Proposal Skripsi
Oleh :
NPM : 2620130272
Jurusan : PG-PAUD
Telah disetujui oleh Dosen Pembimbing I dan Dosen Pembimbing II, diketahui
Ketua Program Studi PG – PAUD, dan disahkan oleh Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Ivet Pada :
Hari :
Tanggal :
Disetujui
Disahkan : Disetujui :
Dekan FKIP Ketua Program Studi PG - PAUD
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan pada
peneliti dan tidak satupun ungkapan yang bisa menggambarkan rasa syukur atas
terselesaikannya penelitian dengan judul Upaya Meningkatkan Kemampuan
Sosial Anak Melalui Metode Bermain Peran Dokter Di KB Gemilang Gabusan.
1. Prof. Dr. Rustono, M. Hum. selaku Rektor Universitas Ivet Semarang yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan studi
strata I.
2. Dr.Fifti Istiklaili,M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Ivet Semarang.
3. Dr. Maria Denok, BA, M.Pd. selaku Ketua Prodi PG-PAUD Universitas Ivet
Semarang,
4. Dr Marini, M.Pd, Pembimbing I dan Nurtanggono Pamungkas, SH, MH
selaku dosen pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk
memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan Proposal Skripsi
ini.
5. Seluruh dosen PG-PAUD yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi
peneliti selama mengikuti perkuliahan di Kampus Universitas IVET
Semarang.
6. Kepala KB Gemilang Gabusan Kecamatan Jati Kabupaten Blora yang telah
memberi kesempatan kepada peneliti untuk melakukan penelitian.
7. Semua pihak yang tak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah
membantu peneliti dalam melakukan penelitian.
iii
membangun sebuah pemahaman dan penulisan karya ilmiah yang lebih baik.
Peneliti berharap semoga PTK ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca dan
dapat memberikan kontribusi di dunia pendidikan.
Peneliti
iv
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Berdasarkan penelitian Engga, Atti Yudiernawati dan Neni
Maemunah (2017) tentang perkembangan sosial,bahwa metode bermain
peran berpengaruh dalam perkembangan sosial anak. Dalam penelitian
Engga ini perkembangan indikator yang ingin dicapai yaitu komunikasi
yang baik dan dapat bergaul dengan temannya. Dari penelitian Egga ini
terbukti bahwa dengan menggunakan metode bermain peran anak dapat
berkomunikasi dengan baik dan dapat bergaul dengan teman-temannya.
Engga, Atti Yudiernawati, (2017), Pengaruh Bermain Peran Terhadap
Perkembangan Sosial Anak Usia Prasekolah Di TK Tunas Bangsa Bonti
Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat,vol. 2, h. 435.
Dalam penelitian Engga ini bermain peran yang digunakan
adalah berjualan di pasar. Bermain peran berjualan dipasar disukai
oleh anak-anak karena pada usia ini anak kecenderungan anak suka
untuk berbelanja. Dalam peran ini anak akan terjadi banyak komunikasi
antara anak seperti saat menanyakan harga barang, proses tawar menawar
dan lain-lain. Dari penelitian Kadek bahwa indikator perkembangan
sosial yang ingin dikembangkan melalui bermain peran ini adalah anak
akan diajarkan berperilaku prososial terhadap orang yang ada
disekitarnya seperti anak berbagi dengan orang lain, mengetahui
perasaan teman, bermain dengan teman sebaya, dan merespon secara
wajar. Dan penelitian ini bahwa tercapai perkembangan yang diinginkan.
Kadek Novia Dewi, (2017), Pengaruh Metode Bermain Peran Terhadap
Perkembangan Sosial Emosional Pada Anak Kelompok B Di Taman
Kanak-Kanak Gugus VII Kecamatan Buleleng, vol. 5.
Menurut Mulyasa ( Bandung: Pt Remaja Rosdakarya Offset,
2017 ) Dalam pembelajaran pada lingkungan lembaga pendidikan anak
usia dini ( PAUD ), guru dan anak sering dihadapkan pada berbagai
masalah, baik yang berkaitan dengan materi maupun yang menyangkut
1
hubungan sosial. Bermain peran merupakan salah satu alternatif strategi
yang dapat ditempuh. Hasil penelitian dan percobaan yang dilakukan
oleh para ahli menunjukkan bahwa bermain peran merupakan salah satu
strategi yang dapat digunakan secara efektif dalam pembelajaran PAUD.
