Hubungan Modal Sosial Dengan Tingkat Partisipasi Anggota Koperasi
Hubungan Modal Sosial Dengan Tingkat Partisipasi Anggota Koperasi
UTARI KUSUMANINGRUM
Utari Kusumaningrum
NIM I34130022
ABSTRAK
UTARI KUSUMANINGRUM. Hubungan Modal Sosial dengan Tingkat
Partisipasi Anggota Koperasi (Kasus Koperasi Pemberdayaan Ekonomi Kelurahan
Rahayu, Kelurahan Kertamaya, Kecamatan Bogor Selatan, Kabupaten Bogor).
Dibimbing oleh MURDIANTO.
ABSTRACT
UTARI KUSUMANINGRUM
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Disetujui oleh
�
Ir Murdianto. Msi
Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Sc
Tanggal Lulus:
1 0 FEB 2017
v
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi dengan judul Hubungan Modal Sosial dengan
Tingkat Partisipasi Anggota Koperasi (Kasus Koperasi Pemberdayaan Ekonomi
Kelurahan Rahayu, Kelurahan Kertamaya, Kecamatan Bogor Selatan, Kabupaten
Bogor) ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan
dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan rasa
terima kasih kepada:
1. Bapak Ir Murdianto, Msi selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan saran dan masukan selama proses penulisan skripsi ini,
2. Orang tua tercinta, Ibunda Suwarti dan Alm. Ayahanda Radyo Maryono,
serta kakak tercinta Yuli Herlina, Irfan Dadi, Dedi Herawan dan Ayu yang
selalu menyemangati penulis,
3. Ketua KPEK Rahayu, pihak Kelurahan Kertamaya, serta anggota KPEK
Rahayu yang telah bersedia membantu penulis dalam pengumpulan data
untuk skripsi ini,
4. Sahabat-sahabat tercinta dari group Kemenper yaitu Aldina Hapsari, Tiya
Vatriani Kurnia, Khairun Nisa Azzahra, Reisha Widia, Ayuningtyas Putri,
Dhinda Mahyu Prastiwi, Nur Azizah Rizki serta Yemima Kristina
Panggabean dan Maesarotunisya.
5. Keluarga SKPM 50 dan Himasiera 2016 khususnya divisi Research and
Development yang telah memberikan semangat kepada penulis,
6. Semua pihak yang telah memberikan kontribusi, dukungan, dan doa
kepada penulis yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Utari Kusumaningrum
vi
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran 14
2 Sekretariat KPEK Rahayu 77
3 Proses pengambilan data 77
4 Proses pengambilan data 77
5 Sertifikat keikutsertaan pelatihan 77
6 Piagam penghargaan KPEK Rahayu 77
7 Laporan pertanggungjawaban KPEK Rahayu 77
DAFTAR LAMPIRAN
Latar Belakang
Masalah Penelitian
1
Sitio dan Tamba. 2001. Koperasi: Teori dan Praktik. Jakarta (ID): Erlangga.
3
bentuk koperasi simpan-pinjam KPEK Rahayu tidak akan berjalan jika tidak ada
kerjasama di dalamnya. Kerjasama dalam KPEK Rahayu merupakan suatu bentuk
modal sosial dalam KPEK Rahayu. Modal sosial merupakan segala hal yang
berkaitan dengan kerjasama dalam suatu kelompok masyarakat untuk mencapai
kualitas hidup yang lebih baik, ditopang oleh unsur-unsur utamanya yakni rasa
saling mempercayai, keimbal-balikan, dan aturan-aturan kolektif (Hasbullah
2006). Berdasarkan hal tersebut, penting dilakukan penelitian mengenai
bagaimana modal sosial dari anggota KPEK Rahayu, Kelurahan Kertamaya,
Kecamatan Bogor Selatan, Kabupaten Bogor?
Sebagai suatu bentuk koperasi simpan-pinjam, KPEK Rahayu
mengedepankan prinsip sebagai gerakan ekonomi rakyat yang dilakukan dari,
oleh, dan untuk rakyat. Artinya dalam KPEK Rahayu, anggota merupakan pemilik
KPEK Rahayu sekaligus yang akan menerima manfaat dari KPEK Rahayu.
Keterlibatan aktif anggota menjadi penentu keberlangsungan dari KPEK Rahayu
serta manfaat yang akan diperoleh oleh anggota itu sendiri. Keterlibatan tersebut
menurut Cohen dan Uphoff adalah suatu bentuk partisipasi dalam keseluruhan
tahap perencanaan, pelaksanaan, menikmati hasil, serta monitoring-evaluasi.
Melalui partisipasi anggota KPEK Rahayu akan mampu mengenal masalah
mereka bersama, membuat keputusan, dan dapat menetukan langkah apa yang
akan ditempuh untuk memecahkan masalah tersebut, sehingga penting dilakukan
penelitian mengenai bagaimana tingkat partisipasi anggota dalam kegiatan
KPEK Rahayu, Kelurahan Kertamaya, Kecamatan Bogor Selatan,
Kabupaten Bogor?
Modal sosial merupakan hal yang berkaitan dengan kerjasama dan
mencakup rasa percaya, jaringan sosial serta norma. Artinya, sekelompok orang
tidak dapat membangun kerjasama jika tidak ada organisasi yang mewadahi, serta
prasyarat untuk terbentuknya organisasi adalah rasa percaya dan norma sebagai
aturan berperilaku dalam organisasi (Vipriyanti 2011). KPEK Rahayu merupakan
organisasi yang mewadahi anggotanya untuk bersama-sama memperbaiki
kehidupannya dengan norma yang telah disepakati bersama dan KPEK Rahayu
dapat aktif karena adanya rasa percaya sesama anggotanya. Modal sosial dalam
KPEK Rahayu memiliki peran penting berkaitan dengan pelaksanaan aktivitas
bersama. Kuat lemahnya modal sosial juga dapat tergambarkan dari partisipasi
masing-masing anggota dalam pelaksanaan aktivitas bersama. Jika masing-masing
anggota memiliki rasa percaya yang tinggi, keeratan hubungan sesama anggota
maupun dengan koperasi lain, serta saling berusaha menjalankan aturan yang
berlaku maka akan timbul rasa memiliki dan kesedian untuk bekerja sama yang
tergambarkan melalui partisipasi masing-masing anggota dalam aktivitas KPEK
Rahayu baik dari tahap perencanaan, pelaksanaan, menikmati hasil, serta
monitoring-evaluasi. Berdasarkan hal tersebut penting dilakukan penelitian
mengenai bagaimana hubungan antara modal sosial dengan tingkat
partisipasi anggota dalam kegiatan KPEK Rahayu, Kelurahan Kertamaya,
Kecamatan Bogor Selatan, Kabupaten Bogor?
4
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Tinjauan Pustaka
Modal Sosial
menekankan pada potensi kelompok dan pola-pola hubungan antar individu dalam
kelompok dan antar kelompok dengan ruang perhatian pada jaringan sosial,
norma, nilai serta kepercayaan antar sesama yang lahir dari anggota kelompok dan
menjadi anggota kelompok.
