Anda di halaman 1dari 73

i

PERANAN JARINGAN SOSIAL DALAM PENGADAAN BAHAN BAKU


DAN PEREKRUTAN KARYAWAN PADA KEBERLANGSUNGAN
USAHA COFFEE SHOP
(STUDI KASUS DI KECAMATAN LOWOKWARU KOTA MALANG)

Oleh:
GERY HILKIA BANGUN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2020

i
PERANAN JARINGAN SOSIAL DALAM PENGADAAN BAHAN BAKU
DAN PEREKRUTAN KARYAWAN PADA KEBERLANGSUNGAN
USAHA COFFEE SHOP
(STUDI KASUS DI KECAMATAN LOWOKWARU KOTA MALANG)

OLEH
Gery Hilkia Bangun
165040107111062
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
MINAT SOSIOLOGI AGRIBISNIS

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana


Pertanian Strata Satu (S-1)

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
MALANG
2020

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Penelitian : Peranan Jaringan Sosial Dalam Pengadaan Bahan Baku


dan Perekrutan Karyawan Pada Keberlangsungan Usaha
Coffee shop (Studi Kasus di Kecamatan Lowokwaru Kota
Malang)
Nama Mahasiswa : Gery Hilkia Bangun
NIM : 165040107111062
Jurusan : Sosial Ekonomi Pertanian
Program Studi : Agribisnis
Menyetujui : Dosen Pembimbing

Disetujui Oleh:
Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping II

Prof. Dr.Ir. Yayuk Yuliati, MS. Fitrotul Laili, SP., MP.


NIP. 195407051981032003 NIP.2016099004162001

Mengetahui,
Ketua Jurusan Sosial Ekonomi
Fakultas Pertanian

Hery Toiba, S.P.,M.P.,Ph.D.


NIP. 197209082003121001

Tanggal Persetujuan:

iii
PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa segala pernyataan dalam skripsi ini merupakan hasil
penelitian saya sendiri, dengan bimbingan komisi pembimbing. Skripsi ini tidak
pernah diajukan untuk memperoleh gelar di perguruan tinggi manapun dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang jelas ditunjukkan rujukannya dalam naskah
ini dan disebutkan dalam daftar pustaka

Malang, Januari 2020

Gery Hilkia Bangun


NIM. 165040107111062
RINGKASAN

GERY HILKIA BANGUN. 165040107111062. Peranan Jaringan Sosial


dalam Pengadaan Bahan Baku dan Perekrutan Karyawan Pada
Keberlangsungan Usaha Coffee shop (Studi Kasus di Kecamatan Lowokwaru
Kota Malang) Dibawah bimbingan Prof. Dr.Ir. Yayuk Yuliati, MS. dan
Fitrotul Laili, SP., MP.

Banyaknya coffee shop di kota Malang menyebabkan konsumen memiliki


kebebasan dalam memilih, sehingga coffee shop bersaing dengan ketat. Untuk
mampu bersaing, coffee shop harus memanfaatkan peran jaringan sosial dalam
menjalankan bisnisnya agar berjalan efektif Jaringan sosial pada usaha coffee
shop terdiri dari jaringan pada pengadaan bahan baku dan rekruitmen karyawan.
Jaringan sosial pada usaha coffee shop terdiri dari jaringan pada pengadaan bahan
baku dan rekruitmen karyawan. Jaringan sosial dalam pengadaan bahan baku
meliputi proses pemenuhan bahan baku antara lain kopi berjenis robusta dan
arabika. Bahan baku diperoleh melalui berbagai pemasok yang sudah ditetapkan
coffee shop. Jaringan sosial dalam perekrutan karyawan meliputi beberapa cara
diantaranya yaitu membuka lowongan, rekomendasi orang lain, teman dan
keluarga. Sebagian besar coffee shop khususnya di daerah Malang kurang ketat
dalam merekrut karyawan dan pemenhan bahan baku karena memiliki
kepercayaan yang tinggi terhadap karyawan sehingga kurangnya kontrol terhadap
komponen yang ada. Pentingnya jaringan sosial yang terbentuk dalam pengadaan
bahan baku dan perekrutan karyawan mempengaruhi keberlangsungan usaha,
sehingga penting untuk mengetahui mengenai tipe, pola dan sifat dari jaringan
sosial.
Tujuan penelitian adalah mendeskripsikan tipe jaringan, pola jaringan dan
sifat jaringan sosial dalam pengadaan bahan baku dan mendeskripsikan tipe, pola,
dan sifat jaringan sosial dalam perekrutan karyawan. Pendekatan penelitian yan
digunakan pendekatan kualitatif dengan jenis deskriptif dengan contoh studi
kasus. Penentuan informan secara purposive sampling menyesuaikan tujuan
penelitian. Peneliti menggunakan informan yang terdiri dari pemilik usaha coffe
shop atau karywan yang mengerti mengenai pengadaan bahan baku dan
perekrutan karyawan. Data diperoleh melalui observasi, wawancara mendalam,
dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
model interaktif Miles dan Huberman. Teknik keabsahan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah triangulasi metode.
Hasil penelitian didapat bahwa jaringan sosial dalam pengadaan bahan baku
terdapat tipe jaringan kepentingan yang dapat dilihat dalam pemenuhan bahan
baku. Pola hubungan yang terjadi dalam pemuhan bahan baku ialah pola
hubungan horizontal, dimana pemasok dan pelaku usaha memiliki kedudukan
yang sama, tidak ada yang merasa paling berpengaruh satu sama lain. Sifat
jaringan yang terbentuk ialah sifat jaringan terbuka. Untuk jaringan sosial dalam
perekrutan karyawan terdapat tipe jaringan kepentingan. Pola hubungan yang
terjadi dalam perekrutan karyawan ialah pola hubungan vertical. Sifat jaringan
terbuka, kecuali coffee shop Laguna memiliki pola horizontal dikarenakan yang
bekerja keluarga menyebabkan tidak adanya batasan antara karyawan dan

v
pemilik dan sifat jaringan yang terbentuk ialah sifat jaringan tertutup. Dimana
coffee shop menutup kemungkinan untuk merekrut karyawan dari luar.
SUMMARY
GERY HILKIA BANGUN. 165040107111062. The Role of Social Networks
in Procurement of Raw Materials and Employee Recruitment for the
Sustainability of the Coffe Shop Business (Case Study in Lowokwaru
District, Malang). Supervised by Prof. Dr.Ir. Yayuk Yuliati, MS. and Fitrotul
Laili, SP., MP.

The number of coffee shops in Malang causes consumers to have freedom of


choice, so that coffee shops compete fiercely. To be able to compete, coffee shops
must utilize the role of social networks in running their businesses to run
effectively. Social networks in the coffee shop business consist of networks in the
procurement of raw materials and employee recruitment. The social network in
the coffee shop business consists of a network on the procurement of raw
materials and employee recruitment. Social networks in the procurement of raw
materials include the process of fulfilling raw materials, including Robusta and
Arabica type coffee. Raw materials are obtained through a variety of suppliers that
have been established coffee shop. The social network in recruiting employees
includes several ways including opening vacancies, recommendations of others,
friends and family. Most coffee shops, especially in the Malang area, are less
strict in recruiting employees and meeting raw materials because they have high
trust in employees, resulting in a lack of control over existing components. The
importance of social networks that are formed in the procurement of raw materials
and employee recruitment affects the sustainability of the business, so it is
important to know about the type, pattern and nature of social networks.
The purpose of this research is to describe the type of network, network
patterns and the nature of social networks in the procurement of raw materials and
describe the types, patterns and nature of social networks in employee
recruitment. The research approach used is a qualitative approach with a
descriptive type with a case study example. Determination of informants by
purposive sampling to adjust the research objectives. Researchers used informants
consisting of coffee shop business owners or employees who understood the
procurement of raw materials and employee recruitment. Data obtained through
observation, in-depth interviews, and documentation. The data analysis technique
used in this study is the interactive model of Miles and Huberman. The data
validity technique used in this study is the method triangulation
The results of the study found that social networks in the procurement of raw
materials have a type of interest network that can be seen in the fulfillment of raw
materials. The pattern of relationships that occur in the fulfillment of raw
materials is a horizontal relationship pattern, where suppliers and business actors
have the same position, no one feels the most influential on each other. The nature
of the network formed is the nature of the open network. For social networks in
employee recruitment there are types of interest networks. The pattern of
relationships that occur in employee recruitment is a vertical relationship pattern.
The nature of open networks, except for Laguna's coffee shop, has a horizontal
pattern because working families cause no boundaries between employees and

vi
owners and the nature of the network formed is the nature of closed networks.
where the coffee shop closes the possibility of recruiting employees from outside.

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan nikmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian
dengan judul “Peranan Jaringan Sosial Dalam Pengadaan Bahan Baku dan
perekrutan Karyawan Pada Keberlangsungan Usaha Coffe Shop (Studi
Kasus di Kecamatan Lowokwaru Kota Malang)” ini dengan baik. Proposal ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk melakukan penelitian guna meraih gelar
Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Brawijaya.
Proposal penelitian dilatarbelakangi oleh pentingnya peranan jaringan
sosial dalam pengadaan bahan baku dan perekrutan karyawan terhadap
keberlangsungan usaha. Memanfaatkan jaringan sosial untuk mengetahui tipe,
pola dan sifat dari jaringan sosial yang terbentuk diharapkan dapat membantu
menjaga keberlangsungan usaha. Proposal ini berisi tentang kerangka konsep dan
metode penelitian yang akan dilakukan. Proposal ini juga membahas tentang
teknik analisis data yang dibuat agar pembaca dapat memahami alur analisis yang
akan digunakan sehingga hasil yang didapat menjadi baik.
Penulis menyadari masih adanya kekurangan dalam proposal penelitian ini.
Oleh sebab itu penulis sangat menerima kritik maupun saran yang membangun.
Harapannya isi dari proposal penelitian ini bisa bermanfaat dan menjadi ilmu bagi
pembaca maupun penulis.

Malang, Januari 2020

Penulis

viii
RIWAYAT HIDUP
Gery Hilkia Bangun, lahir di Medan pada tanggal 03 April 1998.
Penulis merupakan anak pertama dari 2 bersaudara dari pasangan
Bapak Bangun Sari Bangun dan Ibu Imendaria Theresia Br.
Sembiring Meliala Selama hidupnya penulis telah menempuh
pendidikan formal, yaitu:

1. Taman Kanak-Kanak (TK) TK Fajar Medan pada tahun 2002-2003


2. Sekolah Dasar (SD) SD ST. Antonius 1 Medan pada tahun 2004-2010
3. Sekolah Menengah Pertama (SMP) SMP Putri Cahaya Medan pada tahun
2011-2013
4. Sekolah Menengah Atas (SMA) SMA ST. Thomas 1 Medan pada tahun 2013-
2016
Setelah penulis lulus melalui Seleksi Mandiri (SELMA) Universitas Brawijaya
pada tahun 2016 dan menjadi mahasiswa di Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian,
Universitas Brawijaya untuk program Strata satu (S-1)

ix
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN.............................................................................................iii
PERNYATAAN...............................................................................................................iv
RINGKASAN....................................................................................................................v
KATA PENGANTAR.....................................................................................................vii
RIWAYAT HIDUP........................................................................................................viii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................xi
DAFTAR TABEL............................................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................................xiii
I. PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................2
1.3 Batasan Masalah.......................................................................................................3
1.4 Tujuan Penelitian.....................................................................................................4
1.5 Kegunaan Penelitian.................................................................................................4
II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................5
2.1 Penelitian Terdahulu................................................................................................5
2.2 Teori.......................................................................................................................11
2.2.1 Tinjauan Cofee Shop........................................................................................11
2.2.2 Jaringan Sosial.................................................................................................11
2.2.3 Pola Hubungan dan Sifat Hubungan Jaringan Sosial.......................................13
2.3 Alur Pemikiran Penelitian......................................................................................14
2.3 Preoposisi...............................................................................................................15
III. METODE PENELITIAN...........................................................................................16
3.1 Pendekatan Penelitian.............................................................................................16
3.2 Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................16
3.3 Teknik Penentuan Informan...................................................................................16
3.4 Teknik Pengumpulan Data.....................................................................................17
3.5 Teknik Analisis Data..............................................................................................17
3.6 Keabsahan Data......................................................................................................19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................................20

x
4.1 Gambaran Umum...................................................................................................20
4.1.1 Gambaran Umum Usaha Coffe Shop di Kota Malang.....................................20
Alamat Kedai...................................................................................................................20
4.1.2 Karakteristik Informan....................................................................................22
4.2 Jaringan Sosial Dalam Pengadaan Bahan Baku......................................................24
4.2.1 Tipe Jaringan Sosial........................................................................................24
4.2.2 Sifat Jaringan Sosial........................................................................................27
4.2.3. Pola Jaringan Sosial........................................................................................30
4.3 Jaringan Sosial dalam Perekrutan Karyawan..........................................................34
4.3.1 Tipe Jaringan Sosial........................................................................................35
4.3.2 Sifat Jaringan Sosial........................................................................................39
V. KESIMPULAN........................................................................................................43
5.1 Kesimpulan............................................................................................................43
5.2 Saran......................................................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................45
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................................47

xi
DAFTAR GAMBAR

No Teks Halaman

Gambar 1. Alur Pemikiran Penelitian..............................................................................15


