49 Pages 379.3KB
Feb 15, 2024 8:11 AM GMT+7 Feb 15, 2024 8:12 AM GMT+7
Summary
I
3
POLA INTERAKSI SOSIAL ANAK TUNA GRAHITA DI PANTI SOSIAL BINA
NETRA AMAL MULIA BENGKULU
Skripsi
Disusun Oleh:
YETIHERLINA
19070016
8
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS
PROF.DR. HAZAIRIN,SH
2022/2023
I
II
ABSTRAK
3
Yeti Herlina, NIM 19070016 Studi Deskriptif Tentang Pola Interaksi Sosial Anak
Tunagrahita Di Panti Sosial Binanetra Amal Mulia Kota Bengkulu.
III
1
Penelitian ini dilatar belakangi oleh adanya anak tunagrahita merupakan anak
yang memiliki IQ dibawah rata-rata, yang mana anak tersebut dalam
kesehariannya memerlukan bantuan orang lain untuk sekedar mengurus atau memiliki
kesulitan dalam berinteraksi sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bimbingan guru dalam interaksi sosial pada anak tunagrahita. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis peneliti ini adalah studi kasus.
Kemudian pengumpulan data dengan menggunakan metode observasi,
wawancara dan dokumentasi. Hasil dari penelitian yang dilakukan peneliti adalah
sebagai berikut: 1) Proses Interaksi Sosial Anak Tunagrahita di Sekolah Luar Biasa Amal
1
Mulia dan Panti Kota Bengkulu interaksi sosial sangat kurang dan lambat merespon. 2)
Bimbingan Guru Pada Interaksi Sosial Anak Tunagrahita di Sekolah Luar Biasa Amal
1
Mulia dan Panti Amal Mulia Kota Bengkulu dengan cara memahami karakter anak,
melakukan pendekatan khusus secara individu dengan penuh kelembutan dan kasih
sayang, sabar, melakukan teknik secara langsung maupun tidak langsung dan
melibatkan kerja sama dengan orangtua. 3) kendala yang dihadapi yaitu dari guru,
siswa, media dan sarana prasarana. 4) upaya untuk mengatasi kendala yaitu guru
berusaha merekrut guru sesuai bidangnya dan mengikuti pelatihan, dari pihak sekolah
berupaya memberikan kesadaran kepada orang tua tentang pendidikan pada anak
berkebutuhan khusus tunagrahita, guru harus kreatif memanfaatkan media yang
dan ada pihak sekolah akan berusaha memenuhi fasilitas-fasilitas yang menunjang
proses pembelajaran dan interaksi sosial.
ABSTRACT
3
Yeti Herlina, NIM 19070016 Studi Deskriptif Tentang Pola Interaksi Sosial Anak
Tunagrahita Di Panti Sosial Binanetra Amal Mulia Kota Bengkulu.
1
This research is motivated by the existence of mentally retarded children, namely
children who have an IQ below the average, where these children in their daily lives need
1
help from other people to just take care of them or have difficulty in social interaction.
This research aims to determine teacher guidance in social interaction for mentally
IV
1
retarded children. This research uses a qualitative approach and the type of research is a
case study. Then collect data using observation, interviews and documentation methods.
The results of the research conducted by researchers are as follows: 1) The process of
social interaction for mentally retarded children at the Amal Mulia Special School and the
1
Bengkulu City Home, social interaction is very lacking and slow to respond. 2) Teacher
Guidance on the Social Interaction of Children with Mental Disabilities at the Amal
1
Mulia Special School and the Amal Mulia Home in Bengkulu City by understanding the
child's character, taking a special individual approach with full gentleness and affection,
being patient, using techniques directly and indirectly and involving cooperation with
parents. 3) the obstacles faced are from teachers, students, media and infrastructure. 4)
efforts to overcome obstacles, namely teachers trying to recruit teachers according to
their fields and taking part in training, the school trying to provide awareness to parents
about education for children with special needs for mental retardation, teachers must be
creative in using media and the school will try to provide facilities which supports the
learning process and social interaction.
KATA PENGANTAR
V
23
Allhamdulillah penulis panjatkan kehadiran Allah SWT dan hidaya-nya sehingga Skripsi
ini dapat diselesaikan. Skripsi ini berjudul “Pola Interaksi Sosial Anak Tuna Grahita Di
21
Panti Amal Mulia Kota Bengkulu“ penulisan ini disusun untuk melengkapi salah satu
syarat untuk mencapai sarjana program studi Bimbingan dan Konseling.
14
Dalam penulisan Skripsi ini penulis mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai
pihak baik langsung maupun tidak langsung terutama penulis ucapakan terimakasih
kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Yulfiperius, M.Si selaku Rektor Universitas Prof. Dr. Hazairin SH
Bengkulu.
8
2. Dedi Guntar, S.Pd.,M.Si selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Bengkulu.
8
4. Ibu Dian Mustika Maya, S.Psi. MA selaku Dosen Pembimbing Utama
Penulis
Yeti Herlina
PERSEMBAHAN
VI
MOTTO
Kamu tidak harus menjadi hebat untuk memulai, tetapi kamu harus mulai untuk
menjadi hebat.
18
Jangan bandingkan prosesmu dengan orang lain karena tidak semua bunga
tumbuh mekar secara bersamaan.
VII
20
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
NPM : 19070016
31
Program Studi : Bimbingan dan Konseling
28
Menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Pola Interaksi Sosial Anak Tuna
17
Grahita di Panti Sosial Bina Netra Amal Mulia “ dengan sesungguhnya disusun
5
seluruhnya merupakan hasil karya saya sendiri. Adapun bagian tertentu dalam
penulisan Skripsi yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah dituliskan
sumbernya secara jelas sesuai dengan norma kaidah, dan etika penulisan ilmiah.
Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian skripsi ini bukan hasil
karya saya sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, saya bersedia
menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya sandang dan sanksi-sanksi
lainyya dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Yeti Herlina
19070016
15
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN
............................................................................................................................................. ii
i
ABSTRAK
............................................................................................................................................. i
v
ABSTRACT ....................................................................................................................... v
KATA PENGANTAR
............................................................................................................................................. v
i
IX
HALAMAN PERSEMBAHAN
............................................................................................................................................. v
ii
MOTO
............................................................................................................................................. v
iii
BAB I. PENDAHULUAN
B. Profil Informan
................................................................................................................................. 1
9
17
C. Pola Interaksi Sosial Anak Tuna Grahita di Panti Sosial Bina Netra Amal Mulia
Kota Bengkul.........................................................................................20
3
D. Kendala yang dihadapi Guru Pada Bimbingan Anak Tuna Grahita di Panti Sosial
Bina Netra Amal Mulia Kota Bengkulu
................................................................................................................................. 2
7
3
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan
................................................................................................................................. 3
4
B. Saran
................................................................................................................................. 3
5
DAFTAR PUSTAKA
............................................................................................................................................. 3
6
LAMPIRAN
1
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah yang lebih humanis dan holistik untuk menyebut anak yang
memiliki kelainan tersebut adalah anak berkebutuhan khusus (ABK).