Vygotsky (dalam Haenillah, 2015:126), mempercayai bahwa
fungsi mental yang lebih tinggi berakar pada hubungan sosial dan
kegiatan kerjasama. Ia menguatkan bahwa melalui main peran, anak usia
dini tidak hanya berkembang kemampuan sosialnya tetapi juga
berkembang kemampuan untuk menunda kepuasan.
Sosial emosional anak usia dini merupakan suatu proses belajar
anak bagaimana berinteraksi dengan orang lain sesuai dengan aturan
sosial yang ada dan anak lebih mampu untuk mengendalikan
perasaannya yang sesuai dengan kemampuan mengidentifikasikan dan
mengungkapkan perasaan tersebut. Sosial emosional anak berlangsung
secara bertahap dan melalui proses penguatan dan modeling. Nurjannah,
“Mengembangkan Kecerdasan Sosial Emosional Anak Usia Dini
Melalui Keteladanan”, Jurnal Bimbingan Konseling dan Dakwah Islam,
Vol.14, No. 1 (Juni 2017), 52.
Bermain peran adalah permainan yang dilakukan untuk
memerankan tokoh, benda dan peran-peran tertentu disekitar anak.
Bermain peran merupakan kegiatan menirukan kegiatan orang lain
disekitarnya. Dengan bermain peran, kebiasaan dan kesukaan anak untuk
meniru akan tersalurkan, serta dapat mengembangkan daya khayal
(imajinasi) dan penghayatan terhadap bahan kegiatan yang dilakukan.
Ahmad Susanto, Pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta: Bumi Aksara,
2
“Upaya Meningkatkan Kemampuan Sosial Anak Melalui Metode
Bermain Peran Dokter Di KB Gemilang Gabusan.”
2. Identifikasi Masalah.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis sebutkan
diatas maka identifikasi masalahnya sebagai berikut:
a. Sebagian Besar anak belum tau cara bersosial yang baik ini terlihat
dari anak yang kurang peduli terhadap lingkungannya dan jarang mau
ikut bergabung bermain bersama teman-temannya dan asik dengan
dirinya sendiri.
b. Penerapan metode bermain peran masih jarang dilakukan oleh guru
karna dinggap memakan waktu yang cukup banyak.
c. Masih kurangnya perhatian guru dalam meningkatkan kemampuan
sosial anak yang baik dengan metode bermain peran.
d. Guru jarang menggunakan metode bermain peran.
3. Batasan masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas,
penelitian ini dibatasi pada meningkatkan kemampuan sosial anak melalui
metode bermain peran dokter di KB Gemilang Gabusan.
4. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang telah dikemukakan di atas,
maka perumusan masalah dapat dirumuskan sebagai berikut: bagaimana
meningkatkan kemampuan sosial anak melalui metode bermain peran
dokter di KB Gemilang Gabusan.?”
5. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Penelitian
Adapun Tujuan dalam penelitian ini sesuai rumusan
masalah yaitu:
1. Untuk mengetahui penerapan metode bermain peran di KB
Gemilang Gabusan.
2. Untuk mengetahui perkembangan sosial anak di KB Gemilang
Gabusan.
3
3. Untuk mengetahui bagaimana penerapan metode bermain peran
ini terhadap perkembangan sosial anak di KB Gemilang Gabusan.
6. Manfaat Penelitian.
Secara teoritis, penelitian ini memiliki manfaat untuk menambah
pengetahuan terutama dalam kaitannya dengan kemampuan bermain peran
perkembangan sosial anak usia dini.
a. Manfaat praktis
1) Untuk sekolah
a) Untuk menambah referensi perpustakaan dan dapat
digunakan atau bermanfaat untuk penelitian selanjutnya.
b) Memberikan gambaran dan informasi tentang metode
bermain peran dalam meningkatkan perkembangan sosial
anak.
2) Untuk guru
a) Memberikan gambaran dan informasi tentang metode
bermain peran untuk meningkatkan perkembangan sosial
anak, sehingga guru dapat melakukan metode bermain peran
untuk meningkatkan perkembangan sosial.
b) Dapat menjadi bahan renungan bagi guru mengenai
perkembangan sosial anak dengan menggunakan metode
bermain peran.
3) Untuk anak
Sebagai rangsangan kepada anak agar kemampuan
bersosialnya lebih meningkat dan berkembang.
4) Untuk peneliti
a) Untuk memperluas pengetahuan dan pengalaman penulis.
