Propen Print
Propen Print
Proposal Penelitian
ANALISIS JARINGAN KOMUNIKASI KELOMPOK PETERNAK
SAPI PERAH DALAM PRODUKSI TERNAK DAN PENGELOLAAN
BIOGAS
(Kasus : Kelompok Ternak Mekar Saluyu, Desa Cibodas, Kecamatan Lembang,
Kabupaten Bandung Utara)
Dengan ini saya menyatakan bahwa Proposal Skripsi yang berjudul “Analisis
Jaringan Komunikasi Kelompok Peternak Sapi Perah dalam Produksi Ternak Dan
Pengelolaan Biogas” adalah benar karya saya dan belum pernah diajukan sebagai tulisan
ilmiah dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Penulisan proposal skripsi
ini berasal dari murni pemikiran penulis dan arahan yang diberikan oleh dosen pembimbing.
Penulisan proposal skripsi ini memuat berbagai pustaka dan pendapat ahli yang kemudian
dicantumkan dalam daftar pustaka. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya
dan saya bersedia mempertanggungjawabkan penyataan ini.
ABSTRAK
Analisis jaringan komunikasi merupakan analisis suatu pola interaksi antar individu dalam
suatu kelompok atau sistem sosial yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi struktur
komunikasi dalam suatu sistem. Tujuan dari penelitian ini ialah mengidentifikasi jaringan
komunikasi dan menganalisis hubungan karakteristik inidividu dengan jaringan komunikasi
produksi ternak dan pengelolaan biogas, serta menganalisis peran jaringan komunikasi
terhadap peningkatan kapasitas peternak. Penelitian ini merupakan descriptive research
dengan sensus sebagai metode pemilihan respondennya. Jaringan komunikasi dalam
penelitian ini diukur dalam tingkat individu untuk mengetahui sentralitas dalam kelompok
tani ternak mekar saluyu. Jaringan komunikasi yang terbentuk dalam penelitian ini dapat
dilihat dari interaksi atau pertukaran informasi mengenai kegiatan produksi hasil ternak dan
pegelolaan biogas antar anggota kelompok tani ternak. Implikasi jaringan komunikasi dapat
dianalisis dalam hubungannya dengan kapasitas peternak dalam menyelesaikan masalah
yang dihadapi oleh peternak, manajemen usaha ternak dan pengambilan keputusan
pengembangan usaha ternak dan pengelolaan biogas.
Kata kunci : Jaringan Komunikasi, Kapasitas Peternak, Kelompok tani ternak
ABSTRAK
Proposal Skripsi
sebagai syarat kelulusan Mata Kuliah Kolokium (KPM 497)
pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Fakultas Ekologi Manusia
Institut Pertanian Bogor
Disetujui Oleh
Diketahui Oleh
Tanggal Pengesahan :
vi
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan karunia dan
hidayah yang tercurah selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Proposal
Penelitian Skripsi berjudul “Analisis Jaringan Komunikasi Kelompok Peternak Sapi
Perah Dalam Produksi Ternak Dan Pengelolaan Biogas”. Proposal penelitian skripsi ini
ditujukan untuk memenuhi syarat kelulusan MK Kolokium (KPM 497) di Departemen Sains
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian
Bogor.
Hambatan dan kesulitan banyak dialami oleh penulis terkait dengan penulisan
proposal penelitian ini, dorongan, dukungan, bimbingan, arahan dan saran yang berhubungan
dengan penulisan ini banyak diberikan oleh beberapa pihak yang sangat berguna bagi
penyelesaian penulisan laporan proposal skripsi ini. Untuk itu, penulis bermaksud untuk
membrikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Asri Sulistiawati S.KPm, Msi selaku dosen pembimbing. yang dengan sabar telah
membimbing, membantu, memberikan saran dan masukan selama proses penulisan
sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini.
2. Ibunda Nur Laili dan Ayahanda Nur Hasan yang selalu memberikan dukungan, doa, dan
kasih sayang yang tak terbatas selama ini.
3. Dosen dan staf tenaga pendidik Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat yang telah memberikan banyak ilmu.
4. Sahabat-sahabat dan rekan-rekan, Findi D, Rizky A, Fitri A, Mahbub, Alma A, Ferry F,
Tsonya Y, Annisa R, Suci A, Rudi S, Elok H, Putri K, Annisa V, Mauriens S, Bella O,
Yara F, dan Nasya F yang selalu memberi semangat, mengingatkan, dan membantu
penulis untuk menyelesaikan proposal ini.
5. Teman Satu bimbingan, Lana Ciarna A yang saling menyemangati, mengingatkan,
membantu penulis dalam menyelesaikan laporan proposal ini..
6. Teman-teman Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat angkatan 53 yang sama-
sama berjuang untuk menyelesaikan pendidikan di SKPM IPB.
Penulis menyadari bahwa proposal ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh sebab
itu penulis dengan tangan terbuka menerima kritik dan saran yang membangun untuk
memperbaiki proposal penelitian skripsi ini agar lebih baik. Semoga proposal penelitian ini
dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan bagi khasanah ilmu pengetahuan.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tren produksi beberapa komoditas peternakan non-unggas mengalami fluktuasi
setiap tahunnya, seperti halnya pada produksi daging sapi menurut BPS (2019) pada tahun
2014 mengalami peningkatan hingga 518.484.03 ton pada tahun 2016, namun pada tahun
2017 mengalami penurunan di angka 486.320 ton dan mengalami peningkatan kembali
menjadi 496.302 ton. Fluktuasi tersebut juga terjadi pada produksi susu segar, pada tahun
2013 hingga 2017 produksi susu segar mengalami kenaikan hingga pada angka 928.108
ton di tahun 2017, namun mengalami penurunan pada tahun 2018 dengan angka 909.638
ton. Produksi susu segar tersebut berasal dari pemeliharaan ternak sapi perah dan
kemudian hasil produksi ternak sapi perah tersebut dapat diolah dalam berbagai macam
produk maupun dipasarkan dalam bentuk susu segar. Undang-undang No 41 tahun 2014
memberi gambaran cakupan luas bidang peternakan, yakni segala urusan yang berkaitan
dengan sumber daya fisik, Benih, Bibit, Bakalan, Ternak Ruminansia Indukan, Pakan,
Alat dan Mesin Peternakan, budi daya Ternak, panen, pascapanen, pengolahan,
pemasaran, pengusahaan, pembiayaan, serta sarana dan prasarana. Cakupan luas tersebut
memberikan gambaran mengenai bidang peternakan yang dapat diusahakan dalam
berbagai bentuk usaha.
Produksi ternak terus diupayakan untuk ditingkatkan hasilnya di setiap tahunnya.
Dalam rangka mendukung kebijakan pembangunan nasional, pembangunan pertanian
khususnya pada sektor peternakan pada intinya bertujuan untuk mencapai ketahanan
pangan melalui penyediaan “protein hewani” asal ternak (KEMENTAN 2018).
