SKRIPSI
Oleh
Dena Fathul Alam
NPM : 41185009150011
Dengan ini saya menyatakan bahwa penelitian yang berjudul “Analisis Faktor-
Faktor yang Memengaruhi Keputusan Pembelian Produk pada Coffee Omah
Kota Bekasi” adalah hasil karya penulis sendiri dengan arahan dosen pembimbing
dan belum pernah diajukan sebagai karya tulis ilmiah pada perguruan tinggi atau
lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya orang
lain yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam daftar pustaka.
iii
RIWAYAT HIDUP
v
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEPUTUSAN
PEMBELIAN PADA COFFEE OMAH KOTA BEKASI
ABSTRACT
The trend of increasing coffee consumption has been welcomed by the growth of the
creative economy of the coffee commodity. The development of more and more coffee
shops and different concepts to attract consumers. This has made coffee shop businesses
compete fiercely in order to survive, including Coffee Omah. Therefore, a research on
consumer behavior was carried out regarding consumer characteristics, the process of
making consumer purchasing decisions and analyzing the factors that influence consumer
purchasing decisions. The method used in this research is descriptive analysis and path
analysis using the SPSS 22 program. The results showed that the visitors were dominated
by males aged 21-25 years. Consumers visit because they gather with friends, relieve
fatigue and stress, coffee shop information is obtained from friends with consideration
before visiting, namely a comfortable place, the menu ordered is coffee milk and french
fries, consumers are satisfied and are willing to recommend the coffee shop to others.
Motivation and involvement have a direct influence on purchasing decisions with a value
of 0,596. Culture has a direct influence on purchasing decisions with a value of 0,379.
Indirect influence of motivation and involvement through culture on purchasing decisions
with a value of 0,119.
Keywords: Coffee Omah, consumer characteristics, purchasing decisions.
ABSTRAK
Trend peningkatan konsumsi kopi disambut baik dengan tumbuhnya ekonomi kreatif
dari komoditas kopi. Perkembangan kedai kopi yang semakin banyak dan memiliki konsep
yang berbeda-beda untuk menarik konsumen. Hal ini, membuat pelaku usaha kedai kopi
bersaing ketat agar mampu bertahan termasuk Coffee Omah. Oleh karena itu, dilakukan
penelitian perilaku konsumen mengenai karakteristik konsumen, proses pengambilan
keputusan pembelian konsumen, dan menganalisis faktor yang memengaruhi keputusan
pembelian konsumen. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah analisis deskriptif
dan analisis jalur menggunakan program SPSS 22. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pengunjung didominasi oleh laki-laki dengan usia 21-25 tahun. Konsumen berkunjung
karena berkumpul dengan teman, menghilangkan rasa penat dan stress, informasi kedai
kopi diperoleh dari teman dengan pertimbangan yaitu tempat nyaman, menu yang dipesan
adalah kopi susu dan kentang goreng, konsumen merasa puas dan bersedia
merekomendasikan kedai kopi kepada orang lain. Motivasi dan keterlibatan memiliki
pengaruh langsung terhadap keputusan pembelian dengan nilai 0,596. Budaya memiliki
pengaruh langsung terhadap keputusan pembelian dengan nilai 0,379. Pengaruh tidak
langsung motivasi dan keterlibatan melalui budaya terhadap keputusan pembelian dengan
nilai 0,119.
Kata kunci : Coffee Omah, karakteristik, keputusan pembelian.
vii
RINGKASAN
ix
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEPUTUSAN
PEMBELIAN PADA COFFEE OMAH KOTA BEKASI
SKRIPSI
Oleh
Dena Fathul Alam
NPM : 41185009150011
xi
LEMBAR PENGESAHAN
Pembimbing. Penguji.
Mengetahui,
xiii
KATA PENGANTAR
xv
10. Teman-teman PASUKAN yang telah memberikan support dan doa
kepada penulis untuk selalu bersemangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna, karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
untuk penulisan selanjutnya.
Penulis
xvi
DAFTAR ISI
xvii
3.5 Analisis Data ................................................................................... 33
3.6 Jadwal Penelitian ............................................................................. 39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 41
4.1 Gambaran Umum Coffee Omah...................................................... 41
4.2 Karakteristik Konsumen Coffee Omah ........................................... 46
4.3 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Konsumen Coffee
Omah .............................................................................................. 49
4.4 Uji Instrumen................................................................................... 60
4.5 Metode Suksesif Interval (MSI) ...................................................... 62
4.6 Uji Normalitas ................................................................................. 62
4.7 Analisis Deskriptif........................................................................... 63
4.8 Analisis Verifikatif Variabel ........................................................... 85
4.9 Analisis Jalur (Path Analysis) ......................................................... 89
4.10 Implikasi Manajerial ....................................................................... 92
BAB V SIMPULAN ............................................................................................. 95
5.1 Simpulan.......................................................................................... 95
5.2 Saran ................................................................................................ 95
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 97
xviii
DAFTAR TABEL
xix
Tabel 28. Hasil Analisis Item Pernyataan Terkait Berkunjung ke Coffee Omah
karena Lokasi yang Mudah Dicapai (X3.2) ........................................... 69
Tabel 29. Hasil Analisis Item Pernyataan Terkait Coffee Omah Menyajikan
Cita Rasa Produk Baik (X3.3) ............................................................... 69
Tabel 30. Hasil Analisis Rekap Dimensi Variabel Pengetahuan (X3).................. 70
Tabel 31. Hasil Analisis Item Pernyataan Terkait Berkunjung ke Coffee Omah
karena Kebutuhan atau Keinginan (X4.1) ............................................. 71
Tabel 32. Hasil Analisis Item Pernyataan Terkait Suasana Tempat yang
Nyaman Menjadi Pertimbangan dalam Membeli Produk di Coffee
Omah (X4.2) .......................................................................................... 72
Tabel 33. Hasil Analisis Item Pernyataan Terkait Membeli Produk di Coffee
Omah Sebagai Pemuas Kebutuhan Meminum Kopi (X4.3) .................. 72
Tabel 34. Hasil Analisis Item Pernyataan Terkait Pembelian Ulang di Coffee
Omah Meskipun Mengalami Kenaikan Harga (X4.4) ........................... 73
Tabel 35. Hasil Rekap Dimensi Variabel Motivasi dan Keterlibaan (X 4)............ 74
Tabel 36. Hasil Analisis Item Pernyataan Terkait Keyakinan terhadap Rasa
yang Khas pada Produk di Coffee Omah (X5.1) ................................... 75
Tabel 37. Hasil Analisis Item Pernyataan Terkait Menu yang Disajikan Coffee
Omah Memiliki Cita Rasa yang Baik (X5.2) ........................................ 75
Tabel 38. Hasil Analisis Item Pernyataan Terkait Berkunjung ke Coffee Omah
karena Gaya Hidup yang Instan dan Praktis (X5.3) .............................. 76
Tabel 39. Hasil Analisis Item Pernyataan Terkait Membeli Produk di Coffee
Omah karena Mengikuti Perkembangan Tren/Budaya Saat Ini (X5.4) . 77
Tabel 40. Hasil Rekap Dimensi Variabel Budaya (X5) ........................................ 78
Tabel 41. Hasil Analisis Item Pernyataan Terkait Berkunjung ke Coffee Omah
karena Sesuai dengan Pendapatan (X6.1) .............................................. 79
Tabel 42. Hasil Analisis Item Peryataan Terkait Berkunjung ke Coffee Omah
karena Gengsi dengan Lingkungan Sekitar (X6.2)................................ 79
Tabel 43. Hasil Rekap Dimensi Variabel Kelas Sosial (X6) ................................ 80
Tabel 44. Hasil Analisis Item Pernyataan Terkait Berkunjung ke Coffee Omah
karena Sesuai dengan Tujuan yang Dibeli (Y1) ................................... 81
Tabel 45. Hasil Analisis Item Pernyataan Terkait Membandingkan Coffee
Omah dengan Pesaing Sebelum Membeli (Y2).................................... 82
Tabel 46. Hasil Analisis Item Pernyataan Terkait Konsistensi Kunjungan ke
Coffee Omah (Y3) ................................................................................ 83
Tabel 47. Hasil Rekap Dimensi Variabel Keputusan Pembelian (Y) ................... 84
Tabel 48. Hasil Rekap Variabel Penelitian ........................................................... 85
Tabel 49. Hasil Analisis Koefisien Korelasi ........................................................ 86
xx
Tabel 50. Hasil Analisis Koefisien Regresi ..........................................................87
Tabel 51. Hasil Analisis Koefisien Jalur ...............................................................91
Tabel 52. Hasil Analisis Koefisien Jalur Setelah Trimming .................................91
xxi
xxii
DAFTAR GAMBAR
xxiii
DAFTAR LAMPIRAN
xxv
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Penjualan yang diperoleh Coffee Omah di tahun 2019 pada setiap bulannya
berkisar Rp18.500.000,00. Pejualan tertinggi didapatkan pada bulan Januari
sebesar Rp22.220.075,00, terjadi penurunan penjualan dari bulan Februari hingga
April, pada bulan April penjualan menurun cukup drastis hingga mendapakan
penjualan terendah sebesar Rp14.784.000,00. Intensitas penjualan pada Coffee
Omah mengalami fluktuasi yang cukup signifikan, kenaikan dan penurunan yang
terjadi disetiap bulannya menarik untuk diteliti, guna mengetahui alasan dan
pertimbangan konsumen untuk melakukan kunjungan dan pembelian atau bahkan
mengehentikan pembelian.
Coffee Omah memiliki seorang barista yang terlatih dalam meracik menu kopi
sehingga menciptakan cita rasa yang baik dan berkualitas, tidak hanya itu Coffee
Omah pun mempunyai menu non kopi yang tidak kalah kualitasnya. Berbagai
keunggulan yang ada pada Coffee Omah diharapkan mampu untuk memberikan
apa yang selama ini konsumen inginkan. Salah satu cara untuk mengetahui apa
yang diinginkan oleh konsumen yaitu dengan menganalisis faktor-faktor apa saja
yang menjadi pertimbangan konsumen dalam melakukan pembelian pada Coffee
Omah sehingga dapat menjaga serta meningkatkan kualitas produk dan pelayanan
dari analisis tersebut.
Sebagai salah satu usaha yang berada pada tingkat persaingan yang ketat
Coffee Omah harus mampu mengetahui apa yang sebenarnya konsumen inginkan
dalam sebuah produk sehingga pada akhirnya konsumen memutuskan untuk
melakukan pembelian pada produk tersebut. Suatu proses keputusan dalam
5
7
8
Klasifikasi tanaman kopi (Coffea sp.) menurut Rahardjo (2012) adalah sebagai
berikut :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Traechobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnioliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiaceae
Genus : Coffea
Spesies : Coffea sp.
Jejak perkembangan tanaman kopi di Indonesia terus berlanjut hingga
bertahun-tahun setelahnya. Pada tahun 1920 perusahaan-perusahaan kecil-
menengah mulai menanam kopi sebagai komoditas utama dan perkebunan kopi
eks-pemerintah kolonial Belanda yang sebagian besar di Pulau Jawa. Secara
perlahan dan teratur, Indonesia bertransformasi menjadi sentra kopi terbesar di
dunia. Salah satu kota yang berada di bagian utara Pulau Sumatera, tepatnya di
dataran tinggi Gayo yang berada di Aceh meneguhkan posisinya sebagai sentra
produksi kopi arabika dengan areal lahan paling luas se-Asia (Meidiko, 2018).
Secara umum di Indonesia terdapat dua jenis kopi yang paling banyak
dibudidayakan, yaitu kopi arabika dan kopi robusta. Kopi arabika merupakan kopi
pertama yang dibudidayakan di Indonesia. Varietas kopi arabika yang
dibudidayakan di Indonesia diantaranya, abesinia, pasumah, marago type, dan
congenis. Sedangkan kopi robusta mulai didatangkan ke Indonesia untuk
mengganti kopi arabika yang hancur diserang karat daun. Kopi robusta mempunyai
berbagai varietas, yaitu qouillo, uganda, dan chaneophora. Setiap varietas memiliki
ciri dan keunggulannya masing-masing (Meidiko, 2018).
bermula saat para penjelajah dan pedagang dunia membawa serta mengenalkan
kopi ke Inggris sekitar abad ke-18 Masehi (Ardian, 2019).
Coffee shop pertama di dunia diketahui muncul pada tahun 1475. Coffee Shop
tersebut bernama Kiva Han di Istanbul, Turki. Coffee shop tersebut menjadi kedai
kopi pertama yang buka dan melayani konsumen dengan kopi khas Turki. Pada
masa itu, kopi adalah unsur penting dalam kebudayaan Turki. Kopi tersebut
disajikan kuat, hitam, dan tanpa filter. Gagasan minum kopi semakin berkembang
setelah berdirinya Coffee Shop pertama di Eropa pada tahun 1529, racikan kopi
dicampur dengan krim dan gula mulai disajikan di kedai kopi tersebut dan terus
menyebar hingga ke Inggris (Ardian, 2019).
Jenis minuman kopi espresso mulai ditemukan pada tahun 1792 di Amerika.
Seiring dengan ditemukannya mesin piston espresso, perkembangan minuman
kopi semakin pesat, hingga kemudian lahir minuman kopi modern. Kedai kopi
modern semakin mengalami inovasi baik dari segi minuman kopi, maupun
dekorasi tempatnya. Hingga akhirnya Tim Horton pada tahun 1971 mulai
membuka kedai kopi yang juga menyediakan makanan sebagai salah satu inovasi
dari kedai kopi tersebut (Ardian, 2019).
Sementara itu, di Indonesia coffee shop pertama kali buka pada tahun 1878.
Coffee shop tertua di Indonesia itu bernama Tek Sun Ho yang didirikan oleh Liaw
Tek Soen. Pada tahun 1696, India mengirimkan benih kopi Arabica kepada
Pemerintahan Belanda di Batavia (Jakarta) untuk ditanam, tetapi kopi pertama
tersebut gagal tumbuh karena banjir di Batavia. Pada pengiriman yang kedua, benih
kopi tersebut tumbuh di Indonesia. Selanjutnya, pada tahun 1711, biji-biji kopi
mulai dikirim Pemerintah Belanda di Indonesia ke Eropa. Pengiriman kopi
meningkat 60 ton per tahun dalam waktu kurang dari 10 tahun. Oleh karena itu
Indonesia kemudian dikenal sebagai daerah penghasil kopi, selain Arab dan
Ethiopia (Ardian, 2019).
