Coffee Omah untuk
minuman kopi mulai dari Rp18.000,00-Rp30.000,00 minuman non kopi mulai dari
Rp7.000,00-Rp25.000,00 dan untuk menu side dish harga sama rata yaitu
Rp20.000,00. Daftar harga produk Coffee Omah yang lebih jelas dapat dilihat pada
Lampiran 5.
Perbandingan harga dari dua coffee shop yang berada di sekitar Coffee Omah
yaitu, Warung Kopi Gempol menawarkan harga mulai dari Rp15.000,00-
Rp30.000,00 untuk menu minuman kopi dan non kopi serta untuk menu side dish
mulai dari harga Rp15.000,00-Rp38.000,00. Kopi Jenaka menawarkan harga mulai
dari Rp13.000,00-Rp25.000,00 untuk menu minuman kopi, sedangkan untuk menu
non kopi mulai dari Rp5.000,00-Rp25.000,00 dan harga untuk menu side dish
43

mulai dari Rp12.000,00-Rp25.000,00. Harga yang ditawarkan Coffee Omah


berdasarkan perbandingan antara dua coffee shop pesaingnya memiliki kisaran
harga yang tidak jauh berbeda. Hal ini dapat diartikan bahwa harga Coffee Omah
ditentukan berdasarkan harga pasar di lingkungan sekitarnya.

4.1.4 Tempat (Place)


Tempat merupakan kegiatan yang dilakukan perusahaan dalam memproduksi
produk untuk di distribusikan kepada konsumen. Tempat meliputi kegiatan
perusahaan yang membuat produk tersedia bagi pelanggan sasaran,
mengembangkan sistem distribusi untuk pengiriman dan perniagaan produk secara
fisik agar produk tersedia di target pasar (Kotler, 2016). Lokasi didefinisikan
sebagai saluran yang digunakan oleh produsen untuk menyalurkan produk tersebut
dari produsen sampai ke konsumen atau industri pemakai (Sumarni, 2010). Coffee
Omah sendiri dibangun dengan memanfaatkan perkarangan rumah sang pemilik.
Pemilik Coffee Omah berpendapat membangun coffee shop di pekarangan rumah
akan lebih efisien dan tidak perlu mengeluarkan biaya sewa. Lokasi Coffee Omah
yang berada di dalam gang masih bisa dijangkau dengan mudah karena gang
tersebut berada di sekitar pemukiman penduduk, pertokoan, instansi pendidikan
dan tidak jauh dari jalan raya. Coffee Omah memiliki tempat yang nyaman dan
tidak bising seperti halnya menikmati kopi di rumah.

4.1.5 Promosi (Promotion)


Promosi merupakan cara komunikasi yang dilakukan oleh perusahaan kepada
konsumen atau pasar yang dituju, dengan tujuan menyampaikan informasi
mengenai produk atau perusahaan agar mereka mau membeli (Kotler, 2016).
Promosi merupakan suatu bentuk komunikasi pemasaran atau aktivitas pemasaran
yang berusaha menyebarkan informasi, memengaruhi/membujuk, atau
mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan serta produk agar konsumen bersedia
menerima, membeli, dan loyal pada produk yang kita tawarkan.
Pada awal berdirinya Coffee Omah melakukan promosi grand opening melalui
media sosial dengan penawaran diskon 20%, setelah itu promosi diskon selalu
dilakukan setiap momen hari besar yaitu hari kemerdekaan, setiap tahunnya promo
tersebut diberikan Coffee Omah untuk menarik konsumen. Promosi Coffee Omah
44

melalui media sosial dilakukan melalui sistem instagram ads yang merupakan
iklan berbayar di laman instagram dengan sasaran wilayah Bekasi Timur. Strategi
promosi lain yang digunakan yaitu dengan menyediakan live musik setiap akhir
pekan guna menarik konsumen.
Coffee Omah dalam usahanya juga mengadakan pelatihan basic coffee untuk
masyarakat umum yang dilakukan pada tanggal 23 Desember 2018, 27 Januari
2019, dan 24 Maret 2019, hal ini merupakan strategi promosi yang dilakukan oleh
Coffee Omah dalam membangun brand image terhadap konsumen. Promosi lain
yang dilakukan yaitu dengan mengadakan foto kontes yang dilakukan pada tanggal
11 Januari 2019, kontes tersebut berupa foto bersama produk Coffee Omah, yang
terpilih sebagai pemenang akan diberikan hadiah berupa produk minuman kopi
dengan ketentuan juara satu gratis produk minuman kopi sebanyak empat gelas,
juara dua gratis produk minuman kopi sebanyak tiga gelas dan juara tiga gratis
produk minuman kopi sebanyak dua gelas. Pada foto kontes respon konsumen
sangat baik, konsumen berlomba-lomba mengikuti kontes tersebut. Promosi
tersebut adalah strategi yang efektif dalam memperkenalkan dan menarik
konsumen untuk berkunjung ke Coffee Omah.
Coffee Omah dalam promosinya hanya mengandalkan pada satu media sosial
yaitu instagram yang masih terlihat aktivitasnya hingga sekarang, dalam feed
instagram menyediakan postingan berupa menu makanan, minuman, aktivitas
produksi, foto pengunjung, dan informasi lain terkait Coffee Omah. Konsistensi
postingan instastory Coffee Omah masih terus dilakukan dalam menarik konsumen
untuk berkunjung. Konsisten dalam postingan instastory merupakan komunikasi
antara Coffee Omah dengan konsumen.

4.1.6 Proses (Process)


Proses merupakan keseluruhan kegiatan yang berhubungan dengan pelayanan
yang akan diberikan kepada konsumen. Hal yang dimaksud dalam proses ialah
metode pengoprasian atau serangkaian tindakan tertentu yang umumnya berupa
langkah-langkah yang diperlukan dan telah ditetapkan sebelumnya dalam
menghasilkan suatu produk. Proses adalah seluruh aktivitas kerja yang melibatkan
prosedur, tugas, jadwal, mekanisme, aktivitas, dan rutinitas bagaimana produk atau
jasa disalurkan ke konsumen (Hurriyati, 2010).
45

Coffee Omah menetapkan proses atau alur dalam pengoperasiannya mulai


pukul 15.00-23.00 WIB. Proses pembelian produk, meliputi konsumen melakukan
pemesanan dan transaksi dibagian meja kasir serta akan diberikan nomor meja,
kemudian proses produksi dilakukan sealama kurang lebih 6-10 menit dan pesanan
siap dihidangkan kepada konsumen. Pemberitahuan terkait jam buka selalu
diinformasikan melalui instastory akun instagram Coffee Omah. Rutinitas tersebut
selalu dijaga dalam menciptakan komunikasi yang baik terhadap konsumen.

4.1.7 Orang (People)


Orang (people) diartikan sebagai karyawan dan juga pihak lain yang terlibat
di dalam proses produksi. Banyak jasa bergantung pada interaksi langsung dan
pribadi antara pelanggan dan karyawan perusahaan (seperti makan di restoran).
Konsumen sering menilai kualitas produk atau jasa yang diterima berdasarkan
penilaian terhadap orang-orang yang menyediakan produk atau jasa tersebut.
Pegawai sangat mempengaruhi kualitas jasa yang diberikan karena berinteraksi
secara langsung terhadap konsumen, baik dari sikap, tindakan, penampilan dalam
berpakaian, dan cara berbicara kepada konsumen sangat mempengaruhi persepsi
atau keberhasilan jasa yang ditawarkan (Refaldi, 2018). Pegawai seharusnya
dibekali dengan ilmu mengenai kedai dan menu yang disajikan, mulai dari produk
sampai fasilitas yang disediakan. Hal ini dimaksudkan jika terjadi keluhan dari
konsumen, maka dapat diatasi dengan memberikan jawaban yang memuaskan.
Coffee Omah memiliki struktur organisasi atau jobdesk yang sangat sederhana
meliputi kasir, barista, kitchen dan service yang dikelola langsung oleh pemilik
coffee shop. Coffee Omah memiliki dua orang karyawan dengan waktu kerja enam
hari dimana dalam satu hari kerja berlangsung selama delapan jam dengan waktu
istirahat satu jam. Pemilik Coffee Omah berpendapat bahwa dua orang karyawan
sudah cukup efektif dan efisien dalam mengoprasikan coffee shop serta menangani
tiga jobdesk sekaligus. Karyawan Coffee Omah memiliki sikap yang baik dalam
pelayanannya, berpenampilan rapih, dan sopan dalam berinteraksi terhadap
konsumennya. Struktur organisasi dapat dilihat pada Gambar 6.
46

Owner
Manajemen

Karyawan I Karyawan II
- Barista 1. Kitchen
- Kasir 2. Kasir
- Service 3. Service

Gambar 6. Struktur Organisasi (Jobdesk).

4.1.8 Bukti Fisik (Physical Appearance)


Bukti fisik penting bagi perusahaan jasa untuk menunjukan kemampuan jasa
yang diberikan, sehingga dapat memengaruhi keputusan konsumen dalam membeli
produk dan jasa yang ditawarkan. Bukti fisik adalah suatu hal yang secara nyata
turut memengaruhi keputusan konsumen dalam membeli dan menggunakan
produk jasa yang ditawarkan (Kotler, 2016). Bukti fisik bisa diartikan sebagai
fasilitas fisik, perlengkapan, karyawan, dan sarana komunikasi yang secara nyata
turut mempengaruhi produk jasa yang digunakan.
Coffee Omah memiliki bukti fisik berupa konsep coffee shop yang bertema
industrial klasik dengan beberapa fasilitas yang tersedia yaitu wifi, mushola, toilet,
wastafel, kipas angin, AC, musik dan lahan parkir. Dekorasi yang digunakan
Coffee Omah berupa tanaman hias, rak buku, cermin besar dan meja serta bangku
yang futuristik. Fasilitas yang disediakan Coffee Omah merupakan penunjang bagi
kenyamanan konsumen.

4.2 Karakteristik Konsumen Coffee Omah


Karakteristik konsumen merupakan hal yang penting untuk dipahami oleh
pelaku usaha dalam merumuskan strategi pemasaran yang tepat. Karakteristik
perlu diketahui agar dapat mengetahui besar pasar, sasaran, dan untuk
menjangkaunya secara efisien (Setiadi, 2013). Karakteristik konsumen dalam
penelitian ini dikelompokan berdasarkan beberapa kategori, yaitu jenis kelamin,
usia, status pernikahan, domisili, pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan per bulan
yang dapat dilihat pada Tabel 11.
47

Tabel 11. Karakteristik Responden Konsumen Coffee Omah


Karakteristik Jumlah Persentase
(orang) (%)
Jenis Kelamin Laki-laki 40 53
Perempuan 35 47
Usia 15 - 20 tahun 14 19
21 - 25 tahun 48 64
26 - 30 tahun 11 15
31 - 40 tahun 2 3
41 - 45 tahun 0 0
Status Pernikahan Belum Menikah 69 92
Menikah 6 8
Domisili Bekasi 60 80
Jakarta 15 20
Pendidikan SMP 0 0
SMA 38 51
Akademi 14 19
Sarjana 23 31
Pekerjaan Pelajar/Mahasiswa 40 53
Pegawai Negeri 0 0
Pegawai Swasta 32 43
Wirausaha 3 4
Pendapatan/Bulan < Rp2.000.000,00 33 44
Rp2.000.000,00 s/d Rp4.000.000,00 27 36
> Rp4.000.000,00 15 20
Sumber : Data Primer (2020).

Pada data Tabel 11 menjelaskan bahwa responden Coffee Omah berdasarkan


jenis kelamin didominasi oleh jenis kelamin laki-laki sebesar 53% sedangkan jenis
kelamin perempuan sebesar 47%, dari perbandingan tersebut terdapat selisih 3%
konsumen yang artinya tidak terlampau jauh perbedaannya. Hal ini menunjukkan
bahwa konsumen yang mengonsumsi kopi tidak hanya dilakukan oleh laki-laki,
tetapi juga mulai diminati oleh perempuan. Sejalan dengan pendapat Charina
(2016) yang menyatakan bahwa konsumen laki-laki dengan rentang usia 23 hingga
27 tahun memiliki peluang lebih besar untuk melakukan pembelian di kedai kopi
karena ditunjang oleh pendapatan yang mencukupi serta status lajang yang
membuat konsumen laki-laki lebih leluasa untuk menggunakan pendapatannya
karena belum adanya kebutuhan keluarga serta waktu kosong yang lebih banyak
dihabiskan di luar rumah.
Karakteristik berdasarkan usia responden Coffee Omah didominasi oleh
kalangan usia 21 hingga 25 tahun sebesar 64%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa
usia 21 hingga 25 tahun lebih banyak berkunjung ke Coffee Omah dibandingkan
48

usia di bawahnya maupun di atasnya. Hal ini disebabkan pada usia tersebut
merupakan generasi muda yang mobilitasnya tinggi dan cenderung selalu memilih
cara yang lebih praktis dalam memenuhi kebutuhannya. Selain itu pada usia
tersebut masih sering melakukan aktivitas kumpul bersama diluar, salah satunya
berkumpul di coffee shop. Hal ini sejalan dengan pendapat Herlyana (2012)
mengatakan bahwa sebagian anak muda menyukai gaya hidup yang cenderung
berorientasi pada nilai kebendaan dan prestise.
Karakteristik berdasarkan status pernikahan responden Coffee Omah sebagian
besar memiliki status belum menikah sebesar 92%, sedangkan yang berstatus
sudah menikah hanya sebesar 8%. Dominasi tersebut berkaitan dengan
karakteristik usia responden yang sebagian besar berusia 21 hingga 25 tahun. Pada
usia tersebut mayoritas masih memiliki kebebasan untuk melakukan kumpul
bersama di luar. Hal ini sejalan dengan pendapat Charina (2016) mengatakan
bahwa konsumen yang belum menikah memiliki peluang lebih besar untuk
melakukan pembelian di kedai kopi dibandingkan konsumen yang telah menikah
karena konsumen yang telah menikah memilih menghabiskan waktu di rumah
dibandingkan untuk ke kedai kopi.
Karakteristik berdasarkan domisili atau tempat tinggal responden Coffee
Omah sebagian besar berdomisili di daerah Bekasi dengan persentase sebesar 80%,
sedangkan sisanya berdomisili di daerah Jakarta dengan persentase 20%. Hal
tersebut dikarenakan lokasi Coffee Omah berada di wilayah Kota Bekasi sehingga
mayoritas konsumen yang berkunjung berdomisili di lingkungan sekitarnya.
Karakteristik berdasarkan pendidikan terakhir menunjukkan responden Coffee
Omah sebagian besar memiliki pendidikan terakhir SMA/sederajat sebesar 51%.
Sedangkan responden yang memiliki pendidikan terakhir Akademi sebesar 19%
dan sisanya memiliki pendidikan terakhir Sarjana sebesar 31%. Hal tersebut
menunjukkan responden Coffee Omah memiliki pendidikan yang baik. Pendidikan
terakhir sangat berkaitan dengan usia dan pekerjaan responden sehingga tepat
dikatakan bahwa mayoritas responden memiliki pendidikan terakhir
SMA/sederajat.
Karakteristik berdasarkan pekerjaan responden Coffee Omah didominasi oleh
pelajar/mahasiswa dengan persentase sebesar 53%. Selain itu yang memiliki
49

pekerjaan sebagai pegawai swasta sebesar 43% dan sisanya memiliki pekerjaan
berwirausaha sebesar 4%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa status pekerjaan
responden didominasi oleh pelajar/mahasiswa karena Coffee Omah berlokasi di
sekitar lingkungan sekolah dan kampus. Hal tersebut sejalan dengan pendapat
Rasmikayati (2020) mengatakan bahwa konsumen yang memiliki status pekerjaan
sebagai mahasiswa/pelajar cenderung memiliki aktivitas di luar rumah dan sedikit
waktu luang di dalam rumah, sehingga mencari tempat nyaman yang tidak
didapatkan di rumah.
Karakteristik berdasarkan pendapatan/uang saku per bulan responden
memiliki rentang penghasilan <Rp2.000.000,00 sebesar 44%. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa responden Coffee Omah didominasi oleh konsumen yang
memiliki pendapatan/uang saku <Rp2.000.000,00 sesuai dengan karakteristik
pekerjaan responden yaitu sebagai pelajar/mahasiswa.

4.3 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Konsumen Coffee Omah


Pada proses pengambilan keputusan konsumen terdapat lima tahapan
pembelian konsumen dalam memutuskan pembelian yaitu pengenalan kebutuhan,
pencarian informasi, evaluasi berbagai alternatif, keputusan pembelian, dan
perilaku pasca pembelian (Kotler, 2016). Keputusan pembelian adalah penetapan
sikap konsumen terhadap suatu barang atau produk dari alternatif-alternatif pilihan
yang diperoleh dari pencarian informasi yang telah dilakukan.

4.3.1 Pengenalan Kebutuhan


Pengenalan kebutuhan/masalah merupakan tahap pertama dari proses
pengambilan keputusan pembelian dimana konsumen mengenali suatu masalah
atau kebutuhan. Pada tahap ini pemasar harus meneliti konsumen untuk
menemukan jenis kebutuhan atau masalah apa yang akan muncul, apa yang
memunculkan mereka dan bagaimana dengan adanya masalah tersebut, konsumen
termotivasi untuk memilih produk tertentu.
Pada proses pengenalan kebutuhan tujuan konsumen dalam melakukan
pembelian produk pada Coffee Omah yaitu berkumpul dengan teman dengan
jumlah responden sebesar 64% (Tabel 12). Selanjutnya berdasarkan data
responden manfaat yang diharapkan konsumen setelah berkunjung ke Coffee
50

Omah yaitu menghilangkan rasa penat dan stress dengan jumlah responden sebesar
59% (Tabel 12). Hal tersebut sejalan dengan pendapat Febriana (2021) mengatakan
bahwa break sejenak dengan berbincang ringan maupun bersantai dengan kawan
ataupun rekan kerja menjadi alternatif untuk menghilangkan penat dan kedai kopi
saat ini bukan hanya sekedar melepas penat namun juga sebagai tempat pertemuan.
Beberapa orang datang ke coffee shop karena kebutuhannya akan sesuatu, seperti
untuk membahas masalah pekerjaan bersama rekan kerja atau melakukan transaksi
bisnis bersama klien, bertemu atau berkumpul bersama teman dan kolega atau
tempat berkumpulnya para komunitas-komunitas tertentu (Fatimah, 2013).

Tabel 12. Data Responden Berdasarkan Pengenalan Kebutuhan


Tahapan Jumlah Persentase
Proses Pengambilan Keputusan Pemebelian (orang) (%)
Pengenalan Kebutuhan
Tujuan utama berkunjung Simbol status 1 1
Cita rasa produk 12 16
Tempat nyaman 14 19
Berkumpul dengan teman 48 64
Bertemu partner bisnis 0 0
Manfaat yang diharapkan Menikmati suasana 11 15
Penghematan waktu 1 1
Mengonsumsi produk 16 21
Mendapatkan pelayanan ramah 3 4
Menghilangkan rasa penat dan 44 59
stress
Sumber : Data Primer (2020).

