Anda di halaman 1dari 49

i

Proposal Penelitian
ANALISIS JARINGAN KOMUNIKASI KELOMPOK PETERNAK
SAPI PERAH DALAM PRODUKSI TERNAK DAN PENGELOLAAN
BIOGAS
(Kasus : Kelompok Ternak Mekar Saluyu, Desa Cibodas, Kecamatan Lembang,
Kabupaten Bandung Utara)

MULTAZAM ABDILLAH HAMID

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT


FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2019
ii

PERNYATAAN MENGENAI PROPOSAL SKRIPSI DAN


SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa Proposal Skripsi yang berjudul “Analisis
Jaringan Komunikasi Kelompok Peternak Sapi Perah dalam Produksi Ternak Dan
Pengelolaan Biogas” adalah benar karya saya dan belum pernah diajukan sebagai tulisan
ilmiah dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Penulisan proposal skripsi
ini berasal dari murni pemikiran penulis dan arahan yang diberikan oleh dosen pembimbing.
Penulisan proposal skripsi ini memuat berbagai pustaka dan pendapat ahli yang kemudian
dicantumkan dalam daftar pustaka. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya
dan saya bersedia mempertanggungjawabkan penyataan ini.

Bogor, September 2019

Multazam Abdillah Hamid


NIM 134160031
iii

ABSTRAK

MULTAZAM ABDILLAH HAMID, Analisis Jaringan Komunikasi Kelompok Peternak


Sapi Perah Dalam Produksi Ternak Dan Pengelolaan Biogas. Dibawah bimbingan ASRI
SULISTIAWATI.

Analisis jaringan komunikasi merupakan analisis suatu pola interaksi antar individu dalam
suatu kelompok atau sistem sosial yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi struktur
komunikasi dalam suatu sistem. Tujuan dari penelitian ini ialah mengidentifikasi jaringan
komunikasi dan menganalisis hubungan karakteristik inidividu dengan jaringan komunikasi
produksi ternak dan pengelolaan biogas, serta menganalisis peran jaringan komunikasi
terhadap peningkatan kapasitas peternak. Penelitian ini merupakan descriptive research
dengan sensus sebagai metode pemilihan respondennya. Jaringan komunikasi dalam
penelitian ini diukur dalam tingkat individu untuk mengetahui sentralitas dalam kelompok
tani ternak mekar saluyu. Jaringan komunikasi yang terbentuk dalam penelitian ini dapat
dilihat dari interaksi atau pertukaran informasi mengenai kegiatan produksi hasil ternak dan
pegelolaan biogas antar anggota kelompok tani ternak. Implikasi jaringan komunikasi dapat
dianalisis dalam hubungannya dengan kapasitas peternak dalam menyelesaikan masalah
yang dihadapi oleh peternak, manajemen usaha ternak dan pengambilan keputusan
pengembangan usaha ternak dan pengelolaan biogas.
Kata kunci : Jaringan Komunikasi, Kapasitas Peternak, Kelompok tani ternak

ABSTRAK

MULTAZAM ABDILLAH HAMID. Social Networks Analysis of Dairy Farmer Groups


in Dairy Production and Biogas Management. Supervised by ASRI SULISTIAWATI.

Social network analysis is an analysis of patterns of interaction between individuals in a


group or social system that can be used to identify the communication structure in a system
The purpose of this study is to identify the social network and analyze the relationship
between individual characteristics and the dairy production and biogas management social
network, and analyze the role of the social network to increase the capacity of farmers.This
research is a descriptive research with a census as a method for selecting respondents.The
communication network in this study was measured at an individual level to find out the
centrality in a Mekar Saluyu Farmers Group. The communication network formed in this
study can be seen from the interaction or exchange of information regarding production
activities and biogas management among members of farmer groups. The implications of
communication networks can be analyzed in relation to the capacity of farmers to solve
problems faced by farmers, farming business management and decision making on
development of farming business and biogas management.

Keywords : farmer’s capacity, farmers group , social network


iv

ANALISIS JARINGAN KOMUNIKASI KELOMPOK PETERNAK


SAPI PERAH DALAM PRODUKSI TERNAK DAN PENGELOLAAN
BIOGAS
Kasus : Kelompok Ternak Mekar Saluyu, Desa Cibodas, Kecamatan Lembang,
Kabupaten Bandung

MULTAZAM ABDILLAH HAMID


I34160031

Proposal Skripsi
sebagai syarat kelulusan Mata Kuliah Kolokium (KPM 497)
pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Fakultas Ekologi Manusia
Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT


FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2019
v

Judul : Analisis Jaringan Komunikasi Kelompok Peternak Sapi Perah dalam


Produksi Ternak dan Pengelolaan Biogas
Nama Mahasiswa : Multazam Abdillah Hamid
NIM : I34160031

Disetujui Oleh

Asri Sulistiawati, S.Kpm, M.Si


Dosen Pembimbing

Diketahui Oleh

Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, MSc.Agr


Ketua Departemen

Tanggal Pengesahan :
vi

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan karunia dan
hidayah yang tercurah selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Proposal
Penelitian Skripsi berjudul “Analisis Jaringan Komunikasi Kelompok Peternak Sapi
Perah Dalam Produksi Ternak Dan Pengelolaan Biogas”. Proposal penelitian skripsi ini
ditujukan untuk memenuhi syarat kelulusan MK Kolokium (KPM 497) di Departemen Sains
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian
Bogor.
Hambatan dan kesulitan banyak dialami oleh penulis terkait dengan penulisan
proposal penelitian ini, dorongan, dukungan, bimbingan, arahan dan saran yang berhubungan
dengan penulisan ini banyak diberikan oleh beberapa pihak yang sangat berguna bagi
penyelesaian penulisan laporan proposal skripsi ini. Untuk itu, penulis bermaksud untuk
membrikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Asri Sulistiawati S.KPm, Msi selaku dosen pembimbing. yang dengan sabar telah
membimbing, membantu, memberikan saran dan masukan selama proses penulisan
sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini.
2. Ibunda Nur Laili dan Ayahanda Nur Hasan yang selalu memberikan dukungan, doa, dan
kasih sayang yang tak terbatas selama ini.
3. Dosen dan staf tenaga pendidik Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat yang telah memberikan banyak ilmu.
4. Sahabat-sahabat dan rekan-rekan, Findi D, Rizky A, Fitri A, Mahbub, Alma A, Ferry F,
Tsonya Y, Annisa R, Suci A, Rudi S, Elok H, Putri K, Annisa V, Mauriens S, Bella O,
Yara F, dan Nasya F yang selalu memberi semangat, mengingatkan, dan membantu
penulis untuk menyelesaikan proposal ini.
5. Teman Satu bimbingan, Lana Ciarna A yang saling menyemangati, mengingatkan,
membantu penulis dalam menyelesaikan laporan proposal ini..
6. Teman-teman Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat angkatan 53 yang sama-
sama berjuang untuk menyelesaikan pendidikan di SKPM IPB.

Penulis menyadari bahwa proposal ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh sebab
itu penulis dengan tangan terbuka menerima kritik dan saran yang membangun untuk
memperbaiki proposal penelitian skripsi ini agar lebih baik. Semoga proposal penelitian ini
dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan bagi khasanah ilmu pengetahuan.

Bogor, September 2019

Multazam Abdillah Hamid


vii

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii


DAFTAR GAMBAR viii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 3
Tujuan Penelitian 4
Manfaat Penelitian 4
PENDEKATAN TEORITIS 5
Tinjauan Pustaka 5
Analisis Jaringan Komunikasi 5
Pengolahan Limbah Ternak 8
Kelompok Tani Ternak 9
Kapasitas 10
Penelitian Jaringan Komunikasi 11
Kerangka Pemikiran 12
Hipotesis 13
METODOLOGI PENELITIAN 14
Pendekatan dan Metode Penelitian 14
Lokasi dan Waktu Penelitian 14
Teknik Pengumpulan Data dan Jenis Data 15
Teknik Pemilihan Responden dan Informan 16
Teknik Pengolahan dan Analisis Data 16
Definisi Operasional 18
Karakteristik Individu 18
Jaringan Komunikasi 20
Kapasitas Peternak 21
DAFTAR PUSTAKA 23
LAMPIRAN 27
viii

DAFTAR TABEL

1 Definisi Operasional Variabel Karakteristik Individu 18


2 Definisi Operasional Variabel Jaringan Komunikasi 20
3 Definisi Operasional Variabel Kapasitas Peternak 21

DAFTAR GAMBAR

1 Lima Struktur Jaringan Komunikasi Pokok Menurut De Vito (1997) 7


2 Kerangka Pemikiran 13
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tren produksi beberapa komoditas peternakan non-unggas mengalami fluktuasi
setiap tahunnya, seperti halnya pada produksi daging sapi menurut BPS (2019) pada tahun
2014 mengalami peningkatan hingga 518.484.03 ton pada tahun 2016, namun pada tahun
2017 mengalami penurunan di angka 486.320 ton dan mengalami peningkatan kembali
menjadi 496.302 ton. Fluktuasi tersebut juga terjadi pada produksi susu segar, pada tahun
2013 hingga 2017 produksi susu segar mengalami kenaikan hingga pada angka 928.108
ton di tahun 2017, namun mengalami penurunan pada tahun 2018 dengan angka 909.638
ton. Produksi susu segar tersebut berasal dari pemeliharaan ternak sapi perah dan
kemudian hasil produksi ternak sapi perah tersebut dapat diolah dalam berbagai macam
produk maupun dipasarkan dalam bentuk susu segar. Undang-undang No 41 tahun 2014
memberi gambaran cakupan luas bidang peternakan, yakni segala urusan yang berkaitan
dengan sumber daya fisik, Benih, Bibit, Bakalan, Ternak Ruminansia Indukan, Pakan,
Alat dan Mesin Peternakan, budi daya Ternak, panen, pascapanen, pengolahan,
pemasaran, pengusahaan, pembiayaan, serta sarana dan prasarana. Cakupan luas tersebut
memberikan gambaran mengenai bidang peternakan yang dapat diusahakan dalam
berbagai bentuk usaha.
Produksi ternak terus diupayakan untuk ditingkatkan hasilnya di setiap tahunnya.
Dalam rangka mendukung kebijakan pembangunan nasional, pembangunan pertanian
khususnya pada sektor peternakan pada intinya bertujuan untuk mencapai ketahanan
pangan melalui penyediaan “protein hewani” asal ternak (KEMENTAN 2018).
Pengembangan produksi ternak meliputi berbagai jenis komoditas yang diusahakan,
seperti sapi, kambing dan domba. Hasil ternak yang dapat dimanfaatkan sangatlah
beragam yang kemudian dapat diolah menjadi berbagai produk olahan, hasil ternak yang
dapat dimanfaatkan ialah seperti susu dan dagingnya. Komoditas susu sapi menuai
berbagai fakta baik dalam konsumsi dan produksinya. Rata-rata konsumsi susu per kapita
di indonesia pada tahun 2016 masih tergolong rendah, yakni 17,2 kilogram per kapita per
tahun1. Kenyataan di lapang menunjukkan terdapat kendala yang dihadapi oleh peternak
sapi perah rakyat, Sudaryanto dan Hermawan (2014) menjelaskan bahwa permasalahan
yang dihadapi oleh peternak sapi perah rakyat diantaranya ialah (1) skala usaha ternak
sapi perah yang rendah, (2) keterbatasan modal dan penguasaan teknologi, (3) posisi
tawar peternak sapi perah yang rendah, dan (4) keterbatasan akses informasi. Selain itu,
dalam penelitian Aminah (2015) menyatakan bahwa permasalahan pertanian dan
ketidakberdayaan petani dalam mengembangkan usahataninya merupakan salah satu
penyebab lemahnya pengembangan kapasitas. Peternak juga dihadapkan dengan
permasalahan lingkungan, yakni salah satunya permasalahan limbah ternak.
Permasalahan yang dihadapi oleh peternak tersebut dapat diselesaikan dengan
cara membentuk kelompok tani. Penelitian Hemanto dan Swastika (2011) menjelaskan
bahwa kelompok tani dibentuk oleh dan untuk petani, guna mengatasi masalah bersama
dalam usahatani. Permasalahan mengenai keterbatasan informasi juga dapat diselesaikan