Pandangan modal sosial sebagai sumber daya juga diungkapkan oleh
Vipriyanti (2011). Modal sosial adalah rasa percaya dan kemampuan seseorang
dalam membangun jaringan kerja serta kepatuhannya terhadap norma yang
berlaku di dalam kelompok maupun masyarakat dimana modal tersebut akan
memberi keuntungan untuk mengakses modal lainnya serta memfasilitasi
kerjasama inter dan antar kelompok (Vipriyanti 2011). Vipriyanti juga
menyatakan bahwa modal sosial dapat digambarkan sebagai suatu keadaan
dimana individu dapat menggunakan keanggotaan dalam kelompok untuk
memperoleh manfaat, sehingga keberadaan individu dalam suatu kelompok
penting untuk diketahui. Keberadaan individu dalam suatu kelompok dapat
digunakan untuk mengevaluasi modal sosial dengan melihat interaksi sosial dari
struktur jaringan kerja dan struktur kelompok tersebut. Mustofa (2013)
menyatakan bahwa modal sosial merupakan salah satu sumberdaya sosial yang
dapat dijadikan investasi untuk mendapatkan sumberdaya baru di dalam
masyarakat. Hal ini dikarenakan modal sosial dapat dikaitkan dengan komunitas,
masyarakat sipil, maupun identitas-identitas lainnya yang kokoh.
Konseptualisasi yang telah dijelaskan oleh para ahli mengenai modal sosial
memiliki pengertian beragam. Konseptualisasi yang beragam tersebut dapat
digunakan dalam penelitian dengan memperhatikan kesesuaian dengan penelitian
yang akan dilakukan (Naufal dan Kusumastuti 2010). Hasbullah (2006)
menyatakan bahwa terdapat perbedaan pada penekanan unsur-unsur yang
membentuk modal sosial menurut berbagai ahli, namun terlepas dari perbedaan
tersebut pengertian yang diberikan sebenarnya memiliki inti yang sama yakni
menekankan pada kebersamaan masyarakat untuk mencapai tujuan, memperbaiki
kualitas kehidupan dan melakukan penyesuaian secara terus-menerus.
Inti telaah modal sosial terletak pada bagaimana kemampuan masyarakat
dalam suatu kelompok untuk bekerjasama membangun suatu jaringan dalam
mencapai tujuan bersama. Kerjasama tersebut diwarnai oleh tindakan dengan
pola imbal balik dan saling menguntungkan, dan dibangun di atas kepercayaan
yang ditopang oleh norma-norma dan nilai-nilai sosial yang positif dan kuat
(Hasbullah 2006). Putman (1993) menjelaskan bahwa modal sosial merupakan
bagian dari organisasi sosial seperti kepercayaan, norma serta jaringan yang dapat
meningkatkan efisiensi masyarakat untuk memfasilitasi tindakan-tindakan yang
terkoordinasi, sehingga dimensi dari modal sosial menurut Putman (1993) yang
utama adalah kepercayaan, norma serta jaringan sosial. Vipriyanti (2011)
menyebutkan bahwa pengukuran modal sosial secara garis besar dibedakan atas
tiga unsur utama yakni rasa percaya, jaringan serta norma.
1. Kepercayaan
Trust atau rasa saling percaya diartikan sebagai suatu bentuk keinginan
untuk mengambil resiko dalam hubungan-hubungan sosial yang didasari oleh
perasaan yakin bahwa yang lain akan melakukan sesuatu seperti yang diharapkan
dan akan senantiasa bertindak dalam suatu pola tindakan yang saling mendukung,
tidak akan merugikan diri dan kelompoknya (Hasbullah 2006). Vipriyanti (2011)
menyatakan bahwa rasa percaya adalah dasar dari perilaku moral yang
menyediakan arahan bagi kerjasama dan koordinasi sosial dari semua aktivitas
sehingga manusia dapat hidup bersama dan berinteraksi satu dengan lainnya.
Kepercayaan merupakan salah satu kekuatan sintetik yang paling penting dalam
masyarakat, kepercayaan juga menjadi basis bagi tindakan individu dan basis
kerjasama yang baik. Tanpa adanya saling percaya yang merata antara satu orang
dengan yang lainnya masyarakat akan disintegrative, sebaliknya semakin tinggi
kepercayaan maka akan semakin rendah resiko dan biaya yang dikeluarkan dalam
suatu interaksi sosial. Suharto (2007) menyatakan kepercayaan adalah harapan
yang tumbuh di dalam masyarakat, yang ditunjukkan oleh adanya perilaku yang
jujur, teratur dan kerjasama berdasarkan norma-norma yang dianut bersama.
2. Jaringan
Jaringan merupakan infrastruktur yang dinamis yang berwujud jaringan-
jaringan kerjasama antar manusia. Jaringan tersebut memfasilitasi terjadinya
komunikasi dan interaksi, memungkinkan tumbuhnya kepercayaan dan
memperkuat kerjasama (Suharto 2007). Jaringan sosial terbentuk karena adanya
rasa saling tahu, saling menginformasikan, dan saling membantu dalam
9
3. Norma
Norma memiliki pengertian sebagai sekumpulan aturan yang diharapkan
dipatuhi dan diikuti oleh anggota masyarakat pada suatu entitas sosial tertentu
(Hasbullah 2006). Vipriyanti (2011) menyatakan bahwa norma merupakan nilai
bersama yang mengatur perilaku individu dalam suatu masyarakat atau kelompok
dimana norma tidak dapat dipisahkan dari jaringan dan kepercayaan. Norma
terdiri dari pemahaman-pemahaman, nilai-nilai, harapan-harapan dan tujuan-
tujuan yang diyakini dan dijalankan bersama oleh sekelompok orang (Suharto
2007). Lawang (2004) menyatakan jika struktur jaringan terbentuk karena
pertukaran sosial yang terjadi antara dua orang, sifat norma kurang lebih sebagai
berikut:
a. Norma muncul dari pertukaran yang saling mengutungkan,
b. Norma menyangkut hak dan kewajiban kedua belah pihak yang dapat
menjamin keuntungan yang diperoleh dari suatu kegiatan tertentu,
c. Jaringan yang terbina lama dan menjamin keuntungan kedua belah pihak
secara merata, akan memunculkan norma keadilan, dan yang melanggar
prinsip keadilan akan diberi sanksi yang keras.
Partisipasi
dilibatkan dalam tindakan yang telah dipikirkan atau dirancang oleh pihak lain;
kedua, partisipasi merupakan proses pembentukan kekuatan untuk keluar dari
permasalahan masyarakat sendiri. Partisipasi memiliki titik tolak yaitu
memutuskan, bertindak, kemudian merefleksikan tindakan tersebut sebagai subjek
yang sadar (Nasdian 2014).
