Anda di halaman 1dari 9

KAJIAN PELAYANAN KEFARMASIAN

DI RSU KHARISMA PARAMEDIKA


JANUARI –APRIL 2018

RSU KHARISMA PARAMEDIKA


Jln. Khudori no 34, Wates, Kulon Progo Telp: 0274 774633
Email: kharisma.medika@gmail.com
KAJIAN PELAYANAN KEFARMASIAN

DI RSU KHARISMA PARAMEDIKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Peningkatan jumlah kebutuhan obat, inovasi produksi massal, kompetisi dagang,


inovasi obat baru dan berbagai penyakit baru memicu perkembangan perubahan
mendasar konsep meracik obat. Peran apoteker meracik obat diambil alih oleh industri
dan dalam evaluasi penggunaan obat memunculkan banyak masalah. Hal tersebut
mengubah arah orientasi apoteker dari semula kepada obat (drug-oriented) menjadi
kepada pasien (patient-oriented). Menurut Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009
tentang kesehatan, pemerintah bertanggung jawab terhadap ketersediaan sumber daya
kesehatan dan ketersediaa akses serta fasilitas pelayanan kesehatan untuk memelihara
derajat kesehatan setinggi-tingginya. Pelayanan di fasilitas kesehatan diberikan oleh
tenaga kesehatan yang kompeten serta perencanaan, pendayagunaan, pembinaan dan
pengawasan mutu tenaga kesehatan diatur oleh pemerintah.

Perkembangan teknologi farmasi dan kedokteran serta perubahan gaya hidup


mengubah tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kefarmasian yang lebih
menekankan praktek pengobatan yang aman, pencegahan kesalahan pengobatan,
pelaporan dan pencegahan efek samping, evaluasi dan tindak lanjut pengobatan,
pemberian informasi klinis praktis dan pelayanan ke rumah pasien. Advokasi terhadap
masyarakat tidak terbatas pada swamedikasi, melainkan juga pada saat sakit dan harus
ditolong di tempat pelayanan kesehatan. Undang-Undang RI No. 44 tahun 2009 tentang
rumah sakit yang diterbitkan hampir bersamaan waktunya dan melengkapi Undang-
Undang RI No. 36 tahun
2009 tentang kesehatan, Undang-Undang RI No. 35 tahun 2009 tentang narkotika dan
peraturan pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian
mendefinisikan rumah sakit sebagai bentuk pelayanan kesehatan terintegrasi yang
melibatkan banyak profesi termasuk apoteker.5,6 Landasan hukum tersebut
menempatkan status hukum farmasi dalam berbagai pengaturan pelayanan kesehatan.
B. TUJUAN
Tujuan dari kajian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana implementasi dari standar
pelayan kefarmasian di Rumah sakit yang terbaru yaitu peraturan menteri kesehatan
nomer 72 tahun 2016.
BAB II
PEMBAHASAN

Pelayanan kefarmasian di rumah sakit meliputi 2 hal pokok yaitu Pengelolaan sediaan
farmasi , alkes dan bahan medis habis pakai dan Pelayanan farmasi klinik.
A. Pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai
1. Pemilihan/ seleksi
Dalam proses pemilihan di RSU kharisma Paramedika ditetapkan jenis sediaan
farmasi,alkes dan bahan medis habis pakai mengacu pada formularium rumah
sakit yang telah di tetapkan oleh Komite Farmasi dan Terapi (KFT) yang
merupakan hasil usulan dari masing masing staf medic fungsional serta
mempertimbangkan pola penyakit / epidemiologi.

2. Perencanaan
Dalam proses perencanaan di RSU kharisma Paramedika ditentukan jumlah dan
periode pemesanan ke PBF / distributor dengan mempertimbangkan anggaran
dan waktu tunggu pemesanan.Sebagai contoh , Ampicillin injeksi. kebutuhan
ampicillin injeksi setiap bulan adalah 400vial.Dengan mempertimnagkan bahwa
ampicillin injeksi harga nya terjangkau untuk sekali pemesanan dan mengingat
waktu tunggu yang relative lama maka di lakukan pengorderan setiap 1kali
dalam 1 bulan.

