Anda di halaman 1dari 48

i

Laporan Studi Pustaka (KPM 403)


KEPEMIMPINAN, KEDINAMISAN KELOMPOK, PENCAPAIAN
TUJUAN KELOMPOK TANI

Oleh
Erin Maylina
I34150116

Dosen Pembimbing
Dr Ir Siti Amanah, MSc

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT


FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2018
ii

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa Laporan Studi Pustaka yang berjudul “Kepemimpinan,
Kedinamisan Kelompok, Pencapaian Tujuan Kelompok Tani” benar-benar hasil karya
saya sendiri yang belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau
lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari pustaka yang diterbitkan
atau tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam naskah dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir Laporan Studi Pustaka. Demikian pernyataan ini saya buat
dengan sesungguhnya dan saya bersedia mempertanggungjawabkan pernyataan ini.

Bogor, Mei 2018

Erin Maylina
NIM. I34150116
iii

ABSTRAK
ERIN MAYLINA. Kepemimpinan, Kedinamisan Kelompok, Pencapaian Tujuan Kelompok
Tani. Di bawah bimbingan SITI AMANAH.
Pedesaan sering dianggap sebagai suatu daerah yang tertinggal. Ketertinggalan ini
dicerminkan dari kualitas sumber daya manusia di pedesaan yang masih lebih rendah
dibandingkan perkotaan. Permasalahan ini mendorong pemerintah dalam menciptakan suatu
kelompok tani yang bertujuan untuk saling berbagi informasi, meningkatkan kemampuan dan
kompetensi, kerjasama antar petani dan didukung dengan kegiatan penyuluhan. Agar
kelompok tani ini dapat terus berkembang dan dapat mencapai tujuannya, maka hal yang
dibutuhkan dalam kelompok tani ini adalah dinamika kelompok tani. Salah satu cara untuk
mencapai kedinamisan kelompok itu sendiri adalah bergantung pada kepemimpinan ketua
kelompok tani. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah menganalisis hubungan
antara kepemimpinan ketua kelompok dengan dinamika kelompok untuk mencapai tujuan
kelompok tani.

Kata kunci: dinamika kelompok, kepemimpinan, pencapaian tujuan kelompok tani

ABSTRACT

ERIN MAYLINA. Leadership, Group Dynamics, Achievement of Farmer Group Goals.


Supervised by SITI AMANAH.

Rural area is often regarded as a lagging region. This lag is reflected by the quality of human
resources in rural areas that are still lower than urban. It has lead the government to create
a farmer group that aims to share information, improve skills and competence, cooperation
between farmers and supported by extension activities. In order for this farmer group can
continue to grow and can achieve their goals, then what is needed in this farmer group is the
dynamics of farmer groups. One way to achieve the dynamic of the group itself is to rely on
the leadership of the farmer group leader. The purpose of this research is to analyze the
relation between the leadership with group dinamycs to achieving goals of the farmer group.

Keywords: Achievement of Farmer Group Goals, Group Dynamics, Leadership


iv

KEPEMIMPINAN, KEDINAMISAN KELOMPOK, PENCAPAIAN


TUJUAN KELOMPOK TANI

Oleh
ERIN MAYLINA
I34150116

Laporan Studi Pustaka


sebagai syarat kelulusan KPM 403
pada
Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Fakultas Ekologi Manusia
Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN


MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2018
v

LEMBAR PENGESAHAN
vi

PRAKATA
Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Tuhan semesta alam, Allah
SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya serta karunia dan kasih sayang-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Studi Pustaka dengan judul “Kepemimpinan,
Kedinamisan Kelompok, Pencapaian Tujuan Kelompok Tani”. Laporan Studi Pustaka
ini ditujukan untuk memenuhi syarat kelulusan Mata Kuliah Studi Pustaka (KPM 403) pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia,
Institut Pertanian Bogor.
Penulis sadar bahwa dalam proses penyusunan laporan studi pustaka ini tidak lepas
dari doa, dukungan, semangat serta kontribusi dari banyak pihak. Maka dari itu penulis ingin
menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang terlibat hingga laporan studi pustaka
ini dapat terselesaikan dengan baik, antara lain:
1. Dr Ir Siti Amanah, MSc yang telah membimbing, mengarahkan dan memberi
inspirasi serta masukan yang sangat membantu kepada penulis dalam penyusunan
studi pustaka
2. Ibunda Maryati, Ayahanda Sarto, Adik-adik tercinta Syafira Wulandari, Khalisa
Khumaira serta Tante Ismiyati dan Sepupu tersayang Azahra Kaulika yang telah
memberikan doa, dukungan, semangat, motivasi serta banyak hal lainnya kepada
penulis sehingga penulis mampu mencapai tahap ini
3. Sahabat-sahabat yang selalu mendukung dan menyemangati saya, Laras, Renadha,
Hera, Fachrina, Merry dan teman-teman lainnya
4. Rekan-rekan KPM angkatan 52 dan KPM angkatan 51 Kak Ipeh, Kak Wiwi, Kak
Rani dan Kak Cibul yang selalu membantu dan memberi nasihat kepada penulis
5. Semua pihak yang telah memberikan kontribusi, dukungan, dan doa kepada penulis
selama ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu

Harapan besar penulis semoga laporan studi pustaka dengan judul “Kepemimpinan,
Kedinamisan Kelompok, Pencapaian Tujuan Kelompok Tani” ini mampu memberikan
manfaat kepada masyarakat luas serta menjadi sumbangsih terhadap khazanah ilmu
pengetahuan.

Bogor, Mei 2018

Erin Maylina
NIM. I34150116
vii

DAFTAR ISI
PERNYATAAN ........................................................................................................................ii
ABSTRAK ............................................................................................................................... iii
PRAKATA................................................................................................................................. v
DAFTAR ISI............................................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................. viii
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
Latar Belakang ....................................................................................................................... 1
Tujuan Penulisan .................................................................................................................... 2
Metode Penulisan ................................................................................................................... 2
Kegunaan Penulisan ............................................................................................................... 3
Sistematika Penulisan Studi Pustaka ...................................................................................... 3
RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA ............................................................................ 4
PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 24
Definisi, Ciri-ciri, Fungsi dan Status Kelompok Tani ......................................................... 24
Definisi Kelompok Tani ................................................................................................... 24
Ciri-ciri Kelompok Tani ................................................................................................... 24
Fungsi Kelompok Tani ..................................................................................................... 24
Status Kelompok Tani ...................................................................................................... 25
Konsep, Peran, Fungsi, Karakteristik, Pendekatan dan Gaya Kepemimpinan .................... 26
Konsep Kepemimpinan .................................................................................................... 26
Peran Kepemimpinan ....................................................................................................... 27
Fungsi Kepemimpinan ...................................................................................................... 27
Karakteristik Kepemimpinan ............................................................................................ 28
Pendekatan Kepemimpinan .............................................................................................. 28
Gaya Kepemimpinan ........................................................................................................ 29
Dinamika Kelompok ............................................................................................................ 30
Hubungan Kepemimpinan Ketua Kelompok terhadap Dinamika Kelompok Tani ............. 31
SIMPULAN ............................................................................................................................. 32
Sintesis dari Analisis Pustaka ............................................................................................... 32
Perumusan Masalah untuk Analisis Baru............................................................................. 33
Usulan Kerangka Analisis Baru ........................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 36
RIWAYAT HIDUP ................................................................................................................. 40
viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Usulan Kerangka Pemikiran Baru.......................................................................... 35


1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kesuburan tanah di Jawa Barat membuat para petani memanfaatkan
lahannya, namun kesuburan tanah ini tidak membuat seluruh masyarakatnya
hidup dengan sejahtera. Kenyataan yang terjadi sampai saat ini adalah masih
banyak petani yang hidup dalam kemiskinan. Menurut Badan Pusat Statistik
(BPS), pada bulan September 2017, jumlah penduduk miskin atau penduduk yang
berada di bawah Garis Kemiskinan Provinsi Jawa Barat sebesar 3,774 juta jiwa
(7,83 persen). Secara umum, persentase penduduk miskin di daerah pedesaan jauh
lebih besar daripada daerah perkotaan. Salah satu penyebabnya diduga karena
akses dan infrastruktur yang belum memadai di daerah pedesaan. Selain itu,
kualitas sumber daya manusia di pedesaan juga masih lebih rendah dibandingkan
perkotaan.
Kualitas sumber daya manusia yang ada di desa faktanya memang masih
kurang memadai dibandingkan di kota, termasuk para petani. Menurut Badan
Pusat Statistik (BPS), Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menurut kabupaten
atau kota pada tahun 2014 yang ada di provinsi Jawa Barat baru mencapai 68,80
persen. Hal ini, yang membuat pemerintah berinisiatif untuk membuat program
kelompok tani untuk menjadi wadah dimana para petani mendapatkan informasi
sebanyak-banyaknya serta untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam hal
bertani. Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 67
Tahun 2016, kelompok tani yang selanjutnya disebut Poktan adalah kumpulan
petani/peternak/pekebun yang dibentuk oleh para petani atas dasar kesamaan
kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan sosial, ekonomi, dan sumberdaya,
kesamaan komoditas, dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan
usaha anggota. Menurut Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas),
pada tahun 2012-2013, terdapat 26.627 kelompok tani yang ada di provinsi Jawa
Barat. Jumlah kelompok tani ini juga membuat provinsi Jawa Barat menempati
posisi pertama dalam jumlah kelompok tani terbanyak se-Indonesia.
Kelompok tani dianggap sebagai wadah efektif dalam menampung
informasi untuk para petani agar dapat mencapai pemberdayaan anggota dan
kesejahteraan melalui upaya peningkatan partisipasi. Agar kelompok tani ini dapat
terus berkembang dan dapat mencapai tujuannya, maka hal yang dibutuhkan
dalam kelompok tani ini adalah dinamika kelompok tani. Menurut Damanik
(2013), dinamika kelompok merupakan kekuatan-kekuatan yang terdapat di dalam
ataupun di lingkungan kelompok yang akan menentukan perilaku anggota-
anggota dan perilaku kelompok tersebut untuk melaksanakan berbagai kegiatan
demi tercapainya tujuan kelompok yang merupakan tujuan bersama. Dinamika
kelompok dapat tercapai jika semua unsur yang membangun kelompok
berinteraksi dengan baik, baik unsur di dalam kelompok itu sendiri maupun unsur-
unsur di luar kelompok itu.
2

Ginting et al. (2008), dinamika kelompok diukur dengan menggunakan


komponen indikatornya, yaitu: 1) kepemimpinan ketua kelompok, 2) tujuan
kelompok, 3) struktur kelompok, 4) fungsi tugas kelompok, 5) pembinaan dan
pemeliharaan kelompok, 6) kekompakan kelompok, 7) suasana kelompok, 8)
tekanan kelompok, dan 9) efektivitas kelompok. Ibrahim et al. (2014) juga
mengemukakan bahwa berkaitan dengan peran membantu mengatur kelompok-
kelompok dalam pelaksanaan program pembangunan masyarakat desa tersebut,
pemimpin lokal mendukung terwujudnya kelompok yang dinamis dan terjaga
kelangsungannya melalui posisi pemimpin lokal sebagai pembina kelompok.
Ketua kelompok nyatanya memegang peran penting dalam kedinamisan
kelompok tersebut. Pernyataan tersebut juga diperkuat oleh pernyataan Gani et al.
(2010), faktor pertama yang berpengaruh terhadap dinamika kelompok adalah
keefektifan kepemimpinan kelompok tani hutan.
Kelompok tani juga dinilai sebagai suatu wadah pemberdayaan dalam
bentuk penyuluhan untuk mencapai kesejahteraan para petaninya. Mutmainah dan
Sumardjo (2014) mengemukakan bahwa pemberdayaan petani merupakan sebuah
kegiatan yang melibatkan partisipasi dan kepemimpinan dari kelompok tani yang
diberdayakan. Pemimpin yang memiliki dorongan kepemimpinan yang baik akan
mampu mempengaruhi anggotanya untuk dapat terlibat dan berperan aktif dalam
kegiatan pemberdayaan petani. Ofuoku (2012) juga mengemukakan bahwa ketua
kelompok (pemimpin) merupakan individu yang terlibat dalam proses
mengarahkan, membimbing, mempengaruhi atau mengendalikan pikiran,
perasaan, atau perilaku orang lain dalam kelompok. Mempertimbangkan
pentingnya analisis konsep atau hasil penelitian mengenai peran pemimpin
kelompok tani dalam kedinamisan kelompok untuk mencapai tujuan
kelompoknya, maka studi pustaka ini akan mereview keterkaitan antara
kepemimpinan, kedinamisan kelompok, pencapaian tujuan kelompok tani.

Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan studi pustaka ini adalah:


1. Mereview pustaka mengenai kepemimpinan, kedinamisan kelompok,
pencapaian tujuan kelompok tani yang telah ada sebelumnya.
2. Menganalisis keterkaitan pemimpin dengan kedinamisan kelompok
untuk mencapai tujuan kelompok tani.

Metode Penulisan
Metode yang digunakan didalam penulisan studi pustaka dengan judul
“Kepemimpinan, Kedinamisan Kelompok, Pencapaian Tujuan Kelompok Tani”
berupa analisis data sekunder melalui metode review literatur terkait dengan
aspek kepemimpinan, dinamika kelompok dan pencapaian tujuan kelompok tani.
3

Bahan literatur yang digunakan dalam studi pustaka ini diperoleh dari hasil
penelitian, makalah ilmiah, tesis, skripsi, buku, jurnal ilmiah berkala, jurnal artikel
serta berbagai jenis pustaka serta laporan hasil penelitian lainnya berbentuk
elektronik. Selanjutnya, kajian pustaka yang telah didapatkan kemudian dipelajari
lebih dalam, diringkas, dianalisis serta di sintesis berdasarkan teori untuk
kemudian disusun menjadi tulisan ilmiah yang utuh guna kepentingan penelitian
ilmiah lebih lanjut.