Saat ini gaya hidup minum kopi sedang menjadi tren di kalangan masyarakat,
hal ini tentunya membuat pertumbuhan coffee shop semakin bertambah. Menurut
Chairman Specialty Coffee Association of Indonesia (SCIA) hingga akhir 2019
pertumbuhan coffee shop mencapai 15%-20% dibandingkan 2018 yang hanya
mencapai 8%-10%, sedangkan kontribusi kedai kopi terhadap serapan kopi
11
ke berbagai daerah dengan konsep coffee to go shop. Brand coffee shop yang
masuk dalam gelombang ini adalah Kopi Kenangan, Janji Jiwa, Fore, dan
Tuku yang dianggap sebagai pelopor coffee to go shop. Konsumsi kopi
pemulai semakin banyak seiring dengan booming-nya penawaran produk kopi
ready to drink ala café yang berkualitas oleh gerai coffee to go dengan harga
yang lebih terjangkau.
Selain minuman kopi, beberapa coffee shop memiliki menu lain yang
ditawarkan, hasil riset Pradipta (2018) menunjukkan bahwa minuman non kopi
juga memiliki penjualan yang cukup tinggi, seperti green tea dan hot/ice chocolate.
Pada sebuah coffee shop didapatkan data minuman terfavorit selain kopi yaitu ice
chocolate dengan 42.000 gelas setiap bulannya, lalu grean tea terjual sebanyak
29.000 gelas. Selain kedua minuman tersebut, air mineral mampu terjual sebanyak
54.000 botol setiap bulannya. Data mengenai menu selain kopi yang juga banyak
dipesan pada coffee shop dapat dilihat pada Tabel 7.
13
Tabel 8. Jam Operasional Bisnis Kopi pada Bulan April- Juli Tahun 2018
Jam Operasional Jumlah Outlet (%)
06.00 5
07.00 25
08.00 40
09.00 60
10.00 78
11.00 80
12.00 82
13.00 83
14.00 87
15.00 86
16.00 90
17.00 93
18.00 95
19.00 87
20.00 85
21.00 80
22.00 68
23.00 45
Sumber : Pradipta (2018).
bisnis kopi. Pada beberapa coffee shop menu yang dijual terdiri dari minuman kopi,
minuman non-kopi, dan makanan. Varian harga masing-masing jenis kopi
berbeda-beda. Jenis minuman kopi vietnam drip, espresso, kopi susu serta es kopi
memiliki harga kisaran Rp15.000,00-Rp20.000,00 Untuk varian lain dipasang
harga lebih mahal seperti americano, vanilla latte, red velvet, latte serta
cappuccino memiliki harga berkisar Rp20.000,00-Rp25.000,00. Varian direntang
harga paling mahal seperti affogato, cafe latte, flat white, hazelnut latte, caramel
macchiato serta caramel latte dengan kisaran Rp25.000,00-Rp30.000,00.
guna dan daya pemuas serta daya tarik yang lebih besar. Jadi, produk adalah segala
sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk mendapat perhatian, dimiliki,
digunakan atau dikonsumsi yang meliputi barang secara fisik, jasa, kepribadian,
tempat, organisasi dan gagasan atau buah pikiran.
Faktor-faktor yang terkandung dalam suatu produk adalah mutu/kualitas,
penampilan (features), pilihan yang ada (options), gaya (styles), merek (brand
names), pengemasan (packaging), ukuran (sizes), jenis (product lines), macam
(product items), jaminan (warranties), dan pelayanan (services). Produk
merupakan unsur yang paling penting, karena dapat memengaruhi strategi
pemasaran lainnya. Pemilihan jenis produk yang akan dihasilkan dan dipasarkan
akan menentukan kegiatan promosi yang dibutuhkan, serta penentuan harga dan
cara penyalurannya.
perilaku konsumen sebagai suatu studi tentang unit pembelian bisa perorangan,
kelompok atau organisasi. Masing-masing unit tersebut akan membentuk pasar
sehingga muncul pasar individu atau konsumen, unit pembelian kelompok, dan
pasar bisnis yang dibentuk organisasi.
Selft
Actualization
Esteem Needs
Social Needs
Safety Needs
Physiological Needs
Evaluasi Perilaku
Pengenalan Pencarian Keputusan
Berbagai Pasca
Masalah Informasi Pembelian
Alternatif Pembelian
e) Sikap
Engel (1994) menyatakan bahwa sikap didefinisikan sebagai suatu evaluasi
menyeluruh yang memungkinkan orang berespon dengan cara menguntungkan
atau tidak menguntungkan secara konsisten dengan objek atau alternatif yang
diberikan. Menurut Sarwono (2009) sikap adalah istilah yang mencerminkan rasa
senang, tidak senang dan perasaan biasa-biasa saja atau netral dari seseorang
terhadap sesuatu. Mengetahui sikap konsumen dapat memberikan manfaat dalam
pengambilan keputusan pemasaran antara lain membantu mengidentifikasi pangsa
pasar, mengevaluasi program pemasaran sebelum dilaksanakan di dalam pasar dan
meramalkan perilaku di masa mendatang.
f) Pembelajaran
Engel (1994) memandang pembelajaran sebagai suatu proses dimana
pengalaman menyebabkan perubahan dalam pengetahuan, sikap dan atau perilaku.
Terdapat dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pembelajaran kognitif
(cognitive learning) dan pendekatan behaviourisme (behaviourist approach).
Dalam pembelajaran kognitif, pembelajaran dicerminkan melalui perubahan
pengetahuan dan fokusnya adalah pada pengertian akan proses mental yang
menentukan bagaimana orang mempelajari informasi. Pengalaman belajar
konsumen akan menentukan tindakan dan pengambilan keputusan membeli.
Setiadi (2010) menyatakan proses belajar menjelaskan perubahan dalam perilaku
seseorang yang timbul dari pengalaman.
g) Demografi
Menurut Kotler dan Armstrong (2001) demografi adalah ilmu tentang populasi
manusia dalam hal ukuran, kepadatan, lokasi umur, jenis kelamin, ras, mata
pencaharian, dan statistik lainnya. Sebagai contoh usia atau umur seseorang dapat
menjadi pengaruh dalam pengambilan keputusan pembelian. Anak-anak memiliki
karakter cepat dalam pengambilan keputusan, cenderung tidak terlalu banyak
pertimbangan. Remaja memiliki karakter sudah mulai mempertimbangkan
beberapa hal dalam pengambilan keputusan, cenderung lebih emosional. Dewasa
atau orang tua memiliki karakter cenderung rasional, banyak yang perlu
dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan.
24
h) Gaya Hidup
Menurut Mowen dan Minor (2002), gaya hidup menunjukkan bagaimana
seseorang menjalankan hidup, membelanjakan uang, dan memanfaatkan
waktunya. Gaya hidup merupakan sebuah stimuli dalam proses keputusan
pembelian pelanggan terutama kaitannya dengan segmentasi produk dalam strategi
pemasaran suatu perusahaan. Secara tidak langsung gaya hidup menggambarkan
pola seseorang dalam beraksi dan berinteraksi di dunia melalui aktivitas, minat,
dan lingkungannya (Kotler, 2012).
Pawon dipengaruhi oleh lima faktor utama yaitu (a) faktor pelayanan dan
kepribadian, (b) faktor harga, (c) faktor sumber daya konsumen dan pengaruh
lingkungan, (d) faktor internal konsumen dan produk, serta (e) faktor promosi
dan tempat.
6) Penelitian yang dilakukan oleh Andika (2019) dengan judul “Analisis Faktor-
Faktor yang Memengaruhi Keputusan Pembelian Konsumen di Restoran
Captain Kerang Dramaga”. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa
dua variabel yang menjadi faktor memengaruhi keputusan pembelian
konsumen Restoran Captain Kerang Dramaga diantaranya produk dan harga
dengan faktor yang paling berpengaruh signifikan yaitu harga. Kemudian
terdapat satu variabel lain, yaitu pelayanan yang tidak berpengaruh signifikan
terhadap keputusan pembelian konsumen.
7) Penelitian yang dilakukan oleh Ningsih (2021) dengan judul “Analisis Jalur
Pengaruh Produk dan Harga terhadap Loyalitas Konsumen Melalui Keputusan
Pembelian Kopi di Kota Kisaran” (Studi Kasus : Coffee Shop Kopi Lain Hati).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa produk dan harga berpengaruh positif
dan signifikan terhadap keputusan pembelian kopi di coffee shop Kopi Lain
Hati Kota Kisaran, produk dan harga berpengaruh positif dan signifikan
terhadap loyalitas konsumen kopi di coffee shop Kopi Lain Hati Kota Kisaran,
keputusan pembelian berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas
konsumen kopi di coffee shop Kopi Lain Hati Kota Kisaran, produk dan harga
berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas konsumen melalui
keputusan pembelian di coffee shop Kopi Lain Hati Kota Kisaran.
Coffee Omah hingga menjadi konsumen yang loyal. Konsumen yang melakukan
pembelian berulang merupakan salah satu tantangan yang dihadapi Coffee Omah
untuk mempertahankan pangsa pasarnya.
Penelitian ini dilakukan pada coffee shop Coffee Omah yang berlokasi di Kota
Bekasi dengan menganalisis proses pengambilan keputusan pembelian. Tahapan
yang dilakukan ialah mengidentifikasi karakteristik konsumen Coffee Omah,
mengidentifikasi proses pengambilan keputusan pembelian konsumen Coffee
Omah, dan mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi keputusan
pembelian konsumen Coffee Omah. Hasil penelitian diharapkan dapat memberi
rekomendasi strategi bagi Coffee Omah untuk mempertahankan pelanggan serta
mencari konsumen baru. Kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 4.
Implikasi Manajerial
31
32
setiap anggota populasi tidak mempunyai peluang atau kemungkinan yang sama
untuk terpilih sebagai sampel. Teknik sampel yang dilakukan yaitu dengan
menggunakan metode convenience sampling dimana setiap responden dipilih
berdasarkan atas kebersediaan dan kemudahan untuk mendapatkannya serta
memenuhi syarat yang telah ditentukan. Segmentasi data konsumen yang diambil
adalah konsumen yang berusia paling rendah 15 tahun karena diasumsikan pada
usia tersebut responden telah dapat melakukan pengambilan keputusan untuk
dirinya sendiri serta telah melakukan kunjungan pembelian minimal dua kali pada
satu bulan terakhir, sehingga dapat dipastikan bahwa konsumen telah mengenal
dan pernah mengonsumsi produk Coffee Omah. Pada penelitian ini untuk
menentukan ukuran sampel digunakan rumus Slovin (Marsono, 2019).
N 300
n= = = 75 orang
2
Nd + 1 (300)(0,1) 2 + 1
Keterangan :
n = Besar sampel.
N = Besar populasi.
d2 = Presisi yang ditetapkan/kesalahan.
Populasi dalam penelitian ini diambil dari jumlah rata-rata per bulan pengunjung
Coffee Omah sebanyak 300 orang dengan tingkat kesalahan senilai 10%.
Berdasarkan perhitungan tersebut, maka sampel penelitian berjumlah 75 orang.
Data diperoleh dari penyebaran google form yang berisi kuesioner penelitian,
selanjutnya untuk kebutuhan uji coba instrumen penelitian diambil sebanyak 40
orang. Setelah uji coba, sampel dikembalikan lagi ke dalam populasi agar
mendapat kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel penelitian.
lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer maupun pihak lain.
Data sekunder yang digunakan merupakan data dari buku-buku, jurnal, situs
internet, penelitian terdahulu, dan literatur lainnya yang relevan dengan penelitian
ini.
n xy − ( x)( y)
rxy =
{n x −( x) 2 }{n y 2 − (n y) 2 }
2
Keterangan :
n = Banyaknya responden.
x = Skor yang diperoleh subjek dari seluruh item.
y = Skor total yang diperoleh dari seluruh item.
Ʃx = Jumlah skor dalam distribusi x.
Ʃy = Jumlah skor dalam distribusi y.
Ʃx2 = Jumlah kuadrat dalam skor distribusi x.
Ʃy2 = Jumlah kuadrat dalam skor distribusi y.
35
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat
dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas menunjukkan konsistensi hasil pengukuran.
Suatu alat pengukur dikatakan konsisten apabila untuk mengukur sesuatu berulang
kali alat pengukur itu menunjukkan hasil yang sama dalam kondisi yang sama
(Sugiyono, 2017). Rumus yang digunakan dalam penghitungan reliabilitas yaitu
teknik Alpha Cronbach.
k σ
2
rii = 1 − 2
k − 1 σ1
Keterangan :
rii = Reliabilitas instrumen.
k = Banyaknya butir pertanyaan.
Ʃσ2 = Jumlah butir pertanyaan.
σ = Varian total.
signifikan Kolmogorov Smirnov < 0,05 maka data tidak normal, sebaliknya jika
signifikan Kolmogorov Smirnov > 0,05 maka data normal.
b) Analisis Verifikatif
Menurut Sugiyono (2018) analisis verifikatif adalah suatu penelitian yang
ditujukan untuk menguji teori dan penelitian akan coba menghasilkan informasi
ilmiah baru yaitu status hipotesis yang berupa kesimpulan apakah suatu hipotesis
diterima atau ditolak. Pada penelitian ini untuk mengetahui dan memperkuat hasil
analisis deskriptif yang telah dipaparkan sebelumnya, dilakukan dengan analisis
koefisien korelasi dan analisis koefisien regresi. Analisis koefisien korelasi adalah
hubungan timbal balik atau hubungan dua arah antar variabel independen
(Heryanto, 2018). Pada penelitian ini terdapat 6 variabel independen yaitu gaya
hidup (X1), sikap (X2), pengetahuan (X3), motivasi dan keterlibatan (X4), budaya
(X5), dan kelas sosial (X6).
Analisis koefisien regresi merupakan salah satu metode di dalam statistik
untuk menggambarkan keterkaitan antara variabel yang satu dengan variabel
lainnya, dimana salah satu variabel merupakan penyebab dan variabel lain
merupakan akibat (Heryanto, 2018). Pada penelitian ini terdapat enam variabel
independen dan satu variabel dependen yang saling berkaitan. Variabel independen
meliputi gaya hidup, sikap, pengetahuan, motivasi dan keterlibatan, budaya, kelas
sosial dan keputusan pembelian sebagai variabel dependen.