Gambar 2. Komponen Teknik Analisis Data Model Interaktif (Sumber : Miles dan
Huberman, 2014).............................................................................................................19
Gambar 3. Pola Hubungan Dalam Pemenuhan Bahan Baku............................................33
Gambar 4. Pola Hubungan Memiliki Batasan..................................................................42
Gambar 5. Pola Hubungan Tidak Memiliki Batasan........................................................42

xii
DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman


Tabel 1. Penelitian Terdahulu............................................................................................5
Tabel 2. Daftar Beberapa Coffee Shop di Kota Malang...................................................20
Tabel 3. Informan berdasarkan jenis kelamin...................................................................22
Tabel 4. Informan berdasarkan usia.................................................................................22
Tabel 5. Informan berdasarkan tingkat pendidikan..........................................................23
Tabel 6. Tipe Jaringan Berdasarkan Biji Kopi yang Diperoleh.......................................25
Tabel 7. Tipe Jaringan Berdasarkan Kriteria Coffee Shop dalam Memilih Pemasok.......26
Tabel 8. Sifat Jaringan Berdasarkan Informasi Pemasok.................................................28
Tabel 9. Sifat Jaringan Berdasarkan Jumlah Pemasok.....................................................29
Tabel 10. Pola Jaringan Berdasarkan Bentuk Interaksi yang Dilakukan Coffee Shop dan
Pemasok...........................................................................................................................32
Tabel 11. Tipe Jaringan dan Sifat Jaringan Berdasarkan Cara Merekrut Karyawan.........35
Tabel 12. Tipe Jaringan Berdasrkan Sistem Kerja Karyawan..........................................37
Tabel 13. Tipe Jaringan Berdasarkan Kriteria Perekrutan Karyawan...............................38
Tabel 14. Sifat Jaringan Berdasarkan Pemberlakuan Training Karyawan........................40

xiii
DAFTAR LAMPIRAN
No Teks Halaman

Lampiran 1. Pertanyaan Penelitian...................................................................................47


Lampiran 2. Dokumentasi................................................................................................51

xiv
1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Banyaknya coffee shop di kota Malang menyebabkan konsumen memiliki


kebebasan dalam memilih, sehingga coffee shop bersaing dengan ketat. Untuk
mampu bersaing, coffee shop harus memanfaatkan peran jaringan sosial dalam
menjalankan bisnisnya agar berjalan efektif (Lawang, 2005). Jaringan sosial
sendiri ialah ikatan yang menghubungkan satu titik ke titik lain dalam jaringan
yang dilakukan untuk memperolah sesuatu yang dikerjakan dan sebagai perekat
yang memberi makna pada kehidupan sosial. Jalur yang menghubungkan satu
titik dengan titik lain dapat mengalirkan sesuatu seperti jasa, barang, atau
informasi (Agusyanto, 2014; Damsar,2002). Sehingga dapat disimpulkan bahwa
jaringan sosial berkaitan dengan seluruh hubungan baik antar individu dengan
individu, individu dengan kelompok, serta kelompok dengan kelompok untuk
menjalankan kegiatan secara efektif.

Jaringan sosial pada usaha coffee shop terdiri dari jaringan pada pengadaan
bahan baku dan rekruitmen karyawan. Jaringan sosial dalam pengadaan bahan
baku meliputi proses pemenuhan bahan baku antara lain kopi berjenis robusta dan
arabika. Bahan baku diperoleh melalui berbagai pemasok yang sudah ditetapkan
coffee shop. Jaringan sosial dalam perekrutan karyawan meliputi beberapa cara
diantaranya yaitu membuka lowongan, rekomendasi orang lain, teman dan
keluarga. Sebagian besar coffee shop khususnya di daerah Malang kurang ketat
dalam merekrut karyawan dan pemenhan bahan baku karena memiliki
kepercayaan yang tinggi terhadap karyawan sehingga kurangnya kontrol terhadap
komponen yang ada. Pentingnya jaringan sosial yang terbentuk dalam pengadaan
bahan baku dan perekrutan karyawan mempengaruhi keberlangsungan usaha,
sehingga penting untuk mengetahui mengenai tipe, pola dan sifat dari jaringan
sosial.
Penelitian terdahulu dengan judul Pola Jaringan Sosial Pada Industri Kecil
Rambut Palsu di Desa Karangbanjar Kecamatan Bojonsari Kabupaten Purbalingg
oleh Arif Pradita (2013) dengan tujuan mengetahui pola jaringan dan faktor
2

pembentuk jaringan sosial pada industri rambut palsu.. Sedangkan penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui tipe jaringan sosial, pola jaringan sosial, dan sifat
jaringan sosial yang berguna untuk keberlangsungan usaha coffee shop.

Masalah yang sering dihadapi dalam pengadaan bahan baku kopi yang
memiliki kualitas yang tidak konsisten dikarenakan dalam mendapatkan bahan
baku didasarkan pada pengalaman dalam membeli atau mengenal penjual bahan
baku tersebut sehingga dalam pembelian tidak dilakukan pengecekan secara
detail. Permasalahan selanjutnya ialah dalam merekrut karyawan, banyak
karyawan yang memang tidak profesional atau tidak terbentuknya ikatan yang
sesuai antara pengusaha dan karyawan, sehingga sering terjadi ketidakcocokan
yang berdampak pada coffee shop itu sendiri. Terkadang pemilik tidak melakukan
seleksi yang baik dalam merekrut karyawan ditambah lagi pemilik dan karyawan
sudah seperti rekan kerja yang memiliki kedudukan setara, sehingga tidak adanya
batasan antara pemilik dan karyawan sehingga kurangnya kontrol dari pemilik.
Berdasarkan permasalahan tersbeut, penting untuk melakukan penelitian
mengenai tipe jaringan sosial, pola hubungan sosial dan sifat hubungan sosial
pada jaringan sosial pengadaan bahan baku dan perekrutan karyawan. Penelitian
ini dilakukan di kota Malang kecamatan Lowokwaru. Pemilihan lokasi tersebut
dikarenakan banyaknya coffee shop di kecamtan tersebut dibandingkan kecamatan
dengan kecamatan lain di kota Malang.

1.2 Rumusan Masalah

Peningkatan konsumsi kopi yang ada di Indonesia khususnya di Kota


Malang, menimbulkan banyaknya coffee shop. Coffee shop merupakan sebuah
usaha yang sedang tumbuh dengan pesat dan mudah untuk ditemukan.
Meningkatnya usaha coffee shop menyebabkan ketatnya persaingan, sehingga
diperlukan adanya cara untuk bertahan. Permasalahan yang sering dihadapi dalam
pengadaan bahan baku pada coffee shop yaitu kopi yang memiliki kualitas yang
tidak konsisten dikarenakan dalam mendapatkan bahan baku didasarkan pada
3

pengalaman dalam membeli atau mengenal penjual bahan baku tersebut sehingga
dalam pembelian tidak dilakukan pengecekan secara detail.

Permasalahan selanjutnya yakni dalam proses rekruitmen karyawan.


Proses seleksi yang dilakukan tidak menggunakan prosedur yang baik, serta
rendahnya kontrol terhadap karyawan oleh pemilik coffee shop menjadi salah satu
faktor yang berpengaruh terhadap kualitas dan profesionalisme karyawan. Di satu
sisi, suasana kerja di Coffee Shop terkesan tidak memberikan batasan antara
pemilik dan karyawan yang berpengaruh terhadap hubungan intrapersonal yang
dibangun.

Dalam menjaga keberlangsungan usaha, pemilihan bahan baku yang


konsisten perlu dilakukan untuk menjaga kualitas produk. Pemilihan bahan baku
harus disesuaikan dengan kebutuhan usaha, sehingga perlu adanya tujuan-tujuan
khusus dan bisa berubah-ubah sesuai kebutuhan dan tidak terikat (Joko, 1999).
Profesionalisme sangat dibutuhkan dalam menjalankan suatu usaha.
Profesionalisme dapat tercipta melalui kinerja yang diberikan oleh karyawan dan
pemilik usaha. Hubungan pemilik dengan karyawan perlu ditingkatkan dengan
memahami batasan-batasan antara pemilik dan karyawan. Batasan tersebut
menjadi suatu norma yang mempunyai kekuatan moral tersendiri dimana
didalamnya berisi hak-hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh pemilik
dan karyawan. Norma-norma tersebut akan bertahan jika pemilik terus
memberikan jaminan perlindungan dan keamanan dasar bagi karyawan, (Pelrass,
2009). Akan tetapi jika dalam jaringan pengadaan bahan baku dan perekrutan
karyawan tersebut tidak dijalankan dengan baik, maka usaha tersebut tidak akan
bertahan lama. Dengan adanya jaringan sosial dapat membantu pemilik coffee
shop menjalankan usahanya dengan baik dalam hal pemilihan bahan baku dan
perekrutan karyawan. Jika jaringan sosial tersebut kuat, maka coffee shop tersebut
dapat bersaing dengan baik. Berdasarkan uraian tersebut maka dirumuskan
masalah yang akan dijawab dalam penilitian ini, yaitu :

1. Bagaimana tipe, pola dan sifat jaringan sosial dalam pengadaan bahan baku?
4

2. Bagaimana tipe, pola dan sifat jaringan sosial dalam perekrutan karyawan?

1.3 Batasan Masalah

Berikut adalah batasan masalah dalam penelitian antara lain:

1. Jaringan sosial pada pengadaan bahan baku berfokus pada jenis kopi robusta
dan arabika dan jaringan sosial perekrutan karyawan
2. Informan ialah pemilik coffee shop atau karyawan yang mengerti dalam
pengadaan bahan baku dan perekrutan karyawan dan coffee shop .

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang sudah dijabarkan,


maka penulis dapat merumuskan tujuan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan tipe, pola dan sifat jaringan sosial dalam pengadaan bahan
baku
2. Mendeskripsikan tipe, pola, dan sifat jaringan sosial dalam perekrutan
karyawan

1.5 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kegunaan bagi pengusaha coffee shop sebagai informasi bagi setiap


pengusaha yang bergerak di coffee shop
2. Kegunaan bagi masyarakat yang ingin membuka usaha coffee shop untuk
mengetahui bagaimana jaringan sosial dalam pengadaan bahan baku dan
perekrutan karyawan coffee shop
3. Mengetahui mengenai tipe jaringan, pola jaringan, dan sifat hubungan pada
pengadaan bahan baku dn perekrutan karyawan pada usaha coffee shop.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai jaringan sosial sudah banyak dilakukan, berikut


beberapa penelitian terdahulu mengenai jaringan sosial.

Tabel 1. Penelitian Terdahulu


No Judul Penelitian Tujuan Metode Hasil
dan Penulis Penelitian Penelitian
1. Jaringan Sosial Mengetahui Analisis:Deskrip Menghasilkan interaksi
Pengusaha Tempe hubungan sosial tif Penelitian: para pengusaha tempe
dalam dan hubungan Kualitatif bersifat kerjasama dan
Kelangsungan ekonomi Lokasi: kesamaan dengan
Hidup di pengusaha tempe Purposive individu lain. Kaitannya
Debegan. jaringan sosial dengan
Oleh: Putra, 2010 keberlangsungan usaha
ialah adnaya hubungan
saling menguntungkan
dari segi sosial dan
ekonomi.
2. Jaringan Sosial Melihat Deskriptif Fungsi jaringan sosial
Antara Kelompok bagaimana tipe Kualitatif yang ada adalah untuk
Kuli Dengan jaringan sosial menciptakan kelancaran
Pedagang Dalam antara1 dan kecepatan dalam
Aktivitas Bongkar kelompok aktivitas bongkar muat
Muat Di Pasar pedagang dan serta memperkuat
Sentral Umum kuli bongkar hubungan yang terjalin
Ambarketawang, muat di Pasar antara pedagang,
Dusun entral,Ambarketa kelompok kuli, pengelola
PatukanAmbarket wang dengan pasar, dan pembeli.
awang Gamping menggunakan
Sleman pendekatan
Oleh: Dewi kualitatif
Ardiawati, 2010
3. Jaringan Sosial Mengetahui Penelitian Hasil penelitian ialah
Sebagai Modal tentang jaringan deskriptif jaringan sosial juga
Pengusaha Kayu sosial sebagai Kualitatif membentuk triadic
Kalimantan di modal sosial para balance (kesimbangan
Kelurahan pengusaha kayu segitiga) diman mereka
Bintaro kalimantan berperilaku sesuai dengan
Kabupaten dalam posisi masing-masing.
Demak memajukan Kemudian peran dari
Oleh: Faizah N. usahanya Faktor jaringan sosial itu adalah
L, 2011 yang paling memperluas pemasaran
berpengaruh produk yang nantinya
terhadap dapat menguntungkan
6

hubungan semua pihak.


kemitraan

Lanjutan Tabel 1.
4. Dari Miyang ke mengeksplorasi Analisis data: bahwa factor ekonomi,
Longlenan : alasan yang deskriptif prestise, keinginan untuk
Pengaruh melatar kualitatif melihat dunia luar
Jaringan Pada belakangi merupakan dasar
Transformasi nelayan keputusan menjadi
Masyarakat miyangan beralih nelayan longlenan.
Nelayan Oleh: ke longlenan, Jaringan sosial yang
Novi, 2012 peran jaringan digunakan nelayan
sosial terhadap longlenan adalah dengan
akses kerja para berbagi informasi dan
calon nelayan keberadaan broker.
longlenan, dan Dampak adanya nelayan
perubahan sosial longlenan adalah
yang terjadi di perubahan ekonomi,
masyarakat. penghargaan sosial yang
lebih tinggi terhadap
profesi longlenan,
perubahan gaya hidup,
perubahan relasi dan nilai
dalam keluarga, serta
tranformasi profesi.
5. Pola Jaringan Mengetahui pola Penelitan Pola horizontal, jaringan
Sosial Pada jaringan dan Kualitatif sosial menempatkan
Industri Kecil faktor Lokasi: pengrajin dan pihak
Rambut Palsu di pembentuk Purposive pabrik di posisi sama.
Desa jaringan sosial Analisis data: Pola diagonal terjadi
Karangbanjar pada industri deskriptif antara pengrajin dan
Kecamatan rambut palsu kualitatif pemasok, dimana
BojonsariKabupat pemasok memiliki
en Purbalingga kedudukan sedikit lebih
Oleh: Arif tinggi. Pola vertikal
Pradita, 2013 terjadi antara pengrajin
dengan pengepul dan
pengrajin dengan pekerja.
Faktor atau tipe
pembentuk jaringan sosial
yang ada ialah
kepentingan, emosi, dan
kekuasaan. Tetapi yang
mendominasi ialah
jaringan kepentingan dan
jaringan emosi.
7

Lanjutan Tabel 1.
5. Pola Jaringan Mengetahui pola Penelitan Pola horizontal, jaringan
Sosial Pada jaringan dan Kualitatif sosial menempatkan
Industri Kecil faktor Lokasi: pengrajin dan pihak
Rambut Palsu di pembentuk Purposive pabrik di posisi sama.
Desa jaringan sosial Analisis data: Pola diagonal terjadi
Karangbanjar pada industri deskriptif antara pengrajin dan
Kecamatan rambut palsu kualitatif pemasok, dimana
BojonsariKabupat pemasok memiliki
en Purbalingga kedudukan sedikit lebih
Oleh: Arif tinggi. Pola vertikal
Pradita, 2013 terjadi antara pengrajin
dengan pengepul dan
pengrajin dengan pekerja.
Faktor atau tipe
pembentuk jaringan sosial
yang ada ialah
kepentingan, emosi, dan
kekuasaan. Tetapi yang
mendominasi ialah
jaringan kepentingan dan
jaringan emosi.