4.3.2 Pencarian Informasi


Pencarian informasi merupakan tahap dalam proses pengambilan keputusan
pembelian dimana konsumen telah tertarik untuk mencari lebih banyak informasi.
Pada proses pencarian informasi, sebagian besar informasi mengenai Coffee Omah
diperoleh dari teman dengan jumlah responden sebesar 75% (Tabel 13). Informasi
harga dan produk pada Coffee Omah diperoleh konsumen melalui informasi lisan
dari teman dengan jumlah responden sebesar 39% (Tabel 13). Hal tersebut sejalan
dengan pendapat Rasmikayati (2020) mengatakan bahwa orang terdekat yang
paling sering berkomunikasi adalah teman. Informasi dari teman tersebut
merupakan hasil pengalaman yang dapat direkomendasikan pada orang lain
sehingga memengaruhi kedai kopi pilihannya. Informasi dari teman sangat
berpengaruh dalam keputusan oleh karena itu metode word of mouth (WOM)
51

sangat efektif. Word of mouth adalah kegiatan pemasaran melalui perantara orang
ke orang baik secara lisan, tulisan, maupun lewat alat komunikasi yang terhubung
internet yang didasari oleh pengalaman atas produk atau jasa (Kotler dan Heller,
2010). Jika dilihat dari definisi diatas, word of mouth dapat diartikan secara umun
merupakan suatu kegiatan memberikan informasi penilaian atau pandangan
terhadap produk suatu barang dan jasa kepada orang-orang terdekat apakah produk
atau jasa tersebut layak dikonsumsi atau tidak bagi para konsumen lainnya.
Adanya perkembangan teknologi komunikasi, WOM mempunyai bentuk baru
yaitu electronic word of mouth (e-WOM). Electonic of word of mouth merupakan
pernyataan yang dibuat konsumen aktual, potensial atau konsumen sebelumnya
mengenai produk atau perusahaan dimana informasi ini tersedia bagi orang-orang
atau institusi melalui media internet (Tommi dan Eristia, 2014). E-WOM
memberikan pengaruh terhadap keputusan pembelian karena konsumen
menyatakan setuju untuk melakukan pembelian setelah mendapatkan informasi di
sosial media (Adeliasari, 2014). Jejaring sosial yang sering digunakan oleh
responden dalam melakukan dan menggunakan e-WOM adalah instagram dengan
aktivitas mengunggah foto makanan dan minuman.
Akbar dan Sunarti (2018) menyatakan komunikasi yang dilakukan melalui
media sosial instagram dengan cara penyebarannya yaitu orang lain melihat
postingan tentang Sushi Tei pada akun instagram orang lain, melihat komentar
positif tentang Sushi Tei pada laman komentar yang tersedia di instagram, dan
melihat foto menu produk Sushi Tei di instagram melalui akun instagram orang
lain. Putra (2015) mengatakan melalui media sosial Cafe Roti Gempol dan Kopi
Anjis melakukan pemasaran melalui media twitter dengan menyasar kalangan
generasi muda sebagai target pasarnya. Pada media twitter ini, pemasaran semakin
berkembang menjadi komunikasi word of mouth. Konsumen yang telah
mengunjungi Cafe Roti Gempol dan Kopi Anjis akan memberi tahu teman dan
keluarganya bahkan datang kembali membawa kerabatnya tersebut telah memberi
tahu informasi mengenai Cafe Roti Gempol dan Kopi Anjis. Mengusung slogan
“Belum ke Kopi Anjis Belum Gaul” Cafe Roti Gempol dan Kopi Anjis
mengandalkan word of mouth mengandalkan sebagai media promosi mereka.
52

Tabel 13. Data Responden Berdasarkan Pencarian Informasi


Tahapan Jumlah Persentase
Proses Pengambilan Keputusan Pemebelian (orang) (%)
Pencarian Informasi
Informasi coffe shop Diri sendiri 8 1
Teman 58 75
Keluarga 2 3
Media cetak 0 0
Media sosial 9 12
Informasi harga dan Informasi lisan dari teman 29 39
produk Informasi lisan dari keluarga 3 4
Brosur/media cetak 2 3
Referensi katalog 27 36
Media sosial 14 19
Sumber : Data Primer (2020).

4.3.3 Evaluasi Berbagai Alternatif


Evaluasi berbagai alternatif merupakan suatu tahap dalam proses pengambilan
keputusan pembelian dimana konsumen menggunakan informasi untuk
mengevaluasi merek-merek alternatif dalam suatu susunan pilihan. Proses tersebut
tergantung pada konsumen individu dan situasi pembeli tertentu. Pada proses
evaluasi alternatif, memilih tempat yang nyaman merupakan pertimbangan utama
konsumen sebelum melakukan kunjungan ke Coffee Omah dengan jumlah
responden sebesar 48% (Tabel 14). Kenyamanan didapatkan dari desain tempat
yang dirancang denga konsep home industrial, sehingga Coffee Omah memiliki
kondisi tempat yang nyaman seperti menikmati kopi di rumah. Hal tersebut sejalan
dengan pendapat Wijayanti (2020) mengatakan bahwa kondisi kedai kopi yang
bersih, sesuasana kedai kopi yang tenang, ruangan kedai kopi yang luas, dan
nyaman, serta penataan barang di kedai kopi yang rapi akan sangat memengaruhi
kepuasan konsumen.
Pertimbangan konsumen sebelum melakukan kunjungan ke Coffee Omah
setelah melihat dari kenyamanan tempat terdapat pertimbangan lain yaitu cita rasa
produk. Cita rasa produk menjadi pertimbangan konsumen sebelum berkunjung ke
Coffee Omah dengan persentase sebesar 36% (Tabel 14). Hal ini menjelaskan
bahwa produk yang disajikan Coffee Omah memiliki cita rasa yang baik, sehingga
persepsi konsumen terhadap cita rasa produk di Coffee Omah menjadi suatu
pertimbangan yang penting bagi pengambilan keputusan konsumen. Sejalan
dengan pendapat Fatih (2018) menyatakan bahwa cita rasa mempunyai pengaruh
53

yang signifikan terhadap keputusan pembelian. Inisiasi atau ide untuk berkunjung
ke Coffee Omah dipengaruhi oleh teman dengan jumlah responden sebesar 72%
(Tabel 14). Ide untuk berkunjung ke Coffee Omah menjadi hal penting dalam
berkunjung yang didasari oleh ajakaan teman untuk berkumpul di coffee shop.
Teman sangat besar pengaruhnya dalam membantu perkembangan perilaku
seseorang, karena dalam teman ada ide yang sangat kompleks yang mendominasi
diantara mereka, seperti ada yang mengendalikan minat seketika, sehingga anggota
lainnya mengikuti untuk berperilaku seperti minat tersebut (Yusi, 2017).

Tabel 14. Data Responden Berdasarkan Pencarian Informasi


Tahapan Jumlah Persentase
Proses Pengambilan Keputusan Pemebelian (orang) (%)
Evaluasi Alternatif
Pertimbangan kunjungan Cita rasa produk 27 36
Menu bervariasi 8 11
Pelayanan ramah 1 1
Akses lokasi mudah 3 4
Tempat nyaman 36 48
Inisiasi atau ide kunjungan Diri sendiri 16 21
Teman 54 72
Keluarga 1 1
Rekan kantor/sekolah 0 0
Lainnya 4 5
Sumber : Data Primer (2020).

4.3.4 Keputusan Pembelian


Keputusan pembelian merupakan tahap dalam proses pengambilan keputusan
pembelian sampai konsumen benar-benar membeli produk. Pada proses keputusan
pembelian konsumen Coffee Omah dalam memutuskan berkunjung didominasi
oleh pilihan tergantung keadaan dengan jumlah responden sebesar 41% (Tabel 15).
Hal ini menunjukan konsumen Coffee Omah dalam pengambilan keputusan
pembelian dilakukan secara tidak direncanakan karena lokasi Coffee Omah berada
di wilayah kuliner terutama banyak dikelilingi coffee shop lainnya sehingga dari
banyaknya pilihan konsumen akan memutuskan secara spontan. Mayoritas
konsumen Coffee Omah memilih berkunjung bersama teman dengan jumlah
responden sebesar 80% (Tabel 15). Hal ini sejalan dengan pendapat Pratiwi (2021)
mengatakan bahwa circle pertemanan memiliki pengaruh terhadap individu. Hal
ini terjadi karena intensitas pertemuan atau lamanya waktu pertemuan pada
lingkungan yang sama, sehingga hubungan antar pertemanan ini dapat
54

menciptakan sudut pandang atau pemikiran yang tidak jauh berbeda. Termasuk
juga adanya rasa solidaritas satu sama lain, yang mana hal ini membuat individu
satu dengan lainnya merasa terhubung satu sama lain, sehingga ketika adanya saran
ataupun informasi tertentu akan menjadi pertimbangan ketika melakukan
keputusan. Kunjungan pada Coffee Omah berdasarkan hari didominasi oleh pilihan
akhir pekan dengan jumlah responden sebesar 57% (Tabel 15).
Konsumen memilih berkunjung diakhir pekan karena waktu yang mereka
miliki lebih banyak dibanding jika mereka melakukan kunjungan di hari kerja
(Rasmikayati, 2020). Waktu kunjungan ke Coffee Omah sebagian besar pada pukul
19.00-21.00 WIB dengan jumlah responden sebesar 45% (Tabel 15). Berdasarkan
hasil pengamatan, hal ini disebabkan oleh karakteristik konsumen yang didominasi
pada usia remaja yaitu usia 21 hingga 25 tahun yang berstatus mahasiswa/pelajar
yang lebih sering keluar rumah di malam hari. Hal tersebut sejalan dengan
pendapat Fauzi (2017) mengatakan bahwa sebagian besar masyarakat melakukan
aktivitas pada siang hari untuk bekerja atau mengenyam pendidikan dan memilih
untuk beristirahat di malam hari. Beberapa orang mempunyai kebiasaan
beristirahat dengan cara menghabiskan waktu di luar rumah seperti berkumpul,
bersosialisasi dan menikmati hiburan di kedai kopi.
Kunjungan dalam jangka waktu satu bulan didominasi oleh pilihan dua kali
dengan jumlah responden sebesar 55% (Tabel 15). Hal ini dikarenakan responden
Coffee Omah didominasi oleh Mahasiswa/Pelajar yang memiliki pendapatan
<Rp2.000.000,00. Jumlah uang yang dikeluarkan responden dalam sekali
kunjungan adalah Rp30.000,00-Rp50.000,00 dengan jumlah responden sebesar
40% (Tabel 15). Hal ini dikarenakan harga menu di Coffee Omah untuk menu kopi
dan non kopi berkisar dari Rp18.000,00-Rp30.000,00 dan untuk menu side dish
dengan harga Rp20.000,00 dengan mengeluarkan uang sebesar Rp30.000,00-
Rp50.000,00 konsumen bisa mendapatkan satu minuman dan satu side dish.
Waktu yang dihabiskan responden dalam berkunjung ke Coffee Omah
didominasi oleh pilihan tidak tentu dengan jumlah responden sebesar 68% (Tabel
15). Kebanyakan responden yang berkunjung ke Coffee Omah tidak merencanakan
berapa lama waktu yang akan dihabiskan di coffee shop tersebut, lama kunjungan
disesuaikan dengan tujuan dan kepentingan yang berbeda-beda, seperti hangout
55

dengan teman, melakukan pertemuan bisnis atau bahkan menjadikan tempat kopi
sebagai coworking space. Sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan
Kabalmay (2017) durasi kunjungan yang dihabiskan oleh pengunjung cafe berkisar
1-4 jam, bahkan pada malam minggu pengunjung dapat menghabiskan waktu lebih
dari 5 jam atau sampai larut malam. Seluruh waktunya dihabiskan untuk menikmati
fasilitas wifi, bermain media sosial, mengerjakan tugas, bermain game dan ada juga
yang memanfaatkan sarana cafe untuk menyelesaikan pekerjaan kantor.
Produk minuman yang sering dibeli oleh responden didominasi oleh kopi susu
dengan jumlah responden sebesar 49%, manual brew/coffee sebanyak 18%, dan
minuman non coffee 10%. Air mineral hanya dipilih oleh konsumen sebanyak 1%
dan sisanya sebanyak 9% memilih milkshake sebagai menu pilihannya (Tabel 15).
Kopi susu lebih disukai karena konsumen lebih menyukai rasa manis dibandingkan
pahit, dengan adanya variasi menu kopi susu, rasa pahit bisa tertutupi dan bisa
diterima oleh lidah konsumen. Dominasi susu kopi dibandingkan dengan manual
brew/coffee juga dipengaruhi oleh pengetahuan konsumen tentang kopi sejalan
dengan pendapat Romulus (2021) yang menyatakan bahwa trend kopi susu telah
meningkatkan jumlah penikmat kopi, namun terdapat perbedaaan antara penikmat
kopi susu dan manual brew. Perbedaannya adalah, penikmat kopi susu tidak akan
lagi fokus terhadap jenis kopi yang digunakan dalam produk tersebut, melainkan
fokus pada rasa dan variasi terbaru yang dihasilkan.
Coffee Omah tidak hanya menjual produk minuman saja, terdapat beberapa
menu pelengkap (makanan ringan) yang ditawarkan kepada konsumen sebagai
makanan pendamping minum kopi. French fries mendominasi pilihan dari
responden sebagai menu paling banyak dipesan sebesar 53%, roti bakar dipilih
konsumen sebanyak 28%, dan sisanya memilih sosis mayo sebanyak 3%, dimsum
6% dan yang memilih mie instan sebanyak 5% (Tabel 15). French fries lebih
disukai karena pertimbangan harga yang murah dengan porsi yang banyak dan
dapat dengan mudah dinikmati dan dibagi dengan teman-teman satu meja
(Afriyanti, 2017).
Metode pembayaran yang sering digunakan responden dalam melakukan
transaksi adalah uang tunai dengan jumlah responden sebesar 83%, konsumen
yang memilih menggunakan pembayaran debit sebanyak 15%, dan sisanya sebesar
56

3% melakukan pembayaran menggunakan ovo/dana (Tabel 15). Hal ini


menjelaskan bahwa konsumen Coffee Omah dalam melakukan transaksi lebih
dominan menggunakan metode uang tunai, sesuai dengan karakteristik konsumen
Coffee Omah yang didominasi oleh pelajar atau mahasiswa yang memperoleh
pendapatannya dari uang saku per hari.
Berbeda dengan pendapat Piero (2018) bahwa pembayaran non tunai
merupakan salah satu cara mudah yang dilakukan mahasiswa untuk melakukan
transaksi. Pendapat tersebut didukung oleh Firdauzi (2016) yang berpendapat
bahwa semakin besarnya kemampuan finansial seseorang maka semakin
memudahkan orang tersebut dalam menggunakan uang elektronik. Hal ini dapat
diasumsikan kerena jika seseorang memiliki kemampuan finansial yang cukup
akan semakin memudahkan dalam pengisian uang elektronik, sehingga akses ke
uang elektronik tersebut tidak terhambat.
Penggunaan uang elektronik memiliki kekurangan pada keamanannya Efendi
(2017) berpendapat kurangnya ketertarikan konsumen terhadap pembayaran non
tunai adalah kecurigaan terhadap maraknya kejahatan pencurian uang melalui
hacking, cracking, dan carding yang menambah daftar permasalahan pembayaran
non tunai di Indonesia. Meskipun demikian Coffee Omah menyediakan beberapa
alternatif metode pembayaran guna memudahkan dan mempercepat konsumen
dalam bertransaksi, sesuai dengan pendapat Hapsari (2017) bahwa pembayaran
non tunai mengupayakan terciptanya proses transaksi yang lebih cepat dan mudah.

Tabel 15. Data Responden Berdasarkan Keputusan Pembelian


Tahapan Jumlah Persentase
Proses Pengambilan Keputusan Pemebelian (orang) (%)
Keputusan Pembelian
Rencana kunjungan Terencana 24 32
Mendesak 12 16
Tergantung keadaan 31 41
Dipengaruhi oleh media 0 0
cetak/sosial
Dipengaruhi orang lain 8 11
Teman berkunjung Sendiri 3 4
Teman 60 80
Keluarga 2 3
Pasangan/pacar 9 12
Rekan kantor/sekolah 1 1
57

Tahapan Jumlah Persentase


Proses Pengambilan Keputusan Pemebelian (orang) (%)
Hari kunjungan Hari kerja 11 15
Akhir pekan 43 57
Libur sekolah 3 4
Libur nasional 1 1
Lainnya 17 23
Waktu kunjungan Tidak tentu 28 37
Pukul 17.00 - 19.00 8 11
Pukul 19.00 - 21.00 34 45
Pukul 21.00 - 23.00 4 5
Pukul 23.00 - 24.00 1 1
Kunjungan dalam sebulan 2 kali 41 55
3 kali 17 23
4 kali 11 15
5 kali 2 3
Lebih dari 5 kali 4 5
Jumlah uang yang Rp20.000,00 - Rp30.000,00 15 20
dikeluarkan Rp30.000,00 - Rp50.000,00 30 40
Rp50.000,00 - Rp70.000,00 27 36
Rp70.000,00 - Rp100.000,00 2 3
> Rp100.000,00 1 1
Lama kunjungan 15 menit 2 3
30 menit 5 7
45 menit 5 7
60 menit 15 20
Tidak tentu 48 68
Produk minuman yang Kopi susu 37 49
sering dibeli Non coffee 10 13
Air mineral 1 1
Milkshake 9 12
Manual brew/coffee 18 24
Produk pelengkap yang Roti bakar 21 28
sering dibeli Sosis mayo 3 4
Dimsum 6 8
French fries 40 53
Mie instan 5 7
Metode pembayaran Uang tunai 62 83
Debit 11 15
Kredit 0 0
Go pay 0 0
Ovo/dana 2 3
Sumber : Data Primer (2020).

4.3.5 Pasca Pembelian


Perilaku pasca pembelian merupakan tahap dalam proses pengambilan
keputusan pembelian dimana konsumen mengambil tindakan lebih lanjut setelah
membeli berdasarkan kepuasan atau ketidakpuasan yang mereka rasakan.
58

Konsumen mendasarkan harapan mereka pada informasi yang diterima dari


penjual, teman, dan sumber lainnya.

Tabel 16. Data Responden Berdasarkan Perilaku Pasca Pembelian


Tahapan Jumlah Persentase
Proses Pengambilan Keputusan Pemebelian (orang) (%)
Perilaku Pasca Pembelian
Fasilitas yang perlu Kebersihan 6 8
diperhatiankan pengelola Pelayanan 14 19
Area parkir 16 21
Dekorasi 25 33
Wifi 14 19
Tingkat kepuasan Tidak puas 0 0
Kurang puas 0 0
Ragu-ragu 2 3
Puas 62 83
Sangat puas 11 15
Kunjungan ulang Ya 75 100
Tidak 0 0
Ragu-ragu 0 0
Kesediaan membeli Tidak jadi membeli 1 1
saat harga naik Tetap membeli 43 57
Ragu-ragu 24 32
Beralih ke tempat lain 4 5
Membeli produk lain 3 4
Kesediaan Ya 72 96
merekomendasikan Tidak 1 1
kepada orang lain Ragu-ragu 2 3
Sumber : Data Primer (2020).