Pada kasus ini diasumsikan bahwa terdapat hubungan antara X1 dengan X2; X1
dengan X3; X1 dengan X4; X1 dengan X5; X1 dengan X6; X2 dengan X3; X2 dengan
X4; X2 dengan X5; X2 dengan X6; X3 dengan X4; X3 dengan X5; X3 dengan X6; X4
dengan X5; X4 dengan X6; dan X5 dengan X6.
dua puluh satu dimensi atau indikator yang dapat menjelaskan tujuh variabel
tersebut. Berikut variabel, dimensi, dan indikator dapat dilihat pada Tabel 9.
41
42
Omah tentunya mulai dari minuman kopi (v-60, japanese ice coffee, vietnam drip,
affogato, americano, cappuccino, latte, mocha, caramel macchiato, caramel latte,
salted caramel, smoke coffee, mojito coffee, red velvet, macchiato, hazelnut latte,
kahlua coffee, kopi susu co/coco, kopi susu honey, kopi susu brown sugar, kopi
susu pandan, kopi susu green tea, kopi susu nutella dan kopi susu pisang) dan non
kopi (lychee yakult, red velvet, taro, nutella, green tea, mojito lychee, chocolate,
lemon tea, lychee tea ice, earl grey tea hot dan mineral water). Selain varian
minuman Coffee Omah menyediakan side dish yang meliputi french fries, sosis
mayo, tahu bakso, indomie telor sosis, indomie telor keju, singkong goreng, roti
bakar coklat keju, roti goreng mozzarella dan rujak cireng. Daftar menu produk
Coffee Omah yang lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran 5.
melalui media sosial dilakukan melalui sistem instagram ads yang merupakan
iklan berbayar di laman instagram dengan sasaran wilayah Bekasi Timur. Strategi
promosi lain yang digunakan yaitu dengan menyediakan live musik setiap akhir
pekan guna menarik konsumen.
Coffee Omah dalam usahanya juga mengadakan pelatihan basic coffee untuk
masyarakat umum yang dilakukan pada tanggal 23 Desember 2018, 27 Januari
2019, dan 24 Maret 2019, hal ini merupakan strategi promosi yang dilakukan oleh
Coffee Omah dalam membangun brand image terhadap konsumen. Promosi lain
yang dilakukan yaitu dengan mengadakan foto kontes yang dilakukan pada tanggal
11 Januari 2019, kontes tersebut berupa foto bersama produk Coffee Omah, yang
terpilih sebagai pemenang akan diberikan hadiah berupa produk minuman kopi
dengan ketentuan juara satu gratis produk minuman kopi sebanyak empat gelas,
juara dua gratis produk minuman kopi sebanyak tiga gelas dan juara tiga gratis
produk minuman kopi sebanyak dua gelas. Pada foto kontes respon konsumen
sangat baik, konsumen berlomba-lomba mengikuti kontes tersebut. Promosi
tersebut adalah strategi yang efektif dalam memperkenalkan dan menarik
konsumen untuk berkunjung ke Coffee Omah.
Coffee Omah dalam promosinya hanya mengandalkan pada satu media sosial
yaitu instagram yang masih terlihat aktivitasnya hingga sekarang, dalam feed
instagram menyediakan postingan berupa menu makanan, minuman, aktivitas
produksi, foto pengunjung, dan informasi lain terkait Coffee Omah. Konsistensi
postingan instastory Coffee Omah masih terus dilakukan dalam menarik konsumen
untuk berkunjung. Konsisten dalam postingan instastory merupakan komunikasi
antara Coffee Omah dengan konsumen.
Owner
Manajemen
Karyawan I Karyawan II
- Barista 1. Kitchen
- Kasir 2. Kasir
- Service 3. Service
usia di bawahnya maupun di atasnya. Hal ini disebabkan pada usia tersebut
merupakan generasi muda yang mobilitasnya tinggi dan cenderung selalu memilih
cara yang lebih praktis dalam memenuhi kebutuhannya. Selain itu pada usia
tersebut masih sering melakukan aktivitas kumpul bersama diluar, salah satunya
berkumpul di coffee shop. Hal ini sejalan dengan pendapat Herlyana (2012)
mengatakan bahwa sebagian anak muda menyukai gaya hidup yang cenderung
berorientasi pada nilai kebendaan dan prestise.
Karakteristik berdasarkan status pernikahan responden Coffee Omah sebagian
besar memiliki status belum menikah sebesar 92%, sedangkan yang berstatus
sudah menikah hanya sebesar 8%. Dominasi tersebut berkaitan dengan
karakteristik usia responden yang sebagian besar berusia 21 hingga 25 tahun. Pada
usia tersebut mayoritas masih memiliki kebebasan untuk melakukan kumpul
bersama di luar. Hal ini sejalan dengan pendapat Charina (2016) mengatakan
bahwa konsumen yang belum menikah memiliki peluang lebih besar untuk
melakukan pembelian di kedai kopi dibandingkan konsumen yang telah menikah
karena konsumen yang telah menikah memilih menghabiskan waktu di rumah
dibandingkan untuk ke kedai kopi.
Karakteristik berdasarkan domisili atau tempat tinggal responden Coffee
Omah sebagian besar berdomisili di daerah Bekasi dengan persentase sebesar 80%,
sedangkan sisanya berdomisili di daerah Jakarta dengan persentase 20%. Hal
tersebut dikarenakan lokasi Coffee Omah berada di wilayah Kota Bekasi sehingga
mayoritas konsumen yang berkunjung berdomisili di lingkungan sekitarnya.
Karakteristik berdasarkan pendidikan terakhir menunjukkan responden Coffee
Omah sebagian besar memiliki pendidikan terakhir SMA/sederajat sebesar 51%.
Sedangkan responden yang memiliki pendidikan terakhir Akademi sebesar 19%
dan sisanya memiliki pendidikan terakhir Sarjana sebesar 31%. Hal tersebut
menunjukkan responden Coffee Omah memiliki pendidikan yang baik. Pendidikan
terakhir sangat berkaitan dengan usia dan pekerjaan responden sehingga tepat
dikatakan bahwa mayoritas responden memiliki pendidikan terakhir
SMA/sederajat.
Karakteristik berdasarkan pekerjaan responden Coffee Omah didominasi oleh
pelajar/mahasiswa dengan persentase sebesar 53%. Selain itu yang memiliki
49
pekerjaan sebagai pegawai swasta sebesar 43% dan sisanya memiliki pekerjaan
berwirausaha sebesar 4%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa status pekerjaan
responden didominasi oleh pelajar/mahasiswa karena Coffee Omah berlokasi di
sekitar lingkungan sekolah dan kampus. Hal tersebut sejalan dengan pendapat
Rasmikayati (2020) mengatakan bahwa konsumen yang memiliki status pekerjaan
sebagai mahasiswa/pelajar cenderung memiliki aktivitas di luar rumah dan sedikit
waktu luang di dalam rumah, sehingga mencari tempat nyaman yang tidak
didapatkan di rumah.
Karakteristik berdasarkan pendapatan/uang saku per bulan responden
memiliki rentang penghasilan <Rp2.000.000,00 sebesar 44%. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa responden Coffee Omah didominasi oleh konsumen yang
memiliki pendapatan/uang saku <Rp2.000.000,00 sesuai dengan karakteristik
pekerjaan responden yaitu sebagai pelajar/mahasiswa.
Omah yaitu menghilangkan rasa penat dan stress dengan jumlah responden sebesar
59% (Tabel 12). Hal tersebut sejalan dengan pendapat Febriana (2021) mengatakan
bahwa break sejenak dengan berbincang ringan maupun bersantai dengan kawan
ataupun rekan kerja menjadi alternatif untuk menghilangkan penat dan kedai kopi
saat ini bukan hanya sekedar melepas penat namun juga sebagai tempat pertemuan.
Beberapa orang datang ke coffee shop karena kebutuhannya akan sesuatu, seperti
untuk membahas masalah pekerjaan bersama rekan kerja atau melakukan transaksi
bisnis bersama klien, bertemu atau berkumpul bersama teman dan kolega atau
tempat berkumpulnya para komunitas-komunitas tertentu (Fatimah, 2013).
sangat efektif. Word of mouth adalah kegiatan pemasaran melalui perantara orang
ke orang baik secara lisan, tulisan, maupun lewat alat komunikasi yang terhubung
internet yang didasari oleh pengalaman atas produk atau jasa (Kotler dan Heller,
2010). Jika dilihat dari definisi diatas, word of mouth dapat diartikan secara umun
merupakan suatu kegiatan memberikan informasi penilaian atau pandangan
terhadap produk suatu barang dan jasa kepada orang-orang terdekat apakah produk
atau jasa tersebut layak dikonsumsi atau tidak bagi para konsumen lainnya.
Adanya perkembangan teknologi komunikasi, WOM mempunyai bentuk baru
yaitu electronic word of mouth (e-WOM). Electonic of word of mouth merupakan
pernyataan yang dibuat konsumen aktual, potensial atau konsumen sebelumnya
mengenai produk atau perusahaan dimana informasi ini tersedia bagi orang-orang
atau institusi melalui media internet (Tommi dan Eristia, 2014). E-WOM
memberikan pengaruh terhadap keputusan pembelian karena konsumen
menyatakan setuju untuk melakukan pembelian setelah mendapatkan informasi di
sosial media (Adeliasari, 2014). Jejaring sosial yang sering digunakan oleh
responden dalam melakukan dan menggunakan e-WOM adalah instagram dengan
aktivitas mengunggah foto makanan dan minuman.
Akbar dan Sunarti (2018) menyatakan komunikasi yang dilakukan melalui
media sosial instagram dengan cara penyebarannya yaitu orang lain melihat
postingan tentang Sushi Tei pada akun instagram orang lain, melihat komentar
positif tentang Sushi Tei pada laman komentar yang tersedia di instagram, dan
melihat foto menu produk Sushi Tei di instagram melalui akun instagram orang
lain. Putra (2015) mengatakan melalui media sosial Cafe Roti Gempol dan Kopi
Anjis melakukan pemasaran melalui media twitter dengan menyasar kalangan
generasi muda sebagai target pasarnya. Pada media twitter ini, pemasaran semakin
berkembang menjadi komunikasi word of mouth. Konsumen yang telah
mengunjungi Cafe Roti Gempol dan Kopi Anjis akan memberi tahu teman dan
keluarganya bahkan datang kembali membawa kerabatnya tersebut telah memberi
tahu informasi mengenai Cafe Roti Gempol dan Kopi Anjis. Mengusung slogan
“Belum ke Kopi Anjis Belum Gaul” Cafe Roti Gempol dan Kopi Anjis
mengandalkan word of mouth mengandalkan sebagai media promosi mereka.
52
yang signifikan terhadap keputusan pembelian. Inisiasi atau ide untuk berkunjung
ke Coffee Omah dipengaruhi oleh teman dengan jumlah responden sebesar 72%
(Tabel 14). Ide untuk berkunjung ke Coffee Omah menjadi hal penting dalam
berkunjung yang didasari oleh ajakaan teman untuk berkumpul di coffee shop.
Teman sangat besar pengaruhnya dalam membantu perkembangan perilaku
seseorang, karena dalam teman ada ide yang sangat kompleks yang mendominasi
diantara mereka, seperti ada yang mengendalikan minat seketika, sehingga anggota
lainnya mengikuti untuk berperilaku seperti minat tersebut (Yusi, 2017).
menciptakan sudut pandang atau pemikiran yang tidak jauh berbeda. Termasuk
juga adanya rasa solidaritas satu sama lain, yang mana hal ini membuat individu
satu dengan lainnya merasa terhubung satu sama lain, sehingga ketika adanya saran
ataupun informasi tertentu akan menjadi pertimbangan ketika melakukan
keputusan. Kunjungan pada Coffee Omah berdasarkan hari didominasi oleh pilihan
akhir pekan dengan jumlah responden sebesar 57% (Tabel 15).
Konsumen memilih berkunjung diakhir pekan karena waktu yang mereka
miliki lebih banyak dibanding jika mereka melakukan kunjungan di hari kerja
(Rasmikayati, 2020). Waktu kunjungan ke Coffee Omah sebagian besar pada pukul
19.00-21.00 WIB dengan jumlah responden sebesar 45% (Tabel 15). Berdasarkan
hasil pengamatan, hal ini disebabkan oleh karakteristik konsumen yang didominasi
pada usia remaja yaitu usia 21 hingga 25 tahun yang berstatus mahasiswa/pelajar
yang lebih sering keluar rumah di malam hari. Hal tersebut sejalan dengan
pendapat Fauzi (2017) mengatakan bahwa sebagian besar masyarakat melakukan
aktivitas pada siang hari untuk bekerja atau mengenyam pendidikan dan memilih
untuk beristirahat di malam hari. Beberapa orang mempunyai kebiasaan
beristirahat dengan cara menghabiskan waktu di luar rumah seperti berkumpul,
bersosialisasi dan menikmati hiburan di kedai kopi.
Kunjungan dalam jangka waktu satu bulan didominasi oleh pilihan dua kali
dengan jumlah responden sebesar 55% (Tabel 15). Hal ini dikarenakan responden
Coffee Omah didominasi oleh Mahasiswa/Pelajar yang memiliki pendapatan
<Rp2.000.000,00. Jumlah uang yang dikeluarkan responden dalam sekali
kunjungan adalah Rp30.000,00-Rp50.000,00 dengan jumlah responden sebesar
40% (Tabel 15). Hal ini dikarenakan harga menu di Coffee Omah untuk menu kopi
dan non kopi berkisar dari Rp18.000,00-Rp30.000,00 dan untuk menu side dish
dengan harga Rp20.000,00 dengan mengeluarkan uang sebesar Rp30.000,00-
Rp50.000,00 konsumen bisa mendapatkan satu minuman dan satu side dish.