6. Peran Jaringan Menunjukkan Penelitian Hasil penelitian orang


Sosial dalam peran jaringan deskriptif akan saling mengenal satu
Klaster Industri sosial dalam Kualitatif sama lain, pengusaha satu
Oleh: Purwanto, perkembangan dengan yang lain saling
2013 klaster industri mengenal begitu juga
kasongan. dengan pekerja.
Perkenalan tersebut
membuat reputasi para
pengusaha dan pekerja
mudah tersebar. Dalam
hal ini lebih mudah
mendapatkan pekerja
yang baik dan jujur.

7. Peran Jarinan Bertujuan untuk Analisis data menunjukkan bahwa


Sosial Nelayan mengeksplorasi deskriptif nelayan di Kota Kendari
Pada Pemasaran karakteristik kualitatif. melakukan aktifitas
Tuna, Cakalang nelayan, proses penangkapan ikan
Dan Tongkol: dan jaringan berdasarkan pada jenis
Studi Kasus di sosial antar alat tangkap yang dimiliki
KotaKendari. pelaku usaha dengan ukuran kapal lebih
8

Oleh :Riesti, 2014 penangkapan dan kecil dari 30 GT.


pemasaran Pemasaran tuna, cakalang
dan tongkol
dikelompokkan kedalam
dua pasar utama yaitu
pasar lokal dan ekspor.

Lanjutan Tabel 1.
8. Jaringan sosial Mengetahui Penelitan : Bentuk jaringan sosial
Blantik Sapi d1i jaringan Kualitatif merupkaan jaringan
Pasar Hewan1 perdagangan Lokasi: perdagangan. Peranan
Lumajang.Oleh: sapi. Blantik Purposive dari blantik ialah sebagai
Nugraha, 2015 memegang Analisis data: perantara antara pembeli
peranan penting deskriptif dan peternak.
yaitu kualitatif
berhubungan
baik dengan
juragan dan
peternak.
9. Peran Jaringan Mendeskripsikan Analisis data Peran jaringan sosial
Sosial dalam peran jaringan Deskriptif disini masih lemah
Meningkatkan sosial dan Kualitatif dikarenakan pengrajin
Usaha Kerajinan mengetahui bekerja secara individu
Bambu Di Dusun keberlangsungan meskipun sudah saling
Sendari, Desa usaha pada percaya dan untuk
Tirtoadi, Kec. pengrajin bambu keberlangsungan mereka
Mlati, Kab. menggunakan media
Sleman. Oleh : promosi dan membuat
Adnan, 2016 inovasi.
9

10. Jaringan Sosial Mendeskripsikan Analisi data adanya jaringan sosial


Pedagang Barang pola dan bentuk dengan dalam bisnis barang antik
Antik di Kota jaringan sosial pendekatan guna membangun
Surabya (Studi pedagang barang kualitatif hubungan sosial antara
Deskriptif antik, dengan satu sama lain yang secara
Kualitatif Tentang mendeskripsikan perspektif teori dinamis saling terjalin.
Pedagang pelaku yang jaringan sosial Aspek modal sosial di
Klithikan Barang terlibat dalam dari James S. dalam jaringan sosial
Antik di Jalan jaringan sosial Coleman. memainkan peran penting
Bodri Kota dan yaitu kepercayaan dan
Surabaya). Oleh : mendeskripsikan resiprositas yang terjadi
Tri, 2017 fungsi masing- antara pedagang dengan
masing aktor pedagang, makelar
yang terlibat dengan tengkulak,
tengkulak dengan
pengepul, dan pedagang
dengan tengkulak ketika
terjadi proses perburuan
barang antik. Sedangkan
hubungan antara makelar
dan tengkulak terdapat
jaringan tersembunyi
yang dilakukan sebagai
salah satu cara untuk
memperoleh hasil
maksimal.

Lanjutan Tabel 1.
11. Jaringan Sosial Mengetahui Analisis data Peran dibantu oleh norma
Pada Pengusaha peran jaringan dengan metode sehingga mampu
Kopi Bubuk di sosial, proses kualitatif menentukan harapan.
Kecamatan kerjasama Peran dari masing-masing
Enrekang jaringan sosial aktor yang dijalani
Kabupaten dan simpul apa tersebut menimbulkan
Enrekang. Oleh : saja yang sikap ketergantungan
Rama, 2018 mengikat dalam terhadap aktor lain.
membangun b. Proses kerjasama
berkembangangn jaringan sosial dalam
yausaha kopi pengembangan kemajuan
bubuk dan pemasaran pada
pengusaha kopi bubuk
diantaranya proses
kerjasama yang dibangun
dengan saling
mensosialisasikan diri
masing-masing guna
10

menghasilkan sebuah
norma yang diperkuat
dengan kepercayaan yang
timbul dari sikap dan
interaksi yang ada pada
diri masingmasing aktor.
Kerjasama dibentuk
karena adanya
ketergantungan
kepentingan
masingmasing aktor, dan
saling mengharapkan
ekpestasinya tercapai
dengan kerjasama
tersebut.
c. Simpul yang mengikat
dalam membangun
berkembangnya suatu
usaha kopi bubuk petani
kopi, pedagang kopi,
pemerintah, pengusaha
kopi lainnya, konsumen,
jasa, pedagang besar yaitu
simpul interest, simpul
power dan simpul
sentiment.

Dari tabel diatas terdapat sebelas penelitian terdahulu. Adanya persamaan


dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu mengenai pendekatan penelitian
kualitatif yang berjenis deskriptif. Perbedaan dengan penelitian yang akan
dilakukan tidak ada yang membahas secara keseluruhan mengenai tipe pembentuk
jaringan sosial, pola hubungan dan sifat hubungan. Penelitian terdahulu hanya
membahas tipe ataupun pola hubungan jaringan sosial dan belum ada dilakukan
penelitian mengenai pengadaan bahan baku dan perekrutan karyawan dalam usaha
coffee shop. Peneliti akan melakukan peneltian mengenai bagaimana tipe
pembentuk jaringan sosial, pola hubungan yang terbentuk dan sifat hubungan
pada jaringan sosial pengadaan bahan baku yaitu kopi berjenis robusta dan arabika
serta jaringan sosial dalam perekrutan karyawan pada usaha coffee shop di
kecamatan Lowokwaru, kota Malang.
11

2.2 Teori
2.2.1 Tinjauan Cofee Shop

Kata kafe (dalam arti kedai kopi) berasal dari bahasa Perancis, Cafe, yang
artinya juga kopi. Kafe yang semula selalu di pinggir jalan dan sederhana,
sekarang sudah berkembang dan mulai memiliki desain yang modern dan nyaman
bagi pengunjung. Salah satunya adalah coffee shop yang sekarang praktis menjual
makanan berat juga, tapi juga melayani tamu yang memesan minuman dan
makanan kecil. Menurut Ghozali (2008:21) coffe shop adalah tempat bersantai,
tempat menghilangkan stress akibat beban aktifitas sehari-hari, tempat untuk
meeting dengan rekan bisnis, tempat berkumpul dengan teman dikarenakan
masyarakat Indonesia senang bersosialisasi. Hal ini yang menyebabkan mengapa
kedai seperti coffee shop tidak hanya menyediakan kopi atau kudapan saja, akan
tetapi juga menampilkan nilai lebih yang lain yang disajikan kepada pengunjung
coffee shop, misalnya penataan ruangan (interior design), hiasan ruangan dan
penataan lampu.
2.2.2 Jaringan Sosial

Jaringan sosial ialah hubungan yang terbentuk secara urut antar individu
mauapun anatar kelompok, dalam jaringan sosial akan terbentuk interkasi dan
komunukasi yang menambah rasa kepercayaan dan memprkuat kerjasama.
Hubungan merupakan suatu kerjasama antar indivvidu maupun kelompok yang
didasari oleh ikatan yang bersifat saling bergantung dan aktif. Hubungan ini
berbentuk formal dan informal (Damsar, 2002; Agusyato, 2007).

Menurut Fukuyama (2002) jaringan sosial ialah perwujudan dari


kelompok sosial. Jaringan sosial tercipta karena adanya kesamaan tujuan
kebutuhan yang ingin dicapai bersama. Kebutuhan yang ingin dituju adalah
kebutuhan sosial ekonomi yang mengarah kepada kebutuhan fisik, penghargaan
diri, sosial, keamanan, dan perwujudan diri. Basis pembentukan jaringan sosial
dikarenakan adanya kesamaan identitas sosial dan kepentingan sosial ekonomi.
12

Menurut Granovetter (2005) ada empat landasan yang mempengaruhi


adanya pengaruh hubungan antara jaringan sosial dan manfaat ekonomi, yaitu :
norma dan kepadatan jaringan. Kedua ialah kuat atau lemahnya ikatan ialah
manfaat ekonomi lebih cenderung terdapat di jalinan ikatan yang lemah
diakarenakan ikatan yang kuat tumbuh dari individu yang baru kenal, sehingga
membuka informasi baru bagi individu, berbeda dengan teman dekat yang
umumnya memiliki informasi yang kurang lebih sama dengan individu. Ketiga
ialah peran lubang struktur yang berada diluar ikatan yang berfungsi
menjembatani relasi individu dengan pihak luar. Keempat ialah interpretasi
kegiatan non ekonimi dan ekonomi, artinya kegiatan non ekonomi juga
mempengaruhi tindakan ekonomi juga.

Menurut Barnes dalam Agusyanto (2007:31-33) menjelaskan hubungan


sosial yang membentuk jaringan soial dalam masyarakat terbagi atas tiga tipe,
‘[yaitu:

a) Jaringan perasaan terbentuk dari tindakan sosial dan membentuk hubungan


sosial. Jaringan ini biasanya bersifat permanen, norma dan nilai yang
terkandung sangat kuat sehingga membatasi ruang gerak pelakunya.
Manfaat jaringan ini ialah solidaritas yang kuat antara anggotanya. Dengan
demikian bisa juga diartikan jika individu yang ada didalam harus saling
menghormati dan lebih mengutamakan kepentingan jaringan ini daripada
kepentingan pribadi individu tersebut.
b) Jaringan kepentingan terbentuk karena adanya hubungan yang memiliki
tujuan tertentu. Apabila tujuan yang ingin dicapai telah tercapai maka
hubugan sosial yang terjadi pada jaringan ini akan berhenti. Tujuan dari
jaringan ini jelas dan akan berakhir.
c) Jaringan kekuasaan ialah jaringan yang strukturnya dibentuk dengan
sengaja. Contoh jaringan ini ialah perusahaan, organisaasi atau negara
dimana tujuan jaringan ini bersifat kolektif yang digunakan untuk
menciptakan keadaan yang diinginkan dan biasanya dalam jangka waktu
yang lama. Dalam jaringan ini dibutuhkan pusat kekuatan atau pemimpin
13

yang digunakan untuk menjalankan jaringan kelompok secara tepat. Pada


jaringan ini terdapat hadiah atau sanksi dari setiap tindakan individu, oleh
karena itu memiliki norma dan nilai yang sangat mengikat setiap individu
yang berada dalam jaringan ini. Unit analisis pada jaringan ini ialah
dampak
14

2.2.3 Pola Hubungan dan Sifat Hubungan Jaringan Sosial

Jaringan sosial ialah jaringan tipe khusus yang menghubugkan satu titik ke
titik yang lan dimana yang menghubungkan ialah hubungan sosial. Hubungan
sosial ialah hasil dari rangkaian tingkah laku antara individu. Hubungan sosial ini
akan menciptakan pola tertentu. Prinsip-prinsisp mendasar dalam jaringan ialah
adanya pola tertentu artinya sesuatu yang mengalir dari titik tertentu ke titik yang
lain, jalur yang dilewati tidak terjadi secara acak (Agusyanto, 2007). Pola
hubungan sosial menurut Polanyi (2003), dibedakan menjadi tiga pola yaitu :

a) Pola resiporitas, yaitu pola hubungan antar individu maupun kelompok


yang bersifat simetris. Hubungan ini menempatkan diri dalam peranan
yang sama. Konsep pola resiporitas ini memerlukan hubungan personal
dengan pihak-pihak yang terkait.
b) Pola retribusi, ialah pemindahan suatu barang maupun jasa yang terpusat
dengan proses pengumpulan kembali dari individu-individu dikelompok
tertentu. Hubungan yang terjadiialaah asimetris dimana adanya peran dan
wewenang yang dimiliki individu dalam suatu kelompok yang berguna
untuk mengorgannisir pengumpulan barang dan jasa lalu didistribusikan
lagi kepada anggota kelompok.
c) Pola pertukaran pasar, adalah distribusi yang kegiatannya dilakukan
melalui pasar. Pasar diartikan sebagai suatu institusi sosial yang
merupakan suatu struktur sosial yang memberikan tatanan untuk
penyelasaian masalah kebutuhan dasar individu.