Kegunaan Penulisan
Kegunaan penyusunan studi pustaka ini adalah untuk:
1. Sarana meningkatkan kemampuan bagi penulis dalam memahami dan
menganalisis konsep serta teori hasil penelitian sebelumnya yang
berkaitan dengan Kepemimpinan, Kedinamisan Kelompok, Pencapaian
Tujuan Kelompok Tani
2. Menjadi bahan penyusunan kerangka teori bagi penelitian lebih lanjut
3. Menjadi bahan acuan bagi pihak lain dalam mempertajam
pengetahuannya yang berkaitan dengan Kepemimpinan, Kedinamisan
Kelompok, Pencapaian Tujuan Kelompok Tani
4. Sebagai saran bagi perkembangan ilmu pengetahuan di masa
mendatang

Sistematika Penulisan Studi Pustaka


Adapun penyusunan studi pustaka ini menggunakan sistematika sebagai berikut:
Pendahuluan merupakan bagian awal dari studi pustaka yang berisi
penjelasan mengenai latar belakang dan tujuan yang sesuai dengan topik yang
diangkat yaitu Kepemimpinan, Kedinamisan Kelompok, Pencapaian Tujuan
Kelompok Tani. Kemudian dilengkapi dengan metode dan kegunaan dari
penulisan studi pustaka. Selanjutnya membuat ringkasan dan analisis dari
berbagai literatur yang berkaitan dengan Kepemimpinan, Kedinamisan
Kelompok, Pencapaian Tujuan Kelompok Tani. Ringkasan dan analisis pustaka
tersebut diperoleh dari berbaga sumber seperti artikel jurnal, buku, skripsi / tesis /
disertasi yang telah ditentukan sebelumnya. Setelah melakukan ringkasan dan
analisis, dilanjutkan dengan menyusun pembahasan yang berisi tentang penjelasan
teori-teori yang di analisis serta di selaraskan dengan tujuan penulisan yang terkait
dengan Kepemimpinan, Kedinamisan Kelompok, Pencapaian Tujuan Kelompok
Tani. Pada bagian akhir dari studi pustaka berupa simpulan yang memuat hasil
rangkuman dan pembahasan, perumusan masalah serta pertanyaan analisis baru
yang kemudian diakhiri dengan kerangka analisis baru.
4

RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA


1. Judul Pustaka : Peranan Pemimpin Lokal dalam Meningkatkan
Kemampuan Kelompok (Kasus Kelompok Tani
di Desa Pulo Kencana Kecamatan Pontang
Kabupaten Serang)
Tahun : 2014
Jenis Pustaka : Artikel Jurnal
Bentuk Pustaka : Elektronik
Nama Penulis : Helda Ibrahim, Majdah Zaim, Tamzil Ibrahim
Nama Jurnal : Jurnal Penyuluhan
Volume (Edisi) : 10 (1)
Hal : 25-34
Alamat URL : http://ilkom.journal.ipb.ac.id/index.php/
jupe/article/viewFile/9910/7748
Tanggal diunduh : 24 Februari 2018, pukul 07.34 WIB

Ringkasan
Kemiskinan merupakan suatu permasalahan yang umumnya terjadi di
pedesaan. Kemiskinan yang biasa terjadi di desa ini biasanya menimpa para
petani, untuk mengatasi permasalahan tersebut maka dibuat program
pembangunan masyarakat desa, contohnya membentuk suatu kelompok tani.
Kelompok tani akan berjalan dengan baik jika ada peranan yang kuat dari
pemimpinnya. Awang (2004) mengemukakan bahwa pemimpin lokal pada
hakekatnya memiliki potensi sebagai agen pembangun yang mendukung
terwujudnya kelompok yang dinamis dan terjaga kelangsungannya.
Dahama dan Bhatnagar (1980) mengemukakan bahwa pemimpin adalah
seseorang yang secara spontan mempertimbangkan, menentukan, dan
mempengaruhi dalam situasi yang spesifik, sedangkan kepemimpinan adalah
proses mempengaruhi individu dalam situasi tertentu. Artikel jurnal ini
menjelaskan tentang peran pemimpin dalam peningkatan kemampuan kelompok.
Lokasi penelitian ini berada di Desa Pulo Kencana, Kecamatan Pontang,
Kabupaten Serang. Sampel penelitiannya ada tiga kelompok yaitu kelompok A, B
dan C. Kelompok C merupakan kelompok yang masih baru, sedangkan kelompok
A merupakan pemekaran dari kelompok B. Pengambilan informan dari tiga
kelompok ini berguna untuk membandingkan peran ketua dari masing-masing
kelompok.
Selain itu, Depositario dalam Valera (1987) mengemukakan bahwa
kepemimpinan lokal merupakan produk dari kehidupan masyarakat.
Kepemimpinan lokal kedudukannya bukan karena dirinya sendiri melainkan
sebagai hasil dari interaksi anggota dalam satu kelompok atau masyarakat.
Kepemimpinan lokal juga merupakan proses mempersuasi, mengarahkan, dan
mengatur usaha-usaha anggota masyarakat, sumber daya dan potensi untuk
5

mencapai tujuan bersama.Valera (1987) mengemukakan tentang peranan sebagai


agen pembangunan yaitu: 1) membantu memperkenalkan upaya pembangunan
masyarakat, 2) membantu menyebarluaskan kegiatan maupun upaya penyuluhan
yang dilakukan oleh agen pembangunan agar dapat menjangkau sasaran lebih
banyak, 3) merumuskan kepentingan, 4) menghubungkan, 5) mengawasi suatu
pekerjaan yang sedang berlangsung kegiatan pembangunan, dan 6) membantu
mengatur kelompok dalam pelaksanaan program-program pembangunan
masyarakat desa.
Penulis juga mengemukakan bahwa pemimpin lokal memiliki peranan
sebagai pemimpin opini dan agen pembangunan dalam mendukung terwujudnya
kelompok yang dinamis dalam meningkatkan kemampuan kelompok yang
berkaitan dengan komunikasi, motivasi, memfasilitasi dan kontak sosial,
pengetahuan kelompok, dan menumbuhkan pengalaman kelompok. Hal ini
sehubungan dengan permasalahan yang terjadi di Indonesia bahwa masih banyak
petani yang belum bisa mengembangkan dirinya dengan meningkatkan
kemampuannya, maka dari itu dibutuhkan peran ketua kelompok tani dalam
membimbing anggota-anggotanya. Dari hasil penelitian ini juga didapatkan hasil
bahwa peran pemimpin lokal dalam meningkatkan kemampuan kelompok adalah
tinggi. Hal ini disebabkan dari perilaku pada tindakan pemimpin dalam
memperlancar komunikasi, meningkatkan motivasi anggota kelompok dan
memfasilitasi kelompok.
Analisis
Kajian yang dibahas dalam artikel ini menarik dan relevan dengan keadaan
kelompok-kelompok tani di Indonesia. Kajian ini membahas tentang pentingnya
peran pemimpin dalam meningkatkan kemampuan kelompok. Penulis
mengemukakan bahwa peranan pemimpin lokal dalam meningkatkan kemampuan
kelompok tergolong tinggi karena adanya kontribusi pemimpin lokal dalam
memperlancar komunikasi kelompok, meningkatkan motivasi anggota serta
memfasilitasi kelompok di dalam kegiatan kelompok, pertemuan kelompok dan
diskusi kelompok. Peranan pemimpin lokal dengan kemampuan kelompok
berhubungan nyata khususnya pada pengalaman membina kelompok dan
memfasilitasi kelompok.

2. Judul Pustaka : Gaya Kepemimpinan dan Perilaku Komunikasi


GPPT dengan Kapasitas Kelembagaan Sekolah
Rakyat di Kabupaten Muara Enim
Tahun : 2017
Jenis Pustaka : Artikel Jurnal
Bentuk Pustaka : Elektronik
Nama Penulis : Zakiah, Amiruddin Saleh, Krisharini Matindas
Nama Jurnal : Jurnal Penyuluhan
Volume (Edisi) : 13 (2)
6

Hal : 133-142
Alamat URL : http://jai.ipb.ac.id/index.php/jupe
/article/view/14977/12981
Tanggal diunduh : 7 Maret 2018, pukul 19.07 WIB

Ringkasan
Perkembangan peternakan sapi di Indonesia masih dalam kondisi yang
buruk. Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan ini adalah dengan
dibuatnya Sekolah Peternakan Rakyat (SPR). SPR ini berfungsi sebagai wadah
dimana para peternak dapat memperoleh pengetahuan yang baru serta mendorong
para peternak agar lebih inovatif. Program SPR didalamnya terdapat Gugus
Perwakilan Pemilik Ternak (GPPT). GGPT merupakan orang-orang pilihan yang
mewakili peternak untuk melaksanakan program SPR sehingga dapat berjalan
dengan baik.
Menurut Wahyuni (2015) gaya kepemimpinan merupakan kunci di dalam
organisasi karena seorang pemimpin dituntut untuk mampu membawa dan
memaksimalkan organisasi yang dipimpinnya demi mencapai tujuan organisasi.
Fuady et al. (2012) juga mengemukakan bahwa perilaku komunikasi petani
memiliki hubungan yang nyata terhadap praktek usaha tani pertanian organik,
komunikasi interpersonal terhadap penyuluh, LSM, dosen, dan peneliti memiliki
peran yang besar dalam mengubah pola pertanian menuju pertanian organik,
sementara itu keterdedahan terhadap media lebih bersifat menambah wawasan.
Selain itu, Pambudi (1999) juga mengungkapkan bahwa partisipasi sosial
dengan kontak sesama peternak, kontak dengan penyuluh, kontak dengan media
massa dan kontak dengan kelompok memiliki hubungan yang kuat terhadap
perilaku komunikasi peternak didalam menerapkan wirausaha ternak.
Penelitian ini berlokasi di Kabupaten Muara Enim. Bertujuan untuk (1)
Mengetahui karakteristik, gaya kepemimpinan, perilaku komunikasi GPPT SPR di
Kabupaten Muara Enim, (2) Menganalisis hubungan gaya kepemimpinan GPPT
dengan kapasitas kelembagaan SPR di Kabupaten Muara Enim, (3) Menganalisis
hubungan perilaku komunikasi GPPT dengan kapasitas kelembagaan SPR di
Kabupaten Muara Enim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
1. Gaya kepemiminan demokrasi berada di tingkat tertinggi. Hal ini,
terlihat ketika sedang rapat. Pemimpin sangat senang menerima saran
dari bawahan terkait apa yang sedang didiskusikan, setelah itu diambil
yang saran terbaik dan disepakati bersama.
2. Akses terhadap sumber informal menempati posisi tertinggi. Hal ini,
dikarenakan minimal sebulan sekali peternak mengadakan pertemuan
satu kelompok maupun satu kecamatan. Bagi peternak satu desa hampir
setiap hari bertemu ketika sedang mengembala sapi di kebun.
3. Beberapa hal yang diteliti untuk mengetahui kapasitas kelembagaan
yaitu tujuan, struktur, norma, fungsi tugas, pembinaan, suasana,
7

loyalitas, dan konflik. Dari delapan hal tersebut, hanya konflik yang
termasuk dalam kategori sedang, selebihnya termasuk kategori tinggi.
Analisis
Kajian yang menarik dari penelitian ini yaitu mengenai gaya autokrasi
karena banyak penelitian yang jarang menggunakan gaya autoraksi sebagai salah
satu komponen yang ada di dalam penelitiannya. Gaya Autokrasi adalah seorang
pemimpin dalam menentukan kebijakan kelompok atau membuat keputusan tidak
berkonsultasi atau memastikan persetujuan dari anggotanya. Gaya autokrasi
berhubungan nyata negatif dengan loyalitas. Berarti semakin tingginya gaya
memimpin autokrasi maka semakin rendah loyalitas kelembagaan. Sebaliknya
semakin rendah gaya memimpin autokrasi maka loyalitas dalam kelembagaan
semakin tinggi. Artinya semakin tinggi pemimpin menganggap bahwa
kelembagaan ini milik pribadi, semakin tinggi pemimpin tidak menerima saran
dari bawahan, semakin tinggi tingkat mengatur bawahan sesuai dengan keinginan
pribadi, maka semakin buruk hubungan yang terjalin atau terbina sesama
pengurus GPPT, setiap anggota tidak akan terbuka dengan permasalahan yang
terjadi, tidak mau berbagi informasi.

3. Judul Pustaka : Peran Ketua Kelompok Wanita Tani dalam


Pemanfaatan Lahan Pekarangan yang
Berkelanjutan
Tahun : 2014
Jenis Pustaka : Artikel Jurnal
Bentuk Pustaka : Elektronik
Nama Penulis : Rindi Metalisa, Amiruddin Saleh, Prabowo
Tjitopranoto
Nama Jurnal : Jurnal Penyuluhan
Volume (Edisi) : 10 (2)
Hal : 158-170
Alamat URL : http://journal.ipb.ac.id/index.php/
jupe/article/view/9924
Tanggal diunduh : 11 Maret 2018, pukul 11.28 WIB

Ringkasan
Kebutuhan pangan di Indonesia semakin meningkat, hal ini dipengaruhi
oleh peningkatan jumlah penduduk. Keadaan ini yang mengharuskan negara
untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya, namun persoalan saat ini adalah
banyaknya lahan pertanian yang berubah fungsi sehingga tidak ada lagi lahan
yang dapat ditanami. Pemanfaatan lahan pekarangan merupakan solusi untuk
mengatasi persoalan kebutuhan pangan saat ini. Menurut Sthapit et al. (2006),
pemanfaatan lahan pekarangan memiliki fungsi yang dapat berguna bagi manusia
yaitu: a) untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga, b) meningkatkan pendapatan,
8

c) menambah lapangan kerja, d) meningkatkan peran perempuan dalam


memproduksi tanaman pekarangan, e) bermanfaat dalam menjaga kelestarian
lingkungan, f) pekarangan sebagai penyedia bahan bangunan atau kayu bakar.
Program pemanfaatan lahan pertanian ini dikhususkan untuk
pemberdayaan wanita. Untuk mencapai keberlanjutan maka dibutuhkan peran dari
penyuluh dan ketua kelompok wanita tani. Ofuoku (2012) menyatakan bahwa
ketua kelompok (pemimpin) merupakan individu yang terlibat dalam proses
mengarahkan, membimbing, mempengaruhi atau mengendalikan pikiran,
perasaan, atau perilaku orang lain dalam kelompok.
Penelitian ini berlokasi Kecamatan Dramaga, Cibungbulang, Leuwiliang,
Rancabungur, dan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat dengan jumlah
sampel sebanyak 75 orang. Salah satu keadaan yang terjadi di lokasi penelitian
yaitu mayoritas para wanita memanfaatkan lahan pekarangannya untuk kebutuhan
pangan keluarga dan apabila ada kegiatan penyuluhan dan pembinaan dari ketua
kelompok maupun penyuluh pertanian, maka faktor yang perlu diperhatikan
adalah motivasi anggota dan suasana kelompok sehingga kegiatan penyuluh akan
lebih efektif dan dapat diterima oleh anggota kelompok dengan baik.
Menurut Hanan et. al (2005) diakuinya seorang pemimpin karena memiliki
peran dalam memotivasi anggota kelompok untuk melaksanakan kegiatan yang
bermanfaat dalam menunjang produktivitas usaha. Berbeda halnya dengan Rao et.
al (2012) yang menyatakan bahwa seorang pemimpin atau ketua yang efektif dan
dinamis dalam kelompoknya adalah pemimpin yang memiliki kesiapan untuk
mengambil perannya sebagai pemimpin.