Pandangan konsep ABK (children with special need) merupakan konsep luas
yang mencangkup anak yang memiliki kebutuhan khusus yang bersifat
permanen, akibat dari anak penyandang cacat atau anak berkebutuhan
khusus yang bersifat te temporer (Santoso, 2012:2). Anak yang mengalami
kesulitan dalam menyesuaikan diri akibat trauma kesusahan, kesulitan
konsesntrasi karena kekeliruan guru mengajar anak sering diperlakukan
dengan kasar pada saat tidak bisa membaca, dikategorikan sebagai anak
berkebutuhan khusus temporer. Dengan demikian layanan pendidikan tidak
lagi di dasarkan atas ketidakmampuan, tidak normal dan atau kecacatan.
Namun, pada hambatan belajar yang dialami setiap kebutuhan individu untuk
dapat mencapai perkembangan optimal. Oleh karena itu layanan pendidikan
ABK tidak harus di sekolah khusus, tetapi bisa dilayani di sekolah reguler
(sekolah inklusi) (UNESCO, 2010). Secara ringkas anak berkebutuhan
khusus adalah anak yang mengalami hambatan pada pertumbuhan dan
perkembangan secara normal pada perilaku, emosi, psikis dan fisik, sehingga
dalam mengembangkan potensinya membutuhkan pendidikan khusus dan
perhatian secara lebih. Menurut World Health Organization (WHO),
berdasarkan pembahasan tersebut di atas, disimpulkan bahwa anak
berkebutuhan khusus adalah anak-anak yang ada dirinya ditemukan dalam
tiga kategori yaitu impairment (penurunan nilai), handicapped (cacat), dan
disability (disabilitas). Penyebab dari ketiga faktor tersebut bisa dikarenakan
faktor yang berhubungan dengan kemiskinan serta kehidupan ekonomi,
3
tenaga kerja anak dan kekurangan gizi. Gangguan tersebut akan menyebabkan
anak-anak yang mengalami gangguan dalam mobilitas, penglihatan,
pendengaran, bicara, masalah emosi dan bahasa, kemampuan intelektual dan,
serta kombinasi dari berbagai gangguan tersebut.
2
Istilah anak berkebutuhan khusus permanen dan temporer
dikarenakan adanya pertumbuhan dan perkembangan paradigma pendidikan
bagi ABK. Pardigma baru bagi ABK adalah hak memperoleh pendidikan
yang layak disekolah khusus maupun regular (inklusi). Anak yang termasuk
pada klasifikasi ABK temporer adalah mereka yang mengalami hambatan
pada perkembangan dalam kurun waktu tertentu, jadi hambatan tersebut
hanya bersifat tidak tetap atau sementara. Anak berkubutuhan khusus
temporer, anak menjadi berkebutuhan khusus permanen jika tidak diberikan
terapi secara optimal. Penyebab ABK temporer ada empat yaitu, 1) anak
mengalami kesulitan kosentrasi karena sering diperlakukan kasar oleh
keluarga dan lingkungannya, 2) anak korban narkoba, 3) anak korban
kerusuhan, 4) anak yang tidak bisa membaca karena kekeliruan guru
mengajar dan 5) trauma akibat bencana alam (Miriam, 2011)
anak tunagrahita menurut Brown et al (1991), Wolery & Haring (1994) pada
Exceptional Children, fifth edition (1996): p. 485-486 adalah: 1) Lamban
dalam mempelajari hal-hal yang baru, mempunyai kesulitan dalam
mempelajari pengetahuan abstrak, dan selalu cepat lupa; 2) Kemampuan
bicaranya sangat kurang bagi anak tunagrahita berat; 3) Kesulitan dalam
menggenaralisasi dan mempelajari hal-hal yang baru, 4) Cacat fisik dan
perkembangan gerak, 5) Kurang dalam kemampuan menolong diri sendiri, 6)
Tingkah laku dan interaksi yang tidak lazim, 7) Tingkah laku kurang wajar
yang terus menerus.
3
Berdasarkan observasi awal peneliti bahwa anak Tunagrahita yang
berada di Panti Sosial Binanetra Amal Muliya mereka telah tinggal disana,
ada yang dari awal masuk sekolah hingga sekarang anak-anak Tunagrahita
memang harus sudah ada kemandirian sebelum tinggal di panti, sehingga saat
tinggal di panti pihak panti dan guru pembimbing hanya saja
mengembangkan kemandirian yang telah dimiliki. Adapun kemandirian yang
dimaksud seperti telah bisa membuang air kecil sendiri tanpa bantun orang
lain anak-anak sebelum masuk panti harus ada kemandirian yang sederhana
seperti ke kamar mandi sendiri sehingga tidak merepotkan orang lain, karena
anak-anak Tunagrahita jauh dari orang tua sehingga mereka harus sudah ada
kemandirian sebelum masuk panti. Sebagian dari orang tua anak Tunagrahita
masih sering menyempatkan untuk mengunjungi anaknya dan ada juga orang
tua yang jarang mengunjungi anaknya karena terkendala dengan jarak rumah
yang jauh.
2
C. Tujuan
D. Manfaat:
2
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan motivasi
Inklusi khususnya tentang interaksi sosial anak tunagrahita ringan
terutama pada aspek kemampuan dalam interaksi sosial.
6
2
E. Batasan Penilitian
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pengertian Anak Tunagrahita
Anak yang memiliki keterbatasan dalam berpikir atau intelektual di bawah
rata-rata disebut anak tunagrahita ringan (Sutjihati Somantri, 20011: 104). Anak
tunagrahita memiliki istilah lain untuk menyebut di antaranya: mentally retarded,
mental retardation, mental defective dan mental deficincy. Pengertian tentang anak
tunagrahita menurut AAMD (American Associations Mental Deficiency) sebagai
berikut: Intelektual manusia di bawah rata-rata menyebabkan keterbelakangan
mental fungsi secara jelas dan tidak mampu dalam menyesuaikan perilaku yang
terjadi di lingkungannya pada masa perkembangan (Kauffman Hallahan dalam
Sutjihati Somantri, 2012: 104). Menurut Mumpuniarti (2013: 20), dalam aspek
sosial, kelaianan dan keterbatasan manusia sangat berpengaruh atau menghambat
berpartisipasi dalam masyarakat secara maximal bahkan di dalam masyarakat
7
menjadi beban terutama dalam keluarga. Yang dimaksud beban adalah segala sesuatu
semua kegiatan masih tergantung kepada orang lain. Seseorang dapat dikatakan
kurang mampu dalam berpikir atau lemah otak, tidak dapat hidup sederhana di
lingkungan masyarakat dengan kemampuan sendiri dan jika mampu perlu
penyesuaian diri dalam keadaan sangat baik adalah definisi pandangan sosial oleh
Herdershe (Mumpuniati, 2013:27) Karakteristik umum pada anak tunagrahita
(Sutjihati Somantri, 2012: 105- 106) antara lain:
Keterbatasan Intelegensi
Anak tunagrahita tidak bisa tanggung jawab dalam lingkungan sosial, mengalami
kesulitan mengurus dirinnya sendiri, hidupnya tergantung pada orang tua atau orang
di sekitarnya, mudah terpengaruh oleh orangdisekitarnya, dan tanpa memikirkan
akibat dalam melakukan sesuatu.