Rahmawati dan Sumarti (2011) mengungkapkan partisipasi sebagai wujud
dari keinginan untuk mengembangkan demokrasi melalui proses desentralisasi
dengan perencanaan dari bawah (bottom-up) yang mengikutsertakan masyarakat
dalam proses perencanaan dan pembangunan sehingga akan menciptakan
kemandirian masyarakat. Pendapat tersebut sesuai dengan pandangan Nasdian
(2014) yang menyatakan bahwa dengan partisipasi diharapkan dapat
menumbuhkan kemandirian masyarakat yang dikategorikan menjadi kemandirian
material, kemandirian intelektual dan kemandirian manajemen. Kemandirian
material adalah kemampuan produktif untuk memenuhi kebutuhan materi dasar
serta cadangan mekanisme untuk dapat bertahan dalam waktu krisis. Kemandirian
intelektual diartikan sebagai pembentukan dasar pengetahuan otonom yang
memungkinkan masyarakat dapat menanggulangi bentuk-bentuk dominasi yang
muncul dari luar, sedangkan kemandirian manajemen adalah kemampuan otonom
untuk membina diri, menjalani serta mengelola kegiatan kolektif agar terjadi
perubahan (Nasdian 2014).
Cohen dan Uphoff (1979), mendefinisikan partisipasi sebagai keterlibatan
aktif masyarakat dalam suatu program atau kegiatan pembangunan komunitas
tentang apa yang harus dilakukan serta bagaimana cara kerjanya yang dimulai dari
keterlibatan dalam tahap pembuatan keputusan, penerapan keputusan, penikmatan
hasil dan evaluasi. Partisipasi menurut Cohen dan Uphoff (1979) sangat berkaitan
dengan siapa pihak yang berpartisipasi (who participates) dan bagaimana
partisipasi dapat terjadi (how participation occurs) dalam suatu upaya
pembangunan komunitas.
Cohen dan Uphoff (1979) menyatakan bahwa pihak yang paling ditekankan
untuk berpartisipasi adalah masyarakat miskin dalam suatu komunitas. Melalui
masyarakat miskin tersebut, akan diperoleh informasi yang sebenar-benarnya
mengenai keadaan yang terjadi dalam suatu komunitas sehingga suatu program
yang akan dilaksanakan sesuai dengan keadaan nyata dari komunitas itu. Selain
masyarakat miskin, pihak-pihak lain yang harus dilibatkan adalah warga
komunitas itu, tokoh masyarakat komunitas, pemerintahan, serta pihak luar yang
berkaitan dengan program yang dilaksanakan. Di dalam suatu partisipasi, Cohen
dan Uphoff (1979) menyatakan bahwa sangat penting untuk menekankan umur,
jenis kelamin, status keluarga, pendidikan, pekerjaan, pendapatan serta tempat
tinggal. Karakter-karakter tersebut mungkin tidak relevan diterapkan untuk
semua program, namun beberapa kombinasi karakter-karakter tersebut akan
berguna untuk memastikan siapa yang berpartisipasi dalam berbagai tahapan
kegiatan pembangunan komunitas.
Sementara berkaitan dengan bagaimana partisipasi dapat terjadi, Cohen dan
Uphoff (1979) menyatakan bahwa hal tersebut merupakan evaluasi yang
dilakukan secara kualitatif. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah dari mana
inisiatif partisipasi berasal, apakah partisipasi terjadi secara sukarela atau karena
paksaaan, struktur sosial masyarakat, jaringan yang terjadi baik individu maupun
antar kelompok secara formal maupun tidak formal, serta lingkup partisipasi.
11
Akhirnya hal tersebut dapat berguna untuk melihat apakah terjadi pemberdayaan
secara efektif dalam pembuatan keputusan atau implementasi suatu program.
Perbedaan karakteristik “how” dapat membantu memahami dinamika dan
konsekuensi dari partisipasi jika diterapkan secara tepat kepada pihak yang
berpartisipasi dalam suatu upaya pembangunan komunitas.
Cohen dan Uphoff (1979) selanjutnya membagi partisipasi menjadi empat
tahapan yakni:
1. Tahap perencanaan diwujudkan dengan keikutsertaan masyarakat dalam
rapat-rapat yang dimaksudkan untuk turut serta pada perencanaan dan
pelaksanaan suatu program,
2. Tahap pelaksanaan dimana wujud nyata partisipasi pada tahap ini
digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk sumbangan
pemikiran, bentuk sumbangan materi, dan bentuk sumbangan tindakan
sebagai anggota program,
3. Tahap menikmati hasil, dalam tahap ini keberhasilan partisipasi masyarakat
dapat dilihat dengan semakin besar manfaat program yang dirasakan, berarti
semakin berhasil program tersebut,
4. Tahap monitoring-evaluasi, dimana partisipasi masyarakat pada tahap ini
merupakan umpan balik yang dapat memberi masukan demi perbaikan
pelaksanaan program selanjutnya.
Koperasi
Kerangka Pemikiran
Tingkat Partisipasi
1. Tingkat partisipasi tahap
Modal Sosial
perencanaan
1. Tingkat Kepercayaan
2. Tingkat partisipasi tahap
2. Tingkat Jaringan Sosial
pelaksanaan
3. Tingkat Norma
3. Tingkat partisipasi tahap
menikmati hasil
4. Tingkat partisipasi tahap
monitoring-evaluasi
Hipotesis
Sumber data dalam penelitian ini adalah responden dan informan. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh anggota KPEK Rahayu dari awal terbentuk
hingga penelitian ini dilakukan. Responden dalam penelitian ini ditentukan
dengan mengambil sampel secara purposif yaitu anggota KPEK Rahayu yang
tercatat pada Laporan Akhir Tahun KPEK Rahayu tahun 2013 tahun 2015. Hal
tersebut dikarenakan dalam penelitian melihat bagaimana tingkat partisipasi
anggota KPEK Rahayu setelah KPEK Rahayu menjadi koperasi berprestasi pada
tahun 2012 dan pada saat penelitian ini dilakukan Laporan Akhir Tahun KPEK
Rahayu tahun 2016 belum disusun. Namun, tidak seluruh anggota yang tercatat
dalam Laporan Akhiran Tahun tersebut masih aktif, beberapa anggota ada yang
sudah pindah dari Kelurahan Kertamaya dan bahkan pindah ke luar Bogor,
sehingga responden dalam penelitian juga ditentukan berdasarkan informasi dari
Ketua KPEK Rahayu. Berdasarkan hal tersebut, responden dalam penelitian ini
berjumlah 34 orang. Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
individu.
Informan adalah pihak yang memberikan keterangan dan informasi yang
dibutuhkan dan digunakan sebagai pendukung data penelitian (Effendi dan
Tukiran 2012). Informan dalam penelitian ini adalah pihak-pihak yang
mengetahui informasi mendalam mengenai KPEK Rahayu, yaitu ketua KPEK
Rahayu dan tokoh masyarakat yaitu ketua RT 01 dan 02 dan ketua RW 08, serta
beberapa anggota yang merupakan responden dalam penelitian ini.
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari responden
dan informan melalui survei, observasi serta wawancara. Data sekunder diperoleh
dari dokumen-dokumen tertulis atau arsip di Kantor Kelurahan Kertamaya, buku,
internet, data dari Badan Pusat Statistik (BPS), Laporan KPEK Rahayu dan
jurnal-jurnal penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini. Analisis
data sekunder perlu dilakukan untuk interpretasi serta penarikan kesimpulan yang
menambah pengetahuan tambahan dari analisis data sebelumnya.
