Anda di halaman 1dari 16

PROSEDUR PENATALAKSANAAN

MAHKOTA PASAK

Oleh :
Rahma Yunita, S.KG
04074821921009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2020
PASAK TUANG INTI DAN MAHKOTA JAKET

Mahkota pasak tuang inti dapat didefinisikan sebagai restorasi pengganti gigi yang
terdiri dari inti berpasak yang dilekatkan dengan suatu mahkota.

● Dowel (post/pasak) biasanya terbuat dari logam atau fiber yang dipasangkan ke
saluran akar gigi yang telah di preparasi dan menjalani terapi endodontik. Peran
utamanya adalah untuk menyediakan anchorage pada akar dan membantu retensi
core.

● Core adalah aspek koronal dari post, yang dapat dibuat dari logam atau bahan
pengisi langsung seperti amalgam atau resinkomposit tergantung pada teknik yang
digunakan.

Indikasi dan Kontraindikasi

Indikasi mahkota pasak Kontraindikasi mahkota pasak


1. Perubahan warna dan kemungkinan 1. Kesehatan umum tidak baik, kebersihan
gigi fraktur setelah perawatan endo mulut dan motivasi yang buruk
2. Hilangnya mahkota asli pada gigi 2. Akar gigi pendek dan tipis
yang telah di PSA 3. Mahkota asli masih mempunyai estetik
3. Gigi yang telah di PSA yang akan yang cukup baik dengan hanya sedikit
digunakan sebagai abutment perubahan warna / sedikit struktur gigi
4. Untuk mengubah inklinasi gigi yang hilang.
4. Posisi gigi dengan gigitan tertutup dan edge
to edge
5. Penderita dengan bad habit
Prosedur tahapan pembuatan pasak dan mahkota jaket:
Preparasi mahkota pasak Pembuatan
Pembuangan Pembuatan
1. Preparasi Akar mahkota
Gutta percha Pola Lilin
2. Preparasi Mahkota sementara

Penyemenan Pemasangan Pengecoran


Pembuatan Pemasangan
mahkota mahkota
mahkota pasak pasak
pasak pasak

Instruksi
kepada
pasien

PROSEDUR PENATALAKSANAAN
A. Pembuangan gutta percha (Removal of endodontic filling material)
1. Sebelum membuang gutta percha sebaiknya dilakukan perhitungan terlebih
dahulu untuk mengetahui seberapa banyak gutta percha dibuang.
2. Pembuangan gutta percha dapat dilakukan dengan menggunakan peeso-reamer.
Periksa secara radiografi hasil pembuangan guttap. Gunakan peeso-reamer
mulai dari ukuran terkecil dan ukur terlebih dahulu sesuai dengan ukuran
guttap yang ingin dibuang kemudian gunakan stopper.

Ukuran ada 6:

Size 1 ∅ 0,7mm

Size 2 ∅ 0,9mm

Size 3 ∅ 1,1 mm

Size 4 ∅ 1,3 mm

Size 5 ∅ 1,5 mm

Size 6 ∅ 1,7 mm
B. Preparasi Saluran Akar
1. Saluran akar dilebarkan dan dibentuk menggunakan peesso-reamer hingga
penampangnya berbentuk oval dengan sumbu panjang dalam arah labiolingual
untuk mencegah rotasi.
2. Diameter saluran akar tidak boleh lebih dari 1/3 ukuran penampang permukaan
akar pada bagian CEJ. Note: diameter preparasi kanal insisivus sentral rahang
atas 1,7 mm. Dalamnya 2/3 panjang akar atau sedikitnya sama dengan panjang
mahkota gigi asli yang diganti.
3. Konfigurasi pasak sejajar karena akan lebih retentif daripada kerucut.
4. Dibuat seat atau dudukan berbentuk shoulder sedalam 0,7-1 mm dengan bentuk
mengikuti keliling akar dengan lebar 1/6 diameter akar, tujuannya untuk
mencegah patahnya inti oleh adanya daya gigit dari gigi lawan.
5. Untuk memeriksa hasil preparasi digunakan santigen yang dipanaskan sampai
lunak kemudian dicetakkan ke dalam preparasi. Jika preparasi sudah memadai,
tahap selanjutnya adalah membuat pola lilin pasak inti.