Untuk persyaratan tugas akhir penulis untuk memperoleh
gelar sarjana pendidikan anak usia dini di Universitas IVET
Semarang.
4
B. Landasan Teori
1. Kemampuan Sosial
Perkembangan sosial emosional anak usia dini merupakan proses
belajar pada diri anak tentang berinteraksi dengan orang disekitarnya yang
sesuai dengan aturan sosial dan anak lebih mampu dalam mengandalikan
perasaannya yang sesuai dengan kemampuannya dalam mengidentifikasi
dan mengungkapkan perasaannya yang diperoleh secara bertahap dan
melalui proses penguatan dan modeling. Nurjannah (2017)
Menurut Hurlock 2000 untuk mencapai perkembangan sosial dan
mampu bermasyarakat, seorang individu harus memerlukan tiga proses.
ketiga proses tersebut saling berkaitan dan apabila terjadi kegagalan
dalam satu proses dari tiga proses tersebut, maka akan menurunkan kadar
sosialisasi individu tersebut. ketiga proses tersebut adalah; pertama,
perprilaku yang dapat diterima secara sosial dan setiap kelompok
masyarakat memiliki standar perilaku tersebut. Kedua, belajar memainkan
peran sosial. Ketiga, perkembangan proses sosial yakni menyukai orang
lain dan kegiatannya. Menurut Moh Padil dan Trio Supriyatno dalam
Musyarofah (2017) perkembangan sosial anak dapat dilakukan dengan du
acara: pertama, proses belajar sosial dan pembentukan loyalitas sosial.
Musyafaroh (2017).
Berdasarkan teori sosialisasi, anak dapat melakukan proses
sosialisasi pasif maupun sosialisasi aktif. Teori sosialisasi pasif
menerangkan bahwa anak hanya akan memberikan respon kepada orang
tua dan mengabaikan orang lain. Teori sosialisasi aktif yakni sosialisasi
yang dilakukan anak dengan mengembangkan peran sosialnya. Media
yang berperan penting dalam mengembangan proses sosialisasi anak
adalah: orang tua, sekolah, lembaga keagamaan, lingkungan sosial dan
media massa. Musyafaroh (2017).
Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa proses sosial anak
dapat dikembangkan dengan cara mengajak anak secara langsung
berinteraksi dengan lingkungan sekitanya. Dengan demikian perlahan
5
kemampuan bersosial dalam diri anak akan terus berkembang dan pada
proses ini juga perkembangan emosi anak juga akan berkembang.
2. Bermain Peran Dokter
Saat anak bermain peran, ia akan mencoba untuk menjadi orang
lain dan dirinya sendiri. Hal tersebut membantu anak untuk belajar
mempelajari perspektif yang berbeda tegantung peran yang sedang
dimainkan. Jika anak berperan sebagai dokter, anak akan belajar
bagaimana berbicara dan bertingkah di depan pasien yang sedang
kesakitan. Jika anak berperan sebagai hewan peliharaan, ia juga harus bisa
mencoba berkomunikasi tanpa harus bicara, dan sebagainya. Ida Ayu
Suryantini Putri ( 2020) Tribun-Bali.com dengan judul Saat Anak Main
Dokter-dokteran, Ini Pengaruhnya untuk Perkembangan,
https://bali.tribunnews.com/2020/05/03/saat-anak-main-dokter-dokteran-
ini-pengaruhnya-untuk-perkembangan.
Bermain peran dokter-dokteran membantu si kecil bereksperimen
dengan perannya sebagai dokter ataupun perawat. Mengutip Parent
Circle, dengan membayangkan dirinya dalam posisi orang lain, si kecil
memahami dan mengembangkan empati. Terlibat dalam permainan
dokter-dokteran dengan teman-temannya juga membantunya belajar
pentingnya bergiliran, berbagi tanggung jawab, dan mengetahui kapan
harus memimpin dan kapan harus mengikuti.
https://kumparan.com/kumparanmom/5-manfaat-bermain-dokter-
dokteran-untuk-anak-1w36wps9ktr/3 (2021).