1
Berdasarkan artikel yang ditulis oleh Haryanto (2017) pada laman detik.com yang dapat diakses pada :
https://finance.detik.com/industri/d-3591030/konsumsi-susu-ri-lebih-rendah-dibanding-4-negara-asean-
ini
2

dengan pembentukan kelompok tani atau yang lebih sering disebut dengan Poktan, sesuai
dengan fungsi poktan sebagai kelas belajar menurut PERMENTAN No 67 tahun 2016
ialah merupakan wadah belajar mengajar bagi anggota untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap agar tumbuh dan berkembang menjadi usahatani yang mandiri
melalui pemanfaatan dan akses kepada sumber informasi dan teknologi sehingga dapat
meningkatkan produktivitas, pendapatan serta kehidupan yang lebih baik. Pada
prinsipnya kerja Poktan adalah mengakomodasi kepentingan petani dari masing-masing
kelompok tani. Selain itu, Poktan merupakan media komunikasi untuk saling bertukar
informasi antar kelompok tani. Menurut Damanik et al (2014) dewasa ini sektor pertanian
dihadapkan pada kendala semakin terbatasnya ketersediaan sumber daya alam, resiko
kemerosotan kualitas sumber daya alam dan dampak eksternalitas negatif dari
pertumbuhan ekonomi yang positif. Oleh karena itu, cara pendekatan, strategi dan
teknologi tepat guna yang lingkungan secara bertahap merupakan suatu alternatif yang
perlu diterapkan bila diinginkan adanya keseimbangan dan keterpaduan prinsip
pencapaian produksi dan kelestarian lingkungan. Saat ini banyak usaha peternakan yang
dilakuan secara intensif sehingga penemuan baru yang digunakan untuk pemanfaatan
limbah biologi sedang digalakkan agar para warga pedesaan baik petani maupun peternak
mampu mengolahnya sebagai sumber energi alternatif untuk keperluan rumah tangga dari
hasil usaha tersebut. Salah satu energi alternatif tersebut adalah biogas. Pentingnya
pengembangan kapasitas petani dan kelembagaan dalam melaksanakan usaha pertanian
agar mampu bersaing dan tangguh dalam menghadapi persaingan global (Veronice et al,
2018). Capacity building sebagai strategi untuk meningkatkan daya dukung kelembagaan
dalam mengantisipasi masalah dan kebutuhan yang dihadapi (Juliyana, 2015).
Salah satu kelompok tani ternak yang mengelola limbah ternak mereka menjadi
biogas adalah kelompok tani ternak mekar saluyu yang berada di Desa Cibodas,
Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung. Kelompok tani ternak tersebut memiliki
sistematika pengelolaan limbah yang digunakan sebagai alternatif energi rumah tangga
peternak. Peran stakeholder sangatlah penting dalam pengembangan produktivitas dan
pengelolaan limbah ternak, sehingga dapat melaksanakan kegiatannya hingga sekarang.
Peternak yang menjadi anggota kelompok tani ternak memerlukan berbagai akses dalam
pengembangan atau pelaksanaan usaha ternaknya, seperti informasi mengenai kegiatan
usaha ternak dan pengelolaan limbah ternak sebagai biogas. Arus perolehan informasi
dan komunikasi dalam kelompok tani ternak membentuk suatu jaringan yang dapat
memperkuat akses informasi dan komunikasi dalam pengembangan usaha ternak mereka.
Jaringan sosial juga dapat terbentuk antar anggota ternak sebagai suatu entitas yang
memiliki visi yang sama, yakni pengembangan kapasitas dan usaha. Selain itu, pada
Kelompok Tani Ternak Mekar Saluyu sebagai wadah dalam pertukaran informasi dan
penyedia akses pasar serta upaya peningkatan kapasitas peternak juga membentuk suatu
jejaring dan pembagian peran antar stakeholdernya. Analisis jaringan komunikasi adalah
metode yang dipakai untuk melihat struktur komunikasi, dan posisi aktor (orang,
organisasi, lembaga) dalam struktur komunikasi tersebut (Eriyanto 2014). Berbagai
penelitian mengenai jaringan komunikasi telah dilakukan dalam berbagai bidang, tak
terkecuali dalam bidang peternakan. Penelitian Anggriyani (2014) yang telah berhasil
menggambarkan peran komunikasi anggota kelompok dalam jaringan komunikasi dalam
penerapan pengolahan kotoran ternak. Selain itu, penelitian Sulistiawati et al.(2014)
berhasil menganalisis jaringan komunikasi pada GAPOKTAN Berkah di Bogor, Jawa
Barat. Untuk itu, penulis ingin mengetahui dan tercetus pertanyaan ilmiah mengenai
Bagaimana jaringan komunikasi pada kelompok tani ternak dan pengelolaan
limbah ternak sapi perah?
3

Rumusan Masalah
Newcomb et al. (1978) memberikan definisi mengenai karakteristik individu
sebagai ciri-ciri atau sifat-sifat yang dimiliki seseorang individu yang ditampilkan melalui
pola pikir, pola sikap, dan pola tindak terhadap lingkungan hidup tersebut 2. Ananda dan
Sunuharyo (2018) mendefinisikan karakteristik individu sebagai perbedaan individual
yang terdapat dalam diri seseorang. Perbedaan individual meliputi kemampuan, sikap,
minat, dan kebutuhan. Variabel karakteristik individu telah banyak digunakan dalam
menguji hubungan dengan variabel lainnya. Variabel karakteristik individu juga dapat
menggambarkan bagaimana karakteristik setiap individu yang ada dalam suatu kelompok
atau komunitas yang kemudian nantinya dapat dilihat sebagai suatu faktor yang
berhubungan dengan variabel yang akan diuji. Untuk itu perlu mengetahui bagaimana
hubungan karakteristik individu dengan jaringan komunikasi pada produksi
ternak dan pengelolaan biogas?
Salah satu strategi yang dapat didayagunakan di dalam peningkatan kualitas
peternak menurut Mauludin et al. (2012) ialah dengan peningkatan peran kelompok
ternak. Pembentukan Kelompok tani sendiri memiliki tiga fungsi, yakni sebagai kelas
belajar, wahana kerjasama dan sebagai unit produksi. Kelompok Ternak Mekar Saluyu
bergerak dalam bidang usaha ternak sapi perah yang sebagian besar dimanfaatkan
produksi susunya. Kelompok peternak menurut Muslim (2006), diharapkan para peternak
dapat saling berinteraksi, sehingga mempunyai dampak saling membutuhkan, saling
meningkatkan, saling memperkuat, sehingga akan meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan dalam mengelola sistem usaha abgribisnis dan agroindustri secara potensial.
Sejalan dengan hal tersebut, Kelompok Ternak Mekar Saluyu memilki banyak anggota
yang dapat saling berinteraksi satu sama lainnya. Interaksi tersebut dapat berupa
pertukaran informasi mengenai pengetahuan dan informasi produksi yang dapat
menunjang peningkatan kapasitas peternak dalam mengmbangkan usaha ternaknya.
Interaksi tersebut kemudian membentuk jejaring dalam kelompok ternak tersebut.
Eriyanto (2014) mengemukakan bahwa suatu jaringan komunikasi terdiri dari individu
yang saling terhubung melalui mana hubungan itu dibentuk oleh arus informasi. Jaringan
yang terbentuk dalam Kelompok Ternak Mekar Saluyu dapat dianalisis dengan analisis
jaringan komunikasi. Untuk itu menarik dan perlu mengetahui Bagaimana jaringan
komunikasi yang terbentuk pada produksi ternak dan program biogas kelompok
ternak mekar saluyu?
Tahitu (2015) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa dalam kehidupan
bermasyarakat, kapasitas adalah kemampuan individu dalam masyarakat untuk
mengerahkan dan menginvestasikan berbagai sumber daya yang dimilikinya dan sering
dikaitkan dengan kinerja, kemampuan, kapabilitas dan potensi yang dimiliki seseorang.
Merujuk pada Tjitropranoto (2005), Tahitu (2015) juga menjelaskan bahwa kapasitas
seorang petani dipengaruhi oleh karakteristik pribadinya yang menurut Rogers (1994)
dibentuk oleh tiga ranah perilaku individu, yaitu (1) pengetahuan (kognitif), sikap
(afektif), dan keterampilan atau tindakan (psikomotor) yang terinternalisasi dalam diri
seseorang, dengan demikian kapasitas seseorang dapat ditingkatkan. Petani yang tidak
memiliki kapasitas pengetahuan dan wawasan yang memadai untuk dapat memahami

2
Definisi tersebut termuat dalam tesis yang ditulis oleh Raharjo A (2016) dengan judul Jaringan
Komunikasi Pemasaran Kakao Di Kecamatan Anreapi Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi
Sulawesi Barat
4

permasalahan mereka. Memikirkan permasalahannya, ataupun pemilihan cara


pemecahan masalah yang tepat untuk mencapai tujuan mereka (Sucihatiningsih dan
Waridin 2010). Kebutuhan pengembangan kapasitas petani beragribisnis adalah
kebutuhan pengembangan kapasitas petani dalam meningkatkan produktivitas, kapasitas
dalam pemasaran, kapasitas dalam peningkatan pendapatan, kapasitas dalam keamanan
usaha, berkelompok, berjaringan, dan peningkatan prestasi atau kemajuan usaha (Asta
2015). Permasalahan limbah yang dihadapi oleh anggota kelompok ternak diselesaikan
dengan pembuatan unit biogas yang dapat digunakan sebagai alternatif energi di tingkat
rumah tangga. Penyelesaian permasalahan limbah tidak serta merta mengubahnya begitu
saja, tetapi diperlukan pengembangan kapasitas peternak dalam menangani limbah ternak
mereka. Selain itu dalam menjalankan usahanya, anggota kelompok tani ternak juga perlu
ditingkatkan kapasitasnya melalui kelembagaan kelompok tani ternak.
Upaya peningkatan kapasitas anggota kelompok ternak dilakukan dengan
berbagai kegiatan dan memerlukan komunikasi antar anggotanya agar peningkatan
kapasitas tersebut dapat tercapai pada seluruh anggota kelompok tani ternak. Jejaring
komunikasi atau interaksi tersebut apabila dianalisis akan diketahui peran dan aktor-aktor
dalam aliran informasi di kelompok tani ternak tersebut. Untuk itu tercetus pertanyaan
penelitian Bagaimana peranan jaringan komunikasi produksi ternak dan program
biogas terhadap peningkatan kapasitas anggota kelompok tani ternak mekar
saluyu?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari
proposal penelitian yang berjudul “Analisis Jaringan Komunikasi dalam Kemitraan
Peternak” adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi jaringan komunikasi pada produksi ternak dan pengelolaan biogas
2. Menganalisis hubungan karakteristik individu dengan jaringan komunikasi pada
produksi ternak dan pengelolaan biogas
3. Menganalis peran jaringan komunikasi terhadap peningkatan kapasitas peternak

Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti, diharapkan penelitian ini sebagai dasar dari pengaplikasian ilmu-ilmu
yang telah dipelajari dalam perkuliahan
2. Bagi pemerintah daerah, diharapkan dapat menjadi referensi bagi penetapan kebijakan
maupun pemberian bantuan dan penyuluhan mengenai peternakan..
3. Bagi civitas akademika, hasil tulisan ini diharapkan dapat menjadi referensi pustaka
yang dapat dijadikan bahan dalam penulisan maupun wawasan mengenai jaringan
komunikasi
4. Bagi masyarakat, diharapkan tulisan ini dapat menambah wawasan serta informasi
terkait jaringan komunikasi dalam gabungan kelompok tani ternak dan kemitraan
usaha ternak.
5

PENDEKATAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka
Analisis Jaringan Komunikasi
Jaringan komunikasi merupakan salah satu bentuk interaksi antara individu
dengan individu lainnya yang saling bertukar informasi untuk mencapai tujuan
(Rahmawati 2016). Analisis jaringan komunikasi merupakan metode penelitian untuk
mengidentifikasi struktur komunikasi dalam suatu sistem atau suatu komunitas, dimana
data hubungan mengenai arus komunikasi dianalisis dengan menggunakan beberapa tipe
hubungan interpersonal sebagai unit analisis (zulkarnain et al. 2015). Analisis jaringan
komunikasi juga dikenal dengan istilah social network analysis (SNA), dimana menurut
Prell et al (2009) dalam jejaring sosial terdiri dari para aktor yang terikat satu sama lain
melalui hubungan yang bermakna secara sosial. Hubungan tersebut kemudian dapat
dianalisis menggunakan SNA, dalam kutipannya, Prell et all menambahkan pendapat
scott (2000) Dengan demikian, analis jaringan sosial melihat lebih jauh atribut individu
dan juga untuk menganalisahubungan di antara para aktor, bagaimana para aktor
diposisikan di dalam sebuah jaringan, dan bagaimana hubungan terstruktur ke dalam pola
jaringan secara keseluruhan. Pada hakikatnya, analisis jaringan komunikasi dan analisis
jaringan sosial tampak berbeda, namun pada kenyataannya Eriyanto (2014) menjelaskan
bahwa analisis jaringan komunikasi merupakan penerapan dari analisis jaringan sosial
(social network analysis).
Rogers dan Kincaid (1981) dalam Eriyanto (2014) mendefinisikan bahwa analisis
jaringan komunikasi ialah metode penelitian untuk mengidentifikasi struktur komunikasi
dalam suatu sistem, dimana data relasional tentang arus komunikasi dianalisis dengan
menggunakan beberapa jenis hubungan interpersonal sebagai unit analisis. Definisi
tersebut kemudian disimpulkan oleh Eriyanto (2014) bahwa analisis jaringan komunikasi
adalah metode yang dipakai untuk melihat struktur komunikasi, dan posisi aktor (orang,
organisasi, lembaga) dalam struktur komunikasi terrsebut. Menurut Serrat (2009) social
network analysis mengasumsikan bahwa hubungan itu penting. Ini memetakan dan
mengukur hubungan formal dan informal untuk memahami apa yang memfasilitasi atau
menghambat aliran pengetahuan yang mengikat unit yang berinteraksi, yaitu, siapa yang
tahu siapa, dan siapa yang berbagi informasi dan pengetahuan apa dengan siapa dengan
media komunikasi apa.
Eriyanto (2014) menjelaskan beberapa desain penelitian analisis jaringan
komunikasi, diantaranya ialah (1) eksploratif, yang menekankan pada penjajakan atas
suatu topik atau fenomena yang sebelumnya tidak pernah diteliti yang umumnya bersifat
tidak dalam, (2) deskriptif, ialah penelitian yang dimaksudkan untuk menggambarkan
secara detail struktur dan aktor-aktor dalam jaringan, serta (3) eksplanatif, ialah studi
jaringan yang dapat menjelaskan penyebab munculnya suatu struktur jaringan tertentu,
atau apa akibat dari struktur jaringan tertentu tersebut pada komunitas atau masyarakat.
Terdapat beberapa definisi dasar mengenai analisis jaringan komunikasi, diantaranya
ialah :
1. Node : merupakan aktor, tidak selalu berupa individu, bisa juga organisasi, negara,
institusi, perusahaan, dan sebagainya (Scott et al. 2008).
6