Pada proses perilaku pasca pembelian berdasarkan saran dari responden terkait
fasilitas yang perlu diperhatikan oleh pengelola Coffee Omah adalah dekorasi
dengan jumlah responden sebesar 33% (Tabel 16). Pendapat responden, tata letak
hiasan dan aksesoris yang tepat menciptakan keindahan yang membuat mereka
tertarik untuk datang kembali ke coffee shop. Najib (2015) berpendapat mengenai
“Pengaruh Atmosfer Kedai Kopi terhadap Emosi dan Keputusan Pembelian
Ulang” yang menganalisis pengaruh stimulus atmosfer seperti eksterior, layout
desain interior, suara, aroma, temperatur, dan manusia berpengaruh signifikan
terhadap keputusan pembelian ulang yang ditunjukkan oleh skema warna, furnitur
dan pencahayaan dimana ketiga faktor tersebut merupakan faktor terbesar yang
berkontribusi dalam mempresentasikan interior.
Coffee Omah mengusung konsep home industrial dengan suasana asri dan
klasik, hanya saja pada saat penyebaran keusioner Coffee Omah tengah melakukan
59

renovasi, sehingga tata letak hiasan terlihat tidak rapi dan sebagian responden
memutuskan bahwa dekorasi mendapatkan perhatian paling besar untuk
dipertimbangkan oleh Coffee Omah. Selanjutnya area parkir mendapatkan
perhatian sebesar 21% (Tabel 16), lokasi Coffee Omah yang berada di area
perumahan dan di dalam gang cukup menyulitkan bagi pengendara mobil yang
hendak berkunjung, begitupun lahan parkir untuk motor yang terbatas dengan
memanfaatkan pekarangan rumah, sehingga area parkir cukup menjadi perhatian
bagi responden yang datang untuk berkunjung ke Coffee Omah. Selain itu,
pelayanan dan wifi mendapat perhatian sebesar 19%, dan sisanya responden
memilih kebersihan sebanyak 8% (Tabel 16). Fauzi (2017) menyatakan
keberadaan wifi menjadi salah satu pertimbangan konsumen untuk melakukan
kunjungan dan pembelian, hal ini dikarenakan selain untuk menikmati kopi,
kunjugan konsumen ke kedai adalah untuk mengerjakan tugas, bermain game atau
hanya sekedar untuk browsing baca berita. Tingkat kepuasan responden setelah
melakukan kunjungan didominasi oleh pilihan puas dengan jumlah responden
sebesar 83% dan 15% responden menyatakan sangat puas (Tabel 16).
Hampir semua responden merasa puas atas kunjungan yang telah mereka
lakukan ke Coffee Omah, meskipun terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan
dan ditingkatkan terkait fasilitas yang ditawarkan, akan tetapi sebagian besar
responden merasa senang dan nyaman ketika menghabiskan waktu dan menikmati
kopi dengan suasana Coffee Omah yang didesain homey dan cozy. Kepuasan
konsumen adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah
membandingkan harapan terhadap kenyataan yang dperoleh. Kepuasan atau rasa
senang yang tinggi menciptakan ikatan emosional dengan merek atau produk yang
bersangkutan. Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat diketahui bahwa
kepuasan konsumen berhubungan erat dengan dua hal yaitu harapan dan hasil yang
diterima (Dewi, 2019).
Kunjungan kembali pada Coffee Omah oleh responden didominasi pada
pilihan ya dengan jumlah responden sebesar 100% (Tabel 16). Pengalaman positif
dapat memberikan kepuasan bagi konsumen dan menciptakan niat beli ulang.
Minat beli ulang merupakan minat pembelian yang didasarkan atas pengalaman
pembelian yang telah dilakukan di masa lalu. Hal ini dapat dikatakan bahwa hasil
60

dari pengalaman membeli sebelumnya sangat berpengaruh dengan pembelian


selanjutnya. Jika pada pembelian pertama mendapatkan hasil yang memuaskan,
konsumen akan mengalami minat pembelian ulang atau selanjutnya. Jika
pembelian pertama memiliki hasil yang buruk, maka tidak akan ada pembelin
selanjutnya atau pembelian ulang. Minat beli yang tinggi mencerminkan tingkat
kepuasan yang tinggi dari konsumen ketika memutuskan untuk membeli suatu
produk (Faradisa, 2016).
Kesediaan berkunjung ketika harga produk di Coffee Omah naik responden
tetap akan berkunjung didominasi oleh pilihan tetap membeli dengan jumlah
responden sebesar 57%, selanjutnya 32% responden merasa ragu-ragu, dan
memilih untuk beralih ke tempat lain yang lebih murah sebanyak 4%, memilih
untuk membeli produk lain sebesar 3%, dan 1% sisanya memutuskan untuk tidak
jadi membeli (Tabel 16). Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar konsuman
Coffee Omah tidak akan terpengaruh oleh kenaikan harga, dan tetap loyal
meskipun banyak pilihan coffee shop lain yang menawarkan harga dibawah Coffee
Omah. Sebagian lainnya memilih ragu-ragu dan belum bisa memutuskan jawaban
apakah akan tetap membeli atau beralih ke coffee shop lain, sisanya hanya sedikit
dari responden yang memilih untuk beralih ke tempat lain dan membeli produk
yang lebih murah. Kesediaan responden dalam merekomendasikan kepada orang
lain untuk berkunjung ke Coffee Omah didominasi oleh pilihan ya dengan jumlah
responden sebanyak 96% dan sisanya 3% ragu-ragu, bahkan 1% memilih untuk
tidak merekomendasikan Coffee Omah kepada orang lain (Tabel 16). Tingkat
kepuasan yang tinggi tidak hanya sekedar akan mendatangkan pembelian ulang,
tetapi juga akan merekomendasikan ke orang lain mengenai pengalaman
konsumen selama menggunakan produk tersebut (Artiningtyas, 2015).

4.4 Uji Instrumen


a) Uji Validitas
Hasil uji validitas dapat dikatakan valid jika r hitung lebih besar dari nilai rtabel
yang bergantung pada jumlah sampel dan tolak ukur kesalahan yang ditoleransi
(α). Nilai rtabel didapatkan dari degree of freedom (df) = n-2 (Yusuf, 2017). Uji
validitas variabel penelitian dilakukan pada 40 responden dengan alpha = 0,05 atau
5%, maka besar rtabel adalah 0,312.
61

Tabel 17. Hasil Uji Validitas Variabel


Variabel Nilai rtabel Nilai rhitung Keterangan
Gaya Hidup
Aktivitas 0,312 0,582 Valid
Minat 0,312 0,763 Valid
Sikap
Kognitif 0,312 0,636 Valid
Afektis 0,312 0,553 Valid
Konatif 0,312 0,648 Valid
Pengetahuan
Produk 0,312 0,669 Valid
Pembelian 0,312 0,616 Valid
Pemakaian 0,312 0,485 Valid
Motivati dan Keterlibatan
Kebutuhan 0,312 0,568 Valid
Dorongan 0,312 0,475 Valid
Tujuan 0,312 0,552 Valid
Berkelanjutan 0,312 0,635 Valid
Budaya
Kepercayaan 0,312 0,612 Valid
Pandangan 0,312 0,637 Valid
Kebiasaan 0,312 0,633 Valid
Populer 0,312 0,396 Valid
Kelas Sosial
Pekerjaan 0,312 0,562 Valid
Lingkungan 0,312 0,356 Valid
Keputusan Pembelian
Motivasi 0,312 0,639 Valid
Pandangan 0,312 0,647 Valid
Konsisten 0,312 0,605 Valid
Sumber : Data Primer (2020).

Pengujian diolah menggunakan software SPSS 22 dengan melihat nilai


Corrected Item-Total Correlation. Berdasarkan hasil pengujian validitas
menunjukkan bahwa semua variabel dikatakan valid karena r hitung > rtabel, sehingga
variabel tersebut dapat digunakan sebagai alat ukur.
b) Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah untuk mengetahui sejauh mana pengukuran tetap konsisten,
apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama
dengan menggunakan alat pengukur yang sama pula. Kriteria suatu instrumen
penelitian dikatakan reliabel dengan menggunakan teknik ini bila koefisien
reliabelitas (rii) > 0,6 (Siregar, 2017). Berdasarkan hasil pengujian reliabilitas
diperoleh nilai koefisien Cronbach’s Alpha sebesar 0,925 yang menunjukkan
bahwa semua variabel dikatakan reliabel.
62

Tabel 18. Hasil Uji Reliabilitas


Cronbach’s Alpha N of Items
0,925 21
Sumber : Data Primer (2020).

4.5 Metode Suksesif Interval (MSI)


Metode suksesif interval merupakan proses mengubah data ordinal menjadi
data interval. Metode suksesif interval adalah sebuah metode trasnformasi data
ordinal menjadi data interval dengan mengubah proporsi kumulatif setiap peubah
pada kategori menjadi nilai kurva normal bakunya (Ningsih, 2019). Metode
transformasi data ordinal menjadi data interval diolah menggunakan program MS.
Exel. Hasil transformasi data ordinal menjadi data interval yang melibatkan
variabel X1, X2, X3, X4, X5, X6 ,dan Y.

4.6 Uji Normalitas


Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel
terkait dan variabel bebas mempunyai distribusi normal atau tidak. Uji normalitas
adalah pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah variabel independen
maupun dependen mempunyai distribusi yang normal atau tidak. Model regresi
yang baik adalah regresi yang distribusi normal atau mendekati normal (Ghozali,
2018). Pengujian nomalitas dalam penelitian ini menggunakan One Sample
Kolmogorov Smirnov Test dengan kriteria jika signifikan Kolmogorov Smirnov <
0,05 maka data tidak normal, sebaliknya jika signifikan Kolmogorov Smirnov >
0,05 maka data normal. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh hasil uji
normalitas dengan nilai Exact Sig. 0,177 yang artinya data yang digunakan
berdistribusi secara merata.

Tabel 19. Hasil Uji Normalitas One Sample Kolmogorov Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 75
a,b Mean ,0000000
Normal Parameters
Std. Deviation 1,01665170
Absolute ,125
Most Extreme Differences Positive ,125
Negative -,046
Test Statistic ,125
Asymp. Sig. (2-tailed) ,006c
Exact Sig. (2-tailed) ,177
Point Probability ,000
Sumber : Data Primer (2020).
63

4.7 Analisis Deskriptif


4.7.1 Analisis Item Pernyataan Variabel Gaya Hidup (X1)
Analisis item merupakan pernyataan dari kuesioner yang melibatkan variabel-
variabel penelitian. Pada variabel gaya hidup terdapat dua item pernyataan yang
terdiri dari dimensi aktivitas dan minat.

Tabel 20. Hasil Analisis Item Pernyataan Terkait Berkunjung ke Coffee Omah
Dilakukan Setelah Beraktivitas atau Bekerja (X1.1)
Pendapat Responden Bobot Frekuensi Skor Persentase
Sangat Setuju 5 4 20 8%
Setuju 4 41 164 69%
Tidak Setuju 3 11 33 14%
Sangat Tidak Setuju 2 1 2 1%
Tidak Ada Pendapat 1 18 18 8%
Jumlah 75 237 100%
Rata-rata 3,16
Sumber : Data Primer (2020).

Berdasarkan hasil analisis item pernyataan variabel X1.1 pada Tabel 20, dapat
dideskripsikan bahwa pendapat responden terkait berkunjung ke Coffee Omah
dilakukan setelah beraktivitas atau bekerja memiliki persentase diantaranya, 8%
menyatakan sangat setuju; 69% menyatakan setuju; 14% menyatakan tidak setuju;
1% menyatakan sangat tidak setuju; dan 8% menyatakan tidak ada pendapat. Skor
rata-rata yang diperoleh sebesar 3,16.
Kesibukan dan mobilitas yang tinggi, tuntutan pekerjaan serta perubahan
budaya yang terjadi membuat seseorang yang tinggal di perkotaan mengalami
kepenatan dalam menjalani rutinitas sehari-hari. Sehingga masyarakat perkotaan
mulai mencari leisure time (waktu luang) yang dapat melepaskan kepenatannya
pada hal tertentu seperti hangout dengan teman atau bersantai dengan secangkir
kopi di coffee shop (Kholik, 2018). Leisure time tidak hanya diterjemahkan sebagai
waktu luang saja melainkan seperangkat keputusan, aktivitas, dan kondisi yang
memungkinkan seseorang untuk bertindak atas motivasi-motivasi tertentu untuk
memanfaatkan waktu. Sebagian besar responden Coffee Omah mengatakan setuju
dengan kunjungan yang dilakukan setelah pulang bekerja sejalan dengan pendapat
Kholik (2018) bahwa responden memilih datang ke coffee shop di sore hari atau
malam hari ketika memiliki waktu luang setelah pulang bekerja.
64

Tabel 21. Hasil Analisis Item Pernyataan Terkait Produk yang Berkualitas dan
Sesuai dengan Kebutuhan (X1.2)
Pendapat Responden Bobot Frekuensi Skor Persentase
Sangat Setuju 5 8 40 14%
Setuju 4 55 220 79%
Tidak Setuju 3 2 6 2%
Sangat Tidak Setuju 2 1 2 1%
Tidak Ada Pendapat 1 9 9 3%
Jumlah 75 277 100%
Rata-rata 3,69
Sumber : Data Primer (2020).

Berdasarkan hasil analisis item pernyataan variabel X 1.2 pada Tabel 21, dapat
dideskripsikan bahwa pendapat responden terkait produk yang berkualitas dan
sesuai dengan kebutuhan, sehingga menarik minat konsumen untuk berkunjung
memiliki persentase diantaranya, 14% menyatakan sangat setuju; 79% menyatakan
setuju; 2% menyatakan tidak setuju; 1% menyatakan sangat tidak setuju; dan 3%
menyatakan tidak ada pendapat. Skor rata-rata yang diperoleh sebesar 3,69.
Kualitas produk yang mampu memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen
menjadi pemicu bagi konsumen untuk membuat suatu keputusan pembelian.
Pandangan konsumen, nilai suatu produk merupakan kualitas produk yang
dinikmati konsumen dengan pengorbanan sejumlah uang atau sumber daya yang
lain. Kualitas produk memiliki peran penting karena kualitas produk adalah hal
pertama yang dinilai konsumen ketika melakukan sebuah keputusan pembelian,
semakin baik sebuah produk membuat konsumen menjadi percaya dan tidak ragu
ketika memutuskan untuk melakukan pembelian pada produk tersebut (Sangian,
2020). Berikut hasil rekap dimensi dari rekapitulasi item pernyataan variabel gaya
hidup yang terdiri dari dua item pernyataan.

Tabel 22. Hasil Analisis Rekap Dimensi Variabel Gaya Hidup (X1)
Skor Skor Skor
No Dimensi Skor Kategori
Max Min Rata2
1 Aktivitas 237 375 75 3,16 Cukup Baik
2 Minat 277 375 75 3,69 Baik
Total 514 750 150 6,85
Rata-rata 3,43 Baik
Sumber : Data Primer (2020).
65

Berdasarkan hasil rekap pada Tabel 22, bahwa dimensi variabel gaya hidup
memiliki nilai rata-rata 3,43 sehingga termasuk dalam kategori baik. Dimensi
aktivitas berada dalam kategori cukup baik dan memiliki nilai terendah yaitu 3,16.
Hal ini dapat diartikan bahwa dimensi aktivitas memberikan kontribusi yang kecil
terhadap variabel gaya hidup, sehingga harus lebih ditingkatkan agar memiliki nilai
yang lebih tinggi dan dapat meningkatkan nilai variabel gaya hidup. Sementara
dimensi minat berada dalam kategori baik dan memiliki nilai tertinggi yaitu 3,69.
Hal ini dapat diartikan bahwa dimensi minat memberikan kontribusi yang paling
besar terhadap variabel gaya hidup, sehingga dimensi ini perlu dipertahankan dan
sebaiknya lebih ditingkatkan agar nilai variabel gaya hidup lebih meningkat.

4.7.2 Analisis Item Pernyataan Variabel Sikap (X2)


Pada variabel sikap terdapat tiga item pernyataan yang terdiri dari dimensi
kognitif, afekti, dan konatif.

Tabel 23. Hasil Analisis Item Pernyataan Terkait Kepercayaan terhadap Produk
di Coffee Omah (X2.1)
Pendapat Responden Bobot Frekuensi Skor Persentase
Sangat Setuju 5 5 25 9%
Setuju 4 60 240 85%
Tidak Setuju 3 2 6 2%
Sangat Tidak Setuju 2 2 4 1%
Tidak Ada Pendapat 1 6 6 2%
Jumlah 75 281 100%
Rata-rata 3,75
Sumber : Data Primer (2020).

Berdasarkan hasil analisis item variael X 2.1 pada Tabel 23, dapat
dideskripsikan bahwa pendapat responden terkait kepercayaan terhadap produk di
Coffee Omah memiliki persentase diantaranya, 9% menyatakan sangat setuju; 85%
menyatakan setuju; 2% menyatakan tidak setuju; 1% menyatakan sagat tidak
setuju; dan 2% menyatakan tidak ada pendapat. Skor rata-rata yang diperoleh
sebesar 3,75. Rauf (2019) berpendapat bahwa kepercayaan konsumen terhadap
merek hanya dapat diperoleh jika pemasar dapat menciptakan dan
mempertahankan hubungan emosional positif secara konsisten. Kepercayaan yang
terus dipelihara akan menghasilkan kepuasan dan keputusan pembelian sehingga
terciptanya loyalitas merek pada sebuah produk. Untuk menciptakan keputusan
66

pembelian maka harus dapat menciptakan kepercayaan konsumen terhadap sebuah


merk. Kepercayaan merek didefinisikan sebagai keinginan pelanggan untuk
bersandar pada sebuah merek dengan resiko-resiko yang dihadapi karena
ekspektasi terhadap merk itu akan menyebabkan hasil yang positif.

Tabel 24. Hasil Analisis Item Pernyataan Terkait Berkunjung ke Coffee Omah
karena Suka Produknya (X2.2)
Pendapat Responden Bobot Frekuensi Skor Persentase
Sangat Setuju 5 15 75 25%
Setuju 4 54 216 72%
Tidak Setuju 3 2 6 2%
Sangat Tidak Setuju 2 1 2 1%
Tidak Ada Pendapat 1 3 3 1%
Jumlah 75 302 100%
Rata-rata 4,03
Sumber : Data Primer (2020).

Berdasarkan hasil analisis item pernyataan variabel X 2.2 pada Tabel 24, dapat
dideskripsikan bahwa pendapat responden terkait berkunjung ke Coffee Omah
dikarenakan suka dengan produknya memiliki persentase diantaranya, 25%
menyatakan sangat setuju; 72% meyatakan setuju; 2% menyatakan tidak setuju;
1% menyatakan sangat tidak setuju; dan 1% menyatakan tidak ada pendapat. Skor
rata-rata yang diperoleh sebesar 4,03. Kesukaan konsumen terhadap suatu produk
di coffee shop meliputi penilaian terhadap rasa, keunikan, dan cara penyajian dapat
mempengaruhi keputusan pembelian. Hal ini menjelaskan preferensi konsumen
Coffee Omah yang menyukai produk kopi kekinian baik dari segi rasa, keunikan,
dan cara penyajian. Preferensi konsumen menunjukkan kesukaan konsumen dari
berbagai produk yang ada (Kotler, 2016).