Menurut Scott (1972) membagi pola berdasarkan stasus sosial ekonomi pada
jaringan sosial, pola jaringan sosial terbagi tiga bentuk yaitu :

a) Pola jaringan vertikal, hubungan antara dua pihak yang terjadi tidak
seimbang dikarenakan adanya satu pihak memiliki dominasi kuat
dibanding pihak lain dan terjadi hubungan patron-clien.
15

b) Pola jaringan digonal, hubungan antara dua indvidu di mana satu pihak
memiliki kekuasaan lebih tinggi dibanding dengan pihak yang lain.
c) Pola jaringan horizontal, hubungan dimana masing-masing pihak
menempatkan dirinya sejajar satu dengan yang lainnya.

Menurut Weber (2013) mengatakan pola hubungan sosial berkaitan dengan


jaringan sosial. Hubungan bisa bersifat terbuka dan tertup. Hubungan dikatakan
terbuka jika hubungan tersebut tidak menolak adanya interaksi dari siapapun yang
ingin ikut bergabung dalam hubungan tersebut. Hubungan dikatakan tertutup jika
hubungan tersebut menolak adanya partisipasi dengan orang luar dengan
ditundukkan dengan syarat-syarat tertentu. Sifat-sifat dari jaringan sosial (Stones
dan Hughes, 2002) menyatakan terdiri atas tiga sifat, yaitu :

a) Bentuk dan Luas


Sifat ini mengenai hubungan informal yang ada di sebuah interaksi
soial, misalnya jumlah tetangga mengetahui probadi seseorang dalam
sistem sosal dan jumlah kontak kerja
b) Kerapatan dan Ketertutupan
Jaringan dapat dilihat dari seberapa banyak antar anggota mengetahui
satu sama lain atau masyarkat setempat saling mengetahui satu sama
lain
c) Keragaman
Dikelompokkan berdasarkan keragaman etnik, teman, pendidian dalam
sebuah jaringan yang dbentuk oleh kelompok tertentu.

2.3 Alur Pemikiran Penelitian

Banyaknya usaha coffee shop meningkatkan persaingan usaha. Perlu


diperhatikan jaringan sosial dalam pengadaan bahan baku dan perekrutan
karyawan untuk menjaga keberlangsungan usaha tersebut perlu diperhatikan tipe
jaringan sosial, pola hubungan serta sifat hubungan perlu diperhatikan. Tipe
jaringan sosial terbagi menjadi 3 yaitu : tipe kepentingan, tipe perasaan, dan tipe
kekuasaan. Untuk pola hubungan sosial yang terbentuk yaitu: resiporitas,
16

retribusi, dan pertukaran pasar. Sifat hubungan ada yang tertup dan terbuka.
Pentinganya jaringan sosial diperhatikan dengan baik ialah berguna untuk
keberlangsungan usaha coffee shop.
17

Gambar 1. Alur Pemikiran Penelitian


2.3 Preoposisi

Berdasarkan teori dan juga alur berpikir penelitian maka, preposisi dari
penelitian ini ialah :

1. Tipe jaringan sosial, pola jaringan sosial dan sifat jaringan dalam pengadaan
bahan baku mempengaruhi keberlansungan usaha coffee shop.
2. Tipe jaringan sosial, pola jaringan sosial dan sifat jaringan dalam perekrutan
karyawanmempengaruhi keberlansungan usaha coffee shop.
III. METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Dengan adanya permasalahan yang telah diuraikan penulis, maka


penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Pendekatan
penelitian kualitatif digunakan dalam mengumpulkan data berupa informasi yang
didapat dengan melalukan observasi dan wawancara dari lapang. Kemudian
diperlukan interpretasi data dan menuliskan hasil dari informasi yang didapat dan
diolah menjadi bentuk teks. Hasil dari data yang diolah perlu adanya pengecekan
setelah menganalisis agar tidak terjadi kesalahan data, pengecekan ini berupa
menyampaikan hasil dari data yang diolah kepada informan, agar data tersebut
benar adanya. Jenis penelitian yang digunakan yaitu deskriptif yang digunakan
untuk mendeskripsikan jaringan sosial yang ada pada usaha coffee shop, dimana
jaringan sosial yang dimaksud ialah jaringan sosial dalam pengadaan bahan baku
dan jaringan sosial dalam memperkerjakan karyawan. Selain itu, penelitian juga
akan menjelaskan tipe jaringan sosial yang terbentuk, dan pola jaringan sosial
yang terbentuk pada coffee shop tersebut.

3.2 Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian

Peneilitan dilakukan pada usaha coffee shop di Kecamatan Lowokwaru,


Kota Malang. Penetuan lokasi dilakukan secara sengaja atau purposive dengan
alasan coffee shop berada di lokasi yang strategis dikarenakan banyaknya coffee
shop di kecamatan Lowokwaru dibandingkan dengan kecamatan lain di Kota
Malang. Pengambilan data dilakkan pada bulan Febuari-April 2019.

3.3 Teknik Penentuan Informan

Dalam teknik penentuan informan memiliki sebanyak 20 informan.


Informan yang dimaksud ialah pemilik usaha atau orang yang sudah paham
mengenai jarngan sosial dalam pengadaan bahan baku dan jaringan dalam
memperkerjakan karyawan pada usaha coffe shop. Coffee shop yang dipilih telah
17

buka selama 3 bulan dan tidak menyediakan menu kopi kemasan melainkan
menyediakan kopi berjenis Robusta dan Arabika dengan teknik penyajian
espresso maupun manual brew.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan ialah data primer dan data sekunder..
Pengumpulan data primer melalui teknik observasi dan wawancara mendalam
sedangakan untuk pengumpulan data sekunder melalui dokumentasi dari pihak
lain.

a) Wawancara mendalam, dengan melakukan wawancara berhadapan langsung


dengan responden. Bertujuan untuk mendapat informasi yang ingin dicari
secara mendalam.
b) Observasi, melakukan pengumpulan data untuk melihat dan mengamati di
lokasi penelitian secara mendalam.
c) Dokumentasi, penulis melakukan pengumpulan dokumen-dokumen seperti
gambar maupun informasi yang mendukung. Berguna untuk melengkapi data-
data yang sudah diperoleh agar semakin tepat data yang diterima.

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis data menggunakan analisis interaktif model Miles dan Huberman


(2014) yang digunakan dalam penelitian ini ialah :

1. Kondensasi Data (Data Condensation)

Pada penelitian kualitatif tahap kondensasi terus terjadi sepanjang


penelitian berlangsung bahkan hingga penelitian selesai dilakukan. Data mengacu
pada proses pemilihan, pemfokusan, penyederhanaan, dan mentransformasikan
keseluruhan data yang diperoleh dalam catatan tertulis, traskrip wawancara,
dokumen atau bahan lainnya. Data yang diperoleh selanjutnya diubah melalui
seleksi, menulis ringkasan, koding, mengembangkan tema, membuat kategori dan
18

menulis memo analitik. Data dianalisis sedemikian rupa sehingga diperoleh


kesimpulan akhir yang dapat ditarik dan diverifikasi. Melalui tahap kondensasi
data menjadi lebih kuat.

2. Tampilan Data (Data Display)

Tampilan data berarti kumpulan informasi terorganisir dan terkompresi


yang memungkinkan penarikan kesimpulan. Tampilan yang baik adalah cara
utama bagi penelitian kualitatif yang kuat. Informasi harus dirancang secara
terorganisir menjadi bentuk yang mudah diakses dan ringkas sehingga peneliti
dapat melihat apa yang terjadi dan menarik kesimpulan yang dibenarkan. Data
yang diperoleh melalui wawancara sesuai keadaan lapang ditampilkan secara rinci
dalam bentuk deskripsi yang telah dipahami tentang strategi komunikasi yang
dilakukan oleh pengelola dalam menyukseskan program.

3. Penarikan Kesimpulan / Verifikasi (Drawing and Verifying Conclusions)

Penarikan kesimpulan dilakukan sejak pengumpulan data seperti mencatat


keteraturan penjelasan, mencari pemahaman yang tidak berpola, alur sebab akibat
dengan mengambil ide pokok berdasarkan data yang diperoleh. Kemudian seluruh
data yang diperoleh disimpulkan hingga muncul gambaran jelas mengenai pokok
bahasan. Penarikan kesimpulan didukung dengan bukti yang kuat, valid, dan
konsisten sesuai dengan situasi dan kondisi lokasi penelitian sehingga kesimpulan
yang dibuat sesuai dengan tujuan penelitian dan dapat dipercaya atau kredibel.
19

Data Data
Collection Display

Conclusions:
Data Drawing/
Condensation Verifying

Gambar 2. Komponen Teknik Analisis Data Model Interaktif (Sumber : Miles dan
Huberman, 2014)

3.6 Keabsahan Data

Penelitian ini menggunakan triangulasi metode, dimana peneliti akan


melakukan observasi terlebih dahulu coffee shop yang akan diteliti untuk
memahami keadaan di lapangan dan selanjutnya menggunakan metode
wawancara dan dokumentasi untuk mendapat hasil dari responden mengenai
20

jaringan sosial dalam pengadaan bahan baku dan perekrutan karyawan untuk
memastikan observasi sebelumnya.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum

4.1.1 Gambaran Umum Usaha Coffe Shop di Kota Malang


Pelaku usaha coffee shop menyediakan berbagai jenis kopi dari berbagai
daerah di Indonesia. Kopi-kopi tersebut disajikan dengan menggunakan mesin
espresso, vietnam drip, v60, french press, aeropress, ataupun cold brew. Tabel 2
menunjukkan 20 coffee shop di kecamatan Lowokwaru, kota Malang. Coffee shop
tersebut terletak di sekitaran sigura-gura, dinoyo, soehat dan sudimoro.
Kecamatan Lowokwaru dipilih karena banyakanya coffee shop yang tersebar di
kecamatan tersebut dan juga menjadi tempat pelopornya muncul coffee shop di
kota Malang.

Tabel 2. Daftar Beberapa Coffee Shop di Kota Malang


No Nama Coffee Shop Alamat Kedai
1 Bunatetu Jl. Terusan Soekarno Hatta Barat No.A5
Mojolangu
2 Toko Kopi Jl. Borobudur No.65a
Trimukti
3 Paradista Coffee

Jl. Ruko D'wiga Regency, Jl. Manunggal


No.12, Mojolangu

4 Anonym Coffee Jl. Candi Panggung Bar. No.48


5 OX Coffee Perum. City Inside Blok A/7
6 Kopi Sawah Jl. Ikan Tombro, Mojolangu
7 Nara Kopi Jl. Ikan Tombro No.6, Mojolangu
8 Semat Space Jl. Tenis Meja, Tasikmadu
9 Eunoia Jl. Gladiol No.2, Jatimulyo
10 Rotary Jl. Ikan Tombro, Mojolangu
11 Ocino Jl. Simpang Gajayana, Dinoyo
12 Museum Kopi

Jl. Bendungan Sigura-gura Barat Ruko Kav.


41 B

13 Koptalism Jl. Sunan Pandanaran, Sumbersari


14 Candukopi Ruko Sunan Kalijaga, Jl. Sunan Kalijaga
15 Brulee Perumahan Puri Nirwana, Jl. Gajayana
No.23
16 Motiv Coffe Ruko Dinoyo Tanah Agung Square (DITAS)
Company No 26
17 Laguna Jl. MT. Haryono No. 112
18 Omah Wiji Kawih Jl. MT. Haryono
19 Sabat Ikal Jl. MT. Haryono No. 63
21

20 Didol Ae Coffee Jl. Anggrek Garuda No.11 A


Sumber : Google Maps, 2020 (Diolah)
22
22

Pelaku usaha coffee shop pada tabel 2 mempunyai pemasok yang berbeda-
beda sesuai kebutuhan untuk memenuhi bahan baku biji kopi. Pemasok
yang dipilihi ialah petani ataupun roastery di Malang maupun di luar kota
Malang. Coffee shop juga mempunyai karyawan yang direkrut melalui
lowongan, rekomendasi orang lain, teman ataupun keluarga dan karyawan
dicari sesuai kriteria usaha. Bahan baku dan karyawan harus dipilih yang
terbaik agar mendapat hasil yang terbaik. Untuk menjaga kualitas terbaik
perlu adanya jaringan sosial yang baik juga anatara pihak coffee shop
dengan pemasok dan karyawan. 4.1.2 Karakteristik Informan
Karakteristik umum informan penelitian dilihat berdasarkan jenis kelamin,
usia, dan pendidikan. Berikut karkteristik umum informan pada penelitian ini:
4.1.2.1 Karakteristik Informan Berdasarkan Jenis Kelamin

Karakteristik informan dilihat berdasarkan jenis kelamin, pada penelitian


di cofee shop ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3. Informan berdasarkan jenis kelamin
No Jenis Kelamin N Persentase (%)
1 Laki-laki 20 100%
2 Perempuan 0 %
Total 20 100%
Sumber: Data Primer, 2020 (Diolah)
Berdasarkan data dari 20 informan yang sudah diolah, didapat bahwa
infroman pada penelitian ini, seluruhnya ialah Pria degan presentase 100%. Hal
ini menunjukkan bahwa semua yang menjadi informan berjenis kelamin pria yang
lebih memahami mengenai kopi, baik itu pemilik coffee shop maupun karyawan.
karyawan kedai kopi.
4.1.2.2 Karakteristik Informan Berdasarkan Usia

