Kepemimpinan, Kedinamisan Kelompok, Pencapaian Tujuan Kelompok Tani
Kepemimpinan, Kedinamisan Kelompok, Pencapaian Tujuan Kelompok Tani
Oleh
Erin Maylina
I34150116
Dosen Pembimbing
Dr Ir Siti Amanah, MSc
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa Laporan Studi Pustaka yang berjudul “Kepemimpinan,
Kedinamisan Kelompok, Pencapaian Tujuan Kelompok Tani” benar-benar hasil karya
saya sendiri yang belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau
lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari pustaka yang diterbitkan
atau tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam naskah dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir Laporan Studi Pustaka. Demikian pernyataan ini saya buat
dengan sesungguhnya dan saya bersedia mempertanggungjawabkan pernyataan ini.
Erin Maylina
NIM. I34150116
iii
ABSTRAK
ERIN MAYLINA. Kepemimpinan, Kedinamisan Kelompok, Pencapaian Tujuan Kelompok
Tani. Di bawah bimbingan SITI AMANAH.
Pedesaan sering dianggap sebagai suatu daerah yang tertinggal. Ketertinggalan ini
dicerminkan dari kualitas sumber daya manusia di pedesaan yang masih lebih rendah
dibandingkan perkotaan. Permasalahan ini mendorong pemerintah dalam menciptakan suatu
kelompok tani yang bertujuan untuk saling berbagi informasi, meningkatkan kemampuan dan
kompetensi, kerjasama antar petani dan didukung dengan kegiatan penyuluhan. Agar
kelompok tani ini dapat terus berkembang dan dapat mencapai tujuannya, maka hal yang
dibutuhkan dalam kelompok tani ini adalah dinamika kelompok tani. Salah satu cara untuk
mencapai kedinamisan kelompok itu sendiri adalah bergantung pada kepemimpinan ketua
kelompok tani. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah menganalisis hubungan
antara kepemimpinan ketua kelompok dengan dinamika kelompok untuk mencapai tujuan
kelompok tani.
ABSTRACT
Rural area is often regarded as a lagging region. This lag is reflected by the quality of human
resources in rural areas that are still lower than urban. It has lead the government to create
a farmer group that aims to share information, improve skills and competence, cooperation
between farmers and supported by extension activities. In order for this farmer group can
continue to grow and can achieve their goals, then what is needed in this farmer group is the
dynamics of farmer groups. One way to achieve the dynamic of the group itself is to rely on
the leadership of the farmer group leader. The purpose of this research is to analyze the
relation between the leadership with group dinamycs to achieving goals of the farmer group.
Oleh
ERIN MAYLINA
I34150116
LEMBAR PENGESAHAN
vi
PRAKATA
Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Tuhan semesta alam, Allah
SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya serta karunia dan kasih sayang-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Studi Pustaka dengan judul “Kepemimpinan,
Kedinamisan Kelompok, Pencapaian Tujuan Kelompok Tani”. Laporan Studi Pustaka
ini ditujukan untuk memenuhi syarat kelulusan Mata Kuliah Studi Pustaka (KPM 403) pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia,
Institut Pertanian Bogor.
Penulis sadar bahwa dalam proses penyusunan laporan studi pustaka ini tidak lepas
dari doa, dukungan, semangat serta kontribusi dari banyak pihak. Maka dari itu penulis ingin
menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang terlibat hingga laporan studi pustaka
ini dapat terselesaikan dengan baik, antara lain:
1. Dr Ir Siti Amanah, MSc yang telah membimbing, mengarahkan dan memberi
inspirasi serta masukan yang sangat membantu kepada penulis dalam penyusunan
studi pustaka
2. Ibunda Maryati, Ayahanda Sarto, Adik-adik tercinta Syafira Wulandari, Khalisa
Khumaira serta Tante Ismiyati dan Sepupu tersayang Azahra Kaulika yang telah
memberikan doa, dukungan, semangat, motivasi serta banyak hal lainnya kepada
penulis sehingga penulis mampu mencapai tahap ini
3. Sahabat-sahabat yang selalu mendukung dan menyemangati saya, Laras, Renadha,
Hera, Fachrina, Merry dan teman-teman lainnya
4. Rekan-rekan KPM angkatan 52 dan KPM angkatan 51 Kak Ipeh, Kak Wiwi, Kak
Rani dan Kak Cibul yang selalu membantu dan memberi nasihat kepada penulis
5. Semua pihak yang telah memberikan kontribusi, dukungan, dan doa kepada penulis
selama ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu
Harapan besar penulis semoga laporan studi pustaka dengan judul “Kepemimpinan,
Kedinamisan Kelompok, Pencapaian Tujuan Kelompok Tani” ini mampu memberikan
manfaat kepada masyarakat luas serta menjadi sumbangsih terhadap khazanah ilmu
pengetahuan.
Erin Maylina
NIM. I34150116
vii
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ........................................................................................................................ii
ABSTRAK ............................................................................................................................... iii
PRAKATA................................................................................................................................. v
DAFTAR ISI............................................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................. viii
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
Latar Belakang ....................................................................................................................... 1
Tujuan Penulisan .................................................................................................................... 2
Metode Penulisan ................................................................................................................... 2
Kegunaan Penulisan ............................................................................................................... 3
Sistematika Penulisan Studi Pustaka ...................................................................................... 3
RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA ............................................................................ 4
PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 24
Definisi, Ciri-ciri, Fungsi dan Status Kelompok Tani ......................................................... 24
Definisi Kelompok Tani ................................................................................................... 24
Ciri-ciri Kelompok Tani ................................................................................................... 24
Fungsi Kelompok Tani ..................................................................................................... 24
Status Kelompok Tani ...................................................................................................... 25
Konsep, Peran, Fungsi, Karakteristik, Pendekatan dan Gaya Kepemimpinan .................... 26
Konsep Kepemimpinan .................................................................................................... 26
Peran Kepemimpinan ....................................................................................................... 27
Fungsi Kepemimpinan ...................................................................................................... 27
Karakteristik Kepemimpinan ............................................................................................ 28
Pendekatan Kepemimpinan .............................................................................................. 28
Gaya Kepemimpinan ........................................................................................................ 29
Dinamika Kelompok ............................................................................................................ 30
Hubungan Kepemimpinan Ketua Kelompok terhadap Dinamika Kelompok Tani ............. 31
SIMPULAN ............................................................................................................................. 32
Sintesis dari Analisis Pustaka ............................................................................................... 32
Perumusan Masalah untuk Analisis Baru............................................................................. 33
Usulan Kerangka Analisis Baru ........................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 36
RIWAYAT HIDUP ................................................................................................................. 40
viii
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kesuburan tanah di Jawa Barat membuat para petani memanfaatkan
lahannya, namun kesuburan tanah ini tidak membuat seluruh masyarakatnya
hidup dengan sejahtera. Kenyataan yang terjadi sampai saat ini adalah masih
banyak petani yang hidup dalam kemiskinan. Menurut Badan Pusat Statistik
(BPS), pada bulan September 2017, jumlah penduduk miskin atau penduduk yang
berada di bawah Garis Kemiskinan Provinsi Jawa Barat sebesar 3,774 juta jiwa
(7,83 persen). Secara umum, persentase penduduk miskin di daerah pedesaan jauh
lebih besar daripada daerah perkotaan. Salah satu penyebabnya diduga karena
akses dan infrastruktur yang belum memadai di daerah pedesaan. Selain itu,
kualitas sumber daya manusia di pedesaan juga masih lebih rendah dibandingkan
perkotaan.
