Anda di halaman 1dari 22

KEGIATAN BELAJAR 2: PROFIL GURU

CAPAIAN & SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN

Capaian Pembelajaran Kegiatan Belajar 2 :


Menganalisis Profil Guru Abad 21
Sub Capaian Pembelajaran
Menganalisis Pengertian Profil Guru Abad 21
Menganalisis Karakteristik Guru Abad 21
Menganalisis Keprofesionalan Guru Abad 21
Menganalisis Kode Etik Guru Indonesia

Pokok-Pokok Materi
Menganalisis Pengertian Profil Guru Abad 21
Menganalisis Karakteristik Guru Abad 21
Menganalisis Kompetensi Guru Abad 21
Menganalisis Kode Etik Guru Indonesia

1
A. Pengertian Profil Guru Abad 21
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi abad 21 telah mengubah
karakteristik peserta didik sehingga memerlukan orientasi dan cara pembelajaran
yang inovatif. Penyesuaian peran guru perlu dilakukan utamanya karena adanya
perubahan karakteristik peserta didik generasi milenial menjadi karakteristik
generasi z, istilah yang mewakili generasi abad 21. Kita tentu sudah merasakan
adanya perubahan-perubahan pembelajaran abad 21 meliputi perubahan pada pola
pembelajaran, perubahan orientasi kebutuhan, dan perubahan kebiasaan-kebiasaan
belajar peserta didik abad 21.
Kata profil menurut Bahasa Indonesia adalah pandangan, gambaran, sketsa
biografi, grafik atau ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal khusus. Guru
adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah. Abad 21 menuntut peran guru yang semakin tinggi dan
optimal. Sebagai konsekuensinya, guru yang tidak bisa mengikuti perkembangan
zaman semakin tertinggal sehingga tidak bisa memainkan perannya secara optimal
dalam mengemban tugas dan menjalankan profesinya.
Untuk dapat berperilaku profesional dalam mengemban tugas dan
menjalankan profesi maka terdapat lima faktor yang harus senantiasa dipelihara,
yaitu:
1. Sikap keinginan untuk mewujudkan kinerja ideal
2. Sikap memelihara citra profesi
3. Sikap selalu ada keinginan untuk mengejar kesempatan-kesempatan
profesionalisme.
4. Sikap mental selalu ingin mengejar kualitas cita-cita profesi
5. Sikap mental yang mempunyai kebanggaan profesi

2
Menghadapi tantangan abad 21 diperlukan guru yang bertipe great teacher,
guru yang benar-benar seorang profesional. Tilaar (1998) memberikan ciri-ciri agar
seorang guru terkelompok ke dalam guru yang profesional, yaitu;
1. Memiliki kepribadian yang matang dan berkembang
2. Memiliki keterampilan untuk membangkitkan minat peserta didik
3. Memiliki penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kuat
4. Sikap profesionalnya berkembang secara berkesinambungan
5. Menguasai subjek (kandungan kurikulum)
6. Mahir dan berketerampilan dalam pedagogi (pengajaran & pembelajaran)
7. Memahami perkembangan murid-murid dan menyayangi mereka
8. Memahami psikologi pembelajaran (cognitive psychology)
9. Memiliki kemahiran konseling.
Salah satu profil guru efektif abad 21 yaitu mampu bekerja secara kolaboratif
dan bisa membimbing siswa untuk berkolaborasi dalam pembelajaran. Kolaborasi
adalah salah satu keterampilan yang cukup penting pada era ini. Keterampilan ini
bisa meningkatkan efektivitas suatu kegiatan. Pujiriyanto (2019, dalam Modul 2)
menyatakan guru abad 21 idealnya canggih, berempati, mampu memahami peserta
didik, selalu tampil memesona dan menjadi mitra belajar yang dekat bagi peserta
didik.

B. Karakteristik Guru Abad 21


Saat ini orang dapat belajar tanpa batas melalui akses web. Kehadiran big

data dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar sehingga guru tidak lagi
merupakan satu-satunya sumber, karena peserta didik generasi sekarang sangat
lincah dalam mencari dan menemukan sumber informasi. Coba Saudara amati cara
dan gaya belajar peserta didik di abad 21, sangat terampil menggunakan perangkat
smartphone dan sejenisnya.