Data primer kuantitatif dikumpulkan melalui wawancara terstruktur kepada
34 responden dengan menggunakan kuesioner, sedangkan data primer kualitatif
dikumpulkan melalui wawancara mendalam (indepth interview) kepada sejumlah
informan yang diarahkan dengan panduan wawancara (Lampiran 3).
Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data primer dan data
sekunder. Berikut teknik pengumpulan data disajikan dalam Tabel 2.
17
Penelitian ini memiliki dua jenis data yang akan diolah dan dianalisis, yaitu
data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif diolah menggunakan aplikasi
Microsoft Excell 2010 dan SPSS for windows 21. Pembuatan tabel frekuensi serta
tabel tabulasi silang menggunakan Microsoft Excell 2010. Selanjutnya SPSS for
windows 21 digunakan untuk membantu dalam uji statistik menggunakan uji
korelasi Rank Spearman. Rank Spearman digunakan untuk menguji hipotesis
yakni melihat hubungan modal sosial dan tingkat partisipasi. Ketentuan hipotesis
diterima apabila nilai signifikansi (sig-2 tailed) lebih kecil dari 0.05 dan 0.01.
Apabila nilai signifikasi (sig-2 tailed) yang didapatkan lebih kecil dari ρ (0.05)
dan ρ (0.01), maka dilanjutkan dengan melihat aturan nilai correlation coefficient
menurut Sugiyono (2008) sebagai berikut:
a) 0.00-0.199 (hubungan sangat rendah)
b) 0.20-0.399 (hubungan rendah)
c) 0.4-0.599 (hubungan sedang)
d) 0.6-0.799 (hubungan kuat)
e) 0.80-1.00 (hubungan sangat kuat).
Data kualitatif digunakan sebagai data pendukung, dan pengolahan data
kualitatif dilakukan dengan mereduksi atau meringkas data dengan
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan
mengorganisasikan data sedemikian rupa sehingga sesuai dengan keperluan untuk
menjawab pertanyaan analisis di dalam penelitian (Effendi dan Tukiran 2012).
Selanjutnya ialah penyajian data yang berupa menyusun segala informasi dan data
yang diperoleh menjadi serangkaian kata-kata yang mudah dibaca ke dalam
sebuah laporan. Verifikasi adalah langkah terakhir yang merupakan penarikan
kesimpulan dari hasil yang telah diolah pada tahap reduksi (Effendi dan Tukiran
2012).
Definisi Operasional
Modal Sosial
Tingkat Partisipasi
GAMBARAN UMUM
2
Kelurahan Kertamaya. 2015. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kelurahan Kertamaya
Tahun 2015.
24
3
Laporan Akhir Tahun KPEK Rahayu Tahun 2010-tahun 2015.
26
Posdaya Gunung Jati, koperasi ini kembali digerakkan pada tahun 2010. Koperasi
ini awalnya disebut sebagai Koperasi Pembiayaan Ekonomi Kelurahan namun
berganti nama menjadi Koperasi Pemberdayaan Ekonomi Kelurahan. KPEK
Rahayu berlokasi di Jalan Marga Bhakti Gang Pala No. 07 RT 01/08 Kelurahan
Kertamaya, Kecamatan Bogor Selatan, Kabupaten Bogor. KPEK Rahayu
ditujukan untuk seluruh masyarakat Kelurahan Kertamaya, namun dalam
pelaksanaannya anggota dari KPEK Rahayu sebagian besar berasal dari RW 08
Kelurahan Kertamaya dikarenakan KPEK Rahayu berada di RW 08 Kelurahan
Kertamaya. Tujuan dari KPEK Rahayu secara umum sama dengan koperasi kredit
yaitu:
1. Membantu keperluan kredit para anggota yang membutuhkan pinjaman dengan
syarat yang ringan,
2. Mendidik para anggota untuk melakukan simpanan secara teratur sehingga
anggota dapat belajar menyisikan sebagian pendapatannya,
3. Menambah pengetahuan tentang perkoperasian.
memulai usaha. Sayangnya, berdasarkan data pinjaman yang ada rata-rata hanya
10,0 persen pinjaman yang digunakan sebagai modal usaha. Minimnya pinjaman
yang digunakan sebagai modal usaha dikarenakan anggota KPEK Rahayu yang
memiliki usaha hanya sebanyak tujuh orang, sementara anggota yang lainnya
bekerja sebagai supir, karyawan, buruh dan beberapa anggota ada yang tidak
bekerja. Anggota yang tidak memiliki usaha, secara umum melakukan pinjaman
guna memenuhi kebutuhan sehari-hari. Untuk beberapa anggota koperasi yang
bekerja sebagai supir, pinjaman digunakan untuk memperbaiki angkutan umum
yang mereka miliki, sementara untuk anggota lain mayoritas pinjaman digunakan
untuk membeli keperluan rumah tangga.
Penggunaan pinjaman yang beragam tersebut, memberikan dampak yang
berbeda pada masing-masing anggota. Anggota yang menggunakan dana
pinjaman sebagai modal usaha, menjadikan usaha yang mereka miliki dapat
berkembang atau setidaknya tidak mengalami gulung tikar. Pinjaman tersebut
dapat digunakan untuk memperbanyak jenis barang yang dijual sehingga
memungkinkan anggota memperoleh keuntungan yang lebih dari usaha yang
mereka jalankan. Hal tersebut selanjutnya berdampak pada bagaimana anggota
dapat menabung dari hasil usaha yang mereka dapatkan. Semakin banyak
keuntungan yang didapatkan, memungkinkan mereka dapat semakin banyak
menabung. Sementara anggota yang melakukan pinjaman untuk memenuhi
kebutuhan atau untuk membeli barang rumah tangga, manfaat yang diperoleh
hanya pada sebatas perolehan barang serta kepuasan individu.
Sistem Simpan-Pinjam
kepada anggota sebagai Sisa Hasil Usaha setiap tutup buku dalam satu
tahun. Rincian pembagian dari Sisa Hasil Usaha KPEK Rahayu adalah
sebagai berikut:
a. 40% sebagai uang cadangan
b. 40% bagian anggota yang dibagi menjadi 20% menurut jasa simpan-
pinjam dan 20% menurut jasa transaksi
c. 7,5% dana pengurus
d. 2,5% dana pengawas
e. 2,5% dana kesejahteraan karyawan
f. 2,5% dana pendidikan
g. 2,5% dana sosial
h. 2,5% dana pembangunan wilayah kerja,
6. Wajib melunasi pinjaman dalam kurun waktu maksimal 24 bulan,
7. Besar pinjaman yang dapat diajukan:
a. Pinjaman I : Rp 500.000,00 - Rp 1.000.000,00 dengan syarat aktif
membayar cicilan
b. Pinjaman II : Rp 2.000.000,00 - Rp 4.000.000,00 dengan syarat aktif
membayar cicilan
c. Pinjaman III : Rp 4.000.000,00 - Rp 7.000.000,00 dengan syarat aktif
membayar cicilan,
8. Pinjaman tersebut dapat dilakukan selama modal koperasi masih tersedia,
9. Modal koperasi didapatkan dari simpanan wajib, simpanan pokok,
simpanan sukarela serta sisa hasil usaha pada periode sebelumnya.