Tabel 25. Hasil Analisis Item Pernyataan Tetap akan Bekunjung ke Coffee Omah
Meskipun Ada Coffee Shop Lain yang Lebih Menarik (X2.3)
Pendapat Responden Bobot Frekuensi Skor Persentase
Sangat Setuju 5 2 10 4%
Setuju 4 50 200 79%
Tidak Setuju 3 10 30 12%
Sangat Tidak Setuju 2 1 2 1%
Tidak Ada Pendapat 1 12 12 5%
Jumlah 75 254 100%
Rata-rata 3,39
Sumber : Data Primer (2020).
67

Berdasarkan hasil analisis item pernyataan variabel X2.3 pada Tabel 25, dapat
dideskripsikan bahwa pendapat responden terkait tetap akan berkunjung ke Coffee
Omah meskipun ada coffee shop lain yang lebih menarik memiliki persentase 4%
menyatakan sangat setuju; 79% menyatakan setuju; 12% menyatakan tidak setuju;
1% menyatakan sangat tidak setuju; dan 5% menyatakan tidak ada pendapat. Skor
rata-rata yang diperoleh sebesar 3,39. Loyalitas konsumen merupakan sikap
konsumen dalam menyenangi suatu produk dan dipresentasikan melalui pembelian
yang konsisten terhadap suatu produk. Hal tersebut sejalan dengan pendapat
Fatmasari (2020) yang menyatakan bahwa keputusan pembelian berpengaruh
terhadap loyalitas konsumen, ketika konsumen yang sudah membeli merasakan
kesesuaian terhadap produk maka akan melakukan pembelian berulang dan
menjadi loyal. Loyalitas merupakan tujuan akhir dan keberhasilan perusahaan
untuk menjalin hubungan relasi dengan pelanggan, sehingga dapat dikatakan
bahwa loyalitas merupakan perilaku seseorang untuk tetap terlibat dengan merek,
dengan kata lain semakin puas pelanggan dengan perusahaan dan hubungan
relasinya berjalan dengan baik, maka loyalitas yang terbentuk akan semakin kuat
(Rinanda, 2013). Berikut hasil rekap dimensi dari rekapitulasi item pernyataan
variabel sikap yang terdiri dari tiga item pernyataan.

Tabel 26. Hasil Analisis Rekap Dimensi Variabel Sikap (X2)


Skor Skor Skor
No Dimensi Skor Kategori
Max Min Rata2
1 Kognitif 281 375 75 3,75 Baik
2 Afektif 302 375 75 4,03 Baik
3 Konatif 254 375 75 3,39 Cukup Baik
Total 837 1125 225 11,16
Rata-rata 3,72 Baik
Sumber : Data Pimer (2020).

Berdasarkan hasil rekap pada Tabel 26, bahwa dimensi variabel sikap
memiliki nilai rata-rata 3,72 sehingga termasuk dalam kategori baik. Dimensi
kognitif berada dalam kategori baik dan memiliki nilai sebesar 3,75. Hal ini dapat
diartikan bahwa dimensi kognitif memberikan kontribusi besar terhadap variabel
sikap, sehingga dimensi ini perlu dipertahankan dan sebaiknya lebih ditingkatkan
agar memiliki nilai yang lebih tinggi. Dimensi afektif berada dalam kategori baik
dan memiliki nilai tertinggi yaitu 4,03. Hal ini dapat diartikan bahwa dimensi
68

afektif memberikan kontribusi yang paling besar terhadap variabel sikap, sehingga
dimensi ini perlu dipertahankan dan sebaiknya lebih ditingkatkan agar nilai
variabel sikap lebih meningkat. Sementara dimensi konatif berada dalam kategori
cukup baik dan memiliki nilai terendah yaitu 3,39. Hal ini dapat diartikan bahwa
dimensi konatif memberikan kontribusi yang kecil terhadap variabel sikap,
sehingga harus lebih ditingkatkan agar memiliki nilai yang lebih tinggi dan dapat
meningkatkan variabel sikap.

4.7.3 Analisis Item Pernyataan Variabel Pengetahuan (X3)


Pada variabel pengetahuan terdapat tiga item pernyataan yang terdiri dari
dimensi produk, pembelian dan pemakaian.

Tabel 27. Hasil Analisis Item Pernyataan Terkait Pengetahuan terhadap Kualitas,
Cita Rasa dan Penyajian di Coffee Omah (X3.1)
Pendapat Responden Bobot Frekuensi Skor Persentase
Sangat Setuju 5 3 15 6%
Setuju 4 52 208 81%
Tidak Setuju 3 6 18 7%
Sangat Tidak Setuju 2 1 2 1%
Tidak Ada Pendapat 1 13 13 5%
Jumlah 75 256 100%
Rata-rata 3,41
Sumber : Data Primer (2020).

Berdasarkan hasil analisis item pernyataan variabel X 3.1 pada Tabel 27, dapat
dideskripsikan bahwa pendapat responden terkait pengetahuan terhadap kualitas,
cita rasa dan penyajian di Coffee Omah memiliki persentase diantaranya, 6%
menyatakan sangat setuju; 81% menyatakan setuju; 7% menyatakan tidak setuju;
1% menyatakan sangat tidak setuju; 5% menyatakan tidak ada pendapat. Skor rata-
rata yang diperoleh sebesar 3,41.
Hal tersebut sejalan dengan pendapat Liany (2016) selain kualitas dan rasa,
penyajian memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan konsumen di
Yellow Truck Coffee Bandung, bahwa konsumen tertarik pada produk dengan
penambahan bahan tambahan (coffee art) pada minuman kopi, keberagaman
topping yang digunakan, keberagaman peralatan yang digunakan dalam penyajian
minuman kopi seperti gelas, cangkir dan saucer.
69

Tabel 28. Hasil Analisis Item Pernyataan Terkait Berkunjung ke Coffee Omah
karena Lokasi yang Mudah Dicapai (X3.2)
Pendapat Responden Bobot Frekuensi Skor Persentase
Sangat Setuju 5 8 40 14%
Setuju 4 54 216 76%
Tidak Setuju 3 7 21 7%
Sangat Tidak Setuju 2 1 2 1%
Tidak Ada Pendapat 1 5 5 2%
Jumlah 75 284 100%
Rata-rata 3,79
Sumber : Data Primer (2020).

Berdasarkan hasil analisis item pernyataan variabel X3.2 pada Tabel 28, dapat
dideskripsikan bahwa pendapat responden terkait berkunjung ke Coffee Omah
karena lokasi yang mudah dicapai memiliki persentase diantaranya, 14%
menyatakan sangat setuju; 76% menyatakan setuju; 7% menyatakan tidak setuju;
1% menyatakan sangat tidak setuju; 2% menyatakan tidak ada pendapat. Skor rata-
rata yang diperoleh sebesar 3,79.
Lokasi juga ikut berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen.
Faktor lokasi dapat disebut juga dengan saluran distribusi perusahaan karena lokasi
juga berhubungan langsung dengan konsumen, atau dengan kata lain lokasi juga
merupakan tempat produsen menyalurkan produknya kepada konsumen (Fandy,
2015). Sejalan dengan pendapat Ningrum (2018) bahwa keputusan pembelian dari
segi lokasi, yakni kemudahan akses transportasi untuk menuju ke coffee shop.

Tabel 29. Hasil Analisis Item Pernyataan Terkait Coffee Omah Menyajikan Cita
Rasa Produk Baik (X3.3)
Pendapat Responden Bobot Frekuensi Skor Persentase
Sangat Setuju 5 9 45 15%
Setuju 4 63 252 83%
Tidak Setuju 3 1 3 1%
Sangat Tidak Setuju 2 1 2 1%
Tidak Ada Pendapat 1 1 1 0%
Jumlah 75 303 100%
Rata-rata 4,04
Sumber : Data Primer (2020).

Berdasarkan hasil analisis item pernyataan variabel X3.3 pada Tabel 29, dapat
dideskripsikan bahwa pendapat responden terkait Coffee Omah adalah cita rasa
produk baik memiliki persentase 15% menyatakan sangat setuju; 83% menyatakan
70

setuju; 1% menyatakan tidak setuju; 1% menyatakan sangat tidak setuju; 0%


menyatakan tidak ada pendapat. Skor rata-rata yang diperoleh sebesar 4,04.
Rasa merupakan atribut yang menunjukkan kualitas dari produk
makanan/minuman. Rasa merupakan bentuk kerja sama dari kelima macam indera
manusia, yakni perasa, penciuman, perabaan, penglihatan, dan pendengaran
(Shaharudin, 2011). Hal ini sesuai dengan pendapat Fatih (2018) menyatakan
bahwa cita rasa mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan
pembelian, sedangkan Darlina (2013) menyatakan bahwa variabel yang paling
berpengaruh dominan terhadap minat beli ulang adalah cita rasa. Berikut hasil
rekap dimensi dari rekapitulasi item pernyataan variabel pengetahuan yang terdiri
dari tiga item pernyataan.

Tabel 30. Hasil Analisis Rekap Dimensi Variabel Pengetahuan (X3)


Skor Skor Skor
No Dimensi Skor Kategori
Max Min Rata2
1 Produk 256 375 75 3,41 Baik
2 Pembelian 284 375 75 3,79 Baik
3 Pemakaian 303 375 75 4,04 Baik
Total 843 1125 225 11,24
Rata-rata 3,75 Baik
Sumber : Data Primer (2020).

Berdasarkan hasil rekap pada Tabel 30, bahwa dimensi variabel pengetahuan
memiliki nilai rata-rata 3,75 sehingga termasuk dalam kategori baik. Dimensi
produk berada dalam kategori baik dan memiliki nilai terendah diantara dimensi
lainnya yaitu sebesar 3,41. Hal ini dapat diartikan bahwa dimensi produk
memberikan kontribusi cukup besar terhadap variabel pengetahuan, sehingga
dimensi ini perlu diperhatikan dan sebaiknya lebih ditingkatkan agar memiliki nilai
yang lebih tinggi. Dimensi pembelian berada dalam kategori baik dan memiliki
nilai sebesar 3,79. Hal ini dapat diartikan bahwa dimensi pembelian memberikan
kontribusi besar terhadap variabel pengetahuan, sehingga dimensi ini perlu
dipertahankan dan sebaiknya lebih ditingkatkan agar memiliki nilai yang lebih
tinggi. Dimensi pemakaian berada dalam kategori baik dan memiliki nilai tertinggi
yaitu 4,04. Hal ini dapat diartikan bahwa dimensi pemakaian memberikan
kontribusi yang paling besar terhadap variabel pengetahuan, sehingga dimensi ini
71

perlu dipertahankan dan sebaiknya lebih ditingkatkan agar nilai variabel lebih
meningkat.

4.7.4 Analisis Item Pernyataan Variabel Motivasi dan Keterlibatan (X4)


Pada variabel motivasi dan keterlibatan terdapat empat item pernyataan yang
terdiri dari dimensi kebutuhan, dorongan, tujuan dan berkelanjutan.

Tabel 31. Hasil Analisis Item Pernyataan Terkait Berkunjung ke Coffee Omah
karena Kebutuhan atau Keinginan (X4.1)
Pendapat Responden Bobot Frekuensi Skor Persentase
Sangat Setuju 5 7 35 13%
Setuju 4 51 204 74%
Tidak Setuju 3 9 27 10%
Sangat Tidak Setuju 2 1 2 1%
Tidak Ada Pendapat 1 7 7 3%
Jumlah 75 275 100%
Rata-rata 3,67
Sumber : Data Primer (2020).

Berdasarkan hasil analisis item pernyataan variabel X4.1 pada Tabel 31, dapat
dideskripsikan bahwa pendapat responden terkait berkunjung ke Coffee Omah
karena kebutuhan atau keinginan memiliki persentase diantaranya, 13%
menyatakan sangat setuju; 74% menyatakan setuju; 10% menyatakan tidak setuju;
1% menyatakan sangat tidak setuju; 3% menyatakan tidak ada pendapat. Skor rata-
rata yang diperoleh sebesar 3,67. Konsumen Coffee Omah dalam memenuhi
kebutuhan termasuk dalam hierarki social needs (kebutuhan sosial), hal ini dapat
dijelaskan bahwa kunjungan dilakukan bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan
fisiologis terkait mengonsumis kopi, melainkan pemenuhan kebutuhan sosial
seperti berkumpul dan berinteraksi dengan teman, karena aktivitas minum kopi
dapat menunjukkan adanya sifat kebersamaan yang terjalin antara individu satu
dengan individu lain (Solikatun, 2015).
Perilaku mengonsumsi kopi yang dilakukan peminum kopi pada saat ini
adalah suatu tindakan membeli barang yang kurang diperlukan sehingga bersifat
berlebihan, dalam artian individu akan lebih mementingkan faktor keinginan
daripada kebutuhan dan individu cenderung dikuasai oleh hasrat kesenangan. Para
peminum kopi memutuskan untuk melakukan kunjungan rutin dan berulang demi
memuaskan keinginan memenuhi gengsi sebagai orang modern. (Solikatun, 2015).
72

Tabel 32. Hasil Analisis Item Pernyataan Terkait Suasana Tempat yang Nyaman
Menjadi Pertimbangan dalam Membeli Produk di Coffee Omah (X4.2)
Pendapat Responden Bobot Frekuensi Skor Persentase
Sangat Setuju 5 11 55 18%
Setuju 4 58 232 78%
Tidak Setuju 3 3 9 3%
Sangat Tidak Setuju 2 0 0 0%
Tidak Ada Pendapat 1 3 3 1%
Jumlah 75 299 100%
Rata-rata 3,99
Sumber : Data Primer (2020).

Berdasarkan hasil analisis item pernyataan variabel X4.2 pada Tabel 32, dapat
dideskripsikan bahwa pendapat responden terkait suasana tempat yang nyaman
menjadi pertimbangan dalam membeli produk di Coffee Omah memiliki
persentase diantaranya, 18% menyatakan sangat setuju; 78% menyatakan setuju;
3% menyatakan tidak setuju; 0% menyatakan sangat tidak setuju; 1% menyatakan
tidak ada pendapat. Skor rata-rata yang diperoleh sebesar 3,99. Kusumaningrum
(2020) bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara kenyamanan tempat
terhadap kepuasan konsumen, hasil memberikan bukti bahwa kondisi kopi yang
tenang, luas dan nyaman sangat memengaruhi kepuasan konsumen.

Tabel 33. Hasil Analisis Item Pernyataan Terkait Membeli Produk di Coffee Omah
Sebagai Pemuas Kebutuhan Meminum Kopi (X4.3)
Pendapat Responden Bobot Frekuensi Skor Persentase
Sangat Setuju 5 7 35 13%
Setuju 4 41 164 62%
Tidak Setuju 3 18 54 20%
Sangat Tidak Setuju 2 2 4 2%
Tidak Ada Pendapat 1 7 7 3%
Jumlah 75 264 100%
Rata-rata 3,52
Sumber : Data Primer (2020).

Berdasarkan hasil analisis item pernyataan variabel X 4.3 pada Tabel 33, dapat
dideskripsikan bahwa pendapat responden terkait membeli produk di Coffee Omah
sebagai pemuas kebutuhan meminum kopi memiliki persentase diantaranya, 13%
menyatakan sangat setuju; 62% menyatakan setuju; 20% menyatakan tidak setuju;
2% menyatakan sangat tidak setuju; 3% menyatakan tidak ada pendapat. Skor rata-
rata yang diperoleh sebesar 3,52.
73

Pada saat ini keberadaan coffee shop tidak hanya sekedar pemenuhan
kebutuhan, akan tetapi sebagai alat pemuas untuk menghilangkan kepenatan dan
mengisi waktu luang. Bagi sebagian besar pengunjung, coffee shop merupakan
sebuah sarana untuk membangun kehidupan sosial dan berinteraksi dengan sesama
pengunjung yang mempunyai kesukaan yang sama terhadap kopi (Ruslan, 2020).
Coffee Omah dinilai oleh 62% konsumen sebagai salah satu coffee shop yang
mampu memberikan kepuasan, karena selain memiliki fasilits dan tempat yang
nyaman untuk dijadikan sebagai ruang publik, Coffee Omah juga memiliki produk
kopi dengan rasa yang khas dan cocok bagi penikmat kopi.

Tabel 34. Hasil Analisis Item Pernyataan Terkait Pembelian Ulang di Coffee Omah
Meskipun Mengalami Kenaikan Harga (X4.4)
Pendapat Responden Bobot Frekuensi Skor Persentase
Sangat Setuju 5 3 15 6%
Setuju 4 44 176 69%
Tidak Setuju 3 18 54 21%
Sangat Tidak Setuju 2 1 2 1%
Tidak Ada Pendapat 1 9 9 4%
Jumlah 75 256 100%
Rata-rata 3,41
Sumber : Data Primer (2020).

Berdasarkan hasil analisis item pernyataan variabel X4.4 pada Tabel 34. dapat
dideskripsikan bahwa pendapat responden terkait pembelian ulang di Coffee Omah
meskipun mengalami kenaikan harga memiliki persentase diantaranya, 6%
menyatakan sangat setuju; 69% menyatakan setuju; 21% menyatakan tidak setuju;
1% menyatakan sangat tidak setuju; 4% menyatakan tidak ada pendapat. Skor rata-
rata yang diperoleh sebesar 3,41. Demikian pendapat responden terkait pembelian
ulang di Coffee Omah meskipun mengalami kenaikan harga termasuk dalam
kategori baik. Secara tradisional harga merupakan salah satu komponen utama
dalam memutuskan membeli suatu produk. Untuk konsumen yang sensitif harga
murah adalah sumber kepuasan yang penting namun harga bisa menjadi tidak
penting bagi konsumen yang tidak sensitif harga (Irawan, 2003). Berikut hasil
rekap dimensi dari rekapitulasi item pernyataan variabel motivasi dan keterlibatan
(X4) yang terdiri dari empat item pernyataan.
74

Tabel 35. Hasil Rekap Dimensi Variabel Motivasi dan Keterlibaan (X4)
Skor Skor Skor
No Dimensi Skor Kategori
Max Min Rata2
1 Kebutuhan 275 375 75 3,67 Baik
2 Dorongan 299 375 75 3,99 Baik
3 Tujuan 264 375 75 3,52 Baik
4 Berkelanjutan 256 375 75 3,41 Baik
Total 1094 1500 300 14,59
Rata-rata 3,65 Baik
Sumber : Data Primer (2020).

Berdasarkan hasil rekap pada Tabel 35, bahwa dimensi variabel motivasi dan
keterlibatan (X4) memiliki nilai rata-rata 3,65 sehingga termasuk dalam kategori
baik. Dimensi kebutuhan berada dalam kategori baik dan memiliki nilai sebesar
3,67. Hal ini dapat diartikan bahwa dimensi kebutuhan memberikan kontribusi
besar terhadap variabel motivasi dan keterlibatan (X 4), sehingga dimensi ini perlu
dipertahankan dan sebaiknya lebih ditingkatkan agar memiliki nilai yang lebih
tinggi. Dimensi dorongan berada dalam kategori baik dan memiliki nilai tertinggi
yaitu 3,99. Hal ini dapat diartikan bahwa dimensi pemakaian memberikan
kontribusi yang paling besar terhadap variabel motivasi dan keterlibatan (X4),
sehingga dimensi ini perlu dipertahankan dan sebaiknya lebih ditingkatkan agar
nilai variabel lebih meningkat. Dimensi tujuan berada dalam kategori baik dan
memiliki nilai sebesar 3,52. Hal ini dapat diartikan bahwa dimensi tujuan
memberikan kontribusi besar terhadap variabel motivasi dan keterlibatan (X 4),
sehingga dimensi ini perlu dipertahankan dan sebaiknya lebih ditingkatkan agar
memiliki nilai yang lebih tinggi. Dimensi berkelanjutan berada dalam kategori baik
dan memiliki nilai terendah diantara dimensi lainnya yaitu sebesar 3,41. Hal ini
dapat diartikan bahwa dimensi berkelanjutan memberik kontribusi cukup besar
terhadap variabel motivasi dan keterlibatan (X4), sehingga dimensi ini perlu
diperhatikan dan sebaiknya lebih ditingkatkan agar memiliki nilai yang lebih
tinggi.

4.7.5 Analisis Item Pernyataan Variabel Budaya (X5)


Pada variabel budaya (X5) terdapat empat item pernyataan yang terdiri dari
dimensi kepercayaan, pandangan, kebiasaan dan populer.
75

Tabel 36. Hasil Analisis Item Pernyataan Terkait Keyakinan terhadap Rasa yang
Khas pada Produk di Coffee Omah (X5.1)
Pendapat Responden Bobot Frekuensi Skor Persentase
Sangat Setuju 5 4 20 7%
Setuju 4 57 228 84%
Tidak Setuju 3 4 12 4%
Sangat Tidak Setuju 2 1 2 1%
Tidak Ada Pendapat 1 9 9 3%
Jumlah 75 271 100%
Rata-rata 3,61
Sumber : Data Primer (2020).