Diakui atau tidak peserta didik abad 21 seringkali memperoleh informasi


lebih aktual daripada materi yang disampaikan oleh guru. Informasi dan
pengetahuan yang hadir dalam format digital, baik terstruktur maupun tidak
terstruktur, telah menjadi bagian dari big data yang mudah diakses. Big data

3
semakin mudah diakses seiring meningkatnya kemampuan dan jumlah kepemilikan
perangkat pribadi seperti handphone, tablet, laptop, PDA, maupun perangkat
bergerak lainnya. Peserta didik bisa belajar dimanapun dan kapanpun dengan
beragam pilihan materi pembelajaran. Ilmu pengetahuan mungkin tidak lagi
tersekat dalam batasan ruang, waktu, dan paket-paket pengetahuan yang harus
diselesaikan dalam istilah semester ataupun tahun ajaran.
Perubahan mendasar sedang terjadi dalam dunia pendidikan yang popular
dengan istilah “fenomena disrupsi” dengan tanda-tanda sebagai berikut; (1) belajar
tidak lagi terbatas pada paket-paket pengetahuan terstruktur namun belajar tanpa

batas sesuai minat (continuum learning), (2) pola belajar menjadi lebih informal, (3)
keterampilan belajar mandiri (self-motivated learning) semakin berperan penting, dan
(4) banyak cara untuk belajar dan banyak sumber yang bisa diakses seiring
pertumbuhan MOOC (massive open online course) secara besar-besaran.
Beberapa keterampilan penting abad 21 yang sangat relevan menjadi orientasi
pembelajaran di Indonesia sebagai berikut:
1. Berpikir kritis dan penyelesaian masalah (critical thinking and problem solving).
Berpikir kritis merupakan keterampilan yang diperlukan peserta didik untuk
menghadapi kompleksitas dan ambiguitas informasi yang besar. Peserta didik
perlu dibiasakan untuk berpikir analitis, membandingkan berbagai kondisi,
dan menarik kesimpulan untuk dapat menyelesaikan masalah. Hal ini penting
sebagai negara berkembang yang masih mengalami euforia teknologi untuk
menghindarkan peserta didik dari salah penggunaan informasi, mudah
termakan berita hoax, dan kurang bertindak teliti. Hal ini dapat melatih
budaya untuk kritis dan teliti sejak dini.
2. Kreativitas dan inovasi (creativity and innovation). Kreativitas dan inovasi
merupakan kunci pertumbuhan bagi negara berkembang. Kurikulum 2013
memiliki tujuan mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki
kemampuan hidup sebagai pribadi yang beriman, produktif, kreatif, inovatif
dan afektif. Kreatifitas akan melahirkan daya tahan hidup dan menciptakan
nilai tambah sehingga mengurangi kebiasaan untuk mengeksploitasi sumber
daya alam, namun berusaha menciptakan ekonomi kreatif berbasis

4
pengetahuan dan warisan budaya. Pembelajaran STEAM, neuroscience, dan
blended learning yang dibahas pada modul 3 adalah contoh pendekatan
pembelajaran yang dapat dipergunakan untuk mengembangkan kreativitas.
3. Pemahaman lintas budaya (cross-cultural understanding). Keragaman budaya di
Indonesia sangat penting dipahami oleh peserta didik selain pengenalan
keragaman budaya lintas negara. Peserta didik harus memiliki sikap toleransi
dan mengakui eksistensi dan keunikan dari setiap suku dan daerah yang ada
di Indonesia. Peserta didik sering berinteraksi dan berkomunikasi melalui
media sosial dengan orang dari berbagai latar belakang budaya dan adat
istiadat yang berbeda. Pemahaman kebiasaan, adat istiadat, bahasa, keunikan
lintas budaya adalah pengetahuan sangat penting dalam melakukan
komunikasi dan interaksi agar tidak menimbulkan kesalahpahaman dan
terpelihara rasa persatuan dan kesatuan nasional.
4. Komunikasi, literasi informasi dan media (media literacy, information, and
communication skill). Keterampilan komunikasi dimaksudkan agar peserta
didik dapat menjalin hubungan dan menyampaikan gagasan dengan baik
secara lisan, tulisan maupun non-verbal. Literasi informasi dimaksudkan agar
peserta didik dapat mempergunakan informasi secara efektif yakni
memahami kapan informasi diperlukan, bagaimana cara mengidentifikasi,
bagaimana cara menentukan kredibilitas dan kualitas informasi. Literasi
media dimaksudkan agar peserta didik mampu memahami, menganalisis, dan
adanya dekonstruksi pencitraan media, ada kesadaran cara media dibuat dan
diakses sehingga tidak menelan mentah-mentah berita dari media.
5. Komputer dan literasi Teknologi Informasi dan Komunikasi (computing and
ICT literacy) Literasi TIK mengandung kemampuan untuk memformulasikan
pengetahuan, mengekspresikan diri secara kreatif dan tepat, serta
menciptakan dan menghasilkan informasi bukan sekedar memahami
informasi. Melek TIK memiliki cakupan lebih luas dari melek komputer bukan
hanya menguasai aplikasi komputer kontemporer namun termasuk konsep
dasar (foundational concept) berupa prinsip-prinsip dasar dan ide-ide berkenaan
dengan komputer, jaringan informasi dan kemampuan intelektual
(intellectual