Ada empat klasifikasi pada anak tunagrahita, yaitu ringan, sedang, berat dan sangat
berat. Berdasarkan pengklasifikasian ini pada tes Standford Binet dan Skala Wesch
(WISC)
Level IQ
a. Tunagrahita Ringan
Tunagrahita ringan disebut juga maron atau debil. Anak tunagrahhita tingkat
ringan masih bisa membaca, menulis dan berhitung (calistung) secara sederhana
tingkat mudah. Mumpuniarti (2013: 41-42) mengungkapkan bahwa anak tunagrahita
ringan mampu bergaul dengan lingkungan sekitarnya, mampu melakukan pekerjaan
sederhana, dan melakukannya secara penuh tanggung jawab. Senada dengan terori di
atas, Moh. Amin (2010: 22) menjelaskan bahwa anak tunagrahita ringan mempunyai
kemampuan untuk berkembang atau berfikir dalam bidang akademik, penyesuaian
sosial di lingkungan sekitar, dan mampu dalam melakukan pekerjaan. Dalam
penyesuaian sosial, anak tunagrahita ringan dapat bergaul atau membaur dengan
lingkungannya, menyesuaikan diri dalam lingkungan sosial yang lebih luas dan
mandiri dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Menurut Scheneider (Yettie
Wandansari, 2011: 87), penyesuaian sosial di sekolah diartikan sebagai kemampuan
siswa dalam adaptasi dengan lingkungan sekolah sehingga siswa mampu
berinteraksi secara wajar, baik daninteraksi yang terjalin dapat memberikan kepuasan
bagi diri danlingkungannya.
b. Tunagrahita Sedang
ketika sudah di beri bantuan, rasa belas kasihan dan rasa keadilan Mumpuniarti,
(2013: 28).
Tunagrahita tingkat berat disebut juga idiot. Kelompok ini di bedakan lagi
menjadi tunagrahita berat (severe) dan sangat berat (profound). anak tunagrahita
tingkat berat dan sangat berat membutuhkan perawatan, perhatian lebih atau khusus
dan bimbingan secara terus menerus dalam hal berpakaian, mandi, makan dan lain-
lain Sutjihati (2011:106-108). Mumpuniarti (2013:29) menjelaskan bahwa anak
tunagrahita tingkat berat dan sangat berat memiliki keterbatasan untuk berhubungan
dengan orang lain, tidak mempunyai rasa kasih sayang dan bersikap apatis atau tidak
peduli pada sekitarnya.
Anak tunagrahita ringan pada aspek fisik tidak memiliki perbedaan dengan
anak normal pada umumnya, tetapi psikis anak tunagrahita memiliki perbedaan
dengan anak normal pada umumnya. Menurut Mumpuniarti (2013: 41), ada 3
karakteristik pada anak tunagrahita yaitu secara sosial, psikis dan fisik yang dapat
dijabarkan sebagai berikut :
Kondisi fisik anak tunagrahita ringan tidak ada perbedaan dengan anak
normal, akan tetapi dalam keterampilan motorik lebih rendah dibandingkan
dengan anak normal lainnya.
Kondisi psikis anak tunagrahita ringan kemampuan dalam berpikir kurang,
mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas yang melibatkan fungsi
mental dan intelektual yang secara bersamaan. Anak tunagrahita masih dapat
diberikan pelajaran akademis seperti membaca, menulis dan berhitung
(calistung) yang sederhana.
Kondisi sosial dan kepribadian anak tunagrahita ringan acuh tak acuh (tidak
peduli), cenderung menarik diri, mudah frustasi atau stres dan bergaul dengan
anak yang berusia lebih muda dan kurang percaya diri. Pekerjaan yang
dilakukan pada anak tunagrahita ringan bersifat semi-skilled berarti
sederhana ringan dilakukan.
b. Interaksi Sosial
Interaksi sosial berasal dari dua kata, yaitu interaksi dan sosial. Menurut
2
Departemen Pendidikan Nasional (2009:438 Memiliki kemampuan yang terbatas
2
dalam bidang intelektual, sehingga dapat dilatih untuk membaca, menulis), interaksi
sosial berati hubungan sosial yang dinamis anatar individu dengan individu,
kelompok dengan individu, maupun kelompok dengan kelompok. Soerjono Soekanto
(2012:56) mengungkapkan bahwa interaksi sosial hanya berlagsung antara pihak-
pihak apabila terjadi reaksi dari kedua belah pihak. Apabila seorang siswa memukul
kursi atau meja, tidak akan terjadi interaksi sosial karena kursi atau meja tersebut
tidak akan memberikan reaksi dan mempengaruhi siswa yang telah memukulnya.
Menurut Wedjajati (2010), manusia mampu beradaptasi atau menyesuaikan diri
11
Ada dua syarat agar terjadinya interaksi sosial yaitu adanya komunikasi dan
kontak sosial (Soerjono Soekanto, 2012: 59). Terjadinya interaksi sosial merupakan
hubungan individu dengan individu lainnya maka disebut kontak sosial. Sebagai
gejala sosial, di dalam kontak tidak memerlukam hubungan badaniah, karena
seseorang melakukan hubungan dengan pihak lain tanpa menyentuhnya. Sebagai
contoh, seseorang berkomunikasi dengan orang lain, berhubungan satu dengan yang
lainnya melalui perantara atau alat secara tidak langsung seperti surat, radio, televisi,
telepon dan sebagainya. Menurut (Soerjono Soekanto, 2012: 59) ada 3 bentuk di
dalam kontak sosial antara lain:
Antara individu dengan individu Burhan Bungin (2006: 56) menjelaskan bahwa
seseorang mempelajari norma- norma yang terjadi di lingkungan masyarakat. Antara
individu dengan suatu kelompok atau sebaliknya Kontak sosial terjadi apabila
seseorang merasakan bahwa tindakannya berlawanan dengan norma-norma di
lingkungan masyarakat.
Antara kelompok dengan kelompok.