Kualitas sumber daya manusia yang ada di desa faktanya memang masih
kurang memadai dibandingkan di kota, termasuk para petani. Menurut Badan
Pusat Statistik (BPS), Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menurut kabupaten
atau kota pada tahun 2014 yang ada di provinsi Jawa Barat baru mencapai 68,80
persen. Hal ini, yang membuat pemerintah berinisiatif untuk membuat program
kelompok tani untuk menjadi wadah dimana para petani mendapatkan informasi
sebanyak-banyaknya serta untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam hal
bertani. Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 67
Tahun 2016, kelompok tani yang selanjutnya disebut Poktan adalah kumpulan
petani/peternak/pekebun yang dibentuk oleh para petani atas dasar kesamaan
kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan sosial, ekonomi, dan sumberdaya,
kesamaan komoditas, dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan
usaha anggota. Menurut Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas),
pada tahun 2012-2013, terdapat 26.627 kelompok tani yang ada di provinsi Jawa
Barat. Jumlah kelompok tani ini juga membuat provinsi Jawa Barat menempati
posisi pertama dalam jumlah kelompok tani terbanyak se-Indonesia.
Kelompok tani dianggap sebagai wadah efektif dalam menampung
informasi untuk para petani agar dapat mencapai pemberdayaan anggota dan
kesejahteraan melalui upaya peningkatan partisipasi. Agar kelompok tani ini dapat
terus berkembang dan dapat mencapai tujuannya, maka hal yang dibutuhkan
dalam kelompok tani ini adalah dinamika kelompok tani. Menurut Damanik
(2013), dinamika kelompok merupakan kekuatan-kekuatan yang terdapat di dalam
ataupun di lingkungan kelompok yang akan menentukan perilaku anggota-
anggota dan perilaku kelompok tersebut untuk melaksanakan berbagai kegiatan
demi tercapainya tujuan kelompok yang merupakan tujuan bersama. Dinamika
kelompok dapat tercapai jika semua unsur yang membangun kelompok
berinteraksi dengan baik, baik unsur di dalam kelompok itu sendiri maupun unsur-
unsur di luar kelompok itu.
2
Tujuan Penulisan
Metode Penulisan
Metode yang digunakan didalam penulisan studi pustaka dengan judul
“Kepemimpinan, Kedinamisan Kelompok, Pencapaian Tujuan Kelompok Tani”
berupa analisis data sekunder melalui metode review literatur terkait dengan
aspek kepemimpinan, dinamika kelompok dan pencapaian tujuan kelompok tani.
3
Bahan literatur yang digunakan dalam studi pustaka ini diperoleh dari hasil
penelitian, makalah ilmiah, tesis, skripsi, buku, jurnal ilmiah berkala, jurnal artikel
serta berbagai jenis pustaka serta laporan hasil penelitian lainnya berbentuk
elektronik. Selanjutnya, kajian pustaka yang telah didapatkan kemudian dipelajari
lebih dalam, diringkas, dianalisis serta di sintesis berdasarkan teori untuk
kemudian disusun menjadi tulisan ilmiah yang utuh guna kepentingan penelitian
ilmiah lebih lanjut.
Kegunaan Penulisan
Kegunaan penyusunan studi pustaka ini adalah untuk:
1. Sarana meningkatkan kemampuan bagi penulis dalam memahami dan
menganalisis konsep serta teori hasil penelitian sebelumnya yang
berkaitan dengan Kepemimpinan, Kedinamisan Kelompok, Pencapaian
Tujuan Kelompok Tani
2. Menjadi bahan penyusunan kerangka teori bagi penelitian lebih lanjut
3. Menjadi bahan acuan bagi pihak lain dalam mempertajam
pengetahuannya yang berkaitan dengan Kepemimpinan, Kedinamisan
Kelompok, Pencapaian Tujuan Kelompok Tani
4. Sebagai saran bagi perkembangan ilmu pengetahuan di masa
mendatang
Ringkasan
Kemiskinan merupakan suatu permasalahan yang umumnya terjadi di
pedesaan. Kemiskinan yang biasa terjadi di desa ini biasanya menimpa para
petani, untuk mengatasi permasalahan tersebut maka dibuat program
pembangunan masyarakat desa, contohnya membentuk suatu kelompok tani.
Kelompok tani akan berjalan dengan baik jika ada peranan yang kuat dari
pemimpinnya. Awang (2004) mengemukakan bahwa pemimpin lokal pada
hakekatnya memiliki potensi sebagai agen pembangun yang mendukung
terwujudnya kelompok yang dinamis dan terjaga kelangsungannya.
Dahama dan Bhatnagar (1980) mengemukakan bahwa pemimpin adalah
seseorang yang secara spontan mempertimbangkan, menentukan, dan
mempengaruhi dalam situasi yang spesifik, sedangkan kepemimpinan adalah
proses mempengaruhi individu dalam situasi tertentu. Artikel jurnal ini
menjelaskan tentang peran pemimpin dalam peningkatan kemampuan kelompok.
Lokasi penelitian ini berada di Desa Pulo Kencana, Kecamatan Pontang,
Kabupaten Serang. Sampel penelitiannya ada tiga kelompok yaitu kelompok A, B
dan C. Kelompok C merupakan kelompok yang masih baru, sedangkan kelompok
A merupakan pemekaran dari kelompok B. Pengambilan informan dari tiga
kelompok ini berguna untuk membandingkan peran ketua dari masing-masing
kelompok.
Selain itu, Depositario dalam Valera (1987) mengemukakan bahwa
kepemimpinan lokal merupakan produk dari kehidupan masyarakat.
Kepemimpinan lokal kedudukannya bukan karena dirinya sendiri melainkan
sebagai hasil dari interaksi anggota dalam satu kelompok atau masyarakat.
Kepemimpinan lokal juga merupakan proses mempersuasi, mengarahkan, dan
mengatur usaha-usaha anggota masyarakat, sumber daya dan potensi untuk
5
Hal : 133-142
Alamat URL : http://jai.ipb.ac.id/index.php/jupe
/article/view/14977/12981
Tanggal diunduh : 7 Maret 2018, pukul 19.07 WIB
Ringkasan
Perkembangan peternakan sapi di Indonesia masih dalam kondisi yang
buruk. Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan ini adalah dengan
dibuatnya Sekolah Peternakan Rakyat (SPR). SPR ini berfungsi sebagai wadah
dimana para peternak dapat memperoleh pengetahuan yang baru serta mendorong
para peternak agar lebih inovatif. Program SPR didalamnya terdapat Gugus
Perwakilan Pemilik Ternak (GPPT). GGPT merupakan orang-orang pilihan yang
mewakili peternak untuk melaksanakan program SPR sehingga dapat berjalan
dengan baik.
Menurut Wahyuni (2015) gaya kepemimpinan merupakan kunci di dalam
organisasi karena seorang pemimpin dituntut untuk mampu membawa dan
memaksimalkan organisasi yang dipimpinnya demi mencapai tujuan organisasi.
Fuady et al. (2012) juga mengemukakan bahwa perilaku komunikasi petani
memiliki hubungan yang nyata terhadap praktek usaha tani pertanian organik,
komunikasi interpersonal terhadap penyuluh, LSM, dosen, dan peneliti memiliki
peran yang besar dalam mengubah pola pertanian menuju pertanian organik,
sementara itu keterdedahan terhadap media lebih bersifat menambah wawasan.
Selain itu, Pambudi (1999) juga mengungkapkan bahwa partisipasi sosial
dengan kontak sesama peternak, kontak dengan penyuluh, kontak dengan media
massa dan kontak dengan kelompok memiliki hubungan yang kuat terhadap
perilaku komunikasi peternak didalam menerapkan wirausaha ternak.