Analisis
Kajian yang diulas oleh penulis mengenai pemanfaatan lahan pekarangan
yang berkelanjutan ini sangat menarik dan relevan dengan kondisi yang terjadi
saat ini di Indonesia. Seperti yang kita tahu bahwa petani Indonesia saat ini
banyak yang hanya menjadi petani gurem, buruh tani dan penggarap. Hal ini
disebabkan oleh ketidakmampuan dan ketidakpunyaan lahan untuk dijadikan
usaha untuk bertani. Maka, kajian dari penelitian ini dapat dijadikan jawaban dari
permasalahan tersebut. Selain itu, terdapat pula beberapa temuan menarik yang
dapat ditemukan dari penelitian ini yaitu:
1. Untuk meneliti Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal terhadap Peran
Ketua Kelompok Wanita Tani digunakan beberapa indikator yaitu
umur, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, jumlah anggota
keluarga, curahan waktu, kekosmopolitan, motivasi, luas lahan,
intensitas penyuluhan, ketersediaan sarana produksi, dan suasana
kelompok.
2. Tujuan pemanfaatan lahan pekarangan yang berpengaruh nyata
terhadap pemanfaatan lahan pekarangan yang berkelanjutan adalah
9

memenuhi kebutuhan pangan keluarga dan menjaga kelestarian


lingkungan.
3. Faktor yang perlu diperhatikan oleh ketua kelompok dalam
mengembangkan kemampuannya dan memainkan perannya dengan
baik pada keberlanjutan pemanfaatan lahan pekarangan adalah
motivasi anggota dan suasana kelompok. Bentuk motivasi yang dapat
diberikan oleh ketua kelompok dengan cara membuat lahan
pekarangan yang menarik, sehingga dapat ditiru oleh atau dicontoh
oleh anggota kelompok. Sedangkan suasana kelompok dapat
diciptakan dari kepribadian ketua kelompok yang ramah dapat
membuat anggota kelompok nyaman bertanya dan berdiskusi tentang
masalah yang terjadi di pekarangan.

4. Judul Pustaka : Pengaruh Kepemimpinan Transformasional


terhadap Kemandirian Gapoktan
Tahun : 2014
Jenis Pustaka : Artikel Jurnal
Bentuk Pustaka : Elektronik
Nama Penulis : Wery Belem, Sunarru Samsi Hariadi, Sri Peni
Wastutiningsih
Nama Jurnal : JSEP
Volume (Edisi) : 7 (2)
Hal : 76-83
Alamat URL : https://jurnal.unej.ac.id/index.php/
JSEP/article/view/1448
Tanggal diunduh : 10 Maret 2018, pukul 20.05 WIB

Ringkasan
Permasalahan yang sampai saat ini terjadi di Indonesia adalah banyak
petani yang masih belum mendapatkan kesejahteraannya. Untuk mengatasi
permasalahan ini, pemerintah membuat program pemberdayaan petani dan
kelompok tani melalui Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Gabungan
kelompok tani (Gapoktan) adalah kumpulan beberapa kelompok tani yang bekerja
sama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha. Tujuan
pembentukan Gapoktan adalah agar kelompok tani dapat berdaya guna dan
berhasil guna, dalam penyediaan sarana produksi pertanian, permodalan,
peningkatan atau perluasan usaha tani ke sektor hulu dan hilir, pemasaran serta
kerja sama dalam peningkatan posisi tawar (Deptan 2007).
Pembentukan Gapoktan didasari oleh visi yang diusung, bahwa pertanian
modern tidak hanya identik dengan mesin pertanian yang modern tetapi perlu ada
organisasi yang dicirikan dengan adanya organisasi ekonomi yang mampu
menyentuh dan menggerakkan perekonomian di pedesaan melalui pertanian
10

(Deptan 2007). Untuk mendorong kelancaran program yang ada di dalam


Gapoktan , dibutuhkan seorang pemimpin yaitu ketua kelompok Gapoktan. Oleh
karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kepemimpinan di
Gapoktan ditinjau dari perspektif kepemimpinan transformasional serta
kontribusinya terhadap kemandirian Gapoktan.
Bass (1985) mengemukakan bahwa kepemimpinan transformasional
merupakan salah satu model kepemimpinan yang dapat membawa keadaan
menuju kinerja tinggi pada organisasi yang menghadapi tuntutan pembaruan dan
perubahan. Bass juga menyatakan bahwa kepemimpinan transformasional melalui
kebijakan rekruitmen, seleksi, promosi, pelatihan, dan pengembangan akan
menghasilkan kesehatan, kebahagiaan (well being) dan kinerja efektif pada
organisasi saat ini. Berbeda halnya dengan Soekarso et al. (2010) yang
mengemukakan bahwa kepemimpinan transformasional: a) Pemimpin yang
mengilhami para pengikut untuk lebih mementingkan kepentingan diri mereka
sendiri demi kebaikan organisasi, dan yang mampu memberikan efek yang
mencolok dan luar biasa pada diri pengikutnya, b) Pemimpin yang lewat visi dan
energi pribadi, memberi inspirasi para pengikutnya dan mempunyai dampak besar
pada organisasi.
Penelitian ini mengambil lokasi di Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi
Tenggara, dengan jumlah sampel sebanyak 80 orang. Hasil lapangan
mengkonfirmasi bahwa adanya kontribusi dari kepemimpinan transformasional
dalam mendorong realisasi kemandirian Gapoktan. Implikasinya adalah
sejauhmana pemimpin dapat mengaktualisasikan nilai-nilai dalam kepemimpinan
transformasional, maka hal tersebut akan berdampak pada realisasi kemandirian
Gapoktan. Adapun nilai-nilai tersebut meliputi kemampuan pemimpin
mengidentifikasi dirinya sebagai alat perubahan, keberanian dalam mengambil
risiko, kesediaan mempercayai orang lain, kemampuan sebagai motor penggerak
nilai, karakteristik sebagai pembelajar sepanjang masa, kemampuan untuk
menghadapi kompleksitas masalah serta kemampuan merumuskan visi.
Analisis
Kajian yang dibahas oleh penulis dalam artikel ilmiah ini berbeda dengan
gaya kepemimpinan yang umumnya dibahas oleh orang-orang lainnya. Melalui
artikel ilmiah ini, penulis menjelaskan tentang pengaruh gaya kepemimpinan
transformasional terhadap kemandirian anggota kelompok tani. Implikasinya
adalah sejauh mana pemimpin dapat mengaktualisasikan nilai-nilai dalam
kepemimpinan transformasional, maka hal tersebut akan berdampak pada realisasi
kemandirian gapoktan. Penulis juga mengemukakan bahwa orientasi dari
kepemimpinan transformasional adalah membawa keadaan menuju kinerja tinggi
pada organisasi yang menghadapi tuntutan pembaruan dan perubahan.
Karakteristik kepemimpinan transformasional tersebut akan sangat kondusif bagi
pencapaian kemandirian Gapoktan yang dalam esensinya dapat diartikan sebagai
keadaan Gapoktan dapat berdiri sendiri tanpa bergantung pada pihak lain yang
11

didorong oleh kemampuan anggota untuk berusaha sendiri, kreatif, kerja keras
dan kompetitif. Selain itu, penulis menggunakan teori Luthans (2006) untuk
dijadikan sebagai indikator untuk mengukur variabel kepemimpinan ketua
Gapoktan, yaitu:
1. Mengidentifikasi dirinya sebagai alat perubahan, yaitu kemampuan dan
kemauan Ketua Gapoktan untuk menjadikan dirinya sebagai motor
pengerak untuk merubah perilaku petani untuk lebih mandiri
2. Berani, yaitu berani mengambil risiko terhadap tindakan yang diambil
3. Mempercayai orang lain, yaitu percaya terhadap kemampuan anggota
dalam
mencapai tujuan
4. Motor penggerak nilai, yaitu membangun tata nilai yang menggerakkan
kemajuan ekonomi di pedesaan
5. Pembelajar sepanjang masa, yaitu menjadikan dirinya sebagai
penggerak organisasi untuk selalu belajar terhadap lingkungan
6. Memiliki kemampuan untuk menghadapi kompleksitas, abiguitas dan
ketidakpastian lingkungan pertanian
7. Memiliki visi, yaitu memiliki arah terhadap tujuan dan sasaran
perubahan organisasi baik dalam jangka pendek dan jangka panjang

5. Judul Pustaka : Hubungan Perilaku Pemimpin dengan Keaktifa


Anggota Kelompok Tani di Desa Sukanagalih
Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur
Tahun : 2015
Jenis Pustaka : Artikel Jurnal
Bentuk Pustaka : Elektronik
Nama Penulis : Stefannus Heru Prasetyo dan Robby Falentino
Nama Jurnal : Jurnal Agroscience
Volume (Edisi) : 5 (2)
Hal : 43-47
Alamat URL : https://jurnal.unsur.ac.id/agroscience/
article/download/113/59
Tanggal diunduh : 12 Maret 2018, pukul 22.37 WIB

Ringkasan
Seperti yang kita ketahui, penciptaan kelompok tani adalah untuk
memudahkan penyebaran informasi antarpetani. Dengan adanya kelompok tani,
informasi-informasi yang didapatkan akan lebih menyebar dan cepat pada sasaran.
Selain itu, untuk menumbuhkan rasa keingintahuan petani serta menimbulkan rasa
kebersamaan antarpetani. Proses pembinaan kelompok tani ini akan lebih berjalan
lancar jika pemimpin kelompok tani ikut berkontribusi didalamnya. Penulis juga
12

mengemukakan bahwa pembinaan melalui kelompok tani diarahkan pada


penerapan sistem agribisnis, peningkatan peranan, peran serta petani dan anggota
masyarakat pedesaan lainnya dengan menumbuhkembangkan kerjasama antar
petani dan pihak lain yang terkait untuk mengembangkan usaha taninya. Menurut
Wahyosumigyo (2001), melihat pentingnya sudut situasi dan waktu yang
dipengaruhi oleh lingkungan kerja organisasi, maka dipandang perlu pemimpin
yang melihat kondisi dan lingkungan berdasarkan kepemimpinan yang
diperankannya.
Penelitian dilaksanakan di Desa Suakanagalih, Kecamatan Pacet,
Kabupaten Cianjur, Jawa Barat dengan unit analisisnya yaitu pada kelompok tani
yang ada di wilayah Desa Sukanagalih. Fokus kelompok tani di Desa Sukanagalih
adalah tanaman padi dan holtikultura bunga. Metode yang digunakan adalah
metode deskriptif dan asosiatif. Berdasarkan hasil yang telah didapatkan dilapang
bahwa jika persepsi pemimpin kelompok tani dipersepsikan baik maka akan
memberikan pengaruh yang tinggi terhadap keaktifan anggota kelompok tani.
Berbeda halnya jika pemimpin berperilaku hanya bisa memerintah tanpa ingin
menggerakkan anggotanya, maka anggotanya juga tidak akan aktif untuk
berpatisipasi dalam mengembangkan kelompok atau memajukan kelompok.
Analisis
Kajian yang diulas dalam artikel ini kurang lengkap dan menyeluruh. Jika
diperhatikan kembali, di bagian kesimpulan ada pernyataan bahwa terdapat
hubungan antara perilaku pemimpin kelompok tani dengan keaktifan anggota
kelompok tani sebanyak 9,5% yang dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
dianalisis oleh peneliti. Padahal akan lebih baik jika peneliti menganalisis tentang
variabel lain tersebut dan mendeskripsikannya di dalam artikel jurnal ini, karena
hal itu dapat menjadi kajian baru untuk menambah pengetahuan pembaca.

6. Judul Pustaka : Pemberdayaan Posisi dan Peran Tokoh


Tradisional dalam Upaya Pengembangan
Ternak di Provinsi Banten
Tahun : 2011
Jenis Pustaka : Artikel Jurnal
Bentuk Pustaka : Elektronik
Nama Penulis : Kedi Suradisastra dan D. Priyanto
Nama Jurnal : WARTAZOA
Volume (Edisi) : 21 (2)
Hal : 51-59
Alamat URL : http://peternakan.litbang.pertanian.go.id/fullt
eks/wartazoa/wazo212-1.pdf
Tanggal diunduh : 16 Maret 2018, pukul 13.10 WIB

Ringkasan
13

Artikel jurnal ini menjelaskan tentang Kampung Domba yang berlokasi di


provinsi Banten. Kampung Domba merupakan model percontohan pengembangan
ternak di Kabupaten Pandeglang. Sampai saat ini, pengembangan ternak di
Kampung Domba berjalan dengan sangat baik dikarenakan adanya pengaruh dari
peran pemimpin informal (tokoh tradisional). Suradisastra et al. (2009)
mengemukakan bahwa orang Banten mengenal tiga bentuk kepemimpinan: (a)
pemimpin formal atau umaroh; (b) pemimpin keagamaan atau ulama; dan (c)
pemimpin budaya atau jawara. Seorang tokoh kepemimpinan (leadership) desa,
baik ia seorang tokoh formal (aparat pemerintah) maupun tokoh pemimpin
informal (tokoh agama, budaya, pedagang sukses, dll.) disebut kokolot atau olot.
Jawara dan ulama merupakan tokoh yang sangat penting di dalam ruang
lingkup masyarakat Banten. Kekuatan dari kedua tokoh tradisional ini sangat
menentukan perilaku sosial dan pola pikir masyarakat. Hampir setiap tindakan
kolektif yang ingin diadakan selalu diinformasikan kepada kedua tokoh tersebut.
Namun, tidak semua tindakan kolektif dapat direspon dan disetujui dengan cepat
karena tokoh jawara lebih mengutamakan kegiatan yang memberikan keuntungan
finansial. Lain halnya dengan ulama yang sangat mendukung kegiatan
pembangunan untuk masyarakat. Pemerintah umumnya melibatkan jawara dan
ulama dalam progam pembangunan, karena kedua tokoh tersebut dianggap
sebagai motivator atau penggerak dalam mempengaruhi masyarakat untuk
melaksanakan program atau kegiatan yang dirancang di suatu wilayah, karena
dipandang sebagai panutan dan disegani (dituakan).
Dalam sistem sosial Banten, ketangguhan sosial masyarakat dan kelompok
tokoh tradisional tidak sama. Ketangguhan sosial masyarakat Banten sangat
berkaitan dengan sifat kepemimpinan tokoh yang diseganinya. Suradisastra et al.
(2009) menyatakan bahwa pendekatan top-down yang lebih diterima etnis Banten
mengindikasikan ketangguhan sosial yang rendah. Dalam hal ini komunitas petani
cenderung menerima dan melaksanakan program eksternal yang diintroduksikan
oleh tokoh dan lembaga kepemimpinan setempat. Sebaliknya, komunitas
pemimpin tradisional (ulama dan jawara) memiliki ketangguhan sosial lebih
tinggi karena posisi sosial dan kemampuannya mengontrol kehidupan sosial
komunitas Banten.
Analisis
Kajian yang diulas oleh penulis mengenai peran tokoh tradisional dalam
upaya pembangunan ini sangat menarik dan relevan dengan kondisi yang terjadi
di Indonesia. Artikel ini sangat menarik karena menceritakan tentang kondisi
perkembangan di Banten khususnya Kampung Domba, sosio-kultur masyarakat
Banten, serta tiga bentuk kepemimpinan menurut masyarakat Banten. Seperti
yang kita tahu bahwa masyarakat Banten yang terkenal keras ternyata memiliki
sikap yang sangat patuh terhadap pemimpinnya (informal). Temuan dalam
penelitian ini juga membuktikan bahwa peran pemimpin tradisional nyatanya
sangat tinggi. Pemimpin tradisional mempunyai andil yang cukup besar dalam
14

pembangunan desa, sehingga membuat pemerintah memposisikan tokoh lokal


tersebut untuk dijadikan ketua kelompok ternak yang sangat berperan dalam
memotivasi penerapan teknologi yang meliputi teknolog budidaya (breeding,
feeding dan manajemen), yang terkait pula dengan target profit usaha yang
dirancang melalui peningkatan skala usaha ditingkat peternak.