3. Kajian Pustaka
Berdasarkan telaah kepustakaan yang peneliti lakukan, terdapat hasil
penelitian yang relevan dengan penelitian ini, yaitu :
a. Penelitian Engga, Atti Yudiernawati dan Neni Maemunah (2017)
bahwa metode bermain peran berpengaruh dalam perkembangan
sosial anak. Dalam penelitian Engga ini perkembangan indikator yang
ingin dicapai yaitu komunikasi yang baik dan dapat bergaul dengan
temannya. Dari penelitian Engga ini terbukti bahwa dengan
6
menggunakan metode bermain peran anak dapat berkomunikasi
dengan baik dan dapat bergaul dengan teman-temannya. Penelitian
Kadek Novia Dewi (2017) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
bermain peran terhadap perkembangan sosial anak usia dini. Dari
penelitian Kadek bahwa indikator perkembangan sosial yang ingin
dikembangkan melalui bermain peran ini adalah anak akan diajarkan
berperilaku prososial terhadap orang yang ada disekitarnya seperti
anak berbagi dengan orang lain, mengetahui perasaan teman, bermain
dengan teman sebaya, dan merespon secara wajar. Dan dalam
penelitian ini tercapai perkembangan yang diinginkan.
b. Nurwati (2012) dengan judul “skripsi Upaya meningkatkan prilaku
moral sosial melalui bermain peran anak usia dini di TK Pertiwi
Tanjungrejo 3.” a) Untuk mengetahui sikap moral, dapat menjadikan
moral anak TK Pertiwi Tanjungrejo 3 lebih baik dari siklus I 65,21%
ke siklus II 86,95%, jadi kenaikan mencapai 21,74%. b) untuk
mengetahui kegiatan sosial moral anak TK Pertiwi Tanjungrejo 3
adalah kegiatan anak setiap hari sudah baik dan lebih sosial seperti,
meminjamkan pensil, menengok temannya yang sakit, dalam hal ini
kegiatan moral anak dapat mencapai ketingkatan klasikal 86,95%. c)
Dalam mengetahui arti pentingnya pembelajaran moral sosial anak,
bias menjadi anak yang berguna bagi masa depannya dan bisa menjadi
tumpuan bangsa yang lebih baik.
c. Riski Meitasari (2012) dengan judul “Upaya Meningkatkan Interaksi
Sosial Melalui Metode Bermain Peran dengan Tema Pekerjaan Anak
Kelompok B TK Aisyiyah Bustanul Athfal Sangkanayu Kecamatan
Mrebet Kabupaten Purbalingga Semester Genap Tahun Ajaran
2011/2012”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
peningkatan kemampuan interaksi sosial pada siswa setelah diberikan
perlakuan melalui metode bermain peran dengan tema pekerjaan. Hal
ini ditunjukkan dengan hasil peningkatan kemampuan interaksi sosial
yang terjadi pada anak didik, dari kondisi awal anak yang berkembang
7
sangat baik ada 7 anak atau 32%, yang berkembang sesuai harapan 1
anak atau 5%, yang mulai berkembang 2 anak atau 9%, dan yang
belum berkembang 12 anak atau 54%. Pada siklus I terjadi
peningakatan yang kemampuan interaksi sosialnya berkembang sangat
baik ada 12 anak 54% , berkembang sesuai harapan 5 anak atau 23%,
mulai berkembang 2 anak atau 9% dan yang belum berkembang 3
anak atau 14%. Terjadi peningkatan yang optimal pada siklus II yaitu
yang kemampuan interaksi sosialnya berkembang sangat baik ada 19
anak atau 86%, yang mulai berkembang 2 anak atau 9%, dan yang
belum berkembang hanya 1 anak atau 5%. Untuk anak yang
kemampuan interaksi sosialnya baru mulai berkembang dan yang
belum berkembang diberikan tindak lanjut dengan mengadakan home
visit serta bekerjasama dengan orang tua dan guru dengan
memberikan kegiatan yang dapat meningkat.
d. Rita Yudiastuti (2015) dengan judul “Meningkatkan Keterampilan
sosial melalui bermain peran pada kelompok B Tk Pertiwi Ngablak
kecamatan serumbung”, dengan tujuan untuk meningkatkan
keterampilan sosial dengan metode bermain peran dengan hasil akhir
siklus II sebesar 86,67%. Bedanya dengan peneliti yaitu dengan
judul “Metode Bermain Peran Untuk Meningkatkan Sosial Anak
Pendidikan Anak Usia Dini di KB Gemilang Gabusan Kecamatan Jati
Kabupaten Blora ” dengan hasil akhir siklus II sebesar 83,2%. Kaitan
dengan peneliti adalah sama-sama menggunakan metode bermain
peran untuk meningkatkan sosial anak.