Waktu yang dihabiskan responden dalam berkunjung ke Coffee Omah
didominasi oleh pilihan tidak tentu dengan jumlah responden sebesar 68% (Tabel
15). Kebanyakan responden yang berkunjung ke Coffee Omah tidak merencanakan
berapa lama waktu yang akan dihabiskan di coffee shop tersebut, lama kunjungan
disesuaikan dengan tujuan dan kepentingan yang berbeda-beda, seperti hangout
55
dengan teman, melakukan pertemuan bisnis atau bahkan menjadikan tempat kopi
sebagai coworking space. Sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan
Kabalmay (2017) durasi kunjungan yang dihabiskan oleh pengunjung cafe berkisar
1-4 jam, bahkan pada malam minggu pengunjung dapat menghabiskan waktu lebih
dari 5 jam atau sampai larut malam. Seluruh waktunya dihabiskan untuk menikmati
fasilitas wifi, bermain media sosial, mengerjakan tugas, bermain game dan ada juga
yang memanfaatkan sarana cafe untuk menyelesaikan pekerjaan kantor.
Produk minuman yang sering dibeli oleh responden didominasi oleh kopi susu
dengan jumlah responden sebesar 49%, manual brew/coffee sebanyak 18%, dan
minuman non coffee 10%. Air mineral hanya dipilih oleh konsumen sebanyak 1%
dan sisanya sebanyak 9% memilih milkshake sebagai menu pilihannya (Tabel 15).
Kopi susu lebih disukai karena konsumen lebih menyukai rasa manis dibandingkan
pahit, dengan adanya variasi menu kopi susu, rasa pahit bisa tertutupi dan bisa
diterima oleh lidah konsumen. Dominasi susu kopi dibandingkan dengan manual
brew/coffee juga dipengaruhi oleh pengetahuan konsumen tentang kopi sejalan
dengan pendapat Romulus (2021) yang menyatakan bahwa trend kopi susu telah
meningkatkan jumlah penikmat kopi, namun terdapat perbedaaan antara penikmat
kopi susu dan manual brew. Perbedaannya adalah, penikmat kopi susu tidak akan
lagi fokus terhadap jenis kopi yang digunakan dalam produk tersebut, melainkan
fokus pada rasa dan variasi terbaru yang dihasilkan.
Coffee Omah tidak hanya menjual produk minuman saja, terdapat beberapa
menu pelengkap (makanan ringan) yang ditawarkan kepada konsumen sebagai
makanan pendamping minum kopi. French fries mendominasi pilihan dari
responden sebagai menu paling banyak dipesan sebesar 53%, roti bakar dipilih
konsumen sebanyak 28%, dan sisanya memilih sosis mayo sebanyak 3%, dimsum
6% dan yang memilih mie instan sebanyak 5% (Tabel 15). French fries lebih
disukai karena pertimbangan harga yang murah dengan porsi yang banyak dan
dapat dengan mudah dinikmati dan dibagi dengan teman-teman satu meja
(Afriyanti, 2017).
Metode pembayaran yang sering digunakan responden dalam melakukan
transaksi adalah uang tunai dengan jumlah responden sebesar 83%, konsumen
yang memilih menggunakan pembayaran debit sebanyak 15%, dan sisanya sebesar
56
Pada proses perilaku pasca pembelian berdasarkan saran dari responden terkait
fasilitas yang perlu diperhatikan oleh pengelola Coffee Omah adalah dekorasi
dengan jumlah responden sebesar 33% (Tabel 16). Pendapat responden, tata letak
hiasan dan aksesoris yang tepat menciptakan keindahan yang membuat mereka
tertarik untuk datang kembali ke coffee shop. Najib (2015) berpendapat mengenai
“Pengaruh Atmosfer Kedai Kopi terhadap Emosi dan Keputusan Pembelian
Ulang” yang menganalisis pengaruh stimulus atmosfer seperti eksterior, layout
desain interior, suara, aroma, temperatur, dan manusia berpengaruh signifikan
terhadap keputusan pembelian ulang yang ditunjukkan oleh skema warna, furnitur
dan pencahayaan dimana ketiga faktor tersebut merupakan faktor terbesar yang
berkontribusi dalam mempresentasikan interior.
Coffee Omah mengusung konsep home industrial dengan suasana asri dan
klasik, hanya saja pada saat penyebaran keusioner Coffee Omah tengah melakukan
59
renovasi, sehingga tata letak hiasan terlihat tidak rapi dan sebagian responden
memutuskan bahwa dekorasi mendapatkan perhatian paling besar untuk
dipertimbangkan oleh Coffee Omah. Selanjutnya area parkir mendapatkan
perhatian sebesar 21% (Tabel 16), lokasi Coffee Omah yang berada di area
perumahan dan di dalam gang cukup menyulitkan bagi pengendara mobil yang
hendak berkunjung, begitupun lahan parkir untuk motor yang terbatas dengan
memanfaatkan pekarangan rumah, sehingga area parkir cukup menjadi perhatian
bagi responden yang datang untuk berkunjung ke Coffee Omah. Selain itu,
pelayanan dan wifi mendapat perhatian sebesar 19%, dan sisanya responden
memilih kebersihan sebanyak 8% (Tabel 16). Fauzi (2017) menyatakan
keberadaan wifi menjadi salah satu pertimbangan konsumen untuk melakukan
kunjungan dan pembelian, hal ini dikarenakan selain untuk menikmati kopi,
kunjugan konsumen ke kedai adalah untuk mengerjakan tugas, bermain game atau
hanya sekedar untuk browsing baca berita. Tingkat kepuasan responden setelah
melakukan kunjungan didominasi oleh pilihan puas dengan jumlah responden
sebesar 83% dan 15% responden menyatakan sangat puas (Tabel 16).
Hampir semua responden merasa puas atas kunjungan yang telah mereka
lakukan ke Coffee Omah, meskipun terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan
dan ditingkatkan terkait fasilitas yang ditawarkan, akan tetapi sebagian besar
responden merasa senang dan nyaman ketika menghabiskan waktu dan menikmati
kopi dengan suasana Coffee Omah yang didesain homey dan cozy. Kepuasan
konsumen adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah
membandingkan harapan terhadap kenyataan yang dperoleh. Kepuasan atau rasa
senang yang tinggi menciptakan ikatan emosional dengan merek atau produk yang
bersangkutan. Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat diketahui bahwa
kepuasan konsumen berhubungan erat dengan dua hal yaitu harapan dan hasil yang
diterima (Dewi, 2019).
Kunjungan kembali pada Coffee Omah oleh responden didominasi pada
pilihan ya dengan jumlah responden sebesar 100% (Tabel 16). Pengalaman positif
dapat memberikan kepuasan bagi konsumen dan menciptakan niat beli ulang.
Minat beli ulang merupakan minat pembelian yang didasarkan atas pengalaman
pembelian yang telah dilakukan di masa lalu. Hal ini dapat dikatakan bahwa hasil
60
Tabel 19. Hasil Uji Normalitas One Sample Kolmogorov Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 75
a,b Mean ,0000000
Normal Parameters
Std. Deviation 1,01665170
Absolute ,125
Most Extreme Differences Positive ,125
Negative -,046
Test Statistic ,125
Asymp. Sig. (2-tailed) ,006c
Exact Sig. (2-tailed) ,177
Point Probability ,000
Sumber : Data Primer (2020).
63
Tabel 20. Hasil Analisis Item Pernyataan Terkait Berkunjung ke Coffee Omah
Dilakukan Setelah Beraktivitas atau Bekerja (X1.1)
Pendapat Responden Bobot Frekuensi Skor Persentase
Sangat Setuju 5 4 20 8%
Setuju 4 41 164 69%
Tidak Setuju 3 11 33 14%
Sangat Tidak Setuju 2 1 2 1%
Tidak Ada Pendapat 1 18 18 8%
Jumlah 75 237 100%
Rata-rata 3,16
Sumber : Data Primer (2020).
Berdasarkan hasil analisis item pernyataan variabel X1.1 pada Tabel 20, dapat
dideskripsikan bahwa pendapat responden terkait berkunjung ke Coffee Omah
dilakukan setelah beraktivitas atau bekerja memiliki persentase diantaranya, 8%
menyatakan sangat setuju; 69% menyatakan setuju; 14% menyatakan tidak setuju;
1% menyatakan sangat tidak setuju; dan 8% menyatakan tidak ada pendapat. Skor
rata-rata yang diperoleh sebesar 3,16.
Kesibukan dan mobilitas yang tinggi, tuntutan pekerjaan serta perubahan
budaya yang terjadi membuat seseorang yang tinggal di perkotaan mengalami
kepenatan dalam menjalani rutinitas sehari-hari. Sehingga masyarakat perkotaan
mulai mencari leisure time (waktu luang) yang dapat melepaskan kepenatannya
pada hal tertentu seperti hangout dengan teman atau bersantai dengan secangkir
kopi di coffee shop (Kholik, 2018). Leisure time tidak hanya diterjemahkan sebagai
waktu luang saja melainkan seperangkat keputusan, aktivitas, dan kondisi yang
memungkinkan seseorang untuk bertindak atas motivasi-motivasi tertentu untuk
memanfaatkan waktu. Sebagian besar responden Coffee Omah mengatakan setuju
dengan kunjungan yang dilakukan setelah pulang bekerja sejalan dengan pendapat
Kholik (2018) bahwa responden memilih datang ke coffee shop di sore hari atau
malam hari ketika memiliki waktu luang setelah pulang bekerja.
64
Tabel 21. Hasil Analisis Item Pernyataan Terkait Produk yang Berkualitas dan
Sesuai dengan Kebutuhan (X1.2)
Pendapat Responden Bobot Frekuensi Skor Persentase
Sangat Setuju 5 8 40 14%
Setuju 4 55 220 79%
Tidak Setuju 3 2 6 2%
Sangat Tidak Setuju 2 1 2 1%
Tidak Ada Pendapat 1 9 9 3%
Jumlah 75 277 100%
Rata-rata 3,69
Sumber : Data Primer (2020).
Berdasarkan hasil analisis item pernyataan variabel X 1.2 pada Tabel 21, dapat
dideskripsikan bahwa pendapat responden terkait produk yang berkualitas dan
sesuai dengan kebutuhan, sehingga menarik minat konsumen untuk berkunjung
memiliki persentase diantaranya, 14% menyatakan sangat setuju; 79% menyatakan
setuju; 2% menyatakan tidak setuju; 1% menyatakan sangat tidak setuju; dan 3%
menyatakan tidak ada pendapat. Skor rata-rata yang diperoleh sebesar 3,69.
Kualitas produk yang mampu memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen
menjadi pemicu bagi konsumen untuk membuat suatu keputusan pembelian.
Pandangan konsumen, nilai suatu produk merupakan kualitas produk yang
dinikmati konsumen dengan pengorbanan sejumlah uang atau sumber daya yang
lain. Kualitas produk memiliki peran penting karena kualitas produk adalah hal
pertama yang dinilai konsumen ketika melakukan sebuah keputusan pembelian,
semakin baik sebuah produk membuat konsumen menjadi percaya dan tidak ragu
ketika memutuskan untuk melakukan pembelian pada produk tersebut (Sangian,
2020). Berikut hasil rekap dimensi dari rekapitulasi item pernyataan variabel gaya
hidup yang terdiri dari dua item pernyataan.
Tabel 22. Hasil Analisis Rekap Dimensi Variabel Gaya Hidup (X1)
Skor Skor Skor
No Dimensi Skor Kategori
Max Min Rata2
1 Aktivitas 237 375 75 3,16 Cukup Baik
2 Minat 277 375 75 3,69 Baik
Total 514 750 150 6,85
Rata-rata 3,43 Baik
Sumber : Data Primer (2020).
65
Berdasarkan hasil rekap pada Tabel 22, bahwa dimensi variabel gaya hidup
memiliki nilai rata-rata 3,43 sehingga termasuk dalam kategori baik. Dimensi
aktivitas berada dalam kategori cukup baik dan memiliki nilai terendah yaitu 3,16.
Hal ini dapat diartikan bahwa dimensi aktivitas memberikan kontribusi yang kecil
terhadap variabel gaya hidup, sehingga harus lebih ditingkatkan agar memiliki nilai
yang lebih tinggi dan dapat meningkatkan nilai variabel gaya hidup. Sementara
dimensi minat berada dalam kategori baik dan memiliki nilai tertinggi yaitu 3,69.
Hal ini dapat diartikan bahwa dimensi minat memberikan kontribusi yang paling
besar terhadap variabel gaya hidup, sehingga dimensi ini perlu dipertahankan dan
sebaiknya lebih ditingkatkan agar nilai variabel gaya hidup lebih meningkat.
Tabel 23. Hasil Analisis Item Pernyataan Terkait Kepercayaan terhadap Produk
di Coffee Omah (X2.1)
Pendapat Responden Bobot Frekuensi Skor Persentase
Sangat Setuju 5 5 25 9%
Setuju 4 60 240 85%
Tidak Setuju 3 2 6 2%
Sangat Tidak Setuju 2 2 4 1%
Tidak Ada Pendapat 1 6 6 2%
Jumlah 75 281 100%
Rata-rata 3,75
Sumber : Data Primer (2020).
Berdasarkan hasil analisis item variael X 2.1 pada Tabel 23, dapat
dideskripsikan bahwa pendapat responden terkait kepercayaan terhadap produk di
Coffee Omah memiliki persentase diantaranya, 9% menyatakan sangat setuju; 85%
menyatakan setuju; 2% menyatakan tidak setuju; 1% menyatakan sagat tidak
setuju; dan 2% menyatakan tidak ada pendapat. Skor rata-rata yang diperoleh
sebesar 3,75. Rauf (2019) berpendapat bahwa kepercayaan konsumen terhadap
merek hanya dapat diperoleh jika pemasar dapat menciptakan dan
mempertahankan hubungan emosional positif secara konsisten. Kepercayaan yang
terus dipelihara akan menghasilkan kepuasan dan keputusan pembelian sehingga
terciptanya loyalitas merek pada sebuah produk. Untuk menciptakan keputusan
66
Tabel 24. Hasil Analisis Item Pernyataan Terkait Berkunjung ke Coffee Omah
karena Suka Produknya (X2.2)
Pendapat Responden Bobot Frekuensi Skor Persentase
Sangat Setuju 5 15 75 25%
Setuju 4 54 216 72%
Tidak Setuju 3 2 6 2%
Sangat Tidak Setuju 2 1 2 1%
Tidak Ada Pendapat 1 3 3 1%
Jumlah 75 302 100%
Rata-rata 4,03
Sumber : Data Primer (2020).