5
capabilities) berupa kemampuan untuk menerapkan teknologi informasi
dalam situasi komplek dan berbeda. Peserta didik penting pula dilatih untuk
melek data dan pemrograman agar mampu belajar memecahkan persoalan
dalam kehidupan sehari-hari dengan pemikiran logis melalui pemanfaatan
dan penciptaan program, misalnya belajar coding sejak sekolah menengah.
Tentu berbagai keterampilan disesuaikan dengan jenjang kemampuan dan
tingkat perkembangan peserta didik.
6. Karir dan kehidupan (life and career skill) Peserta didik akan berkarya dan
berkarir di masyarakat dimana dunia kerja memerlukan orang-orang yang
mandiri, suka mengambil inisiatif, pandai mengelola waktu, dan berjiwa
kepemimpinan. Peserta didik perlu memahami tentang pengembangan karir
dan bagaimana karir seharusnya diperoleh melalui kerja keras dan sikap
jujur. Misalnya pemahaman pentingnya sikap profesional, menghargai kerja
keras, disiplin, amanah, dan menghindari praktek-praktek kolusi, koneksi,
dan nepotisme.
Abad 21 menuntut peran guru yang semakin tinggi dan optimal. Sebagai
konsekuensinya, guru yang tidak bisa mengikuti perkembangan zaman semakin
tertinggal sehingga tidak bisa memainkan perannya secara optimal dalam
mengemban tugas dan menjalankan profesinya. Guru abad 21 memiliki
karakteristik spesifik dibanding dengan guru pada era sebelumnya.
Karakteristik yang dimaksud diantaranya (Pujiriyanto, 2019):
1. Memiliki semangat dan etos kerja yang tinggi disertai kualitas keimanan dan
ketakwaan yang mantap.
2. Mampu memanfaatkan iptek sesuai tuntutan lingkungan sosial dan budaya
di sekitarnya.
3. Berperilaku profesional tinggi dalam mengemban tugas dan menjalankan
profesi.
4. Memiliki wawasan ke depan yang luas dan tidak picik dalam memandang
berbagai permasalahan.
5. Memiliki keteladanan moral serta rasa estetika yang tinggi.
6. Mengembangkan prinsip kerja bersaing dan bersanding.

6
Untuk dapat berperilaku profesional dalam mengemban tugas dan
menjalankan profesi maka terdapat lima faktor yang harus senantiasa dipelihara,
yaitu:
1. Sikap keinginan untuk mewujudkan kinerja ideal.
2. Sikap memelihara citra profesi.
3. Sikap selalu ada keinginan untuk mengejar kesempatan-kesempatan
profesionalisme.
4. Sikap mental selalu ingin mengejar kualitas cita-cita profesi.
5. Sikap mental yang mempunyai kebanggaan profesi.
Kelima faktor sikap mental ini memungkinkan profesionalisme guru menjadi
berkembang. Karakter ideal serta perilaku profesional tersebut tidak mungkin
dapat dicapai apabila di dalam menjalankan profesinya sang guru tidak
didasarkan pada panggilan jiwa, sepenuh hati, dan ikhlas. Selain dari itu,
menghadapi tantangan abad 21 diperlukan guru yang bertipe great teacher benar-
benar seorang profesional. Nah, itulah ciri-ciri guru yang efektif di abad 21.
Efektif bukan sekedar memiliki kompetensi namun memiliki penampilan yang

benar-benar berbeda dari sekedar guru superior. A great teacher create a great

country, a great country has many


great teachers.