7. Judul Pustaka : Hubungan Antara Perilaku Kepemimpinan


dengan Partisipasi Anggota dalam Kegiatan
Gapoktan Pusakamukti (Suatu Kasus di
Desa Pusakasari Kecamatan Cipaku Kabupaten
Ciamis)
Tahun : 2015
Jenis Pustaka : Artikel Jurnal
Bentuk Pustaka : Elektronik
Nama Penulis : Nendi Setiawan, Dini Rochdiani, Mochamad
Ramdan
Nama Jurnal : Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume (Edisi) : 1 (2)
Hal : 109-116
Alamat URL : http://ejournal.unigal.ac.id/html/index.php?
id=1189&edisi_teng=&tengah_isi=eusi
Tanggal diunduh : 22 Maret 2018, pukul 09.33 WIB

Ringkasan
Peneliti melakukan penelitan yang berlokasi di Desa Pusakasari
Kecamatan Cipaku Kabupaten Ciamis. Pemilihan lokasi ini sengaja dilakukan
karena Desa Pusakasari merupakan desa percontohan pertanian dalam bidang
konservasi dan sudah mempunyai gabungan kelompok tani. Dalam sebuah
kelompok, peranan pemimpin sangat penting untuk dapat memfasilitasi
anggotanya sekaligus untuk mempengaruhi anggota dalam mencapai tujuan.
Menurut Wibowo (2013), kepemimpinan ialah kemampuan seseorang dalam
mempengaruhi prilaku orang lain untuk berpikir dan berprilaku dalam rangka
perumusan, pencapaian organisasi dalam situasi tertentu.
Kelompok tani bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan petani di
pedesaan maka dibutuhkan fasilitas-fasilitas agar kegiatannya berhasil. Adapun
fasilitas yang diperlukannya yaitu pertama fasilitas pendidikan melalui
penyuluhan dalam konteks pembangunan pertanian, kegiatan penyuluhan
pertanian ini bertujuan untuk merubah perilaku petani (pengetahuan/kognitif,
sikap/afektif, keterampilan/psikomotorik), kedua fasilitas sarana yaitu petani
sebagai anggota kelompok tani diberikan bantuan sebagai modal, dan fasilitas
terakhir adalah fasilitas pengaturan yaitu anggota kelompok tani menjadi anggota
15

gapoktan, kelompok tani merupakan anggota inti gapoktan, dan kontak tani
andalan adalah sebagai pemimpin gapoktan (Wibowo 2013).
Artikel jurnal ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Tingkat perilaku
kepemimpinan kelompok tani, 2) Tingkat partisipasi anggota kelompok tani, 3)
Hubungan antara perilaku kepemimpinan kontak tani dengan partisipasi anggota
kelompok tani. Kesimpulan dari penelitian ini adalah tingkat perilaku
kepemimpinan kelompok tani dan tingkat partisipasi anggota kelompok tani di
Desa Pusakasari tergolong sedang. Setelah dilakukan uji korelasi yang
menunjukkan bahwa adanya hubungan antara perilaku kepemimpinan dan
partisipasi anggota.
Analisis
Kajian yang diulas oleh penulis dalam artikel ini kurang menarik sehingga
membuat pembaca kurang memiliki minat untuk membacanya. Kajian yang
dibahas dalam artikel ini kurang lengkap dan kurang menyeluruh. Penulis
menggunakan beberapa indikator untuk mengukur tingkat perilaku kepemimpinan
kelompok tani yaitu: 1) kemampuan organisasi, 2) kemampuan dalam
memecahkan masalah, 3) kemampuan memotivasi dan membina bawahan, 4)
keteladanan dalam menyelesaikan tugas, dan 5) tanggung jawab terhadap kinerja.
Selain itu, untuk mengukur tingkat partisipasi anggota, penulis menggunakan
beberapa indikator yaitu: 1) partisipasi dalam rapat anggota, 2) partisipasi dalam
pembuatan rencana kerja, 3) partisipasi dalam pembuatan rencana, 4) partisipasi
dalam membayar iuran, dan 5) partipasi dalam pemeliharaan fasilitas.

8. Judul Pustaka : The Role of Community Leadeship in the


Development of Grassroots Innovations
Tahun : 2017
Jenis Pustaka : Artikel Jurnal
Bentuk Pustaka : Elektronik
Nama Penulis : Mari Martiskainen
Nama Jurnal : Environmental Innovation and Societal
Transitions
Volume (Edisi) : 22 (2017)
Hal : 78-89
Alamat URL : https://www.sciencedirect.com/science/
article/pii/S2210422416300417
Tanggal diunduh : 12 April 2018, pukul 19.55 WIB

Ringkasan
Artikel jurnal ini berisikan tentang peran pemimpin komunitas dalam
program pengembangan inovasi rakyat yaitu komunitas energi. Penelitian ini
dilakukan di dua komunitas energi yang berbeda yang ada di Inggris, yaitu
Lyndhurst dan Hyde Farm. Menurut Seyfang dan Smith (2007), inovasi rakyat
16

berbeda dari teknologi atau inovasi pasar karena biasanya inovasi rakyat
mempunyai motivasi untuk menciptakan sosial yang baik dibandingkan dengan
keuntungan finansial. Seyfang et al. (2013), juga mengemukakan bahwa
pengembangan yang ada di dalam program inovasi energi biasanya melibatkan
pelatihan inovasi atau aktivitas dan kelompok-kelompok dapat mempunyai
perbedaan motivasi dari lingkungan, untuk ekonomi, sosial, politik dan
infrastruktur.
Mc Millan dan Chavis (1986) mendefinisikan komunitas berdasarkan
empat dimensi yaitu keanggotaan, pengaruh, penguatan dan koneksi berbagi
emosi. Komunitas bisa dilihat sebagai sitem yang kompleks karena tidak hanya
terdefinisi oleh perbatasan seperti lokasi geografi namun terbuka untuk partisipan
dimanapun lokasinya berada (Onyx dan Leonard 2011). Terlebih lagi, orang-
orang dapat menjadi bagian dari banyak komunitas dan dapat “mentransfer,
menerjemah, dan mentransformasikan pengalam dari satu komunitas ke
komunitas lainnya” (Frederiksen 2012).
Penelitian ini menggunakan teori Smith dan Raven (2012) dalam meneliti
peranan pemimpin komunitas dalam program pengembangan inovasi rakyat yaitu:
1) menyuarakan harapan, 2) belajar, dan 3) jaringan. Harapan dari para pemimpin
untuk menciptakan kedua komunitas ini berbeda, Lyndhurst tercipta dari
kenyataan yang bahwa desanya sangat miskin untuk transportasi umum dan tidak
ada stasiun arus utama dan tidak ada bus yang beroperasi setelah jam 6.30 malam,
dengan populasi sebanyak 1500 orang maka ia menginkan untuk dapat
menyediakan sesuatu untuk desanya yang dapat memberi mereka apa yang
mereka inginkan pada waktu luangnya, dan pada saat yang sama dapat
memberikan kesempatan untuk berbisinis sedangkan Hyde Farm tercipta karena
ketertarikan pemimpin akan perubahan iklim dan lingkungan. Untuk proses
belajar, kedua komunitas ini sama-sama mempunyai pemimpin komunitas yang
inovatif untuk mencari informasi dan menciptakan ilmu tentang teknologi dan
sumberdaya finansial, mengatur program dan visi di dalam prosesnya. Untuk
jaringan, Lyndhurst melalui kontak lokal dan aktivitas seperti berkunjung ke
program lainnya, dan organisir acara dan membuka pembaharuan pusat komunitas
sedangkan Hyde Farm memiliki ketua yang “perbanyak jaringan, masukkan
orang-orang dan bicara dengan mereka satu persatu dan belajar” dan sangat aktif
udalam menggunakan sumberdaya online seperti email dan forum, sehingga bisa
bergabung dengan komunitas energi lain di London bahkan di dunia.
Analisis
Kajian yang dibahas di dalam artikel ini sangat menarik dan relevan
dengan kondisi yang terjadi di dunia saat ini, yaitu terjadinya perubahan iklim dan
pemanasan global. Untuk mengurangi dampak yang akan terjadi nanti, sudah
seharusnya manusia di bumi mulai sadar dengan penghematan energi. Artikel ini
juga menjelaskan tentang peran pemimpin di dalam pengembangan programnya
yang mana keduanya memiliki karakteristik yang berbeda dengan menggunakan
17

teori dari Smith dan Raven (2012). McMillan dan Chavis (1986) mengemukakan
bahwa peran dari pemimpin komunitas adalah kunci dalam menciptakan ide-ide
pembangunan yang baik dengan menyebarkannya kepada anggota komunitas
untuk mengerahkan dukungan, sekaligus menciptakan perasaan keanggotaan di
dalam komunitas. Penulis juga mengemukakan bahwa penginisiatif
pembangunan, atau pemimpin komunitas, biasanya adalah orang-orang yang
terkenal di komunitasnya dan atau sangat aktif.

9. Judul Pustaka : Criteria for selection of leaders among farmers’


groups for sustainable agricultural development
in Delta State, Nigeria
Tahun : 2012
Jenis Pustaka : Artikel Jurnal
Bentuk Pustaka : Elektronik
Nama Penulis : Albert Ofuoku
Nama Jurnal : Spanish Journal of Rural Development
Volume (Edisi) : III (2)
Hal : -
Alamat URL : http://www.academia.edu/download/42536982/
Criteria_for_selection_of_leaders_among_20160
210-7962-2rra9d.pdf
Tanggal diunduh : 11 April 2018, pukul 16.36 WIB

Ringkasan
Artikel jurnal ini menjelaskan tentang kriteria untuk seleksi pemimpin
diantara kelompok-kelompok tani untuk pengembangan pertanian berkelanjutan
di Delta, Nigeria. Penulis menggunakan 121 petani dari 3 zona pertanian di Delta
untuk dijadikan sampel. Kepemimpinan adalah proses dimana seorang individu
mengarahkan, memandu, mempengaruhi atau mengontrol pikiran, perasaan, atau
perilaku dari orang lain (Ekong dalam Agbarevo dan Obinne 2010). Seorang
pemimpin harus mampu mempengaruhi orang lain; mempunyai kemampuan
untuk beriring-iringan dengan kelompok yang ia pimpin; menganggap
kepemimpinan disebabkan oleh kondisi asli membutuhkannya untuk memimpin
atau mendominasi yang lain; dan menganggap kepemimpinan diatas asumsi
bahwa mendapatkan firasat atau wahyu untuk memimpin orang lain (Ekong
2003).
Karami dan Zammani (2006) mengidentifikasi kepribadian dan sifat etis,
keterampilan teknik, sosio-ekonomi status dan keterampilan profesional untuk
menjadi dasar kriteria seleksi pemimpin. Penulis menggunakan toeri ini untuk
dijadikan indikatornya dalam penulisan ini. Indikator pertama yaitu sosial
ekonomi dengan menggunakan variabel: 1) paham isu sosial, (2) mempunyai
bisnis pertanian yang sukses, (3) tingkat pendidikan dan pengetahuan, (4)
18

tanggung jawab pada grup, (5) motivasi untuk aktivitas-aktivitas, (6) kepercayaan
religi. Indikator kedua yaitu keterampilan teknik dengan menggunakan variabel:
(1) pengetahuan pertanian, (2) keterampilan berkomunikasi, (3) keterampilan
memobilisasi, (4) inovasi. Indikator ketiga yaitu keterampilan profesional dengan
menggunakan variabel: (1) pengalaman dalam kepemimpinan, (2) kreativitas dan
penyelesaian masalah, (3) keterampilan komunikasi, (4) keterampilan
berkonsultasi, (5) keterampilan memobilisasi, (6) ketertarikan dalam
kepemimpinan. Indikator keempat yaitu kepribadian dan sifat etis dengan
menggunakan variabel: (1) terkenal dan popularitas, (2) kepercayaan diri, (3)
empati, (4) integritas atau kejujuran, (5) ketertarikan dalam kepemimpinan, (6)
keadilan. Hasil yang didapatkan adalah tidak ada perbedaan signifikan dalam
kriteria untuk seleksi dan penerimaan dalam pemimpin pedesaan di tiga zona
pertanian tersebut karena permasalahan kepemimpinan sangat berpengaruh dalam
perkembangan pertanian yang berkelanjutan.
Analisis
Kajian yang dibahas dalam artikel ini dapat dijadikan sebagai pedoman
untuk para anggota kelompok tani di Indonesia dalam memilih pemimpinnya.
Dalam penelitian ini, penulis telah menjabarkan beberapa indikator yang disertai
dengan variabel yang lengkap. Permasalahan kepemimpinan dapat berpengaruh
dalam perkembangan pertanian yang berkelanjutan, maka dalam proses pemilihan
pemimpin harus disertai dengan proses seleksi agar pertanian dapat terus berlanjut
serta kelompok pertanian pun tetap berjalan dalm mencapai tujuannya.
Penggunaan teori untuk dijadikan indikator tidak hanya bisa menggunakan teori
Karami dan Zammani saja, namun dapat menggunakan teori Straig (2005),
perilaku kepemimpinan efektif dalam beberapa konteks dapat sebagian dijelaskan
berdasarkan sifat pemimpin, kemampuan dan kepribadian. Selain itu, dapat juga
menggunakan teori McCall dan Lombardo (1993) mengidentifikasi empat ciri
utama yang mana pemimpin bisa sukses yaitu stabilitas emosi dan ketenangan,
keahlian diri yang bagus, mengakui kesalahan atau kekeliruan, pengetahuannya
luas dan empati.