Pengembangan produksi ternak meliputi berbagai jenis komoditas yang diusahakan,
seperti sapi, kambing dan domba. Hasil ternak yang dapat dimanfaatkan sangatlah
beragam yang kemudian dapat diolah menjadi berbagai produk olahan, hasil ternak yang
dapat dimanfaatkan ialah seperti susu dan dagingnya. Komoditas susu sapi menuai
berbagai fakta baik dalam konsumsi dan produksinya. Rata-rata konsumsi susu per kapita
di indonesia pada tahun 2016 masih tergolong rendah, yakni 17,2 kilogram per kapita per
tahun1. Kenyataan di lapang menunjukkan terdapat kendala yang dihadapi oleh peternak
sapi perah rakyat, Sudaryanto dan Hermawan (2014) menjelaskan bahwa permasalahan
yang dihadapi oleh peternak sapi perah rakyat diantaranya ialah (1) skala usaha ternak
sapi perah yang rendah, (2) keterbatasan modal dan penguasaan teknologi, (3) posisi
tawar peternak sapi perah yang rendah, dan (4) keterbatasan akses informasi. Selain itu,
dalam penelitian Aminah (2015) menyatakan bahwa permasalahan pertanian dan
ketidakberdayaan petani dalam mengembangkan usahataninya merupakan salah satu
penyebab lemahnya pengembangan kapasitas. Peternak juga dihadapkan dengan
permasalahan lingkungan, yakni salah satunya permasalahan limbah ternak.
Permasalahan yang dihadapi oleh peternak tersebut dapat diselesaikan dengan
cara membentuk kelompok tani. Penelitian Hemanto dan Swastika (2011) menjelaskan
bahwa kelompok tani dibentuk oleh dan untuk petani, guna mengatasi masalah bersama
dalam usahatani. Permasalahan mengenai keterbatasan informasi juga dapat diselesaikan
1
Berdasarkan artikel yang ditulis oleh Haryanto (2017) pada laman detik.com yang dapat diakses pada :
https://finance.detik.com/industri/d-3591030/konsumsi-susu-ri-lebih-rendah-dibanding-4-negara-asean-
ini
2
dengan pembentukan kelompok tani atau yang lebih sering disebut dengan Poktan, sesuai
dengan fungsi poktan sebagai kelas belajar menurut PERMENTAN No 67 tahun 2016
ialah merupakan wadah belajar mengajar bagi anggota untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap agar tumbuh dan berkembang menjadi usahatani yang mandiri
melalui pemanfaatan dan akses kepada sumber informasi dan teknologi sehingga dapat
meningkatkan produktivitas, pendapatan serta kehidupan yang lebih baik. Pada
prinsipnya kerja Poktan adalah mengakomodasi kepentingan petani dari masing-masing
kelompok tani. Selain itu, Poktan merupakan media komunikasi untuk saling bertukar
informasi antar kelompok tani. Menurut Damanik et al (2014) dewasa ini sektor pertanian
dihadapkan pada kendala semakin terbatasnya ketersediaan sumber daya alam, resiko
kemerosotan kualitas sumber daya alam dan dampak eksternalitas negatif dari
pertumbuhan ekonomi yang positif. Oleh karena itu, cara pendekatan, strategi dan
teknologi tepat guna yang lingkungan secara bertahap merupakan suatu alternatif yang
perlu diterapkan bila diinginkan adanya keseimbangan dan keterpaduan prinsip
pencapaian produksi dan kelestarian lingkungan. Saat ini banyak usaha peternakan yang
dilakuan secara intensif sehingga penemuan baru yang digunakan untuk pemanfaatan
limbah biologi sedang digalakkan agar para warga pedesaan baik petani maupun peternak
mampu mengolahnya sebagai sumber energi alternatif untuk keperluan rumah tangga dari
hasil usaha tersebut. Salah satu energi alternatif tersebut adalah biogas. Pentingnya
pengembangan kapasitas petani dan kelembagaan dalam melaksanakan usaha pertanian
agar mampu bersaing dan tangguh dalam menghadapi persaingan global (Veronice et al,
2018). Capacity building sebagai strategi untuk meningkatkan daya dukung kelembagaan
dalam mengantisipasi masalah dan kebutuhan yang dihadapi (Juliyana, 2015).
Salah satu kelompok tani ternak yang mengelola limbah ternak mereka menjadi
biogas adalah kelompok tani ternak mekar saluyu yang berada di Desa Cibodas,
Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung. Kelompok tani ternak tersebut memiliki
sistematika pengelolaan limbah yang digunakan sebagai alternatif energi rumah tangga
peternak. Peran stakeholder sangatlah penting dalam pengembangan produktivitas dan
pengelolaan limbah ternak, sehingga dapat melaksanakan kegiatannya hingga sekarang.
Peternak yang menjadi anggota kelompok tani ternak memerlukan berbagai akses dalam
pengembangan atau pelaksanaan usaha ternaknya, seperti informasi mengenai kegiatan
usaha ternak dan pengelolaan limbah ternak sebagai biogas. Arus perolehan informasi
dan komunikasi dalam kelompok tani ternak membentuk suatu jaringan yang dapat
memperkuat akses informasi dan komunikasi dalam pengembangan usaha ternak mereka.
Jaringan sosial juga dapat terbentuk antar anggota ternak sebagai suatu entitas yang
memiliki visi yang sama, yakni pengembangan kapasitas dan usaha. Selain itu, pada
Kelompok Tani Ternak Mekar Saluyu sebagai wadah dalam pertukaran informasi dan
penyedia akses pasar serta upaya peningkatan kapasitas peternak juga membentuk suatu
jejaring dan pembagian peran antar stakeholdernya. Analisis jaringan komunikasi adalah
metode yang dipakai untuk melihat struktur komunikasi, dan posisi aktor (orang,
organisasi, lembaga) dalam struktur komunikasi tersebut (Eriyanto 2014). Berbagai
penelitian mengenai jaringan komunikasi telah dilakukan dalam berbagai bidang, tak
terkecuali dalam bidang peternakan. Penelitian Anggriyani (2014) yang telah berhasil
menggambarkan peran komunikasi anggota kelompok dalam jaringan komunikasi dalam
penerapan pengolahan kotoran ternak. Selain itu, penelitian Sulistiawati et al.(2014)
berhasil menganalisis jaringan komunikasi pada GAPOKTAN Berkah di Bogor, Jawa
Barat. Untuk itu, penulis ingin mengetahui dan tercetus pertanyaan ilmiah mengenai
Bagaimana jaringan komunikasi pada kelompok tani ternak dan pengelolaan
limbah ternak sapi perah?
3
Rumusan Masalah
Newcomb et al. (1978) memberikan definisi mengenai karakteristik individu
sebagai ciri-ciri atau sifat-sifat yang dimiliki seseorang individu yang ditampilkan melalui
pola pikir, pola sikap, dan pola tindak terhadap lingkungan hidup tersebut 2. Ananda dan
Sunuharyo (2018) mendefinisikan karakteristik individu sebagai perbedaan individual
yang terdapat dalam diri seseorang. Perbedaan individual meliputi kemampuan, sikap,
minat, dan kebutuhan. Variabel karakteristik individu telah banyak digunakan dalam
menguji hubungan dengan variabel lainnya. Variabel karakteristik individu juga dapat
menggambarkan bagaimana karakteristik setiap individu yang ada dalam suatu kelompok
atau komunitas yang kemudian nantinya dapat dilihat sebagai suatu faktor yang
berhubungan dengan variabel yang akan diuji. Untuk itu perlu mengetahui bagaimana
hubungan karakteristik individu dengan jaringan komunikasi pada produksi
ternak dan pengelolaan biogas?