C. Kompetensi Guru Abad 21


Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai dasar yang
direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak (Nurhadi, 2005: 15)
Kebiasaan berpikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus
memungkinkan seseorang menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan,
keterampilan, dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu.
Ragan (2009: 1) menyatakan, “competency is the knowledge, skill, attitude or
ability that enables the online teacher to effectively perform a function to some standard
of success”. Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, sikap atau kemampuan
yang memungkinkan guru secara efektif melakukan fungsi untuk beberapa standar.
Dengan demikian, kompetensi dapat dimaknai kumpulan pengetahuan, perilaku,

7
dan ketrampilan yang harus dimiliki guru untuk mencapai tujuan pembelajaran dan
pendidikan.
Kompetensi juga dapat diartikan sebagai, “pengetahuan, keterampilan dan
kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya
sehingga seseorang dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif dan
psikomotorik dengan sebaik-baiknya” (Fachrudin, 2011: 30). Sementara itu, Finch
dan Crunkilton dalam Fachrudin (2011: 31) menjelaskan, kompetensi adalah
penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap, dan apresiasi yang
diperlukan untuk menunjang keberhasilan. Kompetensi juga dapat diartikan
sebagai pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam
kebiasaan berpikir dan bertindak. Dengan demikian, kompetensi yang dimiliki oleh
setiap guru akan menunjukkan kualitas guru yang sebenarnya. Selvi dalam Aziz
(2014: 122) menyatakan bahwa, kompetensi tidak hanya mempengaruhi nilai-nilai,
perilaku, komunikasi, tujuan dan praktek tetapi juga mempengaruhi pengembangan
profesional dan kajian kurikulum guru.
Rumusan kompetensi guru yang dikembangkan di Indonesia sudah tertuang
dalam Undang-undang No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 10 ayat (1)
kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan
profesi. Diselenggarakannya Pendidikan Profesi Guru (PPG) dimaksudkan agar
guru memiliki kompetensi sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-undang
tersebut. Guru yang memiliki kompetensi memadai sangat menentukan
keberhasilan tercapainya tujuan pendidikan.
Penjelasan kompetensi guru selanjutnya dituangkan dalam Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional No 16 tahun 2007 tentang kualifikasi akademik dan
kompetensi guru yang berbunyi bahwa setiap guru wajib memenuhi kualifikasi
akademik dan kompetensi guru yang berlaku secara nasional. Kualifikasi akademik
Guru atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki kualifikasi akademik
pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) dalam bidang
pendidikan (D-IV/S1) yang diperoleh dari program studi yang terakreditasi.

8
Adapun kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan
profesional.
1. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran
peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan
dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan
peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya
(Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat 3 butir a). Berdasarkan
PP Nomor 19 Tahun 2005, kompetensi pedagogik merupakan salah satu jenis
kompetensi yang wajib dikuasai oleh calon guru sesuai dengan tuntutan
standar pendidik profesional. Kompetensi pedagogik pada dasarnya merupakan
muara dari implementasi kompetensi akademik, sosial dan personal yang
tergambar dalam pengembangan pembelajaran.
Dalam Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen dikemukakan kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola
pembelajaran peserta didik. Kompetensi pedagogik tercermin dari beberapa
indikator, yaitu:
1) pemahaman wawasan atau landasan kependidikan;
2) pemahaman tentang peserta didik;
3) pengembangan kurikulum/silabus;
4) perencanaan pembelajaran;
5) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis;
6) evaluasi hasil belajar; dan
7) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya.
2. Kompetensi Kepribadian
Menurut Hall dalam Suyanto (2013: 42) kepribadian dapat didefinisikan
sebagai berikut: “The personality is not series of biographical facts but something more
general and enduring that is inferred from the facts”. Definisi ini memperjelas konsep
kepribadian yang abstrak dengan merumuskan konstruksi yang lebih memiliki
indikator empirik. Namun ia menekankan bahwa teori kepribadian bukan