10. Judul Pustaka : Peran Kepemimpinan Kelompok Tani dan


Efektivitas Pemberdayaan Petani
Tahun : 2014
Jenis Pustaka : Artikel Jurnal
Bentuk Pustaka : Elektronik
Nama Penulis : Rika Mutmainah dan Sumardjo
Nama Jurnal : Jurnal Sosiologi Pedesaan
Volume (Edisi) : 2 (3)
Hal : 182-199
Alamat URL : http://repository.ipb.ac.id/
handle/123456789/72146
19

Tanggal diunduh: 22 Maret 2018, pukul 09.33 WIB

Ringkasan
Penelitian ini dilakukan di dua lokasi yang berbeda, yaitu di Desa Situ
Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor dan di Desa Cikarawang,
Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Penulis mengambil masing-masing satu
kelompok tani dari kedua desa tersebut, yaitu kelompok Bina Sejahtera dan
kelompok tani Hurip. Kelompok Bina Sejahtera lebih terfokus pada prospek
agribisnis perikanan air tawar (mas, lele, nila, gurame, bawal, dan patin) dan hasil
pertanian berupa padi, palawija, dan sayuran. Lain halnya dengan kelompok tani
Hurip yang hanya berfokus pada hasil pertanian.
Penulis menjelaskan faktor personal, faktor lingkungan, dukungan
kepemimpinan kelompok, proses pemberdayaan anggota kelompok tani serta
hubungan-hubungan antar variabel yang ada di kedua kelompok tani tersebut.
Utama (2008) kepemimpinan berperan sebagai orang yang dapat mempengaruhi,
mengarahkan, menggerakkan dan mengelola kelompok guna mencapai tujuan
yang telah disepakati bersama.
Keefektifan kepemimpinan erat kaitannya dengan keberlanjutan kelompok
dalam mencapai tujuan bersama. Keberdayaan merupakan hasil dari sebuah
proses kegiatan pemberdayaan yang kita sebut sebagai tujuan dari pemberdayaan
masyarakat. Keberdayaan didefinisikan sebagai masyarakat yang mampu secara
ekonomi, mampu dalam mengakses manfaat fasilitas dan mempunyai kemampuan
kultural dan politis (Suharto, 2005). Berdasarkan penjabaran yang telah dijelaskan
oleh penulis dapat dilihat bahwa partisipasi pada kelompok tani Bina Sejahtera
lebih tinggi dibandingkan dengan anggota kelompok tani Hurip. Hal ini
disebabkan oleh kondisi sosial pada lingkungan kedua kelompok berbeda. Selain
itu, dapat diambil kesimpulan bahwa semakin tinggi dukungan kepemimpinan
terhadap kelompok maka semakin tinggi pendampingan dan tingkat partisipasi
petani dalam mengikuti proses pemberdayaan.
Analisis
Kajian yang diulas oleh penulis mengenai kepemimpinan, pemberdayaan
dan partisipasi ini sangat menarik dan relevan dengan persoalan yang terjadi di
Indonesia. Persoalan yang terjadi saat ini adalah ketidakberdayaan para petani
dalam mengelola lahannya, baik dalam proses produksi dan pemasaran. Untuk
menyelesaikan permasalahan ini pemerintah membuat kelompok-kelompok tani
yang mana di dalamnya terdapat peran-peran yang mendorong keberhasilan para
petani itu sendiri. Artikel jurnal ini akan dijabarkan pentingnya peran pemimpin
terhadap pendampingan dan tingkat partisipasi petani. Mutmainah dan
Sumardjo (2014) mengemukakan bahwa pemberdayaan petani merupakan sebuah
kegiatan yang melibatkan partisipasi dan kepemimpinan dari kelompok tani yang
diberdayakan. Pemimpin yang memiliki dorongan kepemimpinan yang baik akan
20

mampu mempengaruhi anggotanya dapat terlibat dan berperan aktif dalam


kegiatan pemberdayaan petani.

11. Judul Pustaka : Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dinamika


Kelompok dan Hubungannya dengan Kelas
Kemampuan Kelompok
Tani di Desa Pulokencana Kabupaten Serang
Tahun : 2013
Jenis Pustaka : Artikel Jurnal
Bentuk Pustaka : Elektronik
Nama Penulis : Inta P.N. Damanik
Nama Jurnal : Jurnal Penyuluhan
Volume (Edisi) : 9 (1)
Hal : 33-40
Alamat URL : https://www.neliti.com/publications/8503/
faktor-faktor-yang-mempengaruhi-dinamika-
kelompok-dan-hubungannya-dengan-kelas-
k&ved=2ahUKEwjqzsiOo-
jaAhVE6Y8KHVqkDP8QFjAAegQIBhAB&usg
=AOvVaw1Pwt7YcyBvgkoM97j2A6_2
Tanggal diunduh : 17 April 2018, pukul 08.30 WIB

Ringkasan
Penelitian ini dilakukan di Desa Pulokencana, Banten dengan mengambil
dua kelompok tani untuk dijadikan sampel penelitian yaitu kelompok Banyu
Mukti dan Banyu Kencana. Kelompok Banyu Mukti merupakan kelas utama,
sedangkan kelompok Banyu Kencana merupakan kelompok pemula. Melalui
artikel ilmiah ini, penulis ini membuktikan bahwa kelas kelompok tani tidak
mempengaruhi kedinamisan dalam kelompok. Untuk itu, penulis menggunakan
teori unsur-unsur yang mempengaruhi dinamika kelompok menurut Slamet dalam
Mardikanto (1993), yaitu: 1) tujuan kelompok, 2) struktur kelompok, 3) fungsi
tugas, 4) pembinaan dan pemeliharaan kelompok, 5) kesatuan/kekompakan
kelompok, 6) suasana (atmosfir) kelompok, 7) tekanan kelompok, 8) efektivitas
kelompok, dan 9) maksud tersembunyi. Namun, penulis hanya menggunakan 8
unsur dalam penelitian ini, ia tidak menggunakan unsur maksud tersembunyi,
selain itu ia juga menggunakan karakteristik anggota kelompok tani, karakteristik
pemimpin, karakteristik kelompok tani, keragaan faktor eksternal kelompok tani
serta kelas kemampuan kelompok untuk dijadikan ukuran dalam menilai
kedinamikaan kelompok.
Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa dinamika kelompok Banyu
Kencana masuk ke dalam kategori tinggi dibandingkan kelompok Banyu Mukti
yang masuk ke dalam kategori sedang, hal ini tidak sejalan dengan kelas
kemampuan kelompok yang telah diukur sebelumnya karena kenyataannya adalah
21

penilaian kelas kemampuan ini tidak didasarkan pada keadaan kelompok tani,
tetapi terfokus pada penilaian ketua kelompok tani. Kenyataan lain yang terjadi
adalah kelas kemampuan kelompok tani tidak pernah diturunkan meskipun
keadaan kelompok menurun, hal ini ini untuk mencegah terjadinya gangguan
psikologis anggota kelompok tani. Oleh karena itu, penulis menyimpulkan bahwa
kedinamikaan kelompok dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor jumlah
tanggungan dan luas lahan, faktor umur pemimpin dan umur kelompok dimana
kelompok dengan umur pemimpin dan umur kelompok yang lebih muda justru
lebih dinamis, dan penerimaan anggota terhadap pemimpin kelompok dimana
pemimpin yang lebih diterima oleh anggota memiliki dinamika kelompok.
Analisis
Kajian yang diulas oleh penulis dalam artikel ini sangat menarik dan
relevan dengan permasalahan kelompok-kelompok tani di Indonesia yang masih
kurang efektif. Penulis megemukakan bahwa salah satu hal yang perlu
diperhatikan dalam pengembangan kelompok tani adalah dinamika kelompok
tani. Dinamika kelompok dapat diartikan sebagai kekuatan-kekuatan yang ada di
dalam kelompok tersebut yang mengakibatkan kelompok secara efektifdapat
mencapai tujuannya. Dalam artikel ini, penulis berusaha menjelaskan tentang
kelas kelompok yang tidak berpengaruh dalam dinamika kelompok dan teori lain
yang berbeda dan tidak berfungsi pada kelompok tani di Desa Pulokencana ini,
karena memang tidak semua unsur dapat diterapkan di setiap daerah dan
menghasilkan hasil yang sama, itu semua tergantung dari kondisi daerahnya
masing-masing.
Penulis juga menulis strategi untuk meningkatkan kedinamikaan
kelompok yaitu melalui unsur fungsi tugas yang berpengaruh sangat kuat,
disamping itu faktor jumlah beban tanggungan dan luas lahan juga berpengaruh
terhadap dinamika kelompok. Dengan cara memperbaiki pelaksanaan fungsi
tugas, meningkatkan rasa tanggung jawab anggota kelompok tani terhadap
kelompok tani, serta menggerakan kerjasama dalam kelompok. Hal lain yang
dapat dilakukan juga dengan meningkatkan kualitas suasana kelompok dengan
menciptakan hal-hal yang dapat membangkitkan semangat kelompok,
meningkatkan kekompakan serta rasa memiliki antar anggota, menumbuhkan rasa
toleransi dan rasa bangga serta pemberlakuan norma atau aturan kelompok.

12. Judul Pustaka : Peran Kelompok Peternak dalam


Mengembangkan Keberdayaan Peternak Sapi
Perah (Kasus Di Kabupaten Bandung)
Tahun : 2008
Jenis Pustaka : Artikel Jurnal
Bentuk Pustaka : Elektronik
Nama Penulis : Unang Yunasaf, Basita Ginting, Margono
Slamet, dan Prabowo Tjitropranoto
Nama Jurnal : Jurnal Penyuluhan
22

Volume (Edisi) : 4 (2)


Hal : 109-115
Alamat URL : http://mail.student.ipb.ac.id/index.php/jupe/
article/view/9856
Tanggal diunduh : 14 April 2018, pukul 22.16 WIB

Ringkasan
Artikel ilmiah ini menerangkan tentang koperasi peternak sapi perah yang
ada di Kabupaten Bandung. Penulis menggunakan delapan kelompok untuk
dijadikan sampe penelitian, setelah itu membaginya ke dalam dua strata. Penulis
mengukur dinamika kelompok peternak sapi perah tersebut dengan menggunakan
indikator, yaitu: 1) kepemimpinan ketua kelompok, 2) tujuan kelompok, 3)
struktur kelompok, 4) fungsi tugas kelompok, 5) pembinaan dan pemeliharaan
kelompok, 6) kekompakan kelompok, 7) suasana kelompok, 8) tekanan
kelompok, dan 9) efektivitas kelompok. Hasil yang didapatkan adalah dinamika
kelompok peternak sapi perah, rata-rata tergolong rendah. Terdapat perbedaan
nyata antar strata, yaitu tingkat dinamika kelompok pada strata 1 lebih baik
dibandingkan pada strata 2. Pada kelompok di strata 1 unsur-unsur dinamika
kelompoknya lebih dinamis dibandingkan pada kelompok strata 2, terutama dalam
struktur kelompok, fungsi tugas kelompok, pembinaan dan pemeliharaan
kelompok, suasana kelompok, tekanan kelompok dan efektivitas kelompok.
Kelemahan dinamika yang ada di kelompok peternak sapi perah ini
disebabkan oleh masih rendahnya tingkat kepemimpinan ketua kelompok, tidak
adanya tujuan yang spesifik, terbatasnya struktur kekuasaan, tidak adanya inisiatif
dari anggota kelompok, belum adanya usaha-usaha spesifik dari kelompok,
keterikatan antar anggota masih lemah, interaksi antar anggota lemah, serta
kurangnya tuntutan dari anggota. Sama halnya dengan keragaan keberdayaan
peternak sapi perah yang masih tergolong rendah, terutama di dalam perannya
sebagai manajer dan individu yang otonom. Para peternak umumnya belum dapat
menunjukkan keberdayaannya, terutama dalam perannya sebagai manajer dan
sebagai individu yang otonom. Peternak sebagai seorang manajer, idealnya dapat
melakukan pengambilan keputusan yang tepat agar usaha sapi perahnya mencapai
keberhasilan atau semakin berkembang. Pada kenyataannya usaha sapi perah yang
dikelola para peternak, kondisinya dari tahun ke tahun cenderung tidak berubah.
Analisis
Kajian yang ditulis penulis dalam artikel ini sangatlah sesuai dengan
permasalahan yang sedang terjadi di Indonesia, yaitu masih banyaknya anggota
kelompok tani yang belum berdaya. Penulis mengambil sampel dengan
menggunakan kelompok ternak sapi perah. Sampai saat ini para peternak di
Indonesia belum dapat dikatakan berdaya karena jika kita melihat kembali jumlah
ternaknya hanya berkisar 1-2 ekor. Padahal kelayakan untuk usaha sapi perah
adalah dengan skala pemilikan 10-15 ekor atau rata-rata 7-8 ekor sapi laktasi.
23

Menurut Chu (1976) kelompok dapat memiliki peran sebagai media


transformatif bagi peningkatan kualitas anggota-anggotanya. Kelompok ternak ini
dianggap sebagai jawaban dari permasalahan yang terjadi, namun kenyataannya
adalah masih banyaknya kelompok yang dinamika kelompoknya rendah sehingga
pencapaian tujuannya pun tidak tercapai secara efektif. Contoh kasus di kelompok
ternak yang ada di Kabupaten Bandung ini, para peternak hanya masuk ke dalam
kelompok karena merupakan program pemerintah, tanpa mengetahui tujuan dan
latar belakangnya. Peternak umumnya mengetahui haknya sebatas dalam
mendapatkan pelayanan, dan mendapatkan SHU, dan menghadiri RAT. Padahal
menurut Ropke (2003) pengenalan akan hak-hak sebagai anggota koperasi secara
utuh dan sekaligus menggunakan hak-haknya tersebut merupakan bagian penting
di dalam mengontrol dan mengendalikan koperasi agar berpihak pada kepentingan
anggota. Selain itu, penyebab lain permasalahan ketidakberdayaan masyarakat
adalah para anggota kelompok sering dijadikan sebagai objek bukan sebagai
subjek, sehingga mengakibatkan anggotanya sendiri tidak mandiri.
24

PEMBAHASAN
Definisi, Ciri-ciri, Fungsi dan Status Kelompok Tani

Definisi Kelompok Tani


Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 67
Tahun 2016, penumbuhan dan pengembangan poktan dilakukan melalui
pemberdayaan petani, dengan perpaduan dari budaya, norma, nilai, dan kearifan
lokal untuk meningkatkan usahatani dan kemampuan poktan dalam melaksanakan
fungsinya. Pemberdayaan petani dilakukan melalui kegiatan pelatihan dan
penyuluhan dengan pendekatan kelompok. Kegiatan penyuluhan melalui
pendekatan kelompok dimaksudkan untuk mendorong terbentuknya kelembagaan
petani yang mampu mengembangkan sinergitas antar petani dan antar poktan
dalam upaya mencapai efisiensi usaha. Selanjutnya, dalam upaya meningkatkan
kemampuan poktan dilakukan pembinaan dan pendampingan oleh penyuluh
pertanian, dengan melaksanakan penilaian klarifikasi kemampuan poktan secara
berkelanjutan yang disesuakan dengan kondisi perkembangannya.
Menurut Wahyuni (2003) kelompok tani dibentuk berdasarkan surat
keputusan dan dimaksudkan sebagai wadah komunikasi antarpetani, serta antara
petani dengan kelembagaan terkait dalam proses alih teknologi. Surat keputusan
tersebut dilengkapi dengan ketentuan-ketentuan atau tolok ukur untuk memonitor
dan mengevaluasi kinerjanya. Kinerja tersebut akan menentukan tingkat
kemampuan kelompok. Falentino dan Stefanus (2015) juga mengemukakan
bahwa pembinaan melalui kelompok tani diarahkan pada penerapan sistem
agribisnis, peningkatan peranan, peran serta petani dan anggota masyarakat
pedesaan lainnya dengan menumbuhkembangkan kerjasama antar petani dan
pihak lain yang terkait untuk mengembangkan usaha taninya. Selain itu,
pembinaan kelompok tanidiharapkan dapat membantu dan menggali potensi,
memecahkan masalah usahatani anggotanya secara lebih efektif dan memudahkan
dalam mengakses informasi, pasar, teknologi, permodalan dan sumber daya
lainnya.