10. Bersedia mengikuti berbagai kegiatan yang dilaksanakan KPEK Rahayu,
11. Bersedia ditegur apabila tidak taat pada AD/ART yang sudah ditetapkan.
oleh seluruh warga dan kegiatan-kegiatan lain, dimana pada saat penelitian ini
dilakukan kegiatan-kegiatan tersebut juga masih berjalan. Melalui sosialisasi yang
dilakukan Bapak Mamat, warga yang tergabung menjadi anggota koperasi terus
bertambah hingga pada Desember 2010 jumlah anggota KPEK Rahayu sebanyak
27 orang. Dari 27 anggota tersebut, 22 anggota mengikuti simpan-pinjam dan 5
anggota lainnya hanya mengikuti simpanan saja dikarenakan modal koperasi yang
tidak dapat memenuhi keseluruhan permohonan pinjaman sehingga diprioritaskan
untuk 22 orang yang dirasa lebih penting. Adanya kesadaran bersama mengenai
siapa yang lebih membutuhkan, menjadikan masing-masing anggota saling
mengerti dan menerima mengenai besar pinjaman yang didapatkan.
Partisipasi anggota KPEK Rahayu pada awal pembentukan lebih kepada
partisipasi simpan-pinjam. Anggota aktif melakukan simpan-pinjam dilihat dari
berkembangnya modal koperasi serta SHU yang diperoleh pada akhir tahun 2010.
Tercatat pada 31 Desember 2010 modal koperasi yang ada sebesar Rp
14.014.750,00 yang menunjukkan adanya peningkatan modal koperasi.
Peningkatan tersebut karena anggota aktif membayar simpanan wajib sebesar Rp
5.000,00 serta membayar cicilan pinjaman. Beberapa anggota juga ada yang
melakukan simpanan sukarela. SHU yang diperoleh anggota Rp 818.750,00
dibagi keseluruhan anggota. SHU tersebut sudah dibagi berdasarkan rincian
pembagian SHU. Tidak adanya permasalahan dalam pembagian SHU
menunjukkan bahwa anggota menerima aturan pembagian SHU.
Pada tahun 2011 anggota KPEK Rahayu yang aktif tercatat sebanyak 35
orang yang menunjukkan pada tahun ini terdapat tambahan anggota delapan
orang. Keikutsertaan anggota baru tersebut dikarenakan mereka ingin mengikuti
simpan-pinjam pada koperasi karena tertarik dengan cerita yang disampaikan
anggota yang sudah bergabung terlebih dahulu. Selain itu, Ketua KPEK Rahayu
juga terus melakukan sosialisasi-sosialisasi. Pada tahun ini, selain kegiatan
simpan-pinjam ada juga kegiatan berupa kunjungan-kunjungan baik dari Pihak
UMKM Kota Bogor maupun dari pihak-pihak lainnya. KPEK Rahayu aktif
mengadakan rapat triwulan bersama anggota untuk menyampaikan mengenai
perkembangan permodalan KPEK Rahayu. Manfaat yang dirasakan oleh anggota
KPEK Rahayu dari simpan-pinjam pada awal pembentukan KPEK Rahayu
menjadikan anggota aktif untuk membayar simpanan pokok, wajib dan melakukan
pinjaman. Terlebih dengan adanya kunjungan-kunjungan dari pihak lain serta
pelatihan-pelatihan yang diikuti oleh Ketua KPEK Rahayu, menjadikan
bergulirnya dana semakin terencana. Hal ini diketahui dari pembayaran simpanan
wajib sebesar Rp 5000,00 pada tahun 2011, hanya pada bulan Oktober saja
mengalami kemacetan dan untuk pembayaran pinjaman hanya terjadi kemacetan
sebesar 2% sementara pinjaman yang bergulir pada tiap bulannya mencapai Rp
5.567.000,00. Modal yang dimiliki KPEK Rahayu pada tahun 2011 meningkat
menjadi Rp 21.968.250,00. SHU yang didapatkan juga mengalami kenaikan
cukup tinggi dari tahun 2010 yakni sebesar Rp 1.776.400,00. Pembagian SHU
dilakukan di akhir tahun dengan dihadiri oleh seluruh anggota.
Pada tahun 2012, jumlah anggota KPEK Rahayu bertambah tiga orang
sehingga jumlah anggota menjadi 38 anggota. Pada tahun ini terjadi peningkatan
modal KPEK Rahayu dari tahun 2011 menjadi Rp 27.408.270,00 yang
menunjukkan bahwa aliran simpan-pinjam yang terjadi lancar. Besar pinjaman
yang terjadi rata-rata per bulan pada tahun 2012 adalah Rp 4.253.105,00. Pada
31
tahun ini terjadi peningkatan simpanan wajib dari Rp 5.000,00 menjadi Rp.
10.000,00. Penerimaan anggota atas keputusan ini menunjukkan bahwa mereka
memiliki kepercayaan bahwa keputusan tersebut adalah keputusan terbaik bagi
KPEK Rahayu. Partisipasi anggota pada simpan-pinjam tergolong tinggi dilihat
dari angka kemacetan pembayaran yang terjadi pada tahun ini hanya sebesar dua
persen SHU yang dihasilkan juga mengalami peningkatan hampir dua kali lipat
dari tahun 2011 dan besarnya SHU pada tahun 2012 menjadi Rp 3.066.000,00.
Pada tahun ini KPEK Rahayu juga berhasil menjadi Koperasi Berprestasi Tingkat
Kota Bogor (Lampiran Dokumentasi Kegiatan). Prestasi ini didapat karena KPEK
Rahayu yang baru dihidupkan kembali setelah mati suri menunjukkan
perkembangan yang baik dilihat dari modal koperasi yang terus berkembang.
Prestasi tersebut tidak bisa diraih apabila anggota KPEK Rahayu tidak bekerja
sama dengan baik untuk melakukan simpan-pinjam.
Sementara itu, pada tahun 2013 tidak terdapat tambahan anggota. Sosialisasi
mengenai KPEK Rahayu tidak terlalu sering dilakukan. Pada tahun ini KPEK
Rahayu juga sudah tidak sering mendapat kunjungan atau sebaliknya tidak
melakukan kunjungan ke koperasi lain. Hanya sesekali Ketua KPEK Rahayu
mengikuti pelatihan di Dinas UMKM Kota Bogor. Pada tahun ini kemacetan
pembayaran yang terjadi sebanyak tiga persen dan SHU yang diperoleh
mengalami penurunan menjadi Rp 2.980.000,00. Hal tersebut menunjukkan
bahwa aktivitas simpan-pinjam tidak seaktif pada tahun 2012. Hal tersebut
ditunjukkan dengan menurunnya jumlah anggota yang melakukan simpanan
sukarela dan ada beberapa anggota yang tidak membayarkan simpanan wajib.
Pada tahun 2013, modal yang dimiliki oleh KPEK Rahayu sebesar Rp
36.327.270,00.