3. Pengadaan
Dalam proses pengadaan di RSU Kharisma Paramedika dilakukan dengan
melakukan pemesanan kepada PBF / distributor yang telah memiliki izin yang
sah sesuai dengan peraturan yang berlaku. Beberapa obat program diadakan
melalui hibah dari instalasi farmasi kabupaten dengan menagjukan surat
permohonan terlebih dahulu. seperti contoh obat TBC dan Obat Malaria. Pada
bulan januari –april 2018 ini terdapat beberapa obat yang kosong di distributor/
PBF sebagai contoh RL infuse, zinc syrup, ampicillin inj 1gr.

4. Penerimaan
Dalam hal penerimaan,di RSU Kharisma Paramedika dilakukan proses
pencocokan kesesuaian jenis , spesifikasi , jumlah dan mutu antara barang yang
di pesan dengan barang yang dikirim oleh PBF/Distributor sesuai pada faktur
pengiriman dri PBF/ distributor. Bila mana obat telah sesuai maka diterima dan
bila mana tidak sesuai maka di retur / dikembalikan ke PBF.

5. Penyimpanan
Dalam proses penyimpanan di RSU Kharisma Paramedika dilakukan digudang
farmasi sesuai dengan Bentuk sediaan seperti tablet, syrup, cairan infus, injeksi
berada di rak masing masing yang berbeda dan dengan menganut system FEFO
(Fisrt Expired First Out) dan FIFO (First In First Out).Untuk sediaan infus
ditempatkan dengan pallete dan dengan tumpukan tidak lebih dari 8 karton.
Penyimpanan dilakukan dengan penandaan masing masing secara jelas terbaca
untuk mempermudah dalam pengontrolan persediaan.Gas medis disimpan
dengan posisi berdiri terikat dan terpisah antara tabung kosong dan tabung yang
berisi.
untuk penyimpanan obat High alert diberikan penandaan khusus/ sticker.

6. Pendistribusian
Dalam proses ditribusi dilakukan penyaluran / penyerahan sediiaan farmasi,
alkes dan Bahan medis habis pakai ke unit unit layanan seperti unit rawat inap,
unit gawat darurat, unit VK, unit ruang Operasi. Distribusi di RSU Kharisma
Paramedika menggunakan system floor stock untuk unit UGD dan resep
Perorangan untuk rawat inap.

7. Pemusnahan dan Penarikan kembali


Penarikan kembali sediaan farmasi , alkes dan bahn medis habis pakai dilakukan
bila mana ditemukan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standar atau rusak
atau kadaluarsa. Apabila memungkinkan sediaan farmasi di retur ke PBF/
Distributor maka di lakukan retur ke PBF/Distributor. Namun, Bila mana tidak
bisa, maka akan dilakukan prosese pemusnahan oleh unit farmasi atau pun oleh
pihak ketiga yang telah bekerjasama dengan pihak Rumah Sakit .
2. Pelayanan Farmasi Klinik
A. Pengkajian dan Pelayanan Resep
Pengakajian yang dilakukan di unit Farmasi RSU Kharisma Paramedika yaitu
dengan menggunakan form ceklist telaah resep yang terletah dihalaman
sebaliknya dari setiap lembar resep dokter. Petugas melakukan pengkajian dari
3 aspek yaitu administrative, farmasetik dan klinis seperti mengecek kejelasan
tulisan resep, ketepatan obat, ketepatan dosis, ketetapan rute/sediaan,
ketepatan frekuensi, duplikasi, potensi alergi, interaksi obat, kontra indikasi dan
kesesuaian dengan formularium rumah Sakit. Petugas membubuhkan tanda cek/
centang pada kolom ya/ tidak beserta memberi keterangan bila diperlukan. Di
kolom bawah ceklist dibubuhkan tanda tangan petugas.