Ciri-ciri Kelompok Tani


Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 67
Tahun 2016, ciri-ciri poktan, yaitu: 1) saling mengenal, akrab dan saling percaya
diantara sesama anggota, 2) mempunyai pandangan dan kepentingan serta tujuan
yang sama dalam berusaha tani, dan 3) memiliki kesamaan dalam tradisi dan/atau
pemukiman, kawasan/hamparan usaha, jenis usaha, status ekonomi dan sosial,
budaya/kultur, adat istiadat, bahasa serta ekologi.

Fungsi Kelompok Tani


Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 67
Tahun 2016, fungsi kelompok tani, yaitu:
25

a. Kelas belajar: Poktan merupakan wadah belajar mengajar bagi anggota


untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap agar tumbuh
dan berkembang menjadi Usahatani yang mandiri melalui pemanfaatan
dan akses kepada sumber informasi dan teknologi sehingga dapat
meningkatkan produktivitas, pendapatan serta kehidupan yang lebih
baik;
b. Wahana kerja sama: Poktan merupakan tempat untuk memperkuat
kerjasama, baik di antara sesama Petani dalam Poktan dan antarpoktan
maupun dengan pihak lain, sehingga diharapkan Usahatani lebih efisien
dan mampu menghadapi ancaman, tantangan, hambatan serta lebih
menguntungkan; dan
c. Unit produksi: Usahatani masing-masing anggota Poktan secara
keseluruhan merupakan satu kesatuan usaha yang dapat dikembangkan
untuk mencapai skala ekonomi usaha, dengan menjaga kuantitas,
kualitas dan kontinuitas.

Status Kelompok Tani


Abdullah (2008), secara umum status kelompok tani dibedakan atas adanya
kriteria sebagai berikut :
1. Kelompok Tani Kelas Pemula. Anggota kelompok memahami pentingnya
berkelompok untuk meningkatkan kesejahteraan hidup. Kelompok sudah
memiliki struktur organisasi, pengurus, anggota, sekretariat, anggaran
dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART), buku administrasi (buku
notulen, buku anggota, buka simpan pinjam, buku pengurus, buku arsip
kelompok, buku kas, dll).
2. Kelompok Tani Kelas Lanjut. AD/ART telah dijalankan semestinya,
pertemuan rutin dilakukan minimal sebulan sekali dan hasil pertemuan
tercatat, kelompok mampu mengidentifikasi masalah dan menyusun
perencanaan, kegiatan usaha produktif telah dimiliki oleh kelompok.
Kelompok mempunyai akses pinjaman kredit karena modal yang dimiliki
kelompok layak mendapatkan kredit.
3. Kelompok Tani Kelas Madya. Status kelas kelompok tani madya yaitu
kelompok telah mengembangkan jaringan kerja dengan lembaga lain
(pasar, keuangan). Kelompok memiliki data dasar yang mendukung aspek
pemasaran hasil pertanian/peternakan, dan mempunyai usaha penanganan
pasca panen.
4. Kelompok Tani Kelas Mandiri. Kelembagaan kelompok telah kuat
sehingga dapat melakukan evaluasi dan perencanaan, melakukan
monitoring secara rutin. Kelembagaan kelompok telah berkembang,
pendapatan anggota jelas meningkat dan memiliki akses terhadap
permodalan.
26

Konsep, Peran, Fungsi, Karakteristik, Pendekatan dan Gaya Kepemimpinan

Konsep Kepemimpinan
Octavina et al. (2013), kepemimpinan merupakan proses atau serangkaian
kegiatan yang saling berhubungan satu dengan yang lain berisi menggerakkan,
membimbing dan mengarahkan serta mengawasi orang lain dalam berbuat sama.
Kepemimpinan juga bisa diartikan proses interaksi antara pemimpin dengan
pegawainya untuk berbuat sesuatu yang sesuai dengan tujuan organisasi. Winoto
(2009), kepemimpinan merupakan suatu kemampuan yang melekat pada diri yang
memimpin yang hakekatnya meliputi suatu hubungan dengan manusia atau
dengan bawahan, agar mereka mau bekerja sama kearah pencapaian tujuan
perusahaan. Kemampuan untuk memimpin secara efektif sangat menentukan
berhasil tidaknya sebuah perusahaan dalam mencapai tujuan. Secara singkat
konsep kepemimpinan terdiri atas empat asumsi dasar, yaitu: 1) Kepemimpinan
berkaitan dengan pemupukan perubahan, 2) Kepemimpinan pada intinya
berbasiskan nilai-nilai, 3) Semua orang secara potensial adalah pemimpin, dan 4)
Kepemimpinan adalah suatu proses kolektif/kelompok.
Harianta (2002) mengemukakan bahwa faktor kepemimpinan dalam suatu
organisasi menjadi sangat penting manakala individu/anggota organisasi memiliki
dinamika yang tinggi dalam aktivitasnya disamping perubahan terus menerus
yang didorong oleh kemajuan teknologi, kata kunci dari fenomena ini adalah
kemampuan untuk mempengaruhi anggota organisasi sehingga mereka dengan
segala kesungguhan berusaha untuk mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan sebelumnya. Suatu organisasi akan berhasil atau bahkan gagal sebagian
besar ditentukan oleh faktor kepemimpinan. Yunasaf (2007) juga mengemukakan
bahwa salah satu faktor penting untuk terwujudnya kelompok tani yang efektif
adalah berjalannya kepemimpinan dari ketua kelompok tani tersebut. Ketua
kelompok dapat dipandang sebagai agen primer untuk efektifnya kelompok,
karena peran strategisnya dalam mempengaruhi atau menggerakkan anggota-
anggota di kelompoknya untuk mencapai tujuan-tujuan kelompok maupun dari
anggota-anggotanya. Ada empat indikator penting dalam melihat berjalannya
kepemimpinan dari ketua kelompok, yaitu dilihat dari segi: 1) kekuatan keahlian,
2) kekuatan rujukan, 3) pembawa aspirasi, dan 4) menjadi patner ager pembaharu.
Spencer dalam Johnathan (2017) mengidentifikasi beberapa kompetensi
yang akan semakin penting bagi pemimpin organisasi masa depan yaitu meliputi:
1) Kemampuan berpikir strategis yaitu kemampuan untuk memahami
kecenderungan perubahan lingkungan yang berlangsung cepat, peluang pasar,
ancaman kompentensi, kekuatan dan kelemahan organisasi yang dipimpinnya, 2)
Kepemimpinan dalam perubahan yaitu kemampuan untuk mengkomunikasikan
visi strategis organisasi kepada seluruh pihak yang terkait, menciptakan komitmen
dan motivasi, penggerak inovasi, serta mampu mengalokasikan sumber daya
organisasi secara optimal untuk mengantisipasi perubahan yang terjadi, 3)
27

Pengelolaan hubungan, yaitu kemampuan untuk membina hubungan di tengah-


tengah jaringan kerja yang kompleks, baik dengan partners usaha maupun pihak
lain yang memiliki pengaruh terhadap keberlangsungan organisasi.

Peran Kepemimpinan
Kusnadi (2005) mengemukakan bahwa kepemimpinan kontak tani adalah
ciri-ciri aktivitas kontak tani dalam melaksanakan perannya, untuk mencapai
tujuan kelompok. Peran yang diharapkan dapat dilakukan terhadap kelompok
sebagai pemimpin kelompok terdiri dari:
1. Memfasilitasi anggota kelompok dalam mencapai tujuan adalah
kontribusi tindakan kontak tani dalam membantu kelompok untuk
pencapaian tujuan dengan cara pengarahan, penjelasan dan sebagai
pelopor dalam kegiatan.
2. Membantu para anggota memenuhi kebutuhan adalah kontribusi
tindakan kontak tani dalam membantu memenuhi kebutuhan anggota
dalam melaksanakan kegiatan usaha tani yaitu: penjelasan hubungan
kebutuhan anggota dengan pencapaian tujuan dan bersikap adil
terhadap anggota.
3. Mewujudkan nilai kelompok adalah kontribusi tindakan kontak tani
dalam kedekatannya dengan anggota, kesepahaman dengan anggota
tentang nilai kelompok dan mampu menampung aspirasi anggota.
4. Mewakili pendapat anggota kelompok dalam berinteraksi dengan pihak
lain adalah kontribusi tindakan kontak tani dalam melakukan interaksi
mewakili pendapat anggota dengan pihak lain dan hubungan yang baik
antara anggota dengan kelompok lain.
Slamet dalam Ibrahim et al. (2014) mengemukakan bahwa peranan
pemimpin itu terdiri dari tiga macam, yaitu: 1) memperlancar komunikasi
kelompok, 2) meningkatkan motivasi anggota kelompok, dan 3) memberikan
fasilitas kelompok.

Fungsi Kepemimpinan
Menurut Mulyadi dan Rivai dalam Mutmainah dan Sumardjo (2014),
fungsi kepemimpinan dibagi ke dalam lima fungsi pokok kepemimpinan) yaitu:
1. Fungsi intruksi. Komunikasi yang terjadi antara pemimpin dengan
anggota di dalam sebuah organisasi merupakan komunikasi yang
bersifat satu arah. Dalam komunikasi ini biasanya pemimpin dijadikan
sebagai komunikator yang menentukan apa, bagaimana, bilamana, dan
di mana perintah dikerjakan agar keputusan dapat diwujudkan secara
efektif. Selain itu, pemimpin juga berkewajiban untuk memotivasi
anggota sehingga mereka mau untuk dapat melaksanakan perintah.
2. Fungsi konsultasi. Komuniksi yang terjadi adalah komunikasi yang
bersifat dua arah. Pemimpin memberikan keputusan yang kemudian
28

anggota memberikan masukan untuk memperbaiki dan


menyempurnakan keputusan yang telah ditetapkan untuk dilaksanakan.
Dengan adanya komunikasi dua arah maka diharapkan kepemimpinan
yang dijalankan dapat berlangsung efektif.
3. Fungsi partisipasi. Pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang
dipimpinnya. Pemimpin tetap berada pada posisi sebagai fungsi
pemimpin dan anggota berada pada posisi pelaksana.
4. Fungsi delegasi. Pemimpin memberikan atau melimpahkan wewenang
untuk menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan maupun tanpa
persetujuan dari pemimpin. Fungsi ini didasarkan pada kepercayaan
yang diberikan kepada seseorang dengan meyakini bahwa terdapat
kesamaan prinsip, persepsi, dan aspirasi.
5. Fungsi pengendalian. Seorang pemimpin berfungsi sebagai orang yang
dapat mengendalikan kelompok atau organisasinya. Pemimpin yang
sukses adalah pemimpin yang dapat mengatur aktivitas kelompoknya
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai bersama. Pengendalian dapat
diwujudkan dalam bentuk kegiatan bimbingan, memberikan
pengarahan, koordinasi dan pengawasan.

Karakteristik Kepemimpinan
Rue dan Byars dalam Marianti (2009) mengatakan bahwa karakteristik
tertentu diinginkan dalam banyak situasi kepemimpinan, yaitu: 1) Percaya Diri
(Self Confidence), 2) Memiliki Kekuatan Mental dan Fisik (Mental and physical
Endurance), 3) Antusias (Enthusiasm), 4) Rasa Tanggung-jawab (Sense of
Responsibility), serta 5) Memiliki Empati dan Hubungan Baik dengan Sesama
(Empathy and Good Human Relations).

Pendekatan Kepemimpinan
Wibowo (2011) mengemukakan tiga pendekatan kepemimpinan, yaitu:
1. Pendekatan Sifat (the Traits Approach)
Pendekatan sifat berusaha memahami kepemimpinan berdasarkan
keyakinan bahwa pemimpin yang baik memiliki “karakteristik bawaan”
dari lahir, baik menyangkut ciri fisik maupun kepribadian.
2. Pendekatan Gaya (the Style Approach)
Teori tentang gaya kepemimpinan berusaha mengkaji perilaku atau
tindakan pemimpin dalam mempengaruhi dan/atau menggerakkan para
pengikutnya guna mencapai suatu tujuan
3. Pendekatan Kontingensi (the Contingency Approach)
Gaya kepemimpinan yang efektif atau optimal merupakan hasil
penerapan strategi mempengaruhi pegawai dengan mempertimbangkan
dan mengkombinasikan karakteristik pemimpin, pegawai (pengikut),
dan konteks situasi.
29

Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan merupakan suatu cara yang digunakan oleh
pemimpin dalam mengarahkan dan mengatur anggotanya. Gaya kepemimpinan
menurut Lippit dan White dalam Octaviana (2013), yaitu:
a. Gaya Otokratis, yaitu gaya kepemimpinan otoritarian dapat pula disebut
tukang cerita. Pemimpin otokratis biasanya merasa bahwa mereka
mengetahui apa yang mereka inginkan dan cenderung mengekspresikan
kebutuhan-kebutuhan tersebut dalam bentuk perintah-perintah langsung
kepada bawahan.
b. Gaya Demokratik, yaitu gaya kepemimpinan yang dikenal pula sebagai
partisipatif. Gaya ini berasumsi bahwa para anggota organisasi yang
ambil bagian secara pribadi dalam proses pengambilan keputusan akan
lebih memungkinkan sebagai suatu akibat mempunyai komitmen yang
jauh lebih besar pada sasaran dan tujuan organisasi. Pendekatan tidak
berarti para pemimpin tidak membuat keputusan, tetapi justru
seharusnya memahami terlebih dahulu apakah yang menjadi 3 sasaran
organisasi sehingga mereka dapat mempergunakan pengetahuan para
anggotanya.
c. Gaya Laissez Faire, yaitu gaya kepemimpinan kendali bebas.
Pendekatan ini bukan berarti tidak adanya sama sekali pimpinan. Gaya
ini berasumsi bahwa suatu tugas disajikan kepada kelompok yang
biasanya menentukan teknik-teknik mereka sendiri guna mencapai
tujuan tersebut dalam rangka mencapai sasaran-sasaran dan kebijakan
organisasi.
Gaya kepemimpinan juga dikemukakan oleh Bass dalam Belem et al.
(2014) bahwa kepemimpinan transformasional merupakan salah satu model
kepemimpinan yang dapat membawa keadaan menuju kinerja tinggi pada
organisasi yang menghadapi tuntutan pembaruan dan perubahan. Bass juga
menyatakan bahwa kepemimpinan transformasional melalui kebijakan
rekruitmen, seleksi, promosi, pelatihan, dan pengembangan akan menghasilkan
kesehatan, kebahagiaan (well being) dan kinerja efektif pada organisasi saat ini.
Sedangkan menurut Burn dalam Belem et al. (2014) pada kepemimpinan
transaksional, hubungan antara pemimpin dengan bawahan didasarkan pada
serangkaian aktivitas tawar menawar antar keduanya. Karakteristik kepemimpinan
transaksional adalah contingent reward dan management by exception. Pada
contingen reward dapat berupa penghargaan dari pimpinan karena tugas telah
dilaksanakan, berupa bonus atau bertambahnya penghasilan atau fasilitas. Hal ini
dimaksudkan untuk memberi penghargaan maupun pujian untuk bawahan
terhadap upaya-upayanya. Selain itu, pemimpin bertransaksi dengan bawahan,
dengan memfokuskan pada aspek kesalahan yang dilakukan bawahan, menunda
keputusan atau menghindari hal-hal yang kemungkinan mempengaruhi terjadinya
30

kesalahan. Sedangkan menurut pendapat House dalam Lomanto (2012), ia


mengemukakan bahwa gaya kepemimpinan itu terbagi menjadi:
1. Kepemimpinan yang direktif (mengarahkan), memberikan panduan
kepada para karyawan mengenai apa yang seharusnya dilakukan dan
bagaimana cara melakukannya, menjadwalkan pekerjaan, dan
mempertahankan standar kinerja.
2. Kepemimpinan yang suportif (mendukung), menunjukkan kepedulian
terhadap kesejahteraan dan kebutuhan karyawan, bersikap ramah dan
dapat didekati, serta memperlakukan para pekerja sebagai orang yang
setara dengan dirinya.
3. Kepemimpinan partisipatif, berkonsultasi dengan para karyawan dan
secara serius memepertimbangkan gagasan mereka pada saat
mengambil keputusan.
4. Kepemimpinan yang berorientasi pada pencapaian, mendorong para
karyawan untuk berprestasi pada tingkat tertinggi mereka dengan
menetapkan tujuan yang menantang, menekankan kepada
kesempurnaan, dan memperlihatkan kepercayaan diri atas kemampuan
karyawan.