Berdasarkan hasil analisis item pernyataan variabel X5.1 pada Tabel 36, dapat
dideskripsikan bahwa pendapat responden terkait keyakinan terhadap rasa yang
khas pada produk di Coffee Omah memiliki persentase diantaranya, 7%
menyatakan sangat setuju; 84% menyatakan setuju; 4% menyatakan tidak setuju;
1% menyatakan sangat tidak setuju; 3% menyatakan tidak ada pendapat. Skor rata-
rata yang diperoleh sebesar 3,61. Demikian pendapat responden terkait keyakinan
terhadap rasa yang khas pada produk di Coffee Omah termasuk dalam kategori
baik. Jika dibandingkan dengan cita rasa di coffee shop lain, Coffee Omah memiliki
rasa kopi susu yang lebih balance, komposisi antara susu dan kopi yang pas
menghasilkan cita rasa yang tidak terlalu light dan tidak terlalu strong. Sejalan
dengan pendapat Utami (2019) bahwa cita rasa merupakan daya tarik bagi
konsumen untuk membeli minuman di sebuah coffee shop. Berdasarkan hasil
wawancara dengan konsumen, mereka menilai bahwa cita rasa yang diberikan
coffee shop memiliki kualitas dengan rasa yang seimbang antara paduan manis,
asam, dan pahit.

Tabel 37. Hasil Analisis Item Pernyataan Terkait Menu yang Disajikan Coffee
Omah Memiliki Cita Rasa yang Baik (X5.2)
Pendapat Responden Bobot Frekuensi Skor Persentase
Sangat Setuju 5 7 35 12%
Setuju 4 64 256 86%
Tidak Setuju 3 1 3 1%
Sangat Tidak Setuju 2 0 0 0%
Tidak Ada Pendapat 1 3 3 1%
Jumlah 75 297 100%
Rata-rata 3,96
Sumber : Data Primer (2020).
76

Berdasarkan hasil analisis item pernyataan variabel X 5.2 pada Tabel 37, dapat
dideskripsikan bahwa pendapat responden terkait menu yang disajikan Coffee
Omah memiliki citarasa yang baik memiliki persentase diantaranya, 12%
menyatakan sangat setuju; 86% menyatakan setuju; 1% menyatakan tidak setuju;
0% menyatakan sangat tidak setuju; 1% menyatakan tidak ada pendapat. Skor rata-
rata yang diperoleh sebesar 3,96. Demikian pendapat responden terkait menu yang
disajikan Coffee Omah memiliki citarasa yang baik termasuk dalam kategori baik.
Cita rasa produk minuman Coffee Omah dinilai memiliki rasa yang baik oleh
86% konsumen. Keunggulan dan kekhasan cita rasa pada Coffee Omah terletak
pada pemilihan biji kopi yang berkualitas, aroma kopi, dan rasa yang cocok bagi
sebagian besar konsumen. Cita rasa memegang peran penting bagi konsumen
dalam menentukan pembelian, sejalan dengan pendapat Rahhadiski (2020) bahwa
cita rasa kopi menjadi indikator yang menjadi pertimbangan konsumen dalam
melakukan keputusan pembelian di coffee shop KopLo. Hal tersebut disebabkan
kopi yang disajikan oleh coffee shop KopLo berasal dari biji kopi asli yang baru
digiling jika sudah ada pesanan sehingga memiliki cita rasa kopi yang fresh.

Tabel 38. Hasil Analisis Item Pernyataan Terkait Berkunjung ke Coffee Omah
karena Gaya Hidup yang Instan dan Praktis (X5.3)
Pendapat Responden Bobot Frekuensi Skor Persentase
Sangat Setuju 5 3 15 6%
Setuju 4 44 176 67%
Tidak Setuju 3 20 60 23%
Sangat Tidak Setuju 2 2 4 2%
Tidak Ada Pendapat 1 6 6 2%
Jumlah 75 261 100%
Rata-rata 3,48
Sumber : Data Primer (2020).

Berdasarkan hasil analisis item pernyataan variabel X 5.3 pada Tabel 38, dapat
dideskripsikan bahwa pendapat responden terkait berkunjung ke Coffee Omah
karena gaya hidup yang instan dan praktis memiliki persentase diantaranya, 6%
menyatakan sangat setuju; 67% menyatakan setuju; 23% menyatakan tidak setuju;
2% menyatakan sangat tidak setuju; 2% menyatakan tidak ada pendapat. Skor rata-
rata yang diperoleh sebesar 3,48. Konsumen lebih menyukai kebiasaan serba cepat
dan praktis dalam mendapatkan sesuatu sama halnya ketika ingin menikmati
77

secangkir kopi, responden memilih untuk mendatangi coffee shop yang dapat
menyajikan kopi dengan praktis.
Perubahan gaya hidup masyarakat, terutama masyarakat perkotaan yang
cenderung konsumtif dan menyenangi produk instan menjadikan coffee shop
sebagai alternatif yang praktis untuk dikunjungi dengan tujuan mendapatkan
secangkir kopi tanpa harus menunggu lama (Diwangkoro, 2016). 67% konsumen
Coffee Omah berpendapat bahwa gaya hidup yang praktis dan instan menjadi salah
satu alasan untuk berkunjung ke coffee shop karena hanya dalam hitungan menit
secangkir kopi dapat dinikmati sekaligus beserta dengan menu makanan lainnya.
Sejalan dengan pendapat Diwangkoro (2016) bahwa ketepatan waktu, pelayanan
yang cepat, dan tanggap berpengaruh cukup tinggi terhadap kepuasan konsumen.

Tabel 39. Hasil Analisis Item Pernyataan Terkait Membeli Produk di Coffee Omah
karena Mengikuti Perkembangan Tren/Budaya Saat Ini (X5.4)
Pendapat Responden Bobot Frekuensi Skor Persentase
Sangat Setuju 5 2 10 4%
Setuju 4 32 128 52%
Tidak Setuju 3 33 99 40%
Sangat Tidak Setuju 2 2 4 2%
Tidak Ada Pendapat 1 6 6 2%
Jumlah 75 247 100%
Rata-rata 3,29
Sumber : Data Primer (2020).

Berdasarkan hasil analisis item pernyataan variabel X5.4 pada Tabel 39, dapat
dideskripsikan bahwa pendapat responden terkait membeli produk di Coffee Omah
karena mengikuti perkembangan tren atau budaya saat ini memiliki persentase
diantaranya, 4% menyatakan sangat setuju; 52% menyatakan setuju; 40%
menyatakan tidak setuju; 2% menyatakan sangat tidak setuju; 2% menyatakan
tidak ada pendapat. Skor rata-rata yang diperoleh sebesar 3,29.
Demikian pendapat responden terkait membeli produk di Coffee Omah karena
mengikuti perkembangan tren atau budaya saat ini termasuk dalam kategori cukup
baik. Saat ini gaya hidup dalam mengisi waktu luang dengan pergi ke tempat
hiburan telah menjadi trend. Seseorang berkunjung ke coffee shop bukan hanya
sekedar ingin mencicipi kopi dan makanan, akan tetapi nilai pencitraan, seperti
ingin dipandang sebagai anak gaul, kelas menengah atas, dan mengikutI trend saat
78

ini (Oktaviani, 2018). Berikut hasil rekap dimensi dari rekapitulasi item pernyataan
variabel budaya (X5) yang terdiri dari empat item pernyataan.

Tabel 40. Hasil Rekap Dimensi Variabel Budaya (X5)


Skor Skor Skor
No Dimensi Skor Kategori
Max Min Rata2
1 Kepercayaan 271 375 75 3,61 Baik
2 Pandangan 297 375 75 3,96 Baik
3 Kebiasaan 261 375 75 3,48 Baik
4 Populer 247 375 75 3,29 Cukup Baik
Total 1076 1500 300 14,35
Rata-rata 3,59 Baik
Sumber : Data Primer (2020).

Berdasarkan hasil rekap pada Tabel 40, bahwa dimensi variabel budaya (X5)
memiliki nilai rata-rata 3,59 sehingga termasuk dalam kategori baik. Dimensi
kepercayaan berada dalam kategori baik dan memiliki nilai sebesar 3,61. Hal ini
dapat diartikan bahwa dimensi kepercayaan memberikan kontribusi besar terhadap
variabel budaya (X5), sehingga dimensi ini perlu dipertahankan dan sebaiknya
lebih ditingkatkan agar memiliki nilai yang lebih tinggi. Dimensi pandangan
berada dalam kategori baik dan memiliki nilai tertinggi yaitu 3,96. Hal ini dapat
diartikan bahwa dimensi pandangan memberikan kontribusi yang paling besar
terhadap variabel budaya (X5), sehingga dimensi ini perlu dipertahankan dan
sebaiknya lebih ditingkatkan agar nilai variabel lebih meningkat. Dimensi
kebiasaan berada dalam kategori baik dan memiliki nilai sebesar 3,48. Hal ini dapat
diartikan bahwa dimensi kebiasaan memberikan kontribusi besar terhadap variabel
budaya (X5), sehingga dimensi ini perlu dipertahankan dan sebaiknya lebih
ditingkatkan agar memiliki nilai yang lebih tinggi. Sementara dimensi populer
berada dalam kategori cukup baik dan memiliki nilai terendah diantara dimensi
lainnya yaitu 3,29. Hal ini dapat diartikan bahwa dimensi populer memberik
kontribusi yang kecil terhadap variabel budaya (X5), sehingga dimensi ini perlu
diperhatikan dan sebaiknya lebih ditingkatkan agar memiliki nilai yang lebih tinggi
dan dapat meningkatkan nilai variabel budaya (X5).

4.7.6 Analisis Item Pernyataan Variabel Kelas Sosial (X6)


Pada variabel kelas sosial (X6) terdapat dua item pernyataan yang terdiri dari
dimensi pekerjaan dan lingkungan.
79

Tabel 41. Hasil Analisis Item Pernyataan Terkait Berkunjung ke Coffee Omah
karena Sesuai dengan Pendapatan (X6.1)
Pendapat Responden Bobot Frekuensi Skor Persentase
Sangat Setuju 5 3 15 6%
Setuju 4 56 224 83%
Tidak Setuju 3 7 21 8%
Sangat Tidak Setuju 2 1 2 1%
Tidak Ada Pendapat 1 8 8 3%
Jumlah 75 270 100%
Rata-rata 3,60
Sumber : Data Primer (2020).

Berdasarkan hasil analisis item pernyataan variabel X6.1 pada Tabel 41, dapat
dideskripsikan bahwa pendapat responden terkait berkunjung ke Coffee Omah
karena sesuai dengan pendapatan memiliki persentase diantaranya, 6%
menyatakan sangat setuju; 83% meyatakan setuju; 8% menyatkan tidak setuju; 1%
menyataka sangat tidak setuju; 3% menyatakan tidak ada pendapat. Skor rata-rata
yang diperoleh sebesar 3,60.
Harga yang ditawarkan oleh Coffee Omah termasuk dalam kategori murah
dalam mendorong konsumen untuk melakukan keputusan pembelian. Harga dari
setiap menu yang disajikan Coffee Omah tidak jauh berbeda dengan harga yang
ditawarkan oleh coffee shop pesaing, sesuai dengan kemampuan konsumen Coffee
Omah yang didominasi oleh mahasiswa dengan pendapatan per bulan <
Rp2.000.000,00. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Ningrum (2018) bahwa
harga berpengaruh positif dan kuat terhadap tingkat keputusan pembelian
konsumen. Karena itu semakin rendah harga yang ditawarkan maka semakin tinggi
pula keputusan pembeliannya.

Tabel 42. Hasil Analisis Item Peryataan Terkait Berkunjung ke Coffee Omah
karena Gengsi dengan Lingkungan Sekitar (X6.2)
Pendapat Responden Bobot Frekuensi Skor Persentase
Sangat Setuju 5 2 10 5%
Setuju 4 13 52 25%
Tidak Setuju 3 34 102 49%
Sangat Tidak Setuju 2 17 34 16%
Tidak Ada Pendapat 1 9 9 4%
Jumlah 75 207 100%
Rata-rata 2,76
Sumber : Data Primer (2020).
80

Berdasarkan hasil analisis item pernyataan variabel X 6.2 pada Tabel 42, dapat
dideskripsikan bahwa pendapat responden terkait berkunjung ke Coffee Omah
karena gengsi dengan lingkungan sekitar memiliki persentase diantaranya, 5%
menyatakan sangat setuju; 25% menyatakan setuju; 49% menyatakan tidak setuju;
16% menyatakan sangat tidak setuju; 4% menyatakan tidak ada pendapat. Skor
rata-rata yang diperoleh sebesar 2,76. Membeli suatu produk dianggap sebagai
sebuah aktifitas sosial dan kompetisi untuk diri sendiri dalam memutuskan
pembelian, atau bahkan kompetisi dengan teman dan anggota masyarakat lain
sebagai simbol status, gengsi dan image manusia modern yang tidak ketinggalan
zaman. Jika dilihat dari segi dinamika sosial kopi dalam konteks ekonomi, kopi
pernah diidentifikasikan secara mutlak untuk gologan masyarakat kelas atas
membuat aktifitas meminum kopi menjadi aktifitas yang penuh gengsi dan
berkelas (Oktaviani, 2018). Berikut hasil rekap dimensi dari rekapitulasi item
pernyataan variabel kelas sosial (X6) yang terdiri dari dua item pernyataan.

Tabel 43. Hasil Rekap Dimensi Variabel Kelas Sosial (X6)


Skor Skor Skor
No Dimensi Skor Kategori
Max Min Rata2
1 Pekerjaan 270 375 75 3,60 Baik
2 Lingkungan 207 375 75 2,76 Cukup Baik
Total 477 750 150 6,36
Rata-rata 3,18 Cukup Baik
Sumber : Data Primer (2020).

Berdasarkan hasil rekap pada Tabel 43, bahwa dimensi variabel kelas sosial
(X6) memiliki nilai rata-rata 3,18 sehingga termasuk dalam kategori cukup baik.
Dimensi pekerjaan berada dalam kategori baik dan memiliki nilai tertinggi yaitu
3,60. Hal ini dapat diartkan bahwa dimensi pekerjaan memberikan kontribusi yang
paling besar terhadap variabel kelas sosial (X 6), sehingga dimensi ini perlu
dipertahankan dan sebaiknya lebih ditingkatkan agar nilai variabel lebih
meningkat. Sedangkan dimensi lingkungan berada dalam kategori cukup baik dan
memiliki nilai terendah diantar variabel lainnya yaitu 2,76. Hal ini dapat diartikan
bahwa dimensi lingkungan memberikan kontrbusi yang kecil terhadap variabel
kelas sosial (X6), sehingga dimensi ini perlu diperhatikan serta ditingkatkan agar
memiliki nilai yang lebih tinggi dan meningkatkan nilai variabel kelas sosial (X 6).
81

4.7.7 Analisis Item Pernyataan Variabel Keputusan Pembelian (Y)


Pada variabel keputusan pembelian (Y) terdapat tiga item pernyataan yang
terdiri dari dimensi motivasi, pandangan dan konsisten. Hasil analisis item
pernyataan.

Tabel 44. Hasil Analisis Item Pernyataan Terkait Berkunjung ke Coffee Omah
karena Sesuai dengan Tujuan yang Dibeli (Y1)
Pendapat Responden Bobot Frekuensi Skor Persentase
Sangat Setuju 5 5 25 9%
Setuju 4 57 228 83%
Tidak Setuju 3 3 9 3%
Sangat Tidak Setuju 2 2 4 1%
Tidak Ada Pendapat 1 8 8 3%
Jumlah 75 274 100%
Rata-rata 3,65
Sumber : Data Primer (2020).

Berdasarkan hasil analisis item pernyataan variabel Y1 pada Tabel 44, dapat
dideskripsikan bahwa pendapat responden terkait berkunjung ke Coffee Omah
karena sesuai dengan tujuan yang dibeli memiliki persentase diantaranya, 9%
menyatakan sangat setuju; 83% menyatakan setuju; 3% menyatakan tidak setju;
1% menyatakan sangat tidak setuju; 3% menyatakan tidak ada pendapat. Skor rata-
rata yang diperoleh sebesar 3,65. Demikian pendapat responden terkait berkunjung
ke Coffee Omah karena sesuai dengan tujuan yang dibeli termasuk dalam kategor
baik. Konsumen akan memilih produk barang atau jasa yang sesuai dengan
keinginan dan kebutuhan, produk-produk yang ditawarkan oleh Coffee Omah
termasuk dalam kategori yang memuaskan dan sesuai dengan selera sebagian besar
konsumen.
Coffee Omah memiliki menu yang bervariatif, mulai dari menu minuman kopi
dan no kopi hingga menu side dish sebagai pelengkap minum kopi. 83% konsumen
Coffee Omah menyatakan bahwa tujuan kunjungan dilakukan karena menu yang
ditawarkan oleh Coffee Omah sesuai dengan tujuan yang akan dibeli. Terdapat
banyak variasi menu yang dapat dijadikan pilihan pada saat melakukan kunjungan,
sehingga konsumen tidak merasa bosan dan bingung saat melakukan pesanan.
Salah satu kunci dalam persaingan bisnis kuliner adalah ragam menu yang
disediakan. Menciptakan suatu variasi pada produk akan menghasilkan keragaman
82

pilihan bagi konsumen, keragaman produk adalah kelengkapan produk yang


menyangkut kedalaman, luas, dan kualitas produk yang ditawarkan serta
ketersediaan produk tersebut setiap saat. Hal tersebut sejalan dengan pendapat
Gumelar (2016) menyatakan bahwa keragaman menu berpengaruh signifikan
terhadap keputusan pembelian, sesuai dengan penelitian yang telah dilakukannya
bahwa Resto Sambal Van Java Tembalang, Kota Semarang termasuk dalam
kategori memiliki menu bervariasi, dikarenakan kelengkapan menu mampu
memberikan penawaran yang beragam kepada konsumen sehingga konsumen
merasa puas dikarenakan kemampuan variasi menu dalam memenuhi kebutuhan
dan keinginan konsumen yang berbeda-beda.

Tabel 45. Hasil Analisis Item Pernyataan Terkait Membandingkan Coffee Omah
dengan Pesaing Sebelum Membeli (Y2)
Pendapat Responden Bobot Frekuensi Skor Persentase
Sangat Setuju 5 4 20 9%
Setuju 4 39 156 66%
Tidak Setuju 3 13 39 17%
Sangat Tidak Setuju 2 1 2 1%
Tidak Ada Pendapat 1 18 18 8%
Jumlah 75 235 100%
Rata-rata 3,13
Sumber : Data Primer (2020).