Usia adalah lama hidup informan pada saat penelitian dilakukan yang
dihitung sejak hari kelahiran yang dinyatakan dalam satuan tahun. Berikut
merupakan karakteristik informan di coffee shop berdasarkan usia dalam
penelitian ini.
Tabel 4. Informan berdasarkan usia
No Usia (Tahun) N Persentase
(%)
1 20-30 18 90
2 31-50 2 10
Total 20 100
Sumber: Data Primer, 2020 (Diolah)
23

Berdasarkan data dari 20 informan yang sudah diolah, didapat bahwa


jumlah informan terbanyak berada pada kelompok usia 20 sampai 30 tahun
dengan jumlah informan yaitu 18 orang dan persentase 90% dari total
keseluruhan. Disamping itu, informan dengan usia 30 sampai 50 tahun berjumlah
2 orang dan persentase 20%. Informan yang berusia 20 tahun sampai 30 tahun
menjadi mayoritas dalam penelitian ini. Informan tersebut kebanyakan bersatatus
sebagai mahasiswa atauapun wirausaha kedai kopi itu sendiri. Hal tersebut
disebabkan karena, usaha coffee shop saat ini menjadi tren dikalangan anak muda.
Tren tersebut menjadi faktor penyebab mengapa informan dengan usia 20-30
tahun lebih banyak menjadi informan.
4.1.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Tingkat pendidikan adalah jenjang terakhir sekolah formal yang pernah
diikuti informan sampai dengan saat penelitian. Tingkat pendidikan
dikelompokkan ke dalam beberapa kategori yaitu SD, SMP, SMA/SMK, D3/D4,
dan S1. Karakteristik infornan ada kedai kopi berdasarkan tingkat pendidikan
dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5. Informan berdasarkan tingkat pendidikan

No Pendidikan N Persentase (%)


1 SD 0 0
2 SMP 0 0
3 SMA/SMK 10 50
4 D3/D4 2 10
5 S1 9 40
Total 20 100
Sumber: Data Primer, 2020 (Diolah)
Berdasarkan data dari 20 informan yang sudah diolah, didapat bahwa
infroman pada penelitian ini kebanyakan tingkat pendidikan informan yaitu
SMA/SMK dengan jumlah 10 informan dengan persentase 50% lebih banyak
dibandingkan dengan informan yang pendidikan terakhir D3/D4 dengan jumlah 2
informan dengan persentase 10%. Menurut informan yang memiliki tingkat
pendidikan terakhir SMA/SMK, mereka sedang kuliah dan bekerja ataupun
membuka usaha coffee shop. Untuk informan yang tingkat pendidikan terakhir
D3/D4 maupun S1 memang bekerja ataupun membuka usaha coffee shop
dikarenkan sudah paham mengenai kopi-kopian.
24

4.2 Jaringan Sosial Dalam Pengadaan Bahan Baku


Jaringan sosial dalam pengadaan bahan baku dilihat dari pemasok green
bean dan roasted bean, kriteria dalam memilih pemasok, informasi pemasok,
jumlah pemasok dan bagaimana cara berinteraksi dengan pemasok. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan bahwa dalam jaringan sosial pemenuhan bahan baku
pada usaha coffee dikategorikan pada tipe jaringan kepentingan, dimana para
pelaku usaha dalam mencari pemasok biji kopi mencari yang sesuai dengan
kepentingannya dan dapat berubah-ubah. Pendapat ini sesuai menurut Barnes
dalam Agustanto, 2007 Jaringan kepentingan ini terbentuk atas dasar hubungan
sosial yang bersifat sementara ataupun berubah-ubah sesuai dengan kepentingan
yang diinginkan, jika tujuan-tujuan tersebut hampir selalu berulang, maka struktur
yang terbentuk relatif stabil. Pola jaringan yang dibentuk dalam pemenuhan bahan
baku ialah pola jaringan horizontal, dimana kedua belah pihak tidak ada yang
kedudukannya lebih tinggi , hal ini sesuai menurut pendapat (Scott, 1972). Pelaku
usaha mendapat bahan baku dan pemasok mendapat uang. Sifat jaringan dalam
pemenuhan bahan baku ini bersifat terbuka, dimana pihak coffee shop tidak
menutup kemungkinan untuk menambah pemasok atau mengganti pemasok sesuai
dengan kebutuhan mereka dalam penyediaan bahan baku. Menurut Weber (2013)
suatu hubungan dikatakan terbuka apabila hubungan itu tidak menutup partisipasi
dari orang lain yang ingin begabung.

4.2.1 Tipe Jaringan Sosial


Tipe jaringan sosial dalam pengadaan bahan baku memiliki 3 tipe yaitu
tipe kepentingan, tipe kekuasaan dan tipe perasaan, pendapat ini sesuai menurut
Barnes dalam Agustanto, 2007. Berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwa
jaringan sosial pemenuhan bahan baku pada usaha coffee shop dikategorikan pada
tipe jaringan kepentingan yang dilihat dari pemilihan biji kopi dan kriteria dalam
memilih pemasok, dimana para pelaku usaha mencari yang sesuai dengan
kepentingannya dan dapat berubah-ubah.
Tipe jaringan kepentingan dilihat dari pemilihan biji kopi oleh coffee shop
dalam memilih bahan baku yang dipasok berupa green bean ataupun yang sudah
di roasted sebelumnya. Bahan baku kopi ini didapat dari daerah diseluruh
25

Indonesia. Pelaku usaha coffee shop mendapat biji kopi yang green bean dari
para petani, tengkulak, dan koperasi di berbagai daerah. Untuk biji kopi yang
sudah di roassted biasanya diperoleh dari roastery di kota Malang maupun diluar
kota Malang dan juga dari teman. Berikut mengenai tipe jaringan berdasarkan biji
kopi yang diperolehdapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Tipe Jaringan Berdasarkan Biji Kopi yang Diperoleh
No Biji Kopi Yang Diperoleh N Persentase (%)
1 Green Bean 6 30
2 Roatsed Bean 14 70
Total 20 100
Sumber: Data Primer, 2020 (Diolah)
Berdasarkan tabel 6 usaha coffee shop yang memasok roasted bean terdapat
14 usaha dengan persentase sebesar 70%, dimana biji yang sudah di roasted
diperoleh dari roastery dan juga dari media sosial. Semua yang mengambil
pasokan berupa roasted bean memaparkan alasan mengambil biji yang sudah di
goreng dikarenakan belum punya alat dan juga lebih efisien. Berikut pemaparan
dari OX coffee dan Candu mengenai alasan pemilih biji kopi yang sudah di-
roasted:
“Sudah mas, sudah siap giling sama seduh. Lebih hemat biaya biar ga
mahal sama ribet nyari tempat roastingan lagi mas” ujar mas Dimas
pemilik OX. Pemaparan dari coffee shop Candu ialah “Sudah di roasted,
soalnya kita disini kekurangan mesin, soalnya harga mesin mahal kan mas”
ujar Rizaldi

Hanya terdapat 6 usaha dengan persentase 30% yang memperoleh bahan


baku berupa green berikut beberapa usaha yang memasok green bean yaitu
Museum Kopi yang memasok bahan baku dari petani, tengkulak dan juga
koperasi di berbagai daerah. Omah memasok bahan baku hanya dari petani di
daerah Jawa Timur saja. Motif memasok bahan baku dari koperasi di Dampit dan
juga petani di berbagai daerah. Trimukti, Didoel Ae dan anonym hanya memasok
dari petani saja. Berikut alasan Omah mengapa mengambil kopi dalam bentuk
green bean, “Kita ambil green bean, soalnya kita bisa giling sendiri dan murah
mas” ujar Mifakhtul.
Pada tabel 6 dapat dilihat usaha coffee shop memiliki tipe kepentingan
26

karena memiliki tujuan yang jelas untuk memilih biji kopi yang sudah di roasted
ataupun green bean sesuai kebutuhan dan kemampuan usaha coffee shop,
dikatakan jaringan kepentingan karena adanya hubungan yang memiliki tujuan
tertentu. Tujuan dari jaringan ini jelas dan akan berakhir(Agusyanto,2007).

Tipe jaringan kepentingan dapat dilihat pada coffee shop memiliki


pertimbangan dalam memilih pemasok biji kopi, baik green bean ataupun roasted
bean. Berdasarkan penelitian yang dilakukan ada beberapa pertimbangan dalam
memilih pemasok kopi, pertimbangan tersebut antara lain: kualitas, harga, servis,
rasa konsisten menjadi alasan dalam memilih pemasok tersebut. Berikut pada
tabel 7 merupakan data hasil penelitian mengenai tipe jaringan berdasarkan
pertimbangan kedai kopi dalam memilih pemasok kopi
Tabel 7. Tipe Jaringan Berdasarkan Kriteria Coffee Shop dalam Memilih Pemasok
No Kriteria Memilih Pemasok N Persentase (%)

1 Kualitas 2 10
2 Stok 1 5
3 Rasa Konsisten 3 15
4 Harga & Rasa 4 20
5 Harga & Kualitas 3 15
6 Harga & Stok 1 5
7 Harga & Servis 1 5
8 Kualitas & Percaya 1 5
9 Harga, Kualitas & Stok 1 5
10 Harga, Servis, & Rasa 1 5
11 Harga, Rasa & Percaya 1 5
12 Harga, Rasa, Kualitas & Servis 1 5
Total 20 100
Sumber: Data Primer, 2020 (Diolah)
Berdasarkan tabel 7 didapatkan pertimbangan coffee shop dalam memilih
pemasok yang paling tinggi ialah harga dan rasa dengan persentase sebesar
20%, yaitu Brulee, OX, Roatery dan Didoel Ae. Berikut alasan Roatery dan
OX mengenai pertimbangan memilh pemasok
“Pertimbangan kita ya harga, terus kita coba rasanya cocok kita ambil”
ujar mas Stanly pemilik Roatery. “Tergantung harga, biasanya harga lebih
mahal lebih enak mas, sama rasa mas, jadi kalo kadang rasa cocok kita
27

ambil, biasanya ambil yang honey atau semi wash mas.” ujar mas Dimas
pemilik OX.
Coffee shop Anonym, Museum Kopi dan Trimukti memilih harga serta
kualitas, dengan persentase 15%..Berikut pemaparan Anonym mengenai
harga dan kualitas
“Harga dan kualitas untuk robusta jadi pertimbangan, kalo arabika
rekomendasi teman yang sudah pernah ambil sebelumnya dan ini sih beans
ini lagi trend ga sih” ujar mas Oddy pemilik Anonym. Berikut pendapat
Eunonia mengenai rasa konsisten.“Yang jadi pertimbangan itu rasa
konsistensi kopinya itu sendiri, soalnya sorry to say ya banyak roastery
yang kurang konsisten” ujar mas Reza.

Coffee shop Eunonia, Semat dan Brulee memilih rasa konsisten dalam
memilih pemasok dengan persentase 15%. Coffee shop yang memilih pemasok
berdasarkan kualitas dengan persentase 10% yaitu Nara Kopi dan Omah. Untuk
Laguna memilih pemasok berdasarkan ketersediaan stok, Motif memilih pemasok
berdasarkan harga dan stok, Ocino memilih pemasok berdasarkan harga dan
service, Paradista memilih pemasok berdasarkan harga, kualitas dan service,
Candu memilih pemasok berdasarkan kualitas dan rasa percaya, Sobat ikal
memilih pemasok berdasrkan service, harga, dan rasa, Kapitalism memilih
pemasok berdasarkan rasa, harga dan kedekatan, Kopi sawah memilih pemasok
berdasarkan rasa, kualitas, harga dan service. Pada tabel 7 dapat dikatakan usaha
coffee shop memiliki tipe kepentingan dalam pemenuhan bahan baku karena
memiliki tujuan yang jelas untuk memilih pemasok bahan baku berdasarkan
kriteria usaha coffee shop, dikatakan jaringan kepentingan karena adanya
hubungan yang memiliki tujuan tertentu yaitu untuk memilih pemasok. (Barnes
dalam Agusyanto,2007).

4.2.2 Sifat Jaringan Sosial


Sifat jaringan dalam perekrutan karyawan terdapat sifat jaringan terbuka
dan sifat jaringan tertutup. Sifat jaringan terbuka ialah suatu hubungan dikatakan
dikatakan terbuka apabila hubungan itu tidak menutup partisipasi dari orang lain
yang ingin begabung. Sifat jaringan tertutup ialah suatu hubungan dikatakan
dikatakan tertutup apabila hubungan itu menutup partisipasi dari orang lain yang
28

ingin begabung (Weber,2013).


Dalam pemenuhan bahan baku memiliki sifat jaringan terbuka dapat
dilihat darimana coffee shop mengetahui informasi pemasok dan berapa jumlah
pemasok bahan baku. Sifat jaringan dikatakan terbuka berdasarkan cara coffee
shop mengetahui atau mendapatkan informasi mengenai pemasok dari berbagai
tempat dan sumber, seperti teman, media sosial, cari sendiri dan lain-lain.
Informasi yang didapat digunakan untuk mengetahui pemasok- pemasok yang
akan dipilih sesuai dengan kriteria dari coffee shop. Usaha mengetahui asal
pemasok dapat dilihat pada tabel 8
Tabel 8. Sifat Jaringan Berdasarkan Informasi Pemasok
No Informasi Pemasok N Persentase (%)
1 Cari Sendiri 5 25
2 Pemasok Menawarkan 1 5
3 Media Sosial 1 5
4 Cari Sendiri & Teman 8 40
5 Cari Sendiri & Pemasok 1 5
Menawarkan
6 Cari Sendiri & Media Sosial 1 5
7 Cari Sendiri, Teman, & Media 2 10
Sosial
8 Sosial Media & Pemasok 1 5
Menawarkan
Total 20 100
Sumber: Data Primer, 2020 (Diolah)
Berdasarkan Tabel 8 menunjukkan bahwa coffee shop mendapat informasi
mengenai pemasok dengan mencari sendiri, media sosial, dari teman, dan dari
pemasok itu sendiri yang langsung menawarkan. Coffee shop yang mengetahui
informasi pemasok dengan mencari tahu sendir dan dari teman ada 8 coffee shop
yaitu Laguna, Motif, Kapitalism, Nara Kopi, Ocino, Museum Kopi, Candu dan
Anonym dengan persentase sebesar 40% . Berikut pendapat Ocino dan Nara Kopi
mengenai infomasi pemasok
“Museum tau sendiri, karena sempet cerita sama orangnya. Kalau apresio dari
teman” ujar pemilik Ocino. Kalau Petani memang teman sendiri, apresio
rekomendasi teman. Kalau houdvan tadi dia nyamperin awal-awal mas jadi
uda kenal kan” ujar pemilik Nara Kopi.
Coffee shop Bunatetu, Eunonia, Trimukti, Didoel Ae dan Brulee
mengetahui pemasok dengan mencari tahu sendiri informasi pemasok
29

tersebut dengan persentase 25%. Untuk OX dan Semat mengetahui berbagai


pemasok dari teman, mencari sendiri pemasok dan media sosial dengan
persentase 10%. Berikut pemaparan Semat mengenai informasi pemasok
yang diperoleh :
“Banyu bening karena relasi dan teman-teman pake itu. Kalau amstir
karena nama, produknya uda ada, houdvan kita cari sendiri di e-commerce”
ujar mas Azka.