Seiring dengan berjalannya waktu, KPEK Rahayu terus berusaha untuk
menjadi koperasi yang lebih baik. Hal ini ditunjukkan dengan adanya rencana
kegiatan yang disusun seperti melakukan peternakan ayam atau kambing yang
dikelola koperasi, namun rencana tersebut belum dapat terlaksana karena tidak
adanya modal. Rencana KPEK Rahayu yang sedang berusaha direalisasikan
adalah mendirikan Waserda yang sebenarnya memang bidang kegiatan KPEK
Rahayu menurut AD/ART yang telah disusun. Dalam perkembangannya, KPEK
Rahayu juga mengalami hambatan khususnya dalam hal kemacetan pembayaran
dari anggota.
Keaktifan Anggota
Keadaan Anggota
Status Keanggotaan
Status keanggotaan merupakan status responden yang berkaitan dengan
peran dalam menjalankan KPEK Rahayu. Status keanggotaan responden dalam
penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu pengurus dan anggota. Status
keanggotaan responden dalam penelitian ini disajikan dalam Tabel 8.
Jumlah Peminjam
Jumlah peminjam merupakan banyaknya responden yang melakukan
pinjaman kepada KPEK Rahayu pada tiap tahunnya. Responden dapat melakukan
pinjaman kembali setiap tahunnya jika pinjaman pada periode sebelumnya telah
lunas atau jika belum lunas, sisa pinjaman tidak terlalu besar. Jumlah responden
yang melakukan pinjaman dari tahun 2013 hingga tahun 2015 disajikan dalam
Tabel 9.
penggunaan ini diambil dari masa pinjaman terakhir responden baik yang masih
dalam tahap pelunasan ataupun yang sudah lunas.
Tabel 11 Jumlah dan presentase responden anggota KPEK Rahayu berdasarkan
penggunaan dana terakhir
Penggunaan Dana Jumlah (n) Presentase (%)
Terakhir
Modal Usaha 8 23,5
Lainnya 26 76,5
Total 34 100,0
Konseptualisasi yang telah dijelaskan oleh para ahli mengenai modal sosial
memiliki pengertian beragam. Konseptualisasi yang beragam tersebut dapat
digunakan dalam penelitian dengan memperhatikan kesesuaian dengan penelitian
yang akan dilakukan (Naufal dan Kusumastuti 2010). Penelitian ini menggunakan
kepercayaan, jaringan sosial serta norma sebagai dimensi untuk menganalisis
modal sosial responden anggota KPEK Rahayu. Selanjutnya, kepercayaan,
jaringan dan realisasi norma dilihat hubungnnya dengan tingkat partisipasi
responden dalam kegiatan simpan-pinjam KPEK Rahayu. Jumlah dan presentase
masing-masing indikator modal sosial yaitu tingkat kepercayaan, tingkat jaringan
sosial serta tingkat norma pada anggota KPEK Rahayu disajikan dalam Tabel 13.
Tingkat Kepercayaan
Kelurahan lain. Pernyataan ini sesuai dengan informasi yang diperoleh dari salah
satu informan sebagai berikut:
“...Kalau kita di RW sini itu masih saudara neng jadi yang ikut
koperasi juga masih saudara soalnya yang ikut hampir dari RW
sini semua kalau nggak ya pasti kita kenal neng. Kalau ada
yang kena musibah pasti bantu pake uang dari SHU kan neng.
Misalnya ada yang sakit nanti pada jenguk ke rumah sakit
bareng-bareng.” (Ap, 56 tahun)
pengajian, atau acara-acara lainnya. Hal ini sesuai dengan informasi yang
disampaikan oleh informan sebagai berikut:
Tingkat Norma
Rahayu. Jaringan yang terjalin dalam KPEK Rahayu baik sesama responden
ataupun dengan Ketua KPEK Rahayu, lebih erat terjalin pada responden yang
letak tempat tinggalnya berdekatan di RW 08 Kelurahan Kertamaya, Kecamatan
Bogor Selatan, Kabupaten Bogor. Hal tersebut dikarenakan responden lebih sering
berkumpul dengan responden lain ataupun Ketua KPEK Rahayu dan lebih sering
membantu kegiatan satu sama lain. Namun, jaringan sosial dengan pihak luar dari
koperasi lain sangat sempit. Mayoritas responden tidak mengenal dan tidak
menjalin hubungan dengan pihak luar dari koperasi lain. Hal tersebut
menunjukkan adanya kohesifitas hubungan yang terjalin dalam KPEK Rahayu
tinggi, namun rentang jaringan sosial dengan pihak luar yang terbangun sangat
sempit sehingga diperlukan kerja sama yang lebih antara KPEK Rahayu dengan
pihak atau koperasi lainnya.
46
47
juga dilakukan dalam forum-forum seperti pengajian atau saat ada acara-acara
warga di RW 08 Kelurahan Kertamaya, Kecamatan Bogor Selatan, Kabupaten
Bogor. Menurut infomasi dari Ketua KPEK Rahayu kegiatan-kegiatan di RW 08
Kelurahan Kertamaya, Kecamatan Bogor Selatan, Kabupaten Bogor terkadang
digunakan sebagai rapat koperasi jika ada hal penting yang harus
dimusyawarahkan. Jumlah dan presentase responden anggota KPEK Rahayu pada
tahap perencanaan disajikan pada Tabel 21.
kegiatan-kegiatan tersebut mereka tidak aktif dalam rapat itu. Alasannya karena
responden setuju dengan pendapat yang ada, atau pendapat responden sudah
diwakili oleh anggota lainnya yang memberikan pendapat. Kurangnya ilmu dan
informasi mengenai simpan pinjam menjadikan hanya beberapa responden yang
menyampaikan sedikit komentar atau pendapat dan lebih banyak mengikuti
jalannya rapat saja. Hal ini sesuai dengan informasi dari salah satu informan
sebagai berikut:
Berdasarkan Tabel 23, tingkat partisipasi tahap menikmati hasil pada KPEK
Rahayu dominan pada golongan sedang dengan presentase 41,1 persen atau
sebanyak 14 responden, sementara tingkat partisipasi rendah dengan presentase
26,5 persen atau 9 responden dan tingkat partisipasi tinggi sebesar 31,4 persen
atau 11 responden. Hal ini menunjukkan bahwa KPEK Rahayu memberikan
manfaat bagi responden, dan tingkat manfaat yang dirasakan beragam. Pada
sebagian besar responden, manfaat yang dirasakan tidak terlalu besar karena
responden hanya dapat menerima pinjaman berkisar Rp 500-000,00 hingga Rp
52
1.000.000,00 dan jumlah tersebut untuk beberapa responden dirasa kurang. Hal ini
sesuai dengan informasi dari salah satu informan berikut:
“...Bapak kan jual bakso neng, jadi perlu modal gede tapi
Bapak paling bisa minjem ke koperasi 1jutaan soalnya kan di
bagi-bagi sama yang lain jadi kurang cukup si neng.” (Ac, 52
tahun)
Berdasarkan Tabel 24, tingkat partisipasi rendah pada tahap monitoring dan
evaluasi sebesar 47,1 persen atau 16 responden, tingkat partisipasi sedang sebesar
32,3 persen atau sebesar 11 responden dan tingkat partisipasi tinggi sebesar 20,6
persen atau sebesar tujuh responden. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat
partisipasi responden tahap monitoring-evaluasi cenderung rendah.