Kontak ini terjadi pada kelompok manusia dengan kelompok lainnya untuk
mengerjakan sesuatu secara bersamaan. Komunikasi mengakibatkan kerja sama
antara individu individu antara kelompok-kelompok manusia. Akan tetapi, tidak
selalu komunikasi menghasilkan kerja sama bahkan suatu perdebatan mungkin akan
terjadi akibat kesalah pahaman atau karena masing-masing sama sama egois. Ada 3
faktor terjadinya interaksi sosial menurut Morgan et.al. (Tin Suharmini, 2009: 142-
143) yaitu: Adanya usaha untuk mengembangkan interaksi sosial. Kelly (Tin
Suharmini, 2009: 143) mengungkapkan bahwa tingkat interaksi antara dua orang
atau lebih akan meningkat atau menurun tergantung pada tingkat kontak yang
dilakukan pada saat berinteraksi, apakah menarik atau tidak. Memiliki daya tarik
12
Proses Asosiatif
Proses asosiatif adalah sebuah proses terjadinya yang saling pengertian kerja
sama timbal balik antara orang dengan perorang atau kelompok satu dengan
kelompok lainnya (Burhan Bungin, 2011: 58). Proses asosiatif menghasilkan
pencapaian dalam tujuan bersama. Adapun bentuk-bentuk proses asosiatif adalah
sebagai berikut:
Menurut Burhan Bungin (2011: 59), kerja sama adalah usaha bersama antar
individu atau kelompok untuk mencapai satu atau lebih untuk tujuan bersama. Kerja
sama dapat terjadi apabila di antara individu atau kelompok tertentu menyadari
adanya kepentingan dan ancaman yang sama. Soerjono Soekanto (2012: 66)
menjelaskan bahwa kerja sama mungkin akan bertambah kuatapabila ada bahaya dari
luar yang mengancam suatu kelompok tertentu.
Akomodasi (Accomodation)
2
Interaksi Sosial Anak Tunagrahita
Interaksi sosial dapat terjadi antara individu dengan individu, individu dengan
kelompok, maupun kelompok satu dengan kelompok lainnya. Interaksi sosial sangat
penting dalam kehidupan sosial karena tanpa adanya interaksi sosial, kehidupan
bersama tidak mungkin terjadi atau tidak akan pernah terjadi. Ada dua syarat
terjadinya interaksi sosial adalah adanya komunikasi dan kontak sosial. Soejono
Soekanto (2012: 62) menjelaskan bahwa pentingnya komunikasi dan kontak
terwujudnya interaksi sosial dapat diterapkan pada kehidupan yang terasing
(isolation). Kehidupan terasing ditandai dengan ketidakmampuan seseorang
melakukan interaksi sosial dengan pihak lainnya. Anak tunagrahita dapat terasing
disebabkan oleh berbagai akibat, salah satunya cacat pada mental anak tunagrahita
(hambatan mental). Orang yang megalami hambatan mental akan mengalami kurang
percaya diri, karena kemungkinan untuk mengungkapkan kepribadiannya tertutup
sekali. Melalui sekolah inklusif adalah upaya meminimalisir adanya kehidupan anak
tunagrahiyta yang terasing. Anak tunagrahita akan bertemu, bermain bersama,
belajar dan berinteraksi dengan anak kebutuhanan khusus lainnya dan anak normal di
sekolah inklusif. Suatu hubungan sosial yang dinamis antara individu dengan
individu, individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan kelompok disebut
interaksi sosial (Soerjono Soekanto 2014:61). Menjalin kontak sosial dan komunikasi
dengan orang lain adalah sebagai pembuktian pada kemampuan anak tunagrahita. Di
sekolah, interaksi sosial dilakukan dengan sesama anak tunagrahita, anak normal,
anak berkebutuhan khusus lainnya, guru dan warga di sekolah lainnya. Selain itu
anak tunagrahita mengalami masalah dalam hal penyesiuaian diri mengalami
kesulitan yaitu kesulitan dalam berhubungan dengan kelompok maupun individu di
sekitarnya dan hal ini dipengaruhi akibat kecerdasan yang dibawah rata-rata
(soerjono Soekanto 2014:62). Dilihat dari berberapa pengertian tersebut dapat
disimpulkan bahwa anak tunagrahita mengalami gangguan pada intelegensi (IQ) dan
keterampilan interaksi sosial. Terhadap sesama sehingga pendidikan dan pengajaran
yang diberikan memerlukan perhatian lebih dan program khusus.
14
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi Penelitian
3
Adapun lokasi penelitian ini berada di Panti Sosial Bina Netra Amal Mulia Kota
Bengkulu.
4
Populasi dan Sampel
Untuk data yang diperlukan dalam data ini, penulis menggunakan beberapa
teknik pengumpulan data yaitu:
15
Observasi
Angket (kuesioner)
Angket yaitu berisikan tentang atas beberapa item pertanyaan yang diberikan
kepada para responden untuk diisi sesuai dengan apa yang dialami dan dirasakan.
Dimana penulis menyebarkan daftar pertanyaan tertulis kepada seluruh responden
3
adalah anak Tunagrahita yang ada di Panti Sosial Bina Netra Amal Mulia Kota
4
Bengkulu yang menjadi sampel dalam penelitian ini.
Dokumentasi
Metode ini merupakan alat pengumpulan data sekunder untuk mencari data
yang berasal dari dokumen yang berguna untuk melengkapi data yang diperoleh dari
metode sebelumnya.
11
Teknik Analisis Data
dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga muda dipahami oleh dirinya sendiri
atau orang lain.
Analisis data dalam kasus ini menggunakan analisis statistik deskriptif yang mana
9
analisis ini merupakan statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan
cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telahterkumpul sebagaimana
adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau
generalisasi. Analisis ini hanya berupa akumulasi data dasar dalam bentuk deskripsi
semata dalam arti tidak mencari atau menerangan saling berhubungan, menguji
hipotesis, membuat ramalan, atau melakukan penarikan kesimpulan.
17
3
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Panti Sosial Binanetra Amal Mulia Kota Bengkulu ini terletak di jalan Letkol
Santoso No. 57 Pasar Melintang Kota Bengkulu yang menaungi oleh Yayasan Dharma
Bhakti Kesejahteraan Sosial (YDBKS) awal mulanya yayasannya di dirikan pada tahun
1986 dan peletakan batu pertamanya pada tahun 1989, diberi bantuan oleh bapak
Bambang Triadnorjo awal mulanya panti hanya terbagi menjadi 2 ruangan yaitu
ruangan putri dan putra dan peresmian pantinya pada tahun 1991, Yayasan Dharma
Bhakti Kesejahteraan Sosial (YDBKS) menaungi panti untuk anak-anak yang sekolah di
slb dan ada lansia juga tetapi lansianya tidak tinggal di panti mereka hanya mengikuti
kegiatan-kegiatan di panti saja. Panti Sosial Binanetra Amal Mulia Kota Bengkulu
sekarang sudah lebih bagus perkembangannya dari bangunan dan fasilitas, sekarang di
Panti Sosial Binanetra Amal Mulia Kota Bengkulu ruangannya lebih banyak dan ada
mushola, ruangan terapi, kantor dll. Panti Sosial Binanetra Amal Mulia Kota Bengkulu
terdapat 36 orang anak berkebutuhan khusus yang berbeda-beda ada anak Tunagrahita,
Tunanetra, Tunarungu yang paling banyak yaitu anak Tunarungu.
18
3
B. Visi, Misi dan Tujuan Panti Sosial Binanetra Amal Mulia Kota Bengkulu
Visi
fakir miskin, remaja putus sekolah dan lanjut usia melalui pendidikan formal dan non
Misi
2.) Menyelenggarakan penampungan formal dan non formal bagi penyandang disabilitas
3.) Melaksanakan penyaluran terhadap anak terlantar dan fakir miskin. 4.)
potensial.
Tujuan
kehidupan bemasyarakat.