9
sesederhana sebuah rangkuman kejadian-kejadian. Implikasi dari pengertian
tersebut adalah kepribadian individu merupakan serangkaian kejadian dan
karakteristik dalam keseluruhan kehidupan, dan merefleksikan elemen-elemen
tingkah laku yang bertahan lama, berulang-ulang, dan unik.
Oleh karena itu, kompetensi kepribadian bagi guru merupakan
kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil,
dewasa, arif, berakhlak mulia dan berwibawa, dan dapat menjadi teladan bagi
siswa. Secara rinci sub kompetensi kepribadian terdiri atas:
a. Kepribadian yang mantap dan stabil, dengan indikator esensial:
bertindak sesuai dengan norma hukum; dan memiliki konsistensi dalam
bertindak sesuai dengan norma yang berlaku dalam kehidupan.
b. Kepribadian yang dewasa, dengan indikator esensial: menampilkan
kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja
yang tinggi.
c. Kepribadian yang arif, dengan indikator esensial: menampilkan tindakan
yang didasarkan pada kemanfaatan siswa, sekolah, dan masyarakat
serta menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.
d. Akhlak mulia dan dapat menjadi teladan, dengan indikator esensial:
bertindak sesuai dengan norma agama, iman dan taqwa, jujur, ikhlas,
suka menolong, dan memiliki perilaku yang pantas diteladani siswa.
e. Kepribadian yang berwibawa, dengan indikator esensial: memiliki
perilaku yang berpengaruh positif terhadap siswa dan memiliki perilaku
yang disegani (Suyanto dan Jihad: 2013: 42).
Lebih jauh, dipahami bahwa kemampuan kepribadian adalah
kemampuan yang mencakup: 1) penampilan sikap yang positif terhadap
keseluruhan tugasnya sebagai guru, dan terhadap keseluruhan situasi
pendidikan; 2) Pemahaman, penghayatan dan penampilan nilai-nilai yang
seyogyanya dimiliki guru; dan (3) penampilan sebagai pola panutan (Syaodih,
2000: 192). Oleh karena itu, kemampuan personal guru terkait dengan integritas
pribadi baik dari skill guru, pengetahuan yang termanifestasi dalam sikap dan
tindakannya.

1
3. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial merupakan kemampuan yang harus dimiliki guru
untuk berkomunikasi dan bergaul secara aktif dengan siswa, sesama pendidik,
tenaga kependidikan, orang tua/ wali siswa, dan masyarakat sekitar.
Kompetensi ini merupakan kompetensi guru sebagai bagian dari masyarakat
yang sekurang-kurangnya meliputi kompetensi untuk:
a. Berkomunikasi lisan, tulis, dan/atau isyarat secara santun.
b. Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional.
c. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua atau wali peserta
didik.
d. Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan
mengindahkan serta sistem nilai yang berlaku.
e. Menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan
(UU No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen)
4. Kompetensi Profesional
Menurut Suyanto (2000: 43) kompetensi profesional, memiliki
pengetahuan yang luas pada bidang studi yang diajarkan, memilih dan
menggunakan berbagai metode mengajar di dalam proses belajar mengajar
yang diselenggarakan. Lebih lanjut Suyanto menjelaskan bahwa kompetensi
profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan
mendalam yang harus dikuasai guru mencakup penguasaan materi kurikulum
mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materi, serta
penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuan. Setiap subkompetensi
tersebut memiliki indikator esensial sebagai berikut:
a. Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi. Hal ini
berarti guru harus memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum
sekolah; memahami struktur, konsep, dan metode keilmuan yang
menaungi dan koheren dengan kateri ajar; memahami hubungan konsep
antar mata pelajaran terkait; dan menerapkan konsep-konsep keilmuan
dalam proses belajar mengajar.

1
b. Menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki implikasi bahwa
guru harus menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis
untuk memperdalam pengetahuan/materi bidang studi.
Dalam penyelenggaraan pendidikan berkualitas, yang memegang
peranan sangat penting adalah sumber daya manusia, dari kepala sekolah, guru
dan tenaga kependidikan, sebagaimana dijelaskan Jejen (2011: 54), faktor yang
paling esensial dalam proses pendidikan adalah manusia yang ditugasi dengan
pekerjaan untuk menghasilkan perubahan yang telah direncanakan pada anak
didik. Hal ini merupakan esensi dan hanya dapat dilakukan sekelompok
manusia profesional, yaitu manusia yang memiliki kompetensi mengajar. Oleh
karena itu, guru harus selalu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan,
karena ilmu pengetahuan dan keterampilan itu berkembang seiring perjalanan
waktu. Pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari guru saat di bangku
kuliah bisa jadi sudah tidak relevan lagi dengan kondisi saat ia mulai mengajar.