8
4. Kerangka Berfikir
KERANGKA PIKIR PENELITIAN
9
5. Hipotesis Tindakan.
Hipotesis adalah dugaan sementara yang dianggap dapat dijadikan
jawaban dari suatu permasalahan yang timbul. Berdasarkan
permasalahan- permasalahan yang diuraikan di atas, maka diperoleh
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu ada pengaruh bermain
peran terhadap kemampuan sosial anak di KB Gemilang Gabusan.
C. Metode Penelitian.
Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan
oleh guru di kelas sendiri dengan cara (1) Merencanakan (2) Melaksanakan
(3) Merefleksikan tindakan secara kalaboratif dan partisifatif dengan tujuan
memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat
meningkat.Masalah PTK harus berawal dari guru itu sendiri yang
berkeinginan memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajarannya di
sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Terdapat beberapa
jenis penelitian tindakan, dua diantaranya adalah penelitian tindakan
perorangan (individual action research) dan penelitian tindakan kelompok
(collaborative action research). Wijaya Kusumah Dan Dedi Dwitagama,
Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT Indeks, 2010), Hlm. 9.
Penelitian tindakan kelas merupakan suatu upaya untuk menikmati
kegiatan belajar sekelompok peserta didik dengan memberikan sebuah
tindakan (treatment) yang sengaja dimunculkan. Tindakan tersebut dilakukan
oleh guru bersama-sama dengan peserta didik, atau oleh peserta didik
dibawah bimbingan dan arahan guru, dengan maksud untuk memperbaiki dan
meningkatkan kualitas pembelajaran. Mulyasa. Praktek Penelitian
Tindakan Kelas, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2016), Hlm.11.
1. Rencana Tindakan
Rencana tindakan kelas ini akan dilaksanakan dalam dua siklus
yang mana dalam 1 siklus terdapat 2 kali pertemuan,
10
a. Siklus 1
1) Menenukan kompetensi dasar.
2) Menentukan materi/tema pembelajaran bermain peran.
3) Menggunakan metode bermain peran.
4) Menyusun perangkat pembelajaran, yang meliputi:
a) RPPH (Rencana Pembelajaran Harian
b) Sarana pendukung pembelajaran.
c) Lembar observasi guru.
d) Lembar observasi anak.
b. Siklus II
Siklus kedua akan dilakukan apabila siklus pertama belum
mencapai indikator keberhasilan yang diinginkan. Kegiatan yang
dilakukan pada tahap siklus kedua ini bertujuan untuk memperbaiki
permasalahan-permasalahan yang terjadi pada siklus pertama. Tahap-
tahap yang dilkukan pada siklus kedua ini juga sama dengan tahap-
tahap yang dilakukan pada siklus pertama. Perkembangan sosial anak
pada metode bermain peran pada siklus kedua diharapkan dapat
mencapai hasil yang lebih optimal dari pada siklus pertama
2. Tekhnik Pengumpulan data
Untuk mendapatkan data-data yang digunakan dalam penelitian ini,
digunakan tiga teknik pengumpulan data yaitu: observasi, catatan
lapangan dan dokumentasi.
a. Observasi
Menurut Kunandar, observasi adalah kegiatan pengamatan
( pengambilan data ) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan
telah mencapai sasaran. Dalam penelitian ini, observasi akan
dilakukan kepada anak dan guru untuk mengetahui bagaimana metode
bermain peran yang diterapkan oleh guru untuk meningkatkan
pengembangan sosial anak usia dini di KB Gemilang Gabusan.
11
Lembar Observasi Siswa
SIKLUS
No Indikator
Guru dan anak berdiskusi/Tanya jawab
mengenai bermain peran
Guru membuat peran sebelum bermain
untuk anak
Guru memberikan motivasi kepada anak
agar anak mau ikut serta dalam bermain
peran
Guru berdiskusi bersama anak tentang
karakter apa yang harus di mainkan anak
khususnya berkaitan dengan aspek
sosial anak
Guru menjelaskan karakter sikap sosial
yang akan diperankan anak sesuai
pemahaman anak tentang bermain peran
Guru Membimbing dan memilih anak untuk
memainkan peran
Guru membagi kelompok untuk anak
bermain peran
Guru memberikan aturan kepada anak
tentang siapa yang akan tampil
berikutnya
12
Guru menyediakan media yang akan
digunakan dalam bermain peran
b. Catatan lapangan
Menurut Kunandar, catatan lapangan (field notes) adalah
catatan yang dibuat oleh peneliti atau mitra peneliti yang melakukan
pengamatan atau observasi terhadap subjek atau objek penelitian
tindkan kelas. Berbagai hasil pengamatan tentang aspek
pembelajaran di kelas, suasana kelas, pengelolaan kelas, interaksi
guru dengan siswa, interaksi siswa dengan siswa dan beberapa aspek
lainnya dapat dicatat sebagai catatan lapangan dan akan digunakan
sebagai sumber data PTK.