2.) Panti sebagai lembaga pelayanan dapat melaksanakan tugasnya secara berdayaguna
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian di SLB dan Panti Amal Mulia , menunjukkan interaksi sosial
27
anak Tuna Grahita dengan sesama penyandang siswa disabilitas, guru, dan
1
hambatan yang dialami dalam melaksanakan interaksi sosial Pada saat proses
interaksi sosial anak tunagrahita guru tentunya harus melakukan pendekatan khusus
terlebih dahulu kepada anak, agar dapat menciptakan suasana menyenangkan.
20
Terlebih anak ini tidak suka berbaur langsung dan berinteraksi dengan orang
yang baru dikenalnya. Menurut hasil wawancara yang telah diteliti peneliti
dengan wali kelas Tunagrahita yang menjadi sumber data penelitian mengenai
proses interaksi sosial pada anak tunagrahita. “Pada saat proses sebelum
pembelajaran dimulai siswa disuruh berdoa dan merapikan tempat duduk terlebih
dahulu, untuk melihat rasa toleransi atau sikap kebersamaan antar sesama untuk
mellihat perkembangan anak setelah dibimbing. Karena anak ini memang harus di
beri perhatian lebih dengan kelembutan dan penuh kasih sayang. Dikelas ini
siswa tidak hanya dituntut untuk harus menguasai atau memahami pelajaran
saja, melainkan mereka juga dibimbing atau diajarkan untuk bersikap santun
terhadap orang yang lebih tua, mengajak jadi anak gemar menabung, saling
menghargai antar sesama maupun berinteraksi sosial dengan lingkungan sekitar.
Untuk pola ajar anak tunagrahita ini tentu tidak sama dengan anak normal lain,
materi ajarnya lebih rendah dengan anak normal, misalnya pembelajaran
matematika tentang perkalian untuk anak normal sudah mencapai ribuan, sedangkan
untuk anak tunagrahita itu baru puluhan.” (Wawancara dengan ibu Yuni S.Pd wali
kelas Tunagrahita,).
1
Berkaitan dengan kesiapan guru atau siswa dalam menerima lingkungan
maupun orang baru. Sekolah ini sudah mempersiapkan secara matang tentang apa
yang dibutuhkan guru maupun siswa tunagrahita, disamping kemampuan yang
berbeda ditambah lagi dengan keterbatasan mereka dalam berinteraksi.
“Pada saat proses pembelajaran guru sangat berperan sangat penting dalam
mengajarkan, membimbing, mengarahkan anak dalam belajar dan kompetensi
dasar salah satuya, seorang guru lebih berperan aktif dan menyesuaikan terhadap
kemampuan dari peserta didik dan ketunaannya. Untuk anak tunagrahita ini terdapat
beberapa macam bagian yaitu moron atau debil (tunagrahita ringan), imbecil
(tunagrahita sedang) dan idiot (tunagrahita berat). Dalam kelas ini termasuk jenis
tunagrahita moron atau debil (tunagrahita ringan). Tunagrahita ringan
dikategorikan siswa mampu didik. Dampak dari ketunagrahitaan ini adalah anak
cepat lupa, lambat merespon dan minat sangat kurang sekali” (Wawancara dengan
Ibu Yuni S.Pd wali kelas Tunagrahita,).
21
1
Dalam proses bimbingan guru tidak terlepas dari namanya komponen yang
mendukung suatu prosses dalam berinteraksi sosial yaitu adanya peran guru, orang
tua, metode pembelajaran dan media pembelajaran sebagai berikut:
a. Peran Guru
Guru sangat berperan penting dalam proses pembelajaran terutama
dalam berinteraksi sosial khususnya pada anak tunagrahita.
Anak tunagrahita sangat membutuhkan pendekatan khusus dari seorang guru, guru
disini memiliki tugas yang sangat berat dalam membimbing maupun mengarahkan
anak-anak tunagrahita. Seperti halnya yang disampaikan oleh bapak Agung sebagai
kepala Sekolah Luar Biasa Amal Mulia.
1
“Peran guru disini sangat penting dalam mendorong pembelajaran siswa dan sikap
berinteraksi sosial dengan lingkungan sekitar untuk meningkatkan keinginan
siswa atau motivasi dalam belajar dan membangkitkan semangat siswa. Disini guru
memiliki tugas yang berat karena disini karakter anak-anaknya berbeda dengan
anak normal pada umumnya, disebabkan karena keterbatasan dalam tingkat
kecerdasannya. Ada juga siswa yang cepat menangkap ada juga anak yang
lambat memahami suatu pembelajaran terutama dalam berinteraksi sosial, jadi
butuh kesabaran guru luar biasa dalam menghadapinya.”(Wawancara dengan bapak
Agung)
1
b. Peran Orang Tua
Peran orangtua tidak kalah pentingnya dari peran guru, sebagaimana kita
ketahui bahwa penyelenggaraan pendidikan itu tidak dapat dilaksanakan
dilingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Oleh karena itu tanggung jawab
pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antar orangtua, pemerintah dan
tokoh-tokoh masyarakat. Seperti halnya yang disampaikan oleh ibu Zuhliana salah
satu orangtua anak tunagrahita.
“Peran kami sebagai orangtua disini tidak kalah pentingnya, kami selaku
orangtua terus membimbing dan mendidik anak ditambah lagi anak kami
mengalami tunagrahita. Pasti tidak sangat mudah dalam membimbing anak seperti
ini, butuh kesabaran yang luar biasa dalam mendidik, setiap anak memiliki
22
sesuai dengan tujuan dan isi materi pembelajaran sebagai usaha untuk
mempermudah menyampaikan informasi dari sumber belajar kepada penerima
iformasi, dengan tujuan untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik dalam
kegiatan belajar-mengajar. Dengan demikian maka seorang pendidik dalam
melakukan proses belajar mengajar harus dapat memilih antara media yang
cocok dengan materi yang akan diberikan kepada anak tunagrahita. Media yang
biasa digunakan anak tunagrahita yaitu buku siswa, miniatur hewan, jam dinding
dari bahan daur ulang, puzzle buah-buahan dan komputer atau laptop.
1
E. Bimbingan Guru Pada Interaksi Sosial Anak Tunagrahita di Sekolah Luar
Biasa Amal Mulia.
1
Bimbingan adalah proses interaksi antara pendidik dengan peserta didik
baik secara langsung maupun tidak langsung dalam rangka untuk membantu peserta
didik agar dapat mengembangkan potensi dirinya ataupun memecahkan
permasalahan yang dialaminya. Dapat juga upaya memfasilitasi individu agar
memperoleh pemahaman tentang penyesuaian dirinya terhadap lingkungan.
Lingkungan yang dimaksud ialah lingkungan dimana individu itu tumbuh dan
berkembang, baik di sekolah, keluarga maupun masyarakat. bimbingan bertujuan
untuk mengatur kehidupan sendiri, mengembangkan atau memperluas pandangan,
menetapkan pilihan, menyesuaikan diri dan mengembangkan kemampuan.