Penelitian ini berlokasi di Kabupaten Muara Enim. Bertujuan untuk (1)
Mengetahui karakteristik, gaya kepemimpinan, perilaku komunikasi GPPT SPR di
Kabupaten Muara Enim, (2) Menganalisis hubungan gaya kepemimpinan GPPT
dengan kapasitas kelembagaan SPR di Kabupaten Muara Enim, (3) Menganalisis
hubungan perilaku komunikasi GPPT dengan kapasitas kelembagaan SPR di
Kabupaten Muara Enim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
1. Gaya kepemiminan demokrasi berada di tingkat tertinggi. Hal ini,
terlihat ketika sedang rapat. Pemimpin sangat senang menerima saran
dari bawahan terkait apa yang sedang didiskusikan, setelah itu diambil
yang saran terbaik dan disepakati bersama.
2. Akses terhadap sumber informal menempati posisi tertinggi. Hal ini,
dikarenakan minimal sebulan sekali peternak mengadakan pertemuan
satu kelompok maupun satu kecamatan. Bagi peternak satu desa hampir
setiap hari bertemu ketika sedang mengembala sapi di kebun.
3. Beberapa hal yang diteliti untuk mengetahui kapasitas kelembagaan
yaitu tujuan, struktur, norma, fungsi tugas, pembinaan, suasana,
7
loyalitas, dan konflik. Dari delapan hal tersebut, hanya konflik yang
termasuk dalam kategori sedang, selebihnya termasuk kategori tinggi.
Analisis
Kajian yang menarik dari penelitian ini yaitu mengenai gaya autokrasi
karena banyak penelitian yang jarang menggunakan gaya autoraksi sebagai salah
satu komponen yang ada di dalam penelitiannya. Gaya Autokrasi adalah seorang
pemimpin dalam menentukan kebijakan kelompok atau membuat keputusan tidak
berkonsultasi atau memastikan persetujuan dari anggotanya. Gaya autokrasi
berhubungan nyata negatif dengan loyalitas. Berarti semakin tingginya gaya
memimpin autokrasi maka semakin rendah loyalitas kelembagaan. Sebaliknya
semakin rendah gaya memimpin autokrasi maka loyalitas dalam kelembagaan
semakin tinggi. Artinya semakin tinggi pemimpin menganggap bahwa
kelembagaan ini milik pribadi, semakin tinggi pemimpin tidak menerima saran
dari bawahan, semakin tinggi tingkat mengatur bawahan sesuai dengan keinginan
pribadi, maka semakin buruk hubungan yang terjalin atau terbina sesama
pengurus GPPT, setiap anggota tidak akan terbuka dengan permasalahan yang
terjadi, tidak mau berbagi informasi.
Ringkasan
Kebutuhan pangan di Indonesia semakin meningkat, hal ini dipengaruhi
oleh peningkatan jumlah penduduk. Keadaan ini yang mengharuskan negara
untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya, namun persoalan saat ini adalah
banyaknya lahan pertanian yang berubah fungsi sehingga tidak ada lagi lahan
yang dapat ditanami. Pemanfaatan lahan pekarangan merupakan solusi untuk
mengatasi persoalan kebutuhan pangan saat ini. Menurut Sthapit et al. (2006),
pemanfaatan lahan pekarangan memiliki fungsi yang dapat berguna bagi manusia
yaitu: a) untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga, b) meningkatkan pendapatan,
8
Analisis
Kajian yang diulas oleh penulis mengenai pemanfaatan lahan pekarangan
yang berkelanjutan ini sangat menarik dan relevan dengan kondisi yang terjadi
saat ini di Indonesia. Seperti yang kita tahu bahwa petani Indonesia saat ini
banyak yang hanya menjadi petani gurem, buruh tani dan penggarap. Hal ini
disebabkan oleh ketidakmampuan dan ketidakpunyaan lahan untuk dijadikan
usaha untuk bertani. Maka, kajian dari penelitian ini dapat dijadikan jawaban dari
permasalahan tersebut. Selain itu, terdapat pula beberapa temuan menarik yang
dapat ditemukan dari penelitian ini yaitu:
1. Untuk meneliti Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal terhadap Peran
Ketua Kelompok Wanita Tani digunakan beberapa indikator yaitu
umur, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, jumlah anggota
keluarga, curahan waktu, kekosmopolitan, motivasi, luas lahan,
intensitas penyuluhan, ketersediaan sarana produksi, dan suasana
kelompok.
2. Tujuan pemanfaatan lahan pekarangan yang berpengaruh nyata
terhadap pemanfaatan lahan pekarangan yang berkelanjutan adalah
9
Ringkasan
Permasalahan yang sampai saat ini terjadi di Indonesia adalah banyak
petani yang masih belum mendapatkan kesejahteraannya. Untuk mengatasi
permasalahan ini, pemerintah membuat program pemberdayaan petani dan
kelompok tani melalui Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Gabungan
kelompok tani (Gapoktan) adalah kumpulan beberapa kelompok tani yang bekerja
sama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha. Tujuan
pembentukan Gapoktan adalah agar kelompok tani dapat berdaya guna dan
berhasil guna, dalam penyediaan sarana produksi pertanian, permodalan,
peningkatan atau perluasan usaha tani ke sektor hulu dan hilir, pemasaran serta
kerja sama dalam peningkatan posisi tawar (Deptan 2007).
Pembentukan Gapoktan didasari oleh visi yang diusung, bahwa pertanian
modern tidak hanya identik dengan mesin pertanian yang modern tetapi perlu ada
organisasi yang dicirikan dengan adanya organisasi ekonomi yang mampu
menyentuh dan menggerakkan perekonomian di pedesaan melalui pertanian
10
didorong oleh kemampuan anggota untuk berusaha sendiri, kreatif, kerja keras
dan kompetitif. Selain itu, penulis menggunakan teori Luthans (2006) untuk
dijadikan sebagai indikator untuk mengukur variabel kepemimpinan ketua
Gapoktan, yaitu:
1. Mengidentifikasi dirinya sebagai alat perubahan, yaitu kemampuan dan
kemauan Ketua Gapoktan untuk menjadikan dirinya sebagai motor
pengerak untuk merubah perilaku petani untuk lebih mandiri
2. Berani, yaitu berani mengambil risiko terhadap tindakan yang diambil
3. Mempercayai orang lain, yaitu percaya terhadap kemampuan anggota
dalam
mencapai tujuan
4. Motor penggerak nilai, yaitu membangun tata nilai yang menggerakkan
kemajuan ekonomi di pedesaan
5. Pembelajar sepanjang masa, yaitu menjadikan dirinya sebagai
penggerak organisasi untuk selalu belajar terhadap lingkungan
6. Memiliki kemampuan untuk menghadapi kompleksitas, abiguitas dan
ketidakpastian lingkungan pertanian
7. Memiliki visi, yaitu memiliki arah terhadap tujuan dan sasaran
perubahan organisasi baik dalam jangka pendek dan jangka panjang
Ringkasan
Seperti yang kita ketahui, penciptaan kelompok tani adalah untuk
memudahkan penyebaran informasi antarpetani. Dengan adanya kelompok tani,
informasi-informasi yang didapatkan akan lebih menyebar dan cepat pada sasaran.
Selain itu, untuk menumbuhkan rasa keingintahuan petani serta menimbulkan rasa
kebersamaan antarpetani. Proses pembinaan kelompok tani ini akan lebih berjalan
lancar jika pemimpin kelompok tani ikut berkontribusi didalamnya. Penulis juga
12
Ringkasan
13
Ringkasan
Peneliti melakukan penelitan yang berlokasi di Desa Pusakasari
Kecamatan Cipaku Kabupaten Ciamis. Pemilihan lokasi ini sengaja dilakukan
karena Desa Pusakasari merupakan desa percontohan pertanian dalam bidang
konservasi dan sudah mempunyai gabungan kelompok tani. Dalam sebuah
kelompok, peranan pemimpin sangat penting untuk dapat memfasilitasi
anggotanya sekaligus untuk mempengaruhi anggota dalam mencapai tujuan.
Menurut Wibowo (2013), kepemimpinan ialah kemampuan seseorang dalam
mempengaruhi prilaku orang lain untuk berpikir dan berprilaku dalam rangka
perumusan, pencapaian organisasi dalam situasi tertentu.