Dalam penelitian ini catatan lapangan akan dilakukan kepada
anak untuk mendapatkan data tentang perkembangan sosial anak
di KB Gemilang Gabusan.
3. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas
dilakukan selama dan sesudah mengmpulkan data. Teknik analisis data
dapat dilakukan setelah melihat data yang telah dikumpulkan melalui tes,
observasi, dan catatan lapangan selama tahapan-tahapan (siklus) yang
telah dilewati. Hal ini sejalan dalam pendapat Mc. Tagagart (dalam faisal
2007: 30) mengatakan bahwa PTK terdiri dari beberapa siklus yaitu:
(1)perencanaan, (2)tindakan, (3)observasi, dan (4)refleksi.
13
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian tindakan
kelas (PTK) ini adalah:
F
P= X100%
Keterangan:
P :Angka persentase
F :Frekuensi
N :jumlah indicator
4. Indikator kinerja
Indikator kinerja yang ingin diperoleh dalam penelitian tindakan
kelas adalah perkembangan sosial anak KB Gemilang Gabusan dengan
menggunakan metode Bermain Peran.
Penelitian ini dinyatakan berhasil apabila perkembangan anak
mencapai 80% KB Gemilang Gabusan.
Kesimpulannya adalah penelitian ini dinyatakan berhasil apabila
perkembangan anak mencapai 80% mengalami peningkatan
perkembangan sosialnya dengan metode bermain peran.
14
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Susanto, Pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta: Bumi Aksara, 2017),
hlm.122.Agusniatih, Andi dan Jane M Monepa. 2019. keterampilan
sosial anak usia dini. (Edu Publisher).
Eki Vebriani, dkk. “Mengembangkan Kemampuan Sosial Emosional Anak
Melalui Metode Bermain Peran di Tk Sitalale Kabupaten Simulele.”
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Guru Anak Usia Dini, vol. 4
no. 4 (2019), h. 3.
Engga, Atti Yudiernawati, (2017), Pengaruh Bermain Peran Terhadap
Perkembangan Sosial Anak Usia Prasekolah Di TK Tunas Bangsa
Bonti Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat,vol. 2, h. 435.
Farida Jurniati dan Dedah Jumiatin, “Mengembangkan Kecerdasan
Interpersonal melalui Metode Bermain Peran pada Anak Usia Dini di
RA Ai Hidayah Bandung”. Jurnal Ceria, vol.1 no.5 (2018), h. 3.
Kadek Novia Dewi, (2017), Pengaruh Metode Bermain Peran Terhadap
Perkembangan Sosial Emosional Pada Anak Kelompok B Di Taman
Kanak-Kanak Gugus VII Kecamatan Buleleng, vol. 5.
Kholifah, “Penerapan Metode Bermain Peran Dalam Mengembangkan
Kemampuan Berbicara dan Kemampuan Bersosialisasi Anak Usia
Dini” Jurnal Pendidikan Anak, vol. 3. (2018), h. 475.
Https://www.kompasiana.com/
lillatifatul9199/632ab71b61638e05c25bee52/manfaat-bermain-
peran-dokter-dokteran-untuk-anak-di-tk-pertiwi-1-tanjung-klego-
boyolali?page=all#section1.2021.
Lailatul Huda, Rina Syafrida, dan Ine Nirmala, “Menanmkan Nilai-nilai
Islami Pada Anak Usia Dini 3-6 tahun Melalui Metode Bermain
Peran”. Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini, vol. 4 no. 2
(2020), h. 5.
15
Masyithoh Nur Hasanah, “Kegiatan Bermain Peran dalam Mengembangkan
Kemampuan Sosial Anak Usia 5-6 Tahun (Studi di PAUD Al-
Bantani Kota Serang Provensi Banten)”, Skripsi Uin Smh Banten,
2021, h. 3-4.
16
17