C. Preparasi Bagian Sisa Mahkota


a. Preparasi dimulai dengan membuang sisa jaringan mahkota. Pemotongan
bagian distal dimulai dari sudut mesial menuju distoservikal. Bagian mesial
yang tersisa dipotong serong mulai dari tengah diagonal menuju sudut
mesio-servikal. Cara ini dilakukan agar gigi sebelahnya tidak ikut
terpreparasi.
b. Sisa bagian tengah digerinda sehingga hasilnya terdiri dari dua bidang yaitu
labial dan lingual.

c. Sebaiknya jaringan gigi pada bagian labial dan lingual jangan dipreparasi
sampai di bawah tepi gusi agar tidak terjadi penutupan pinggiran preparasi
oleh gusi yang dapat mengganggu ketepatan pencetakan. Nanti sebelum
pasak dipasang barulah pinggiran gigi dapat dipreparasi kembali sampai 0,5
mm di bawah permukaan gusi pada bagian labial.

d. Dibuat seat atau dudukan berbentuk shoulder sedalam 0,7 – 1 mm dengan


bentuk mengikuti keliling akar dengan lebar 1/6 diameter akar, tujuannya
untuk mencegah patahnya inti oleh adanya daya gigit dari gigi lawan.
D. Pembuatan Mahkota Sementara
Oleh karena dalam pembuatan mahkota pasak seluruh jaringan mahkota
dihilangkan, maka untuk melekatkan suatu mahkota diperlukan pasak sementara.
Pasak sementara dapat dibuat dari sisa paper-clip yang dilipat sampai kedua
ujungnya merapat seperti pada gambar 5. Kedua ujung yang merapat dapat
direnggangkan seperlunya agar jika dimasukkan dalam saluran akar terdapat
friksi/gesekan terhadap dinding saluran akar agar dapat memegang pasak pada
tempatnya.
Mahkota sementara untuk keperluan ini dapat digunakan mahkota sementara
buatan pabrik yang ukuran, bentuk, dan warna disesuaikan. Dapat juga
menggunakan gigi artifisial yang terbuat dari akrilik dan harus memenuhi syarat
estetik. Bagian palatal gigi akrilik dikurangi sedemikian rupa, sehingga tersedia
tempat yang cukup untuk penempatan kawat paper clips yang berfungsi sebagai
pasak sementara. Kemudian mahkota ini disemenkan pada preparasi. Untuk
memudahkan pengeluaran, digunakan semen fletcher yang biasa digunakan sebagai
bahan tambalan sementara.

Gambar 5. Pembuatan pasak/ inti sementara.


a) Sebagai bahan pasak dapat dipakai kawat paper-clips yang diluruskan dan
dipotong menurut ukuran.
b) Kawat dipegang di tengahnya dengan tang berparuh lancip, kemudian ditekuk
dengan ibu jari dan jari telunjuk.
c) Dengan tang berparuh lebar kedua ujung kawat dirapatkan.
d) Kedua ujung diregangkan untuk mendapatkan retensi gesek dengan dinding
saluran akar.
e) Pasak/inti sementara pada tempatnya di saluran akar
a. (1) Gigi artifisial untuk protesa
(2) Fraser untuk mengambil bagian palatal
(3) Bur fisur untuk membuat tempat bagi inti kawat
(4) Mahkota sementara
(5) Posisi mahkota dan pasak/ inti sementara terhadap akar
b. (1) Pasak/ inti sementara
(2) Gigi artifisial yang telah diubah bentuknya
(3) Self-curing acrylic
c. Pembentukan dan penyelesaian mahkota sementara
d. Mahkota berpasak sementara
(1) Pasak kawat
(2) Gigi artifisial
(3) Self-curing acrylic