2. Klik : merupakan pengelompokan aktor, ditandai dengan relasi antar aktor yang
lengkap, dimana disebut lengkap apabila anggota dari aktor saling mempunyai relasi
(link) satu sama lain.
3. Bridges : link (edges/ties) yang menghubungkan dua kelompok terpisah dalam suatu
jaringan
4. Pemencil (isolate) merupakan aktor (node) yang tidak mempunyai satupun link dengan
aktor lain dalam jaringan.
Prell (2012) membagi level analisis ke dalam empat jenis, yakni (1) aktor, (2)
diadik (dua aktor), (3) kelompok (lebih dari dua aktor, dan (4) jaringan keseluruhan.
Sejalan dengan prell (2012), sesuai dengan pembagian dari Monge (1987) Eriyanto
membagi menjadi tiga level analisis, yakni : (1) Level aktor, yang memusatkan pada aktor
dalam suatu jaringan, (2) level kelompok (group) yang mesusatkan perhatian pada
jaringan yang terbentuk dari dua atau lebih aktor yang sifatnya kohesif, (3) jaringan
keseluruhan (sistem), yang memusatkan perhatian pada memfokuskan pada jaringan yang
terbentuk dari populasi sasaran penelitian. Terdapat beberapa ukuran yang digunakan
dalam analisis jaringan komunikasi, Ukuran yang dapat digunakan dalam menganalisis
jaringan komunikasi ialah diantaranya:
1. Sentralitas tingkatan (Degree Centrality)
Degree memperlihatkan popularitas aktor dalam jaringan sosial dan merupakan
jumlah link dari dan ke aktor (Eriyanto 2014), sejalan dengan Eriyanto, Denny (2014)
mendefinisikan bahwa degree merupakan ukuran jaringan paling dasar dan menangkap
jumlah ikatan ke aktor tertentu. Prell et al. (2009) mendefinisikan bahwa degree centrality
dapat menunjukkan berapa banyak orang lain yang terhubung dengan pemangku
kepentingan secara langsung.
2. Sentralitas kedekatan (Closeness Centrality)
Denny (2014) mendefinisikan closeness sebagai ukuran berapa langkah (ikatan)
yang diperlukan untuk aktor tertentu untuk mengakses setiap aktor lain dalam jaringan.
Ghali et al (2012) menjelaskan bahwa closeness mengacu pada tingkat di mana seseorang
lebih dekat dengan semua orang lain dalam jaringan baik secara langsung maupun tidak
langsung.
3. Sentralitas Keperantaraan (Betweenneess Centrality)
Menurut Prell et al. (2009) betweenness centality mengacu pada berapa kali
seorang aktor terletak di antara dua aktor lain yang tidak terhubung dengan dirinya
sendiri, sedangkan Denny (2014) mendefinisikan secara kasar sebagai jumlah jalur
terpendek antara perubahan yang melewati aktor tertentu.
4. Sentralitas Eigenvektor (Eigenvector Centrality)
Denny (2014) memberikan penjelasan bahwa eigenvector centrality dapat
mengukur sejauh mana seorang aktor terhubung dengan aktor lain yang terhubung dengan
baik, sedangkan Eriyanto (2014) mendefinisikan secara sederhana eigenvektor bisa
digambarkan sebagai seberapa penting orang yang mempunyai jaringan dengan aktor.
Eriyanto (2014) mengklasifikasikan keempat ukuran tersebut dalam ukuran
analisis level aktor. Selain itu terdapat beberapa ukuran lain yang kemudian
diklasifikasikan kembali oleh Eriyanto (2014) sebagai ukuran analisis level kelompok,
yakni Klik, serta level sistem seperti kepadatan (density) dan sentralisasi (centralization).
Jensen (2003) yang dikutip oleh Wahyuni (2016) mendefinisikan klik sebagai sebuah
elemen sistem yang saling berinteraksi satu sama lain. Eriyanto (2014) sendiri
7

mendefinisikan klik sebagai pengelompokan aktor (node) di dalam suatu jaringan di mana
memasukkan (maksimal) semua bentuk hubungan di antara aktor, dan aktor-aktor
tersebut saling berinteraksi satu sama lain dengan semua anggota. Prell et al.(2009)
mendefinisikan density sebagai proporsi kemungkinan ikatan dalam jaringan yang benar-
benar ada, dan kepadatan jaringan biasanya digunakan untuk mengukur sejauh mana
semua aktor dalam jaringan terikat satu sama lain, kemudian ia juga menjelaskan bahwa
di dalam centralization skor sentralisasi 1 menunjukkan bahwa jumlah maksimum ikatan
terkonsentrasi di sekitar satu aktor hadir, dan skor 0 menunjukkan jaringan yang
terhubung penuh, di mana semua aktor terhubung langsung satu sama lain
Penelitian Rahmawati menggunakan teori yang dikemukakan oleh DeVito (1997)
mengenai jaringan komunikasi pokok yang membentuk struktur komunikasi. Terdapat
lima jaringan komunikasi tersebut yang diuraikan pada gambar 1.

Gambar 1 Lima Struktur Jaringan Komunikasi Pokok Menurut DeVito(1997)


Gambar 1 Lima Struktur Jaringan Komunikasi Pokok Menurut De Vito (1997)
Uraian mengenai penjelasan kelima struktur jaringan komunikasi menurut
DeVito (1997) ialah :
1. Struktur Lingkaran : Struktur ini tidak memiliki pemimpin. Semua anggota posisinya
sama. Mereka memiliki wewenang atau kekuatan yang sama untuk memengaruhi
kelompok. Setiap anggota bisa berkomunikasi dengan dua anggota lain disisinya.
Struktur jaringan lingkaran efektif bagi tugas-tugas yang kreatif dan inovatif.
2. Struktur Roda : memiliki pemimpin yang jelas, yaitu yang posisinya di pusat. Orang
ini merupakan satu-satunya yang dapat mengirim dan menerima pesan dari semua
anggota. Oleh karena itu, jika seorang anggota ingin berkomunikasi dengan orang
lain, maka pesannya harus disampaikan melalui pemimpinnya. Struktur jaringan
berbentuk roda ini merupakan suatu pola yang sangat memusat, unggul untuk tugas-
tugas rutin yang dapat menerima sejumlah kesalahan.
3. Struktur Y : Relatif kurang tersentralisasi dibandingkan dengan struktur roda, tetapi
lebih tersentralisasi dibanding dengan pola lainnya. Pada struktur Y juga terdapat
pemimpin yang jelas, tetapi satu anggota lain berperan sebagai pemimpin kedua.
Anggota ini dapat mengirimkan dan menerima pesan dari dua orang lainnya. Ketiga
anggota lainnya komunikasinya terbatas hanya dengan satu orang lainnya.
4. Struktur Rantai : Struktur rantai sama dengan struktur lingkaran kecuali bahwa para
anggota yang paling ujung hanya dapat berkomunikasi dengan satu orang saja.
8

Keadaan terpusat juga terdapat disini. Orang yang berada di posisi tengah lebih
berperan sebagai pemimpin daripada mereka yang berada di posisi lain.
5. Struktur Semua Saluran : atau pola bintang hampir sama dengan struktur lingkaran
dalam arti semua anggota adalah sama dan semuanya juga memiliki kekuatan yang
sama untuk memengaruhi anggota lainnya. Akan tetapi, dalam struktur semua
saluran, setiap anggota bisa berkomunikasi dengan setiap anggota lainnya. Pola ini
memungkinkan adanya partisipasi anggota secara optimum.

Pengolahan Limbah Ternak


Menurut Oktavia dan Firmansyah (2016) Peternak masih minim penge-tahuan di
bidang peternakan. Informasi tentang teknologi dan inovasi di bidang peternakan sangat
terbatas. Manajemen pemeliharaan pengolahan pakan, penanganan kesehatan dan
pengolahan limbah ternak sangat dibutuhkan oleh peternak untuk meningkatkan
produktivitas dan kualitas ternak. Limbah ternak merupakan sisa buangan dari suatu
kegiatan usaha peternakan, seperti usaha pemeliharaan ternak, rumah potong hewan, dan
pengolahan produk ternak. Limbah tersebut meliputi limbah padat dan limbah cair
seperti: faeces urine, sisa makanan, embrio, kulit telur, lemak, darah, bulu, kuku, tulang,
tanduk, dan isi rumen (Damanik et al 2014). Surtikanti et al (2009) menyatakan bahwa
limbah kotoran sapi yang terabaikan dapat mengalami proses penguraian oleh bakteri
sehingga mengeluarkan gas metan. Jumlah kadar gas metana dan karbon dioksida di
lapisan atmosfir merupakan unsur bahan kimia yang menyebabkan global warming.
Menurut Widyastuti et al (2015) Kebutuhan energi didapat dari sumber daya alam
yang dapat diperbaharui dan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui atau dapat
diperbaharui dalam jangka waktu yang sangat lama. Permasalahan lingkungan yang dapat
ditimbulkan dapat diselesaikan dengan mengolah limbah ternak menjadi energi, salah
satu energi yang terbarukan ialah biogas. Biogas adalah gas yang dapat dihasilkan dari
fermentasi faeces (kotoran) ternak misalnya: sapi, kerbau, babi, kambing, ayam, dan lain-
lain dalam suatu ruangan yang disebut digester (Damanik 2014). Penelitian Widyastuti et
al (2015) juga menjelaskan bahwa biogas dapat dibuat dari kotoran ternak, limbah
industri tahu, atau sampah organik rumah tangga atau pasar. Biogas memiliki prospek
yang baik sebagai alternatif energi terbarukan yang dapat dikembangkan di Indonesia
yang sedang mengalami krisis energi yang ditandai dengan semakin langka dan tingginya
harga bahan bakar yang berdampak pada semakin tingginya biaya produksi pembangkit
tenaga lisrik. Oktavia dan Firmansyah (2016) juga menjelaskan bahwa teknologi biogas
sebagai bahan bakar alternatif yang dapat menggantikan kayu bakar, minyak tanah dan
gas alam.
Harahap (2018) menjelaskan bahwa pemanfaatan biogas mampu menyediakan
sumber energi alternatif, mengurangi biaya pengeluaran rumah tangga, menekan
penggunaan energi bersubsidi dari pemerintah dan melestarikan lingkungan. Sejalan
dengan penelitian Darmawi (2009) yang digunakan oleh Harahap (2018) dalam
penelitiannya menunjukkan bahwa peranan dari biogas dimanfaatkan sebagai sumber
energi rumah tangga seperti elpiji untuk kebutuhan memasak keluarga sehari-hari,
penerangan dan menggerakkan generator sehingga dapat dijadikan sumber energi
alternatif yang ramah lingkungan dan terbarukan. permasalahan kotoran sapi yang
meresah-kan, menganggu dan mengotori lingkungan selama ini dapat menjadi potensi
besar yang dimanfaatkan masyarakat sebagai biogas melalui bantuan fasilitator yang
memberikan pendidikan, pemahaman, dan penyadaran yang tujuan untuk meringankan
9

biaya khususnya untuk membeli bahan bakar dan tentunya akan berdampak bagi
kesehatan dan kebersihan lingkungan sekitar masyarakat.
Sutrikanti et al. (2009) dalam tulisannya memberikan penjelasan bahwa biogas
adalah campuran beberapa gas, tergolong bahan bakar gas yang merupakan basil
fermentasi dari bahan organik dalam kondisi anaerob, dan gas yang dominan adalah gas
metan (CH4) dan gas karbondioksida (C02). Pembentukan biogas meliputi tiga tahap
proses, yaitu: (a) Hidrolisis, pada tahap ini terjadi penguraian bahan-bahan organik mudah
larut dan pencernaan bahan organik yang komplek menjadi sederhana, perubahan struktu
bentuk polimer menjadi bentuk monomer; (b) Pengasaman, pada tahap pengasaman
komponen monomer (gula sederhana) yang terbentuk pada tahap hidrolisis akan menjadi
bahan makanan bagi bakteri pembentuk asam. Produk akhir dari perombakan gula-gula
sederhana ini yaitu asam asetat, propionat, format, laktat, alkohol, dan sedikit butirat, gas
karbondioksida, hidrogen dan amonia; serta (c) Metanogenik, pada tahap metanogenik
terjadi proses pembentukan gas metan. Bakteri pereduksi sulfat juga terdapat dalam
proses ini, yaitu mereduksi sulfat dan komponen sulfur lainnya menjadi hydrogen sulfida.
Kelompok Tani Ternak
Definisi mengenai kelompok tani tercantum dalam PERMENTAN nomor 67 tahun
2016, yakni yang dimaksud kelompok tani ialah kumpulan petani/peternak/pekebun yang
dibentuk oleh para petani atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan
sosial, ekonomi, dan sumberdaya, kesamaan komoditas, dan keakraban untuk
meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota. Pembentukan kelompok tani dan
gabungan kelompok tani sebagai kelembagaan pertanian pada dasarnya bertujuan untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi petani dalam berusahatani. Selain itu, dengan
adanya Poktan, maka petani dapat lebih mudah memperoleh informasi yang akurat
mengenai segala hal yang bermanfaat bagi kemajuan usahanya, mulai dari persiapan
tanam sampai dengan budidaya, cocok tanam dan bahkan pemasaran produk. Menurut
Mauluddin (2012), Dengan demikian kelompok tani memiliki kedudukan strategis di
dalam mewujudkan petani yang berkualitas. Petani yang berkualitas antara lain dicirikan
oleh adanya kemandirian dan ketangguhan dalam berusahatani, sehingga memiliki
keberdayaan.
Mengacu pada PERMENTAN nomor 67 tahun 2016 tentang pembinaan
kelembagaan petani, fungsi suatu Poktan ialah :
a) Kelas belajar: Poktan merupakan wadah belajar mengajar bagi anggota untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap agar tumbuh dan berkembang
menjadi Usahatani yang mandiri melalui pemanfaatan dan akses kepada sumber
informasi dan teknologi sehingga dapat meningkatkan produktivitas, pendapatan serta
kehidupan yang lebih baik.
b) Wahana kerja sama: Poktan merupakan tempat untuk memperkuat kerjasama, baik di
antara sesama Petani dalam Poktan dan antarpoktan maupun dengan pihak lain,
sehingga diharapkan Usahatani lebih efisien dan mampu menghadapi ancaman,
tantangan, hambatan serta lebih menguntungkan, dan
c) Unit produksi: Usahatani masing-masing anggota Poktan secara keseluruhan
merupakan satu kesatuan usaha yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala
ekonomi usaha, dengan menjaga kuantitas, kualitas dan kontinuitas.
10