Berdasarkan hasil analisis item pernyataan variabel X 2.2 pada Tabel 24, dapat
dideskripsikan bahwa pendapat responden terkait berkunjung ke Coffee Omah
dikarenakan suka dengan produknya memiliki persentase diantaranya, 25%
menyatakan sangat setuju; 72% meyatakan setuju; 2% menyatakan tidak setuju;
1% menyatakan sangat tidak setuju; dan 1% menyatakan tidak ada pendapat. Skor
rata-rata yang diperoleh sebesar 4,03. Kesukaan konsumen terhadap suatu produk
di coffee shop meliputi penilaian terhadap rasa, keunikan, dan cara penyajian dapat
mempengaruhi keputusan pembelian. Hal ini menjelaskan preferensi konsumen
Coffee Omah yang menyukai produk kopi kekinian baik dari segi rasa, keunikan,
dan cara penyajian. Preferensi konsumen menunjukkan kesukaan konsumen dari
berbagai produk yang ada (Kotler, 2016).
Tabel 25. Hasil Analisis Item Pernyataan Tetap akan Bekunjung ke Coffee Omah
Meskipun Ada Coffee Shop Lain yang Lebih Menarik (X2.3)
Pendapat Responden Bobot Frekuensi Skor Persentase
Sangat Setuju 5 2 10 4%
Setuju 4 50 200 79%
Tidak Setuju 3 10 30 12%
Sangat Tidak Setuju 2 1 2 1%
Tidak Ada Pendapat 1 12 12 5%
Jumlah 75 254 100%
Rata-rata 3,39
Sumber : Data Primer (2020).
67
Berdasarkan hasil analisis item pernyataan variabel X2.3 pada Tabel 25, dapat
dideskripsikan bahwa pendapat responden terkait tetap akan berkunjung ke Coffee
Omah meskipun ada coffee shop lain yang lebih menarik memiliki persentase 4%
menyatakan sangat setuju; 79% menyatakan setuju; 12% menyatakan tidak setuju;
1% menyatakan sangat tidak setuju; dan 5% menyatakan tidak ada pendapat. Skor
rata-rata yang diperoleh sebesar 3,39. Loyalitas konsumen merupakan sikap
konsumen dalam menyenangi suatu produk dan dipresentasikan melalui pembelian
yang konsisten terhadap suatu produk. Hal tersebut sejalan dengan pendapat
Fatmasari (2020) yang menyatakan bahwa keputusan pembelian berpengaruh
terhadap loyalitas konsumen, ketika konsumen yang sudah membeli merasakan
kesesuaian terhadap produk maka akan melakukan pembelian berulang dan
menjadi loyal. Loyalitas merupakan tujuan akhir dan keberhasilan perusahaan
untuk menjalin hubungan relasi dengan pelanggan, sehingga dapat dikatakan
bahwa loyalitas merupakan perilaku seseorang untuk tetap terlibat dengan merek,
dengan kata lain semakin puas pelanggan dengan perusahaan dan hubungan
relasinya berjalan dengan baik, maka loyalitas yang terbentuk akan semakin kuat
(Rinanda, 2013). Berikut hasil rekap dimensi dari rekapitulasi item pernyataan
variabel sikap yang terdiri dari tiga item pernyataan.
Berdasarkan hasil rekap pada Tabel 26, bahwa dimensi variabel sikap
memiliki nilai rata-rata 3,72 sehingga termasuk dalam kategori baik. Dimensi
kognitif berada dalam kategori baik dan memiliki nilai sebesar 3,75. Hal ini dapat
diartikan bahwa dimensi kognitif memberikan kontribusi besar terhadap variabel
sikap, sehingga dimensi ini perlu dipertahankan dan sebaiknya lebih ditingkatkan
agar memiliki nilai yang lebih tinggi. Dimensi afektif berada dalam kategori baik
dan memiliki nilai tertinggi yaitu 4,03. Hal ini dapat diartikan bahwa dimensi
68
afektif memberikan kontribusi yang paling besar terhadap variabel sikap, sehingga
dimensi ini perlu dipertahankan dan sebaiknya lebih ditingkatkan agar nilai
variabel sikap lebih meningkat. Sementara dimensi konatif berada dalam kategori
cukup baik dan memiliki nilai terendah yaitu 3,39. Hal ini dapat diartikan bahwa
dimensi konatif memberikan kontribusi yang kecil terhadap variabel sikap,
sehingga harus lebih ditingkatkan agar memiliki nilai yang lebih tinggi dan dapat
meningkatkan variabel sikap.
Tabel 27. Hasil Analisis Item Pernyataan Terkait Pengetahuan terhadap Kualitas,
Cita Rasa dan Penyajian di Coffee Omah (X3.1)
Pendapat Responden Bobot Frekuensi Skor Persentase
Sangat Setuju 5 3 15 6%
Setuju 4 52 208 81%
Tidak Setuju 3 6 18 7%
Sangat Tidak Setuju 2 1 2 1%
Tidak Ada Pendapat 1 13 13 5%
Jumlah 75 256 100%
Rata-rata 3,41
Sumber : Data Primer (2020).
Berdasarkan hasil analisis item pernyataan variabel X 3.1 pada Tabel 27, dapat
dideskripsikan bahwa pendapat responden terkait pengetahuan terhadap kualitas,
cita rasa dan penyajian di Coffee Omah memiliki persentase diantaranya, 6%
menyatakan sangat setuju; 81% menyatakan setuju; 7% menyatakan tidak setuju;
1% menyatakan sangat tidak setuju; 5% menyatakan tidak ada pendapat. Skor rata-
rata yang diperoleh sebesar 3,41.
Hal tersebut sejalan dengan pendapat Liany (2016) selain kualitas dan rasa,
penyajian memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan konsumen di
Yellow Truck Coffee Bandung, bahwa konsumen tertarik pada produk dengan
penambahan bahan tambahan (coffee art) pada minuman kopi, keberagaman
topping yang digunakan, keberagaman peralatan yang digunakan dalam penyajian
minuman kopi seperti gelas, cangkir dan saucer.
69
Tabel 28. Hasil Analisis Item Pernyataan Terkait Berkunjung ke Coffee Omah
karena Lokasi yang Mudah Dicapai (X3.2)
Pendapat Responden Bobot Frekuensi Skor Persentase
Sangat Setuju 5 8 40 14%
Setuju 4 54 216 76%
Tidak Setuju 3 7 21 7%
Sangat Tidak Setuju 2 1 2 1%
Tidak Ada Pendapat 1 5 5 2%
Jumlah 75 284 100%
Rata-rata 3,79
Sumber : Data Primer (2020).
Berdasarkan hasil analisis item pernyataan variabel X3.2 pada Tabel 28, dapat
dideskripsikan bahwa pendapat responden terkait berkunjung ke Coffee Omah
karena lokasi yang mudah dicapai memiliki persentase diantaranya, 14%
menyatakan sangat setuju; 76% menyatakan setuju; 7% menyatakan tidak setuju;
1% menyatakan sangat tidak setuju; 2% menyatakan tidak ada pendapat. Skor rata-
rata yang diperoleh sebesar 3,79.
Lokasi juga ikut berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen.
Faktor lokasi dapat disebut juga dengan saluran distribusi perusahaan karena lokasi
juga berhubungan langsung dengan konsumen, atau dengan kata lain lokasi juga
merupakan tempat produsen menyalurkan produknya kepada konsumen (Fandy,
2015). Sejalan dengan pendapat Ningrum (2018) bahwa keputusan pembelian dari
segi lokasi, yakni kemudahan akses transportasi untuk menuju ke coffee shop.
Tabel 29. Hasil Analisis Item Pernyataan Terkait Coffee Omah Menyajikan Cita
Rasa Produk Baik (X3.3)
Pendapat Responden Bobot Frekuensi Skor Persentase
Sangat Setuju 5 9 45 15%
Setuju 4 63 252 83%
Tidak Setuju 3 1 3 1%
Sangat Tidak Setuju 2 1 2 1%
Tidak Ada Pendapat 1 1 1 0%
Jumlah 75 303 100%
Rata-rata 4,04
Sumber : Data Primer (2020).
Berdasarkan hasil analisis item pernyataan variabel X3.3 pada Tabel 29, dapat
dideskripsikan bahwa pendapat responden terkait Coffee Omah adalah cita rasa
produk baik memiliki persentase 15% menyatakan sangat setuju; 83% menyatakan
70
Berdasarkan hasil rekap pada Tabel 30, bahwa dimensi variabel pengetahuan
memiliki nilai rata-rata 3,75 sehingga termasuk dalam kategori baik. Dimensi
produk berada dalam kategori baik dan memiliki nilai terendah diantara dimensi
lainnya yaitu sebesar 3,41. Hal ini dapat diartikan bahwa dimensi produk
memberikan kontribusi cukup besar terhadap variabel pengetahuan, sehingga
dimensi ini perlu diperhatikan dan sebaiknya lebih ditingkatkan agar memiliki nilai
yang lebih tinggi. Dimensi pembelian berada dalam kategori baik dan memiliki
nilai sebesar 3,79. Hal ini dapat diartikan bahwa dimensi pembelian memberikan
kontribusi besar terhadap variabel pengetahuan, sehingga dimensi ini perlu
dipertahankan dan sebaiknya lebih ditingkatkan agar memiliki nilai yang lebih
tinggi. Dimensi pemakaian berada dalam kategori baik dan memiliki nilai tertinggi
yaitu 4,04. Hal ini dapat diartikan bahwa dimensi pemakaian memberikan
kontribusi yang paling besar terhadap variabel pengetahuan, sehingga dimensi ini
71
perlu dipertahankan dan sebaiknya lebih ditingkatkan agar nilai variabel lebih
meningkat.
Tabel 31. Hasil Analisis Item Pernyataan Terkait Berkunjung ke Coffee Omah
karena Kebutuhan atau Keinginan (X4.1)
Pendapat Responden Bobot Frekuensi Skor Persentase
Sangat Setuju 5 7 35 13%
Setuju 4 51 204 74%
Tidak Setuju 3 9 27 10%
Sangat Tidak Setuju 2 1 2 1%
Tidak Ada Pendapat 1 7 7 3%
Jumlah 75 275 100%
Rata-rata 3,67
Sumber : Data Primer (2020).
Berdasarkan hasil analisis item pernyataan variabel X4.1 pada Tabel 31, dapat
dideskripsikan bahwa pendapat responden terkait berkunjung ke Coffee Omah
karena kebutuhan atau keinginan memiliki persentase diantaranya, 13%
menyatakan sangat setuju; 74% menyatakan setuju; 10% menyatakan tidak setuju;
1% menyatakan sangat tidak setuju; 3% menyatakan tidak ada pendapat. Skor rata-
rata yang diperoleh sebesar 3,67. Konsumen Coffee Omah dalam memenuhi
kebutuhan termasuk dalam hierarki social needs (kebutuhan sosial), hal ini dapat
dijelaskan bahwa kunjungan dilakukan bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan
fisiologis terkait mengonsumis kopi, melainkan pemenuhan kebutuhan sosial
seperti berkumpul dan berinteraksi dengan teman, karena aktivitas minum kopi
dapat menunjukkan adanya sifat kebersamaan yang terjalin antara individu satu
dengan individu lain (Solikatun, 2015).
Perilaku mengonsumsi kopi yang dilakukan peminum kopi pada saat ini
adalah suatu tindakan membeli barang yang kurang diperlukan sehingga bersifat
berlebihan, dalam artian individu akan lebih mementingkan faktor keinginan
daripada kebutuhan dan individu cenderung dikuasai oleh hasrat kesenangan. Para
peminum kopi memutuskan untuk melakukan kunjungan rutin dan berulang demi
memuaskan keinginan memenuhi gengsi sebagai orang modern. (Solikatun, 2015).
72
Tabel 32. Hasil Analisis Item Pernyataan Terkait Suasana Tempat yang Nyaman
Menjadi Pertimbangan dalam Membeli Produk di Coffee Omah (X4.2)
Pendapat Responden Bobot Frekuensi Skor Persentase
Sangat Setuju 5 11 55 18%
Setuju 4 58 232 78%
Tidak Setuju 3 3 9 3%
Sangat Tidak Setuju 2 0 0 0%
Tidak Ada Pendapat 1 3 3 1%
Jumlah 75 299 100%
Rata-rata 3,99
Sumber : Data Primer (2020).
Berdasarkan hasil analisis item pernyataan variabel X4.2 pada Tabel 32, dapat
dideskripsikan bahwa pendapat responden terkait suasana tempat yang nyaman
menjadi pertimbangan dalam membeli produk di Coffee Omah memiliki
persentase diantaranya, 18% menyatakan sangat setuju; 78% menyatakan setuju;
3% menyatakan tidak setuju; 0% menyatakan sangat tidak setuju; 1% menyatakan
tidak ada pendapat. Skor rata-rata yang diperoleh sebesar 3,99. Kusumaningrum
(2020) bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara kenyamanan tempat
terhadap kepuasan konsumen, hasil memberikan bukti bahwa kondisi kopi yang
tenang, luas dan nyaman sangat memengaruhi kepuasan konsumen.
Tabel 33. Hasil Analisis Item Pernyataan Terkait Membeli Produk di Coffee Omah
Sebagai Pemuas Kebutuhan Meminum Kopi (X4.3)
Pendapat Responden Bobot Frekuensi Skor Persentase
Sangat Setuju 5 7 35 13%
Setuju 4 41 164 62%
Tidak Setuju 3 18 54 20%
Sangat Tidak Setuju 2 2 4 2%
Tidak Ada Pendapat 1 7 7 3%
Jumlah 75 264 100%
Rata-rata 3,52
Sumber : Data Primer (2020).
Berdasarkan hasil analisis item pernyataan variabel X 4.3 pada Tabel 33, dapat
dideskripsikan bahwa pendapat responden terkait membeli produk di Coffee Omah
sebagai pemuas kebutuhan meminum kopi memiliki persentase diantaranya, 13%
menyatakan sangat setuju; 62% menyatakan setuju; 20% menyatakan tidak setuju;
2% menyatakan sangat tidak setuju; 3% menyatakan tidak ada pendapat. Skor rata-
rata yang diperoleh sebesar 3,52.