Dinamika Kelompok

Menurut Damanik (2013), dinamika kelompok merupakan kekuatan-


kekuatan yang terdapat di dalam ataupun di lingkungan kelompok yang akan
menentukan perilaku anggota-anggota dan perilaku kelompok tersebut untuk
melaksanakan berbagai kegiatan demi tercapainya tujuan kelompok yang
merupakan tujuan bersama. Dinamika kelompok dapat tercapai jika semua unsur
yang membangun kelompok berinteraksi dengan baik, baik unsur di dalam
kelompok itu sendiri maupun unsur-unsur di luar kelompok itu. Sedangkan dalam
penelitian Gani et al. (2010), ia mengemukakan bahwa dinamika kelompok
kualitas interaksi dan perilaku anggota kelompok tani hutan serta perkembangan
struktur dan pembagian tugas terhadap para anggotanya dalam mencapai tujuan
kelompok diantaranya untuk peningkatan keberdayaan para anggotanya.
Slamet (1987) dalam Wahyuni (2003), unsur-unsur yang mempengaruhi
dinamika kelompok, yaitu: 1) tujuan kelompok, 2) struktur kelompok, 3) fungsi
tugas, 4) tekanan pada kelompok, 5) pembinaan kelompok, 6) kekompakan, 7)
suasana kelompok, dan 8) efektivitas kelompok. Sedangkan menurut Ginting et.
al (2008), dinamika kelompok diukur dengan menggunakan komponen
indikatornya, yaitu: 1) kepemimpinan ketua kelompok, 2) tujuan kelompok, 3)
struktur kelompok, 4) fungsi tugas kelompok, 5) pembinaan dan pemeliharaan
kelompok, 6) kekompakan kelompok, 7) suasana kelompok, 8) tekanan
kelompok, dan 9) efektivitas kelompok. Lain halnya dengan Effendi (2004) yang
mengemukakan bahwa tingkat dinamika kelompok tani ada kecenderungan
31

dipengaruhi oleh unsur-unsur kemampuan kelompok, yaitu: a) perencanaan


kelompok, b) penyebaran informasi, c) kerjasama kelompok, d) kemampuan
mentaati perjanjian, e) pengembangan kader, f) mengatasi keadaan darurat, dan g)
meningkatkan rasa bahagia dan bangga anggota.
Rendahnya dinamika kelompok tani hutan dipengaruhi oleh: (a) kurang
efektifnya kepemimpinan kelompok tani hutan; (b) kurang kondusifnya dukungan
lingkungan terhadap peningkatan kehidupan para petani; dan (c) kurangnya
kemampuan tenaga Mandor Perhutani sebagai pendamping petani dan kelompok
tani (Gani et al. 2010).

Hubungan Kepemimpinan Ketua Kelompok terhadap Dinamika Kelompok


Tani

Ibrahim et al. (2014), berkaitan dengan peran membantu mengatur


kelompok-kelompok dalam pelaksanaan program pembangunan masyarakat desa
tersebut, pemimpin lokal mendukung terwujudnya kelompok yang dinamis dan
terjaga kelangsungannya melalui posisi pemimpin lokal sebagai pembina
kelompok. Ketua kelompok nyatanya memegang peran penting dalam
kedinamisan kelompok tersebut. Berdasarkan hasil penelitian Gani et al. (2010),
faktor pertama yang berpengaruh terhadap dinamika kelompok adalah keefektifan
kepemimpinan kelompok tani hutan. Kurang efektifnya kepemimpinan kelompok
tani hutan menyebabkan rendahnya dinamika kelompok tani hutan tersebut.
Ibrahim et al. (2014) juga mengemukakan bahwa pemimpin lokal memiliki
peranan sebagai pemimpin opini dan agen pembangunan dalam mendukung
terwujudnya kelompok yang dinamis dalam meningkatkan kemampuan kelompok
yang berkaitan dengan komunikasi, motivasi, memfasilitasi dan kontak sosial,
pengetahuan kelompok, dan menumbuhkan pengalaman kelompok.
32

SIMPULAN

Sintesis dari Analisis Pustaka

Pedesaan sering dianggap sebagai suatu daerah yang tertinggal. Secara


ringkas dapat dinyatakan bahwa jumlah desa tertinggal di Indonesia saat ini
mencapai 11.258 desa, atau 10.758 desa jika NAD tidak dimasukkan (Agusta
2007). Hal ini dikarenakan fasilitas yang kurang memadai, informasi yang tidak
tersebar secara merata serta daerahnya yang terpencil. Ketertinggalan ini juga
sering dihubungan dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) di pedesaan sering dinilai lebih rendah
dibandingkan di perkotaan. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks
Pembangunan Manusia menurut kabupaten atau kota pada tahun 2014 yang ada di
provinsi Jawa Barat baru mencapai 68,80 persen. Mayoritas penduduk desa
bermata pencaharian sebagai petani. Para petani di Indonesia mayoritas belum
berdaya, hal ini dikarenakan mereka masih memiliki kemampuan yang lemah
dalam hal bertani. Keberdayaan para petani harus didukung oleh program
pemberdayaan, hal ini dapat dinilai sebagai wadah untuk para petani mendapatkan
informasi sehingga kemampuan serta kompetensinya pun akan bertambah.
Melihat permasalahan yang dihadapi para petani, pemerintah berinovasi
menciptakan suatu kelompok tani yang dinilai dapat menjadi wadah
berkumpulnya para petani untuk saling berbagi informasi, untuk meningkatkan
kemampuan dan kompetensi, kerjasama antar petani serta didukung dengan
kegiatan penyuluhan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 67
Tahun 2016, kelompok tani memiliki ciri-ciri, yaitu: 1) saling mengenal, akrab
dan saling percaya diantara sesama anggota, 2) mempunyai pandangan dan
kepentingan serta tujuan yang sama dalam berusaha tani, dan 3) memiliki
kesamaan dalam tradisi dan/atau pemukiman, kawasan/hamparan usaha, jenis
usaha, status ekonomi dan sosial, budaya/kultur, adat istiadat, bahasa serta
ekologi. Setiap kelompok pasti mempunyai tujuan yang ingin dicapai dan
tujuannya pun berbeda-beda. Untuk mencapai tujuan ini dibutuhkan peran
pemimpin dalam mengatur kelompok tersebut. Pemimpin merupakan sosok yang
menjadi panutan bagi para anggotanya, karena ia dinilai lebih ahli dalam bidang
pertanian serta dinilai memiliki pengetahuan yang lebih dibandingkan anggota-
anggotanya, maka ia dipilih sebagai pemimpin yang mana bertugas mengatur
anggota-anggotanya. Dalam suatu kelompok dibutuhkan juga kedinamisan
kelompok agar kelompok tersebut dapat terus aktif dan berjalan. Kedinamikaan
kelompok ini juga dibutuhkan untuk mencapai tujuan kelompok.
Menurut Damanik (2013), dinamika kelompok merupakan kekuatan-
kekuatan yang terdapat di dalam ataupun di lingkungan kelompok yang akan
menentukan perilaku anggota-anggota dan perilaku kelompok tersebut untuk
33

melaksanakan berbagai kegiatan demi tercapainya tujuan kelompok yang


merupakan tujuan bersama. Dinamika kelompok membuat kelompok tersebut
terus aktif dan terus berjalan, selain itu juga dapat mengarahkan kelompok pada
pencapaian tujuan. Ginting et al. (2008), mengemukakan bahwa dinamika
kelompok diukur dengan unsur-unsur sebagai berikut: 1) kepemimpinan ketua
kelompok, 2) tujuan kelompok, 3) struktur kelompok, 4) fungsi tugas kelompok,
5) pembinaan dan pemeliharaan kelompok, 6) kekompakan kelompok, 7) suasana
kelompok, 8) tekanan kelompok, dan 9) efektivitas kelompok.
Dari pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan ketua
kelompok tani masuk ke dalam unsur yang mempengaruhi dinamika kelompok
tani agar kelompok tetap selalu aktif dan berjalan sesuai dengan tugasnya. Maka
dari itu, pemimpin dapat dikatakan juga mempunyai andil dalam mencapai tujuan
kelompok. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor
67 Tahun 2016, pengembangan Poktan diarahkan pada (a) penguatan Poktan
menjadi Kelembagaan Petani yang kuat dan mandiri; (b) peningkatan kemampuan
anggota dalam pengembangan agribisnis; dan (c) peningkatan kemampuan Poktan
dalam menjalankan fungsinya. Kelompok tani memiliki peran yang penting dalam
kehidupan masyarakat tani karena dinilai sebagai wadah dimana terkumpulnya
informasi untuk para petani serta ditambahkan dengan kegiatan penyuluhan untuk
meningkatkan kemampuan para petani itu sendiri. Namun, kelompok tani perlu
dijaga kedinamisan kelompoknya agar tetap aktif dan berjalan untuk mencapai
tujuan kelompok tani itu sendiri. Salah satu cara untuk mencapai kedinamisan
kelompok itu sendiri adalah bergantung pada kepemimpinan ketua kelompok tani.

Perumusan Masalah untuk Analisis Baru


Studi pustaka yang telah disusun oleh penulis ini menimbulkan
ketertarikan penulis untuk melakukan kajian lebih mendalam mengenai
Kepemimpinan, Kedinamisan Kelompok, Pencapaian Tujuan Kelompok Tani.
Kajian tersebut nantinya akan dilaksanakan dalam sebuah penelitian. Pada kajian
selanjutnya hal-hal yang akan dikaji lebih mendalam adalah mengenai beberapa
hal sebagai berikut:
1. Bagaimana gaya kepemimpinan ketua kelompok tani?
2. Bagaimana dinamika kelompok tani?
3. Bagaimana hubungan antara gaya kepemimpinan ketua kelompok tani
dengan kedinamisan kelompok untuk mencapai tujuan kelompok tani?

Usulan Kerangka Analisis Baru


Petani di Indonesia saat ini masih banyak yang belum berdaya dan
memiliki keahlian yang masih terbatas. Untuk menjawab pertanyaan tersebut,
pemerintah membuat program pemberdayaan yaitu suatu kelompok tani sebagai
34

wadah berkumpulnya informasi untuk para petani. Kelompok tani ini bukan hanya
sebagai kumpulan para petani saja, tetapi lebih pada kelas belajar, wahana kerja
sama, peningkatan produksi, pemberdayaan petani serta peningkatan kompetensi
untuk para petani. Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia
Nomor 67 Tahun 2016, unsur Pengikat Poktan, yaitu: 1) kawasan usahatani yang
menjadi tanggungjawab bersama di antara anggota, 2) kegiatan yang manfaatnya
dapat dirasakan oleh sebagian besar anggota, 3) kader yang mampu
menggerakkan petani dengan kepemimpinan yang diterima oleh anggota, 4)
pembagian tugas dan tanggung jawab sesama anggota berdasarkan kesepakatan
bersama, dan 5) motivasi dari tokoh masyarakat dalam menunjang program yang
telah ditetapkan. Pemimpin kelompok tani memiliki peran penting dalam
keberlanjutan dan keaktifan kelompok itu sendiri. Suatu kelompok memiliki
tujuan yang ingin dicapainya, peran pemimpin itu yang akan mendorong
pencapaiannya. Wibowo (2011) mengemukakan teori pendekatan kepemimpinan,
yaitu: 1) Pendekatan Sifat, 2) Pendekatan Gaya, 3) Pendekatan Kontingensi.
Penulis akan menggunakan pendekatan gaya dalam tulisan ini karena teori tentang
gaya kepemimpinan berusaha mengkaji perilaku atau tindakan pemimpin dalam
mempengaruhi dan/atau menggerakkan para pengikutnya guna mencapai suatu
tujuan.
Gaya kepemimpinan dianggap sebagai suatu cara yang digunakan oleh
pemimpin dalam mengatur dan mengarahkan anggotanya. House dalam Lomanto
(2012) mengemukakan bahwa gaya kepemimpinan terbagi menjadi: 1)
Kepemimpinan yang direktif (mengarahkan), 2) Kepemimpinan yang suportif
(mendukung), 3) Kepemimpinan partisipatif, dan 4) Kepemimpinan yang
berorientasi pada pencapaian. Gaya kepemimpinan yang dianut oleh ketua
kelompok tani nantinya akan berhubungan dengan keaktifan serta keberlanjutan
kelompok. Keaktifan serta keberlanjutan yang ada di dalam sebuah kelompok
bergantung pada dinamika kelompok itu sendiri. Damanik (2013), dinamika
kelompok merupakan kekuatan-kekuatan yang terdapat di dalam ataupun di
lingkungan kelompok yang akan menentukan perilaku anggota-anggota dan
perilaku kelompok tersebut untuk melaksanakan berbagai kegiatan demi
tercapainya tujuan kelompok yang merupakan tujuan bersama. Ginting et al.
(2008), dinamika kelompok diukur dengan menggunakan komponen indikatornya,
yaitu: 1) kepemimpinan ketua kelompok, 2) tujuan kelompok, 3) struktur
kelompok, 4) fungsi tugas kelompok, 5) pembinaan dan pemeliharaan kelompok,
6) kekompakan kelompok, 7) suasana kelompok, 8) tekanan kelompok, dan 9)
efektivitas kelompok. Kedinamisan kelompok akan mempengaruhi keaktifan
suatu kelompok, berjalannya suatu kegiatan dalam kelompok serta keberlanjutan
kelompok tani.
Berdasarkan pemaparan diatas, penyusunan studi pustaka ini memiliki
tujuan untuk menganalisis pengaruh kepemimpinan ketua kelompok tani terhadap
kedinamisan kelompok untuk mencapai tujuan kelompok tani.
35