Kapasitas
Secara harfiah istilah kapasitas berasal dari bahasa inggris, yakni capacity, yang
artinya kemampuan, kecakapan, dan daya tampung yang ada. Kapasitas juga memiliki
arti yang sangat luas tidak hanya sekedar sebagai suatu bentuk kemampuan (Dharma
2017). Tahitu (2015) dalam tesisnya menjelaskan berbagai teori yang dikemukakakn oleh
beberapa ahli mengenai pengertian kapasitas seperti menurut Goodman dalam Brown et
al. (2001) kapasitas merupakan kemampuan atau keterampilan yang diperlukan untuk
membangun tingkat kesiapan yang dimiliki oleh individu, organisasi maupun masyarakat
sehingga dapat ditandai dengan suatu kemajuan maupun kemunduruan, (2) menurut Laily
et al. (2013) Kapasitas individu atau masyarakat menyangkut kemampuan dan
keterampilan dalam memecahkan permasalahan yang dimiliki individu ataupun
masyarakat tersebut berdasarkan tujuan pembangunan yang telah ditetapkan, (3) menurut
Sucihatiningsih dan Waridin (2010) petani yang tidak memiliki kapasitas pengetahuan
dan wawasan yang memadai untuk dapat memahami permasalahan mereka, memikirikan
permasalahannya, ataupun pemilihan cara pemecahan masalah yang tepat untuk
mencapai tujuan mereka.
Menurut Facthiya (2010) kapasitas yang ditunjukkan dalam suatu performa
mengacu pada adanya tiga ranah yang mendasarinya, yaitu ranah pengetahuan, sikap dan
keterampilan atau tindakan (konatif). Merujuk pada Tjitropranoto (2005), Tahitu (2015)
juga menjelaskan bahwa kapasitas seorang petani dipengaruhi oleh karakteristik
pribadinya yang menurut Rogers (1994) dibentuk oleh tiga ranah perilaku individu, yaitu
(1) pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan atau tindakan (psikomotor)
yang terinternalisasi dalam diri seseorang, dengan demikian kapasitas seseorang dapat
ditingkatkan.
Menurut Suprayitno (2018) kapasitas petani adalah daya-daya yang dimiliki pada
pribadi petani supaya dapat menetapkan tujuan usahatani secara tepat dan mencapai
tujuan yang telah ditetapkan dengan cara yang tepat pula. Setiap individu (orang) secara
alamiah selalu memiliki kapasitas yang melekat pada dirinya. Selain itu Suprayitno
(2018) juga memaknai kapasitas secara sempit, yakni sebagai kemampuan inividu,
organisasi atau masyarakat dalam menjalankan fungsi-fungsinya, memecahkan masalah
dan dalam menyusun serta mencapai tujuan yang berkelanjutan. Kapasitas menyangkut
pengetahuan, sikap dan kemampuan dalam mengatasi berbagai permasalahan yang
dihadapi petani dalam bentuk kemampuan teknis, manajerial, dan sosial.
Tesis Dharma (2017) menunjukkan bahwa kapasitas peternak dapat diukur
melalui kemampuan menjalankan fungsi usaha, kemampuan menyelesaikan masalah, dan
kemampuan beradaptasi. Hal tersebut sejalan dengan Fatchiya (2010) yang menyatakan
bahwa kapasitas yang tinggi dicerminkan dari kemampuan seseorang menjalankan fungsi
usaha secara lebih baik, mampu mengetasi segala permasalahan. Penelitian Asta (2015)
menggunakan indikator proses produksi, proses pemasaran, manajemen usahatani,
memecahkan masalah, dan beradaptasi dengan kondisi sekitar untuk mengetahui
kapasitas individu petani kakao. Indikator lain yang digunakan untuk melihat kapasitas
petani dalam ruang lingkup agribisnis ialah identifikasi potensi agribisnis, pemanfaatan
peluang agribisnis, pengentasan permasalahan agribisnis, dan pemeliharaan
keberlanjutan agribisnis (Wahyuni 2016). Tahitu (2015) menjelaskan dalam tesisnya
bahwa kapasitas berkaitan dengan keputusan yang diambil oleh individu pengelola sagu.
pengelola sagu adalah pengambil keputusan untuk setiap hal yang terkait dengan
usahanya yang meliputi: (1) proses pengolahan sagu, (2) mengembangkan pemasaran, (3)
11

mengidentifikasi dan memecahkan masalah, serta (4) menjaga keberlanjutan usaha


pemanfaatan sagu

Penelitian Jaringan Komunikasi


Penelitian mengenai analisis jaringan komunikasi telah sejak lama dilakukan.
Penelitian jaringan komunikasi merupakan penerapan dari analisis jaringan sosial (Social
Network Analysis) (Eriyanto 2014). Pengaplikasian dari analisis jaringan sosial sangatlah
beragam, penelitian terdahulu menunjukkan bahwa analisis jaringan sosial dapat
diterapkan dalam berbagai bidang seperti menganalisis jaringan sosial pada kebijakan
pemerintah. Seperti halnya pada penelitian Yamaki (2017) yang menganalisis stakeholder
dalam tata kelola sumberdaya alam dalam upaya konservasi dua spesies yang langka,
yakni spotted lady’s slippers dan rebun dengan hasil pejabat Kota Rebun memiliki nilai
tertinggi dalam dua ukuran sentralitas (degree, betwenness) dan nilai tertinggi ketiga pada
sentralitas bonacich.
Penerapan analisis jaringan komunikasi juga telah banyak dilakukan dan juga
dapat diterapkan di berbagai bidang seperti peternakan, seperti penelitian yang dilakukan
oleh Anggriyani (2014) dengan judul Analisis Peran Komunikasi Anggota Kelompok
dalam Jaringan Komunikasi. Penelitian tersebut berfokus pada penerapan penggunaan
kotoran sapi. Hasil dari penelitian tersebut ialah Kelompok Sido Rejo menunjukkan
bahwa kelompok tersebut hanya memiliki satu klik sehingga tidak ada pihak yang
bertindak sebagai liason dan bridge. Pada kelompok Sidomulyo terdapat tiga pihak
isolated dan memiliki pihak opinion leader. Penelitian Sulistiawati et al. (2014) mengenai
jaringan komunikasi pada gapoktan dan hubungan antara karakteristik sumberdaya
individu dengan jaringan interpersonal. Hasil dari penelitian tersebut ialah (1) variabel
karakteristik sumberdaya individu yang berhubungan secara nyata dengan derajat
sentralitas meliputi umur, skala usaha dan tingkat kepemilikan media massa. Sementara
itu, tingkat pendidikan formal, status bekerja dan lama usaha tidak berhubungan secara
nyata dengan derajat sentalitas, (2) varibel karakteristik sumberdaya individu yang
berhubungan nyata dengan tingkat kedekatan, meliputi umur dan tingkat kepemilikan
media massa dan (3) variabel karakteristik sumberdaya individu yang berhubungan nyata
dengan tingkat kebersamaan antara lain, umur, tingkat pendidikan formal dan tingkat
kepemilikan media massa.
Analisis jaringan komunikasi yang menggunakan kelompok tani sebagai unit
respondennya juga dapat dilakukan untuk melihat peran jaringan komunikasi dalam
adopsi inovasi. Penelitian tersebut telah dilakukan oleh Rangkuti (2009) yang
menghubungkan karakteristik petani terhadap jaringan komunikasi dalam proses adopsi
inovasi traktor tangan dengan hasil terdapat hubungan yang nyata. Selain itu, hasil uji
regresi pengaruh faktor-faktor internal terhadap jaringan komunikasi dan dan tingkat
adopsi inovasi traktor tangan menunjukkan ada hubungan nyata antara karakteristik
petani, karakteristik usahatani, dan ciri-ciri inovasi terhadap jaringan komunikasi dan
tingkat kecepatan adopsi inovasi traktor tangan serta antara jaringan komunikasi terhadap
kecepatan adopsi inovasi traktor tangan. Sejalan dengan Rangkuti (2009), Hertanto et al.
(2016) melakukan penelitian tentang struktur jaringan komunikasi dan peran aktor dalam
penerapan teknologi budidaya kentang. Penelitian tersebut menganalisis struktur jaringan
komunikasi dan peran aktor, serta melakukan uji hubungan antara jaringan komunikasi
dan penerapan teknologi budidaya kentang dengan hasil struktur jaringan bersifat
12

menyebar dan memusat dengan tingkat keterhubungan antar aktor yang rendah dan
terdapat hubungan yang positif dan nyata antara jaringan komunikasi dengan penerapan
teknologi budidaya kentang.
Penelitian mengenai kelompok tani ternak pun beragam jenisnya, seperti halnya
pada skripsi Mauludin et al. (2012) mengenai peran kelompok dalam mengembangkan
keberdayaaan peternak sapi potong dan Andarwati et al. (2018) mengenai dinamika
kelompok peternak sapi potong. Penelitian mengenai kapasitas petani juga telah
dilakukan dan beragam pula jenisnya, seperti pada penelitian Dharma (2017) mengenai
kapasitas peternak domba penerima manfaat program tanggung jawab sosial perusahaan,
Suprayitno (2018) mengenai kapasitas petani pengelola agrowisata di kabupaten malang,
dan Yunita pada disertasinya yakni mengenai strategi peningkatan kapasitas petani padi
sawah menuju ketahanan pangan rumah tangga. Konsep mengenai penelitian terdahulu
dapat digunakan oleh penulis sebagai acuan dalam menyusun kebaruan penelitian dan
indikator dalam mengukur antar variabelnya. Kebaruan dalam penelitian ini terletak pada
analisis jaringan komunikasi dalam kelompok tani ternak yang melakukan kegiatan
produksi susu sapi perah serta pengolahan limbah mereka menjadi biogas yang dapat
dimanfaatkan oleh rumah tangga peternak dan implikasinya terhadap kapasitas peternak.
Kerangka Pemikiran
Menurut Rogers dan Kincaid (1981) yang dikutip dalam Rahmawati (2016)
menyebutkan bahwa karakteristik individu disebut sebagai variabel independen yang
mampu memberikan gambaran perubahan perilaku individu setelah terlibat dalam sebuah
jaringan komunikasi. Karakteristik individu itupun meliputi usia, pendidikan, atau
pekerjaan. Lebih lanjut Rahmawati (2016) menyebutkan dalam penelitiannya,
karakteristik individu yang diteliti meliputi usia dan aspek sosial ekonomi. Pada
penelitian Sulistiawati (2014), karakteristik individu yang dilihat meliputi umur, tingkat
pendidikan, status bekerja, skala usaha, pengalaman usaha, dan tingkat kepemilikan
media massa. Maka dari itu, karakteristik individu yang digunakan dalam penelitian ini
dapat dilihat dari : (1) Usia; (2) Tingkat pendidikan; (3) Tingkat pendapatan; (4). Tingakat
pengalaman; (5) Tingkat kepemilikan; (6) Status keanggotaan; (7) Lama Keanggotaan.
Pada analisis jaringan komunikasi pada tingkat individu, Eriyanto (2014)
menjelaskan empat indikator yang dapat digunakakan, yaitu : (1) Derajat sentralitas; (2)
Sentralitas kedekatan; (3) Sentralitas keperantaraan; dan (4) Sentralitas eigenvektor.
Analisis jaringan komunikasi mempunyai perspektif, asumsi, dan teknik pengumpulan
data yang khas yang membedakan dengan metode kuantitatif lainnya dalam menjelaskan
jaringan yang menggambarkan konstruk sosial (Hapsari 2016).
Penelitian tentang analisis jaringan komunikasi pada agribisnis ikan kolam air
deras yang dilakukan oleh Gunawan (2017) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang
berkorelasi positif antara jaringan komunikasi dengan pengembangan agribisnis ikan
kolam air deras. Jaringan yang terbentuk dalam pelaku agribisnis ikan kolam air deras
bersifat jaringan personal yang menyebar (radial personal network). Nilai outdegree
centrality dan nilai indegree centrality yang dihasilkan dikategorikan sedang. Nilai
closeness centrality juga berada pada kategori sedang. Nilai betweeness centrality untuk
pelaku agribisnis ikan kolam air deras diketahui nilainya tertinggi. Individu yang
memiliki nilai betweeness centrality yang tinggi mengindikasikan individu tersebut
memiliki kemampuan mengatur komunikasi di dalam jaringannya. Indikator agribisnis
yang diteliti dalam penelitian Gunawan (2017) yaitu peningkatan produksi dan
13

peningkatan pendapatan yang diperoleh dari bisnis ikan kolam air deras. Gunawan (2017)
melihat dua dari 5 subsistem agribisnis menurut Pambudy (2006) yaitu produksi dan
penjualan/pemasaran.
Mengacu dari tingkat analisis individu yang dikemukakakn oleh Eriyanto (2014)
dan penelitian terdahulu mengenai ruang lingkup agribisnis atau usahatani, pengelolaan
limbah ternak dan kapasitas petani, maka dalam penelitian ini tercetuslah kerangka
pemikiran sebagai berikut :