Kelompok tani bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan petani di
pedesaan maka dibutuhkan fasilitas-fasilitas agar kegiatannya berhasil. Adapun
fasilitas yang diperlukannya yaitu pertama fasilitas pendidikan melalui
penyuluhan dalam konteks pembangunan pertanian, kegiatan penyuluhan
pertanian ini bertujuan untuk merubah perilaku petani (pengetahuan/kognitif,
sikap/afektif, keterampilan/psikomotorik), kedua fasilitas sarana yaitu petani
sebagai anggota kelompok tani diberikan bantuan sebagai modal, dan fasilitas
terakhir adalah fasilitas pengaturan yaitu anggota kelompok tani menjadi anggota
15
gapoktan, kelompok tani merupakan anggota inti gapoktan, dan kontak tani
andalan adalah sebagai pemimpin gapoktan (Wibowo 2013).
Artikel jurnal ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Tingkat perilaku
kepemimpinan kelompok tani, 2) Tingkat partisipasi anggota kelompok tani, 3)
Hubungan antara perilaku kepemimpinan kontak tani dengan partisipasi anggota
kelompok tani. Kesimpulan dari penelitian ini adalah tingkat perilaku
kepemimpinan kelompok tani dan tingkat partisipasi anggota kelompok tani di
Desa Pusakasari tergolong sedang. Setelah dilakukan uji korelasi yang
menunjukkan bahwa adanya hubungan antara perilaku kepemimpinan dan
partisipasi anggota.
Analisis
Kajian yang diulas oleh penulis dalam artikel ini kurang menarik sehingga
membuat pembaca kurang memiliki minat untuk membacanya. Kajian yang
dibahas dalam artikel ini kurang lengkap dan kurang menyeluruh. Penulis
menggunakan beberapa indikator untuk mengukur tingkat perilaku kepemimpinan
kelompok tani yaitu: 1) kemampuan organisasi, 2) kemampuan dalam
memecahkan masalah, 3) kemampuan memotivasi dan membina bawahan, 4)
keteladanan dalam menyelesaikan tugas, dan 5) tanggung jawab terhadap kinerja.
Selain itu, untuk mengukur tingkat partisipasi anggota, penulis menggunakan
beberapa indikator yaitu: 1) partisipasi dalam rapat anggota, 2) partisipasi dalam
pembuatan rencana kerja, 3) partisipasi dalam pembuatan rencana, 4) partisipasi
dalam membayar iuran, dan 5) partipasi dalam pemeliharaan fasilitas.
Ringkasan
Artikel jurnal ini berisikan tentang peran pemimpin komunitas dalam
program pengembangan inovasi rakyat yaitu komunitas energi. Penelitian ini
dilakukan di dua komunitas energi yang berbeda yang ada di Inggris, yaitu
Lyndhurst dan Hyde Farm. Menurut Seyfang dan Smith (2007), inovasi rakyat
16
berbeda dari teknologi atau inovasi pasar karena biasanya inovasi rakyat
mempunyai motivasi untuk menciptakan sosial yang baik dibandingkan dengan
keuntungan finansial. Seyfang et al. (2013), juga mengemukakan bahwa
pengembangan yang ada di dalam program inovasi energi biasanya melibatkan
pelatihan inovasi atau aktivitas dan kelompok-kelompok dapat mempunyai
perbedaan motivasi dari lingkungan, untuk ekonomi, sosial, politik dan
infrastruktur.
Mc Millan dan Chavis (1986) mendefinisikan komunitas berdasarkan
empat dimensi yaitu keanggotaan, pengaruh, penguatan dan koneksi berbagi
emosi. Komunitas bisa dilihat sebagai sitem yang kompleks karena tidak hanya
terdefinisi oleh perbatasan seperti lokasi geografi namun terbuka untuk partisipan
dimanapun lokasinya berada (Onyx dan Leonard 2011). Terlebih lagi, orang-
orang dapat menjadi bagian dari banyak komunitas dan dapat “mentransfer,
menerjemah, dan mentransformasikan pengalam dari satu komunitas ke
komunitas lainnya” (Frederiksen 2012).
Penelitian ini menggunakan teori Smith dan Raven (2012) dalam meneliti
peranan pemimpin komunitas dalam program pengembangan inovasi rakyat yaitu:
1) menyuarakan harapan, 2) belajar, dan 3) jaringan. Harapan dari para pemimpin
untuk menciptakan kedua komunitas ini berbeda, Lyndhurst tercipta dari
kenyataan yang bahwa desanya sangat miskin untuk transportasi umum dan tidak
ada stasiun arus utama dan tidak ada bus yang beroperasi setelah jam 6.30 malam,
dengan populasi sebanyak 1500 orang maka ia menginkan untuk dapat
menyediakan sesuatu untuk desanya yang dapat memberi mereka apa yang
mereka inginkan pada waktu luangnya, dan pada saat yang sama dapat
memberikan kesempatan untuk berbisinis sedangkan Hyde Farm tercipta karena
ketertarikan pemimpin akan perubahan iklim dan lingkungan. Untuk proses
belajar, kedua komunitas ini sama-sama mempunyai pemimpin komunitas yang
inovatif untuk mencari informasi dan menciptakan ilmu tentang teknologi dan
sumberdaya finansial, mengatur program dan visi di dalam prosesnya. Untuk
jaringan, Lyndhurst melalui kontak lokal dan aktivitas seperti berkunjung ke
program lainnya, dan organisir acara dan membuka pembaharuan pusat komunitas
sedangkan Hyde Farm memiliki ketua yang “perbanyak jaringan, masukkan
orang-orang dan bicara dengan mereka satu persatu dan belajar” dan sangat aktif
udalam menggunakan sumberdaya online seperti email dan forum, sehingga bisa
bergabung dengan komunitas energi lain di London bahkan di dunia.
Analisis
Kajian yang dibahas di dalam artikel ini sangat menarik dan relevan
dengan kondisi yang terjadi di dunia saat ini, yaitu terjadinya perubahan iklim dan
pemanasan global. Untuk mengurangi dampak yang akan terjadi nanti, sudah
seharusnya manusia di bumi mulai sadar dengan penghematan energi. Artikel ini
juga menjelaskan tentang peran pemimpin di dalam pengembangan programnya
yang mana keduanya memiliki karakteristik yang berbeda dengan menggunakan
17
teori dari Smith dan Raven (2012). McMillan dan Chavis (1986) mengemukakan
bahwa peran dari pemimpin komunitas adalah kunci dalam menciptakan ide-ide
pembangunan yang baik dengan menyebarkannya kepada anggota komunitas
untuk mengerahkan dukungan, sekaligus menciptakan perasaan keanggotaan di
dalam komunitas. Penulis juga mengemukakan bahwa penginisiatif
pembangunan, atau pemimpin komunitas, biasanya adalah orang-orang yang
terkenal di komunitasnya dan atau sangat aktif.
Ringkasan
Artikel jurnal ini menjelaskan tentang kriteria untuk seleksi pemimpin
diantara kelompok-kelompok tani untuk pengembangan pertanian berkelanjutan
di Delta, Nigeria. Penulis menggunakan 121 petani dari 3 zona pertanian di Delta
untuk dijadikan sampel. Kepemimpinan adalah proses dimana seorang individu
mengarahkan, memandu, mempengaruhi atau mengontrol pikiran, perasaan, atau
perilaku dari orang lain (Ekong dalam Agbarevo dan Obinne 2010). Seorang
pemimpin harus mampu mempengaruhi orang lain; mempunyai kemampuan
untuk beriring-iringan dengan kelompok yang ia pimpin; menganggap
kepemimpinan disebabkan oleh kondisi asli membutuhkannya untuk memimpin
atau mendominasi yang lain; dan menganggap kepemimpinan diatas asumsi
bahwa mendapatkan firasat atau wahyu untuk memimpin orang lain (Ekong
2003).