Salah satu strategi yang dapat didayagunakan di dalam peningkatan kualitas
peternak menurut Mauludin et al. (2012) ialah dengan peningkatan peran kelompok
ternak. Pembentukan Kelompok tani sendiri memiliki tiga fungsi, yakni sebagai kelas
belajar, wahana kerjasama dan sebagai unit produksi. Kelompok Ternak Mekar Saluyu
bergerak dalam bidang usaha ternak sapi perah yang sebagian besar dimanfaatkan
produksi susunya. Kelompok peternak menurut Muslim (2006), diharapkan para peternak
dapat saling berinteraksi, sehingga mempunyai dampak saling membutuhkan, saling
meningkatkan, saling memperkuat, sehingga akan meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan dalam mengelola sistem usaha abgribisnis dan agroindustri secara potensial.
Sejalan dengan hal tersebut, Kelompok Ternak Mekar Saluyu memilki banyak anggota
yang dapat saling berinteraksi satu sama lainnya. Interaksi tersebut dapat berupa
pertukaran informasi mengenai pengetahuan dan informasi produksi yang dapat
menunjang peningkatan kapasitas peternak dalam mengmbangkan usaha ternaknya.
Interaksi tersebut kemudian membentuk jejaring dalam kelompok ternak tersebut.
Eriyanto (2014) mengemukakan bahwa suatu jaringan komunikasi terdiri dari individu
yang saling terhubung melalui mana hubungan itu dibentuk oleh arus informasi. Jaringan
yang terbentuk dalam Kelompok Ternak Mekar Saluyu dapat dianalisis dengan analisis
jaringan komunikasi. Untuk itu menarik dan perlu mengetahui Bagaimana jaringan
komunikasi yang terbentuk pada produksi ternak dan program biogas kelompok
ternak mekar saluyu?
Tahitu (2015) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa dalam kehidupan
bermasyarakat, kapasitas adalah kemampuan individu dalam masyarakat untuk
mengerahkan dan menginvestasikan berbagai sumber daya yang dimilikinya dan sering
dikaitkan dengan kinerja, kemampuan, kapabilitas dan potensi yang dimiliki seseorang.
Merujuk pada Tjitropranoto (2005), Tahitu (2015) juga menjelaskan bahwa kapasitas
seorang petani dipengaruhi oleh karakteristik pribadinya yang menurut Rogers (1994)
dibentuk oleh tiga ranah perilaku individu, yaitu (1) pengetahuan (kognitif), sikap
(afektif), dan keterampilan atau tindakan (psikomotor) yang terinternalisasi dalam diri
seseorang, dengan demikian kapasitas seseorang dapat ditingkatkan. Petani yang tidak
memiliki kapasitas pengetahuan dan wawasan yang memadai untuk dapat memahami
2
Definisi tersebut termuat dalam tesis yang ditulis oleh Raharjo A (2016) dengan judul Jaringan
Komunikasi Pemasaran Kakao Di Kecamatan Anreapi Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi
Sulawesi Barat
4
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari
proposal penelitian yang berjudul “Analisis Jaringan Komunikasi dalam Kemitraan
Peternak” adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi jaringan komunikasi pada produksi ternak dan pengelolaan biogas
2. Menganalisis hubungan karakteristik individu dengan jaringan komunikasi pada
produksi ternak dan pengelolaan biogas
3. Menganalis peran jaringan komunikasi terhadap peningkatan kapasitas peternak
Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti, diharapkan penelitian ini sebagai dasar dari pengaplikasian ilmu-ilmu
yang telah dipelajari dalam perkuliahan
2. Bagi pemerintah daerah, diharapkan dapat menjadi referensi bagi penetapan kebijakan
maupun pemberian bantuan dan penyuluhan mengenai peternakan..
3. Bagi civitas akademika, hasil tulisan ini diharapkan dapat menjadi referensi pustaka
yang dapat dijadikan bahan dalam penulisan maupun wawasan mengenai jaringan
komunikasi
4. Bagi masyarakat, diharapkan tulisan ini dapat menambah wawasan serta informasi
terkait jaringan komunikasi dalam gabungan kelompok tani ternak dan kemitraan
usaha ternak.
5
PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Analisis Jaringan Komunikasi
Jaringan komunikasi merupakan salah satu bentuk interaksi antara individu
dengan individu lainnya yang saling bertukar informasi untuk mencapai tujuan
(Rahmawati 2016). Analisis jaringan komunikasi merupakan metode penelitian untuk
mengidentifikasi struktur komunikasi dalam suatu sistem atau suatu komunitas, dimana
data hubungan mengenai arus komunikasi dianalisis dengan menggunakan beberapa tipe
hubungan interpersonal sebagai unit analisis (zulkarnain et al. 2015). Analisis jaringan
komunikasi juga dikenal dengan istilah social network analysis (SNA), dimana menurut
Prell et al (2009) dalam jejaring sosial terdiri dari para aktor yang terikat satu sama lain
melalui hubungan yang bermakna secara sosial. Hubungan tersebut kemudian dapat
dianalisis menggunakan SNA, dalam kutipannya, Prell et all menambahkan pendapat
scott (2000) Dengan demikian, analis jaringan sosial melihat lebih jauh atribut individu
dan juga untuk menganalisahubungan di antara para aktor, bagaimana para aktor
diposisikan di dalam sebuah jaringan, dan bagaimana hubungan terstruktur ke dalam pola
jaringan secara keseluruhan. Pada hakikatnya, analisis jaringan komunikasi dan analisis
jaringan sosial tampak berbeda, namun pada kenyataannya Eriyanto (2014) menjelaskan
bahwa analisis jaringan komunikasi merupakan penerapan dari analisis jaringan sosial
(social network analysis).
Rogers dan Kincaid (1981) dalam Eriyanto (2014) mendefinisikan bahwa analisis
jaringan komunikasi ialah metode penelitian untuk mengidentifikasi struktur komunikasi
dalam suatu sistem, dimana data relasional tentang arus komunikasi dianalisis dengan
menggunakan beberapa jenis hubungan interpersonal sebagai unit analisis. Definisi
tersebut kemudian disimpulkan oleh Eriyanto (2014) bahwa analisis jaringan komunikasi
adalah metode yang dipakai untuk melihat struktur komunikasi, dan posisi aktor (orang,
organisasi, lembaga) dalam struktur komunikasi terrsebut. Menurut Serrat (2009) social
network analysis mengasumsikan bahwa hubungan itu penting. Ini memetakan dan
mengukur hubungan formal dan informal untuk memahami apa yang memfasilitasi atau
menghambat aliran pengetahuan yang mengikat unit yang berinteraksi, yaitu, siapa yang
tahu siapa, dan siapa yang berbagi informasi dan pengetahuan apa dengan siapa dengan
media komunikasi apa.
Eriyanto (2014) menjelaskan beberapa desain penelitian analisis jaringan
komunikasi, diantaranya ialah (1) eksploratif, yang menekankan pada penjajakan atas
suatu topik atau fenomena yang sebelumnya tidak pernah diteliti yang umumnya bersifat
tidak dalam, (2) deskriptif, ialah penelitian yang dimaksudkan untuk menggambarkan
secara detail struktur dan aktor-aktor dalam jaringan, serta (3) eksplanatif, ialah studi
jaringan yang dapat menjelaskan penyebab munculnya suatu struktur jaringan tertentu,
atau apa akibat dari struktur jaringan tertentu tersebut pada komunitas atau masyarakat.