Karakteristik Jaringan Kapasitas Anggota


Individu (X1) Komunikasi Kelompok Tani
pada Produksi Ternak (Z)
1. Umur
Ternak dan
2. Pengalaman 1. Penyelesaian
Pengelolaan
Berusaha ternak permasalahan
Biogas (Y1)
3. Lama menjadi peternak
anggota poktan 1. Degree 2. Manajemen
4. Tingkat Centrality Usahaternak
Pendidikan 2. Betweennes 3. Pengambilan
5. Jumlah Ternak Centrality keputusan dalam
yang Dimiliki 3. Closeness pengembangan
6. Tingkat Centrality produksi dan
Pendapatan pengelolaan
7. Jumlah biogas
kepemilikan
Media

Keterangan : Berhubungan
Gambar 2 Kerangka Pemikiran
Hipotesis
1. Diduga variabel dalam karakteristik individu berhubungan dengan jaringan
komunikasi yang terbentuk pada produksi ternak dan Pengelolaan Biogas.
2. Diduga variabel jaringan komunikasi produksi ternak dan pengelolaan biogas
berhubungan dengan kapasitas peternak.
14

METODOLOGI PENELITIAN

Pendekatan dan Metode Penelitian


Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif didukung dengan data
kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari wawancara dengan pertanyaan yang telah
disusun dalam kuisioner. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk lebih memahami fakta
sosial yang menjadi fokus penelitian (Singarimbun dan Effendi 2008). Pendekatan
kuantitatif digunakan untuk mencari jawaban mengenai aktivitas komunikasi peternak
yang menjadi responden penelitian dalam menjalankan kemitraan dan interaksi
komunikasi dalam Kelompok ternak Mekar Saluyu. Jenis penelitian dalam penelitian ini
adalah descriptive research, yakni menurut Eriyanto (2014) ialah tipe penelitian yang
dimaksudkan untuk menggambarkan secara detail struktur dan aktor-aktor dalam
jaringan.
Data kualitatif dikumpulkan dengan metode wawancara mendalam kepada
informan. Informasi dan data yang diperoleh digunakan sebagai interpretasi dari data
kuantitatif dan data tambahan mengenai jaringan komunikasi yang terbentuk dalam pola
kemitraan yang dilakukan oleh peternak. Data kualitatif juga digunakan dalam penggalian
informasi mengenai kemitraan dan Kelompok tani ternak Mekar Saluyu.
Kuesioner dalam penelitian ini akan digunakan sebagai panduan dalam
memahami dan menganalisis jaringan komunikasi dan hubungan antar aktornya. Metode
dalam pertanyaan kuisioner yang digunakan dalam penelitian ini ialah free recall, yakni
menurut Eriyanto (2014) responden bebas menentukan nama siapa saja aktor, dimana
peneliti menyusun informasi mengenai relasi yang diinginkan dan kemudian meminta
kepada aktor (responden) untuk menyebut nama. Sehubungan dengan penggunaan free
recall dalam penelitian ini, maka batasan yang digunakan ialah responden berkomunikasi
dengan siapa saja dalam pengembangan dan kemitraan di dalam kelompok tani ternak
mekar saluyu. Kuesioner yang telah dibuat akan dilakukan uji validitas pada kelompok
ternak lain yang berada dalam wilayah yang sama, yakni Kelompok Tani Ternak Bhakti
Saluyu dengan jumlah responden 10 orang. Alasan pemilihan kelompok peternak tersebut
ialah dikarenakan memiliki kondisi geografis yang sama, pasar yang sama, dan program
pengolahan limbah yang sama, yaitu biogas.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cibodas, Kecamatan Lembang, Kabupaten
Bandung. Lokasi tersebut dipilih secara sengaja (purposive), tepatnya pada Kelompok
Tani Ternak Mekar Saluyu. Pemilihan lokasi tersebut didasarkan atas hasil penelitian
terdahulu bahwa terdapat kelompok tani ternak Mekar Saluyu yang mengelola limbah
ternak menjadi biogas yang berdampak baik pada lingkungan 3. Pemilihan lokasi juga
berdasarkan data dari BPS (2019) bahwa potensi komoditas ternak yang paling besar di
Kecamatan Lembang ialah sapi perah dengan jumlah 20.805 ekor yang kemudian diambil
susunya sebagai komoditas utamanya. Pemilihan Desa Cibodas sebagai lokasi penelitian

3
Didasarkan atas hasil pada penelitian terdahulu, yakni pada penelitian Harahap (2018) mengenai
Dampak pemberdayaan masyarakat melalui program biogas dalam mewujudkan kemandirian energi.
15

juga didasarkan pada fakta bahwa pengelolaan ternak di Desa Cibodas merupakan salah
satu yang terbaik dan dengan unggulan inovasinya, yakni biogas.
Penelitian dilakukan selama delapan bulan mulai bulan September – Januari 2019
yang meliputi penyusunan proposal penelitian, kolokium, perbaikan proposal penelitian,
uji validitas, pengambilan data lapang, pengolahan dan analisis data, penyusunan draft
laporan skripsi, uji kelayakan, sidang skripsi, dan perbaikan laporan skripsi.

Teknik Pengumpulan Data dan Jenis Data


Data yang digunakan dalam penelitian ini ialah berupa data primer dan sekunder.
Data primer diperoleh secara langsung berdasarkan data di lapang, yakni melalui hasil
kuesioner dan wawancara yang dilakukan di lokasi penelitian. Data primer yang diperoleh
melalui kuesioner bertujuan untuk mendapatkan informasi atau data mengenai
pengelolaan biogas, arus komunikasi dan data individu peternak yang terkait dalam
kebutuhan data penelitian. Wawancara juga dilakukan untuk memperkuat data temuan
lapang yang didapatkan melalui kuesioner. Pengambilan data sekunder diperoleh melalui
studi literatur dari berbagai sumber pustaka ilmiah, seperti jurnal, tesis, disertasi, artikel
media massa, artikel website pemerintah dan penelitian-penelitian terdahulu.
Data kuantitatif didikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang diberikan
kepada responden, sedangkan data kualitatif dikumpulkan dengan menggunakan panduan
wawancara mendalam kepada informan yang telah ditetapkan sebelumnya. Jenis data
yang dikumpulkan dirincikan dalam tabel berikut.
Tabel 1 Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan Data yang Dikumpulkan Jenis Data
Data
Kuesioner 1. Karakteristik Individu Peternak Primer
2. Jaringan Komunikasi pada
Kelompok Tani Ternak
3. Jaringan Komunikasi pada
Pengelolaan Biogas
4. Kapasitas peternak

Wawancara 1. Sejarah Kelompok Tani Ternak Primer


2. Sejarah Pengelolaan biogas
3. Permasalahan Peternak
4. Media komunikasi kelompok
5. Kegiatan rutin
6. Struktur kelompok
7. Pandangan informasn tentang
kelompok

Studi Literatur 1. Profil Desa Cibodas dan Sekunder


Kecamatan Lembang
2. Profil poktan
3. Statistika Peternakan
4. Literatur yang terkait dengan
penelitian
16

Teknik Pengumpulan Data yang Dikumpulkan Jenis Data


Data
5. Kecamatan Lembang dalam angka

Observasi 1. Kondisi desa dan lingkungan Primer


kelompok tani

Teknik Pemilihan Responden dan Informan


Populasi dari penelitian ini ialah anggota kelompok tani ternak Mekar Saluyu
dan peternak yang memiliki unit pengelolaan biogas, sehingga unit analisis dari penelitian
ini ialah individu (aktor). Pengambilan sampel dari penelitian ini ialah menggunakan
metode sensus. Penggunaan metode sensus didasarkan atas studi jaringan komunikasi
yang berpretensi untuk memetakan posisi masing-masing aktor dan gambaran mengenai
relasi antara satu aktor dengan aktor lain secara lengkap. (Eriyanto 2014). Pihak yang
akan dijadikan responden dan informan dalam penelitian ini ialah peternak yang menjadi
anggota kelompok tani ternak Mekar Saluyu, pemerintah desa, dan tokoh masyarakat.
Jumlah yang akan dijadikan sebagai responden ialah sebanyak 64 orang yang
ditentukan berdasarkan jumlah keseluruhan anggota kelompok ternak Mekar Saluyu,
sehingga dirasa dapat menggambarkan jaringan komunikasi yang terbentuk pada
kelompok tani ternak . Responden yang telah ditentukan, kemudian akan diberikan
kuesioner sebagai data dalam penelitian ini. Informan dalam penelitian ini ditentukan
secara purposive, dimana informan merupakan pihak yang berperan penting dalam
kelompok ternak Mekar Saluyu dan yang mengetahui dengan baik mengenai lingkup
usaha ternak. Informan yang akan diambil ialah seperti pada pihak dari kelompok ternak
Mekar Saluyu dan pemerintah desa, tokoh masyarakat dan pihak eksternal pengelola
biogas. Informan dipilih secara sengaja, setelah sebelumnya membuat tipologi (ideal)
individu dalam peternak yang menjadi anggota kelompok ternak Mekar Saluyu dan
stakeholder pengelola biogas.

Teknik Pengolahan dan Analisis Data


Penelitian ini menggunakan dua jenis data, yakni kuantitatif dan kualitatif
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner, wawancara mendalam dan
observasi lapang. Data yang terkumpul akan dianalisis dengan berbagai teknik analisis,
adapaun teknik analisis yang akan digunakan oleh penulis antara lain :
1. Analisis Sosiometri
Analisis mengenai pola-pola hubungan komunikasi yang terbentuk dalam
jaringan dilakukukan dengan analisis sosiometri. Penggunaan analisis sosiometri
merupakan penerapan teknik analisis dengan data kuantitatif yang telah diperoleh
sebelumnya. Prell (2012) menyatakan bahwa analisis sosiometri dapat digunakan
untuk mengidentifikasi stuktur dan posisi individu dalam suatu jaringan. Raharjo
(2016) dalam tesisnya mengungkapkan bahwa penerapan analisis sosiometri ialah
membuat matriks hubungan komunikasi dari hasil pertanyaan sosiometri dengan
pendekatan sosiogram untuk mengetahui arah hubungan komunikasi dan peranan
individu dalam jaringan komunikasi.
17