Karami dan Zammani (2006) mengidentifikasi kepribadian dan sifat etis,
keterampilan teknik, sosio-ekonomi status dan keterampilan profesional untuk
menjadi dasar kriteria seleksi pemimpin. Penulis menggunakan toeri ini untuk
dijadikan indikatornya dalam penulisan ini. Indikator pertama yaitu sosial
ekonomi dengan menggunakan variabel: 1) paham isu sosial, (2) mempunyai
bisnis pertanian yang sukses, (3) tingkat pendidikan dan pengetahuan, (4)
18
tanggung jawab pada grup, (5) motivasi untuk aktivitas-aktivitas, (6) kepercayaan
religi. Indikator kedua yaitu keterampilan teknik dengan menggunakan variabel:
(1) pengetahuan pertanian, (2) keterampilan berkomunikasi, (3) keterampilan
memobilisasi, (4) inovasi. Indikator ketiga yaitu keterampilan profesional dengan
menggunakan variabel: (1) pengalaman dalam kepemimpinan, (2) kreativitas dan
penyelesaian masalah, (3) keterampilan komunikasi, (4) keterampilan
berkonsultasi, (5) keterampilan memobilisasi, (6) ketertarikan dalam
kepemimpinan. Indikator keempat yaitu kepribadian dan sifat etis dengan
menggunakan variabel: (1) terkenal dan popularitas, (2) kepercayaan diri, (3)
empati, (4) integritas atau kejujuran, (5) ketertarikan dalam kepemimpinan, (6)
keadilan. Hasil yang didapatkan adalah tidak ada perbedaan signifikan dalam
kriteria untuk seleksi dan penerimaan dalam pemimpin pedesaan di tiga zona
pertanian tersebut karena permasalahan kepemimpinan sangat berpengaruh dalam
perkembangan pertanian yang berkelanjutan.
Analisis
Kajian yang dibahas dalam artikel ini dapat dijadikan sebagai pedoman
untuk para anggota kelompok tani di Indonesia dalam memilih pemimpinnya.
Dalam penelitian ini, penulis telah menjabarkan beberapa indikator yang disertai
dengan variabel yang lengkap. Permasalahan kepemimpinan dapat berpengaruh
dalam perkembangan pertanian yang berkelanjutan, maka dalam proses pemilihan
pemimpin harus disertai dengan proses seleksi agar pertanian dapat terus berlanjut
serta kelompok pertanian pun tetap berjalan dalm mencapai tujuannya.
Penggunaan teori untuk dijadikan indikator tidak hanya bisa menggunakan teori
Karami dan Zammani saja, namun dapat menggunakan teori Straig (2005),
perilaku kepemimpinan efektif dalam beberapa konteks dapat sebagian dijelaskan
berdasarkan sifat pemimpin, kemampuan dan kepribadian. Selain itu, dapat juga
menggunakan teori McCall dan Lombardo (1993) mengidentifikasi empat ciri
utama yang mana pemimpin bisa sukses yaitu stabilitas emosi dan ketenangan,
keahlian diri yang bagus, mengakui kesalahan atau kekeliruan, pengetahuannya
luas dan empati.
Ringkasan
Penelitian ini dilakukan di dua lokasi yang berbeda, yaitu di Desa Situ
Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor dan di Desa Cikarawang,
Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Penulis mengambil masing-masing satu
kelompok tani dari kedua desa tersebut, yaitu kelompok Bina Sejahtera dan
kelompok tani Hurip. Kelompok Bina Sejahtera lebih terfokus pada prospek
agribisnis perikanan air tawar (mas, lele, nila, gurame, bawal, dan patin) dan hasil
pertanian berupa padi, palawija, dan sayuran. Lain halnya dengan kelompok tani
Hurip yang hanya berfokus pada hasil pertanian.
Penulis menjelaskan faktor personal, faktor lingkungan, dukungan
kepemimpinan kelompok, proses pemberdayaan anggota kelompok tani serta
hubungan-hubungan antar variabel yang ada di kedua kelompok tani tersebut.
Utama (2008) kepemimpinan berperan sebagai orang yang dapat mempengaruhi,
mengarahkan, menggerakkan dan mengelola kelompok guna mencapai tujuan
yang telah disepakati bersama.
Keefektifan kepemimpinan erat kaitannya dengan keberlanjutan kelompok
dalam mencapai tujuan bersama. Keberdayaan merupakan hasil dari sebuah
proses kegiatan pemberdayaan yang kita sebut sebagai tujuan dari pemberdayaan
masyarakat. Keberdayaan didefinisikan sebagai masyarakat yang mampu secara
ekonomi, mampu dalam mengakses manfaat fasilitas dan mempunyai kemampuan
kultural dan politis (Suharto, 2005). Berdasarkan penjabaran yang telah dijelaskan
oleh penulis dapat dilihat bahwa partisipasi pada kelompok tani Bina Sejahtera
lebih tinggi dibandingkan dengan anggota kelompok tani Hurip. Hal ini
disebabkan oleh kondisi sosial pada lingkungan kedua kelompok berbeda. Selain
itu, dapat diambil kesimpulan bahwa semakin tinggi dukungan kepemimpinan
terhadap kelompok maka semakin tinggi pendampingan dan tingkat partisipasi
petani dalam mengikuti proses pemberdayaan.
Analisis
Kajian yang diulas oleh penulis mengenai kepemimpinan, pemberdayaan
dan partisipasi ini sangat menarik dan relevan dengan persoalan yang terjadi di
Indonesia. Persoalan yang terjadi saat ini adalah ketidakberdayaan para petani
dalam mengelola lahannya, baik dalam proses produksi dan pemasaran. Untuk
menyelesaikan permasalahan ini pemerintah membuat kelompok-kelompok tani
yang mana di dalamnya terdapat peran-peran yang mendorong keberhasilan para
petani itu sendiri. Artikel jurnal ini akan dijabarkan pentingnya peran pemimpin
terhadap pendampingan dan tingkat partisipasi petani. Mutmainah dan
Sumardjo (2014) mengemukakan bahwa pemberdayaan petani merupakan sebuah
kegiatan yang melibatkan partisipasi dan kepemimpinan dari kelompok tani yang
diberdayakan. Pemimpin yang memiliki dorongan kepemimpinan yang baik akan
20
Ringkasan
Penelitian ini dilakukan di Desa Pulokencana, Banten dengan mengambil
dua kelompok tani untuk dijadikan sampel penelitian yaitu kelompok Banyu
Mukti dan Banyu Kencana. Kelompok Banyu Mukti merupakan kelas utama,
sedangkan kelompok Banyu Kencana merupakan kelompok pemula. Melalui
artikel ilmiah ini, penulis ini membuktikan bahwa kelas kelompok tani tidak
mempengaruhi kedinamisan dalam kelompok. Untuk itu, penulis menggunakan
teori unsur-unsur yang mempengaruhi dinamika kelompok menurut Slamet dalam
Mardikanto (1993), yaitu: 1) tujuan kelompok, 2) struktur kelompok, 3) fungsi
tugas, 4) pembinaan dan pemeliharaan kelompok, 5) kesatuan/kekompakan
kelompok, 6) suasana (atmosfir) kelompok, 7) tekanan kelompok, 8) efektivitas
kelompok, dan 9) maksud tersembunyi. Namun, penulis hanya menggunakan 8
unsur dalam penelitian ini, ia tidak menggunakan unsur maksud tersembunyi,
selain itu ia juga menggunakan karakteristik anggota kelompok tani, karakteristik
pemimpin, karakteristik kelompok tani, keragaan faktor eksternal kelompok tani
serta kelas kemampuan kelompok untuk dijadikan ukuran dalam menilai
kedinamikaan kelompok.
Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa dinamika kelompok Banyu
Kencana masuk ke dalam kategori tinggi dibandingkan kelompok Banyu Mukti
yang masuk ke dalam kategori sedang, hal ini tidak sejalan dengan kelas
kemampuan kelompok yang telah diukur sebelumnya karena kenyataannya adalah
21
penilaian kelas kemampuan ini tidak didasarkan pada keadaan kelompok tani,
tetapi terfokus pada penilaian ketua kelompok tani. Kenyataan lain yang terjadi
adalah kelas kemampuan kelompok tani tidak pernah diturunkan meskipun
keadaan kelompok menurun, hal ini ini untuk mencegah terjadinya gangguan
psikologis anggota kelompok tani. Oleh karena itu, penulis menyimpulkan bahwa
kedinamikaan kelompok dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor jumlah
tanggungan dan luas lahan, faktor umur pemimpin dan umur kelompok dimana
kelompok dengan umur pemimpin dan umur kelompok yang lebih muda justru
lebih dinamis, dan penerimaan anggota terhadap pemimpin kelompok dimana
pemimpin yang lebih diterima oleh anggota memiliki dinamika kelompok.
Analisis
Kajian yang diulas oleh penulis dalam artikel ini sangat menarik dan
relevan dengan permasalahan kelompok-kelompok tani di Indonesia yang masih
kurang efektif. Penulis megemukakan bahwa salah satu hal yang perlu
diperhatikan dalam pengembangan kelompok tani adalah dinamika kelompok
tani. Dinamika kelompok dapat diartikan sebagai kekuatan-kekuatan yang ada di
dalam kelompok tersebut yang mengakibatkan kelompok secara efektifdapat
mencapai tujuannya. Dalam artikel ini, penulis berusaha menjelaskan tentang
kelas kelompok yang tidak berpengaruh dalam dinamika kelompok dan teori lain
yang berbeda dan tidak berfungsi pada kelompok tani di Desa Pulokencana ini,
karena memang tidak semua unsur dapat diterapkan di setiap daerah dan
menghasilkan hasil yang sama, itu semua tergantung dari kondisi daerahnya
masing-masing.
Penulis juga menulis strategi untuk meningkatkan kedinamikaan
kelompok yaitu melalui unsur fungsi tugas yang berpengaruh sangat kuat,
disamping itu faktor jumlah beban tanggungan dan luas lahan juga berpengaruh
terhadap dinamika kelompok. Dengan cara memperbaiki pelaksanaan fungsi
tugas, meningkatkan rasa tanggung jawab anggota kelompok tani terhadap
kelompok tani, serta menggerakan kerjasama dalam kelompok. Hal lain yang
dapat dilakukan juga dengan meningkatkan kualitas suasana kelompok dengan
menciptakan hal-hal yang dapat membangkitkan semangat kelompok,
meningkatkan kekompakan serta rasa memiliki antar anggota, menumbuhkan rasa
toleransi dan rasa bangga serta pemberlakuan norma atau aturan kelompok.
Ringkasan
Artikel ilmiah ini menerangkan tentang koperasi peternak sapi perah yang
ada di Kabupaten Bandung. Penulis menggunakan delapan kelompok untuk
dijadikan sampe penelitian, setelah itu membaginya ke dalam dua strata. Penulis
mengukur dinamika kelompok peternak sapi perah tersebut dengan menggunakan
indikator, yaitu: 1) kepemimpinan ketua kelompok, 2) tujuan kelompok, 3)
struktur kelompok, 4) fungsi tugas kelompok, 5) pembinaan dan pemeliharaan
kelompok, 6) kekompakan kelompok, 7) suasana kelompok, 8) tekanan
kelompok, dan 9) efektivitas kelompok. Hasil yang didapatkan adalah dinamika
kelompok peternak sapi perah, rata-rata tergolong rendah. Terdapat perbedaan
nyata antar strata, yaitu tingkat dinamika kelompok pada strata 1 lebih baik
dibandingkan pada strata 2. Pada kelompok di strata 1 unsur-unsur dinamika
kelompoknya lebih dinamis dibandingkan pada kelompok strata 2, terutama dalam
struktur kelompok, fungsi tugas kelompok, pembinaan dan pemeliharaan
kelompok, suasana kelompok, tekanan kelompok dan efektivitas kelompok.
Kelemahan dinamika yang ada di kelompok peternak sapi perah ini
disebabkan oleh masih rendahnya tingkat kepemimpinan ketua kelompok, tidak
adanya tujuan yang spesifik, terbatasnya struktur kekuasaan, tidak adanya inisiatif
dari anggota kelompok, belum adanya usaha-usaha spesifik dari kelompok,
keterikatan antar anggota masih lemah, interaksi antar anggota lemah, serta
kurangnya tuntutan dari anggota. Sama halnya dengan keragaan keberdayaan
peternak sapi perah yang masih tergolong rendah, terutama di dalam perannya
sebagai manajer dan individu yang otonom. Para peternak umumnya belum dapat
menunjukkan keberdayaannya, terutama dalam perannya sebagai manajer dan
sebagai individu yang otonom. Peternak sebagai seorang manajer, idealnya dapat
melakukan pengambilan keputusan yang tepat agar usaha sapi perahnya mencapai
keberhasilan atau semakin berkembang. Pada kenyataannya usaha sapi perah yang
dikelola para peternak, kondisinya dari tahun ke tahun cenderung tidak berubah.
Analisis
Kajian yang ditulis penulis dalam artikel ini sangatlah sesuai dengan
permasalahan yang sedang terjadi di Indonesia, yaitu masih banyaknya anggota
kelompok tani yang belum berdaya. Penulis mengambil sampel dengan
menggunakan kelompok ternak sapi perah. Sampai saat ini para peternak di
Indonesia belum dapat dikatakan berdaya karena jika kita melihat kembali jumlah
ternaknya hanya berkisar 1-2 ekor. Padahal kelayakan untuk usaha sapi perah
adalah dengan skala pemilikan 10-15 ekor atau rata-rata 7-8 ekor sapi laktasi.
23
PEMBAHASAN
Definisi, Ciri-ciri, Fungsi dan Status Kelompok Tani
Konsep Kepemimpinan
Octavina et al. (2013), kepemimpinan merupakan proses atau serangkaian
kegiatan yang saling berhubungan satu dengan yang lain berisi menggerakkan,
membimbing dan mengarahkan serta mengawasi orang lain dalam berbuat sama.
Kepemimpinan juga bisa diartikan proses interaksi antara pemimpin dengan
pegawainya untuk berbuat sesuatu yang sesuai dengan tujuan organisasi. Winoto
(2009), kepemimpinan merupakan suatu kemampuan yang melekat pada diri yang
memimpin yang hakekatnya meliputi suatu hubungan dengan manusia atau
dengan bawahan, agar mereka mau bekerja sama kearah pencapaian tujuan
perusahaan. Kemampuan untuk memimpin secara efektif sangat menentukan
berhasil tidaknya sebuah perusahaan dalam mencapai tujuan. Secara singkat
konsep kepemimpinan terdiri atas empat asumsi dasar, yaitu: 1) Kepemimpinan
berkaitan dengan pemupukan perubahan, 2) Kepemimpinan pada intinya
berbasiskan nilai-nilai, 3) Semua orang secara potensial adalah pemimpin, dan 4)
Kepemimpinan adalah suatu proses kolektif/kelompok.