Berdasarkan hasil analisis item pernyataan variabel Y 2 pada Tabel 45, dapat
dideskripsikan bahwa pendapat responden terkait membandingkan Coffee Omah
dengan pesaing sebelum membeli memiliki persentase diantaranya, 9%
menyatakan sangat setuju; 66% menyatakan setuju; 17% menyatakan tidak setuju;
1% menyatakan sangat tidak setuju; 8% menyatakan tidak ada pendapat. Skor rata-
rata yang diperoleh sebesar 3,13. Demikian pendapat responden terkait
membandingkan Coffee Omah dengan pesaing sebelum membeli termasuk dalam
kategori cukup baik. Sebelum memutuskan untuk melakukan kunjungan ke Coffee
Omah, responden terlebih dahulu melakukan pencarian informasi dengan
mengumpulkan data mengenai coffee shop yang berada disekitar Coffee Omah
untuk kemudian dibandingkan dan dipilih sesuai dengan pandangan yang
responden ketahui tentang coffee shop.
83

Beberapa hal yang menjadi pertimbangan konsumen dalam memutuskan


pembelian, hal tersebut dilakukan untuk menghindari rasa penyesalan (Liwe,
2013). Perbandingan dilakukan untuk mengenali kesesuain kebutuhan, tujuan, dan
harapan konsumen dengan penawaran yang diberikan oleh coffee shop. Salah satu
proses yang dilakukan oleh konsumen Coffee Omah dalam menentukan pembelian
adalah membandingkan Coffee Omah dengan pesaing, konsumen memiliki
beberapa pertimbangan diantaranya terkait tingkat kesesuaian harga, rasa yang
diharapkan, fasilitas yang ditawarkan, menu, dan jenis kopi serta tingkat reputasi
yang baik dari sebuah coffee shop. Hal ini sejalan dengan pendapat Mayangsari
(2018) terdapat beberapa faktor yang menjadi pertimbangan konsumen Kek Pisang
Villa kota Batam, diantaranya kualitas produk, brand image, harga, dan faktor
pesaing.

Tabel 46. Hasil Analisis Item Pernyataan Terkait Konsistensi Kunjungan ke Coffee
Omah (Y3)
Pendapat Responden Bobot Frekuensi Skor Persentase
Sangat Setuju 5 8 40 14%
Setuju 4 62 248 84%
Tidak Setuju 3 1 3 1%
Sangat Tidak Setuju 2 0 0 0%
Tidak Ada Pendapat 1 4 4 1%
Jumlah 75 295 100%
Rata-rata 3,93
Sumber : Data Primer (2020).

Berdasarkan hasil analisis item pernyataan variabel Y 3 pada Tabel 46, dapat
dideskripsikan bahwa pendapat responden terkait akan berkunjung kembali ke
Coffee Omah memiliki persentase diantaranya, 14% menyatakan sangat setuju;
84% menyatakan setuju; 1% menyatakan tidak setuju; 0% menyatakan sangat tidak
setuju; 1% menyatakan tidak ada pendapat. Skor rata-rata yang diperoleh sebesar
3,93. Loyalitas pelanggan merupakan bentuk komitmen yang kuat untuk
melakukan pembelian, mengonsumsi kembali produk atau menggantinya dengan
produk lain secara konsisten di masa depan. Hal tersebut mengungkapkan bahwa
loyalitas terjadi karena adanya konsistensi dalam melakukan pembelian pada
produk atau jasa di masa depan pada merk yang sama, pembelian yang dilakukan
pelanggan tersebut pada merek yang sama menunjukkan adanya komitmen
84

(Srivastava, 2015). Konsumen yang loyal memiliki empat karakteristik


diantaranya, melakukan pembelian terhadap produk secara teratur, kebiasaan
mengonsumsi produk tersebut, merekomendasikan produk tersebut kepada orang
lain, dan tidak mudah terpengaruh oleh produk lain (Rahmaddiansyah, 2015).
Berikut hasil rekap dimensi dari rekapitulasi item pernyataan variabel keputusan
pembelian (Y) yang terdiri dari tiga item pernyataan.

Tabel 47. Hasil Rekap Dimensi Variabel Keputusan Pembelian (Y)


Skor Skor Skor
No Dimensi Skor Kategori
Max Min Rata2
1 Motivasi 274 375 75 3,65 Baik
2 Pandangan 235 375 75 3,13 Cukup Baik
3 Konsisten 295 375 75 3,93 Baik
Total 804 1125 225 10,72
Rata-rata 3,57 Baik
Sumber : Data Primer (2020).

Berdasarkan hasil rekap pada Tabel 47, bahwa dimensi variabel keputusan
pembelian (Y) memiliki nilai rata-rata 3,57 sehingga termasuk dalam kategori baik.
Dimensi motivasi berada dalam kategori baik dan memiliki nilai sebesar 3,65. Hal
ini dapat diartikan bahwa dimensi motivasi memberikan kontribusi besar terhadap
variabel keputusan pebelian (Y), sehingga dimensi ini perlu dipertahankan dan
lebih baik lagi ditingkatkan agar memiliki nilai yang lebih tinggi. Dimensi
pandangan berada dalam kategori cukup baik dan memiliki nilai terendah diantara
variabel lainnya yaitu 3,13. Hal ini dapat diartikan bahwa dimensi pandangan
memberikan kontribusi kecil terhadap variabel keputusan pembelian (Y), sehingga
dimensi ini perlu diperhatikan serta ditingkatkan agar memiliki nilai yang lebih
tinggi dan dapat meningkatkan nilai variabel keputusan pembelian (Y).

4.7.8 Analisis Rekap Variabel Penelitian


Analisis rekap variabel merupakan rekapitulasi dari masing-masing variabel
yang terlibat dalam penelitian (Heryanto, 2018). Pada penelitian ini, variabel yang
terlibat meliputi variabel gaya hidup, sikap, pengetahuan, motivasi dan
keterlibatan, budaya, dan kelas sosial sebagai variabel independen (X) serta
variabel keputusan pembelian sebagai variabel dependen (Y). Hasil rekap variabel
penelitian dapat dilihat pada Tabel 48.
85

Tabel 48. Hasil Rekap Variabel Penelitian


Nilai Nilai Rata-
No Variabel Kategori
Maks Min rata
1 Gaya Hidup (X1) 3,69 3,16 3,43 Baik
2 Sikap (X2) 4,03 3,39 3,72 Baik
3 Pengetahuan (X3) 4,04 3,41 3,75 Baik
4 Motivasi dan Keterlibatan (X4) 3,99 3,41 3,65 Baik
5 Budaya (X5) 3,96 3,29 3,59 Baik
6 Kelas Sosial (X6) 3,60 2,76 3,18 Cukup Baik
7 Keputusan Pembelian (Y) 3,93 3,13 3,57 Baik
Sumber : Data Primer (2020).

Berdasarkan hasil rekap variabel penelitian pada Tabel 48, dapat


dideskripsikan bahwa variabel gaya hidup (X1), sikap (X2), pengetahuan (X3),
motivasi dan keterlibatan (X4), budaya (X5) dan keputusan pembelian (Y7)
termasuk dalam kategori baik, sedangkan variabel kelas sosial (X6) termasuk dalam
kategori cukup baik. Sehingga variabel kelas sosial (X 6) dalam penelitian ini
dikatakan belum optimal.
Kesimpulan dari penjelasan tersebut bahwa variabel pengetahuan memiliki
pengaruh terhadap keputusan pembelian paling besar dibandingkan dengan
pengaruh variabel gaya hidup, sikap, motivasi dan keterlibatan, budaya dan kelas
sosial terhadap keputusan pembelian. Pengaruh variabel sikap terhadap keputusan
pembelian lebih besar dibandingkan dengan pengaruh variabel gaya hidup,
motivasi dan keterlibatan, budaya dan kelas sosial terhadap keputusan pembelian.
Pengaruh variabel motivasi dan keterlibatan terhadap keputusan pembelian lebih
besar dibandingkan dengan pengaruh variabel gaya hidup, budaya dan kelas sosial
terhadap keputusan pembelian. Pengaruh variabel budaya terhadap keputusan
pembelian lebih besar dibandingkan dengan pengaruh variabel gaya hidup dan
kelas sosial terhadap keputusan pembelian. Sementara pengaruh variabel kelas
sosial terhadap keputusan pembelian paling rendah dibandikan variabel lainnya.

4.8 Analisis Verifikatif Variabel


Analisis verifikatif adalah suatu penelitian yang ditunjukkan untuk menguji
teori dan penelitian akan coba menghasilkan informasi ilmiah baru yaitu status
hipotesis yang berupa kesimpulan apakah suatu hipotesis diterima atau ditolak.
Pada penelitian ini untuk mengetahui dan memperkuat hasil analisis deskriptif
86

yang telah dipaparkan sebelumnya, dilakukan dengan analisis koefisien korelasi


dan analisis koefisien regresi.

4.8.1 Analisis Koefisien Korelasi


Korelasi adalah hubungan timbal balik atau hubungan dua arah antar variabel
independen (Heryanto, 2018). Korelasi ialah pengukuran statistik kovarian atau
asosiasi antara dua variabel. Besarnya koefisien korelasi berkisar antara +1 s/d -1.
Jika koefisien korelasi positif, maka kedua variabel mempunyai hubungan searah.
Sebaliknya jika koefisien korelasi negatif, maka kedua variabel mempunyai
hubungan terbalik. Kriteria kekuatan hubungan antara dua variabel meliputi 0 :
tidak ada korelasi, >0-0,25 : korelasi sangat lemah, >0,25-0,5 : korelasi
cukup, >0,5-0,75 : korelasi kuat, >0,75-0,99 : korelasi sangat kuat dan 1 : korelasi
sempurna. Tanda dua bintang (**) menunjukkan korelasi signifikan pada angka
signifikansi sebsear 0,01. Jika tidak ada tanda dua bintang (**), maka secara
otomatis signifikansi sebesar 0,05 (Sarwono, 2006). Pada penelitian ini terdapat 6
variabel independen yaitu gaya hidup (X1), sikap (X2), pengetahuan (X3), motivasi
dan keterlibatan (X4), budaya (X5) dan kelas sosial (X6). Hasil analisis koefisien
korelasi dapat dilihat pada Tabel 49.

Tabel 49. Hasil Analisis Koefisien Korelasi


X1 X2 X3 X4 X5 X6
X1 Pearson Correlation ,513** ,603** ,642** ,363** ,430**
1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,001 ,000
N 75 75 75 75 75 75
X2 Pearson Correlation ,513** ,620** ,574** ,456** ,426**
1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 75 75 75 75 75 75
X3 Pearson Correlation ,603** ,620** ,783** ,587** ,535**
1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 75 75 75 75 75 75
X4 Pearson Correlation ,642** ,574** ,783** ,526** ,499**
1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 75 75 75 75 75 75
X5 Pearson Correlation ,363** ,456** ,587** ,526** ,517**
1
Sig. (2-tailed) ,001 ,000 ,000 ,000 ,000
N 75 75 75 75 75 75
X6 Pearson Correlation ,430** ,426** ,535** ,499** ,517**
1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 75 75 75 75 75 75
Sumber : Data Primer (2020).
87

Dari hasil data pada Tabel 49. dapat dilihat bahwa lima hubungan
dikategorikan cukup kuat, sembilan hubungan dikategorikan kuat dan satu
hubungan dikaterogikan sangat kuat. Nilai signifikansi semua hubungan yaitu
diatas 0,01 berarti dan mempunyai kemungkinan dua arah. Hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa variabel gaya hidup mempunyai hubungan kuat dengan
variabel sikap, pengetahuan, motivasi dan keterlibatan. Sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Winardi (2002) bahwa sikap menghasilkan perilaku, dan
pengetahuan seseorang akan sesuatu memengaruhi cara hidup. Hubungan yang
sangat kuat terjadi antara variabel pengetahuan dengan variabel motivasi dan
keterlibatan. Seseorang yang memiliki pengetahuan terkait informasi coffee shop
cenderung mempunyai dorongan untuk mengunjungi salah satu coffee shop yang
terbaik menurut pengetahuannya. Sejalan dengan pendapat Uno (2007)
Pengetahuan seseorang erat kaitannya dengan perilaku yang akan diambilnya,
karena dengan pengetahuannya tersebut sesorang memiliki alasan dan landasan
untuk menentukan suatu pilihan.

4.8.2 Analisis Koefisien Regresi


Regresi merupakan salah satu metode di dalam statistik untuk menggambarkan
keterkaitan antara variabel yang satu dengan variabel lainnya, dimana salah satu
variabel merupakan penyebab dan variabel lain merupakan akibat (Heryanto,
2018). Pada penelitian ini terdapat enam variabel independen (penyebab) dan satu
variabel dependen (akibat) yang saling berkaitan. Variabel independen meliputi
gaya hidup (X1), sikap (X2), pengetahuan (X3), motivasi dan keterlibatan (X4),
budaya (X5), kelas sosial (X6), dan keputusan pembelian (Y) sebagai variabel
dependen.

Tabel 50. Hasil Analisis Koefisien Regresi


Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -1,270 ,691 -1,838 ,070
X1 -,023 ,116 -,016 -,194 ,847
X2 ,079 ,082 ,079 ,974 ,334
X3 -,031 ,119 -,029 -,263 ,793
X4 ,452 ,087 ,550 5,216 ,000
X5 ,255 ,062 ,326 4,107 ,000
X6 ,175 ,108 ,124 1,616 ,111
Sumber : Data Primer (2020).
88

Berdasarkan hasil analisis koefisien regresi pada Tabel 50, diperoleh


persamaan dengan melihat nilai Standardized Coefficients yaitu Y=-1,270-
0,016X1+0,079X2-0,029X3+0,550X4+0,326X5+0,124X6. Pada nilai persamaan
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Nilai constanta adalah -1,270, artinya jika tidak terjadi perubahan variabel
gaya hidup, sikap, pengetahuan, motivasi dan keterlibatan, budaya, dan kelas
sosial (nilai X1, X2, X3, X4, X5, dan X6 adalah 0) maka keputusan pembelian
pada Coffee Omah sebesar -1,270 satuan
b. Jika gaya hidup (X1) bertambah nilai satu maka keputusan pembelian akan
menurun sebesar -0,016 (1,6%). Hasil signifikansi pada variabel gaya hidup
memiliki nilai 0,847 > 0,05. Nilai tersebut menunjukkan bahwa gaya hidup
tidak memiliki pengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen di Coffee
Omah.
c. Jika sikap (X2) bertambah nilai satu maka keputusan pembelian akan
meningkat sebesar 0,079 (7,9%). Hasil signifikansi pada variabel sikap
memiliki nilai 0,334 > 0,05. Nilai tersebut menunjukkan bahwa sikap tidak
memiliki pengaruh tehadap keputusan pembelian konsumen di Coffee Omah.
d. Jika pengetahuan (X3) bertambah nilai satu maka keputusan pembelian akan
menurun sebesar -0,029 (2,9%). Hasil signifikansi pada variabel pengetahuan
memiliki nilai 0,793 > 0,05. Nilai tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan
tidak memiliki pengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen di Coffee
Omah.
e. Jika motivasi dan keterlibatan (X4) bertambah nilai satu maka keputusan
pebelian akan meningkat sebesar 0,550 (55%). Hasil signifikansi pada variabel
motivasi dan keterlibatan memiliki nilai 0,000 < 0,05. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa motivasi dan keterlibatan memiliki pengaruh terhadap
keputusan pembelian konsumen di Coffee Omah, sehingga semakin banyak
konsumen termotivasi dan terlibat, maka semakin banyak pula konsumen
berkunjung ke Coffee Omah.
f. Jika budaya (X5) bertambah nilai satu maka keputusan pembelian akan
meningkat sebesar 0,326 (32,6%). Hasil signifikansi pada variabel budaya
memiliki nilai 0,000 < 0,05. Nilai tersebut menunjukkan bahwa budaya
89

memiliki pengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen di Coffee Omah,


sehingga semakin banyak konsumen mengenal budaya ngopi, maka akan
semakin bertambah pula konsumen berkunjung ke Coffee Omah.
g. Jika kelas sosial (X6) bertambah nilai satu maka keputusan pembelian akan
meningkat sebesar 0,124 (12,4%). Hasil signifikansi pada variabel kelas sosial
memiliki nilai 0,111 > 0,05. Nilai tersebut menunjukkan bahwa kelas sosial
tidak memiliki pengaruh terhadap keputusan pembelian konsmen di Coffee
Omah.

4.9 Analisis Jalur (Path Analysis)


Pada penelitian ini terdapat variabel independen dan variabel dependen.
Variabel independen terdiri dari X1, X2, X3, X4, X5, X6 dan Y adalah variabel
dependen. Hubungan sebab akibat antar variabel independen dan variabel
dependen memiliki nilai koefisien korelasi dan koefisien regresi pada masing-
masing variabelnya, hal ini dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Diagram Penelitian Model Analisis Jalur

Berdasarkan Gambar 7, menunjukkan hasil penelitian dengan menggunakan


analisis jalur (path analysis) terdapat enam variabel independen yang saling
berhubungan atau berkorelasi, yaitu :
90

1) Gaya hidup (X1) dan sikap (X2) memiliki hubungan dua arah (2-tailed) atau
berkorelasi kuat dengan nilai sebesar 0,513.
2) Gaya hidup (X1) dan pengetahuan (X3) memiliki hubungan dua arah (2-tailed)
atau bekorelasi kuat dengan nilai sebesar 0,603.
3) Gaya hidup (X1) dengan motivasi dan keterlibatan (X4) memiliki hubungan
dua arah (2-tailed) atau berkorelasi kuat dengan nilai sebesar 0,642.
4) Gaya hidup (X1) dan budaya (X5) memiliki hubungan dua arah (2-tailed) atau
berkorelasi cukup kuat dengan nilai sebesar 0,363.
5) Gaya hidup (X1) dan kelas sosial (X6) memiliki hubungan dua arah (2-tailed)
atau berkorelasi cukup kuat dengan nilai sebesar 0,430.
6) Sikap (X2) dan pengetahuan (X3) memiliki hubungan dua arah (2-tailed) atau
berkorelasi kuat dengan nilai sebesar 0,620.
7) Sikap (X2) dengan motivasi dan keterlibatan (X4) memiliki hubungan dua arah
(2-tailed) atau berkorelasi kuat dengan nilai sebesar 0,574.
8) Sikap (X2) dan budaya (X5) memiliki hubungan dua arah (2-tailed) atau
berkorelasi cukup kuat dengan nilai sebesar 0,456.
9) Sikap (X2) dan kelas sosial (X6) memiliki hubungan dua arah (2-tailed) atau
berkorelasi cukup kuat dengan nilai sebesar 0,426.
10) Pengetahuan (X3) dengan motivasi dan keterlibatan (X4) memiliki hubungan
dua arah (2-tailed) atau berkorelasi sangat kuat dengan nilai sebesar 0,783.
11) Pengetahuan (X3) dan budaya (X5) memiliki hubungan dua arah (2-tailed) atau
berkorelasi kuat dengan nilai sebesar 0,587.
12) Pengetahuan (X3) dan kelas sosial (X6) memiliki hubungan dua arah (2-tailed)
atau berkorelasi kuat dengan nilai sebesar 0,535.
13) Motivasi dan keterlibatan (X4) dengan budaya (X5) memiliki hubungan dua
arah (2-tailed) atau berkorelasi kuat dengan nilai sebesar 0,526.
14) Motivasi dan keterlibatan (X4) dengan kelas sosial (X6) memiliki hubungan
dua arah (2-tailed) atau berkorelasi cukup kuat dengan nilai sebesar 0,499.
15) Budaya (X5) dan kelas sosial (X6) memiliki hubungan dua arah (2-tailed) atau
berkorelasi kuat dengan nilai sebesar 0,517.
91

Tabel 51. Hasil Analisis Koefisien Jalur


Hubungan Koefisien
thitung Sig Fhitung Sig R2
Variabel Terhadap Jalur
X1 -0,016 -0,194 0,847
X2 0,079 0,974 0,334
X3 -0,029 -0,263 0,793
Y 34,037 0,000 0,750
X4 0,550 5,216 0,000
X5 0,326 4,107 0,000
X6 0,124 1,616 0,111
Sumber : Data Primer (2021).