E. Pembuatan Pola Lilin Untuk Pasak Dan Inti


Pembuatan pola lilin dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu langsung (direct
method) dan cara tidak langsung (indirect method)
1. Metode Tidak Langsung (Indirect Method)
a. Memasukkan bahan cetak elastomer ke dalam saluran akar dengan semprotan.
b. Sebatang kawat diulas dengan bahan perekat (tray-adhesive).
c. Kawat dengan adhesive dilumuri bahan cetak.
d. Kawat dimasukkan ke dalam saluran akar dengan gerak memompa (pumping-
action).
e. Dengan kawat pada tempatnya dilakukan pencetakan dengan bahan cetak
elastomer.
f. Cetakan (impression) yang sudah jadi.
g. Model kerja dengan pola lilin.

6
Gambar. Pembentukan pola lilin untuk pasak/inti.

2. Metode Langsung (Direct Method)


a. Lilin inlay dipanaskan di atas lampu spiritus, ditekan menyerupai bentuk
kerucut sampai lunak. Lilin dimasukkan ke dalam saluran akar yang telah
dibasahi dengan aquades. Dipadatkan penuh pada seluruh preparasi saluran akar
dan membentuk atap.
b. Dipasang stift (paper-clip) kawat yang dipanaskan terlebih dahulu, lalu ditekan
masuk ke dalam lilin di saluran akar. Pada bagian atap stift disisakan tidak
tertutup lilin dan dibengkokkan sebagai tanda yang membedakan bagian palatal
dan labial.
c. Setelah lilin mengeras dan melekat pada kawat, pola lilin ditarik keluar dari
saluran akar untuk melakukan koreksi. Koreksi ini dapat dilakukan dengan
membandingkan hasil preparasi saluran akar yang tercetak pada santigen.
d. Bentuk akhir pola inti menyerupai bentuk preparasi mahkota jaket, hanya saja
ukurannya lebih kecil.

7
(a) (b) (c) (d) (e)
Gambar. Pembentukan pola lilin untuk pasak inti dengan metode langsung. a)
Pengisian saluran akar dengan lilin inlay. b) Penekanan/pemadatan lilin dengan alat.
c) Pola pasak dengan kawat paper-clip. d) Pembentukan inti dilihat dari labial. e)
Pembentukan inti dilihat dari proksimal.

F. Pengecoran Pasak
Tahap kerja pengecoran logam terdiri dari :
1. Pemasangan saluran cor (sprue) pada pola lilin
Kawat yang dipakai untuk membuat pola lilin dapat berfungsi sebagai sprue.
Untuk mencegah terjadinya porositas pengisutan (shrinkage porosity) pada sprue
ditambahkan reservoir.
2. Pemendaman (investing)
Sebelum pemendaman dilakukan, terlebih dahulu dibuat pembentuk kawah
(crucible form) dari lilin pada sebuah tabung casting ring. Kawah pengecoran
dengan slinger sebaiknya dibuat dangkal, yaitu kerucut kawah yang bersudut ±120º,
sedangkan jika pengecoran dilakukan dengan mesin sentrifugal harus dibentuk lebih
curam yaitu 80º- 90º. Pola lilin harus dibersihkan terlebih dahulu menggunakan
kuas dan air sabun atau dengan alkohol untuk menghilangkan tegangan permukaan.
Adukan bahan pendam diulaskan secara tipis pada permukaan pola lilin sampai
semua lilin diliputi oleh adukan semen. Pola lilin yang telah terulas dimasukkan ke
dalam tabung cor. Kemudian, tabung cor diletakkan pada pembentuk kawah lalu
diisi dengan bahan pendam.
3. Pembakaran (burning out)
4. Pengecoran (casting)

8
5. Penyelesaian (finishing)
Pada tahap ini, hasil cor tidak perlu dipoles karena permukaan yang kasar
menjadi tempat retensi antara semen dengan permukaan pasak.