Terdapat beberapa definisi dasar mengenai analisis jaringan komunikasi, diantaranya
ialah :
1. Node : merupakan aktor, tidak selalu berupa individu, bisa juga organisasi, negara,
institusi, perusahaan, dan sebagainya (Scott et al. 2008).
6
2. Klik : merupakan pengelompokan aktor, ditandai dengan relasi antar aktor yang
lengkap, dimana disebut lengkap apabila anggota dari aktor saling mempunyai relasi
(link) satu sama lain.
3. Bridges : link (edges/ties) yang menghubungkan dua kelompok terpisah dalam suatu
jaringan
4. Pemencil (isolate) merupakan aktor (node) yang tidak mempunyai satupun link dengan
aktor lain dalam jaringan.
Prell (2012) membagi level analisis ke dalam empat jenis, yakni (1) aktor, (2)
diadik (dua aktor), (3) kelompok (lebih dari dua aktor, dan (4) jaringan keseluruhan.
Sejalan dengan prell (2012), sesuai dengan pembagian dari Monge (1987) Eriyanto
membagi menjadi tiga level analisis, yakni : (1) Level aktor, yang memusatkan pada aktor
dalam suatu jaringan, (2) level kelompok (group) yang mesusatkan perhatian pada
jaringan yang terbentuk dari dua atau lebih aktor yang sifatnya kohesif, (3) jaringan
keseluruhan (sistem), yang memusatkan perhatian pada memfokuskan pada jaringan yang
terbentuk dari populasi sasaran penelitian. Terdapat beberapa ukuran yang digunakan
dalam analisis jaringan komunikasi, Ukuran yang dapat digunakan dalam menganalisis
jaringan komunikasi ialah diantaranya:
1. Sentralitas tingkatan (Degree Centrality)
Degree memperlihatkan popularitas aktor dalam jaringan sosial dan merupakan
jumlah link dari dan ke aktor (Eriyanto 2014), sejalan dengan Eriyanto, Denny (2014)
mendefinisikan bahwa degree merupakan ukuran jaringan paling dasar dan menangkap
jumlah ikatan ke aktor tertentu. Prell et al. (2009) mendefinisikan bahwa degree centrality
dapat menunjukkan berapa banyak orang lain yang terhubung dengan pemangku
kepentingan secara langsung.
2. Sentralitas kedekatan (Closeness Centrality)
Denny (2014) mendefinisikan closeness sebagai ukuran berapa langkah (ikatan)
yang diperlukan untuk aktor tertentu untuk mengakses setiap aktor lain dalam jaringan.
Ghali et al (2012) menjelaskan bahwa closeness mengacu pada tingkat di mana seseorang
lebih dekat dengan semua orang lain dalam jaringan baik secara langsung maupun tidak
langsung.
3. Sentralitas Keperantaraan (Betweenneess Centrality)
Menurut Prell et al. (2009) betweenness centality mengacu pada berapa kali
seorang aktor terletak di antara dua aktor lain yang tidak terhubung dengan dirinya
sendiri, sedangkan Denny (2014) mendefinisikan secara kasar sebagai jumlah jalur
terpendek antara perubahan yang melewati aktor tertentu.
4. Sentralitas Eigenvektor (Eigenvector Centrality)
Denny (2014) memberikan penjelasan bahwa eigenvector centrality dapat
mengukur sejauh mana seorang aktor terhubung dengan aktor lain yang terhubung dengan
baik, sedangkan Eriyanto (2014) mendefinisikan secara sederhana eigenvektor bisa
digambarkan sebagai seberapa penting orang yang mempunyai jaringan dengan aktor.
Eriyanto (2014) mengklasifikasikan keempat ukuran tersebut dalam ukuran
analisis level aktor. Selain itu terdapat beberapa ukuran lain yang kemudian
diklasifikasikan kembali oleh Eriyanto (2014) sebagai ukuran analisis level kelompok,
yakni Klik, serta level sistem seperti kepadatan (density) dan sentralisasi (centralization).
Jensen (2003) yang dikutip oleh Wahyuni (2016) mendefinisikan klik sebagai sebuah
elemen sistem yang saling berinteraksi satu sama lain. Eriyanto (2014) sendiri
7
mendefinisikan klik sebagai pengelompokan aktor (node) di dalam suatu jaringan di mana
memasukkan (maksimal) semua bentuk hubungan di antara aktor, dan aktor-aktor
tersebut saling berinteraksi satu sama lain dengan semua anggota. Prell et al.(2009)
mendefinisikan density sebagai proporsi kemungkinan ikatan dalam jaringan yang benar-
benar ada, dan kepadatan jaringan biasanya digunakan untuk mengukur sejauh mana
semua aktor dalam jaringan terikat satu sama lain, kemudian ia juga menjelaskan bahwa
di dalam centralization skor sentralisasi 1 menunjukkan bahwa jumlah maksimum ikatan
terkonsentrasi di sekitar satu aktor hadir, dan skor 0 menunjukkan jaringan yang
terhubung penuh, di mana semua aktor terhubung langsung satu sama lain
Penelitian Rahmawati menggunakan teori yang dikemukakan oleh DeVito (1997)
mengenai jaringan komunikasi pokok yang membentuk struktur komunikasi. Terdapat
lima jaringan komunikasi tersebut yang diuraikan pada gambar 1.
Keadaan terpusat juga terdapat disini. Orang yang berada di posisi tengah lebih
berperan sebagai pemimpin daripada mereka yang berada di posisi lain.
5. Struktur Semua Saluran : atau pola bintang hampir sama dengan struktur lingkaran
dalam arti semua anggota adalah sama dan semuanya juga memiliki kekuatan yang
sama untuk memengaruhi anggota lainnya. Akan tetapi, dalam struktur semua
saluran, setiap anggota bisa berkomunikasi dengan setiap anggota lainnya. Pola ini
memungkinkan adanya partisipasi anggota secara optimum.
biaya khususnya untuk membeli bahan bakar dan tentunya akan berdampak bagi
kesehatan dan kebersihan lingkungan sekitar masyarakat.
Sutrikanti et al. (2009) dalam tulisannya memberikan penjelasan bahwa biogas
adalah campuran beberapa gas, tergolong bahan bakar gas yang merupakan basil
fermentasi dari bahan organik dalam kondisi anaerob, dan gas yang dominan adalah gas
metan (CH4) dan gas karbondioksida (C02). Pembentukan biogas meliputi tiga tahap
proses, yaitu: (a) Hidrolisis, pada tahap ini terjadi penguraian bahan-bahan organik mudah
larut dan pencernaan bahan organik yang komplek menjadi sederhana, perubahan struktu
bentuk polimer menjadi bentuk monomer; (b) Pengasaman, pada tahap pengasaman
komponen monomer (gula sederhana) yang terbentuk pada tahap hidrolisis akan menjadi
bahan makanan bagi bakteri pembentuk asam. Produk akhir dari perombakan gula-gula
sederhana ini yaitu asam asetat, propionat, format, laktat, alkohol, dan sedikit butirat, gas
karbondioksida, hidrogen dan amonia; serta (c) Metanogenik, pada tahap metanogenik
terjadi proses pembentukan gas metan. Bakteri pereduksi sulfat juga terdapat dalam
proses ini, yaitu mereduksi sulfat dan komponen sulfur lainnya menjadi hydrogen sulfida.