Teori Pendekatan Kepemimpinan


(Wibowo 2011)

Pendekatan
Sifat Pendekatan
Kontingensi

Pendekatan
Gaya

Unsur-unsur Dinamika
Kelompok (Ginting et al. 2008)
1. Kepemimpinan Ketua
Gaya Kepemimpinan (House dalam Lomanto Kelompok
2012) 2. Tujuan Kelompok
1. Kepemimpinan Direktif 3. Struktur Kelompok
2. Kepemimpinan Suportif 4. Fungsi Tugas Kelompok
3. Kepemimpinan Partisipatif 5.Pembinaan dan Pemeliharaan
4. Kepemimpinan Orientasi pada Pencapaian Kelompok
6. Kekompakan Kelompok
7. Suasana Kelompok
8. Tekanan Kelompok
9. Efektivitas Kelompok

Kegiatan Kelompok
Tani

Kesejahteraan
Anggota Kelompok
Tani

Gambar 1. Usulan Kerangka Pemikiran Baru


36

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Agustina. 2008. Identifikasi Kelas Kemampuan Kelompok Tani Ternak


di Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba (Identification of Ability
Class of Livestock-Farmers Group in Herlang District, Bulukumba
Regency). JURNAL ILMU TERNAK. 8 (1): 77-82. [Internet]. [Diunduh
pada 15 Mei 2018]. Tersedia pada:
http://journal.unpad.ac.id/jurnalilmuternak/article/view/2218/2070
Agusta I. 2007. Desa Tertinggal. Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan
Ekologi Manusia. 1 (2): 233-252. [Internet]. [Diunduh pada 15 Mei
2018]. Tersedia pada:
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=83498&val=223&tit
le
[Bappenas] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Jumlah Kelompok Tani
(Poktan), Gabungan Kelompok Tani 2012-2013. [Internet]. [Diunduh
pada 28 April 2018]. Tersedia pada:
https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://bappe
nas.go.id/download.php%3Fid%3D3822&ved=2ahUKEwjA_4bbmunaA
hVGLI8KHacEBycQFjAAegQICBAB&usg=AOvVaw1A58lPSBC4AO
YvVB_SJOZI
Belem Wery, Hariadi Sunarru Samsi, Wastutiningsih Sri Peni. 2014. Pengaruh
Kepemimpinan Transformasional Terhadap Kemandirian Gapoktan.
JSEP. 7(2): 76-83. [diunduh 10 Maret 2018]. Tersedia pada:
https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JSEP/article/view/1448
[BPS] Badan Pusat Statistik. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Provinsi Jawa
Barat September 2017. Bandung (ID): Badan Pusat Statistik Provinsi
Jawa Barat. [internet]. [diunduh 23 Maret 2018]. Tersedia pada:
https://jabar.bps.go.id/publication/2018/02/08/ac5772c896763bd4d43557
3d/perkembangan-tingkat-kemiskinan-provinsi-jawa-barat-september-
2017.html
[BPS] Badan Pusat Statistik. Indeks Pembangunan Manusia menurut
Kabupaten/Kota pada tahun 2014. [Internet]. [Diunduh pada 28 April
2018]. Tersedia pada:
https://www.bps.go.id/dynamictable/2017/09/05/1271/indeks-
pembangunan-manusia-menurut-kabupaten-kota-2014-metode-baru-
.html
Ibrahim Helda, Ibrahim Tamzil, Zaim Majdah. 2014. Peranan Pemimpin Lokal
dalam Meningkatkan Kemampuan Kelompok (Kasus Kelompok Tani di
Desa Pulo Kencana Kecamatan Pontang Kabupaten Serang). Jurnal
Penyuluhan. 10 (1): 25-34. [diunduh 24 Februari 2018]. Tersedia pada:
http://ilkom.journal.ipb.ac.id/index.php/jupe/article/viewFile/9910/7748
37

Damanik Inta P.N. 2013. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dinamika Kelompok


dan Hubungannya dengan Kelas Kemampuan Kelompok Tani di Desa
Pulokencana Kabupaten Serang. Jurnal Penyuluhan. 9 (1): 33-40.
[diunduh 17 April 2018]. Tersedia pada:
https://www.neliti.com/publications/8503/faktor-faktor-yang-
mempengaruhi-dinamika-kelompok-dan-hubungannya-dengan-kelas-
k&ved=2ahUKEwjqzsiOo-
jaAhVE6Y8KHVqkDP8QFjAAegQIBhAB&usg=AOvVaw1Pwt7YcyBv
gkoM97j2A6_2
Effendi Midiansyah. 2004. Hubungan Dinamika Kelompok Tani terhadap
Penerapan Teknologi Tanaman Sayuran Dataran Rendah. EPP. 1 (1): 29-
34. [diunduh 24 April 2018]. Tersedia pada:
http://agb.faperta.unmul.ac.id/wp-content/uploads/2017/04/jurnal-vol-1-
no-
1midi.pdf&ved=2ahUKEwiS84u2nunaAhUGW7wKHVu7CgQFjABegQ
IBxAB&usg=AOvVaw33KvGE_L-cXKgM5VXb-Eft
Falentino Robby Prasetyo dan Stefannus Heru. 2015. Hubungan Perilaku
Pemimpin dengan Keaktifan Anggota Kelompok Tani di Desa
Sukanagalih Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur. Jurnal Agroscience. 5
(2): 43-47. [diunduh 12 Maret 2018]. Tersedia pada:
https://jurnal.unsur.ac.id/agroscience/article/download/113/59
Gani DS, Sumardjo, Susanto D, Utama S. 2010. Dinamika Kelompok Tani Hutan
pada Pengelolaan Hutan Produksi Bersama Masyarakat di Perum
Perhutani Unit I Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Penyuluhan. 6 (1): 50-62.
[diunduh 10 Mei 2018]. Tersedia Pada:
http://journal.ipb.ac.id/index.php/jupe/article/view/10665
Ginting B, Slamet M, Tjitropranoto P, Yunasaf U. 2008. Peran Kelompok
Peternak dalam Mengembangkan Keberdayaan Peternak Sapi Perah
(Kasus Di Kabupaten Bandung). Jurnal Penyuluhan. 4 (2): 109-115.
[diunduh 14 April 2018]. Tersedia pada:
http://mail.student.ipb.ac.id/index.php/jupe/article/view/9856
Harianta Jana. 2012. Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Kineria Pegawai
dikantor Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali. Transformasi. 14 (22): 1-
6. [diunduh 7 Mei 2018]. Tersedia pada:
http://ejurnal.unisri.ac.id/index.php/Transformasi/article/download/35/8
Johnathan Horiyanto Marc. 2017. Studi Deskriptif Gaya Kepemimpinan pada PT
Perusahaan Cat. AGORA. 5 (1). [diunduh 7 Mei 2018]. Tersedia pada:
https://media.neliti.com/media/publications/55988-ID-studi-deskriptif-
gaya-kepemimpinan-pada.pdf
Lomanto Silvia Losiana. 2012. Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kepuasan
Kerja Dengan Moderasi Locus Of Control dan Kejelasan Tugas pada
Peran Auditor Yunior. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi. 1 (1): 21-25.
38

[diunduh 10 Mei 2018]. Tersedia Pada:


Http://Jurnal.Wima.Ac.Id/Index.Php/JIMA/Article/Viewfile/7/5
Marianti Maria Merry. 2009. Teori Kepemimpinan Sifat. Bina Ekonomi Majalah
llmiah Fakultas Ekonomi Unpar. 13 (1): 59-63. [diunduh 12 April 2018].
Tersedia pada:
http://journal.unpar.ac.id/index.php/BinaEkonomi/article/view/712/696
Martiskainen Mari. 2017. The Role of Community Leadeship in the Development
of Grassroots Innovations. Environmental Innovation and Societal
Transitions. 22 (2017): 78-89. [diunduh 12 April 2018]. Tersedia pada:
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2210422416300417
Matindas Krisharini, Saleh Amiruddin, Zakiah. 2017. Gaya Kepemimpinan dan
Perilaku Komunikasi GPPT dengan Kapasitas Kelembagaan Sekolah
Rakyat di Kabupaten Muara Enim. Jurnal Penyuluhan. 13 (2): 133-142.
[diunduh 7 Maret 2018]. Tersedia pada:
http://jai.ipb.ac.id/index.php/jupe/article/view/14977/12981
Metalisa Rindi, Saleh Amiruddin, Tjitopranoto Prabowo. 2014. Peran Ketua
Kelompok Wanita Tani dalam Pemanfaatan Lahan Pekarangan yang
Berkelanjutan. Jurnal Penyuluhan. 10 (2): 158-170. [diunduh 11 Maret
2018]. Tersedia pada:
http://journal.ipb.ac.id/index.php/jupe/article/view/9924
Mutmainah Rika dan Sumardjo. 2014. Peran Kepemimpinan Kelompok Tani dan
Efektivitas Pemberdayaan Petani. Jurnal Sosiologi Pedesaan. 2 (3): 182-
199. [diunduh 22 Maret 2018]. Tersedia pada:
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/72146
Octavina Mutiara Aliefty, Rengu Stefanus Pani, Suryadi. 2013. Kepemimpinan
Bupati dalam Meningkatkan Pembangunan (Studi Tentang
Kepemimpinan Bupati Di Kabupaten Bangkalan 2003-2013). Jurnal
Administrasi Publik (JAP). 1 (5): 910-917. [diunduh 7 Mei 2018].
Tersedia pada:
http://administrasipublik.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jap/article/vie
w/142/133
Ofuoku Albert. 2012. Criteria for selection of leaders among farmers’groups for
sustainable agricultural development in Delta State, Nigeria. Spanish
Journal of Rural Development. III (2). [diunduh 11 April 2018]. Tersedia
pada:
http://www.academia.edu/download/42536982/Criteria_for_selection_of
_leaders_among_20160210-7962-2rra9d.pdf
[Permentan] Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 67 Tahun
2016. [Internet]. [Diunduh pada 28 April 2018]. Tersedia pada:
http://perundangan.pertanian.go.id/admin/file/Permentan%252067-
2016%2520Pembinaan%2520Kelembagaan%2520Petani.pdf&ved=2ahU
KEwi75arbtujaAhXELY8KHSLmAxAQFjAAegQICBAB&usg=AOvVa
w0Csg6XS2onRkLNvH1kQZb5
39

Priyanto D. dan Suradisastra Kedi. 2011. Pemberdayaan Posisi dan Peran Tokoh
Tradisional dalam Upaya Pengembangan Ternak di Provinsi Banten.
WARTAZOA. 21 (2): 51-59. [diunduh 16 Maret 2018]. Tersedia pada:
http://peternakan.litbang.pertanian.go.id/fullteks/wartazoa/wazo212-1.pdf
Setiawan Nendi, Rochdiani Dini, Ramdan Mochamad. 2015. Hubungan Antara
Perilaku Kepemimpinan dengan Partisipasi Anggota dalam Kegiatan
Gapoktan Pusakamukti (Suatu Kasus di Desa Pusakasari Kecamatan
Cipaku Kabupaten Ciamis). Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO
GALUH. 1 (2): 109-116. [diunduh 22 Maret 2018]. Tersedia pada:
http://ejournal.unigal.ac.id/html/index.php?id=1189&edisi_teng=&tenga
h_isi=eusi
Wibowo Udik Budi. 2011. Teori Kepemimpinan. Yogyakarta [ID]: BKD Kota
Yogyakarta. [diunduh 15 Mei 2018]. Tersedia pada:
https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://staffne
w.uny.ac.id/upload/131656351/pengabdian/C%2B2011-
13%2BTeori%2BKepemimpinan.pdf&ved=2ahUKEwixs6u--
onbAhXKlpQKHf6aAgUQFjABegQICBAB&usg=AOvVaw389z7f8M2
nNe0yEmWbho7F
Winoto Tj Hery. 2009. Gaya Kepemimpinan Model Leader Members Exchange
dan Motivasi serta Kinerja. Jurnal Ilmiah Manajemen Bisnis Ukrida. 9
(2): 85-94. [diunduh 7 Mei 2018]. Tersedia pada:
https://www.neliti.com/id/publications/97214/gaya-kepemimpinan-
model-leader-members-exchange-dan-motivasi-serta-kinerja
40

RIWAYAT HIDUP

Erin Maylina lahir di Tangerang pada tanggal 5 Mei 1997. Penulis


merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Sarto dan Maryati,
dua adik perempuannya yaitu Syafira Wulandari dan Khalisa Khumaira. Penulis
menamatkan sekolah di SDN CIMUNING I tahun 2009, SMPN 26 BEKASI
tahun 2012 dan SMAN 9 BEKASI tahun 2015. Saat ini, penulis sedang
mengenyam pendidikan S1 Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat di Institut Pertanian Bogor.
Selama menempuh pendidikan di SMAN 9 BEKASI, penulis menjadi
bagian dari OSIS dengan menempati jabatan sebagai Wakil Ketua Sekbid 2
Bidang Lingkungan Hidup periode 2012-1013, setelah itu penulis menjabat
sebagai Ketua Ekstrakurikuler Pecinta Alam periode 2013-2014. Saat menjadi
bagian dari OSIS, peneliti telah menjadi panitia dari berbagai acara yaitu
Classmeeting, Pentas Seni, Pelantikan Ekstrakurikuler serta MOPDB. Selama
menempuh pendidikan di IPB, penulis juga aktif mengikuti komunitas, organisasi
dan kepanitiaan baik di dalam maupun luar kampus IPB. Pada tahun pertama di
IPB, penulis menjadi bagian dari kepanitiaan Get Closer To IPB Season 6 Divisi
Sponsorship dan MPKMB IPB 53 Divisi PJK. Di tahun kedua, penulis menjadi
pengurus HIMASIERA Divisi Broadcasting, selain itu penulis juga menjadi
bagian dari komunitas luar IPB yaitu Kampoeng Hompimpa Divisi Marketing dan
menjadi panitia Get Closer To IPB Season 8 Divisi Sponsorship. Selama menjadi
pengurus HIMASIERA, penulis telah menjalankan proker-proker yang ada di
Divisi Broadcasting, salah satunya yaitu kunjungan ke TRANS TV dan NET TV.
Pada tahun ketiga, penulis mengikuti kepanitiaan IPB Art Contest Divisi
Perlombaan serta menjadi Asisten Praktikum Mata Kuliah Sosiologi Umum.

Anda mungkin juga menyukai