G. Pemasangan Pasak
1. Pasak dicoba dimasukkan ke dalam saluran akar. Jika terdapat kelebihan logam
seperti bintil logam yang dapat menghalangi arah masuk atau insersi, maka
kelebihan logam tersebut dipotong/dibuang.
2. Inti tidak boleh tergigit gigi antagonis. Khusus untuk koreksi posisi gigi, inti dapat
dibengkokkan sesuai dengan maksud koreksi maksimal 30°.
3. Pada pasak terlebih dahulu dibuat alur lolos (escape vent) sebagai tempat mengalirnya
semen dengan mudah untuk menghilangkan adanya tekanan balik dari pasak pada
saat penyemenan. Tekanan balik ini akan menyulitkan pengepasan pasak.
4. Untuk melekatkan pasak dalam saluran akar, digunakan adukan semen yang agak
encer � dimasukkan ke saluran akar menggunakan sonde atau reamer.
5. Pasak juga dilumuri dengan adukan semen tersebut kemudian dimasukkan ke dalam
saluran akar dan dipertahankan kedudukan yang semestinya sampai semen
mengeras. Untuk memudahkan pekerjaan, kelebihan semen dibuang sebelum semen
mengeras.

Gambar. Pembuatan alur lolos (escape vent) pada pasak


6. Selanjutnya dilakukan pencetakan, kemudian model dari hasil cetakan ini digunakan
untuk pembuatan mahkota pasak.

9
H. Pembuatan Mahkota
Prosedur pembuatan mahkota pasak sama dengan pembuatan mahkota jaket
Tabel 1. Perbedaan mahkota jaket akrilik dan porselen
Akrilik Porselen
Indikasi  Untuk mahkota jaket sementara  Untuk mahkota jaket
 Untuk semua gigi anterior atas permanen
dan bawah  Khusus untuk gigi
insisivus sentralis atas
(ideal)
Kontra-  Gigi yang kecil  Gigi anterior bawah
indikasi  Gigi crowded
 Gigitan edge to edge
 Deep overbite
Pundak Boleh penuh, sebagian, tanpa Harus pundak penuh dengan
pundak tipe square sudut 90°

Akhiran Preparasi

Desain cavosurface margin: (a). Knife-edge, (b). Chamfer, (c). Shoulder, (d). Bevel shoulder

● Knife-edge/feather edge atau shoulderless


Digunakan untuk: restorasi logam.
Keuntungan: pengambilan jaringan yang lebih sedikit, namun preparasi tidak dapat
dievaluasi secara tepat pengurangan di bagian tepi servikal sehingga dapat mengakibatkan
akhiran tepi servikal terlalu dalam di sulkus gingiva dan mengiritasi jaringan periodontal.
Kekurangan: batasnya sulit dilihat secara jelas pada gigi yang dipreparasi maupun pada
model.
10
● Preparasi shoulder (bentuk hahu penuh)
Preparasi shoulder ini adalah preparasi yang mempunyai bahu mengelilingi seluruh
servikal sehingga disebut full shoulder atau partial shoulder jika hanya bagian labial/bukal.
Digunakan untuk: restorasi metal porselen atau metal akrilik.
Keuntungan: menjamin adanya ruangan yang cukup di daerah servikal.
Kekurangan: lebih sulit dan tidak mungkin dikerjakan pada gigi yang mempunyai ruang
pulpa yang besar. Bur yang digunakan dalam pembuatan akhiran tepi servikal ini adalah bur
bentuk fisur runcing yang ujungnya rata.