Sesuai definisi diatas, penelitian ini menggunakan analisis sosiometri untuk


menggambarkan pola komunikasi antar responden dalam suatu jaringan, serta
peranan individu dalam jaringan komunikasi yang terbentuk pada pola komunikasi
anggota kelompok ternak Mekar Saluyu dalam produksi ternak dan pengelolaan
biogas. Analisis sosiometri dilakukan dengan membuat matriks yang terdiri dari baris
dan kolom, dimana baris menunjukkan sumber hubungan, sedangkan kolom
menunjukkan target. Hubungan komunikasi yang terbentuk kemudian diberi tanda
dengan menggunakan bilangan biner, bergantung pada ada atau tidaknya hubungan
tersebut. Jika terdapat hubungan, maka akan diberi nilai 1 dan jika tidak ada
hubungan maka akan diberi nilai 0. Pertanyaan dalam kuesioner yang akan diberikan
merupakan pertanyaan sosiometri yang berkaitan dengan informasi mengenai usaha
ternak, kelompok ternak, dan pengelolaan biogas oleh anggota kelompok ternak
Mekar Saluyu.
Analisis sosiometri yang telah dibuat, dapat disajikan dalam bentuk matriks saja
maupun divisualisasikan dalam bentuk diagram. Penelitian ini memvisualisasikan
data analisis sosiometri dalam bentuk sosiogram. Visualisasi tersebut dapat
menggunakan bantuan software analisis jaringan sosial, seperti UCINET, Pajek,
Phyton, dan NodeXL (Eriyanto 2014). Penelitian ini menggunakan software
UCINET VI sebagai alat dalam memvisualisasikan sosiogram. Visualisasi yang telah
dibuat kemudian dapat menghasilkan gambaran mengenai hubungan antara aktor
melalui garis (lines) yang terhubung antar aktor (node).
2. Analisis Jaringan Komunikasi
Variabel Y dalam penelitian ini ialah jaringan komunikasi dalam Kelompok
ternak dan pengelolaan biogas. Variabel jaringan komunikasi tersebut dianalisis
dengan analisis jaringan komunikasi yang terdiri dari derajat sentralitas (Degree
centrality), tingkat kedekatan (Closeness centrality), dan tingkat keperantaraan
(Betweenness centrality) yang dianlisis menggunakan software UCINET VI. Dasar
pemilihan UCINET sebagai software yang digunakan dalam analisis jaringan
komunikasi pada penelitian ini ialah, merujuk pada pendapat Eriyanto (2014),
dimana UCINET memiliki beberapa kelebihan, yakni :
1. UCINET merupakan program pengolah data jaringan komunikasi (atau sosial
pada umumnya) yang paling populer. Dan telah diakui oleh para ahli jaringan
sosial.
2. Hasil pengolahan UCINET telah diakui reliabilitasnya secara akademik.
3. UCINET merupakan program yang paling lengkap
4. Kompatibilitas program ini dengan program jaringan sosial dan pengolah data
lainnya.
Pemilihan indikator pengukuran analisis jaringan komunikasi didasarkan pada
unit analalisis yang digunakan, yakni individu. Tahapan dalam pengukuran derajat
sentralitas (degree centrality) menggunakan software UCINET VI adalah
Network>Centrality>Degree. Tahapan dalam pengukurantingkat kedekatan
(closeness centrality) menggunakan software UCINET VI adalah
Network>Centrality>Closenes. Kemudian, pada tahapan pengukuran tingkat
18

keperantaraan (betweenness centrality) menggunakan software UCINET VI adalah


Network>Centrality>Betweenness>Nodes.
3. Analisis Statistik
Rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, memuat uji hubungan yang
ingin dilakukan untuk menguji hubungan antara variabel, yakni karakteristik
inidividu (X) dengan variabel jaringan komunikasi (Y). Variabel Y kemudian
dilakukan uji hubungan dengan variabel Kapasitas peternak (Z). Analisis hubungan
tersebut akan dilakukan dengan menggunakan software SPSS Statistic 21 for
windows. Uji hipotesis yang akan dilakukan dalam penelitian ini ialah dengan
menggunakan metode analisis uji korelasi Rank Spearman untuk menguji hubungan
antar variabel dengan skala pengukuran ordinal.

Keterangan :
Rho : Koefisien korelasi Rank Spearman
1 : Bilangan Konstan
6 : Bilangan Konstan
d : perbedaan pasangan jenjang
Σ : Jumlah
N : Jumlah Individu dalam sampel

Definisi Operasional
Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberi arahan bagaimana
mengukur sebuah variabel. Rumusan definisi operasional dalam penilitian ini adalah
sebagai berikut :
Karakteristik Individu
Karakteristik individu merupakan atribut individu atau seseorang yang diukur dengan
umur, pengalaman berusaha ternak, lama menjadi anggota poktan, tingkat pendidikan,
jumlah ternak yang dimiliki, tingkat pendapatan dan kepemilikan media.
Tabel 1 Defenisi Operasional Variabel Karakteristik Individu

No Variabel Definisi Indikator Jenis


Operasional Data
1 Umur Lama hidup Disesuaikan dengan Ordinal
responden dari ia temuan lapang
dilahirkan hingga
wawancara
berlangsung
3 Pengalaman Lama responden Disesuaikan dengan Ordinal
berusaha berusaha ternak temuan lapang
ternak dari memulai usaha
19

No Variabel Definisi Indikator Jenis


Operasional Data
ternak hingga
wawancara
berlangsung
4 Lama Lama responden Disesuaikan dengan Ordinal
menjadi bergabung dalam temuan lapang
anggota kelompok ternak
poktan sejak tercatat dalam
data administrasi
kelompok hingga
wawancara
berlangsung
5 Tingkat Pendidikan terakhir Disesuaikan dengan Ordinal
pendidikan responden dalam temuan lapang
lembaga
pendidikan formal
6 Jumlah Jumlah sapi perah Disesuaikan dengan Ordinal
ternak yang yang diusahakan temuan lapang
dimiliki dalam usaha ternak
setiap responden
7 Tingkat Jumlah pendapatan Disesuaikan dengan Ordinal
pendapatan responden yang temuan lapang
diperoleh baik dari
hasil usaha ternak
sapi dan sumber
pendapatan
lainnya.
8 Jumlah Jumlah sumber Disesuaikan dengan Ordinal
kepemilikan atau media temuan lapang
sumber dan informasi
media elektronik maupun
informasi cetak yang dimiliki
oleh responden
20

Jaringan Komunikasi
Variabel jaringan komunikasi yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada
definisi yang dirumuskan oleh Eriyanto (2014), yakni dengan indikator sebagai berikut :
1). Derajat sentralitas (Degree centrality), 2). Sentralitas kedekatan (Closeness
centrality), dan 3). Sentralitas keperantaraan (Betweeness centrality). Penjelasan definisi
operasional setiap indikator variabel jaringan komunikasi sebagai berikut :
Tabel 2 Defenisi Operasional Variabel Jaringan Komunikasi
No Variabel Definisi Indikator Jenis
Operasional Data
1 Derajat Derajat hubungan Menggunakan hasil Ordinal
sentralitas yang dimiliki oleh pengukuran dari
(Degree individu dari software UCINET VI.
centrality) berapa banyak Network>Centrality>in
individu tersebut -Degree.
1
memiliki hubungan 1. Rendah : ≤ 𝑥̅ - 2 sd
dengan individu 1
lain dalam suatu 2. Sedang : 𝑥̅ - 2 sd < x
1
jaringan < 𝑥̅ + 2 sd
1
3. Tinggi : ≥ 𝑥̅ + 2 sd
Network>Centrality>
out-Degree.
1
1. Rendah : : ≤ 𝑥̅ - 2
sd
1
2. Sedang : 𝑥̅ - 2 sd < x
1
< 𝑥̅ + 2 sd
1
3. Tinggi : ≥ 𝑥̅ + 2 sd
2 Sentralitas Mengidentifikasi Menggunakan hasil Ordinal
kedekatan seberapa dekat pengukuran dari
(Closeness hubungan individu software UCINET VI.
centrality) tersebut dengan Network>Centrality>
individu lain dalam Closeness.
jaringan yang 1
1. Rendah : : ≤ 𝑥̅ - 2
diukur dari
sd
banyaknya 1
jalur/path seorang 2. Sedang : 𝑥̅ - 2 sd < x
1
individu < 𝑥̅ + 2 sd
menghubungi 1
3. Tinggi : ≥ 𝑥̅ + 2 sd
individu lain
3 Sentralitas Mengidentifikasi Menggunakan hasil Ordinal
keperantara seberapa sering pengukuran dari
an individu menjadi software UCINET VI.
perantara dari Network>Centrality>
21

No Variabel Definisi Indikator Jenis


Operasional Data
(Betweeness hubungan individu Betweeness.
centrality) satu dengan 1
1. Rendah : : ≤ 𝑥̅ - 2
individu lainnya
sd
dalam jaringan 1
2. Sedang : 𝑥̅ - 2 sd < x
1
< 𝑥̅ + 2 sd
1
3. Tinggi : ≥ 𝑥̅ + 2 sd

Kapasitas Peternak
Variabel kapasitas peternak diukur berdasarkan pendapat pada penelitian
Wahyuni (2016) yang menyatakan kapasitas petani dalam pengentasan permasalahan
agribisnis sebagai Kemampuan mengatasi kendala dalam budidaya dan pemasaran padi
organik. Merujuk pada definisi tersebut, maka definisi operasional yang digunakan dalam
variabel kapasitas peternak ialah sebagai kemampuan mengatasi kendala dalam produksi
susu sapi sebagai hasil ternak dan pengelolaan biogas. Kuesioner dalam variabel
kapasitas peternak menggunakan skala likert sebagai acuan dalam menyusun
pertanyaannya. Data yang diperoleh dikategorikan dalam jenis data ordinal yang
kemudian dilakukan uji korelasi rank spearman dengan variabel jaringan komunikasi.
Tabel 3 Defenisi Operasional Variabel Kapasitas Peternak

No Variabel Definisi Indikator Jenis


Operasional Data
1 Penyelesaia Kemampuan petani 1. Tindakan peternak Ordinal
n Masalah dalam dalam menghadapi
memecahkan permasalahan yang
masalah terkait dihadapinya
dengan usaha 2. Pengetahuan peternak
ternaknya mengenai cara
penyelesaian masalah

Kemudian
dikategorikan dengan
hasil temuan lapang
3 Manajemen Kemampuan petani 1. Pengetahuan Ordinal
dalam dalam peternak dalam
Berusaha melaksanakan pemilihan ternak,
ternak fungsi fungsi skema pembiayaan
perencanaan, fungsi usaha ternak, dan
pengorganisasian, penilaian usaha
ternaknya
fungsi pelaksanaan,
2. Tindakan peternak
evaluasi dan dalam pemilihan
pengendalian dalam
22

No Variabel Definisi Indikator Jenis


Operasional Data
hal rencana modal, ternak, skema
biaya, keuntungan pembiayaan usaha
dan penilaian ternak dan penilaian
kegiatan usaha usaha ternaknya
ternak.
Kemudian
dikategorikan dengan
hasil temuan lapang
4 Pengambila Kemampuan 1. Pengetahuan Ordinal
n keputusan peternak mengenai cara
dalam mengambil mengembangkan
pengemban keputusan dalam usaha ternak dan
gan upaya pengelolaan biogas
produksi pengembangan 2. Tindakan peternak
dalam memutuskan
dan produksi usaha
mengembangkan
pengelolaan ternak mereka dan usaha ternak mereka
biogas pengelolaan biogas dalam penggunaan
sarana dan prasarana
serta manajemen
usaha ternak baru
secara mandiri.
3. Tindakan untuk
mengambil
keputusan untuk
mengembangkan
unit pengelolaan
biogas di tingkat
rumah tangga secara
mandiri.
4. Kemauan untuk
melestarikan
pengelolaan biogas.

Kemudian
dikategorikan dengan
hasil temuan lapang
23

DAFTAR PUSTAKA

Aminah S. 2015. Pengembangan Kapasitas Petani Kecil Lahan Kering untuk


Mewujudkan Ketahanan Pangan. [internet]. [diunduh pada 2019 agustus 10]. Dapat
diunduh pada : https://www.researchgate.net/publication/
307748794_Pengembangan_Kapasitas_Petani_Kecil_Lahan_Kering_untuk_Mew
ujudkan_Ketahanan_Pangan
Anggriyani E. 2014. Analisis Peran Komunikasi Anggita Kelompok dalam Jaringan
Komunikasi. Jurnal Penelitian Peternakan [Internet]. 12 (02); 107-113. [diunduh 08
November 2018]. Tersedia pada :
https://jurnal.uns.ac.id/SainsPeternakan/article/download/4790/4132
Andarwati S, Guntoro B, Haryadi FT, dan Sulastri E. 2012. Dinamika Kelompok Peternak
Sapi Potong Binaan Universitas Gadjah Mada di Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. Vol. 10 (1). [internet]. [diunduh pada 2019 maret 15]. Dapat diunduh
pada : https://jurnal.uns.ac.id/Sains-Peternakan/article/view/4838
Ananda S dan Sunuharyo . 2018. Pengaruh Karakteristik Individu Dan Karakteristik
Pekerjaan Terhadap Kinerja Karyawan Dengan Variabel Mediator Motivasi Kerja
Karyawan (Studi Pada Karyawan Pt Petrokimia Gresik). [internet]. Vol 58 (1).
[diunduh pada 2019 april 19]. Dapat diunduh pada :
http://administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id/index.php /jab/article/view /2407
Asta D. 2015. Kapasitas Petani Kakao Bekas Penambang Batu Bara Di Kota Sawahlunto
Sumatera Barat. [tesis]. Dapat diunduh pada :
https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/77453
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2018. Kecamatan Lembang dalam Angka. [internet].
[diunduh 10 April 2019]. Tersedia pada :
https://bandungbaratkab.bps.go.id/publication/2018/09/26/7185b137b6d211ad6c5
e187c/kecamatan-lembang-dalam-angka-2018.html
Damanik LH, Husodo AD, dan Gunawan T. 2014. Pemanfaatan Feses Ternak Sapi
Sebagai Energi Alternatif Biogas Bagi Rumah Tangga Dan Dampaknya Terhadap
Lingkungan. Vol. 4 (1) : 1-102. [internet]. [diunduh pada 2019 agustus 19]. Dapat
diunduh pada : https://jurnal.ugm.ac.id/teknosains/article/view/6048/4822
Denny M. 2014. Social Network Analysis. Institute for Social Science Research. Dapat
diunduh pada : www.mjdenny.com/workshops/SN_Theory_I.pdf
Dharma S. 2017. Kapasitas Peternak Domba Penerima Manfaat Program Tanggung
Jawab Sosial Perusahaan. [tesis]. Bogor (ID) : IPB
Eriyanto. 2014. Jaringan Analisis Jaringan Komunikasi : Strategi Baru Dalam Penelitian
Ilmu Komunikasi Dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta (ID): Kencana Prenada Media
Group
Fatchiya A. 2010. Pola Pengembangan Kapasitas Pembudidaya Ikan Kolam Air Tawar di
Provinsi Jawa Barat. [disertasi]. Bogor (ID) : IPB
Gunawan I. 2017. Jaringan Komunikasi Pelaku Agribisnis Ikan Kolam Air Deras di
Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor. Tesis [Internet]. [diunduh 10 Desember
2018]. Tersedia pada : https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/88713
Hapsari DR. 2016. Peran Jaringan Komunikasi dalam Gerakan Sosial Untuk Pelestarian
Lingkungan Hidup. Jurnal Komunikasi [Internet]. 01; 25-36. [diunduh 02 Oktober
24

