Anda di halaman 1dari 2

Latihan Menulis Artikel Mahfudzot_Hijriy Fatha

Pengaruh Teman Muslim yang Se-Visi

َ ‫ك َم ْن َأ ْب َكاكَ اَل َم ْن َأضْ َح َك‬


‫ك‬ َ ُ‫ص ِد ْيق‬
َ
Teman sejatimu itu adalah yang mampu membuatmu menangis (mengingat Allah) dan
bukan yang selalu membuatmu tertawa (sehingga melupakan-Nya).1
Seorang teman akan sangat berpengaruh kepada temannya yang lain, baik tindakan akhlaknya
maupun tatakramanya.
Pertemanan itu adalah sikap yang tumbuh untuk saling memahami antara seseorang dengan
yang lainnya. Misalkan saja, saat kita berteman dengan seseorang yang mengajak kita kepada
jalan kebaikan, maka kita akan mendapatkan kebaikan yang ia tularkan. Begitupun
sebaliknya, jika kita berteman dengan seseorang yang mengajak kita dalam kesesatan, maka
kita pun akan ikut terjerumus dengan arusnya. Jadi, di sinilah kita dituntut untuk lebih selektif
oleh agama Islam, agar memperhatikan siapa saja yang akan kita jadikan teman akrab,
sehingga tercapai tujuan daripada perkumpulan kita dalam satu naungan se-muslim, se-visi
dan se-fikrah (sepemikiran), sudah tentu pilihlah pertemanan itu karena Allah, yang pastinya
selalu menjunjungmu ke jalan kebaikan yang hakiki.
Sejalan dengan apa yang telah dikategorikan oleh Nabi Muhammad SAW bahwa: "seseorang
itu berada di atas agama temannya, maka hendaklah setiap orang itu melihat kepada siapa
saja yang dia jadikan teman." (HR. Abu Dawud)2
Tepatnya bahwa teman yang sejati itu adalah yang mampu membimbing kita ke surga, yang
selalu menegur kita tatkala berbuat salah, mengingatkan kita tatkala berbuat khilaf,
menasehati kita tatkala berbuat dzalim, itulah sejatinya teman kita. Karena apabila seseorang
yang selalu memaklumi kesalahan-kesalahan kita dan membiarkan kita dalam kesesatan serta
kemaksiatan, maka itu bukanlah teman yang sejati, bahkan kita berusaha menjauhinya.3
Tentunya didorong dan dipaksa dalam kebaikan oleh teman kita, harus lebih kita gemari
daripada ia membiarkan kita dalam kenistaan dan kesesatan, sama halnya dengan tatkala
diajak untuk ikut masuk surga harus lebih terpanggil daripada dibiarkan oleh teman kita
terjerumus masuk neraka, na'udzubillah.

1
Al-Mahfudzat; Muqarrar lishaffil Awwal, Ponorogo 2006, p. 18

2
Seharusnya ini menjadi patokan kita agar lebih pandai dan cermat dalam memilih pertemanan. Karena seseorang itu bisa
dinilai dan dikoreksi dari orang yang jadi teman dekatnya. Pertemanan itu juga menjadi cerminan kita, karena dengan siapa
kita bergaul dan berkumpul, orang lain akan mudah menilainya dengan kacamatanya sendiri. Bukan berarti kita harus
antipati dan berjauhan kepada siapapun, tetapi untuk alat ukur diri, mampukah kita menyesuaikan keadaan kepada yang lebih
baik.
3
Berikut ini, Allah telah memberikan gambaran tegas terkait teman-teman akrab di dunia yang
tidak dilandasi dengan keimanan dan ketaqwaan serta tidak bisa menghantarkan pertemanan
itu hingga ke surga, mereka akan menjadi musuh satu sama lainnya di akhirat kelak. Dalam
Al-Qur'an Allah nyatakan: "Teman-teman akrab pada hari itu, sebagiannya menjadi musuh
bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa." (Az-Zukhruf Ayat 67)4
Maka, tangisilah pertemanan kita yang tidak mampu menghantarkan kita kepada
keberimanan dan kebertaqwaan, yang dikhawatirkan adalah ketika di akhirat nanti mereka
akan saling menuduh siapa yang menyesatkan mereka. Karena sifat baik atau buruk itu cepat
menular.
Inilah yang kemudian diteguhkan oleh sahabat Umar bin Al-Khattab, bahwa: “Tidaklah
seseorang diberikan kenikmatan terbaik setelah Islam, yang lebih baik daripada kenikmatan
memiliki teman (saudara se-muslim) yang shaleh lagi bertaqwa. Apabila engkau dapati salah
seorang kawan demikian maka dekapilah ia erat-erat.”5
Dari Abu Musa RA, ia menyampaikan, sabda Nabi SAW yang artinya, "Setiap orang akan
dikumpulkan bersama orang yang ia cintai." (HR. Bukhari dan Muslim)
Jadi, Pertemanan dalam konsep Islam adalah berteman dengan orang-orang yang beriman dan
bertaqwa kepada Allah, seraya taat kepada-Nya. Jika di dunia ini kita memperbanyak
berteman dengan orang-orang sholeh, bersabar berkumpul bersama mereka, kemudian tidak
menjerumuskan pertemanan kepada keburukan yang dimurkai oleh Allah, sering melakukan
kebaikan hanya semata-mata ingin mendapat ridha-Nya, kelak di akhirat Allah akan
mempertemukannya kembali bersama golongan teman-teman yang membawa ke-sholehan
ketika di dunia.

Wallahu A’lam

4
Berteman akrab dalam kemaksiatan kepada Allah ketika di dunia, maka kelak pada hari kiamat sebagian dari mereka akan
berlepas diri dari sebagian yang lainnya, terkecuali bagi orang-orang yang berkawan di atas dasar taqwa serta didorong
dengan rasa takut kepada Allah, maka perkawanan mereka akan tetap berlangsung di dunia dan juga di akhirat.

5
Syaikh Bakr Abu Zaid dalam kitabnya “Hilyah thaalib al-‘ilm“, hal.23, dan dalam kitab Quutul Qulub 2/17

Anda mungkin juga menyukai