Berdasarkan Tabel 51, menunjukkan bahwa nilai Fhitung= 34,037 > Ftabel= 2,23.
Hal ini berarti variabel X1, X2, X3, X4, X5, X6 secara simultan berpengaruh terhadap
variabel Y. Pengujian secara individual dilakukan dengan membandingkan thitung
dengan ttabel= 1,994. Pada Tabel 51, dapat dilihat bahwa thitung pada variabel X1, X2,
X3, dan X6 kurang dari ttabel. Hal ini bahwa koefisien jalur variabel X1, X2, X3, dan
X6 dikatakan tidak signifikan. Maka model analisis jalur perlu diperbaiki melalui
metode trimming. Berikut hasil analisis jalur dengan metode trimming.

Tabel 52. Hasil Analisis Koefisien Jalur Setelah Trimming


Hubungan Koefisi
en thitung Sig Fhitung Sig R2
Variabel Terhadap
Jalur
X4 0,596 8,363 0,000
Y 100,324 0,000 0,736
X5 0,379 5,318 0,000
Sumber : Data Primer (2021).

Berdasarkan Tabel 52, koefisien jalur X4 dan X5 dapat dikatakan signifikan.


Hal ini terlihat pada nilai thitung > ttabel= 1,993 atau Sig > 0,05. Besar nilai koefisien
determinasi dari kedua variabel tersebut adalah 0,736 atau 73,6%. Nilai koefisien
residual 0,267 atau 26,7%. Berikut hasil analisis jalur dengan metode trimming
diperoleh persamaan yaitu Y = -0,940 + 0,596X1 + 0,379X2.

Gambar 8. Diagram Penelitian Model Analisis Jalur (Trimming).


92

Berdasarkan Gambar 8, menunjukkan hasil penelitian dengan menggunakan


analisis jalur (path analysis) terdapat dua variabel independen yang saling
berhubungan serta pengaruh langsung dan tidak langsung antar variabel
independen dengan variabel dependen, berikut penjelasanya :
a) Motivasi dan keterlibatan dengan budaya memiliki hubungan dua arah (2-
tailed) atau berkorelasi kuat dengan nilai sebesar 0,526. Hal ini dapat diartikan
bahwa antara motivasi dan keterlibatan dengan budaya saling berpengaruh
terhadap keputusan pembelian di Coffee Omah.
b) Pengaruh langsung motivasi dan keterlibatan terhadap keputusan pembelian
diperoleh nilai 0,596. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa motivasi dan
keterlibatan berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen di Coffee
Omah.
c) Pengaruh langsung budaya terhadap keputusan pembelian diperoleh nilai
0,379. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa budaya berpengaruh terhadap
keputusan pembelian konsumen di Coffee Omah.
d) Pengaruh tidak langsung motivasi dan keterlibatan melalui budaya terhadap
keputusan pembelian diperoleh nilai 0,119. Pernyataan tersebut menunjukkan
bahwa motivasi dan keterlibatan melalui budaya pembelian berpengaruh tidak
langsung terhadap keputusan pembelian.

4.10 Implikasi Manajerial


Berdasarkan analisis faktor-faktor yang memengaruhi keputusan pembelian
pada Coffee Omah yang dilakukan dalam penelitian ini berimplikasi pada
pentingnya pemilik usaha untuk dapat mengetahui persepsi konsumen dalam
melakukan keputusan pembelian. Variabel motivasi dan keterlibatan mempunyai
pengaruh secara langsung dalam keputusan pembelian, konsumen Coffee Omah
didominasi oleh pengunjung yang datang dari ajakan teman untuk menghabiskan
waktu dan menghilangkan rasa penat di coffee shop.
Pengaruh teman dan ajakan menjadi alasan paling kuat seseorang melakukan
kunjungan ke coffee shop, sehingga kesan pertama yang diberikan oleh Coffee
Omah adalah penentu seseorang untuk melakukan pembelian ulang. Dekorasi
merupakan hal yang penting untuk diperhatikan karena terkait kenyamanan dan
suasana yang dibutuhkan oleh pengunjung coffee shop. Coffee Omah butuh
93

melakukan perbaikan pada penataan letak hiasan, kombinasi warna dan atribut-
atribut lain sebagai penunjang kesan cozy, klasik dan instagramable.
Segmen pasar Coffee Omah didominasi oleh anak muda berusia 21-25 tahun,
perlu diketahui bahwa konsumen pada rentang usia tersebut terbukti sangat
memengaruhi dan mendorong pengambilan keputusan konsumen kedai kopi.
Untuk itu pihak manajemen harus berupaya membuat strategi yang dapat
memenuhi harapan konsumen yaitu tanggap dan fleksibel mengikuti tren. Hal
tersebut dapat diwujudkan dengan mengadakan acara seperti diskusi, pemutaran
film, live akustik, cupping, dan membuat dekorasi dengan tema menyesuaikan hari
perayaan tertentu.
Cita rasa produk yang saat ini sudah baik harus tetap dipertahankan, rasa kopi
susu yang memiliki ciri khasnya sendiri menjadi bagian penting dari keputusan
pembelian konsumen untuk datang ke Coffee Omah, sehingga konsistensi rasa
harus tetap sesuai dengan harapan konsumen. Dimana konsumen menginginkan
sajian kopi susu dengan rasa yang balance, sehingga rasa pahit dari kopi masih
tetap bisa dirasakan, rasa creamy dan manis dari susu tidak mendominasi rasa dari
kopi susu tersebut.
Saat ini Coffee Omah hanya terkenal dan dikunjungi oleh konsumen dari
Bekasi, melalui media sosial Coffee Omah dapat membangun brand image dengan
menawarkan konsep yang berbeda dengan coffee shop pesaing agar dapat menarik
pengunjung lebih luas lagi. Konsep dasar Coffee Omah sebagai tempat yang
mengusung kesan homey bisa ditunjang dengan menjalin interaksi dengan
pengunjung seperti meningkatkan keramahan, dan melibatkan pengunjung dalam
kegiatan yang dilakukan oleh Coffee Omah untuk menciptakan emosi positif dan
perasaan hangat antara pelayan dan konsumen.
Berdasarkan berapa lama konsumen Coffee Omah berkunjung disesuaikan
dengan kepentingan yang berbeda-beda, terdapat sebagian konsumen yang
berkunjung hanya untuk menikmati fasilitas tanpa memesan banyak menu
minuman dan makanan serta berlama-lama dalam berkunjung. Hal tersebut dapat
berdampak pada biaya yang dikeluarkan pengelola coffee shop dan revenue yang
didapatkan tidak berbanding lurus, perputaran antara konsumen sebelumnya
dengan konsumen selanjutnya menjadi terhambat, untuk mengatasi hal tersebut
94

pemilik usaha dapat menerapan beberapa strategi seperti membatasi penggunaan


wifi terhadap konsumen, dalam penerapannya setiap transaksi konsumen
mendapatkan fasilitas free wifi selama dua jam, dan untuk mendapatkan fasilitas
wifi di jam berikutnya konsumen harus melakukan transaksi ulang. Strategi
tersebut dilakukan untuk mengantisipasi konsumen yang masih ingin berlama-
lama menghabiskan waktu di coffee shop untuk bekerja, meeting, mengerjakan
tugas ataupun sekedar untuk bermain game bersama teman yang memerlukan
fasilitas wifi.
BAB V
SIMPULAN

5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Coffee Omah dapat
disimpulkan, sebagai berikut :
1) Karakteristik konsumen pada Coffee Omah mayoritas memiliki jenis kelamin
laki-laki (53%) dengan rentang usia 21-25 tahun (64%) berstatus belum
menikah (92%) berdomisili di Bekasi (80%), memiliki pendidikan terakhir
SMA (51%) berprofesi sebagai pelajar atau mahasiswa (53%) dan pendapatan
per bulan atau uang saku per bulan yaitu < RP2.000.000,00 (44%).
2) Proses pengambilan keputusan pembelian di Coffee Omah diawali dengan
pengenalan kebutuhan konsumen yang ingin berkumpul dengan teman untuk
menghilangkan rasa penat dan stress, informasi didapatkan melalui teman
dengan pertimbangan bahwa Coffee Omah menyediakan tempat yang nyaman
dengan cita rasa produk, konsumen melakukan pembelian kopi susu dan
french fries, mayoritas konsumen merasa puas dan bersedia
merekomendasikan Coffee Omah kepada orang lain.
3) Motivasi dan keterlibatan memiliki pengaruh langsung terhadap keputusan
pembelian dengan nilai 0,596. Budaya memiliki pengaruh langsung terhadap
keputusan pembelian dengan nilai 0,379. Pengaruh tidak langsung motivasi
dan keterlibatan melalui budaya terhadap keputusan pembelian dengan nilai
0,119.

5.2 Saran
Penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan menganalisis
mengenai perancangan strategi dengan pendekatan blue ocean untuk mengetahui
tingkat persaingan Coffee Omah, sehingga dapat menduduki tingkat persaingan
yang lebih rendah dengan menerapkan strategi untuk menciptakan pasar baru
dalam industri coffee shop.

95
96
DAFTAR PUSTAKA

Adiningrum Y. 2013. “Analisis Jalur Model Trimming untuk Mengetahui Faktor-


Faktor yang Memengaruhi Motivasi Belajar terhadap Prestasi Akademik
Mahasiswa”. Skripsi. Universitas Negeri Malang. Malang.

Afriliana A. 2018. Teknologi Pengolahan Kopi Terkini. Yogyakarta : CV Budi


Utama.

Afriyanti S. 2017. “Studi Strategi Pemasaran Terbaik Berdasarkan Perilaku


Konsumen dalam Menghadapi Persaingan Antar Kedai Kopi di Jatinangor”.
Skripsi. Universitas Padjajaran. Bandung.

Akbar M.J.C., Sunarti. 2018. “Pengaruh Electronic Word of Mouth terhadap


Keputusan Pembelian (Survei pada Konsumen Restoran Sushi Tei Kelapa
Gading)”. Jurnal Administrasi Bisnis Vol. 60 No. 3 Hal. 45-51.

Andika MR. 2019. “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan


Pembelian Konsumen di Restoran Captain Kerang Dramaga”. Skripsi.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Ardian D. 2019. Kafepedia : A-Z Tentang Bisnis Kafe. Yogyakarta : Laksana.

Arifah NR. 2015. “Analisis Proses Keputusan Pembelian Produk Nutritional Shake
Herbalife di Lima Rumah Nutrisi Kota Bogor”. Skripsi. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.

Artiningtyas. 2015. “Pengaruh Kualitas Layanan, Persepsi Harga dan


Kepercayaan terhadap Kepuasan Pelanggan (Studi Kasus Pada Toko
Vulkanisir Ban Top Cool Semarang)”. Jurnal Manajemen Hal. 1-13.

Assauri S. 2017. Manajemen Pemasaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Charina D. 2016. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian


Minuman Kopi Di Malabar Mountain Cafe Kota Bogor”. Skripsi. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.

Darlina YS, Sasongko, Didik EJ. 2013. “Pengaruh Kualitas Pelayanan, Reputasi
Perusahaan, Atribut Produk, dan Cita Rasa terhadap Minat Beli Ulang
Konsumen Teh Botol Sosro (Studi Kasus Pada Konsumen Pujasera Jl. PB
Sudirman Jember)”. Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa. Universitas
Jember.

Dewi N. 2019. “Peran Kepuasan dalam Memediasi Pengalaman Berbelanja


terhadap Minat Beli Kembali”. E-Jurnal Manajemen, Vol. 8 No. 9 Hal.
5591-5610.

97
98

Diwangkoro E. 2016. “Tingkat Kepuasan Konsumen terhadap Kualitas Kopi dan


Kualitas Pelayanan di Kafe Kopi Garasi Winangun Ngaglik Sleman
Yogyakarta”. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.

Durianto DS, Sitinjak T. 2004. Strategi Menaklukan Pasar Melalui Riset Ekuitas
dan Perilaku Merek. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Efendi MK. 2017. “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruh Mahasiswa


Yogyakarta terhadap Pengguanaan Pembayaran Non Tunai”. Skripsi.
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Yogyakarta.

Fadhilah I. 2017. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan


Pembelian Sate Maranggi di Kota Bogor”. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.

Faradisa I, Budi L, Minarsih M. 2016. “Analisis Pengaruh Variasi Produk,


Fasilitas, dan Kualitas Pelayanan terhadap Minat Beli Ulang Konsumen
pada Indonesia Coffeeshop Semarang (ICOS CAFE)”. Jurnal Manajemen
(2).

Fatih I, Suharyono, Sunarti. 2018. “Pengaruh Citra Merek, Iklan dan Cita Rasa
terhadap Keputusan Pembelian (Survei terhadap Konsumen Mie Instan
Merek Indomie di Wilayah Um Al-Hamam Riyadh)”. Jurnal Administrasi
Bisnis Vol. 57 No. 1.

Fatmasari K. 2020. “Intervensi Keputusan Pembelian Terkait dengan Harga dan


Citra Merek terhadap Loyalitas Konsumen (Studi pada Mahasiswa 10 PTS
di Kota Semarang)”. Skripsi. STIE Pelita Nusantara. Semarang.

Firdauzi I. 2016. “Pengaruh Kemampuan Finansial, Kemudahan, dan Perilaku


Konsumen Terhadap Minat Penggunaan Uang Elektronik di Kota
Yogyakarta”. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.

Fitriani AA. 2018. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian


Konsumen Restoran Pawon Kota Bogor”. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.

Gardjito M dan Rahardian D. 2016. Sejarah dan Tradisi Minum Kopi, Cara Benar
Mengekstrak dan Menikmati Kopi, Manfaat dan Risiko Kopi bagi
Kesehatan. Yogyakarta : PT Kanisius.

Ghozali I. 2018. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 25.
Edisi 9. Semarang : Universitas Diponegoro.

Gumelar KT. 2016. “Pengaruh Kualitas Pelayanan, Variasi Menu, dan Harga
terhadap Keputusan Pembelian. (Studi pada Konsumen Resto Sambal Van
Java Tembalang, Kota Semarang)”. Jurnal Ilmu Administrasi Bisnis. Vol. 5
No. 1 Hal. 164-173.
99

Hapsari PN. 2017. “Analisis Pengaruh Penggunaan E-Money dan Daya Subsitusi
Transaksi E-Money terhadap Transaksi Tunai di Indonesia”. Skripsi.
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Yogyakarta.

Hendro T. 2014. Bank dan Institusi Keuangan Non Bank di Indonesia. Yogyakarta:
UPP STIM YKPN.

Herlyana E. 2012. “Fenomena Coffe Shop Sebagai Gejala Gaya Hidup Kaum
Muda”. Jurnal. Yogyakarta. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Heryanto I, Totok T. 2018. Path Analysis Menggunakan SPSS dan Excel : (Two In
One-All Version) Panduan Pengolahan Data Penelitian untuk Skripsi/Tesis.
Bandung : Informatika.

Hurriyati R. 2010. Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen. Bandung :


Alfabetha.

Irvansyah. 2020. “Analisis Strategi Mempertahankan Konsumen di Perusahaan


Mebel Haji Slamet dalam Perspektif Ekonomi Islam”. Skripsi. Institut
Agama Islam Metro. Metro.

Kabalmay YAD. 2016. “Cafe addict : Gaya Hidup Remaja Perkotaan (Studi Kasus
Remaja di Kota Mojokerto)”. Jurnal Sosiologi.

Kholik NS. 2018. “Kajian Gaya Hidp Kaum Muda Penggemar Coffee Shop. (Studi
Kasus pada Coffee Shop “Starbucks” di Mall Botani Square Bogor)”.
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta.

Kotler P dan Keller KL. 2016. Marketing Management. 15th ed. Essex (GB) :
Pearson. Lovelock C, Wirtz J, Mussry J. 2011. Pemasaran Jasa Manusia,
Teknologi, Strategi Perspektif Indonesia Jilid 1. Dian W, Deri BP,
Penerjemah ; Novietha IS, Editor. Jakarta : Erlangga. Terjemahan : Services
Marketing. 7th ed.

______________ 2010. Prinsip-prinsip Pemasaran. New Jersey.

Kusumaningrum PW. 2020. “Pengaruh Kenyamanan Tempat, Harga, Varian


Produk, dan Pelayanan terhadap Kepuasan Konsumen”. Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.

Lazuardi M dan Triady MS. 2015. Ekonomi Kreatif : Rencana Pengembangan


Kuliner Nasional 2015-2019. PT Republik Solusi.

Liany F. 2016. “Pengaruh Kualitas Produk Minuman Kopi terhadap Kepuasan


Konsumen di Yellow Truck Coffee Bandung”. Skripsi. Sekolah Tinggi
Pariwisata Bandung. Bandung.

Liwe F. 2013. “Kesadaran Merek, Keragaman Produk dan Kualitas Produk


Pengaruhnya terhadap Pengambilan Keputusan Konsumen Membeli di
100

Kentucky Fried Chickrn Manado”. Jurnal EMBA. Vol. 1 No. 4 Hal. 2017-
2116

Malinda IN. 2017. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Keputusan


Pembelian Konsumen Warung Nagih Bogor. Skripsi. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.

Marsono. 2019. Metode Penelitian Kuantitatif : Langkah-Langkah Menyusun


Skripsi, Tesis atau Disertasi Menggunakan Teknik Analisis Jalur (Path
Analysis) Dilengkapi Contoh Aplikasinya - Edisi 2. Bogor : In Media.

Maulani TA. 2016. “Analisis Strategi Pemasaran Kedai Kopi Phoenam Kopiatiam
Bekasi”. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Mayangsari R. “Analisis Faktor-faktor yang Dipertimbangkan Konsumen dalam


Keputusan Pembelian Produk Kek Pisang Villa Kota Batam”. Journal of
Applied Business Administration. Vol. 2 No. 2 Hal. 228-241.

Meidiko PS. 2018. “Pengaruh Customer Perceived Value terhadap Keinginan


Pembelian Ulang di Bahagia Kopi Bandung”. Skripsi. Universitas Katolik
Parahyangan. Bandung.

Najib M. 2015. “Pengaruh Atmosfer Kedai Kopi terhadap Emosi dan Keputusan
Pembelian Ulang”. Jurnal Manajemen Agribisnis Vol. 12 No. 2.

Ningsih S. 2019. “Jamburan Journal of Mathematics”. Vol. 1 No. 1 Hal. 43-45.

Ningsih YS. 2021. “Analisis Jalur Pengaruh Produk dan Harga terhadap Loyalitas
Konsumen melalui Keputusan Pembelian Kopi di Kota Kisaran. (Studi
Kasus : Coffee Shop Kopi Lain Hati)”. Skripsi. Universitas Sumatera Utara.
Medan.

Ningrum AS. 2018. “Pengaruh Harga, Produk dan Lokasi terhadap Keputusan
Pembelian di Peacockoffie Semarang”. Diponegoro Journal of Social and
Political.

Noor J. 2015. Metode Penelitian : Skripsi, Tesis, Disertasi dan Karya Ilmiah.
Jakarta : Kencana.

Oktaviani K. 2018. “Ngopi sebagai Gaya Hidup Anak Muda”. Skripsi. Universitas
Negeri Jakarta. Jakarta.

Piero M. 2018. “Pengaruh Promosi Penjualan, Pembayaran Non Tunai,


Lingkungan Sosial, dan Kondisi Keuangan Terhadap Compulsive Buying :
Kasus pada Mahasiswa di Surabaya”. Skripsi. Institut Teknologi Sepuluh
Nopember. Surabaya.