Dalam proses bimbingan guru pada anak tunagrahita ini terkadang juga memiliki
tantangan tersendiri dalam mengenal karakter dari setiap anak karena pada dasarnya
karakter dan perilaku anak berbeda beda. Jadi dalam memberikan proses
pembelajaran terhadap anak itu berbeda, kita harus sesuaikan dengan kemauan
dari sifat anak itu sendiri. Contoh apabila seorang anak menginginkan pelajaran
mewarnai maka guru harus mengikuti anak dan tentunya ada kaitannya
dengan materi yang diberikan.
perorangan atau kelompok. Pada awal proses pembelajaran guru selalu mengajak
anak untuk salam dan menyapa guru terlebih dahulu, dilanjutkan membaca doa
secara bersama. Untuk membimbing ini saja bukan perkara mudah, karena anak
tunagrahita ini jauh berbeda dengan anak normal pada umumnya. Kalau anak
normal dibimbing seperti ini secara rutin selama seminggu ia akan melakukan
setiap harinya. Berbeda dengan anak tunagrahita tidak cukup waktu selama
seminggu saja, melainkan beberapa minggu, sebab anak ini mudah lupa.
Apabila jika tidak kita bimbing dan latih maka anak ini tidak akan mau. Maka
dari itu bimbingan guru disini sangat diperlukan. Karena mengajarkan sikap anak
seperti ini termasuk dalam berinteraksi sosial.” (Wawancara dengan ibu Yuni)
1
Berkaitan dengan kesiapan guru sebelum mengajarkan materi, guru
melakukan bimbingan terlebih dahulu, terutama pada awal anak bertemu dengan
orang baru dan lingkungan barunya. Karena tidak semua anak mau merespon
orang baru.
“Pada saat proses pembelajaran, tidak semua anak langsung mau mengikuti
dan mendengarkan penjelasan kita. Disinilah peran guru sangat penting, saya
lakukan pendekatan terlebih dahulu kepada anak, saya mencari tahu dan
menanyakan faktor apa yang membuat anak tidak mau belajar, diam, gelisah tidak
nyaman. lalu kita menanyakanya dengan lembut ketika kita sudah mengetahui
faktor nya baru kita berikan pengertian terhadap sang anak agar anak ini mau
belajar dan mengikuti pelajaran kembali. Terkadang faktor yang mempengaruhi
atau menjadi tantangan bagi kita disaat mengajar anak-anak ini.” (Wawancara
1
dengan ibu Yuni wali kelas tunagrahita) Demi mencapai tujuan yang jelas dan
terarah maka bimbingan memerlukan metode atau cara dalam bimbingan anak
tunagrahita.
Seperti halnya yang dikatakan ibu Murniati selaku wali kelas tunagrahita sebagai
berikut:
“Proses bimbingan ini guru juga harus kreatif dan menyenangkan, karena dalam
membimbing anak ini tentu saja ada metode atau tekniknya, tidak langsung
dibimbing langsung begitu saja, karena anak tentu tidak mau. Metode yang
digunakan adalah metode karyawisata, metode ini akan memberikan banyak
pengetahuan dengan cara anak diminta untuk mengamati objek tertentu secara
26
langsung, baik berupa benda maupun kegiatan. Namun metode dan cara ini dapat
dijadikan acuan untuk interaksi sosial anak tunagrahita. Tekniknya yaitu
teknik secara langsung baik secara individu maupun kelompok, teknik tidak
1
langsung maksudnya teknik. Layanan bimbingan pada anak tunagrahita mengenai
bimbingan guru dalam interaksi sosial anak adalah bantuan yang diberikan
kepada individu dan kelompok dalam memecahkan berbagai masalah kesulitan
berinteraksi sosial, baik di sekolah maupun diluar seekolah. Agar individu dapat
menyesuaikan diri dalam situasi apapun dengan baik. Selalin teknik diatas cara yang
dilakukan guru dalam membimbing anak adalah dengan sering melakukan
komunikasi antar orangtua anak, dengan begitu guru akan lebih mudah dalam
proses bimbingan nanti.
“selain metode atau teknik tadi, tentunya sebagai guru kita juga libatkan
orangtuanya, saling bekerja sama dengan orangtua, terkadang ada anak
mempunyai masalah tetapi orangtua tidak tau dan tidak peka apa yang dialami
anaknya, seperti dulu saya punya siswa tunagrahita, tetapi tunagrahitanya bukan
hanya di intelegensinya saja akan tetapi disini mengalami tunagrahita secara fisik
juga, siswa ini ketika pagi hari baunya sangat wangi bahkan aroma mulutnya saja
wangi, akan tetapi ketika siang baunya berubah bahkan sangat menyengat.
Akhirnya selalu seperti ini langsung saya komunikasikan pada orangtuanya,
penyebabnya apa? Salahnya dimana? Langsunglah orangtuanya memeriksakan
ke dokter, ternyata sumber dari baunya itu terletak didalam hidungnya ada
kapas tersumbat sudah lama. Setelah diobati anak ini mengalami perubahan,
tentunya perubahannya positif, anak ini membaik dan sangat mempengaruhi proses
belajarnya. Maka dari itu penting sekali kerja sama antar orangtua. Karena ini
sangat mempengaruhi anak, disinilah kita dapat melihat perkembangan anak.”
(Wawancara dngan ibu Yuni).
1
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti
yang dapat disimpulkan bahwa tidak mudah dalam membimbing anak tunagrahita
khususnya dalam proses interaksi sosial anak, untuk membimbing anak
tunagrahita tentu tidak sembarangan, yaitu dengan memberikan layanan khusus
seperti layanan orientasi, informasi, konten, penempatan, penyaluran, dan
bimbingan perorangan atau kelompok. meggunakan metode atau teknik.
27
dalam proses interaksi sosial yang diperhatikan pertama kali adalah siswa,
bagaimana keadaan dan kemampuannya, baru setelah itu menentukan komponen-
komponen yang lainnya.
Seperti halnya yang disampaikan oleh bapak kepala sekolah Agung mengenai
siswa tunagrahita sebagai berikut:
“Kendala disini yang paling utama adalah siswa, mereka keterbatasan dalam segi
intelektual maupun secara fisik, anak ini lambat sekali menyerap penjelasan dari
guru, dan jarang sekali mau dibimbing dalam berinteraksi sosoial, ditambah lagi
belajar harus mengikuti dahulu bagaimana maunya mereka, terkadang mood nya
kurang, jarang bangun dan berangkat pagi. Ini yang menjadi kendala sebenarnya
memang butuh kesabaran guru dalam mendidik dan membimbing proses interaksi
sosial anak ini.” (Wawancara dengan kepala sekolah)
1
Pernyataan ini dipertegas oleh wali kelas Tunagrahita ibu Yuni sebagai berikut:
“Memang betul adanya kendala yang paling utama adalah dari siswa, karena
mereka terganggu oleh proses intelektual dan fisiknya dalam proses
bimbingannya, disini saya sebagai guru wali kelas memang butuh kesabaran dan
keihklasan, dalam memahami karakter dan kemampuan setiap siswa dikelas, karena
untuk mengajar dan membimbing dalam berinteraksi tidak mudah,
terkadang anak cepat mudah lupanya ketimbang ingat.” (Wawancara dengan wali
kelas tunagrahita ibu Yuni)
1
Peryataan ini senada yang disampaikan oleh siswa Tunagrahita kelas IV sebagai
berikut:
“Saya masuk ke sekolah luar biasa ini langsung kelas 3, sebelumnya sekolah di
sekolah umum, bisa jadi dari faktor orang tua saya yang belum memahami
kendala saya, setelah diperhatikan oleh ibu saya kenapa saya tidak ada perubahan
sama sekali, disitulah orangtua saya berfikir memindahkan saya ke SLB ini.”