2018]. Tersedia pada:


http://jurnaliski.or.id/index.php/jkiski/article/download/33/21
Harahap F. 2018. Dampak pemberdayaan masyarakat melalui program biogas dalam
mewujudkan kemandirian energi. [internet] 5(1). [Diunduh pada 10 agustus 2019].
Tersedia pada : https://journal.uny.ac.id/index.php/jppm/article /view/18634
Haryono et al. 2014. Reformasi Kebijakan Menuju Transformasi Pembangunan
Pertanian. Jakarta (ID) : IARRD PRESS
Hermanto, Swastika DK. 2011. Penguatan Kelompok Tani: Langkah Awal Peningkatan
Kesejahteraan Petani. [diunduh pada 2019 september 11]. Dapat diunduh pada :
https://media.neliti.com/media/publications/54495-ID-penguatan-kelompok-tani-
langkah-awal-pen.pdf
Hertanto D, Sugiyanto, Safitri R. 2016. Analisis Struktur Jaringan Komunikasi dan Peran
Aktor Dalam Penerapan Teknologi Budidaya Kentang (Petani Kentang Desa
Ngantru Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang). Jurnal Habitat [Internet]. 27
(02); 55-65. [diunduh pada 08 November 2018]. Tersedia pada :
http://www.habitat.ub.ac.id/index.php/habitat/article/view/232
Juliyana N. 2015. Hubungan Antara Gaya Kepemimpinan Dengan Kapasitas Petani
Jambu Kristal Mitra Agribussiness Development Center. [Skripsi]. [diunduh pada
2019 agustus 10]. Dapat diunduh pada :
https://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/80710/
I15nju.pdf?sequence=1&isAllowed=y
Mauludin MA. 2012. Peran Kelompok dalam Mengembangkan Keberdayaan Peternak
Sapi Potong (Kasus Di Wilayah Selatan Kabupaten Tasikmalaya). Vol. 12 (2).
[internet]. [diunduh pada 2019 juni 10. Dapat diunduh pada :
http://jurnal.unpad.ac.id/jurnalilmuternak/article/view/5120
Muslim C. 2006. Peranan Kelompok Peternak Sapi Potong dengan Pendekatan Sistem
Integrasi Padi Ternak (Sipt) di Nusa Tenggara Barat, Jawa Timur, dan Jawa Barat.
[internet]. [diunduh pada 2019 juni 5]. Dapat diunduh pada :
https://www.neliti.com/publications/44008/peranan-kelompok-peternak-sapi-
potong-dengan-pendekatan-sistem-integrasi-padi-te
Ogada J, Krhoda G, Veena A, et al. 2017. Managing Resources Through Stakeholder
Networks: Collaborative Water Governance for Lake Naivasha Basin, Kenya.
Water International. Vol 42 (3) : 271-290. Dapat diunduh pada :
https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/02508060.2017. 1292076
Oktavia I dan Firmansyah A. 2016. Pemanfaatan Teknologi Biogas sebagai Sumber
Bahan Bakar Alternatif di Sekitar Wilayah Operasional PT. Pertamina EP Asset 2
Prabumulih Field. [internet] 1 (1): 32-36. [diunduh pada 10 agustus 2019]. Tersedia
pada : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalcare/article/viewFile/ 15292/11189
Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor
67/PERMENTAN/SM.050/12/2016 Tentang Pembinaan Kelembagaan Petani.
Tersedia pada : http://perundangan.pertanian.go.id/admin
/p_mentan/Permentan%20672016%20Pembinaan%20Kelembagaan%20Petani.pd
f
Prell C, Hubacek K, dan Reed M. 2009. Stakeholder Analysis and Social Network
analysis ini Natural Resource Management. Society and Natural Resources An
International Journal. Vol. 22:501–518. Dapat diunduh pada :
25

https://www.researchgate.net/publication/302373847_Stakeholder_analysis_and_s
ocial_network_analysis_in_natural_resource_management
Rahmawati A. 2016. Analisis Jaringan Komunikasi dalam Diseminasi Informasi Produksi
Dan Pemasaran Jeruk Pamelo. Tesis [Internet]. [diunduh 02 Oktober 2018].
Tersedia pada : https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/81533
Rangkuti PA. 2009. Analisis Peran Jaringan Komunikasi Petani Dalam Adopsi Inovasi
Traktor Tangan Di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Vol. 27 (1). [internet]. [diunduh
pada 2019 maret 15]. Dapat diunduh pada :
http://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/jae/article/view/4680
Setiawan I. 2008. Analisis Jaringan Komunikasi Petani dalam Berbagai Zona
Agroekosistem di Kabupaten Bandung. Jurnal Agrikultura [Internet]. 19 (01); 66-
74. [diunduh 08 November 2018]. Tersedia pada :
http://journals.unpad.ac.id/index.php/agrikultura/article/download/641/685
Serrat O. 2009. Social Network Analysis. [internet]. [diunduh pada 2019 maret 15]. Dapat
diunduh pada : https://www.researchgate.net/publication/
301692439_Social_Network_Analysis
Singarimbun M, Effendi S. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta (ID): LP3ES
Sucihatiningsih DW dan Waridin. 2010. Model Penguatan Kapasitas Kelembagaan
Penyuluh Pertanian Dalam Meningkatkan Kinerja Usahatani Melalui Transaction
Cost Studi Empiris Di Provinsi Jawa Tengah. Vol. 11 (1). [internet]. [diunduh pada
2019 juni 10]. Dapat diunduh pada :
http://journals.ums.ac.id/index.php/JEP/issue/view/51
Sudaryanto B dan Agus A. 2014. Prospek Pengembangan Sapi Perah di Indonesia.
[Internet]. dapat diunduh pada :
http://www.litbang.pertanian.go.id/buku/reformasi-kebijakan-menuju/
Sulistiawati A. 2016. Analisis Jaringan Komunikasi Tingkat Kelompok dalam Gapoktan.
Jurnal Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. 02 (02); 155-158.
[diunduh 08 November 2018]. Tersedia pada :
http://ejournal.skpm.ipb.ac.id/index.php/jskpm/article/view/267
Suprayitno MA. 2018. Kapasitas Petani Pengelola Agrowisata di Kabupaten Malang.
[tesis]. Bogor (ID) : IPB
Surtikanti H, Surakusumah W, dan Supriyanto B. 2009. Daur Ulang Limbah Peternakan
Sapi (Biokom) Di Bukit Tunggul (Das Cikapundung) Dalam Minimalisasi
Perubahan Iklim Global. [internet]. [diunduh pada 15 agustus 2019]. Tersedia pada
: http://perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/103001-[_Konten_]-
DR.WAHYU%20SURAKUSUMAH%20MSi.pdf
Tahitu M. 2015. Pengembangan Kapasitas Pengelola Sagu Dalam Peningkatan
Pemanfaatan Sagu Di Maluku Tengah Provinsi Maluku. [tesis]. Dapat diunduh
pada : https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/77343
Uddin S. 2017. Social Network Analysis in Project Management – A case Study of
Analysing Stakeholder Network. Journal of Modern Project Management. 271-290.
Dapat diunduh pada : https://www.researchgate.net/
publication/317761933_Social_network_analysis_in_project_management_A_cas
e_study_of_analysing_stakeholder_networks
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2014 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor
18 Tahun 2009 Tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan. Dapat diunduh pada :
https://peraturan.bpk. go.id/Home/Details/38801
26

Veronice, Helmi, Henmaidi, dan Arif E. 2018. Pengembangan Kapasitas petani dan
Kelembagaan di Kawasan Pertanian melalui Pendekatan Pengelolaan
Pengetahuan (Knowledge Management). Vol 2(2): 1-10. [internet]. [diunduh pada
2019 agustus 20]. Dapat diunduh pada :
https://www.researchgate.net/publication/327678236_Pengembangan_Kapasitas
_petani_ dan_Kelembagaan_di_Kawasan_Pertanian_melalui_
Pendekatan_Pengelolaan_Pengetahuan_Knowledge_Management/link/5bb9df1c
a6fdcc9552d56a0f/download
Wahyuni S, Sumardjo, Lubis DP, Sadono D. 2017. Hubungan Jaringan Komunikasi dan
Dinamika Kelompok dengan Kapasitas Petani dalam Agribisnis Padi Organik di
Jawa Barat. Jurnal Penyuluhan [Internet]. 13 (01); 110-120. [diunduh 02 Oktober
2018]. Tersedia pada:
Wahyuni S. 2016. Jaringan Komunikasi, Dinamika Kelompok Dan Peningkatan
Kapasitas Petani Dalam Agribisnis Padi Organik. [Tesis]. Dapat diunduh pada :
https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/82395
Widyastuti F, Purwanto, Hadiyanto. 2015. Potensi Biogas Melalui Pemanfaatan Limbah
Padat Pada Peternakan Sapi Perah Bangka Botanical Garden Pangkalpinang.
[internet]. [diunduh pada 10 agustus 2019]. Tersedia pada :
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/metana/article/view/7613
Yamaki K. 2017. Applying Social Network Analysis To Stakeholder Analysis In Japan’s
Natural Resource Governance: Two Endangered Species Conservation Activity
Cases. Journal in Forest Research. Vol. .Dapat diunduh pada :
https://www.researchgate.net/publication/313259562_Applying_
social_network_analysis_to_stakeholder_analysis_in_Japan's_natural_resource_g
overnance_Two_endangered_species_conservation_activity_cases
Zulkarnain. 2015. Analisis Hubungan Jaringan Komunikasi dengan Perubahan Taraf
Penghidupan dan Pola Pikir dalam Pemberdayaan Pembudidaya Ikan di Kabupaten
Kampar, Riau. Tesis [Internet]. [diunduh 08 November 2018]. Tersedia pada :
https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/76999
27

LAMPIRAN
Lampiran 1 Waktu Pelaksanaan Penelitian

Juli Agustus September Oktober November Desember


Kegiatan
1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penyusuna
n Proposal
Skripsi

Kolokium

Perbaikan
Proposal
Skripsi

Pengambila
n Data
Lapang

Pengolahan
dan
Analisis
Data

Penulisan
Draft
Skripsi

Uji Petik

Sidang
Skripsi

Perbaikan
Laporan
Skripsi

Lampiran 2 Peta Lokasi Penelitian


28

Lampiran 3 Kuesioner Penelitian Variabel Karakteristik Individu

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN
KUESIONER PENGEMBANGAN MASYARAKAT
PENELITIAN
“Analisis Jaringan komunikasi dalam Kelompok Tani Ternak dan Kemitraan Usaha
Ternak Sapi Perah”
Oleh : Multazam Abdillah Hamid

No. Responden :…………………………………..


Hari&Tanggal :………………………………….
Tanggal Entri :………………………………….
Alamat :………………………………….

A. Karakteristik Individu
KARAKTERISTIK INDIVIDU
A1 Nama

A2 Jenis Kelamin o Laki-Laki


o Perempuan
A3 Usia
……………tahun
A4 Lama Berusaha
ternak
……………tahun
A5.1 Lama Menjadi
Anggota kelompok
……………tahun
ternak
A5.2 Manfaat a) Menjadi wadah dalam meningkatkan
keanggotaan dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap
kelompok ternak dalam berusaha ternak
b) Dapat memecahkan masalah dalam
berusaha ternak
c) Menambah jaringan peternak
29

d) Mengatasi permasalahan modal


e) Mengatasi permasalahan sarana dan
prasarana
…………………
A6 Tingkat Pendidikan 1. Tidak Tamat SD
2. Tamat SD
3. Tamat SMP
4. Tamat SMA
Sarjana
A7 Jumlah Ternak yang Betina Jantan
dimiliki

…….. ekor ……….. ekor


A8 Tingkat Pendapatan Hasil Peternakan Non peternakan

……………./bulan ……………./bulan
A9 Jumlah Kepemilikan 1. Penyuluh pertanian
Sumber dan Media 2. Peternak lain di dalam kelompok
Informasi 3. Peternak lain di luar kelompok
4. Koran
5. Leaflet/brosur
6. Newsletter
7. Buku
8. Laptop/komputer
9. Tablet
10. Smartphone
11. Majalah/tabloid
12. Lainnya……….. …………………
30

B. Jaringan Komunikasi dalam Produksi Ternak dan Pengelolaan Biogas


JARINGAN KOMUNIKASI ANGGOTA KELOMPOK TANI

Jaringan Komunikasi
No Nama Keterangan
Biogas Produksi

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
31

Lampiran 4 Panduan Wawancara Penelitian


PANDUAN WAWANCARA PENELITIAN
Analisis Jaringan Komunikasi dalam Kelompok Tani Ternak dan
Pengelolaan Limbah Ternak

Oleh Multazam Abdillah Hamid (I34160031)


Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas
Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor

Nomor Informan: ..............

Tanggal Pengisian: ................