Roatery mengetahui pemasok dari pemasok yang datang langsung


menawarkan ke pihak Roaterty. Sobat ikal mengetahui pemasok melalui sosial
media. Paradista mengetahui pemasok melalui media sosial dan mencari tahu
sendiri pemasok. Omah mengetahui pemasok dengan mencari sendiri dan dengan
pemasok menawarkan secara langsung. Kopi sawah mengetahui pemasok melalui
media sosial dan mencari sendiri pemasok bahan baku. Pada tabel 8 dapat
dikatakan sifat jaringan sosial dalam pengadaan bahan baku bersifat terbuka,
karena coffee shop mendapat informasi pemasok dari berbagai sumber seperti
mengetahui dari teman, media sosial, mencari sendiri atau pemasok yang
langsung menawarkan kepada coffee shop. Pihak coffee shop juga tidak menolak
adanya saran dari pihak luar, hal ini sesuai jika sifat hubungan terbuka artinya
tidak menolak adanya interaksi dari siapapun yang ingin bergabung dalam
hubungan tersebut (Weber,2013).
Sifat jaringan berdasarkan jumlah pemasok. Coffee shop membutuhkan
bahan baku yang sesuai dengan kriteria coffee shop sehingga membutuhkan
seleksi dalam memilih pemasok. Pemasok yang ada bisa lebih satu tergantung dari
kebutuhan coffee shoop. Berikut tabel mengenai berapa jumlah pemasok pada
coffee shop.
Tabel 9. Sifat Jaringan Berdasarkan Jumlah Pemasok
No Jumlah Pemasok N Persentase (%)
1 1 3 15
2 >1 17 85
Total 20 100
Sumber: Data Primer, 2020 (Diolah)
Jumlah pemasok pada coffee shop dari tabel 9 coffee shop yang memiliki
lebih dari satu pemasok memiliki persentase 85% dengan jumlah 17 yang
memiliki alasan yang jelas mengapa mempunyai beberapa pemasok. Berikut
30

alasan Ocino dan Paradista mengenai beberapa pemasok yang digunakan


“Kalo kopi cuma 2, gara-gara dekat jaraknya, terus uda kenal kan, ga nutup
kemungkinan juga aku ambil dari yang lain terus harganya agak miring” ujar
Nico pemilik Ocino. “Iya untuk utama nya ada 2, untuk menjaga konsistensi
makanya dua tapi dari luar ada, biasanya kalau ada acara” ujar Putu pengelola
Paradista.

Coffee shop yang memiliki 1 pemasok ada 3 coffee shop yaitu Brullee, Sobat
Ikal, dan Roatery dengan persentase 15%. Berikut pemparan dari Brulle, Sobat
Ikal dan Roatery
“Hanya dari sura aja mas. Karena harga murah dan cocok dengan sura,
sekarang bukan foukus ke filter tapi ke espresso dan speciality” ujar Azrul
pengelola Brullee. “Pernah, awal itu pernah ambil di tokopedia Cuma
kemahalan, jadi ambil disini terus” ujar Ahmad pemilik Sobat Ikal. “Cuma
houdvan aja, karena gampang aja ga ribet kalo cuma 1 mas” ujar Stanly
pemilik Roatery.

Berdasarkan pernyataan-pernyataan beberapa coffee shop dapat dikatakan


sifat jaringan dalam pengadaan bahan baku mempunya sifat jaringan terbuka.
Dikatakan terbuka karena mempunyai beberapa pemasok dan untuk yang
memiiliki satu pemasok dikatakan terbuka dikarenakan pemasok yang didapat
sudah cocok dan coffee shop tidak menutup kemungkinan untuk mengganti
pemasok atau menambah pemasok sesuai kebutuhan hal ini sesuai jika sifat
hubungan terbuka artinya tidak menolak adanya interaksi dari siapapun yang ingin
bergabung dalam hubungan tersebut (Weber,2013)

4.2.3. Pola Jaringan Sosial


Pola jaringan sosial dalam pemneuhan bahan baku memiliki 3 pola yaitu
pola horzontal, pola vertikal dan pola diagonal(Scot, 1972). Pada penelitian ini
pola jaringan sosial yang dibentuk dalam pemenuhan bahan baku ialah pola
jaringan horizontal dapat dilihat dari interaksi yang dilakukan oleh coffee shop
dan pemasok. Kedua belah pihak tidak ada yang kedudukannya lebih tinggi , hal
ini sesuai menurut pendapat. Pelaku usaha mendapat bahan baku dan pemasok
mendapat uang..
31

Pola jaringan sosial dalam pemenuhan bahan baku antara coffee shop dan
ada interkasi. Interkasi antara pemasok dan coffee shop bisa terjalin hanya
hubungan antara penjual dan pembeli ataupun adanya interaksi yang lebih seperti
bertukar informasi dan saling mengunjungi. Berikut bentuk interaksi yang
dilakukan coffee shop dan pemasok

Tabel 10. Pola Jaringan Berdasarkan Bentuk Interaksi yang Dilakukan Coffee Shop dan
Pemasok

No Bentuk Interaksi N Persentase (%)


1 Penjual-Pembeli 2 10
2 Saling Bertukar Informasi 16 80
3 Penjual-Pembeli dan Bertukar 2 10
Informasi
Total 20 100
Sumber: Data Primer, 2020 (Diolah)
Berdasarkan tabel 10, bentuk interaksi dengan bertukar informasi
paling banyak dilakukan dengan jumlah 16 coffee shop dengan persentase
80%. Berikut pendapat Bunatetu, Paradista dan Omah :

“Hubungan tetap intens, kadang mereka main kesini atau kita kesana. Kita
juga kenal sama yang punya dan sudah mengetahui mesin roasting serta
kualitasnya, sering tukar informasi” ujar Nugroho pemilik Bunateru.
“Biasanya diantar dan kita uda ada MOU, biar stok aman sama kualitasnya
terjaga” ucap Bagas pengelola Paradista. “Mengakrabkan diri dengan
petani, sering ngadain pertemua-pertemuan mas. Kadang dipanggil buat
pertemuan” ujar Miftakhul pengelola Omah
Coffee shop Motif dan Sobat ikal berinteraksi dengan pemasok hanya
sebagai penjual dan pembeli dengan persentase 10%. Berikut pendapat Motif
mengenai bentuk interaksi dengan pemasok : “Koperasi dan petani hanya sebatas
penjual dan pembeli” ujar Ardhito pemilik Motif. Berikut pendapat pemilik Sobat
Ikal “Hanya sekedar untuk membeli aja mas” ujar Ahmad.

Coffee Shop OX dan Kopi Sawah melakukan interkasi penjual dan pembeli
dengan beberapa pemasok dengan persentase 10%. Coffee shop juga melakuka
kegiatan bertukar informasi dengan beberapa pemasok. Berikut pendapat OX dan
Kapitalism terkait hal tersebut:
32

“Komunikasi sama barista, sebelum beli nanya. Kalo sura paling via wa
saja mas. Kalo apresio ga terlalu dekat mas soalnya bar ganti ganti. Kalo
rahayu via ig mas, misal kita post di ig, dia nanyain gimana rasanya
rasanya” ujar Dimas pemilik OX. “Kalau yang petani ini hanya untuk
mesan aja, kalau houdvan juga mesan aja. Paling beda servisnya kalo
houdvan dia ga ada nanyain stok, kalo petani ini dia tiap bulan nanyain
stok” ujar Angga pemili Kopi Sawah. Berikut gambar 3 menjelaskan
coffee shop melakukan interaksi hanya untuk jual beli atau melakukan
interaksi dengan saling tukar informasi dengan pemasok.

Gambar 3. Pola Hubungan Dalam Pemenuhan Bahan Baku

Berdasarkan pendapat-pendapat dari beberapa coffee shop terkait


bagaimana interaksi dengan pemasok dapat dikatakan pola yang terbentuk
adalah pola horizontal. Pola horizontal dapat dilihat tidak adanya
kedudukan yang lebih tinggi antara pemasok dan coffee shop, kedua belah
pihak menempatkan dirinya sama-sama membutuhkan dan tidak adanya
pihak yang mengontrol. Pendapat ini sesuai karena pola horizontal ialah
hubugan dimana masing-masing pihak menempatkan dirinya sejajar dengan
yang lainnya (Scott,1972)
33

4.3 Jaringan Sosial dalam Perekrutan Karyawan

Dapat dilihat dari coffee shop merekrut karyawan, sistem kerja yang
ditawarkan dan kriteria dalam merekerut karyawan, pemberian training dan dalam
melakukan interaksi antara karyawan dan pemilik. Berdasarkan penelitian yang
dilakuka bahwa jaringan dalam perekrutan karyawan dapat dilihat dari coffee
shop merekrut karyawan, sistem kerja yang ditawarkan dan kriteria dalam
merekerut karyawan sesuai dengan kepentingan usaha coffee shop, hal ini sesuai
dengan pendapat Barnes dalam Agusyanto, 2007 mengatakan jaringan
kepentingan terbentuk karena adanya hubungan yang memiliki tujuan tertentu..
Selanjutnya pola jaringan, dalam merekrut karyawan pola hubungan yang
terbentuk ialah pola hubungan vertikal dimana adanya patron-clien anatara
pemilik dan karyawan, dimana pemilik sebagi patron dan karyawan sebagai clien.
Menurut Scott (1972) megatakan hubungan patron klien adalah hubungan antara
dua orang dimana seseorang yang kedudukan sosialnya lebih tinggi (patron),
menggunakan pengaruh dan sumberdaya yang dimilikinya untuk memberikan
perlindungan dan keuntungan atau kedua-duanya kepada orang yang
kedudukannya lebih rendah (klien), dan klien akan membalas pemberian tersebut
dengan memberikan dukungan yang umum dan bantuan termasuk jasa-jasa
pribadi kepada patron. Sedangkan untuk coffee shop laguna memiliki pola
horizontal dikarenakan memperkerjakan keluarga, sehingga lebih mengutamakan
hubungan keluarga dan tidak memiliki batasan-batasan. Sifat jaringan dalam
perekrutan karyawan bersifat terbuka, karena untuk memenuhi kriteria
membutuhkan jaringan yang terbuka, hal ini dapat dilihat pihak coffee shop
merekrut karyawan dengan berbagi cara seperrti membuka lowongan,
rekomendasi orang lain, teman ataupun keluarga. Menurut Weber (2013) suatu
hubungan dikatakan dikatakan terbuka apabila hubungan itu tidak menutup
partisipasi dari orang lain yang ingin begabung.
34

4.3.1 Tipe Jaringan Sosial


Tipe jaringan sosial dalam pengadaan bahan baku memiliki 3 tipe yaitu tipe
kepentingan, tipe kekuasaan dan tipe perasaan, pendapat ini sesuai menurut
Barnes dalam Agustanto, 2007. Jaringan dalam perekrutan karyawan termasuk
tipe jaringan kepentingan. Dapat dilihat dari coffee shop merekrut karyawan,
sistem kerja yang ditawarkan dan kriteria dalam merekerut karyawan sesuai
dengan kepentingan usaha coffee shop. Usaha coffee shop dalam menjalankan
usahanya membutuhkan karyawan. Karyawan berperan untuk membantu
menjalankan perusahaan, dalam usaha coffee shop membutuhkan barista, pelayan,
kasir dan lainnya untuk membantu. Pada tabel 11 merupakan tabel yang
menjelaskan mengenai tipe dan sifat jaringan berdasarkan cara merekrut
karyawan-karyawan tersebut direkrut
Tabel 11. Tipe Jaringan dan Sifat Jaringan Berdasarkan Cara Merekrut Karyawan
No Rekrutmen Karyawan N Persentase (%)
1 Teman 1 5
2 Keluarga 2 10
3 Rekomendasi Orang 2 10
4 Membuka Lowongan 8 40
5 Membuka Lowongan & 6 30
Rekomendasi Orang
6 Rekomendasi Orang & Teman 1 5
Total 20 100
Sumber: Data Primer, 2020 (Diolah)
Berdasarkan table 11 diperoleh, coffee shop melakukan perekrutan
karyawan yang diperoleh dari teman, keluarga, rekomendasi orang dan membuka
lowongan. Coffee shop Anonym, Paradista, OX, Roatery, Kopi Sawah, Museum
Kopi, Candu dan Brulee merekrut karyawan dengan cara membuka lowongan
dengan persentase sebesar 40%. Berikut pemaparan Paradista dan Kopi Sawah
mengapa membuka lowongan dalam merekrut karyawan
“Sesuai kebutuhan disini, kalo ada yang kosong baru buka lowongan,
untuk ini sih biar macam-macam yang kerja disini” ujar Bagas karyawan
Paradista. ” Awal dulu teman tapi uda pada lulus semua, aku akhirnya
oprec. Alasannya karena lebih cepat aja, banyak pilhan” ujar Angga
pemilik Kopi Sawah.
35

Coffee Shop Trimukti, Eunonia, Didoel Ae, Bunatetu, Ocino dan


Motif melakukan perekrutan karyawan dengan membuka lowongan dan
rekomendasi orang lain dengan persentase 30%. Berikut pemaparan dari
Motif mengapa memilih membuka lowongan dan rekomendasi orang lain
dalam merekrut karyawan

“Buka lowongan dan rekomendasi. Kalau buka lowongan untuk cari yang
lebih muda lagi kan disini rata-rata mahasiswa pegawainya jadi biar
regenerasi aja Kalau rekomendasi kan dari kenalan terus dia punya
pengalaman jadi itulah coba” ujar Ardhito.