Kelompok Tani Ternak
Definisi mengenai kelompok tani tercantum dalam PERMENTAN nomor 67 tahun
2016, yakni yang dimaksud kelompok tani ialah kumpulan petani/peternak/pekebun yang
dibentuk oleh para petani atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan
sosial, ekonomi, dan sumberdaya, kesamaan komoditas, dan keakraban untuk
meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota. Pembentukan kelompok tani dan
gabungan kelompok tani sebagai kelembagaan pertanian pada dasarnya bertujuan untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi petani dalam berusahatani. Selain itu, dengan
adanya Poktan, maka petani dapat lebih mudah memperoleh informasi yang akurat
mengenai segala hal yang bermanfaat bagi kemajuan usahanya, mulai dari persiapan
tanam sampai dengan budidaya, cocok tanam dan bahkan pemasaran produk. Menurut
Mauluddin (2012), Dengan demikian kelompok tani memiliki kedudukan strategis di
dalam mewujudkan petani yang berkualitas. Petani yang berkualitas antara lain dicirikan
oleh adanya kemandirian dan ketangguhan dalam berusahatani, sehingga memiliki
keberdayaan.
Mengacu pada PERMENTAN nomor 67 tahun 2016 tentang pembinaan
kelembagaan petani, fungsi suatu Poktan ialah :
a) Kelas belajar: Poktan merupakan wadah belajar mengajar bagi anggota untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap agar tumbuh dan berkembang
menjadi Usahatani yang mandiri melalui pemanfaatan dan akses kepada sumber
informasi dan teknologi sehingga dapat meningkatkan produktivitas, pendapatan serta
kehidupan yang lebih baik.
b) Wahana kerja sama: Poktan merupakan tempat untuk memperkuat kerjasama, baik di
antara sesama Petani dalam Poktan dan antarpoktan maupun dengan pihak lain,
sehingga diharapkan Usahatani lebih efisien dan mampu menghadapi ancaman,
tantangan, hambatan serta lebih menguntungkan, dan
c) Unit produksi: Usahatani masing-masing anggota Poktan secara keseluruhan
merupakan satu kesatuan usaha yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala
ekonomi usaha, dengan menjaga kuantitas, kualitas dan kontinuitas.
10
Kapasitas
Secara harfiah istilah kapasitas berasal dari bahasa inggris, yakni capacity, yang
artinya kemampuan, kecakapan, dan daya tampung yang ada. Kapasitas juga memiliki
arti yang sangat luas tidak hanya sekedar sebagai suatu bentuk kemampuan (Dharma
2017). Tahitu (2015) dalam tesisnya menjelaskan berbagai teori yang dikemukakakn oleh
beberapa ahli mengenai pengertian kapasitas seperti menurut Goodman dalam Brown et
al. (2001) kapasitas merupakan kemampuan atau keterampilan yang diperlukan untuk
membangun tingkat kesiapan yang dimiliki oleh individu, organisasi maupun masyarakat
sehingga dapat ditandai dengan suatu kemajuan maupun kemunduruan, (2) menurut Laily
et al. (2013) Kapasitas individu atau masyarakat menyangkut kemampuan dan
keterampilan dalam memecahkan permasalahan yang dimiliki individu ataupun
masyarakat tersebut berdasarkan tujuan pembangunan yang telah ditetapkan, (3) menurut
Sucihatiningsih dan Waridin (2010) petani yang tidak memiliki kapasitas pengetahuan
dan wawasan yang memadai untuk dapat memahami permasalahan mereka, memikirikan
permasalahannya, ataupun pemilihan cara pemecahan masalah yang tepat untuk
mencapai tujuan mereka.
Menurut Facthiya (2010) kapasitas yang ditunjukkan dalam suatu performa
mengacu pada adanya tiga ranah yang mendasarinya, yaitu ranah pengetahuan, sikap dan
keterampilan atau tindakan (konatif). Merujuk pada Tjitropranoto (2005), Tahitu (2015)
juga menjelaskan bahwa kapasitas seorang petani dipengaruhi oleh karakteristik
pribadinya yang menurut Rogers (1994) dibentuk oleh tiga ranah perilaku individu, yaitu
(1) pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan atau tindakan (psikomotor)
yang terinternalisasi dalam diri seseorang, dengan demikian kapasitas seseorang dapat
ditingkatkan.
Menurut Suprayitno (2018) kapasitas petani adalah daya-daya yang dimiliki pada
pribadi petani supaya dapat menetapkan tujuan usahatani secara tepat dan mencapai
tujuan yang telah ditetapkan dengan cara yang tepat pula. Setiap individu (orang) secara
alamiah selalu memiliki kapasitas yang melekat pada dirinya. Selain itu Suprayitno
(2018) juga memaknai kapasitas secara sempit, yakni sebagai kemampuan inividu,
organisasi atau masyarakat dalam menjalankan fungsi-fungsinya, memecahkan masalah
dan dalam menyusun serta mencapai tujuan yang berkelanjutan. Kapasitas menyangkut
pengetahuan, sikap dan kemampuan dalam mengatasi berbagai permasalahan yang
dihadapi petani dalam bentuk kemampuan teknis, manajerial, dan sosial.
Tesis Dharma (2017) menunjukkan bahwa kapasitas peternak dapat diukur
melalui kemampuan menjalankan fungsi usaha, kemampuan menyelesaikan masalah, dan
kemampuan beradaptasi. Hal tersebut sejalan dengan Fatchiya (2010) yang menyatakan
bahwa kapasitas yang tinggi dicerminkan dari kemampuan seseorang menjalankan fungsi
usaha secara lebih baik, mampu mengetasi segala permasalahan. Penelitian Asta (2015)
menggunakan indikator proses produksi, proses pemasaran, manajemen usahatani,
memecahkan masalah, dan beradaptasi dengan kondisi sekitar untuk mengetahui
kapasitas individu petani kakao. Indikator lain yang digunakan untuk melihat kapasitas
petani dalam ruang lingkup agribisnis ialah identifikasi potensi agribisnis, pemanfaatan
peluang agribisnis, pengentasan permasalahan agribisnis, dan pemeliharaan
keberlanjutan agribisnis (Wahyuni 2016). Tahitu (2015) menjelaskan dalam tesisnya
bahwa kapasitas berkaitan dengan keputusan yang diambil oleh individu pengelola sagu.
pengelola sagu adalah pengambil keputusan untuk setiap hal yang terkait dengan
usahanya yang meliputi: (1) proses pengolahan sagu, (2) mengembangkan pemasaran, (3)
11
menyebar dan memusat dengan tingkat keterhubungan antar aktor yang rendah dan
terdapat hubungan yang positif dan nyata antara jaringan komunikasi dengan penerapan
teknologi budidaya kentang.