Harianta (2002) mengemukakan bahwa faktor kepemimpinan dalam suatu
organisasi menjadi sangat penting manakala individu/anggota organisasi memiliki
dinamika yang tinggi dalam aktivitasnya disamping perubahan terus menerus
yang didorong oleh kemajuan teknologi, kata kunci dari fenomena ini adalah
kemampuan untuk mempengaruhi anggota organisasi sehingga mereka dengan
segala kesungguhan berusaha untuk mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan sebelumnya. Suatu organisasi akan berhasil atau bahkan gagal sebagian
besar ditentukan oleh faktor kepemimpinan. Yunasaf (2007) juga mengemukakan
bahwa salah satu faktor penting untuk terwujudnya kelompok tani yang efektif
adalah berjalannya kepemimpinan dari ketua kelompok tani tersebut. Ketua
kelompok dapat dipandang sebagai agen primer untuk efektifnya kelompok,
karena peran strategisnya dalam mempengaruhi atau menggerakkan anggota-
anggota di kelompoknya untuk mencapai tujuan-tujuan kelompok maupun dari
anggota-anggotanya. Ada empat indikator penting dalam melihat berjalannya
kepemimpinan dari ketua kelompok, yaitu dilihat dari segi: 1) kekuatan keahlian,
2) kekuatan rujukan, 3) pembawa aspirasi, dan 4) menjadi patner ager pembaharu.
Spencer dalam Johnathan (2017) mengidentifikasi beberapa kompetensi
yang akan semakin penting bagi pemimpin organisasi masa depan yaitu meliputi:
1) Kemampuan berpikir strategis yaitu kemampuan untuk memahami
kecenderungan perubahan lingkungan yang berlangsung cepat, peluang pasar,
ancaman kompentensi, kekuatan dan kelemahan organisasi yang dipimpinnya, 2)
Kepemimpinan dalam perubahan yaitu kemampuan untuk mengkomunikasikan
visi strategis organisasi kepada seluruh pihak yang terkait, menciptakan komitmen
dan motivasi, penggerak inovasi, serta mampu mengalokasikan sumber daya
organisasi secara optimal untuk mengantisipasi perubahan yang terjadi, 3)
27
Peran Kepemimpinan
Kusnadi (2005) mengemukakan bahwa kepemimpinan kontak tani adalah
ciri-ciri aktivitas kontak tani dalam melaksanakan perannya, untuk mencapai
tujuan kelompok. Peran yang diharapkan dapat dilakukan terhadap kelompok
sebagai pemimpin kelompok terdiri dari:
1. Memfasilitasi anggota kelompok dalam mencapai tujuan adalah
kontribusi tindakan kontak tani dalam membantu kelompok untuk
pencapaian tujuan dengan cara pengarahan, penjelasan dan sebagai
pelopor dalam kegiatan.
2. Membantu para anggota memenuhi kebutuhan adalah kontribusi
tindakan kontak tani dalam membantu memenuhi kebutuhan anggota
dalam melaksanakan kegiatan usaha tani yaitu: penjelasan hubungan
kebutuhan anggota dengan pencapaian tujuan dan bersikap adil
terhadap anggota.
3. Mewujudkan nilai kelompok adalah kontribusi tindakan kontak tani
dalam kedekatannya dengan anggota, kesepahaman dengan anggota
tentang nilai kelompok dan mampu menampung aspirasi anggota.
4. Mewakili pendapat anggota kelompok dalam berinteraksi dengan pihak
lain adalah kontribusi tindakan kontak tani dalam melakukan interaksi
mewakili pendapat anggota dengan pihak lain dan hubungan yang baik
antara anggota dengan kelompok lain.
Slamet dalam Ibrahim et al. (2014) mengemukakan bahwa peranan
pemimpin itu terdiri dari tiga macam, yaitu: 1) memperlancar komunikasi
kelompok, 2) meningkatkan motivasi anggota kelompok, dan 3) memberikan
fasilitas kelompok.
Fungsi Kepemimpinan
Menurut Mulyadi dan Rivai dalam Mutmainah dan Sumardjo (2014),
fungsi kepemimpinan dibagi ke dalam lima fungsi pokok kepemimpinan) yaitu:
1. Fungsi intruksi. Komunikasi yang terjadi antara pemimpin dengan
anggota di dalam sebuah organisasi merupakan komunikasi yang
bersifat satu arah. Dalam komunikasi ini biasanya pemimpin dijadikan
sebagai komunikator yang menentukan apa, bagaimana, bilamana, dan
di mana perintah dikerjakan agar keputusan dapat diwujudkan secara
efektif. Selain itu, pemimpin juga berkewajiban untuk memotivasi
anggota sehingga mereka mau untuk dapat melaksanakan perintah.
2. Fungsi konsultasi. Komuniksi yang terjadi adalah komunikasi yang
bersifat dua arah. Pemimpin memberikan keputusan yang kemudian
28
Karakteristik Kepemimpinan
Rue dan Byars dalam Marianti (2009) mengatakan bahwa karakteristik
tertentu diinginkan dalam banyak situasi kepemimpinan, yaitu: 1) Percaya Diri
(Self Confidence), 2) Memiliki Kekuatan Mental dan Fisik (Mental and physical
Endurance), 3) Antusias (Enthusiasm), 4) Rasa Tanggung-jawab (Sense of
Responsibility), serta 5) Memiliki Empati dan Hubungan Baik dengan Sesama
(Empathy and Good Human Relations).
Pendekatan Kepemimpinan
Wibowo (2011) mengemukakan tiga pendekatan kepemimpinan, yaitu:
1. Pendekatan Sifat (the Traits Approach)
Pendekatan sifat berusaha memahami kepemimpinan berdasarkan
keyakinan bahwa pemimpin yang baik memiliki “karakteristik bawaan”
dari lahir, baik menyangkut ciri fisik maupun kepribadian.
2. Pendekatan Gaya (the Style Approach)
Teori tentang gaya kepemimpinan berusaha mengkaji perilaku atau
tindakan pemimpin dalam mempengaruhi dan/atau menggerakkan para
pengikutnya guna mencapai suatu tujuan
3. Pendekatan Kontingensi (the Contingency Approach)
Gaya kepemimpinan yang efektif atau optimal merupakan hasil
penerapan strategi mempengaruhi pegawai dengan mempertimbangkan
dan mengkombinasikan karakteristik pemimpin, pegawai (pengikut),
dan konteks situasi.
29
Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan merupakan suatu cara yang digunakan oleh
pemimpin dalam mengarahkan dan mengatur anggotanya. Gaya kepemimpinan
menurut Lippit dan White dalam Octaviana (2013), yaitu:
a. Gaya Otokratis, yaitu gaya kepemimpinan otoritarian dapat pula disebut
tukang cerita. Pemimpin otokratis biasanya merasa bahwa mereka
mengetahui apa yang mereka inginkan dan cenderung mengekspresikan
kebutuhan-kebutuhan tersebut dalam bentuk perintah-perintah langsung
kepada bawahan.
b. Gaya Demokratik, yaitu gaya kepemimpinan yang dikenal pula sebagai
partisipatif. Gaya ini berasumsi bahwa para anggota organisasi yang
ambil bagian secara pribadi dalam proses pengambilan keputusan akan
lebih memungkinkan sebagai suatu akibat mempunyai komitmen yang
jauh lebih besar pada sasaran dan tujuan organisasi. Pendekatan tidak
berarti para pemimpin tidak membuat keputusan, tetapi justru
seharusnya memahami terlebih dahulu apakah yang menjadi 3 sasaran
organisasi sehingga mereka dapat mempergunakan pengetahuan para
anggotanya.
c. Gaya Laissez Faire, yaitu gaya kepemimpinan kendali bebas.
Pendekatan ini bukan berarti tidak adanya sama sekali pimpinan. Gaya
ini berasumsi bahwa suatu tugas disajikan kepada kelompok yang
biasanya menentukan teknik-teknik mereka sendiri guna mencapai
tujuan tersebut dalam rangka mencapai sasaran-sasaran dan kebijakan
organisasi.
Gaya kepemimpinan juga dikemukakan oleh Bass dalam Belem et al.