Coffee shop Semat merekrut karyawan dari teman sendiri dengan


persentase 5%, berikut pemaparan pemilik Semat “Teman sendiri, karena ya
kita dari teman aja uda mampu ngapain cari orang lain” ujar Azka.

Sedangkan coffee shop Laguna dan Sobat Ikal merekrut karyawan


dari anggota keluarga dengan persentase 10%, berikut pemaparan dari Sobat
Ikal mengapa memilih keluarga dalam merekrut karyawan

“Kalau aku untuk karyawan lebih ngambil di keluarga, karena lebih


murah dan terpercaya dan pasti ada faktor ikhlas untuk bekerja karena ini
kan pun keluarga saya sendiri” ujar Ahmad.

Pada tabel 11 dapat dikatakan usaha coffee shop memiliki tipe kepentingan
dalam perekrutan karyawan karena memiliki tujuan yang jelas untuk memilih cara
dalam merekrut karyawan berdasarkan kepentingan yang dibawa usaha coffee
shop, dikatakan jaringan kepentingan karena adanya hubungan yang memiliki
tujuan tertentu (Barnes dalam Agusyanto,2007). Untuk sifat hubungan yang
terbentuk ialah sifat jaringan sosial yang terbuka karena pihak coffee shop
mendapat karyawan dari berbagai sumber seperti rekomendasi orang, membuka
lowongan, teman atau keluarga dari pihak coffee shop. Pihak coffee shop juga
tidak menolak adanya saran dari pihak luar tergantung kebutuhan, hal ini sesuai
jika sifat hubungan terbuka artinya tidak menolak adanya interaksi dari siapapun
yang ingin bergabung dalam hubungan tersebut (Weber,2013).
36

Perekrutan karyawan yang dilakukan oleh coffee shop melalui


membuka lowongan, rekomendasi orang lain, teman ataupun keluarga
tentunya menawarkan sistem kerja yang berbeda tergantung kebutuhan
coffee shop itu sendiri. Biasanya sistem kerja paruh waktu ataupun
sistemkerja waktu pebuh yang ditawarkan oleh pelaku usaha, sistem kerja
paruh waktu ialah sistem kerja dengan waktu 4 jam sehari sedangkan sistem
kerja waktu penuh dengan waktu 8 jam sehari. Tabel 12 menunjukkan tipe
jaringan berdasarkan sistem kerja yang ditawarkan oleh pelaku usaha :

Tabel 12. Tipe Jaringan Berdasrkan Sistem Kerja Karyawan


No Sistem Kerja N Persentase (%)
1 Paruh Waktu 14 70
2 Waktu Penuh 3 15
3 Paruh Waktu & Waktu Penuh 3 15
Total 20 100
Sumber: Data Primer, 2020 (Diolah)
Berdasarkan tabel 12 dapat dilihat sistem waktu kerja yang ditawarkan
sistem kerja paruh waktu banyak dilakukan dengan persentase 70% dimana ada
Bunatetu, Anonym, Paradista, OX, Nara Kopi, Semat, Eunonia, Roatery, Ocino,
Museum Kopi, Kapitalism, Candu, Motif, Laguna dan Omah merupakan coffee
shop yang menawarkan sistem kerja paruh waktu. Berikut pendapat Bunatetu,
Kapitalism, dan Nara Kopi yang berependapat sebagi berikut
“Semua part time disini, kalo full time kita ga berani di resiko UU tenaga
kerja kalo full time kan minimal gaji UMR mas, kalo part time kan ga ada
di UU, jadi kita masih berani, yang kerja disini semua kuliah, jadi bisanya
part time semua” ucap Nugroho pemilik Bunatetu. Berikut pendapat
Kapitalism “Part time, kalo kita full time kasihan karyawan soalnya kita
buka dari jam 9 pagi sampai jam 12 malam” ujar Hasbi. Berikut pendapat
Nara Kopi “Paruh waktu, banyakan mahasiswa mas, jadi kayak mereka
ngatur jadwal. Biar jalan dua duanya biar mereka kuliah jalan kalo dia
kerja juga ga ganggu waktu kuliahnya mas” ujar Muhib.

Sedangkan yang melakukan sistem kerja waktu penuh hanya 15%.


Usaha coffee shop yang melakukan sistem kerja full time ialah Brulle,
37

Candu, dan Sobat Ikal. Alasan coffee shop melakukan sistem kerja waktu
penuh menurut Brulle ialah
“Semua disini full time, soalnya cuma 2 orang. Kita shitnya dari jam
08.00-15.00 sama dari jam 15.00-22.00” ucap mas Azrul
Coffee shop yang menawarkan sistem kerja part time dan full time
memiliki persentase 15% dengan berbagai alasan mengapa mereka
menetapkan sistem kerja tersebut, berikut pendapat Kopi Sawah;
“Part time lebih gampang carinya karena jam kerjanya dikit. Kalau full
time untuk meminimkan wajah mas, dia kan kebiasaan yang membuat dia
lebih dari part time. Disini kan ada 3 shift mas, jadi dia bisa ngisi 2 shift
sekaligus mas jadi lebih aman aja mas”.Ucap mas Angga.
Pada tabel 12 dapat dikatakan usaha coffee shop memiliki tipe kepentingan
dalam menentukan sistem kerja karena memiliki alasan dan tujuan yang jelas
untuk memilih sistem kerja berdasarkan kepentingan yang dibawa usaha coffee
shop, dikatakan jaringan kepentingan karena adanya hubungan yang memiliki
tujuan tertentu (Barnes dalam Agusyanto,2007).
Usaha coffee shop merekrut karyawan dengan mengggunakan syarat-
syarat. Syarat-syarat tersebut berguna untuk menyeleksi secara pribadi untuk
mendapat keinginan yang sesuai untul dipekerjakan pada usaha coffee shop.
Semua informan memaparkan, jika dalam melakukan karyawan mereka memiliki
kriteria sendiri, kriteria yang biasa diperlukan ialah pengalaman, yang masih
berkuliah, jujur, dan masih banyak lagi. Tabel 13 menunjukkan coffee shop
apakah mempunyai kriteria dalam perekrutan karyawan:
Tabel 13. Tipe Jaringan Berdasarkan Kriteria Perekrutan Karyawan
No Kriteria N Persentase (%)
1 Ada 19 95
2 Tidak Ada 1 5

Total 20 100
Sumber: Data Primer, 2020 (Diolah)
Pihak coffee shop pada tabel 13 diatas menunjukkan hanya ada 1 coffee
shop yang tidak memiliki kriteria dalam merekrut karyawan dengan persentase
5% yaitu Laguna, dikarenakan karyawan yang dipekerjakan ialah keluarga sendiri.
38

Berikut pendapat Laguna mengapa tidak menggunakan kriteria dalam merekrut


karyawan :
“Engga ada karena keluarga sendiri” ujar Adit
Untuk coffee shop yang mempunyai kriteria ada 19 dengan
persentase 95%. Coffee shop Sobat Ikal juga mempunyai karyawan dari
keluarga tapi dalam memilih karyawan Sobat Ikal mempunyai kriteria,
berikut pemaparan Sobat Ikal :
“Yang mau kerja aja sama paham penyajian” ujar Ahmad

Kriteria yang paling banyak dikatakan ialah pengalaman dalam


bekerja,berikut pemaparan Paradista, Museum Kopi dan Trimukti mengenai
adanya kriteria dalam merekrut karyawan
“Kriterianya sendiri pengalaman 3-4 bulan sesuai yang apa dia apply,
good looking, kerja tahan banting. Karena lumayan shiftnya jadi harus
sehat, kalo good looking untuk marketing” ucap mas Putu, sedangkan
museum kopi berpendapat “Bisa gambar latte, yang harus dituntut ya itu
mas. Jatuhnya nati bisa ngoperasiin mesin espresso apa engga” ujar mas
Alexander dan menurut Trimukti ialah “Pengalaman minimal 1 tahun, bisa
espresso, manual dan basic espresso art. Supaya ga belajar lagi, kan
butuhnya efisen “ ujar mas Wiliam

Pada tabel 13 dapat dikatakan usaha coffee shop memiliki tipe


kepentingan dalam menentukan karyawan memiliki kriteria-kriteria dalam
merekrut karyawan. Coffee shop memiliki alasan dan tujuan yang jelas
untuk memilih karyawan berdasarkan kriteria yang dibawa usaha coffee
shop, dikatakan jaringan kepentingan karena adanya hubungan yang
memiliki tujuan tertentu (Barnes dalam Agusyanto,2007).

4.3.2 Sifat Jaringan Sosial


Sifat jaringan dalam perekrutan karyawan terdapat sifat jaringan terbuka
dan sifat jaringan tertutup. Sifat jaringan terbuka ialah suatu hubungan dikatakan
dikatakan terbuka apabila hubungan itu tidak menutup partisipasi dari orang lain
yang ingin begabung. Sifat jaringan tertutup ialah suatu hubungan dikatakan
dikatakan tertutup apabila hubungan itu menutup partisipasi dari orang lain yang
39

ingin begabung (Weber,2013).


Sifat jaringan dalam perekrutan karyawan pada penelitian ini
bersifat terbuka dapat dilihat dari cara merekrut karyawan dan pemberian
training. Bersifat terbuka karena untuk memenuhi kriteria membutuhkan
jaringan yang terbuka, hal ini dapat dilihat pihak coffee shop merekrut
karyawan dengan berbagi cara seperti membuka lowongan, rekomendasi
orang lain, teman ataupun keluarga. Berikut penjelasannya:
Setelah karyawan diterima perlu diberlakukan training, yang
berguna untuk pengenalan dalam lingkungan kerja. Pelatihan kepada
karyawan yang akan dipekerjakan untuk melatih cara menyajikan menu-
menu, mengenalkan standar operasinal, membiasakan terhadap lingkungan
kerja. Waktu yang dibutuhkan dalam masa training 3 hari sampai 2 bulan
tergantung kriteria coffee shop. Berikut tabel mengenai pemberlakuan
training untuk karyawan baru
Tabel 14. Sifat Jaringan Berdasarkan Pemberlakuan Training Karyawan
No Pemberlakuan Training N Persentase (%)
1 Ada 20 100
2 Tidak Ada 0 0

Total 20 100
Sumber: Data Primer, 2020 (Diolah)
Pada tabel. Semua coffee shop melakukan pelatihan terhadap
karyawan yang akan bergabung, pelatihan terhadap karyawan perlu
dilakukan untuk membiasakan karyawan baru terhadap lingkungan kerja,
memaparkan tanggung jawab yang akan dikerjakan dan mengenalkan
standar operasional yang berguna untuk membantu karyawan selama
bekerja, sehingga dapt bekerja dengan baik. Berikut pemaparan Anonym
dan Motif Coffee
“Ada, training disini lebih kayak memperdalam sop, memberi masukan
tentang kopi terhadap barista selebihnya udah dianggap shift tapi teap
dipantau sama seniornya. Kalo training disini 3 hari” ucap mas Oddy
“Biasanya sihh kalau yang singkatnya 1 minggu pengalaman, dan untuk
job trainingnya itu kurang lebih 3 bulan lah. Pelatihan karena pertama alat-
40

alat coffee shop banyak dan menu juga banyak, jadi butuh waktu untuk
menguasai alatnya” ucap mas Ardhito
Untuk sifat hubungan yang terbentuk ialah sifat jaringan sosial yang
terbuka karena pihak coffee shop melakukan training sebelum menerima
karyawan. Pihak coffee shop juga tidak menolak adanya saran dari pihak luar
tergantung kebutuhan, hal ini sesuai jika sifat hubungan terbuka artinya tidak
menolak adanya interaksi dari siapapun yang ingin bergabung dalam hubungan
tersebut (Weber,2013).
41

4.3.3 Pola Jaringan Sosial

Pola jaringan sosial dalam pemneuhan bahan baku memiliki 3 pola


yaitu pola horzontal, pola vertikal dan pola diagonal(Scot, 1972). Pola
jaringan sosial dalam perekrutan karyawan ialah pola vertikal dapat dilihat
dari bagaimana cara membangun relasi antara pemilik dan karyawan apakah
mempunyai batasan dalam bekerja atau tidak. Pola jaringan sosial dalam
perekrutan karyawan memiliki pola jaringan vertikal, karena para pemilik
memiliki keputusan mutlak dalam merekrut karyawan sehingga memiliki
dominasi kuat. Pada pola jaringan vertikal pemilik dan karyawan memiliki
batasan-batasan dalam bekerja sehingga tetap terjadinya sikap
profesionalisme. Pelaku usaha coffee shop melakukan pendekatan kepada
karyawan dengan melakukan diskusi, sering ngobrol dan masih banyak lagi
untuk menjaga hubungan dengan karyawan.Berikut gambar 4 menunjukkan
bentuk pola hubungan dan pendapat Eunonia, Bunatetu dan Kopi Sawah
mengenai menjaga hubungan dengan karyawan dan memiliki batasan
“Interaksi terus, jadi pada saat interview kita menggali informasi. Jadi
setelah di filter semua crew saya disni diangap keluarga. Ada batasan juga
karena disni saya yang bayar” ujar Reza pemilik Eunonia
“Kita berempat, jadi kita kayak bagi tugas. Berdua membaur dengan anak-
anak, yang dua lagi lebih punya power. Kalau kita kekeluargaan semua
takutnya karyawan ngelawan sama kita, tapi kalau kita terlalu kaku,
mereka takut sama kita. Jadi kita kekeluargaan karena kalo cari baru capek
lagi ngajari” ujar Nugroho pemilik Bunatetu .
“Terbuka mas, kalo ga terbuka mas, anak-anak kan kayak merasa
terhakimi sama saya. Kayak dia ngasih saran saya tampung tapi belum tau
dilaksanan atau engga sarannya mas” ujar Angga pemilik Kopi Sawah.
42