Penelitian mengenai kelompok tani ternak pun beragam jenisnya, seperti halnya
pada skripsi Mauludin et al. (2012) mengenai peran kelompok dalam mengembangkan
keberdayaaan peternak sapi potong dan Andarwati et al. (2018) mengenai dinamika
kelompok peternak sapi potong. Penelitian mengenai kapasitas petani juga telah
dilakukan dan beragam pula jenisnya, seperti pada penelitian Dharma (2017) mengenai
kapasitas peternak domba penerima manfaat program tanggung jawab sosial perusahaan,
Suprayitno (2018) mengenai kapasitas petani pengelola agrowisata di kabupaten malang,
dan Yunita pada disertasinya yakni mengenai strategi peningkatan kapasitas petani padi
sawah menuju ketahanan pangan rumah tangga. Konsep mengenai penelitian terdahulu
dapat digunakan oleh penulis sebagai acuan dalam menyusun kebaruan penelitian dan
indikator dalam mengukur antar variabelnya. Kebaruan dalam penelitian ini terletak pada
analisis jaringan komunikasi dalam kelompok tani ternak yang melakukan kegiatan
produksi susu sapi perah serta pengolahan limbah mereka menjadi biogas yang dapat
dimanfaatkan oleh rumah tangga peternak dan implikasinya terhadap kapasitas peternak.
Kerangka Pemikiran
Menurut Rogers dan Kincaid (1981) yang dikutip dalam Rahmawati (2016)
menyebutkan bahwa karakteristik individu disebut sebagai variabel independen yang
mampu memberikan gambaran perubahan perilaku individu setelah terlibat dalam sebuah
jaringan komunikasi. Karakteristik individu itupun meliputi usia, pendidikan, atau
pekerjaan. Lebih lanjut Rahmawati (2016) menyebutkan dalam penelitiannya,
karakteristik individu yang diteliti meliputi usia dan aspek sosial ekonomi. Pada
penelitian Sulistiawati (2014), karakteristik individu yang dilihat meliputi umur, tingkat
pendidikan, status bekerja, skala usaha, pengalaman usaha, dan tingkat kepemilikan
media massa. Maka dari itu, karakteristik individu yang digunakan dalam penelitian ini
dapat dilihat dari : (1) Usia; (2) Tingkat pendidikan; (3) Tingkat pendapatan; (4). Tingakat
pengalaman; (5) Tingkat kepemilikan; (6) Status keanggotaan; (7) Lama Keanggotaan.
Pada analisis jaringan komunikasi pada tingkat individu, Eriyanto (2014)
menjelaskan empat indikator yang dapat digunakakan, yaitu : (1) Derajat sentralitas; (2)
Sentralitas kedekatan; (3) Sentralitas keperantaraan; dan (4) Sentralitas eigenvektor.
Analisis jaringan komunikasi mempunyai perspektif, asumsi, dan teknik pengumpulan
data yang khas yang membedakan dengan metode kuantitatif lainnya dalam menjelaskan
jaringan yang menggambarkan konstruk sosial (Hapsari 2016).
Penelitian tentang analisis jaringan komunikasi pada agribisnis ikan kolam air
deras yang dilakukan oleh Gunawan (2017) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang
berkorelasi positif antara jaringan komunikasi dengan pengembangan agribisnis ikan
kolam air deras. Jaringan yang terbentuk dalam pelaku agribisnis ikan kolam air deras
bersifat jaringan personal yang menyebar (radial personal network). Nilai outdegree
centrality dan nilai indegree centrality yang dihasilkan dikategorikan sedang. Nilai
closeness centrality juga berada pada kategori sedang. Nilai betweeness centrality untuk
pelaku agribisnis ikan kolam air deras diketahui nilainya tertinggi. Individu yang
memiliki nilai betweeness centrality yang tinggi mengindikasikan individu tersebut
memiliki kemampuan mengatur komunikasi di dalam jaringannya. Indikator agribisnis
yang diteliti dalam penelitian Gunawan (2017) yaitu peningkatan produksi dan
13
peningkatan pendapatan yang diperoleh dari bisnis ikan kolam air deras. Gunawan (2017)
melihat dua dari 5 subsistem agribisnis menurut Pambudy (2006) yaitu produksi dan
penjualan/pemasaran.
Mengacu dari tingkat analisis individu yang dikemukakakn oleh Eriyanto (2014)
dan penelitian terdahulu mengenai ruang lingkup agribisnis atau usahatani, pengelolaan
limbah ternak dan kapasitas petani, maka dalam penelitian ini tercetuslah kerangka
pemikiran sebagai berikut :
Keterangan : Berhubungan
Gambar 2 Kerangka Pemikiran
Hipotesis
1. Diduga variabel dalam karakteristik individu berhubungan dengan jaringan
komunikasi yang terbentuk pada produksi ternak dan Pengelolaan Biogas.
2. Diduga variabel jaringan komunikasi produksi ternak dan pengelolaan biogas
berhubungan dengan kapasitas peternak.
14
METODOLOGI PENELITIAN
3
Didasarkan atas hasil pada penelitian terdahulu, yakni pada penelitian Harahap (2018) mengenai
Dampak pemberdayaan masyarakat melalui program biogas dalam mewujudkan kemandirian energi.
15
juga didasarkan pada fakta bahwa pengelolaan ternak di Desa Cibodas merupakan salah
satu yang terbaik dan dengan unggulan inovasinya, yakni biogas.
Penelitian dilakukan selama delapan bulan mulai bulan September – Januari 2019
yang meliputi penyusunan proposal penelitian, kolokium, perbaikan proposal penelitian,
uji validitas, pengambilan data lapang, pengolahan dan analisis data, penyusunan draft
laporan skripsi, uji kelayakan, sidang skripsi, dan perbaikan laporan skripsi.
Keterangan :
Rho : Koefisien korelasi Rank Spearman
1 : Bilangan Konstan
6 : Bilangan Konstan
d : perbedaan pasangan jenjang
Σ : Jumlah
N : Jumlah Individu dalam sampel
Definisi Operasional
Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberi arahan bagaimana
mengukur sebuah variabel. Rumusan definisi operasional dalam penilitian ini adalah
sebagai berikut :
Karakteristik Individu
Karakteristik individu merupakan atribut individu atau seseorang yang diukur dengan
umur, pengalaman berusaha ternak, lama menjadi anggota poktan, tingkat pendidikan,
jumlah ternak yang dimiliki, tingkat pendapatan dan kepemilikan media.
Tabel 1 Defenisi Operasional Variabel Karakteristik Individu
Jaringan Komunikasi
Variabel jaringan komunikasi yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada
definisi yang dirumuskan oleh Eriyanto (2014), yakni dengan indikator sebagai berikut :
1). Derajat sentralitas (Degree centrality), 2). Sentralitas kedekatan (Closeness
centrality), dan 3). Sentralitas keperantaraan (Betweeness centrality). Penjelasan definisi
operasional setiap indikator variabel jaringan komunikasi sebagai berikut :
Tabel 2 Defenisi Operasional Variabel Jaringan Komunikasi
No Variabel Definisi Indikator Jenis
Operasional Data
1 Derajat Derajat hubungan Menggunakan hasil Ordinal
sentralitas yang dimiliki oleh pengukuran dari
(Degree individu dari software UCINET VI.
centrality) berapa banyak Network>Centrality>in
individu tersebut -Degree.