73
Pada saat ini keberadaan coffee shop tidak hanya sekedar pemenuhan
kebutuhan, akan tetapi sebagai alat pemuas untuk menghilangkan kepenatan dan
mengisi waktu luang. Bagi sebagian besar pengunjung, coffee shop merupakan
sebuah sarana untuk membangun kehidupan sosial dan berinteraksi dengan sesama
pengunjung yang mempunyai kesukaan yang sama terhadap kopi (Ruslan, 2020).
Coffee Omah dinilai oleh 62% konsumen sebagai salah satu coffee shop yang
mampu memberikan kepuasan, karena selain memiliki fasilits dan tempat yang
nyaman untuk dijadikan sebagai ruang publik, Coffee Omah juga memiliki produk
kopi dengan rasa yang khas dan cocok bagi penikmat kopi.
Tabel 34. Hasil Analisis Item Pernyataan Terkait Pembelian Ulang di Coffee Omah
Meskipun Mengalami Kenaikan Harga (X4.4)
Pendapat Responden Bobot Frekuensi Skor Persentase
Sangat Setuju 5 3 15 6%
Setuju 4 44 176 69%
Tidak Setuju 3 18 54 21%
Sangat Tidak Setuju 2 1 2 1%
Tidak Ada Pendapat 1 9 9 4%
Jumlah 75 256 100%
Rata-rata 3,41
Sumber : Data Primer (2020).
Berdasarkan hasil analisis item pernyataan variabel X4.4 pada Tabel 34. dapat
dideskripsikan bahwa pendapat responden terkait pembelian ulang di Coffee Omah
meskipun mengalami kenaikan harga memiliki persentase diantaranya, 6%
menyatakan sangat setuju; 69% menyatakan setuju; 21% menyatakan tidak setuju;
1% menyatakan sangat tidak setuju; 4% menyatakan tidak ada pendapat. Skor rata-
rata yang diperoleh sebesar 3,41. Demikian pendapat responden terkait pembelian
ulang di Coffee Omah meskipun mengalami kenaikan harga termasuk dalam
kategori baik. Secara tradisional harga merupakan salah satu komponen utama
dalam memutuskan membeli suatu produk. Untuk konsumen yang sensitif harga
murah adalah sumber kepuasan yang penting namun harga bisa menjadi tidak
penting bagi konsumen yang tidak sensitif harga (Irawan, 2003). Berikut hasil
rekap dimensi dari rekapitulasi item pernyataan variabel motivasi dan keterlibatan
(X4) yang terdiri dari empat item pernyataan.
74
Tabel 35. Hasil Rekap Dimensi Variabel Motivasi dan Keterlibaan (X4)
Skor Skor Skor
No Dimensi Skor Kategori
Max Min Rata2
1 Kebutuhan 275 375 75 3,67 Baik
2 Dorongan 299 375 75 3,99 Baik
3 Tujuan 264 375 75 3,52 Baik
4 Berkelanjutan 256 375 75 3,41 Baik
Total 1094 1500 300 14,59
Rata-rata 3,65 Baik
Sumber : Data Primer (2020).
Berdasarkan hasil rekap pada Tabel 35, bahwa dimensi variabel motivasi dan
keterlibatan (X4) memiliki nilai rata-rata 3,65 sehingga termasuk dalam kategori
baik. Dimensi kebutuhan berada dalam kategori baik dan memiliki nilai sebesar
3,67. Hal ini dapat diartikan bahwa dimensi kebutuhan memberikan kontribusi
besar terhadap variabel motivasi dan keterlibatan (X 4), sehingga dimensi ini perlu
dipertahankan dan sebaiknya lebih ditingkatkan agar memiliki nilai yang lebih
tinggi. Dimensi dorongan berada dalam kategori baik dan memiliki nilai tertinggi
yaitu 3,99. Hal ini dapat diartikan bahwa dimensi pemakaian memberikan
kontribusi yang paling besar terhadap variabel motivasi dan keterlibatan (X4),
sehingga dimensi ini perlu dipertahankan dan sebaiknya lebih ditingkatkan agar
nilai variabel lebih meningkat. Dimensi tujuan berada dalam kategori baik dan
memiliki nilai sebesar 3,52. Hal ini dapat diartikan bahwa dimensi tujuan
memberikan kontribusi besar terhadap variabel motivasi dan keterlibatan (X 4),
sehingga dimensi ini perlu dipertahankan dan sebaiknya lebih ditingkatkan agar
memiliki nilai yang lebih tinggi. Dimensi berkelanjutan berada dalam kategori baik
dan memiliki nilai terendah diantara dimensi lainnya yaitu sebesar 3,41. Hal ini
dapat diartikan bahwa dimensi berkelanjutan memberik kontribusi cukup besar
terhadap variabel motivasi dan keterlibatan (X4), sehingga dimensi ini perlu
diperhatikan dan sebaiknya lebih ditingkatkan agar memiliki nilai yang lebih
tinggi.
Tabel 36. Hasil Analisis Item Pernyataan Terkait Keyakinan terhadap Rasa yang
Khas pada Produk di Coffee Omah (X5.1)
Pendapat Responden Bobot Frekuensi Skor Persentase
Sangat Setuju 5 4 20 7%
Setuju 4 57 228 84%
Tidak Setuju 3 4 12 4%
Sangat Tidak Setuju 2 1 2 1%
Tidak Ada Pendapat 1 9 9 3%
Jumlah 75 271 100%
Rata-rata 3,61
Sumber : Data Primer (2020).
Berdasarkan hasil analisis item pernyataan variabel X5.1 pada Tabel 36, dapat
dideskripsikan bahwa pendapat responden terkait keyakinan terhadap rasa yang
khas pada produk di Coffee Omah memiliki persentase diantaranya, 7%
menyatakan sangat setuju; 84% menyatakan setuju; 4% menyatakan tidak setuju;
1% menyatakan sangat tidak setuju; 3% menyatakan tidak ada pendapat. Skor rata-
rata yang diperoleh sebesar 3,61. Demikian pendapat responden terkait keyakinan
terhadap rasa yang khas pada produk di Coffee Omah termasuk dalam kategori
baik. Jika dibandingkan dengan cita rasa di coffee shop lain, Coffee Omah memiliki
rasa kopi susu yang lebih balance, komposisi antara susu dan kopi yang pas
menghasilkan cita rasa yang tidak terlalu light dan tidak terlalu strong. Sejalan
dengan pendapat Utami (2019) bahwa cita rasa merupakan daya tarik bagi
konsumen untuk membeli minuman di sebuah coffee shop. Berdasarkan hasil
wawancara dengan konsumen, mereka menilai bahwa cita rasa yang diberikan
coffee shop memiliki kualitas dengan rasa yang seimbang antara paduan manis,
asam, dan pahit.
Tabel 37. Hasil Analisis Item Pernyataan Terkait Menu yang Disajikan Coffee
Omah Memiliki Cita Rasa yang Baik (X5.2)
Pendapat Responden Bobot Frekuensi Skor Persentase
Sangat Setuju 5 7 35 12%
Setuju 4 64 256 86%
Tidak Setuju 3 1 3 1%
Sangat Tidak Setuju 2 0 0 0%
Tidak Ada Pendapat 1 3 3 1%
Jumlah 75 297 100%
Rata-rata 3,96
Sumber : Data Primer (2020).
76
Berdasarkan hasil analisis item pernyataan variabel X 5.2 pada Tabel 37, dapat
dideskripsikan bahwa pendapat responden terkait menu yang disajikan Coffee
Omah memiliki citarasa yang baik memiliki persentase diantaranya, 12%
menyatakan sangat setuju; 86% menyatakan setuju; 1% menyatakan tidak setuju;
0% menyatakan sangat tidak setuju; 1% menyatakan tidak ada pendapat. Skor rata-
rata yang diperoleh sebesar 3,96. Demikian pendapat responden terkait menu yang
disajikan Coffee Omah memiliki citarasa yang baik termasuk dalam kategori baik.
Cita rasa produk minuman Coffee Omah dinilai memiliki rasa yang baik oleh
86% konsumen. Keunggulan dan kekhasan cita rasa pada Coffee Omah terletak
pada pemilihan biji kopi yang berkualitas, aroma kopi, dan rasa yang cocok bagi
sebagian besar konsumen. Cita rasa memegang peran penting bagi konsumen
dalam menentukan pembelian, sejalan dengan pendapat Rahhadiski (2020) bahwa
cita rasa kopi menjadi indikator yang menjadi pertimbangan konsumen dalam
melakukan keputusan pembelian di coffee shop KopLo. Hal tersebut disebabkan
kopi yang disajikan oleh coffee shop KopLo berasal dari biji kopi asli yang baru
digiling jika sudah ada pesanan sehingga memiliki cita rasa kopi yang fresh.
Tabel 38. Hasil Analisis Item Pernyataan Terkait Berkunjung ke Coffee Omah
karena Gaya Hidup yang Instan dan Praktis (X5.3)
Pendapat Responden Bobot Frekuensi Skor Persentase
Sangat Setuju 5 3 15 6%
Setuju 4 44 176 67%
Tidak Setuju 3 20 60 23%
Sangat Tidak Setuju 2 2 4 2%
Tidak Ada Pendapat 1 6 6 2%
Jumlah 75 261 100%
Rata-rata 3,48
Sumber : Data Primer (2020).
Berdasarkan hasil analisis item pernyataan variabel X 5.3 pada Tabel 38, dapat
dideskripsikan bahwa pendapat responden terkait berkunjung ke Coffee Omah
karena gaya hidup yang instan dan praktis memiliki persentase diantaranya, 6%
menyatakan sangat setuju; 67% menyatakan setuju; 23% menyatakan tidak setuju;
2% menyatakan sangat tidak setuju; 2% menyatakan tidak ada pendapat. Skor rata-
rata yang diperoleh sebesar 3,48. Konsumen lebih menyukai kebiasaan serba cepat
dan praktis dalam mendapatkan sesuatu sama halnya ketika ingin menikmati
77
secangkir kopi, responden memilih untuk mendatangi coffee shop yang dapat
menyajikan kopi dengan praktis.
Perubahan gaya hidup masyarakat, terutama masyarakat perkotaan yang
cenderung konsumtif dan menyenangi produk instan menjadikan coffee shop
sebagai alternatif yang praktis untuk dikunjungi dengan tujuan mendapatkan
secangkir kopi tanpa harus menunggu lama (Diwangkoro, 2016). 67% konsumen
Coffee Omah berpendapat bahwa gaya hidup yang praktis dan instan menjadi salah
satu alasan untuk berkunjung ke coffee shop karena hanya dalam hitungan menit
secangkir kopi dapat dinikmati sekaligus beserta dengan menu makanan lainnya.
Sejalan dengan pendapat Diwangkoro (2016) bahwa ketepatan waktu, pelayanan
yang cepat, dan tanggap berpengaruh cukup tinggi terhadap kepuasan konsumen.
Tabel 39. Hasil Analisis Item Pernyataan Terkait Membeli Produk di Coffee Omah
karena Mengikuti Perkembangan Tren/Budaya Saat Ini (X5.4)
Pendapat Responden Bobot Frekuensi Skor Persentase
Sangat Setuju 5 2 10 4%
Setuju 4 32 128 52%
Tidak Setuju 3 33 99 40%
Sangat Tidak Setuju 2 2 4 2%
Tidak Ada Pendapat 1 6 6 2%
Jumlah 75 247 100%
Rata-rata 3,29
Sumber : Data Primer (2020).
Berdasarkan hasil analisis item pernyataan variabel X5.4 pada Tabel 39, dapat
dideskripsikan bahwa pendapat responden terkait membeli produk di Coffee Omah
karena mengikuti perkembangan tren atau budaya saat ini memiliki persentase
diantaranya, 4% menyatakan sangat setuju; 52% menyatakan setuju; 40%
menyatakan tidak setuju; 2% menyatakan sangat tidak setuju; 2% menyatakan
tidak ada pendapat. Skor rata-rata yang diperoleh sebesar 3,29.
Demikian pendapat responden terkait membeli produk di Coffee Omah karena
mengikuti perkembangan tren atau budaya saat ini termasuk dalam kategori cukup
baik. Saat ini gaya hidup dalam mengisi waktu luang dengan pergi ke tempat
hiburan telah menjadi trend. Seseorang berkunjung ke coffee shop bukan hanya
sekedar ingin mencicipi kopi dan makanan, akan tetapi nilai pencitraan, seperti
ingin dipandang sebagai anak gaul, kelas menengah atas, dan mengikutI trend saat
78
ini (Oktaviani, 2018). Berikut hasil rekap dimensi dari rekapitulasi item pernyataan
variabel budaya (X5) yang terdiri dari empat item pernyataan.
Berdasarkan hasil rekap pada Tabel 40, bahwa dimensi variabel budaya (X5)
memiliki nilai rata-rata 3,59 sehingga termasuk dalam kategori baik. Dimensi
kepercayaan berada dalam kategori baik dan memiliki nilai sebesar 3,61. Hal ini
dapat diartikan bahwa dimensi kepercayaan memberikan kontribusi besar terhadap
variabel budaya (X5), sehingga dimensi ini perlu dipertahankan dan sebaiknya
lebih ditingkatkan agar memiliki nilai yang lebih tinggi. Dimensi pandangan
berada dalam kategori baik dan memiliki nilai tertinggi yaitu 3,96. Hal ini dapat
diartikan bahwa dimensi pandangan memberikan kontribusi yang paling besar
terhadap variabel budaya (X5), sehingga dimensi ini perlu dipertahankan dan
sebaiknya lebih ditingkatkan agar nilai variabel lebih meningkat. Dimensi
kebiasaan berada dalam kategori baik dan memiliki nilai sebesar 3,48. Hal ini dapat
diartikan bahwa dimensi kebiasaan memberikan kontribusi besar terhadap variabel
budaya (X5), sehingga dimensi ini perlu dipertahankan dan sebaiknya lebih
ditingkatkan agar memiliki nilai yang lebih tinggi. Sementara dimensi populer
berada dalam kategori cukup baik dan memiliki nilai terendah diantara dimensi
lainnya yaitu 3,29. Hal ini dapat diartikan bahwa dimensi populer memberik
kontribusi yang kecil terhadap variabel budaya (X5), sehingga dimensi ini perlu
diperhatikan dan sebaiknya lebih ditingkatkan agar memiliki nilai yang lebih tinggi
dan dapat meningkatkan nilai variabel budaya (X5).