Gambar 4. Pola Hubungan Memiliki Batasan

Berdasarkan pendapat-pendapat dari beberapa coffee shop terkait


bagaimana interaksi dengan karyawan dapat dikatakan pola yang terbentuk
adalah pola vertikal. Pola vertikal dapat dilihat adanya kedudukan yang
lebih tinggi yaitu pemilik dengan karyawan. Pendapat ini sesuai karena pola
horizontal ialah hubugan dimana masing-masing pihak menempatkan
dirinya sejajar dengan yang lainnya (Scott,1972)

Untuk Laguna memiliki pola jaringan horizontal. Pola horizontal


ialah masing-masing pihak menempatkan diri mereka sejajar, tidak ada
yang mempunyai kedudukan lebih tinggi (Scott,1972). Laguna memiliki
pola jaringan horzontal karena dalam karyawan yang direkrut berasal dari
kelurga sehingga menyebabkan tidak adanya batasan menyebabkan kurang
profesional dalam bekerja. Berikut pendapat Laguna yang tidak mempunyai
batasan “karena keluarga sudah terbangun kearabannya dan ga ada batasan
karena usaha keluarga juga mas” ujar mas Adit.
43

Gambar 5. Pola Hubungan Tidak Memiliki Batasan


V. KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Penelitian dengan judul “Peranan Jaringan Sosial dalam Pengadaan Bahan
Baku dan Perekrutan Karyawan Terhadap Keberlangsungan Usaha Coffee Shop
(Studi Kasus Kecamatan Lowokwaru Kota Malang), terkait jaringan sosial dalam
pengadaan bahan baku dan jaringan sosial dengan karyawan, yang telah
dipaparkan pada bab pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Jaringan sosial dalam pengadaan bahan baku terdapat tipe jaringan
kepentingan yang dapat dilihat dalam pemenuhan bahan baku, para pelaku
usaha coffee shop mencari pemasok yang sesuai dengan keinginan mereka
dan akan mengganti pemasok sesuai dengan kepentingan yang ingin dibawa.
Pola hubungan yang terjadi dalam pemuhan bahan baku ialah pola hubungan
horizontal, dimana pemasok dan pelaku usaha memiliki kedudukan yang
sama, tidak ada yang merasa paling berpengaruh satu sama lain. Sifat jaringan
yang terbentuk ialah sifat jaringan terbuka, dimana coffee shop tidak menutup
kemungkinan untuk memasok dari pemasok-pemasok lain asalkan sesuai
dengan kepentingan coffee shop itu sendiri.
2. Jaringan sosial dalam perekrutan karyawan terdapat tipe jaringan
kepentingan, dimana pihak coffee shop memiliki kriteria tersendiri sesuai
kepentingan dalam merekrut karyawannya. Pola hubungan yang terjadi dalam
perekrutan karyawan ialah pola hubungan vertikal, dimana ada patron-clien,
pemilik menjadi patron yang bertugas memberikan hak kepada karyawan dan
karyawan harus menjalankan kewajiban mereka serta adanya pertukaran
informasi. Sifat jaringan terbuka dimana coffee shop tidak menutup
kemungkinan untuk merekrut karyawan lain asalkan sesuai dengan
kepentingannya. Kecuali coffee shop Laguna memiliki pola horizontal
dikarenakan yang bekerja keluarga menyebabkan tidak adanya batasan antara
karyawan dan pemilik
44

5.2 Saran
Kesimpulan yang telah dipaparkan, maka saran yang dapat diberikan
peneliti adalah sebagai berikut:
1. Pelaku usaha coffee shop dalam memenuhi bahan baku harus mengutamakan
kepentingan dan tidak memperhatikan faktor pertemanan ataupun perasaan.

2. Pelaku usaha coffee shop dalam merekrut karyawan dari keluarga juga harus
mempunyai batasan-batasan agar lebih professional lagi dalam bekerja

3. Untuk peneliti selanjutnya lebih luas lagi dalam mencari informan dan lebih
teliti lagi dalam mengidentifikasi tipe jaringan sosial, pola jaringan sosial dan
sifat jaringan sosial.
DAFTAR PUSTAKA

Adnan. 2016. Peran Jaringan Sosial dalam Meningkatkan Usaha Kerajinan


Bambu Di Dusun Sendari, Desa Tirtoadi, Kec. Mlati, Kab. Sleman.
Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
Arif Praditia,2013, Pola Jaringan Sosial Pada Industry Kecil Rambut Palsu Di
Desa Karangbanjar Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga,
Skripsi, Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Sosiologi, Universitas Negeri
Yogyakarta
Agusyanto, R. 2014. Jaringan sosial dalam organisasi. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Damsar. 2002. Sosiologi Ekonomi, Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada.
Dewi Ardiawati. 2010. Jaringan Sosial Antara Kelompok Kuli Dengan
Pedaga9ng Dalam Aktivitas Bongkar Muat Di Pasar Sentral Umum
Ambarketawang, Dusun PatukanAmbarketawang Gamping Sleman .
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas negeri Yogyakarta.
Faizah, N. L. 2011. Jaringan Sosial Sebagai Modal Pengusaha Kayu Kalimantan
di Kelurahan Bintaro Kabupaten Demak. Skripsi: Pendidikan Sosiologi
dan Antropologi. Universitas Negeri Semarang
Fukuyama, Francis. 2002. Trust Kebajikan Sosial dan Penciptaan Kemakmuran.
Yogyakarta: Penerbit Qalam.
Ghozali, Imam. 2008. The Smart Marketer in Cafe, Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama
GoogleMaps.https://www.google.co.id/maps/@-6.914709,113.5832404,8z.
Diakses tanggal 10 April 2020
Granovetter, Mark (2005). “Business Groups and Social Organization”, in Neil J.
Smelser and Richard Swedberg, (eds). 2005. Handbook of Economic
Sociology. Russel Sage Foundation: Princeton University Press.
Miles,M.B, Huberman,A.M, dan Saldana,J. 2014. Qualitative Data Analysis, A
Methods Sourcebook, Edition 3. USA: Sage Publications. Terjemahan
Tjetjep Rohindi Rohidi, UI-Press.
Novi, 2012. Dari Miyang ke Longlenan : Pengaruh Jaringan Pada Transformasi
Masyarakat Nelayan. Skripsi; Pendidikan Sosiologi dan Antropologi.
Universitas Negeri Semarang
Polanyi, Karl. 2003. Transformasi Besar : Asal Usul Politik dan Ekonomi
Zaman Sekarang. (Terjemahan). Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Prasmono, Tri.2017. Jaringan Sosial Pedagang Barang Antik di Kota Surabya
(Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Pedagang Klithikan Barang Antik
di Jalan Bodri Kota Surabaya). Skripsi; Fakultas Ilmu Sosial dan
Hukum, Universitas Negeri Surabaya.
Purwanto, Antonius. 2017. Peranan Jaringan Sosial dalam Klaster Industri.
Jurnal Ilmu Administrasi. Universitas Sam Ratulangi
46

Putra, JJ Wibawa. 2010. Jaringan Sosial Pengusaha Tempe Dalam Kelangsungan


Usaha Di Debegan. Jurusan Sosiologi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik. Universitas Sebelas Maret.
Scott, James C. 1972. ‘Patron Client, Politics and Political Change in South East
Asia’ dalam Friends, Followers and Factions: A Reader in Political
Clientalism), Berkeley: University of California Press.
Stone, Wendy and Hughes, Jody. 2002. Social Capital : Empirical Meaning and
Measurement Validity. Research Paper No 27, June 2002. Australian
Institute of Family Studies.
Triyanti, Riesti. 2014. Peran Jarinan Sosial Nelayan Pada Pemasaran Tuna,
Cakalang Dan Tongkol: Studi Kasus di kota Kendari. Balai Besar
Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Gedung Balitbang.
Jakarta
Nuhlia, Rama. 2018. Jaringan Sosial Pada Pengusaha Kopi Bubuk di Kecamatan
Enrekang Kabupaten Enrekang. Skripsi ; Fakultas Ilmu Sosial.
Universitas Negeri Makasar
Weber dalam A.A.G. Peters dan Koesriani Siswosoebroto, 2013. Perkembangan
Hukum Modern dan Rasional: Sosiologi Hukum Max Weber dalam
Hukum dan Perkembangan Sosial, Buku Teks Sosiologi Hukum, Buku
I, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta,
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pertanyaan Penelitian

PERTANYAAN
Peranan PENELITIAN
- Jaringan Sosial dalam Pengadaan Bahan Baku
dan Perekrutan
Karyawan Terhadap Keberlangsungan Usaha Coffee
Shop ( StudiKecamatan
Kasus Lowokwaru Kota
Malang) No Kuisioner:

Tanggal:
……./……/2020

Identitas Informan

Nama :

Jenis kelamin :

Usia :

Pendidikan :

Asal :

Pekerjaan Utama :

Pekerjaan Sampingan :

Jaringan Sosial dalam Pengadaan Bahan Baku


1. Darimana kopi robusta dan kopi arabika diperoleh?

NO Jenis Kopi Jumlah (kg) Harga/kg Pemasok


1 Kopi Robusta ±

2 Kopi Arabika

2. Ada berapa pemasok pada usaha anda? Berikan alasannya


3. Apakah anda pernah mengganti pemasok? Berikan alasannya
4. Hal-hal apa yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan pemasok tersebut?
48

5. Apa saja kriteria kopi yang dipilih oleh coffee shop?


6. Darimana coffe shop mengetahui pemasok biji kopi? Apakah dari media
sosial,teman, mencari sendiri?
7. Biji kopi yang didapat apakah sudah di roasted atau belum? Berikan alasan

8. Apakah usaha coffe shop memimiliki stok dari tiap jenis kopi?
NO Jenis Kopi Jumlah (kg)
1 Kopi Robusta

2 Kopi Arabika

9. Jika memliki stok bahan baku, mengapa memiliki stok bahan baku?
10. Apakah ada pemintaan khusus dari konsumen terkait jenis kopi yang
disediakan?
11. Bagaimana anda membangun relasi dengan pemasok anda?

12.
49

Jaringan Sosial dalam Perekrutan Karyawan


1. Bagaimana sistem yang anda terapkan dalam merekrut karyawan? Berikan
lasannya
2. Apakah dalam merekrut karyawan, harus memliki kriteria khusus untuk
lowongan yang diisi? Berikan alasannya
3. Sistem kerja paruh waktu atau waktu penuh yang sering ditawarkan saat
perekrutan karyawan? Berikan alasanya
4. Darimana anda merekrut karyawan ?

NO Jenis Karyawan Teman Keluarga Rekomndasi Membuka


Orang Lain Lowongan
1 Barista
Barista 1
Barista 2
Barista 3, dst
2 Pelayan
Pelayan 1
Pelayan 2
Pelayan 3. Dst
3 Kasir
Kasir 1
Kasir 2
Kasir, 3 dst
5. a. Bagaimana anda membangun relasi dengan karyawan anda ? (Untuk
Pemilik)
b. Bagaimana anda membangun relasi dengan pemilik/atasan anda ?
( Untuk Karyawan).
6. Seberapa sering usaha ini melakukan perekrutan karyawan ?
a. Sering (1-4 bulan sekali), alasan....
b. Tidak Sering (4-8 bulan sekali), alasan
7. Apakah setelah perekrutan, masih ada pelatihan untuk karyawan baru?
Berikan alasan
8. Berapa lama waktu pelatihan yang diberikan bagi karyawan baru?
50

9. Jika tidak sesuai dengan harapan setelah pelatihan, bagaimana tindak


lanjut yang akan dilakukan kepada karyawan baru?

Pertanyaan Lainnya
1. Apakah ada proses tukar informasi yang terbuka antara karyawan dan
pemilik ?
2. a. Apakah pernah mengalami suatu masalah dengan karyawan ? (Untuk
Pemilik)
b. Apakah pernah mengalami suatu masalah dengan pemilik/atasan (Untuk
Karyawan)
3. Bagaimana anda menyelesaikann masalah yang ada?
4. Apakah pernah menerima keluhan dari konsumen terkait produk dan
pelayanan yang disediakan? Jika pernah apa keluhannya?
5. Apakah ada media untuk konsumen menyampaikan keluhan? Jika ada
sebutkan dimana konsumen bisa menyampaikan keluhan
51

Lampiran2. Dokumentasi

Gambar 1. Wawancara Didoel Ae Gambar 2. Wawancara


Paradista

Gambar 3. Perseidaan kopi di Semat Gambar 4. Wawancara Laguna


52

Gambar 5. Alat Roasted Omah Wijih Gambar 6. Kondisi Bar di Anonym

Gambar 7. Wawancara Sobat Ikal Gambar 8. Kondisi di Bunatetu


53

Gambar 9. Jenis-Jenis kopi di Kopi Sawah

Gambar 10. Jenis-Jenis kopi di Eunonia

sebaiknya dapat membang

Anda mungkin juga menyukai