1
memiliki hubungan 1. Rendah : ≤ 𝑥̅ - 2 sd
dengan individu 1
lain dalam suatu 2. Sedang : 𝑥̅ - 2 sd < x
1
jaringan < 𝑥̅ + 2 sd
1
3. Tinggi : ≥ 𝑥̅ + 2 sd
Network>Centrality>
out-Degree.
1
1. Rendah : : ≤ 𝑥̅ - 2
sd
1
2. Sedang : 𝑥̅ - 2 sd < x
1
< 𝑥̅ + 2 sd
1
3. Tinggi : ≥ 𝑥̅ + 2 sd
2 Sentralitas Mengidentifikasi Menggunakan hasil Ordinal
kedekatan seberapa dekat pengukuran dari
(Closeness hubungan individu software UCINET VI.
centrality) tersebut dengan Network>Centrality>
individu lain dalam Closeness.
jaringan yang 1
1. Rendah : : ≤ 𝑥̅ - 2
diukur dari
sd
banyaknya 1
jalur/path seorang 2. Sedang : 𝑥̅ - 2 sd < x
1
individu < 𝑥̅ + 2 sd
menghubungi 1
3. Tinggi : ≥ 𝑥̅ + 2 sd
individu lain
3 Sentralitas Mengidentifikasi Menggunakan hasil Ordinal
keperantara seberapa sering pengukuran dari
an individu menjadi software UCINET VI.
perantara dari Network>Centrality>
21
Kapasitas Peternak
Variabel kapasitas peternak diukur berdasarkan pendapat pada penelitian
Wahyuni (2016) yang menyatakan kapasitas petani dalam pengentasan permasalahan
agribisnis sebagai Kemampuan mengatasi kendala dalam budidaya dan pemasaran padi
organik. Merujuk pada definisi tersebut, maka definisi operasional yang digunakan dalam
variabel kapasitas peternak ialah sebagai kemampuan mengatasi kendala dalam produksi
susu sapi sebagai hasil ternak dan pengelolaan biogas. Kuesioner dalam variabel
kapasitas peternak menggunakan skala likert sebagai acuan dalam menyusun
pertanyaannya. Data yang diperoleh dikategorikan dalam jenis data ordinal yang
kemudian dilakukan uji korelasi rank spearman dengan variabel jaringan komunikasi.
Tabel 3 Defenisi Operasional Variabel Kapasitas Peternak
Kemudian
dikategorikan dengan
hasil temuan lapang
3 Manajemen Kemampuan petani 1. Pengetahuan Ordinal
dalam dalam peternak dalam
Berusaha melaksanakan pemilihan ternak,
ternak fungsi fungsi skema pembiayaan
perencanaan, fungsi usaha ternak, dan
pengorganisasian, penilaian usaha
ternaknya
fungsi pelaksanaan,
2. Tindakan peternak
evaluasi dan dalam pemilihan
pengendalian dalam
22
Kemudian
dikategorikan dengan
hasil temuan lapang
23
DAFTAR PUSTAKA
https://www.researchgate.net/publication/302373847_Stakeholder_analysis_and_s
ocial_network_analysis_in_natural_resource_management
Rahmawati A. 2016. Analisis Jaringan Komunikasi dalam Diseminasi Informasi Produksi
Dan Pemasaran Jeruk Pamelo. Tesis [Internet]. [diunduh 02 Oktober 2018].
Tersedia pada : https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/81533
Rangkuti PA. 2009. Analisis Peran Jaringan Komunikasi Petani Dalam Adopsi Inovasi
Traktor Tangan Di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Vol. 27 (1). [internet]. [diunduh
pada 2019 maret 15]. Dapat diunduh pada :
http://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/jae/article/view/4680
Setiawan I. 2008. Analisis Jaringan Komunikasi Petani dalam Berbagai Zona
Agroekosistem di Kabupaten Bandung. Jurnal Agrikultura [Internet]. 19 (01); 66-
74. [diunduh 08 November 2018]. Tersedia pada :
http://journals.unpad.ac.id/index.php/agrikultura/article/download/641/685
Serrat O. 2009. Social Network Analysis. [internet]. [diunduh pada 2019 maret 15]. Dapat
diunduh pada : https://www.researchgate.net/publication/
301692439_Social_Network_Analysis
Singarimbun M, Effendi S. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta (ID): LP3ES
Sucihatiningsih DW dan Waridin. 2010. Model Penguatan Kapasitas Kelembagaan
Penyuluh Pertanian Dalam Meningkatkan Kinerja Usahatani Melalui Transaction
Cost Studi Empiris Di Provinsi Jawa Tengah. Vol. 11 (1). [internet]. [diunduh pada
2019 juni 10]. Dapat diunduh pada :
http://journals.ums.ac.id/index.php/JEP/issue/view/51
Sudaryanto B dan Agus A. 2014. Prospek Pengembangan Sapi Perah di Indonesia.
[Internet]. dapat diunduh pada :
http://www.litbang.pertanian.go.id/buku/reformasi-kebijakan-menuju/
Sulistiawati A. 2016. Analisis Jaringan Komunikasi Tingkat Kelompok dalam Gapoktan.
Jurnal Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. 02 (02); 155-158.
[diunduh 08 November 2018]. Tersedia pada :
http://ejournal.skpm.ipb.ac.id/index.php/jskpm/article/view/267
Suprayitno MA. 2018. Kapasitas Petani Pengelola Agrowisata di Kabupaten Malang.
[tesis]. Bogor (ID) : IPB
Surtikanti H, Surakusumah W, dan Supriyanto B. 2009. Daur Ulang Limbah Peternakan
Sapi (Biokom) Di Bukit Tunggul (Das Cikapundung) Dalam Minimalisasi
Perubahan Iklim Global. [internet]. [diunduh pada 15 agustus 2019]. Tersedia pada
: http://perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/103001-[_Konten_]-
DR.WAHYU%20SURAKUSUMAH%20MSi.pdf
Tahitu M. 2015. Pengembangan Kapasitas Pengelola Sagu Dalam Peningkatan
Pemanfaatan Sagu Di Maluku Tengah Provinsi Maluku. [tesis]. Dapat diunduh
pada : https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/77343
Uddin S. 2017. Social Network Analysis in Project Management – A case Study of
Analysing Stakeholder Network. Journal of Modern Project Management. 271-290.
Dapat diunduh pada : https://www.researchgate.net/
publication/317761933_Social_network_analysis_in_project_management_A_cas
e_study_of_analysing_stakeholder_networks
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2014 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor
18 Tahun 2009 Tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan. Dapat diunduh pada :
https://peraturan.bpk. go.id/Home/Details/38801
26
Veronice, Helmi, Henmaidi, dan Arif E. 2018. Pengembangan Kapasitas petani dan
Kelembagaan di Kawasan Pertanian melalui Pendekatan Pengelolaan
Pengetahuan (Knowledge Management). Vol 2(2): 1-10. [internet]. [diunduh pada
2019 agustus 20]. Dapat diunduh pada :
https://www.researchgate.net/publication/327678236_Pengembangan_Kapasitas
_petani_ dan_Kelembagaan_di_Kawasan_Pertanian_melalui_
Pendekatan_Pengelolaan_Pengetahuan_Knowledge_Management/link/5bb9df1c
a6fdcc9552d56a0f/download
Wahyuni S, Sumardjo, Lubis DP, Sadono D. 2017. Hubungan Jaringan Komunikasi dan
Dinamika Kelompok dengan Kapasitas Petani dalam Agribisnis Padi Organik di
Jawa Barat. Jurnal Penyuluhan [Internet]. 13 (01); 110-120. [diunduh 02 Oktober
2018]. Tersedia pada:
Wahyuni S. 2016. Jaringan Komunikasi, Dinamika Kelompok Dan Peningkatan
Kapasitas Petani Dalam Agribisnis Padi Organik. [Tesis]. Dapat diunduh pada :
https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/82395
Widyastuti F, Purwanto, Hadiyanto. 2015. Potensi Biogas Melalui Pemanfaatan Limbah
Padat Pada Peternakan Sapi Perah Bangka Botanical Garden Pangkalpinang.