● Preparasi bevel shoulder (bentuk setengah bahu)


Bentuk akhiran tepi servikal ini merupakan kombinasi dari bentuk bahu penuh yang
disertai dengan bevel.Preparasi bevel shoulder ternyata dapat menghasilkan kontur yang baik
untuk penempatan tepi restorasi karena jika bahu ditempatkan pada lokasi yang tepat maka
tepi bevel dapat berada dalam sulkus gingival tanpa mengganggu dasar sulkus gingiva.
Preparasi ini memenuhi dua syarat penting pada daerah servikal yaitu, memberikan ruangan
yang cukup untuk bahan restorasi yang diperoleh dari bahu dan memungkinkan adaptasi tepi
yang adekuat dari bevel untuk membuat bahu dan bevel di sub gingiva, bahu perlu
dipreparasi setinggi tepi gusi yang sehat dan kemudian ditambahkan bevel 0,3-0,5 mm. Cara
preparasi ini memungkinkan kontrol penempatan tepi restorasi dengan baik. Bentuk bevel
shoulder ini digunakan sebagai akhiran tepi servikal pada restorasi metal porselen, namun
porselen tidak ditempatkan pada bagian bevelnya. Bagian bevel biasanya ditempati oleh
metal collar atau restorasi yang bagian leher/tepi servikalnya terbuat dari logam.

● Akhiran preparasi bentuk chamfer


Beberapa peneliti menganggap sebuah akhiran servikal yang bersudut tumpul atau
bentuk dengan potongan melintang yang melengkung disebut dengan chamfer. Bell dkk yang
dikutip oleh Reitemeier menyatakan bahwa preparasi dilakukan dengan pengurangan setebal
1,5 mm, sudut garis internal yang membulat dari sudut cavosurface sebesar 135°. Desain
preparasi tepi ini sangat menguntungkan jika dipakai untuk lahkota logam porselin, karena
tepi logamnya dapat dibuat relatif tipis. Bentuk chamfer seringkali digunakan sebagai akhiran
tepi servikal dari restorasi yang terbuat dari logam.

11
I. Teknik Pencetakan
Teknik Pencetakan ada 2 cara yaitu one step dan two step .
Teknik pencetakan One step :

1. Sendok cetak diisi dengan bahan putty

2. Material wash diinjeksikan di sekitar gigi yang telah dipreparasi.

3. Bahan wash kemudian ditempatkan di atas sendok cetak yang telah diisi dengan
bahan putty.

4. Dilakukan pencetakan. Teknik ini merupakan teknik yang paling sederhana dan
paling sering digunakan. Metode ini dapat mengurangi waktu prosedur pencetakan.
Keuntungan lain dari teknik ini adalah lebih menghemat material yang digunakan.

Material wash diinjeksikan di sekitar gigi yang telah dipreparasi

Bahan wash ditempatkan di atas sendok cetak yang telah diisi denganbahan putty, dan
kemudian dilakukan pencetakan

Teknik Pencetakan Two step :

1. Berikan adhesif pada permukaan sendokcetak

2. Campur putty basedan tetesan katalis pada pad yang disediakan.

3. Berikan alas plastik di atas seluruh lengkung gigi yang berfungsi sebagai spacer.
Masukan putty ke dalam sendok cetak, tempatkan pada posisinya dalam mulut.
Tahan hingga mengeras,sedikit perubahan bentuk tidaklah penting apabila

12
dipergunakan spacer.

4. Keluarkan sendok cetak dan keringkan permukaannya. Buang spacer. Aduk


bahan light bodied. Masukkan bahan light bodied yang telah dicampur ke dalam
cetakan di atas seluruh lengkung (tidak hanya di sekitar cetakan pada gigi
yangtelah dipreparasi).

5. Suntikkan juga bahan light bodied di sekeliling gigi yang dipreparasi


(penggunaan semprotan udara secara perlahan akan membantu menyebarkan
bahan light bodied di atas permukaan preparasi).

6. Tempatkan kembali sendok cetak ke dalam mulut. Gunakan tekanan jari yang
ringan. Tahan himgga mengeras. Lepaskan sendok cetak, kemudian dilakukan
pengecoran untuk mendapatkan model kerja.