1
c. Kendala dari Media Pembelajaran
Media adalah salah satu alat untuk memudahkan guru dalam menyampaikan materi
dan membimbing proses interaksi soial siswa, pada anak tunagrahita memang
membutuhkan media yang konkret agar materi yang disampaikan bisa dimengerti
siswa.
Seperti halnya yang disampaikan oleh kepala sekolah bapak Agung sebagai
30
berikut:
“Pada saat pembelajaran dan bimbingan guru menggunakan media yang berupa
audio visual, miniatur-miniatur dan gambar. Dikarenakan kemampuan akademik
anak kurang, maka sangat diperlukan alat bantuan, terutama anak tunagrahita ini
bisa juga benda konkret. Kendala dana masih kurang, belum bisa
memenuhi alat media yang lengkap, maka dari itu pentingnya guru harus
kreatif dalam menggunakan media yang ada.” (Wawancara dengan kepala sekolah )
1
Pernyataan ini dipertegas oleh wali kelas tunagrahita ibu Murniati sebagai
berikut:
“Ketika pembelajaran dan bimbingan berlangsung memang ada materi yang
membutuhkan media pembelajaran seperti materi IPA yang membutuhkan media
miniatur hewan atau tumbuhan, sambil menjelaskan kepada siswa agar mereka
paham dan dapat mudah memahami dan menghafal bentuk dan ciri dari hewan
maupun tumbuhan tersebut. Benda konkret juga dapat dilakukan dengan mengajak
siswa keluar kelas melihat tumbuhan dan serangga yang ada di sekitar. Namun,
media khusus juga harus ada seperti audio visual, komputer atau laptop, radio dan
sebagainya, untuk menayangkan video ataupun film animasi tentang lingkungan
sekolah dan keluarga, dengan begitu dapat memudahkan anak dalam berinteraksi
sosial juga.” (Wawancara dengan wali kelas tunagrahita ibu Yuni)
1
Pernyataan ini senada yang disampaikan oleh siswa Tunagrahita kelas IV sebagai
berikut:
“Saat ibu menyampaikan materi dengan menggunakan miniatur atau menayangkan
video, kami disuruh memperhatikan, mendengar dan memahami, serta kami
disuruh memegang miniatur hewan, dan ibu menyebutkan ciri-cirinya, dengan
begitu kami sedikit mudah memahami perbedaan dan persamaan dari hewan atau
tumbuhan tersebut.
31
1
C. Kendala dari Sarana dan Prasarana
Untuk mencapai suatu pendidikan yang baik tentunya ini salah satu komponen
menunjang dalam proses pembelajaran dengan fasilitas-fasilitas yang lengkap,
media-media pembelajaran yang bisa memudahkan proses bimbingan atau
pembelajaran.
Seperti halnya yang disampaikan oleh kepala sekolah bapak Triyono sebagai
berikut:
“ini juga salah satu kendala dalam menunjang berjalannya suatu proses bimbingan,
disini terdapat masih kurangnya sarana prasarana seperti proyektor (infokus) sudah
rusak, dan kurangnya ruangan khusus setiap tuna.” (Wawancara dengan kepala
sekolah )
1
Pernyataan ini dipertegas oleh wali kelas Tunagrahita ibu Yuni sebagai berikut:
“Kalau untuk sarana dan prasarana memang menjadi kendala untuk proses
bimbingan dan pembelajaran. Khususnya untuk ruangan dalam melakukan
bimbingan, dimana ruangan khusus ini hanya kita dan siswa, dengan begitu siswa
akan bisa lebih mudah dibimbing dan di arahkan. Selama ini melakukan
bimbingannya hanya dikelas. Untuk kendala proyektor juga sudah tidak bisa
digunakan lagi, proyektor ini sangat berguna dalam proses interaksi sosial anak,
dengan ini kita bisa manayangkan video ataupun film pendek tetang bagaimana
dalam berinteraksi sosial.” (Wawancara dengan wali kelas tungrahita ibu Yuni)
1
Berdasarkan hasil Observasi, Wawancara dan Dokumentasi dapat diperoleh
kesimpulan bahwa kendala dalam proses pembelajaran maupun bimbingan dalam
interaksi sosial adalah yang pertama guru masih kekurangan guru khususnya yang
berlatar belakang pendidikan luar biasa (PLB). Yang kedua dari siswa yang
memiliki keterbatasan dalam intelektual maupun secara fisik, siswa sangat lambat
menyerap,
memahami penjelasan dan jarang menerima bimbingan dari guru, sehingga
membuat proses bimbingan dan pembelajaran membutuhkan waktu yang cukup
lama. Yang ketiga kendala dari media pembelajaran yang digunakan masih minim
32
saat proses pembelajaran dan bimbingan. Yang kelima dari minimnya sarana
dan prasarana yang menunjang proses bimbingan interaksi sosial pada anak.
6. Upaya Guru Dalam Mengatasi Kendala Pada Bimbingan Interaksi
Sosial Anak Tunagrhita di Sekolah Luar Biasa Amal Mulia
1
Dari kendala diatas terdapat beberapa solusi yang dilakukan oleh guru kelas
maupun pihak sekolah. Pada dasarnya pemecahan masalah bersasaran pada
perbaikan kualitas upaya tersebuut dapat meningkatkan kualitas proses bimbingan
dan arahan dalam interaksi sosial peserta didik khususnya siswa tunagrahita, agar
proses bimbingan dapat berjalan optimal. Ada beberapa solusi yang harus
dilakukan untuk mengatasi kendala atau upaya yang di lakukan antara lain yaitu:
a. Upaya untuk mengatasi kendala dari guru
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah dan guru kelas bahwa
upaya dari guru sebagai yaitu:
1) bekerja sama dengan orang tua siswa
Kerja sama untuk pengembagan diri anak dan ini sangat berpengaruh besar dalam
proses belajar dan interaksi sosial anak.
2) Mencerminkan perilaku baik
Sebagai guru tentu harus mencerminkan dan membiasakan anak untuk berperilaku
baik dan bersikap disiplindengan begitu siswa akan mengikuti.
Sama halnya dengan hasil wawancara dengan kepala sekolah tentang mencari
solusi ataupun kendala yang di hadapi guru dalam membimbing interaksi sosial
anak.