Pradipta H. 2018. Menganalisis Bisnis Kopi, Minuman Primadona Kawula Muda


Indonesia. Jakarta: Mokapos.com. Tersedia dalam Mokapos database.
101

Pramatya V, dkk. 2015. “Pengaruh Atmosfer Kedai Kopi Terhadap Emosi dan
Keputusan Pembelian Ulang”. Jurnal Manajemen dan Agribisnis. Vol. 12
No. 2.

Prorina R. 2014. “Analisis Proses Pengambilan Keputusan Pembelian di Restoran


Sop Buah Pak Ewok Bogor”. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Puspita DA. 2014. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian di


Restoran Waroeng Taman Kota Bogor”. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.

Putra DNE. 2015. “Pengaruh Word of Mouth terhadap Keputusan Pembelian pada
Cafe Roti Gempol dan Kopi Anjis”. E-Proceeding of Management. Vol. 2
No. 1 Hal. 758.

Rahardjo P. 2012. Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabica dan Robusta.
Jakarta : Penebar Swadaya.

Rahhadiski JD. 2020. “Analisis Keputusan dan Loyalitas Konsumen Coffee Shop
KopLo di Jakarta Utara. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah. Jakarta.

Rahmaddiansyah. 2015. “Analisis Loyalitas Konsumen terhadap Minuman Kopi


Robusta di Kota Banda Aceh”. Jurnal Agrisep Vol. 16 No. 2.

Rauf N. 2019. “Pengaruh Kepercayaan Merk, Citra Merk, Kualitas Merk terhadap
Keputusan Pembelian dan Loyalitas Merk”. Center Economic Student
Journal. Vol. 2 No. 3.

Rasmikayati E, dkk. 2020. “Analisis Perilaku Konsumen: Pola Pembelian Kopi


serta Preferensi, Kepuasan dan Loyalitas Konsumen Kedai Kopi”. Jurnal
Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis. Vol. 6 No. 2 Hal.
962-984.

Ruslan MR. 2020. “Analisis Preferensi Konsumen terhadap Kopi Bogor di Tiga
Kedai Kopi Bogor”. Jurnal Agribisnis ISSN 2550-1151. Vol. 6 No. 2 Hal.
39-52.

Saefudin BR, Deaniera AN, Rasmikayati E. 2020. “Kajian Perbandingan


Preferensi Konsumen pada Kedai Kopi di Cibinong Kabupaten Bogor”.
Jurnal Ilmu Pertanian. Vol. 5 No. 1.

Sangadji EM dan Sopiah. 2013. Perilaku Konsumen (Pendekatan Praktisi Disertai


Himpunan Jurnal Peneliti). Yogyakarta : Andi.

Sangian CS. 2020. “Pengaruh Kualitas Produk, Persepsi Harga, dan Promosi,
terhadap Keputusan Pembelian pada Coffegato”. Skripsi. Universitas
Kristen Duta Wacana. Yogyakarta.
102

Sarwono J. 2012. Path Analysis dengan SPSS : Teori, Aplikasi, Prosedur Analisi
untuk Riset Skripsi, Tesis dan Disertasi. Jakarta : PT Elex Media
Komputindo.

Sekaran U. 2006. Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Jakarta : Salemba Empat.

Setiawan I. 2012. Agribisnis Kreatif. Depok : Penebar Swadaya.

Shaharudin M. 2011. “Food Quality Atributes among Malaysia’s Food Customers


Brand Preferences/Purchases”. Journal of Customer Marketing. Vol. 31
No. 3 Hal. 212-217.

Siagian D, Sugiarto. 2003. Metode Statistika untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta :
PT Gramedia Pustaka Utama.

Siregar S. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif : Dilengkapi dengan Perbandingan


Perhitungan Manual & SPSS. Jakarta : Kencana.

Solikatun, dkk. 2015. “Perilaku Konsumsi Kopi Sebagai Budaya Masyarakat


Konsumsi : Studi Fenomena Pada Peminum Kopi Di Kedai Kopi Semarang”
Jurnal analisis sosiologi. Vol. 4 No. 1 Hal. 60-74.

Srivastava RK. 2015. “How Differing Demographic Factors Impact Consumers


Loyalty toward National or International Fast Food Chains a Comparative
Study in Emerging Markets”. British Food Journal. Vol. 117 No. 4 Hal.
1354-1376.

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :


CV Alfabet.

Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung : CV


Alfabet.

Toffin. 2020. Brewing in Indonesia: Insights for Successful Coffee Shop Business.
Jakarta: Toffin Indonesia. Tersedia dalam Toffin Indonesia database.

Tommi. 2014. “Pengaruh Electronic Word of Mouth (EWoM) terhadap Keputusan


Pembelian Kamera Dslr”. Skripsi. Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga. Salatiga.

Triyanti DR. 2016. Outlook Kopi : Komoditas Pertanian Subsektor Perkebunan.


Jakarta : Kementrian Pertanian.

Uno H. 2007. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta : Bumi Aksara.

Utami D. 2019. “Analisis Kepuasan Konsumen dalam Memilih Coffee Shop di


Kota Medan”. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Wijaya AS. 2017. “Analisis Pengaruh Gaya Hidup, Kualitas Pelayanan, dan Store
Atmosphere terhadap Keputusan Pembelian dan Dampaknya terhadap
103

Pembelian Ulang”. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah


Jakarta. Jakarta.

Winardi. 2002. Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen. Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada.

Yusuf AM. 2017. “Analisis Uji Validitas Tes Guru Bahasa Bugi Dengan
Menggunakan Artivicial Intellijence (AI) Kelas IX-1 SMPN 1 Labakabang
Kabupaten Pangkep”. Skripsi. Universitas Negeri Makassar. Makassar.

Yusi DA, dkk. 2017. “Pengaruh Pergaulan Teman Sebaya terhadap Sikap
Materialistis dan Sikap Hedonisme Remaja”. Jurnal Kultur Demokrasi. Vol.
5 No. 6.
104
LAMPIRAN
107

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian


Tanggal : No. Kuesioner :

KUESIONER PENELITIAN

Kepada Yth,
Bapak/Ibu/Saudara/Saudari/Responden Penelitian
Di tempat.

Assalamualaikum Wr. Wb.


Saat ini saya sedang melakukan penelitian ilmiah untuk penyusunan skripsi
dengan judul "Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian
Pada Coffee Omah Kota Bekasi". Sehubung dengan penyelesaian tugas akhir
sebagai mahasiswa Program Strata Satu (S1) Universitas Islam “45” Bekasi, saya :
Nama : Dena Fathul Alam
Fakultas/Jurusan : Pertanian/Agribisnis
memohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner penelitian ini secara lengkap dan benar sehingga hasilnya dapat
dipertanggung jawabkan dan memberikan hasil yang diinginkan. Informasi yang
diperoleh dari kuesioner ini bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk
kepentingan akademik.
Demikian atas kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/I dalam meluangkan waktu untuk
mengisi semua pernyataan kuesioner ini, saya mengucapkan terima kasih.

Hormat saya,

Dena Fathul Alam


108

SCREENING

➢ Apakah anda sudah pernah melakukan kunjungan di Coffee Omah 2 kali ?


➢ Apakah anda berusia minimal 15 tahun ?
➢ Apakah anda bersedia untuk diwawancarai dan mengisi kuesioner ini ?

Bila semua jawaban anda “Ya”, maka silahkan mengisi kepertanyaan selanjutnya.
Bila ada salah satu jawaban anda “Tidak”, terima kasih anda tidak perlu untuk
melanjutkan pengisian kuesioner ini.

Informasi Umum Responden :


Petunjuk : Beri tanda (X) pada salah satu jawaban yang menurut penilaian anda
sesuai.
1. Jenis kelamin : ……………….
a. Laki-laki b. Perempuan
2. Usia anda saat ini : Tahun
3. Status anda saat ini :
a. Belum menikah b. Menikah
4. Domisili : ……………….
5. Pendidikan terakhir dan tahun ……….
a. SMP c. Akademi (D1/D2/D3)
b. SMA d. Sarjana (S1/S2/S3)
6. Pekerjaan :
a. Pelajar/Mahasiswa c. Pegawai Swasta/Karyawan
b. Pegawai Negeri d. Wirausaha
7. Pendapatan per bulan :
a. < Rp. 2.000.000,-
b. Rp. 2.000.000,- sampai Rp. 4.000.000,-
c. > Rp. 4.000.000,-
Pertanyaan Mengenai Proses Pengambilan Keputusan Pembelian
Beri tanda silang (X) pada jawaban yang sesuai
Pengenalan Masalah/Kebutuhan
1. Apa tujuan anda berkunjung ke Coffee Omah ?
a. Simbol status sosial d. Berkumpul dengan teman
b. Cita rasa produk e. Bertemu partner bisnis
c. Tempat nyaman
109

2. Apa harapan berkunjung ke Coffee Omah ?


a. Menikmati suasana d. Mendapatkan pelayanan ramah
b. Penghematan waktu e. Menghilangkan rasa penat dan stress
c. Mengonsumsi produk
Pencarian Informasi
3. Dari mana anda mendapatkan informasi mengenai Coffee Omah ?
a. Diri sendiri c. Keluarga e. Media sosial
b. Teman d. Media cetak
4. Dari mana anda mendapat informasi mengenai harga dan produk Coffee
Omah ?
a. Informasi lisan dari teman d. Referensi katalog
b. Informasi lisan dari keluarga e. Media sosial
c. Brosur/media cetak
Evaluasi Berbagai Alternatif
5. Apa yang membuat anda memutuskan berkunjung ke Coffee Omah ?
a. Cita rasa produk d. Akses lokasi mudah
b. Menu bervariasi e. Tempat nyaman
c. Pelayanan ramah
6. Siapa yang menginisiasi (ide berkunjung) anda berkunjung ke Coffee Omah ?
a. Diri sendiri c. Keluarga e. Lainnya, sebutkan ……….
b. Teman d. Rekan kantor/sekolah
Keputusan Pembelian
7. Bagaimana anda memutuskan untuk berkunjung ke Coffee Omah ?
a. Terencana d. Dipengaruhi oleh media cetak/sosial
b. Mendadak e. Dipengaruhi orang lain
c. Tergantung keadaan
8. Bersama siapa anda berkunjung ke Coffee Omah?
a. Sendiri c. Keluarga e. Rekan kantor/sekolah
b. Teman d. Pasangan/pacar
9. Kapan biasanya anda berkunjung ke Coffee Omah ?
a. Hari kerja c. Libur sekolah e. Lainnya, sebutkan ……….
b. Akhir pekan d. Libur nasional
10. Waktu kunjungan ke Coffee Omah ?
a. Tidak tentu d. Pukul 19.00 - 21.00
b. Pukul 23.00 - 24.00 e. Pukul 21.00 - 23.00
c. Pukul 17.00 - 19.00
110

11. Berapa kali dalam sebulan anda berkunjung ke Coffee Omah ?


a. 2 kali c. 4 kali e. Lebih dari 5 kali
b. 3 kali d. 5 kali
12. Berapa rupiah jumlah uang yang anda keluarkan dalam satu kali pembelian di
Coffee Omah ?
a. Rp. 20.000,- hingga Rp. 30.000,-
b. Rp. 30.000,- hingga Rp. 50.000,-
c. Rp. 50.000,- hingga Rp. 70.000,-
d. Rp. 70.000,- hingga Rp. 100.00,-
e. > RP. 100.000,-
13. Berapa lama waktu anda untuk menikmati menu di Coffee Omah ?
a. 15 menit d. 45 menit e. Tidak tentu
b. 30 menit e. 60 menit
14. Produk minuman apa yang paling sering anda beli di Coffee Omah ?
a. Kopi susu c. Air mineral e. Manual brew/coffee
b. Non coffee d. Milkshake
15. Produk pelengkap apa yang paling sering anda beli di Coffee Omah ?
a. Roti bakar c. Dimsum e. Mie instan
b. Sosis mayo d. French fries
16. Metode pembayaran apa yang anda gunakan untuk membayar menu di Coffee
Omah ?
a. Uang tunai c. Kredit e. Ovo/dana
b. Debit d. Go pay
Perilaku Pasca Pembelian
17. Fasilitas (sarana) yang menurut anda perlu mendapatkan perhatian dari
pengelola Coffee Omah ?
a. Kebersihan c. Area parkir e. Wifi
b. Pelayanan d. Dekorasi
18. Apakah anda merasa puas dengan produk dan pelayanan Coffee Omah ?
a. Tidak puas c. Ragu-ragu e. Sangat puas
b. Kurang puas d. Puas
19. Apakah anda akan datang kembali berkunjung ke Coffee Omah ?
a. Ya c. Ragu-ragu e. Tidak, alasan ……..
b. Tidak d. Ya, alasan ……..
20. Jika harga produk di Coffee Omah mengalami kenaikan, apakah anda akan
tetap membeli ?
a. Tidak jadi membeli d. Beralih ke tempat lain
b. Tetap membeli e. Membeli produk lain
c. Ragu-ragu
111

21. Apakah anda bersedia merekomendasikan Coffee Omah kepada orang lain
yang anda kenal ?
a. Ya c. Ragu-ragu e. Tidak, alasan ……….
b. Tidak d. Ya, alasan ……….

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Keputusan Pembelian


Menurut anda, sejauh mana faktor-faktor dibawah ini yang dipertimbangkan
anda untuk berkunjung ke Coffee Omah ?
Petunjuk : Berilah tanda lingkar (O) pada kolom yang sesuai dengan pilihan anda
berdasarkan keterangan pilihan berikut.
Keterangan :
Keterangan Singkatan Skor
Sangat Setuju SS 5
Setuju S 4
Tidak Setuju TS 3
Sangat Tidak Setuju STS 2
Tidak ada Pendapat TP 1

Faktor yang Mempengaruhi Jawaban


No
Keputusan Pembelian SS S TS STS TP
FAKTOR INTERNAL
Gaya Hidup (X1)
1. Setelah beraktivitas atau bekerja, saya SS S TS STS TP
berkunjung ke Coffee Omah untuk
menikmati produknya.
2. Produk yang ditawarkan di Coffee SS S TS STS TP
Omah berkualitas dan sesuai dengan
kebutuhan saya, sehingga menarik
minat saya untuk selalu berkunjung.
Sikap (X2)
3. Saya berkunjung ke Coffee Omah SS S TS STS TP
karena percaya terhadap produk yang
ditawarkan.
4. Saya membeli makanan/minuman di SS S TS STS TP
Coffee Omah karena suka dengan
produknya.
5. Saya akan tetap berkunjung ke Coffee SS S TS STS TP
Omah meskipun ada Coffee Shop
yang lebih menarik.
Pengetahuan (X3)
6. Saya mengetahui menu di Coffee SS S TS STS TP
Omah, baik dari kualitas, cita rasa
maupun cara penyajiannya.
112

7. Saya berkunjung ke Coffee Omah karena SS S TS STS TP


lokasi yang mudah dicapai.
8. Saya mengetahui Coffee Omah SS S TS STS TP
memiliki cita rasa produk yang baik,
sehingga saya memilih berkunjung ke
coffee shop tersebut.
Motivasi dan Keterlibatan (X4)
9. Saya berkunjung ke Coffee Omah SS S TS STS TP
karena kebutuhan/keinginan.
10. Suasana tempat yang nyaman menjadi SS S TS STS TP
pertimbangan saya dalam membeli
produk di Coffee Omah.
11. Saya membeli produk di Coffee SS S TS STS TP
Omah sebagai pemuas kebutuhan
meminum kopi.
12. Saya akan melakukan pembelian SS S TS STS TP
ulang di Coffee Omah meskipun
mengalami kenaikan harga.
FAKTOR EKSTERNAL
Budaya (X5)
13. Saya membeli produk di Coffee SS S TS STS TP
Omah karena adanya keyakinan
terhadap rasa yang khas pada
produknya.
14. Menu yang disajikan Coffee Omah SS S TS STS TP
meiliki citarasa yang baik.
15. Saya berkunjung ke Coffee Omah karena SS S TS STS TP
gaya hidup yang instan dan praktis.
16. Saya membeli produk di Coffee SS S TS STS TP
Omah karena mengikuti
perkembangan tren/budaya saat ini.
Kelas Sosial (X6)
17. Saya berkunjung ke Coffee Omah karena SS S TS STS TP
sesuai dengan pendapatan.
18. Saya berkunjung ke Coffee Omah karena SS S TS STS TP
gengsi dengan lingkungan sekitar.
Keputusan Pembelian (Y)
19. Saya berkunjung ke Coffee Omah karena SS S TS STS TP
sesuai dengan tujuan yang ingin dibeli.
20. Saya telah membandingkan terlebih SS S TS STS TP
dahulu Coffee Omah dengan pesaing
sebelum membeli.
21. Saya ingin berkunjung kembali ke Coffee SS S TS STS TP
Omah.
113

Lampiran 2. Hasil Uji Validitas


Item-Total Statistics

Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha


Item Deleted Item Deleted Total Correlation if Item Deleted

X1.1 71.22 151.204 .582 .921


X1.2 70.92 147.815 .763 .917
X2.1 70.87 154.266 .636 .920
X2.2 70.75 154.449 .553 .922
X2.3 71.17 151.994 .648 .920
X3.1 71.17 149.328 .669 .919
X3.2 70.97 152.897 .616 .921
X3.3 70.57 159.994 .485 .923
X4.1 70.90 152.605 .568 .922
X4.2 70.60 159.887 .475 .923
X4.3 71.07 152.635 .552 .922
X4.4 71.17 151.840 .635 .920
X5.1 71.20 149.651 .612 .921
X5.2 70.85 154.387 .637 .920
X5.3 71.25 152.449 .633 .920
X5.4 71.57 159.071 .396 .924
X6.1 71.15 152.387 .562 .922
X6.2 71.82 161.174 .356 .925
Y1.1 71.07 147.815 .639 .920
Y1.2 71.40 147.067 .647 .920
Y1.3 70.75 153.731 .605 .921
114

Lampiran 3. Grafik Normalitas Residual


115

Lampiran 4. Nilai Regresi Linier Berganda


Variables Entered/Removeda

Variables Variables
Model Entered Removed Method

1 X6, X2, X1, X5,


. Enter
X4, X3b

a. Dependent Variable: Y
b. All requested variables entered.

Model Summary

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate

1 .866a .750 .728 1.06056

a. Predictors: (Constant), X6, X2, X1, X5, X4, X3

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 229.707 6 38.285


Residual 76.485 68 34.037 .000b
1.125
Total 306.192 74

a. Dependent Variable: Y
b. Predictors: (Constant), X6, X2, X1, X5, X4, X3

Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) -1.270 .691 -1.838 .070


X1 -.023 .116 -.016 -.194 .847
X2 .079 .082 .079 .974 .334
X3 -.031 .119 -.029 -.263 .793
X4 .452 .087 .550 5.216 .000
X5 .255 .062 .326 4.107 .000
X6 .175 .108 .124 1.616 .111

a. Dependent Variable: Y
116

Lampiran 5. Daftar Menu dan Harga


117

Lampiran 6. Dokumentasi Kegiatan

Content Marketing Instagram Story Produk Kopi Susu Coffee Omah

Tampilan Depan Coffee Omah Kunjungan Konsumen Coffee Omah


118

Suasana Malam di Coffee Omah Suasana Malam di Coffee Omah

Dekorasi Industrial Cofffe Omah Dekorasi Klasik Coffee Omah

Dekorasi Coffee Omah Logo Coffee Omah


119

Bar Produksi Coffee Omah Teknik V60 Single Origin Coffee

Order by Coffee Omah Teknik Vietnam Driper

Bar Produksi Coffee Omah Bar Produksi Coffee Omah

Anda mungkin juga menyukai