(2014) bahwa kepemimpinan transformasional merupakan salah satu model
kepemimpinan yang dapat membawa keadaan menuju kinerja tinggi pada
organisasi yang menghadapi tuntutan pembaruan dan perubahan. Bass juga
menyatakan bahwa kepemimpinan transformasional melalui kebijakan
rekruitmen, seleksi, promosi, pelatihan, dan pengembangan akan menghasilkan
kesehatan, kebahagiaan (well being) dan kinerja efektif pada organisasi saat ini.
Sedangkan menurut Burn dalam Belem et al. (2014) pada kepemimpinan
transaksional, hubungan antara pemimpin dengan bawahan didasarkan pada
serangkaian aktivitas tawar menawar antar keduanya. Karakteristik kepemimpinan
transaksional adalah contingent reward dan management by exception. Pada
contingen reward dapat berupa penghargaan dari pimpinan karena tugas telah
dilaksanakan, berupa bonus atau bertambahnya penghasilan atau fasilitas. Hal ini
dimaksudkan untuk memberi penghargaan maupun pujian untuk bawahan
terhadap upaya-upayanya. Selain itu, pemimpin bertransaksi dengan bawahan,
dengan memfokuskan pada aspek kesalahan yang dilakukan bawahan, menunda
keputusan atau menghindari hal-hal yang kemungkinan mempengaruhi terjadinya
30
Dinamika Kelompok
SIMPULAN
wadah berkumpulnya informasi untuk para petani. Kelompok tani ini bukan hanya
sebagai kumpulan para petani saja, tetapi lebih pada kelas belajar, wahana kerja
sama, peningkatan produksi, pemberdayaan petani serta peningkatan kompetensi
untuk para petani. Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia
Nomor 67 Tahun 2016, unsur Pengikat Poktan, yaitu: 1) kawasan usahatani yang
menjadi tanggungjawab bersama di antara anggota, 2) kegiatan yang manfaatnya
dapat dirasakan oleh sebagian besar anggota, 3) kader yang mampu
menggerakkan petani dengan kepemimpinan yang diterima oleh anggota, 4)
pembagian tugas dan tanggung jawab sesama anggota berdasarkan kesepakatan
bersama, dan 5) motivasi dari tokoh masyarakat dalam menunjang program yang
telah ditetapkan. Pemimpin kelompok tani memiliki peran penting dalam
keberlanjutan dan keaktifan kelompok itu sendiri. Suatu kelompok memiliki
tujuan yang ingin dicapainya, peran pemimpin itu yang akan mendorong
pencapaiannya. Wibowo (2011) mengemukakan teori pendekatan kepemimpinan,
yaitu: 1) Pendekatan Sifat, 2) Pendekatan Gaya, 3) Pendekatan Kontingensi.
Penulis akan menggunakan pendekatan gaya dalam tulisan ini karena teori tentang
gaya kepemimpinan berusaha mengkaji perilaku atau tindakan pemimpin dalam
mempengaruhi dan/atau menggerakkan para pengikutnya guna mencapai suatu
tujuan.
Gaya kepemimpinan dianggap sebagai suatu cara yang digunakan oleh
pemimpin dalam mengatur dan mengarahkan anggotanya. House dalam Lomanto
(2012) mengemukakan bahwa gaya kepemimpinan terbagi menjadi: 1)
Kepemimpinan yang direktif (mengarahkan), 2) Kepemimpinan yang suportif
(mendukung), 3) Kepemimpinan partisipatif, dan 4) Kepemimpinan yang
berorientasi pada pencapaian. Gaya kepemimpinan yang dianut oleh ketua
kelompok tani nantinya akan berhubungan dengan keaktifan serta keberlanjutan
kelompok. Keaktifan serta keberlanjutan yang ada di dalam sebuah kelompok
bergantung pada dinamika kelompok itu sendiri. Damanik (2013), dinamika
kelompok merupakan kekuatan-kekuatan yang terdapat di dalam ataupun di
lingkungan kelompok yang akan menentukan perilaku anggota-anggota dan
perilaku kelompok tersebut untuk melaksanakan berbagai kegiatan demi
tercapainya tujuan kelompok yang merupakan tujuan bersama. Ginting et al.
(2008), dinamika kelompok diukur dengan menggunakan komponen indikatornya,
yaitu: 1) kepemimpinan ketua kelompok, 2) tujuan kelompok, 3) struktur
kelompok, 4) fungsi tugas kelompok, 5) pembinaan dan pemeliharaan kelompok,
6) kekompakan kelompok, 7) suasana kelompok, 8) tekanan kelompok, dan 9)
efektivitas kelompok. Kedinamisan kelompok akan mempengaruhi keaktifan
suatu kelompok, berjalannya suatu kegiatan dalam kelompok serta keberlanjutan
kelompok tani.
Berdasarkan pemaparan diatas, penyusunan studi pustaka ini memiliki
tujuan untuk menganalisis pengaruh kepemimpinan ketua kelompok tani terhadap
kedinamisan kelompok untuk mencapai tujuan kelompok tani.
35
Pendekatan
Sifat Pendekatan
Kontingensi
Pendekatan
Gaya
Unsur-unsur Dinamika
Kelompok (Ginting et al. 2008)
1. Kepemimpinan Ketua
Gaya Kepemimpinan (House dalam Lomanto Kelompok
2012) 2. Tujuan Kelompok
1. Kepemimpinan Direktif 3. Struktur Kelompok
2. Kepemimpinan Suportif 4. Fungsi Tugas Kelompok
3. Kepemimpinan Partisipatif 5.Pembinaan dan Pemeliharaan
4. Kepemimpinan Orientasi pada Pencapaian Kelompok
6. Kekompakan Kelompok
7. Suasana Kelompok
8. Tekanan Kelompok
9. Efektivitas Kelompok
Kegiatan Kelompok
Tani
Kesejahteraan
Anggota Kelompok
Tani
DAFTAR PUSTAKA
Priyanto D. dan Suradisastra Kedi. 2011. Pemberdayaan Posisi dan Peran Tokoh
Tradisional dalam Upaya Pengembangan Ternak di Provinsi Banten.
WARTAZOA. 21 (2): 51-59. [diunduh 16 Maret 2018]. Tersedia pada:
http://peternakan.litbang.pertanian.go.id/fullteks/wartazoa/wazo212-1.pdf
Setiawan Nendi, Rochdiani Dini, Ramdan Mochamad. 2015. Hubungan Antara
Perilaku Kepemimpinan dengan Partisipasi Anggota dalam Kegiatan
Gapoktan Pusakamukti (Suatu Kasus di Desa Pusakasari Kecamatan
Cipaku Kabupaten Ciamis). Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO
GALUH. 1 (2): 109-116. [diunduh 22 Maret 2018]. Tersedia pada:
http://ejournal.unigal.ac.id/html/index.php?id=1189&edisi_teng=&tenga
h_isi=eusi
Wibowo Udik Budi. 2011. Teori Kepemimpinan. Yogyakarta [ID]: BKD Kota
Yogyakarta. [diunduh 15 Mei 2018]. Tersedia pada:
https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://staffne
w.uny.ac.id/upload/131656351/pengabdian/C%2B2011-
13%2BTeori%2BKepemimpinan.pdf&ved=2ahUKEwixs6u--
onbAhXKlpQKHf6aAgUQFjABegQICBAB&usg=AOvVaw389z7f8M2
nNe0yEmWbho7F
Winoto Tj Hery. 2009. Gaya Kepemimpinan Model Leader Members Exchange
dan Motivasi serta Kinerja. Jurnal Ilmiah Manajemen Bisnis Ukrida. 9
(2): 85-94. [diunduh 7 Mei 2018]. Tersedia pada:
https://www.neliti.com/id/publications/97214/gaya-kepemimpinan-
model-leader-members-exchange-dan-motivasi-serta-kinerja
40
RIWAYAT HIDUP