Rapat Akhir Tahun KPEK Rahayu merupakan rapat dimana anggota
diwajibkan hadir jika tidak ada alasan yang mendesak dan dalam rapat evaluasi ini
juga dilakukan pembagian SHU. Hal tersebut menjadikan seluruh responden
mengikuti Rapat Akhir Tahun sehingga keaktifan responden dalam rapat yang
membedakan tingkat partisipasi responden tahap monitoring-evaluasi menjadi
rendah, sedang, dan tinggi.
Responden yang memiliki tingkat partisipasi tinggi adalah responden yang
aktif dalam memberikan pendapat, mengevaluasi serta memberikan saran untuk
perkembangan KPEK Rahayu. Beberapa responden juga terlibat dalam pembuatan
laporan KPEK Rahayu karena beberapa responden merupakan pihak yang
ditunjuk oleh ketua KPEK Rahayu. Responden dengan tingkat partisipasi tinggi
mayoritas adalah tokoh masyarakat di RW 08 Kelurahan Kertamaya, Kecamatan
Bogor Selatan, Kabupaten Bogor dan beberapa adalah anggota yang ditunjuk
langsung oleh Ketua KPEK Rahayu untuk membantu dalam pelaporan karena
informasi dan pengetahuan responden tentang koperasi. Responden dengan
tingkat partisipasi sedang adalah responden yang tidak terlalu terlibat aktif dalam
rapat. Responden sesekali memberikan pendapat atau menanyakan jika ada yang
tidak jelas, dan sesekali membantu persiapan untuk rapat. Responden tidak terlibat
dalam pembukuan yang dilaksanakan. Hal ini sesuai dengan keterangan dari salah
satu informan dengan tingkat partisipasi sedang sebagai berikut:
54
“...Rapat akhir tahun kan wajib neng mau bagi SHU juga. Ya
pas rapat kalau ada yang kurang jelas saya nanya si neng.
Terutama tentang pembagian SHU nya neng. Cuma nanya
nya sesekali aja nggak selalu nanya neng.” (In, 54 tahun)
“...Ya ibu ikut aja neng rapat. Terima uang udah. Nggak
ngerti juga mau nanya. Dengerin aja neng, yang penting
dateng. Kalau misal masih ada tunggakan sekalian buat
ngelunasin si neng biasanya.” (Nh, 54 tahun)
lapang dikarenakan hanya sebagian kecil responden yang menghadiri dan aktif
terlibat dalam rapat. Sementara, pada tahap pelaksanaan bentuk partisipasi hanya
pada sebatas keikutsertaan dalam simpan-pinjam karena untuk sistemnya
ditangani langsung oleh Ketua KPEK Rahayu. Tingkat partisipasi tahap
pelaksanaan tinggi terjadi pada responden yang aktif melakukan simpan-pinjam
dimana responden tersebut adalah responden yang secara umum memiliki
simpanan sukarela yang besar, sehingga semakin aktif responden akan semakin
memperoleh manfaat dari simpan-pinjam tersebut.
Sementara, responden yang memiliki tingkat partisipasi tinggi didominasi
oleh tokoh masyarakat yaitu Ketua RW dan Ketua RT yang juga menjadi
responden serta responden yang ditunjuk Ketua KPEK Rahayu karena informasi
serta pengetahuan yang dirasa lebih banyak sehingga responden tersebut biasanya
selalu menyempatkan hadir dalam setiap kegiatan KPEK Rahayu. Responden
lebih banyak aktif dalam rapat perencanaan serta Rapat Akhir Tahun dengan
memberikan pendapat-pendapat atau saran-saran untuk perkembangan KPEK
Rahayu. Responden juga terlibat aktif dalam membantu pelaporan dalam Rapat
Akhir Tahun.
56
57
Tabel 26 Hasil analisis uji statistik Rank Spearman antara modal sosial dengan
tingkat partisipasi responden anggota KPEK Rahayu Kelurahan
Kertamaya, Kecamatan Bogor Selatan, Kabupaten Bogor tahun 2016
Tingkat Partisipasi
Koefisien p-value
Modal Sosial 0,511 0,002**
Tabel 27 Hasil analisis uji statistik Rank Spearman antara indikator modal sosial
dengan tingkat partisipasi responden anggota KPEK Rahayu Kelurahan
Kertamaya, Kecamatan Bogor Selatan, Kabupaten Bogor tahun 2016
Indikator Modal Sosial Tingkat Partisipasi
Koefisien p-value
Tingkat Kepercayaan 0,513 0,002**
Tingkat Jaringan Sosial 0,644 0,000**
Tingkat Norma 0,324 0,062
Berdarkan Tabel 27, hasil uji korelasi tingkat kepercayaan dengan tingkat
partisipasi memiliki nilai signifikansi 0,002 dengan taraf 0.01, sehingga tingkat
kepercayaan dengan tingkat partisipasi memiliki hubungan karena nilai
signifikansi <0,01. Nilai koefisien yang dihasilkan sebesar 0,513 yang
menunjukkan hubungan yang dihasilkan adalah kuat. Hal tersebut juga berlaku
pada hubungan tingkat jaringan sosial dengan tingkat partisipasi. Hasil uji korelasi
jaringan sosial dengan tingkat partisipasi memiliki nilai signifikansi 0,000 dengan
taraf 0.01, sehingga tingkat jaringan sosial memiliki hubungan dengan tingkat
partisipasi. Nilai koefisien yang dihasilkan sebesar 0,644 yang menunjukkan
hubungan yang dihasilkan adalah kuat. Sementara, hasil uji korelasi tingkat norma
dengan tingkat partisipasi memiliki nilai signifikansi 0,062 yang mana nilai ini
>0,05 sehingga tingkat norma tidak berhubungan dengan tingkat partisipasi.
Berdasarkan Tabel 28, tingkat kepercayaan dominan pada tingkat tinggi dan
tingkat partisipasi yang dihasilkan dominan pada tingkat sedang, serta partisipasi
yang tinggi dihasilkan pada responden dengan kepercayaan yang tinggi. Pada
responden dengan kepercayaan sedang dominan memiliki tingkat partisipasi yang
rendah. Hal tersebut menunjukkan adanya hubungan tingkat kepercayaan dan
tingkat partisipasi, yang juga ditunjukkan dengan hasil uji statistik dengan Rank
Spearman.
Tingkat kepercayaan dalam penelitian ini dilihat dari kepercayaan
terhadap Ketua KPEK Rahayu serta terhadap sesama responden. Kepercayaan
terhadap Ketua KPEK Rahayu dikarenakan adanya rasa toleransi, keterbukaan
serta kejujuran Ketua dalam menangani simpan-pinjam. Kepercayaan responden
terhadap ketua KPEK Rahayu ditunjukkan dengan kesedian responden menjadi
anggota KPEK Rahayu tanpa memandang pengetahuan yang dimiliki oleh ketua.
Selain itu, kepercayaan responden dengan Ketua KPEK Rahayu ditunjukkan
dengan kesediaan responden mengikuti simpan-pinjam dimana pencatatan serta
sistem simpan-pinjam secara umum ditangani seluruhnya oleh Ketua KPEK
Rahayu. Jika tidak ada rasa percaya maka responden tidak akan melakukan
simpan-pinjam karena pasti ada rasa takut ditipu oleh ketua. Responden yang
memiliki kepercayaan tinggi namun tingkat partisipasinya rendah sebesar 30,0
persen atau enam responden dikarenakan kemampuan responden dalam segi
materi misal waktu dan uang tidak mendukung responden untuk berpartisipasi
aktif.
Adanya rasa percaya dari responden menjadikan responden juga memiliki
rasa simpati dan peduli terhadap KPEK Rahayu dan juga Ketua yang menjalankan
KPEK Rahayu. Bentuk rasa percaya dan simpati menjadikan sebagian responden
tergugah untuk berkontribusi dan ikut membantu keberlangsungan simpan-pinjam
di KPEK Rahayu salah satunya dengan turut menyebarkan informasi atau
mengingatkan responden lain untuk melakukan simpan-pinjam. Hal ini sesuai
dengan informasi dari salah satu informan berikut:
misalnya aktif dalam simpan-pinjam dan juga dalam rapat aktif memberikan
pendapat atau saran untuk perkembangan KPEK Rahayu. Hal ini sesuai dengan
informasi dari salah satu informan sebagai berikut:
Tabel 29 Jumlah dan presentase tingkat partisipasi menurut tingkat jaringan sosial
responden anggota KPEK Rahayu Kelurahan Kertamaya, Kecamatan
Bogor Selatan, Kabupaten Bogor tahun 2016
Tingkat Jaringan Sosial Tingkat Partisipasi
Rendah Sedang Tinggi Total
Rendah Jumlah (n) 11 2 0 13
Persen (%) 84,6 15,4 0,0 100,0
Sedang Jumlah (n) 6 9 3 18
Persen (%) 33,3 50,0 16,7 100,0
Tinggi Jumlah (n) 0 0 3 3
Persen (%) 0,0 0,0 100,0 100,0
Total Jumlah (n) 17 11 6 34
Persen (%) 50,0 32,4 17,6 100,0
“...Jarang ketemu neng, paling kalau pas lagi main nah pas ada
uang bayar simpanan wajib. Kalau buat cicilan pinjaman juga
paling Bapak bayar sekaligus aja. Bapak harus jaga warung,
jadi jarang ikut rapat paling pas RAT aja.” (Ac, 52 tahun)
Berdasarkan Tabel 30 dan hasil uji statistik pada Tabel 27, diketahui bahwa
tingkat norma tidak memiliki hubungan yang berarti dengan tingkat partisipasi
responden anggota KPEK Rahayu. Tidak adanya hubungan antara norma dengan
tingkat partisipasi anggota KPEK Rahayu dikarenakan hampir seluruh responden
memiliki pola perilaku yang patuh terhadap aturan khususnya aturan-aturan dalam
interaksi sehari-hari terlepas responden berpartisipasi atau tidak. Perilaku tersebut
telah berpola dalam masyarakat melalui sosialisasi sejak kecil sehingga dijalankan
oleh responden ketika menjadi anggota KPEK Rahayu. Terlebih mayoritas
responden anggota KPEK Rahayu merupakan warga asli RW 08 Kelurahan
Kertamaya, Kecamatan Bogor Selatan, Kabupaten Bogor. Sementara untuk
penerapan AD/ART seperti yang telah dijelaskan pada sub-bab tingkat norma,
AD/ART seperti tata cara menjadi anggota dan tata cara pembagian SHU
diberlakukan bagi setiap anggota terlepas dari anggota tersebut aktif dalam
simpan-pinjam atau tidak. AD/ART tersebut digunakan sebagai pedoman,
meskipun terdapat beberapa AD/ART yang penerapannya tidak sesuai
dikarenakan melihat kondisi dari responden.
63
PENUTUP
Simpulan
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa hal yang dapat
dijadikan saran yaitu :
1. Penting untuk membangun jaringan kerjasama antara KPEK Rahayu dengan
koperasi lain. Jaringan kerjasama dengan koperasi lain akan menjadikan
anggota dan pengurus lebih memahami tentang koperasi sehingga dapat
memperbaiki pelaksanaan kegiatan-kegiatan KPEK Rahayu agar lebih baik
lagi.
64
DAFTAR PUSTAKA
Uphoff N. 2000. Social capital; A multifaced prespectiv. Parta Dagusta dan Ismail
Serageldin [editor]. Washington DC; World Bank.
Vipriyanti NU. 2011. Modal Sosial dan Pembangunan Wilayah. Denpasar (ID):
Universitas Brawijaya Press.
Widjajanti K. 2011. Model pemberdayaan masyarakat. Dalam: Jurnal Ekonomi
Pembangunan. [Internet]. [Diunduh 21 Juni 2016]; 12 (1): 15-27. Tersedia
pada: http://journals.ums.ac.id/index.php/JEP/article/viewFile/202/189
Winarni I. 2011. Keterkaitan antara modal sosial dengan produktivitas pada sentra
bawang merah di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung [thesis]. [Di
akses pada 20 November 2016]. Fakultas Ekonomi: Universitas Indonesia.
Dapat diakses melalui: http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20297588-
T29781%20-%20Keterkaitan%20antara.pdf
68
LAMPIRAN
69
“...Bisa neng lihat sendiri neng. Di sini mah baik-baik aja neng,
toling-menolong, musyawarah mah udah pasti neng. Ini aja satu
deret adik Bapak semua. Tiap minggu pasti ada ngaliweut
(kegiatan makan bersama dengan nasi liwet yang merupakan
74
Tingkat
Modal Sosial Partisipasi
Spearman's rho Modal Sosial Correlation Coefficient 1,000 ,511(**)
Sig. (2-tailed) . ,002
N 34 34
Tingkat Partisipasi Correlation Coefficient ,511(**) 1,000
Sig. (2-tailed) ,002 .
N 34 34
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Correlations
Tingkat
Kepercayaan Partisipasi
Spearman's rho Kepercayaan Correlation Coefficient 1,000 ,513(**)
Sig. (2-tailed) . ,000
N 34 34
Tingkat Partisipasi Correlation Coefficient ,513(**) 1,000
Sig. (2-tailed) ,000 .
N 34 34
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Correlations
Tingkat
Kepercayaan Partisipasi
Spearman's rho Jaringan sosial Correlation Coefficient 1,000 ,644(**)
Sig. (2-tailed) . ,000
N 34 34
Tingkat Partisipasi Correlation Coefficient ,644(**) 1,000
Sig. (2-tailed) ,000 .
N 34 34
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Correlations
Tingkat
Norma Partisipasi
Spearman's rho Norma Correlation Coefficient 1,000 ,324
Sig. (2-tailed) . ,062
N 34 34
Tingkat Partisipasi Correlation Coefficient ,324 1,000
Sig. (2-tailed) ,062 .
N 34 34
77
Lampiran 6 Dokumentasi
RIWAYAT HIDUP