Seperti yang diungkapkan oleh bapak Triyono sebagai kepala sekolah kepada
peneliti sebagai berikut:
“Dengan masih minimnya guru yang lulusan jurusan Pendidikan Luar Biasa (PLB)
maka sekolah berupaya untuk berusaha melaporkan kedinas setempat agar
merekruk guru-guru sesuai bidangnya, sembari melakukan pelatihan-pelatihan
untuk guru sesuai bidangnya, sembari menunggu upaya dari guru yaitu bekerja sama
dnegan orang tua murid dan guru mencermikan perilaku yang baik pula.”
(Wawancara dengan kepala sekolah)
1
Peneliti juga melakukan wawancara dengan wali kelas tunagrahita untuk
33
\
34
BAB V
Kesimpulan Dam Saran
5.1 Kesimpulan
1
Berdasarkan hasil pebelitian dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Proses Interaksi Sosial Anak Tunagrahita di Sekolah Luar Biasa dan Pamti
1
Amal Mulia adalah guru memberikan bimbingan Sesuai dengan kemampuan atau
tingkatan tingkatan masing masing anak tunagrahita pembelajaran yang dilakukan
dengan menggunakan media Audio Visual dan menggunakan metode belajar sambil
bermain. Pada saat proses interaksi sosial anak tunagrahita guru tentunya harus
melakukan pendekatan khusus terlebih dahulu kepada anak, agar dapat
menciptakan suasana menyenangkan. Dalam proses bimbingan tercapainya suatu
tujuan guru tidak terlepas dari namanya komponen yang mendukung saat proses
dalam berinteraksi sosial yaitu adanya peran guru, orang tua, metode
pembelajaran dan media pembelajaran. Dalam membimbing interaksi sosial anak
Tunagrahita guru yang sangat berperan penting dan mengarahkan siswa dalam
berinteraksi sehingga peran guru sangat dibutuhkan dikelas tunagrahita.
2. Bimbingan Guru Pada Interaksi Sosial Anak Tunagrahita di Sekolah Luar Biasa
1
adalah memberikan layanan khusus seperti layanan orientasi, informasi, konten,
penempatan, penyaluran, dan bimbingan perorangan atau kelompok. Penting sekali
mencari tahu kekurangan anak dan mencari solusi yang baik dengan cara kerja
sama antar orangtua ataupun orang terdekat anak.. Memberikan bimbingan pada
anak Tunagrahita harus dengan kelembutan dan penuh kasih sayang, kesabaran
kunci yang paling utama. Dalam bimbingan ada teknik khusus yaitu teknik
bimbingan secara langsung maupun secara tidak langsung. Terakhir melibatkan
orangtua anak, kerja sama dengan orangtua anak dengan melihat perkembangan
dilingkungan keluarganya. Kunci pokok dari perkembangan interaksi sosial anak
tidak jauh dari lingkungan terdekat atau keluarga.
3. Kendala yang dihadapi Guru Pada Bimbingan Interaksi Sosial Anak Tunagrahita
1
di Sekolah Luar Biasa adalah yang menjadi kendala dalam bimbingan interaksi
35
sosial kendala dari guru, siswa, media pembelajaran dan sarana prasarana yang
menunjang proses interaksi sosial maupun proses pembelajaran.
1
5.2 Saran
Dari uraian diatas, maka peneliti mencoba memberikan saran-saran kepada
pihak sekolah antara lain :
1. Bagi Kepala Sekolah
Kepala sekolah diharapkan untuk mengadakan pelatihan-pelatihan kepada semua
guru dalam membimbing setiap Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Terutama
pada guru yang bukan tamatan PLB.
2. Bagi Guru
Guru diharapkan mengikuti pelatihan-pelatihan tentang bimbingan setiap Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK). Guru perlu memahami hambatan yang dialami oleh
setiap anak dalam melakukan interaksi sosial di sekolah. Dengan demikian,
guru dapat melakukan upaya yang terencana untuk mengurangi hambatan yang
dialami oleh anak.
3. Bagi Siswa
Siswa diharapkan mau dibimbing dalam berinteraksi sosial dan mampu untuk terus-
menerus dalam meningkatkan bakat dan prestasi baik dalam akademik maupun non
akademik.
4. Bagi Sekolah
Sekolah diharapkan sebaiknya melengkapi sarana daan prasarana yang berkaitan
dengan penunjang keberhasilan belajar mengajar siswa
5. Bagi Orangtua / wali murid
Orang tua diharapkan memperhatikan lebih dan mendukung siswa dalam proses
pembelajaran dengan memberikan motivasi dan dukungan kepada anaknya,
meskipun mereka memiliki keterbatasan.
36
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Aziz. (2006). Kesehatan Jiwa Kajian Korelatif Pemikiran Ibnu Qayyim
Dan Psikologi Modern. Jakarta: Pustaka Azzam
Abu Ahmadi. (2002). Psikologi Sosial. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi. (2001).Pengelolaan Pengajaran. Jakarta:
Renika Cipta.
Ahmad Susanto. (2018). Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta:
Prenadamedia Group.
Aswita Effi. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Medan: Unimed Press
Bimo Walgito. (2003). Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Yogyakarta:
PenerbitAndi.
Bungin Burhan. (2013). Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi. Jakarta:
Prenada Media Group
Burhan Bungin. (2006). Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan
DiskursusTeknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana Prenada
MediaGroup. . (2011). Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi,
Kebijakan Publik,danIlmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana.
TOP SOURCES
The sources with the highest number of matches within the submission. Overlapping sources will not be
displayed.
repository.uinjambi.ac.id
1 49%
Internet
eprints.umm.ac.id
2 27%
Internet
repository.iainbengkulu.ac.id
3 8%
Internet
repository.uin-suska.ac.id
4 3%
Internet
docplayer.info
6 <1%
Internet
budimansmpempatpml.wordpress.com
7 <1%
Internet
pt.scribd.com
8 <1%
Internet
Sources overview
Similarity Report ID: oid:3618:51944702
hpkd14.blogspot.com
11 <1%
Internet
eprints.uns.ac.id
12 <1%
Internet
repository.ummat.ac.id
13 <1%
Internet
repository.ub.ac.id
15 <1%
Internet
repository.itskesicme.ac.id
16 <1%
Internet
repository.uinfasbengkulu.ac.id
17 <1%
Internet
eprints.walisongo.ac.id
19 <1%
Internet
repository.unib.ac.id
20 <1%
Internet
Sources overview
Similarity Report ID: oid:3618:51944702
repository.ar-raniry.ac.id
21 <1%
Internet
etheses.uin-malang.ac.id
22 <1%
Internet
digilibadmin.unismuh.ac.id
23 <1%
Internet
repository.ump.ac.id
24 <1%
Internet
123dok.com
26 <1%
Internet
eprints.uny.ac.id
27 <1%
Internet
idr.iain-antasari.ac.id
28 <1%
Internet
qdoc.tips
29 <1%
Internet
repository.uinjkt.ac.id
30 <1%
Internet
repository.umsu.ac.id
31 <1%
Internet
repository.unmuhjember.ac.id
32 <1%
Internet
Sources overview
Similarity Report ID: oid:3618:51944702
Sources overview