J. Pemasangan Mahkota Pasak (Postcrown)


Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat uji coba pemasangan/ try in mahkota pasak
(post crown) antara lain :
1. Estetik
Warna dari post crown harus sesuai dengan gigi asli yang ada dalam rongga mulut. Bentuk
dan ukuran harus disesuaikan dengan anatomi gigi.
2. Oklusi
Tidak boleh terjadi kontak prematur yang akan mengakibatkan traumatik oklusi.
Untuk mengetahuinya digunakan kertas artikulasi, adanya teraan yang lebih tebal
menunjukkan terjadinya traumatik oklusi.
3. Adaptasi
Terutama keakuratan/kerapatan tepi servikal antara tepi mahkota jaket dengan
bagian servikal gigi asli. Pada bagian pundak, pinggiran mahkota tidak boleh
menekan gusi (overhang), karena kelebihan mahkota dapat menjadi tempat
tertimbunnya plak yang akan mengakibatkan peradangan gusi.
4. Kedudukan
Mahkota tidak boleh labioversi ataupun palatoversi, disesuaikan dengan
kedudukannya terhadap gigi lain yang ada dalam rongga mulut.
5. Daerah Titik Kontak

13
Untuk pemeriksaan daerah titik kontak digunakan dental floss. Daerah titik kontak
harus dapat dilalui oleh dental floss ini.

K. Penyemenan Post Crown


Semen yang akan digunakan harus disesuaikan dengan bahan crown. Semen-
semen yang mengandung eugenol (zinc oxide eugenol cement, alumina EBA cement)
tidak cocok untuk menyemen mahkota yang terbuat dari bahan akrilik, karena akan
bereaksi dengan bahan akrilik sehingga akrilik akan berubah warna, menjadi lunak dan
permukaannya menjadi retak-retak (crazing).
Semen jenis komposit memiliki sifat mekanis yang lebih baik. Semen jenis
polikarboksilat memiliki sifat adhesi terhadap dentin dan glasir lebih baik daripada
semen zinc phospat dimana semen zinc phospat lebih mudah larut dalam cairan mulut.
Mahkota diisi penuh dengan adukan semen dan sebagian diulaskan merata pada
sekeliling preparasi post untuk mencegah terkurungnya gelembung udara pada sudut
pundak. Setelah mahkota masuk dengan tepat pada tempatnya, operator harus
mempertahankan kedudukannya sampai semen mengeras. Kemudian sisa-sisa semen
dibersihkan.

L. Instruksi Pada Pasien


Instruksi yang diberikan sama dengan instruksi pada pembuatan mahkota jaket,
dimana pasien diminta tidak menggunakan mahkota pasak untuk menggigit sesuatu yang
keras dengan sengaja. Pasien diminta untuk datang kembali 3-7 hari setelah pemasangan
untuk diperiksa oklusi, keadaan sela gusi, dan kebersihan mulutnya.

Palembang,
Disetujui oleh
Pembimbing Konservasi Gigi

drg. Billy Sujatmiko, Sp.KG

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Bergenholtz G, Preben HB, Claes R. Textbook of endodontology, 2nd edition. Wiley


blackwell. Singapura: 2010; 60-1, 147.
2. Garg N, Garg A. Textbook of endodontics, 3rd edition. Jaypee. New Delhi: 2014; p. 431-
50
3. Chandra BS, Gopikrishna P. Grossman’s Endodontic Practice. 13th ed. Wolters Kluwer.
India: 2014; p.404-7
4. Walton RE, Torabinejad M. Principles and practice of endodontic, 3rd edition. W.B.
Saunders Company. USA: 2002; p. 104-12,202, 234, 245-9, 255-6.
Rotstein I, Ingle JI. Ingle’s Endodonti. 7th ed. PMPH-USA.USA: 2019; p. 1108-84

15

Anda mungkin juga menyukai