[internet]. [diunduh pada 10 agustus 2019]. Tersedia pada :
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/metana/article/view/7613
Yamaki K. 2017. Applying Social Network Analysis To Stakeholder Analysis In Japan’s
Natural Resource Governance: Two Endangered Species Conservation Activity
Cases. Journal in Forest Research. Vol. .Dapat diunduh pada :
https://www.researchgate.net/publication/313259562_Applying_
social_network_analysis_to_stakeholder_analysis_in_Japan's_natural_resource_g
overnance_Two_endangered_species_conservation_activity_cases
Zulkarnain. 2015. Analisis Hubungan Jaringan Komunikasi dengan Perubahan Taraf
Penghidupan dan Pola Pikir dalam Pemberdayaan Pembudidaya Ikan di Kabupaten
Kampar, Riau. Tesis [Internet]. [diunduh 08 November 2018]. Tersedia pada :
https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/76999
27
LAMPIRAN
Lampiran 1 Waktu Pelaksanaan Penelitian
Kolokium
Perbaikan
Proposal
Skripsi
Pengambila
n Data
Lapang
Pengolahan
dan
Analisis
Data
Penulisan
Draft
Skripsi
Uji Petik
Sidang
Skripsi
Perbaikan
Laporan
Skripsi
A. Karakteristik Individu
KARAKTERISTIK INDIVIDU
A1 Nama
……………./bulan ……………./bulan
A9 Jumlah Kepemilikan 1. Penyuluh pertanian
Sumber dan Media 2. Peternak lain di dalam kelompok
Informasi 3. Peternak lain di luar kelompok
4. Koran
5. Leaflet/brosur
6. Newsletter
7. Buku
8. Laptop/komputer
9. Tablet
10. Smartphone
11. Majalah/tabloid
12. Lainnya……….. …………………
30
Jaringan Komunikasi
No Nama Keterangan
Biogas Produksi
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
31
Alamat
No. Tlp/Hp
Pekerjaan/Jabatan
Pertanyaan:
1) Bagaimana sejarah terbentuknya Kelompok Tani Trernak Mekar Saluyu?
2) Bagaimana proses terbentuknya pengelolaan limbah ternak menjadi biogas?
3) Siapa yang menjadi aktor penting dalam penyebaran informasi mengenai produksi
hasil ternak dalam kelompok tani ternak mekar saluyu? Dan mengapa?
4) Siapa yang menjadi aktor penting dalam penyebaran informasi mengenai
pengelolaan biogas? Dan mengapa?
5) Faktor apa sajakah yang menghambat anda memperoleh informasi?
6) Faktor apa sajakah yang mempermudah anda mendapatkan informasi?
7) Siapa aktor yang memiliki kekuatan paling besar dalam Pengelolaan biogas dan
kelompok tani ternak? dan mengapa?
8) Apakah anda pernah mengalamai permasalahan mengenai produksi ternak dalam
hal sarana dan prasarana serta kesehatan ternak?
9) Apakah anda pernh mengalami permasalahan mengenai identifikasi dan
pengelolaan biogas?
10) Jika pernah, bagaimana cara anda menyelesaikannya?
11) Siapakah aktor yang anda hubungi ketika anda mengalami permasalahan tersebut?
12) Apakah anda mencari sumber informasi lain (majalah, koran, website dan lain
sebagainya) dalam mengatasi permasalahan tersebut?
13) Seberapa sering anda mengalami permasalahan tersebut?
14) Apakah anda pernah mendapatkan pelatihan menganai produksi hasil ternak?
15) Apakah anda pernah mendapatkan pelatihan mengenai pengolahan limbah ternak
(biogas) dan cara mengambangkannya?
32
No Pernyataan Jawaban
1 Langkah apakah yang anda ambil o Saya akan tetap memberi rumput gajah
dalam menghadapi kelangkaan meskipun jauh untuk mencarinya
rumput untuk pakan ternak? o Saya akan memberikan alternatif lain
berupa memberikan sumber dedaunan lain
o Saya akan memberikan jerami pada ternak
saya
o Lainnya……..
2 Langkah pertama apa yang anda o Saya mengambil tindakan berdasarkan
lakukan apabila terjadi kelangkaan pengalaman saya
sumber pangan yang baik bagi o Saya segera mencari alternatif lain dengan
ternak? mencari informasi sendiri
o Saya akan bertanya terlebih dahulu kepada
peternak lain
o Lainnya………
3 Bagaimana cara anda o Saya akan berdiskusi dengan anggota
menyelesaikan permasalahan kelompok untuk menyelesaikan masalah
kurangnya sumber air? o Saya akan mengurangi konsumsi rumah
tangga saya
o Saya akan menggunakan seadanya air di
lingkungan saya
o Lainnya………..
4 Langkah pertama apa yang anda o Saya mengambil tindakan berdasarkan
lakukan apabila terjadi kelangkaan pengalaman saya
sumber air? o Saya segera mencari alternatif lain dengan
mencari informasi sendiri
o Saya akan bertanya terlebih dahulu kepada
peternak lain
Lainnya………
33
No Pernyataan Jawaban
Tabel Frekuensi
Tabel 3 Jumlah dan persentase responden berdasarkan Lama menjadi anggota kelompok
ternak
Jenis Pekerjaan Jumlah (n) Persentase (%)
Baru
Sedang
Lama
Total 64 100
Tabel 5 Jumlah dan persentase responden berdasarkan Jumlah ternak yang dimiliki
Status Keanggotaan Jumlah (n) Persentase (%)
Rendah
Sedang
Tinggi
Total 64 100
Rendah
Sedang
Tinggi
Total 64 100
Crosstab
Tabel 7 Jumlah dan persentase karakteristik individu dan derajat sentralitas responden
dalam produksi ternak
Derajat Sentralitas (degree centrality)
Karakteristik Total
Rendah Sedang Tinggi
Individu
n % n % n % N %
Rendah
Sedang
Tinggi
Total 64 100.0
Tabel 8 Jumlah dan persentase karakteristik individu dan derajat kedekatan responden
dalam Produksi ternak
Derajat Kedekatan (Closeness centrality)
Karakteristik Total
Rendah Sedang Tinggi
Individu
n % n % n % N %
Rendah
Sedang
Tinggi
Total 64 100.0
Total 64 100.0
Tabel 11 Jumlah dan persentase karakteristik individu dan derajat kedekatan responden
dalam pengelolaan biogas
Derajat Kedekatan (Closeness centrality)
Karakteristik Total
Rendah Sedang Tinggi
Individu
n % n % n % N %
Rendah
Sedang
Tinggi
Total 64 100.0