1
Al-Mahfudzat; Muqarrar lishaffil Awwal, Ponorogo 2006, p. 18
2
Seharusnya ini menjadi patokan kita agar lebih pandai dan cermat dalam memilih pertemanan. Karena seseorang itu bisa
dinilai dan dikoreksi dari orang yang jadi teman dekatnya. Pertemanan itu juga menjadi cerminan kita, karena dengan siapa
kita bergaul dan berkumpul, orang lain akan mudah menilainya dengan kacamatanya sendiri. Bukan berarti kita harus
antipati dan berjauhan kepada siapapun, tetapi untuk alat ukur diri, mampukah kita menyesuaikan keadaan kepada yang lebih
baik.
3
Berikut ini, Allah telah memberikan gambaran tegas terkait teman-teman akrab di dunia yang
tidak dilandasi dengan keimanan dan ketaqwaan serta tidak bisa menghantarkan pertemanan
itu hingga ke surga, mereka akan menjadi musuh satu sama lainnya di akhirat kelak. Dalam
Al-Qur'an Allah nyatakan: "Teman-teman akrab pada hari itu, sebagiannya menjadi musuh
bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa." (Az-Zukhruf Ayat 67)4
Maka, tangisilah pertemanan kita yang tidak mampu menghantarkan kita kepada
keberimanan dan kebertaqwaan, yang dikhawatirkan adalah ketika di akhirat nanti mereka
akan saling menuduh siapa yang menyesatkan mereka. Karena sifat baik atau buruk itu cepat
menular.
Inilah yang kemudian diteguhkan oleh sahabat Umar bin Al-Khattab, bahwa: “Tidaklah
seseorang diberikan kenikmatan terbaik setelah Islam, yang lebih baik daripada kenikmatan
memiliki teman (saudara se-muslim) yang shaleh lagi bertaqwa. Apabila engkau dapati salah
seorang kawan demikian maka dekapilah ia erat-erat.”5
Dari Abu Musa RA, ia menyampaikan, sabda Nabi SAW yang artinya, "Setiap orang akan
dikumpulkan bersama orang yang ia cintai." (HR. Bukhari dan Muslim)
Jadi, Pertemanan dalam konsep Islam adalah berteman dengan orang-orang yang beriman dan
bertaqwa kepada Allah, seraya taat kepada-Nya. Jika di dunia ini kita memperbanyak
berteman dengan orang-orang sholeh, bersabar berkumpul bersama mereka, kemudian tidak
menjerumuskan pertemanan kepada keburukan yang dimurkai oleh Allah, sering melakukan
kebaikan hanya semata-mata ingin mendapat ridha-Nya, kelak di akhirat Allah akan
mempertemukannya kembali bersama golongan teman-teman yang membawa ke-sholehan
ketika di dunia.
Wallahu A’lam
4
Berteman akrab dalam kemaksiatan kepada Allah ketika di dunia, maka kelak pada hari kiamat sebagian dari mereka akan
berlepas diri dari sebagian yang lainnya, terkecuali bagi orang-orang yang berkawan di atas dasar taqwa serta didorong
dengan rasa takut kepada Allah, maka perkawanan mereka akan tetap berlangsung di dunia dan juga di akhirat.
5
Syaikh Bakr Abu Zaid dalam kitabnya “Hilyah thaalib al-‘ilm“, hal.23, dan dalam kitab Quutul Qulub 2/17