Tabel 41. Hasil Analisis Item Pernyataan Terkait Berkunjung ke Coffee Omah
karena Sesuai dengan Pendapatan (X6.1)
Pendapat Responden Bobot Frekuensi Skor Persentase
Sangat Setuju 5 3 15 6%
Setuju 4 56 224 83%
Tidak Setuju 3 7 21 8%
Sangat Tidak Setuju 2 1 2 1%
Tidak Ada Pendapat 1 8 8 3%
Jumlah 75 270 100%
Rata-rata 3,60
Sumber : Data Primer (2020).
Berdasarkan hasil analisis item pernyataan variabel X6.1 pada Tabel 41, dapat
dideskripsikan bahwa pendapat responden terkait berkunjung ke Coffee Omah
karena sesuai dengan pendapatan memiliki persentase diantaranya, 6%
menyatakan sangat setuju; 83% meyatakan setuju; 8% menyatkan tidak setuju; 1%
menyataka sangat tidak setuju; 3% menyatakan tidak ada pendapat. Skor rata-rata
yang diperoleh sebesar 3,60.
Harga yang ditawarkan oleh Coffee Omah termasuk dalam kategori murah
dalam mendorong konsumen untuk melakukan keputusan pembelian. Harga dari
setiap menu yang disajikan Coffee Omah tidak jauh berbeda dengan harga yang
ditawarkan oleh coffee shop pesaing, sesuai dengan kemampuan konsumen Coffee
Omah yang didominasi oleh mahasiswa dengan pendapatan per bulan <
Rp2.000.000,00. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Ningrum (2018) bahwa
harga berpengaruh positif dan kuat terhadap tingkat keputusan pembelian
konsumen. Karena itu semakin rendah harga yang ditawarkan maka semakin tinggi
pula keputusan pembeliannya.
Tabel 42. Hasil Analisis Item Peryataan Terkait Berkunjung ke Coffee Omah
karena Gengsi dengan Lingkungan Sekitar (X6.2)
Pendapat Responden Bobot Frekuensi Skor Persentase
Sangat Setuju 5 2 10 5%
Setuju 4 13 52 25%
Tidak Setuju 3 34 102 49%
Sangat Tidak Setuju 2 17 34 16%
Tidak Ada Pendapat 1 9 9 4%
Jumlah 75 207 100%
Rata-rata 2,76
Sumber : Data Primer (2020).
80
Berdasarkan hasil analisis item pernyataan variabel X 6.2 pada Tabel 42, dapat
dideskripsikan bahwa pendapat responden terkait berkunjung ke Coffee Omah
karena gengsi dengan lingkungan sekitar memiliki persentase diantaranya, 5%
menyatakan sangat setuju; 25% menyatakan setuju; 49% menyatakan tidak setuju;
16% menyatakan sangat tidak setuju; 4% menyatakan tidak ada pendapat. Skor
rata-rata yang diperoleh sebesar 2,76. Membeli suatu produk dianggap sebagai
sebuah aktifitas sosial dan kompetisi untuk diri sendiri dalam memutuskan
pembelian, atau bahkan kompetisi dengan teman dan anggota masyarakat lain
sebagai simbol status, gengsi dan image manusia modern yang tidak ketinggalan
zaman. Jika dilihat dari segi dinamika sosial kopi dalam konteks ekonomi, kopi
pernah diidentifikasikan secara mutlak untuk gologan masyarakat kelas atas
membuat aktifitas meminum kopi menjadi aktifitas yang penuh gengsi dan
berkelas (Oktaviani, 2018). Berikut hasil rekap dimensi dari rekapitulasi item
pernyataan variabel kelas sosial (X6) yang terdiri dari dua item pernyataan.
Berdasarkan hasil rekap pada Tabel 43, bahwa dimensi variabel kelas sosial
(X6) memiliki nilai rata-rata 3,18 sehingga termasuk dalam kategori cukup baik.
Dimensi pekerjaan berada dalam kategori baik dan memiliki nilai tertinggi yaitu
3,60. Hal ini dapat diartkan bahwa dimensi pekerjaan memberikan kontribusi yang
paling besar terhadap variabel kelas sosial (X 6), sehingga dimensi ini perlu
dipertahankan dan sebaiknya lebih ditingkatkan agar nilai variabel lebih
meningkat. Sedangkan dimensi lingkungan berada dalam kategori cukup baik dan
memiliki nilai terendah diantar variabel lainnya yaitu 2,76. Hal ini dapat diartikan
bahwa dimensi lingkungan memberikan kontrbusi yang kecil terhadap variabel
kelas sosial (X6), sehingga dimensi ini perlu diperhatikan serta ditingkatkan agar
memiliki nilai yang lebih tinggi dan meningkatkan nilai variabel kelas sosial (X 6).
81
Tabel 44. Hasil Analisis Item Pernyataan Terkait Berkunjung ke Coffee Omah
karena Sesuai dengan Tujuan yang Dibeli (Y1)
Pendapat Responden Bobot Frekuensi Skor Persentase
Sangat Setuju 5 5 25 9%
Setuju 4 57 228 83%
Tidak Setuju 3 3 9 3%
Sangat Tidak Setuju 2 2 4 1%
Tidak Ada Pendapat 1 8 8 3%
Jumlah 75 274 100%
Rata-rata 3,65
Sumber : Data Primer (2020).
Berdasarkan hasil analisis item pernyataan variabel Y1 pada Tabel 44, dapat
dideskripsikan bahwa pendapat responden terkait berkunjung ke Coffee Omah
karena sesuai dengan tujuan yang dibeli memiliki persentase diantaranya, 9%
menyatakan sangat setuju; 83% menyatakan setuju; 3% menyatakan tidak setju;
1% menyatakan sangat tidak setuju; 3% menyatakan tidak ada pendapat. Skor rata-
rata yang diperoleh sebesar 3,65. Demikian pendapat responden terkait berkunjung
ke Coffee Omah karena sesuai dengan tujuan yang dibeli termasuk dalam kategor
baik. Konsumen akan memilih produk barang atau jasa yang sesuai dengan
keinginan dan kebutuhan, produk-produk yang ditawarkan oleh Coffee Omah
termasuk dalam kategori yang memuaskan dan sesuai dengan selera sebagian besar
konsumen.
Coffee Omah memiliki menu yang bervariatif, mulai dari menu minuman kopi
dan no kopi hingga menu side dish sebagai pelengkap minum kopi. 83% konsumen
Coffee Omah menyatakan bahwa tujuan kunjungan dilakukan karena menu yang
ditawarkan oleh Coffee Omah sesuai dengan tujuan yang akan dibeli. Terdapat
banyak variasi menu yang dapat dijadikan pilihan pada saat melakukan kunjungan,
sehingga konsumen tidak merasa bosan dan bingung saat melakukan pesanan.
Salah satu kunci dalam persaingan bisnis kuliner adalah ragam menu yang
disediakan. Menciptakan suatu variasi pada produk akan menghasilkan keragaman
82
Tabel 45. Hasil Analisis Item Pernyataan Terkait Membandingkan Coffee Omah
dengan Pesaing Sebelum Membeli (Y2)
Pendapat Responden Bobot Frekuensi Skor Persentase
Sangat Setuju 5 4 20 9%
Setuju 4 39 156 66%
Tidak Setuju 3 13 39 17%
Sangat Tidak Setuju 2 1 2 1%
Tidak Ada Pendapat 1 18 18 8%
Jumlah 75 235 100%
Rata-rata 3,13
Sumber : Data Primer (2020).
Berdasarkan hasil analisis item pernyataan variabel Y 2 pada Tabel 45, dapat
dideskripsikan bahwa pendapat responden terkait membandingkan Coffee Omah
dengan pesaing sebelum membeli memiliki persentase diantaranya, 9%
menyatakan sangat setuju; 66% menyatakan setuju; 17% menyatakan tidak setuju;
1% menyatakan sangat tidak setuju; 8% menyatakan tidak ada pendapat. Skor rata-
rata yang diperoleh sebesar 3,13. Demikian pendapat responden terkait
membandingkan Coffee Omah dengan pesaing sebelum membeli termasuk dalam
kategori cukup baik. Sebelum memutuskan untuk melakukan kunjungan ke Coffee
Omah, responden terlebih dahulu melakukan pencarian informasi dengan
mengumpulkan data mengenai coffee shop yang berada disekitar Coffee Omah
untuk kemudian dibandingkan dan dipilih sesuai dengan pandangan yang
responden ketahui tentang coffee shop.
83
Tabel 46. Hasil Analisis Item Pernyataan Terkait Konsistensi Kunjungan ke Coffee
Omah (Y3)
Pendapat Responden Bobot Frekuensi Skor Persentase
Sangat Setuju 5 8 40 14%
Setuju 4 62 248 84%
Tidak Setuju 3 1 3 1%
Sangat Tidak Setuju 2 0 0 0%
Tidak Ada Pendapat 1 4 4 1%
Jumlah 75 295 100%
Rata-rata 3,93
Sumber : Data Primer (2020).
Berdasarkan hasil analisis item pernyataan variabel Y 3 pada Tabel 46, dapat
dideskripsikan bahwa pendapat responden terkait akan berkunjung kembali ke
Coffee Omah memiliki persentase diantaranya, 14% menyatakan sangat setuju;
84% menyatakan setuju; 1% menyatakan tidak setuju; 0% menyatakan sangat tidak
setuju; 1% menyatakan tidak ada pendapat. Skor rata-rata yang diperoleh sebesar
3,93. Loyalitas pelanggan merupakan bentuk komitmen yang kuat untuk
melakukan pembelian, mengonsumsi kembali produk atau menggantinya dengan
produk lain secara konsisten di masa depan. Hal tersebut mengungkapkan bahwa
loyalitas terjadi karena adanya konsistensi dalam melakukan pembelian pada
produk atau jasa di masa depan pada merk yang sama, pembelian yang dilakukan
pelanggan tersebut pada merek yang sama menunjukkan adanya komitmen
84
Berdasarkan hasil rekap pada Tabel 47, bahwa dimensi variabel keputusan
pembelian (Y) memiliki nilai rata-rata 3,57 sehingga termasuk dalam kategori baik.
Dimensi motivasi berada dalam kategori baik dan memiliki nilai sebesar 3,65. Hal
ini dapat diartikan bahwa dimensi motivasi memberikan kontribusi besar terhadap
variabel keputusan pebelian (Y), sehingga dimensi ini perlu dipertahankan dan
lebih baik lagi ditingkatkan agar memiliki nilai yang lebih tinggi. Dimensi
pandangan berada dalam kategori cukup baik dan memiliki nilai terendah diantara
variabel lainnya yaitu 3,13. Hal ini dapat diartikan bahwa dimensi pandangan
memberikan kontribusi kecil terhadap variabel keputusan pembelian (Y), sehingga
dimensi ini perlu diperhatikan serta ditingkatkan agar memiliki nilai yang lebih
tinggi dan dapat meningkatkan nilai variabel keputusan pembelian (Y).
Dari hasil data pada Tabel 49. dapat dilihat bahwa lima hubungan
dikategorikan cukup kuat, sembilan hubungan dikategorikan kuat dan satu
hubungan dikaterogikan sangat kuat. Nilai signifikansi semua hubungan yaitu
diatas 0,01 berarti dan mempunyai kemungkinan dua arah. Hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa variabel gaya hidup mempunyai hubungan kuat dengan
variabel sikap, pengetahuan, motivasi dan keterlibatan. Sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Winardi (2002) bahwa sikap menghasilkan perilaku, dan
pengetahuan seseorang akan sesuatu memengaruhi cara hidup. Hubungan yang
sangat kuat terjadi antara variabel pengetahuan dengan variabel motivasi dan
keterlibatan. Seseorang yang memiliki pengetahuan terkait informasi coffee shop
cenderung mempunyai dorongan untuk mengunjungi salah satu coffee shop yang
terbaik menurut pengetahuannya. Sejalan dengan pendapat Uno (2007)
Pengetahuan seseorang erat kaitannya dengan perilaku yang akan diambilnya,
karena dengan pengetahuannya tersebut sesorang memiliki alasan dan landasan
untuk menentukan suatu pilihan.
1) Gaya hidup (X1) dan sikap (X2) memiliki hubungan dua arah (2-tailed) atau
berkorelasi kuat dengan nilai sebesar 0,513.
2) Gaya hidup (X1) dan pengetahuan (X3) memiliki hubungan dua arah (2-tailed)
atau bekorelasi kuat dengan nilai sebesar 0,603.
3) Gaya hidup (X1) dengan motivasi dan keterlibatan (X4) memiliki hubungan
dua arah (2-tailed) atau berkorelasi kuat dengan nilai sebesar 0,642.
4) Gaya hidup (X1) dan budaya (X5) memiliki hubungan dua arah (2-tailed) atau
berkorelasi cukup kuat dengan nilai sebesar 0,363.
5) Gaya hidup (X1) dan kelas sosial (X6) memiliki hubungan dua arah (2-tailed)
atau berkorelasi cukup kuat dengan nilai sebesar 0,430.
6) Sikap (X2) dan pengetahuan (X3) memiliki hubungan dua arah (2-tailed) atau
berkorelasi kuat dengan nilai sebesar 0,620.
7) Sikap (X2) dengan motivasi dan keterlibatan (X4) memiliki hubungan dua arah
(2-tailed) atau berkorelasi kuat dengan nilai sebesar 0,574.
8) Sikap (X2) dan budaya (X5) memiliki hubungan dua arah (2-tailed) atau
berkorelasi cukup kuat dengan nilai sebesar 0,456.
9) Sikap (X2) dan kelas sosial (X6) memiliki hubungan dua arah (2-tailed) atau
berkorelasi cukup kuat dengan nilai sebesar 0,426.
10) Pengetahuan (X3) dengan motivasi dan keterlibatan (X4) memiliki hubungan
dua arah (2-tailed) atau berkorelasi sangat kuat dengan nilai sebesar 0,783.
11) Pengetahuan (X3) dan budaya (X5) memiliki hubungan dua arah (2-tailed) atau
berkorelasi kuat dengan nilai sebesar 0,587.