Nama dan Umur

Alamat

No. Tlp/Hp

Pekerjaan/Jabatan

Pertanyaan:
1) Bagaimana sejarah terbentuknya Kelompok Tani Trernak Mekar Saluyu?
2) Bagaimana proses terbentuknya pengelolaan limbah ternak menjadi biogas?
3) Siapa yang menjadi aktor penting dalam penyebaran informasi mengenai produksi
hasil ternak dalam kelompok tani ternak mekar saluyu? Dan mengapa?
4) Siapa yang menjadi aktor penting dalam penyebaran informasi mengenai
pengelolaan biogas? Dan mengapa?
5) Faktor apa sajakah yang menghambat anda memperoleh informasi?
6) Faktor apa sajakah yang mempermudah anda mendapatkan informasi?
7) Siapa aktor yang memiliki kekuatan paling besar dalam Pengelolaan biogas dan
kelompok tani ternak? dan mengapa?
8) Apakah anda pernah mengalamai permasalahan mengenai produksi ternak dalam
hal sarana dan prasarana serta kesehatan ternak?
9) Apakah anda pernh mengalami permasalahan mengenai identifikasi dan
pengelolaan biogas?
10) Jika pernah, bagaimana cara anda menyelesaikannya?
11) Siapakah aktor yang anda hubungi ketika anda mengalami permasalahan tersebut?
12) Apakah anda mencari sumber informasi lain (majalah, koran, website dan lain
sebagainya) dalam mengatasi permasalahan tersebut?
13) Seberapa sering anda mengalami permasalahan tersebut?
14) Apakah anda pernah mendapatkan pelatihan menganai produksi hasil ternak?
15) Apakah anda pernah mendapatkan pelatihan mengenai pengolahan limbah ternak
(biogas) dan cara mengambangkannya?
32

Lampiran 5 Kuesioner Penelitian Variabel Kapasitas Peternak


PANDUAN WAWANCARA PENELITIAN
Analisis Jaringan Komunikasi dalam Kelompok Tani Ternak dan
Penglolaan Limbah Ternak

Oleh Multazam Abdillah Hamid (I34160031)


Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas
Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor

Penyelesaian masalah peternak

No Pernyataan Jawaban

1 Langkah apakah yang anda ambil o Saya akan tetap memberi rumput gajah
dalam menghadapi kelangkaan meskipun jauh untuk mencarinya
rumput untuk pakan ternak? o Saya akan memberikan alternatif lain
berupa memberikan sumber dedaunan lain
o Saya akan memberikan jerami pada ternak
saya
o Lainnya……..
2 Langkah pertama apa yang anda o Saya mengambil tindakan berdasarkan
lakukan apabila terjadi kelangkaan pengalaman saya
sumber pangan yang baik bagi o Saya segera mencari alternatif lain dengan
ternak? mencari informasi sendiri
o Saya akan bertanya terlebih dahulu kepada
peternak lain
o Lainnya………
3 Bagaimana cara anda o Saya akan berdiskusi dengan anggota
menyelesaikan permasalahan kelompok untuk menyelesaikan masalah
kurangnya sumber air? o Saya akan mengurangi konsumsi rumah
tangga saya
o Saya akan menggunakan seadanya air di
lingkungan saya
o Lainnya………..
4 Langkah pertama apa yang anda o Saya mengambil tindakan berdasarkan
lakukan apabila terjadi kelangkaan pengalaman saya
sumber air? o Saya segera mencari alternatif lain dengan
mencari informasi sendiri
o Saya akan bertanya terlebih dahulu kepada
peternak lain
Lainnya………
33

5 Permasalahan apa yang anda o Kebocoran pipa


pernah alami dalam pemeliharaan o Kerusakan pada reaktor biogas
unit dan pengelolaan biogas? o Api tidak menyala
o Lainnya……..
6 Langkah pertama apa yang anda o Saya akan mengidentifikasi sendiri terlebih
lakukan apabila terjadi dahulu apa penyebabnya dan
permasalahan pada pemeliharaan menyelesaikannya sendiri
dan pengelolaan biogas? o Saya akan mengidentifikasi sendiri terlebih
dahulu apa penyebabnya lalu bertanya
kepada peternak lain
o Saya langsung bertanya bagaimana cara
menyelesaikannya kepada peternak lain
o Lainnya………
7 Apakah anda pernah mengalami o Pernah…..
permasalahan lain dalam produksi o Tidak pernah……….
ternak?
Jika pernah, permasalahan yang saya hadapi
adalah ……………………
8 Bagaimana cara anda o Saya mengambil tindakan berdasarkan
menyelesaikannya? pengalaman saya
o Saya segera mencari alternatif lain dengan
mencari informasi sendiri
o Saya akan bertanya terlebih dahulu kepada
peternak lain
o Lainnya…………

No Manajemen Limbah Ya Tidak Peranan


1 Saya mendiamkan kotoran
ternak saya
2 Saya memanfaatkan untuk
pupuk secara pribadi
3 Saya menjual kotoran ternak
saya
4 Saya memanfaatkan untuk
pupuk dalam kelompok
5 Saya menggunakan hasil
pengolahan limbah ternak
untuk kebutuhan pertanian
saya
No Pengelolaan keuangan Ya Tidak Peranan
6 Saya mengikuti iuran
kelompok dan KPSBU
6A Besaran iuran
Kelompok :………………..
KPSBU :……………………..
34

6B Manfaat apa yang anda


rasakan dengan adanya
iuran?
7 Apakah anda melakukan
aktivitas lain dalam
pengelolaan limbah ternak
anda?
No Pembiayaan
8 Bagaimana anda o Mengikuti peternak lain terlebih dahulu
mendapatkan skema o Membeli dengan uang pribadi
pembiayaan usaha ternak o Melakukan pinjaman modal dari KPSBU
anda? o Lainnya………………………….
Total

Pengambilan Keputusan Peternak

No Pernyataan Jawaban

1 Bagaimana anda mengikuti o Pengambil Keputusan


kegiatan pengolahan limbah o Berperan aktif dalam diskusi
menjadi pupuk? o Mengikuti arahan kelompok
o Mengikuti arahan penyuluh dan KPSBU
o Mengikuti peternak lain
o Lainnya……..
2 Bagaimana anda mengikuti o Pengambil Keputusan
kegiatan simpan pinjam dalam o Berperan aktif dalam diskusi
kelompok? o Mengikuti arahan kelompok
o Mengikuti arahan penyuluh dan KPSBU
o Mengikuti peternak lain
Lainnya……..
3 Bagaimana anda mengikuti o Pengambil Keputusan
kegiatan simpan pinjam dalam o Berperan aktif dalam diskusi
KPSBU? o Mengikuti arahan kelompok
o Mengikuti arahan penyuluh dan KPSBU
o Mengikuti peternak lain
Lainnya……..
4 Bagaimana anda mengikuti o Pengambil Keputusan
kegiatan pengelolaan biogas? o Berperan aktif dalam diskusi
o Mengikuti arahan kelompok
o Mengikuti arahan penyuluh dan KPSBU
o Mengikuti peternak lain
Lainnya……..
35

5 Apakah anda akan melanjutkan o Ya, karena bermanfaat bagi saya


program biogas? o Ya, sesuai arahan peternak lain
o Ragu-ragu
o Tidak, karena terlalu rumit
o Tidak, karena merugikan bagi saya
o Lainnya…………..
6 Apakah anda akan tetap mengikuti o Ya, karena bermanfaat bagi saya
pengolahan limbah menjadi o Ya, sesuai arahan peternak lain
pupuk? o Ragu-ragu
o Tidak, karena terlalu rumit
o Tidak, karena merugikan bagi saya
Lainnya…………..
7 Apakah anda akan tetap o Ya, karena bermanfaat bagi saya
menambah simpanan dalam o Ya, sesuai arahan peternak lain
kelompok? o Ragu-ragu
o Tidak, karena terlalu rumit
o Tidak, karena merugikan bagi saya
Lainnya…………….
Mengapa?

8 Apakah anda akan tetap o Ya, karena bermanfaat bagi saya


menambah simpanan dalam o Ya, sesuai arahan peternak lain
KPSBU? o Ragu-ragu
o Tidak, karena terlalu rumit
o Tidak, karena merugikan bagi saya
Lainnya…………….
Mengapa? o
36

Lampiran 5 Dummy Table

Tabel Frekuensi

Tabel 1 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat usia


Tingkat Usia Jumlah (n) Persentase (%)
Rendah
Sedang
Tinggi
Total 64 100

Tabel 2 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pengalaman berusha ternak


Tingkat Pendidikan Jumlah (n) Persentase (%)
Baru
Sedang
Lama
Total 64 100

Tabel 3 Jumlah dan persentase responden berdasarkan Lama menjadi anggota kelompok
ternak
Jenis Pekerjaan Jumlah (n) Persentase (%)
Baru
Sedang
Lama
Total 64 100

Tabel 4 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan


Tingkat Pendapatan Jumlah (n) Persentase (%)
Rendah
Sedang
Tinggi
Total 85 100
37

Tabel 5 Jumlah dan persentase responden berdasarkan Jumlah ternak yang dimiliki
Status Keanggotaan Jumlah (n) Persentase (%)
Rendah
Sedang
Tinggi
Total 64 100

Tabel 6 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendapatan

Lama Keanggotaan Jumlah (n) Persentase (%)

Rendah
Sedang
Tinggi
Total 64 100

Gambar 1 Sosiogram analisis jaringan komunikasi dalam produksi ternak

Gambar 2 Sosiogram analisis jaringan komunikasi dalam pengelolaan biogas


38

Crosstab
Tabel 7 Jumlah dan persentase karakteristik individu dan derajat sentralitas responden
dalam produksi ternak
Derajat Sentralitas (degree centrality)
Karakteristik Total
Rendah Sedang Tinggi
Individu
n % n % n % N %
Rendah
Sedang
Tinggi

Total 64 100.0

Tabel 8 Jumlah dan persentase karakteristik individu dan derajat kedekatan responden
dalam Produksi ternak
Derajat Kedekatan (Closeness centrality)
Karakteristik Total
Rendah Sedang Tinggi
Individu
n % n % n % N %
Rendah
Sedang
Tinggi
Total 64 100.0

Tabel 9 Jumlah dan persentase karakteristik individu dan derajat keperantaraan


responden dalam produksi ternak
Derajat Keperentaraan (Betweenness centrality)
Karakteristik Total
Rendah Sedang Tinggi
Individu
n % n % n % N %
Rendah
Sedang
Tinggi
Total 64 100.0
39

Tabel 10 Jumlah dan persentase karakteristik individu dan derajat sentralitas


responden dalam Pengelolaan biogas
Derajat Sentralitas (degree centrality)
Karakteristik Total
Rendah Sedang Tinggi
Individu
n % n % n % N %
Rendah
Sedang
Tinggi

Total 64 100.0

Tabel 11 Jumlah dan persentase karakteristik individu dan derajat kedekatan responden
dalam pengelolaan biogas
Derajat Kedekatan (Closeness centrality)
Karakteristik Total
Rendah Sedang Tinggi
Individu
n % n % n % N %
Rendah
Sedang
Tinggi
Total 64 100.0

Tabel 12 Jumlah dan persentase karakteristik individu dan derajat keperantaraan


responden dalam pengeloaan biogas
Derajat Keperentaraan (Betweenness centrality)
Karakteristik Total
Rendah Sedang Tinggi
Individu
n % n % n % N %
Rendah
Sedang
Tinggi
Total 64 100.0
40

Tabel 13 Jumlah dan persentase responden berdasarkan penyelesaian permasalahan


peternak
Tingkat Usia Jumlah (n) Persentase (%)
Rendah
Sedang
Tinggi
Total 64 100

Tabel 14 Jumlah dan persentase responden berdasarkan manajemen usaha ternak


Tingkat Pendidikan Jumlah (n) Persentase (%)
Rendah
Sedang
Tinggi
Total 64 100

Tabel 15 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pengambilan keputusan dalam


pengembangan usaha ternak dan pengelolaan biogas
Jenis Pekerjaan Jumlah (n) Persentase (%)
Rendah
Sedang
Tinggi
Total 64 100
41

Lampiran 6 Outline skripsi


PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penilitian
PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Kerangka Pemikiran
Hipotesis
METODOLOGI
Pendekatan dan Metode Penilitan
Lokasi dan Waktu Penelitian
Teknik Pemilihan Responden dan Informan
Jenis Data dan Teknik Pengumupulan Data
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Definisi Operasional
DESKRIPSI KELOMPOK TANI TERNAK MEKAR SALUYU DAN
KARAKTERISTIK PETERNAK
Kondisi Geografis dan Luas Wilayah
Profil Desa Cibodas
Profil Kelompok Tani Ternak Mekar Saluyu dan Pengelolaan Biogas
Karakteristik Individu pada Produksi Ternak dan Pengelolaan Biogas
ANALISIS JARINGAN KOMUNIKASI PADA PRODUKSI TERNAK DAN
PENGELOLAAN BIOGAS
Analisis Jaringan Komunikasi pada Produksi ternak dan pengelolaan biogas
HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN JARINGAN KOMUNIKASI
DALAM PRODUKSI TERNAK DAN PENGELOLAAN BIOGAS
KAPASITAS PETERNAK
Kapasitas Peternak dalam Menyelesaikan Masalah
Kapasitas Peternak dalam Manajemen Usaha Ternak
Kapasitas Peternak dalam Pengambilan Keputusan dalam Pengembangan Usaha
Ternak dan Pengelolaan Biogas
PENUTUP
Simpulan Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

Anda mungkin juga menyukai