B. Penelusuran riwayat Penggunaan Obat


Penelusuran riwayat penggunaan obat dilakukan dengan cara mengumpulkan
informasi dari pasien baik dari rekam medis pasien maupun wawancara secara
langsung dengan pasien maupun dengan keluarga perihal obat apa saja yang
biasa di konsumsi oleh pasien, kebiasaan kebiasaan terkait minum obat, tingkat
kepatuhan pasien di rumah.

C. Rekonsiliasi Obat
Rekonsiliasi obat dilakukan dengan cara wawancara terhadap pasien dan juga
dengan pihak keluarga. Obat apa saja ynag dibawa oleh pasien sebelum rawat
inap dapat teridentifikasi guna menghindari terjadi nya obat dobel/ poli farmasi.
Petugas akan mencatat obat apa saja yang di bawa oleh pasien ke dalam rekam
medis yaitu pada form 15b / formulir rekonsiliasi Obat. dari hasil pencacatan
diformulir rekonsiliasi kemudian dibandingkan dengan instruksi pengobatan
oleh dokter baik saat di UGD maupun di rawat inap. Apabila terdapat obat yang
sama atau dengna maksud indikasi yang sama maka petugas bisa
mengkonfirmasi kepada dokter.

D. Pelayanan Informasi obat


Pelayanan informasi obat dilakukan dengan beberapa cara seperti pembuatan
leaflet , menjawab pertanyaan baik dari tenaga kesehatan di internal rumah
sakit maupun dengan instansi luar rumah sakit, mengadakan penyuluhan bagi
pasien maupun masyaraka sekitar. Leaflet yang berhasil dirilis oleh Unit Farmasi
RSU Kharisma Paramedika pada tahun 2017 yaitu tentang interaksi obat dengan
obat tradisional/ obat bebas.

E. Konseling
Konseling obat dilakukan oleh petugas farmasi kepada pasien dan atau dengan
keluarga pasien baik pasien rawat inap maupun rawat jalan. Konseling ini
dilakukan dengan maksud untuk meningkatkan kepatuhan pasien terhadap obat,
mengoptimalkan hasil terapi serta memminimalkan resiko obat yang tidak
dikehendaki.

F. Visite
Di RSU Kharisma Paramedika, Visite yang dilakukan oleh apoteker dilakukan
secara mandiri. Apoteker akan mencacat hasil pemantauan klinis pasien ke
dalam formulir Catatan Perkembangan Terintegrasi (CPT) dengan metode SOAP.
S adalah data subyektif pasien, O adalah data obyektif pasien, A adalah asesmen/
penilaian apoteker dan P adalah plan/ rencana berupa saran atau rekomendasi
kepada dokter.

G. Monitoring Efek Samping Obat


Monitoring efek samping obat dilakukan dengan memantau setiap respon obat
yang tidak dikehendaki, yangterjadi pada dosis lazim. Hasil pemantauan bila
mana ditemukan efek samping obat dicatat pada rekam medis pasien yaitu pada
formulir Pemantauan Efek samping obat/ Form 15a.
H. Evaluasi Penggunaan Obat
Di RSU Kharisma Paramedika, evaluasi penggunaan Obat belum dijalankan
secara optimal. Evalusi yang dilakukan baru sebatas pada pola penggunaan obat
dari tahun ke tahun.

I. Dispensing Sediaan steril


Di RSU Kharisma Paramedika, Dispensing sediaan steril belum dilakukan secara
optimal. Dalm hal ini perlu dilakukan pelatihan pencampuran obat suntik yang
benar serta perlu diupayakan alat pendukung yaitu Lemari pencampuran yang
terstandar.
BAB III

PENUTUP

Secara umum pelayanan kefarmasian di RSU Kharisma Paramedika sesuai dengan


standar pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit yaitu peraturan Menteri kesehatan RI
nomor 76 tahun 2016.Namun dalam beberapa hal memang perlu diperbaiki seperti
pada distribusi obat rawat inap yaitu akan lebih baik bila menggunakan system ODD
(One daily Dose Dispensing), Dispensing sediaan steril, Evaluasi penggunaan obat.

Anda mungkin juga menyukai