12) Pengetahuan (X3) dan kelas sosial (X6) memiliki hubungan dua arah (2-tailed)
atau berkorelasi kuat dengan nilai sebesar 0,535.
13) Motivasi dan keterlibatan (X4) dengan budaya (X5) memiliki hubungan dua
arah (2-tailed) atau berkorelasi kuat dengan nilai sebesar 0,526.
14) Motivasi dan keterlibatan (X4) dengan kelas sosial (X6) memiliki hubungan
dua arah (2-tailed) atau berkorelasi cukup kuat dengan nilai sebesar 0,499.
15) Budaya (X5) dan kelas sosial (X6) memiliki hubungan dua arah (2-tailed) atau
berkorelasi kuat dengan nilai sebesar 0,517.
91
Berdasarkan Tabel 51, menunjukkan bahwa nilai Fhitung= 34,037 > Ftabel= 2,23.
Hal ini berarti variabel X1, X2, X3, X4, X5, X6 secara simultan berpengaruh terhadap
variabel Y. Pengujian secara individual dilakukan dengan membandingkan thitung
dengan ttabel= 1,994. Pada Tabel 51, dapat dilihat bahwa thitung pada variabel X1, X2,
X3, dan X6 kurang dari ttabel. Hal ini bahwa koefisien jalur variabel X1, X2, X3, dan
X6 dikatakan tidak signifikan. Maka model analisis jalur perlu diperbaiki melalui
metode trimming. Berikut hasil analisis jalur dengan metode trimming.
melakukan perbaikan pada penataan letak hiasan, kombinasi warna dan atribut-
atribut lain sebagai penunjang kesan cozy, klasik dan instagramable.
Segmen pasar Coffee Omah didominasi oleh anak muda berusia 21-25 tahun,
perlu diketahui bahwa konsumen pada rentang usia tersebut terbukti sangat
memengaruhi dan mendorong pengambilan keputusan konsumen kedai kopi.
Untuk itu pihak manajemen harus berupaya membuat strategi yang dapat
memenuhi harapan konsumen yaitu tanggap dan fleksibel mengikuti tren. Hal
tersebut dapat diwujudkan dengan mengadakan acara seperti diskusi, pemutaran
film, live akustik, cupping, dan membuat dekorasi dengan tema menyesuaikan hari
perayaan tertentu.
Cita rasa produk yang saat ini sudah baik harus tetap dipertahankan, rasa kopi
susu yang memiliki ciri khasnya sendiri menjadi bagian penting dari keputusan
pembelian konsumen untuk datang ke Coffee Omah, sehingga konsistensi rasa
harus tetap sesuai dengan harapan konsumen. Dimana konsumen menginginkan
sajian kopi susu dengan rasa yang balance, sehingga rasa pahit dari kopi masih
tetap bisa dirasakan, rasa creamy dan manis dari susu tidak mendominasi rasa dari
kopi susu tersebut.
Saat ini Coffee Omah hanya terkenal dan dikunjungi oleh konsumen dari
Bekasi, melalui media sosial Coffee Omah dapat membangun brand image dengan
menawarkan konsep yang berbeda dengan coffee shop pesaing agar dapat menarik
pengunjung lebih luas lagi. Konsep dasar Coffee Omah sebagai tempat yang
mengusung kesan homey bisa ditunjang dengan menjalin interaksi dengan
pengunjung seperti meningkatkan keramahan, dan melibatkan pengunjung dalam
kegiatan yang dilakukan oleh Coffee Omah untuk menciptakan emosi positif dan
perasaan hangat antara pelayan dan konsumen.
Berdasarkan berapa lama konsumen Coffee Omah berkunjung disesuaikan
dengan kepentingan yang berbeda-beda, terdapat sebagian konsumen yang
berkunjung hanya untuk menikmati fasilitas tanpa memesan banyak menu
minuman dan makanan serta berlama-lama dalam berkunjung. Hal tersebut dapat
berdampak pada biaya yang dikeluarkan pengelola coffee shop dan revenue yang
didapatkan tidak berbanding lurus, perputaran antara konsumen sebelumnya
dengan konsumen selanjutnya menjadi terhambat, untuk mengatasi hal tersebut
94
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Coffee Omah dapat
disimpulkan, sebagai berikut :
1) Karakteristik konsumen pada Coffee Omah mayoritas memiliki jenis kelamin
laki-laki (53%) dengan rentang usia 21-25 tahun (64%) berstatus belum
menikah (92%) berdomisili di Bekasi (80%), memiliki pendidikan terakhir
SMA (51%) berprofesi sebagai pelajar atau mahasiswa (53%) dan pendapatan
per bulan atau uang saku per bulan yaitu < RP2.000.000,00 (44%).
2) Proses pengambilan keputusan pembelian di Coffee Omah diawali dengan
pengenalan kebutuhan konsumen yang ingin berkumpul dengan teman untuk
menghilangkan rasa penat dan stress, informasi didapatkan melalui teman
dengan pertimbangan bahwa Coffee Omah menyediakan tempat yang nyaman
dengan cita rasa produk, konsumen melakukan pembelian kopi susu dan
french fries, mayoritas konsumen merasa puas dan bersedia
merekomendasikan Coffee Omah kepada orang lain.
3) Motivasi dan keterlibatan memiliki pengaruh langsung terhadap keputusan
pembelian dengan nilai 0,596. Budaya memiliki pengaruh langsung terhadap
keputusan pembelian dengan nilai 0,379. Pengaruh tidak langsung motivasi
dan keterlibatan melalui budaya terhadap keputusan pembelian dengan nilai
0,119.
5.2 Saran
Penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan menganalisis
mengenai perancangan strategi dengan pendekatan blue ocean untuk mengetahui
tingkat persaingan Coffee Omah, sehingga dapat menduduki tingkat persaingan
yang lebih rendah dengan menerapkan strategi untuk menciptakan pasar baru
dalam industri coffee shop.
95
96
DAFTAR PUSTAKA
Arifah NR. 2015. “Analisis Proses Keputusan Pembelian Produk Nutritional Shake
Herbalife di Lima Rumah Nutrisi Kota Bogor”. Skripsi. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Darlina YS, Sasongko, Didik EJ. 2013. “Pengaruh Kualitas Pelayanan, Reputasi
Perusahaan, Atribut Produk, dan Cita Rasa terhadap Minat Beli Ulang
Konsumen Teh Botol Sosro (Studi Kasus Pada Konsumen Pujasera Jl. PB
Sudirman Jember)”. Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa. Universitas
Jember.
97
98
Durianto DS, Sitinjak T. 2004. Strategi Menaklukan Pasar Melalui Riset Ekuitas
dan Perilaku Merek. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Fatih I, Suharyono, Sunarti. 2018. “Pengaruh Citra Merek, Iklan dan Cita Rasa
terhadap Keputusan Pembelian (Survei terhadap Konsumen Mie Instan
Merek Indomie di Wilayah Um Al-Hamam Riyadh)”. Jurnal Administrasi
Bisnis Vol. 57 No. 1.
Gardjito M dan Rahardian D. 2016. Sejarah dan Tradisi Minum Kopi, Cara Benar
Mengekstrak dan Menikmati Kopi, Manfaat dan Risiko Kopi bagi
Kesehatan. Yogyakarta : PT Kanisius.
Ghozali I. 2018. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 25.
Edisi 9. Semarang : Universitas Diponegoro.
Gumelar KT. 2016. “Pengaruh Kualitas Pelayanan, Variasi Menu, dan Harga
terhadap Keputusan Pembelian. (Studi pada Konsumen Resto Sambal Van
Java Tembalang, Kota Semarang)”. Jurnal Ilmu Administrasi Bisnis. Vol. 5
No. 1 Hal. 164-173.
99
Hapsari PN. 2017. “Analisis Pengaruh Penggunaan E-Money dan Daya Subsitusi
Transaksi E-Money terhadap Transaksi Tunai di Indonesia”. Skripsi.
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Yogyakarta.
Hendro T. 2014. Bank dan Institusi Keuangan Non Bank di Indonesia. Yogyakarta:
UPP STIM YKPN.
Herlyana E. 2012. “Fenomena Coffe Shop Sebagai Gejala Gaya Hidup Kaum
Muda”. Jurnal. Yogyakarta. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.
Heryanto I, Totok T. 2018. Path Analysis Menggunakan SPSS dan Excel : (Two In
One-All Version) Panduan Pengolahan Data Penelitian untuk Skripsi/Tesis.
Bandung : Informatika.
Kabalmay YAD. 2016. “Cafe addict : Gaya Hidup Remaja Perkotaan (Studi Kasus
Remaja di Kota Mojokerto)”. Jurnal Sosiologi.
Kholik NS. 2018. “Kajian Gaya Hidp Kaum Muda Penggemar Coffee Shop. (Studi
Kasus pada Coffee Shop “Starbucks” di Mall Botani Square Bogor)”.
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta.
Kotler P dan Keller KL. 2016. Marketing Management. 15th ed. Essex (GB) :
Pearson. Lovelock C, Wirtz J, Mussry J. 2011. Pemasaran Jasa Manusia,
Teknologi, Strategi Perspektif Indonesia Jilid 1. Dian W, Deri BP,
Penerjemah ; Novietha IS, Editor. Jakarta : Erlangga. Terjemahan : Services
Marketing. 7th ed.
Kentucky Fried Chickrn Manado”. Jurnal EMBA. Vol. 1 No. 4 Hal. 2017-
2116
Maulani TA. 2016. “Analisis Strategi Pemasaran Kedai Kopi Phoenam Kopiatiam
Bekasi”. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Najib M. 2015. “Pengaruh Atmosfer Kedai Kopi terhadap Emosi dan Keputusan
Pembelian Ulang”. Jurnal Manajemen Agribisnis Vol. 12 No. 2.
Ningsih YS. 2021. “Analisis Jalur Pengaruh Produk dan Harga terhadap Loyalitas
Konsumen melalui Keputusan Pembelian Kopi di Kota Kisaran. (Studi
Kasus : Coffee Shop Kopi Lain Hati)”. Skripsi. Universitas Sumatera Utara.
Medan.
Ningrum AS. 2018. “Pengaruh Harga, Produk dan Lokasi terhadap Keputusan
Pembelian di Peacockoffie Semarang”. Diponegoro Journal of Social and
Political.
Noor J. 2015. Metode Penelitian : Skripsi, Tesis, Disertasi dan Karya Ilmiah.
Jakarta : Kencana.
Oktaviani K. 2018. “Ngopi sebagai Gaya Hidup Anak Muda”. Skripsi. Universitas
Negeri Jakarta. Jakarta.
Pramatya V, dkk. 2015. “Pengaruh Atmosfer Kedai Kopi Terhadap Emosi dan
Keputusan Pembelian Ulang”. Jurnal Manajemen dan Agribisnis. Vol. 12
No. 2.
Putra DNE. 2015. “Pengaruh Word of Mouth terhadap Keputusan Pembelian pada
Cafe Roti Gempol dan Kopi Anjis”. E-Proceeding of Management. Vol. 2
No. 1 Hal. 758.
Rahardjo P. 2012. Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabica dan Robusta.
Jakarta : Penebar Swadaya.
Rahhadiski JD. 2020. “Analisis Keputusan dan Loyalitas Konsumen Coffee Shop
KopLo di Jakarta Utara. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah. Jakarta.
Rauf N. 2019. “Pengaruh Kepercayaan Merk, Citra Merk, Kualitas Merk terhadap
Keputusan Pembelian dan Loyalitas Merk”. Center Economic Student
Journal. Vol. 2 No. 3.
Ruslan MR. 2020. “Analisis Preferensi Konsumen terhadap Kopi Bogor di Tiga
Kedai Kopi Bogor”. Jurnal Agribisnis ISSN 2550-1151. Vol. 6 No. 2 Hal.
39-52.
Sangian CS. 2020. “Pengaruh Kualitas Produk, Persepsi Harga, dan Promosi,
terhadap Keputusan Pembelian pada Coffegato”. Skripsi. Universitas
Kristen Duta Wacana. Yogyakarta.
102
Sarwono J. 2012. Path Analysis dengan SPSS : Teori, Aplikasi, Prosedur Analisi
untuk Riset Skripsi, Tesis dan Disertasi. Jakarta : PT Elex Media
Komputindo.
Siagian D, Sugiarto. 2003. Metode Statistika untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta :
PT Gramedia Pustaka Utama.
Toffin. 2020. Brewing in Indonesia: Insights for Successful Coffee Shop Business.
Jakarta: Toffin Indonesia. Tersedia dalam Toffin Indonesia database.
Wijaya AS. 2017. “Analisis Pengaruh Gaya Hidup, Kualitas Pelayanan, dan Store
Atmosphere terhadap Keputusan Pembelian dan Dampaknya terhadap
103
Yusuf AM. 2017. “Analisis Uji Validitas Tes Guru Bahasa Bugi Dengan
Menggunakan Artivicial Intellijence (AI) Kelas IX-1 SMPN 1 Labakabang
Kabupaten Pangkep”. Skripsi. Universitas Negeri Makassar. Makassar.
Yusi DA, dkk. 2017. “Pengaruh Pergaulan Teman Sebaya terhadap Sikap
Materialistis dan Sikap Hedonisme Remaja”. Jurnal Kultur Demokrasi. Vol.
5 No. 6.
104
LAMPIRAN
107
KUESIONER PENELITIAN
Kepada Yth,
Bapak/Ibu/Saudara/Saudari/Responden Penelitian
Di tempat.
Hormat saya,
SCREENING
Bila semua jawaban anda “Ya”, maka silahkan mengisi kepertanyaan selanjutnya.
Bila ada salah satu jawaban anda “Tidak”, terima kasih anda tidak perlu untuk
melanjutkan pengisian kuesioner ini.
21. Apakah anda bersedia merekomendasikan Coffee Omah kepada orang lain
yang anda kenal ?
a. Ya c. Ragu-ragu e. Tidak, alasan ……….
b. Tidak d. Ya, alasan ……….
Variables Variables
Model Entered Removed Method
a. Dependent Variable: Y
b. All requested variables entered.
Model Summary
ANOVAa
a. Dependent Variable: Y
b. Predictors: (Constant), X6, X2, X1, X5, X4, X3
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
a. Dependent Variable: Y
116