D. Kode Etik Guru Indonesia


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kode etik yaitu norma atau asas yang
diterima oleh suatu kelompok tertentu sebagai landasan tingkah laku sehari-hari di
masyarakat maupun di tempat kerja. Kode Etik Guru Indonesia adalah norma dan
asas yang disepakati dan diterima oleh guru-guru Indonesia sebagai pedoman sikap
dan perilaku dalam melaksanakan tugas profesi sebagai pendidik, anggota
masyarakat, dan warga negara.
Jaja Suteja dalam bukunya Etika Profesi Keguruan menyebutkan, kode etik
guru dikembangkan dalam empat tahapan yakni:
1) Tahap pembahasan atau perumusan pada tahun 1971-1973.
2) Tahap pengesahan yang dilakukan pada Kongres PGRI ke XIII November
1973.
3) Tahap penguraian yakni pada Kongres PGRI XVI Juni 1979.
4) Tahap penyempurnaan pada Kongres PGRI XVI, Juli 1989.
Fungsi Kode Etik Guru adalah:

1
1. Memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip
profesionalitas.
2. Sebagai sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang
bersangkutan.
3. Mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang hubungan
etika dalam keanggotaan profesi.
Tujuan Kode Etik Guru adalah
1. Menjunjung tinggi martabat profesi guru.
2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya.
3. Sebagai pedoman berperilaku seorang guru.
4. Untuk meningkatkan pengabdian para guru.
5. Untuk meningkatkan mutu profesi guru.
6. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi guru.

KODE ETIK GURU INDONESIA


1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia
Indonesia
seutuhnya yang berjiwa Pancasila.
2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran professional.
3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan
melakukan bimbingan dan pembinaan.
4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang
berhasilnya
proses belajar mengajar.
5. Guru memelihara hubungan baik dengan orangtua siswa dan masyarakat
sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama
terhadap pendidikan.
6. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan
mutu dan martabat profesinya.
7. Guru memelihara hubungan seprofesi,semangat kekeluargaan dan
kesetiakawanan sosial.

1
8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi
PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdiannya.
9. Guru melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan

IKRAR GURU INDONESIA


1. Kami guru Indonesia,adalah pendidik Bangsa yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Kami guru Indonesia,adalah pengemban dan pelaksana cita-cita Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia,pembela dan pengamal Pancasila yang
setia pada Undang-Undang Dasar 1945.
3. Kami guru Indonesia, bertekat bulat mewujudkan tujuan Nasional dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa.
4. Kami guru Indonesia,bersatu dalam wadah organisasi perjuangan Persatuan
Guru Republik Indonesia, membina persatuan dan kesatuan bangsa yang
berwatak kekeluargaan.
5. Kami guru Indonesia,menjunjung tinggi kode Etik Guru Indonesia
sebagaimana
pedoman tingkah laku profesi dalam pengabdian terhadap bangsa,Negara
dan
masyarakat.

Contoh soal HOTS merupakan bentuk latihan guru untuk menguasai


pembuatan soal HOTS dalam berbagai tipe. Ada empat (4) tipe soal HOTS bentuk
pilihan ganda (PG), yaitu tipe: 1) Pilihan Ganda Biasa, 2) Pilihan Ganda Komplek, 3)
Pilihan Ganda Kasuistik, dan 4) Pilihan Ganda Asosiatif. Pada KB1 diberikan contoh
soal PG tipe 1; pada KB2 diberikan contoh soal PG tipe 2; pada KB3 diberikan
contoh soal PG tipe 3; dan pada KB4 diberikan contoh soal PG tipe 4. Tujuan
diberikannya

1
contoh soal ini adalah agar mahasiswa dapat mempelajari dan mampu membuat
soal HOTS bentuk Pilihan Ganda dengan berbagai tipe.

Bacalah dengan seksama informasi di bawah ini!


Dalam Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dikemukakan
kompetensi mengelola pembelajaran peserta didik.
A. Kompetensi Pedagogik tercermin dari beberapa indikator, yaitu:
1) pemahaman, wawasan atau landasan kependidikan;
2) pemahaman tentang peserta didik;
3) pengembangan kurikulum/silabus;
4) perencanaan pembelajaran;
5) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis;
6) evaluasi hasil belajar; dan
7) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimilikinya.
B. Kompetensi Kepribadian guru diantaranya:
1) kepribadian yang mantap,
2) stabil,
3) dewasa,
4) arif,
5) pembelajar sepanjang hayat,
6) berakhlak mulia dan berwibawa, dan
7) menjadi teladan
C. Kompetensi Sosial sekurang-kurangnya meliputi:
1) berkomunikasi lisan, tulis, dan/atau isyarat secara santun.
2) menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional.
3) bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua atau wali peserta
didik.
4) bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar
5) menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan

1
D. Kompetensi Profesional, diantaranya memiliki:
1) pengetahuan yang luas pada bidang studi yang diajarkan,
2) memilih dan menggunakan berbagai metode mengajar di dalam proses
belajar mengajar yang diselenggarakan

Berdasarkan empat kompetensi yang dikemukakan di atas, kompetensi yang harus


dimiliki para guru dalam abad 21, diantaranya adalah…
a. A (7); B (1,2); C (4,5); D (1,2).
b. A (4); B (3,4); C (3,4); D (1,2).
c. A (1); B (5,6); C (1,2); D (1,2).
d. A (3); B (6,7); C (1,3); D (1,2).
e. A (2); B (4,5); C (1,4); D (1,2).
Jawaban: C

Untuk meningkatkan kemampuan analisis, Saudara dapat melakukan


beberapa aktivitas tindak lanjut dari kegiatan belajar ini, di antaranya sebagai
berikut:

5. Simaklah sumber belajar dalam bentuk video/artikel pada LMS Program


PPG. Kemudian lakukan analisis berdasarka konten!
6. Kaitkan konten video/artikel dengan nilai-nilai moderasi dalam proses
pembelajarannya di sekolah/madrasah!
7. Ikuti tes akhir modul dan cermati hasil tesnya. Bila hasil tes akhir modul di
bawah standar minimum ketuntasan (70), maka Saudara melakukan
pembelajaran remedial dengan memperhatikan petunjuk dalam LMS
program PPG.
8. Aktifitas tindak lanjut lebih detail, silahkan mengikuti tagihan tugas yang ada
di LMS.

1
GLOSARIUM

Adaptif : mudah menyesuaikan (diri) dengan keadaan.


Biografi : riwayat hidup (seseorang) yang ditulis oleh orang lain.
Etik : kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;
nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan
atau masyarakat; pembangunan nilai mengenai benar dan
salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat dalam
proses pembangunan.
Grafik : lukisan pasang surut suatu keadaan dengan garis atau
gambar (tentang turun naiknya hasil, statistik, dan
sebagainya).
Guru : orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya)
mengajar.
Ikhtisar : pemandangan secara ringkas (yang penting-penting saja);
ringkasan.
Ilmiah : bersifat ilmu; secara ilmu pengetahuan; memenuhi syarat
(kaidah) ilmu pengetahuan.
Inovatif : bersifat memperkenalkan sesuatu yang baru; ber-sifat
pembaruan (kreasi baru).
Instrumen : sarana penelitian (berupa seperangkat tes dan sebagainya)
untuk mengumpul-kan data sebagai bahan pengolahan.
Karakteristik : mempunyai sifat khas sesuai dengan perwatakan tertentu..
Kinerja : sesuatu yang dicapai; prestasi yang diperlihatkan;
kemampuan kerja (tentang peralatan).
Kognitif : berhubungan dengan atau melibatkan kognisi; berdasar
kepada pengetahuan faktual yang empiris.
Kompetensi : kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan (memutuskan
sesuatu); 2 Ling kemampuan menguasai gramatika suatu
bahasa secara abstrak atau batiniah.

1
Komunikasi : pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua
orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat
dipahami; hubungan; kontak.
Konseling : pemberian bimbingan oleh yang ahli kepada seseorang
dengan menggunakan metode psikologis dan sebagainya;
pengarahan; pemberian bantuan oleh konselor kepada
konseli sedemikian rupa sehingga pemahaman terhadap
kemampuan diri sendiri meningkat dalam memecahkan
berbagai masalah; penyuluhan.
Kreatif : memiliki daya cipta; memiliki kemampuan untuk
menciptakan; bersifat (mengandung) daya cipta.
Kredibilitas : perihal dapat dipercaya.
Kurikulum : perangkat mata pelajaran yang diajarkan pada lembaga
pendidikan; perangkat mata kuliah mengenai bidang
keahlian khusus.
Lokakarya : pertemuan antara para ahli (pakar) untuk membahas masalah
praktis atau yang bersangkutan dengan pelaksanaan dalam
bidang keahliannya; sanggar kerja.
Madrasah : sekolah atau perguruan (biasanya yang berdasarkan agama
Islam).
Mental : bersangkutan dengan batin dan watak manusia, yang bukan
bersifat badan atau tenaga.
Minat : kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu; gairah;
keinginan.
Mitra : teman; sahabat; kawan kerja; pasangan kerja; rekan.
Motivasi intrinsik : dorongan atau keinginan dari dalam diri seseorang.
Mutu : (ukuran) baik buruk suatu benda; kadar; taraf atau derajat
(kepandaian, kecerdasan, dan sebagainya); kualitas.
Orientasi : peninjauan untuk menentukan sikap (arah, tempat, dan
sebagainya) yang tepat dan benar; pandangan yang
mendasari pikiran, perhatian atau kecenderungan.

1
Pelatihan : proses, cara, perbuatan melatih; kegiatan atau pekerjaan
melatih.
Pendidikan : proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara,
perbuatan mendidik.
Penilaian : proses, cara, perbuatan menilai; pemberian nilai (biji, kadar
mutu, harga).
Presentasi : kegiatan menampilkan suatu karya atau hasil kerja atau
produk di depan peserta.
Profesi : bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian
(keterampilan, kejuruan, dan sebagainya) tertentu.
Profil : pandangan dari samping (tentang wajah orang); lukisan
(gambar) orang dari samping; sketsa biografis; penampang
(tanah, gunung, dan sebagainya); grafik atau ikhtisar yang
memberikan fakta tentang hal-hal khusus.
Professional : bersangkutan dengan profesi; memerlukan kepandaian
khusus untuk menjalankannya.
Promosi : kenaikan pangkat (tingkat); naik pangkat (tingkat); hal
memperoleh gelar doktor; pemberian gelar doktor yang
dilakukan dengan upacara khusus.
Psikologi : ilmu yang berkaitan dengan proses mental, baik normal
maupun abnormal dan pengaruhnya pada perilaku; ilmu
pengetahuan tentang gejala dan kegiatan jiwa.
Publikasi : pengumuman; penerbitan.
Refleksi : gerakan, pantulan di luar kemauan (kesadaran) sebagai
jawaban suatu hal atau kegiatan yang datang dari luar;
gerakan otot (bagian badan) yang terjadi karena suatu hal
dari luar dan di luar kemauan atau kesadaran; cerminan;
gambaran.
Relevan : kait-mengait; bersangkut-paut; berguna secara langsung.

1
Sekolah : bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta
tempat menerima dan memberi pelajaran (menurut
tingkatannya, ada).
Sistematis : teratur menurut sistem; memakai sistem; dengan cara yang
diatur baik-baik.
Sketsa : lukisan cepat (hanya garis-garis besarnya); gambar
rancangan; rengrengan; denah; bagan; pelukisan dengan
kata- kata mengenai suatu hal secara garis besar; tulisan
singkat; ikhtisar ringkas; adegan pendek pada suatu
pertunjukan drama.
Wawasan : hasil mewawas; tinjauan; pandangan; konsepsi cara pandang.

2
DAFTAR PUSTAKA

Adnyana, G. M & Suyanto, W. 2013. Penggunaan Efi Scanner Sebagai Media


Pembelajaran Untuk Meningkatkan Minat, Motivasi dan Prestasi Belajar
Siswa. Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol. 3, No. 2.
Departemen Pendidikan Nasional. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia,
Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Depdiknas RI:
Jakarta.
Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Pembinaan Profesionalisme Tenaga
pengajar (Pengembangan Profesionalisme Guru). Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama
Depdiknas.
Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Undang-Undang Republik Indonesia,
Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Depdiknas RI : Jakarta.
Departemen Pendidikan Nasional. 2013. Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Departemen Pendidikan Nasional. 2019. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.
H.A.R. Tilaar. (1998). Manajemen Pendidikan Nasional: Kajian Pendidikan Masa
Depan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan. 2016. Buku 1: Pengelolaan Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan Guna Mendukung Pengembangan Profesi Guru Pembelajar
(PPGP).
Kementerian Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik
Dan Tenaga Kependidikan. 2010. Pembinaan dan Pengembangan Profesi
Guru Buku 2: Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru (PK Guru).
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007
Tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Guru.

2
Pujiriyanto. 2019. Modul 2 Peran Guru Dalam Pembelajaran Abad 21. Direktorat
Pembinaan GTK PAUD dan Dikmas.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2000. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek.
Bandung:PT. Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai