Anda di halaman 1dari 39

INDIKATOR PROGRAM BIDANG PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN

DALAM RANGKA MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM


Capai
an
s/d
Triwu
lan II
Perhitungan Tahu
(Angka n
No Indikator Definisi Operasional Rumus/Cara Perhitungan
Nominator & 2022

Target (%)
Denominator)

1 2 3 4 5 6

I. Seksi Pengendalian Penyakit


1 Persentase orang terduga TBC Terduga tuberkulosis yang mendapatkan pelayanan kesehatan
mendapatkan pelayanan TBC sesuai standar dengan penegakan diagnosis tuberkulosis melalui
sesuai standar pemeriksaan bakteriologis dan klinis, dilakukan pemeriksaan
penunjang lainnya atau di rujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan
rujukan tingkat lanjut serta dilakukan pengobatan sesuai standar Jumlah orang terduga TBC yang dilakukan
jika dinyatakan tuberkulosis (register TBC 06) pemeriksaan penjunjang
X 100 100
Jumlah orang yang terduga TBC

2 Persentase penderita TBC yang X 100


mendapat pemeriksaan Rapid Jumlah penderita TBC yang diperiksa Rapid Test R1
Test R1 100
Jumlah penderita TBC

3 Jumlah semua kasus Kasus Tuberkulosis (berdasarkan definisi dan klasifikasi) yang ditemukan dan diobati. Kasus Tuberkulosis adalah : a) Pasien tuberkulosis yang terkonfirmasi
Tuberkulosis Bakteriologis, yaitu pasien tuberkulosis yang terbukti positif pada hasil pemeriksaan contoh uji biologinya (sputum dan jaringan) melalui pemeriksaan
mikroskopis langsung, Tes Cepat Molekuler (TCM) tuberkulosis, atau biakan; b) Pasien tuberkulosis terdiagnosis secara Klinis yaitu pasien yang tidak
memenuhi kriteria terdiagnosis secara bakteriologis tetapi didiagnosis sebagai pasien tuberkulosis aktif oleh dokter, dan diputuskan untuk diberikan
pengobatan tuberkulosis.

4 Angka kesembuhan (Cure Rate) Pasien tuberkulosis paru dengan hasil pemeriksaan bakteriologis Jumlah kasus Tuberkulosis Paru terkonfirmasi
Tuberkulosis Paru terkonfirmasi positif pada awal pengobatan yang hasil pemeriksaan
bakteriologis bakteriologis pada akhir pengobatan menjadi negatif dan pada bakteriologis yang sembuh
X 100
salah satu pemeriksaan sebelumnya. Jumlah kasus Tuberkulosis Paru terkonfirmasi
bakteriologis yang diobati dan dilaporkan
5 Angka pengobatan lengkap Pasien tuberkulosis yang telah menyelesai-kan pengobatan
(Complete Rate) semua kasus secara lengkap dimana pada salah satu pemeriksaan sebelum Jumlah semua kasus Tuberkulosis yang mendapat
Tuberkulosis akhir pengobatan hasilnya negatif namun tanpa ada bukti hasil pengobatan lengkap
X 100
pemeriksaan bakteriologis pada akhir pengobatan.
Capai
an
s/d
Triwu
lan II
Perhitungan Tahu
(Angka n
No Indikator Definisi Operasional Rumus/Cara Perhitungan Nominator & 2022

Target (%)
Denominator)

5 Angka pengobatan lengkap Pasien tuberkulosis yang telah menyelesai-kan pengobatan


1
(Complete Rate)2 semua kasus secara lengkap dimana pada salah3
satu pemeriksaan sebelum 4 5 6
Tuberkulosis akhir pengobatan hasilnya negatif namun tanpa ada bukti hasil X 100
pemeriksaan bakteriologis pada akhir pengobatan. Jumlah semua kasus Tuberkulosis yang diobati dan
dilaporkan
6 Angka keberhasilan Jumlah pasien tuberkulosis semua kasus yang sembuh dan Jumlah pasien tuberkulosis semua kasus yang sembuh
pengobatan (Success Rate/SR) pengobatan lengkap diantara semua kasus tuberkulosis yang
dan pengobatan lengkap
pasien tuberkulosis semua diobati dan dilaporkan X 100
kasus Jumlah semua kasus tuberkulosis yang diobati dan
dilaporkan
7 Persentase kematian selama Jumlah pasien tuberkulosis yang meninggal oleh sebab apapun
Jumlah pasien tuberkulosis yang meninggal oleh sebab
pengobatan Tuberkulosis selama masa pengobatan tuberkulosis
apapun selama masa pengobatan tuberkulosis
X 100
Jumlah semua kasus tuberkulosis yang diobati dan
dilaporkan
8 Jumlah kasus Kusta baru tipe Penderita kusta tipe PB adalah penderita kusta yang mempunyai tanda utama seperti berikut : jumlah bercak kusta 1-5, jumlah penebalan saraf
PB yang ditemukan tepi disertai gangguan fungsi hanya 1 saraf, hasil pemeriksaan kerokan jaringan kulit negatif.
9 Jumlah kasus Kusta baru tipe Penderita kusta tipe MB adalah penderita kusta yang mempunyai tanda utama seperti berikut : Jumlah bercak kusta >5, jumlah penebalan saraf
MB yang ditemukan tepi disertai gangguan fungsi lebih dari 1 saraf, hasil pemeriksaan kerokan jaringan kulit positif
10 Persentase kasus kusta baru Jumlah kasus kusta baru tanpa cacat adalah jumlah kasus kusta Jumlah penderita kusta baru tanpa cacat yang
tanpa cacat (cacat tingkat 0) baru yang tidak memiliki kelainan sensorik maupun anatomis ditemukan (cacat tingkat 0)
X 100
Jumlah seluruh penderita kusta (PB + MB) baru yang
ditemukan
11 Persentase kasus kusta baru Cacat tingkat 2 adalah cacat pada tangan dan kaki (terdapat Jumlah penderita kusta baru dengan cacat tingkat 2
cacat tingkat 2 kelainan anatomis), dan cacat pada mata (lagoptalmus dan visus X 100
Jumlah seluruh penderita kusta (PB + MB) baru yang
sangat terganggu) ditemukan
12 Persentase penderita kusta Jumlah kasus kusta baru anak usia 0-<15 tahun Jumlah penderita kusta baru (PB + MB) yang berusia
baru pada anak usia <15 tahun <15 tahun
X 100
Jumlah seluruh penderita kusta (PB + MB) baru yang
ditemukan
Capai
an
s/d
Triwu
lan II
Perhitungan Tahu
(Angka n
No Indikator Definisi Operasional Rumus/Cara Perhitungan Nominator & 2022

Target (%)
Denominator)

1 2 3 4 5 6
13 Persentase penderita kusta tipe Jumlah kasus baru PB dari periode kohort satu tahun yang sama
PB selesai berobat (Release yang menyelesaikan pengobatan tepat waktu (6 blister dalam 6-9
From Treatment/RFT) bulan). Penderita kusta PB merupakan penderita pada kohort
yang sama, yaitu diambil dari penderita baru yang masuk dalam Jumlah kasus baru PB yang menyelesaikan
kohort yang sama 1 tahun sebelumnya, misalnya: untuk mencari pengobatan 6 blister dalam 6-9 bulan
RFT rate tahun 2018, maka dapat dihitung dari penderita baru X 100
Jumlah seluruh kasus baru PB yang mulai MDT pada
tahun 2017 yang menyelesaikan pengobatan tepat waktu. periode kohort yang sama

14 Persentase penderita kusta tipe Jumlah kasus baru MB dari periode kohort satu tahun yang sama
MB selesai berobat (Release yang menyelesaikan pengobatan tepat waktu (12 blister dalam
From Treatment/RFT) 12-18 bulan). Penderita kusta MB merupakan penderita pada
kohort yang sama, yaitu diambil dari penderita baru yang masuk Jumlah kasus baru MB yang menyelesaikan
dalam kohort yang sama 2 tahun sebelumnya, misalnya: untuk pengobatan 12 blister dalam 12-18 bulan
mencari RFT rate tahun 2018, maka dapat dihitung dari X 100
Jumlah seluruh kasus baru MB yang mulai MDT pada
penderita baru tahun 2016 yang menyelesaikan pengobatan periode kohort yang sama
tepat waktu.
INDIKATOR PROGRAM BIDANG BINKESMAS
DALAM RANGKA MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM

Capaian s/d
Triwulan II
Perhitungan
Tahun 2022
(Angka
No Indikator Definisi Operasional Rumus/Cara Perhitungan

Cakupan (%)
Nominator &

Target (%)
Denominator)

1 2 3 4 5 6 7

I. Seksi KIA/KB
1. Persentase ibu hamil yang Standar kuantitas adalah Kunjungan 4 kali selama periode kehamilan (K4)
mendapatkan pelayanan dengan ketentuan: a. Satu kali pada trimester pertama. b. Satu kali pada
kesehatan ibu hamil trimester kedua. c. Dua kali pada trimester ketiga. Standar kualitas yaitu
pelayanan antenatal yang memenuhi 10 T, meliputi : a. Pengukuran berat
badan; b. Pengukuran tekanan darah; c. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA);
Jumlah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan
d. Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri); e. Penentuan Presentasi Janin antenatal sesuai standar
X 100
dan Denyut Jantung Janin (DJJ); f. Pemberian imunisasi sesuai dengan status Ibu hamil yang telah selesai menjalani masa
imunisasi; g. Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet; h. Tes kehamilannya (bersalin)
Laboratorium; i. Tatalaksana/ penanganan kasus; j. Temu wicara (konseling).

2. Persentase ibu bersalin yang Standar persalinan normal adalah Acuan Persalinan Normal (APN) sesuai standar
mendapatkan pelayanan : a) Dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan; b) Tenaga penolong minimal 2
persalinan orang, terdiri dari : Dokter dan bidan, atau 2 orang bidan, atau Bidan dan Jumlah ibu bersalin yang mendapatkan pelayanan
perawat. persalinan sesuai standar di fasilitas pelayanan
Standar persalinan komplikasi mengacu pada Buku Saku
Pelayanan Kesehatan Ibu di fasilitas pelayanan kesehatan Dasar dan Rujukan. kesehatan
X 100
Jumlah ibu bersalin
3. Persentase bayi baru lahir Standar kuantitas adalah kunjungan minimal 3 kali selama periode neonatal,
mendapatkan pelayanan dengan ketentuan : a) Kunjungan Neonatal 1 (KN1) 6 - 48 jam; b) Kunjungan Jumlah bayi baru lahir usia 0-28 hari yang
kesehatan bayi baru lahir Neonatal 2 (KN2) 3 - 7 hari; c) Kunjungan Neonatal 3 (KN3) 8 - 28 hari.
Standar kualitas : a) Pelayanan Neonatal Esensial mendapatkan pelayanan kesehatan bayi baru lahir
saat lahir (0-6 jam); b) Pelayanan Neonatal Esensial setelah lahir (6 jam – 28 sesuai dengan standar
hari). X 100
Jumlah sasaran bayi baru lahir
4. Persentase balita yang Pelayanan kesehatan balita berusia 0-59 bulan sesuai standar meliputi :
mendapatkan pelayanan Pelayanan kesehatan balita sehat adalah pelayanan pemantauan pertumbuhan
kesehatan balita sesuai standar dan perkembangan menggunakan buku KIA dan skrining tumbuh kembang,
meliputi : a) Pelayanan kesehatan Balita usia 0 -11 bulan; b) Pelayanan Jumlah Balita usia 12-23 bulan yang mendapat
kesehatan Balita usia 12-23 bulan; c) Pelayanan kesehatan Balita usia 24-59 Pelayanan Kesehatan sesuai Standar + Jumlah Balita
bulan.
Pelayanan kesehatan balita sakit adalah pelayanan balita usia 24-35 bulan mendapatkan pelayanan kesehatan
menggunakan pendekatan manajemen terpadu balita sakit (MTBS). sesuai standar + Balita usia 36-59 bulan mendapakan
pelayanan sesuai standar
X 100
Jumlah Balita usia 12-59 bulan
Capaian s/d
Triwulan II
Perhitungan
Tahun 2022
(Angka
No Indikator Definisi Operasional Rumus/Cara Perhitungan

Cakupan (%)
Nominator &

Target (%)
Denominator)

1 2 3 4 5 6 7
5. Persentase wanita usia 30-50 Pemeriksaan SADANIS adalah pemeriksaan payudara secara manual oleh tenaga
tahun yang di periksa SADANIS kesehatan terlatih.Deteksi dini yang dimaksud dapat dilakukan di puskesmas
dan IVA dan jaringannya, di dalam maupun di luar gedung. Pemeriksaan IVA adalah
pemeriksaan dengan cara mengamati dengan menggunakan spekulum, melihat
leher rahim yang telah dipulas dengan asam asetat atau asam cuka (3-5%). Pada
lesi prakanker akan menampilkan warna bercak putih yang disebut acetowhite Jumlah wanita usia 30-50 tahun yang di periksa
epithelium.Deteksi dini yang dimaksud dapat dilakukan di puskesmas dan SADANIS dan IVA
jaringannya, di dalam maupun di luar gedung. X 100
Jumlah wanita usia 30-50 tahun

6. Persentase ibu hamil yang


mendapatkan pelayanan Jumlah ibu hamil yang diperiksa rapid test R1
X 100
(pemeriksaan rapid test R1) Jumlah ibu hamil
7. Cakupan kunjungan ibu hamil Cakupan kunjungan ibu hamil K-1 adalah ibu hamil yang pertama kali mendapat
pertama (K1) pelayanan antenatal sesuai standar (10T) oleh tenaga kesehatan pada masa Jumlah ibu hamil yang memperoleh pelayanan
kehamilan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. antenatal K1 sesuai standar
X 100
Jumlah seluruh ibu hamil
8. Cakupan kunjungan ibu hamil Cakupan kunjungan ibu hamil K-4 adalah ibu hamil yang mendapatkan
keempat (K4) pelayanan antenatal sesuai standar (10T) paling sedikit empat kali, dengan
distribusi pemberian pelayanan yang dianjurkan adalah minimal satu kali pada Jumlah ibu hamil yang memperoleh pelayanan
trimester pertama, satu kali pada trimester kedua dan dua kali pada trimester antenatal K4 sesuai standar
ketiga umur kehamilan. X 100
Jumlah seluruh ibu hamil
9. Cakupan pertolongan persalinan Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah ibu bersalin yang Jumlah ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga
oleh tenaga kesehatan mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan kesehatan
X 100
Jumlah ibu bersalin
10. Cakupan pertolongan persalinan Cakupan pertolongan persalinan di fasilitas kesehatan adalah Ibu bersalin yang
di fasilitas pelayanan kesehatan mendapatkan pelayanan persalinan sesuai standar di fasilitas pelayanan Jumlah ibu bersalin yang mendapatkan pelayanan
kesehatan. persalinan sesuai standar di fasyankes
X 100
Jumlah ibu bersalin
11. Cakupan pelayanan ibu nifas Cakupan pelayanan ibu nifas lengkap (KFL) adalah pelayanan kepada ibu nifas Jumlah ibu nifas yang telah memperoleh pelayanan
lengkap (KFL) sesuai standar pada 6 jam setelah persalinan s/d hari ke 42
nifas sesuai standar (KFL)
X 100
Jumlah seluruh ibu nifas
Capaian s/d
Triwulan II
Perhitungan
Tahun 2022
(Angka
No Indikator Definisi Operasional Rumus/Cara Perhitungan

Cakupan (%)
Nominator &

Target (%)
Denominator)

1 2 3 4 5 6 7

12. Cakupan peserta aktif KB Pasangan Usia Subur (PUS) adalah Pasangan suami istri yang istrinya berumur
antara 15-49 tahun, dalam hal ini termasuk pasangan yang istrinya lebih dari 49
tahun tetapi masih mendapat menstruasi. Peserta KB baru dan lama yang masih Jumlah peserta KB aktif
aktif memakai kontrasepsi terus-menerus untuk menunda, menjarangkan X 100
kehamilan atau mengakhiri kesuburan. Jumlah Pasangang Usia Subur (PUS)

13. Cakupan peserta KB pasca Peserta KB pasca persalinan adalah PUS yang memakai kontrasepsi pada masa Jumlah peserta KB pasca persalinan
persalinan pasca persalinan (0-42 hari setelah melahirkan) X 100
Jumlah ibu bersalin
14. Cakupan komplikasi kebidanan Komplikasi kebidanan adalah kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas
yang ditangani yang dapat mengancam jiwa ibu dan/atau bayi. Penanganan komplikasi
kebidanan adalah ibu hamil, bersalin dan nifas dengan komplikasi yang Jumlah komplikasi kebidanan yang mendapat
mendapatkan pelayanan sesuai standar pada tingkat pelayanan dasar dan penanganan definitif
rujukan (Puskesmas, Rumah Bersalin, RSIA/RSB, RSU, RSU PONEK). Penanganan X 100
definitif adalah Penanganan/pemberian tindakan terakhir untuk menyelesaikan Jumlah ibu dengan komplikasi kebidanan
permasalahan setiap kasus komplikasi kebidanan.

15. Jumlah kematian ibu Jumlah kematian ibu adalah jumlah kematian perempuan selama kehamilan atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan akibat semua sebab yang terkait dengan
atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan, bencana, cedera atau bunuh diri.

16. Penyebab kematian ibu Penyebab kematian ibu adalah penyebab kematian perempuan selama kehamilan atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan akibat semua sebab yang terkait
dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan, bencana, cedera atau bunuh diri.
17. Jumlah lahir hidup Lahir hidup adalah suatu kelahiran seorang bayi tanpa memperhitungkan lamanya di dalam kandungan, dimana bayi menunjukkan tanda-tanda kehidupan, misal: bernafas, ada
denyut jantung atau gerakan otot
18. Jumlah lahir mati Lahir mati adalah Kelahiran seorang bayi dari kandungan yang berumur paling sedikit 28 minggu tanpa menunjukkan tanda-tanda kehidupan
19. Jumlah kematian neonatal Jumlah kematian neonatal adalah jumlah kematian yang terjadi pada bayi usia sampai dengan 28 hari tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan, bencana, cedera atau bunuh diri
20. Penyebab kematian neonatal Penyebab kematian neonatal adalah penyebab utama kematian yang terjadi pada bayi usia 0 sampai dengan 28 hari
21. Jumlah kematian bayi Jumlah kematian bayi adalah jumlah kematian yang terjadi pada bayi usia 0-11 bulan (termasuk neonatal)tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan, bencana, cedera atau bunuh
diri
22. Penyebab kematian bayi Penyebab kematian bayi adalah penyebab utama kematian yang terjadi pada bayi usia 29 hari sampai dengan 11 bulan
23. Jumlah kematian anak balita Jumlah kematian anak balita adalah jumlah kematian yang terjadi pada anak usia 12-59bulantetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan, bencana, cedera atau bunuh diri
24. Penyebab kematian anak Penyebab kematian anak balita adalah penyebab utama kematian yang terjadi pada anak usia 12-59bulan
balita
Capaian s/d
Triwulan II
Perhitungan
Tahun 2022
(Angka
No Indikator Definisi Operasional Rumus/Cara Perhitungan

Cakupan (%)
Nominator &

Target (%)
Denominator)

1 2 3 4 5 6 7
25. Jumlah kematian balita Jumlah kematian balita adalah jumlah kematian yang terjadi pada bayi/anak usia 0 - 59 bulan (bayi + anak balita)tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan, bencana, cedera atau
bunuh diri

26. Cakupan kunjungan neonatal Kunjungan neonatal pertama (KN1) adalah pelayanan kunjungan neonatal
pertama (KN1) pertamapada 6-48 jam setelah lahir yang mendapatkan pelayan kesehatan Jumlah bayi baru lahir (umur 6 jam - 48 jam) yang
neonatal esensial dengan menggunakan pendekatan MTBM (Manajeman memperoleh pelayanan kesehatan sesuai standar
Terpadu Bayi Muda). X 100
Jumlah seluruh bayi lahir hidup
27. Cakupan kunjungan neonatal Kunjungan neonatal lengkap (KNL) adalah pelayanan kunjungan neonatal
lengkap (KNL) lengkap, minimal 3 kali yaitu 1 kali pada usia 6 - 48 jam, 1 kali pada 3 - 7 hari, Jumlah bayi yang memperoleh pelayanan kunjungan
dan 1 kali pada 8 - 28 hari yang mendapatkan pelayan kesehatan neonatal neonatal sesui dengan standar minimal 3 kali yaitu
esensial dengan menggunakan pendekatan MTBM (Manajeman Terpadu Bayi
Muda) pada umur 6 jam - 48 jam 1 kali, pada umur 3-7 hari 1
kali dan pada umu 8-28 hari 1 kali
X 100
Jumlah seluruh bayi lahir hidup
28. Cakupan neonatal dengan Komplikasi neonatal adalah neonatal dengan penyakit dan kelainan yang dapat
komplikasi yang ditangani menyebabkan kesakitan, kecacatan, dan kematian. Neonatus dengan komplikasi
seperti asfiksia, ikterus, hipotermia, tetanus neonatorum, infeksi/sepsis, trauma
lahir, BBLR (berat badan lahir rendah < 2500 gr ), sindroma gangguan
pernafasan, kelainan kongenital. Penangangan komplikasi neonatal adalah
neonatal dengan komplikasi disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu Jumlah neonatal dengan komplikasi yang ditangani
yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan terlatih di seluruh sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan terlatih
sarana pelayanan kesehatan. X 100
Jumlah neonatal dengan komplikasi

29. Cakupan pelayanan Pelayanan kesehatan pada bayi minimal 4 kali yaitu satu kali pada umur 29 hari-
kesehatan bayi 2 bulan, 1 kali pada umur 3-5 bulan, 1 kali pada umur 6-8 bulan, dan 1 kali pada
umur 9-11 bulan. Pelayanan Kesehatan tersebut meliputi pemberian
imunisasi dasar (BCG, DPT/HB/HiB1-3, Polio 1-4, Campak), pemantauan
pertumbuhan, Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK), Jumlah bayi (umur 29 hari - 11 bulan) yang
pemberian vitamin A pada bayi umur 6-11 bulan, penyuluhan pemberian ASI memperoleh pelayanan kesehatan sesuai standar
eksklusif dan Makanan Pendamping ASI (MP ASI). minimal 4 kali yaitu 1 kali pada umur 29 hari-2 bulan,
1 kali umur 3-5 bulan, 1 kali umur 6-8 bulan dan 1 kali
umur 9-11 bulan
X 100
Capaian s/d
Triwulan II
Perhitungan
Tahun 2022
29. Cakupan pelayanan Pelayanan kesehatan pada bayi minimal 4 kali yaitu satu kali pada umur 29 hari-
2 bulan, 1 kali pada umur 3-5 bulan, 1 kali pada umur 6-8 bulan, dan 1 kali pada (Angka
No kesehatan Indikator
bayi Definisi Operasional Rumus/Cara Perhitungan

Cakupan (%)
umur 9-11 bulan. Pelayanan Kesehatan tersebut meliputi pemberian Nominator &

Target (%)
imunisasi dasar (BCG, DPT/HB/HiB1-3, Polio 1-4, Campak), pemantauan Denominator)
pertumbuhan, Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK),
pemberian vitamin A pada bayi umur 6-11 bulan, penyuluhan pemberian ASI
eksklusif dan Makanan Pendamping ASI (MP ASI).

1 2 3 4 5 6 7
X 100
Jumlah seluruh bayi

II. Seksi Gizi Masyarakat dan Gizi Klinik


A. Indikator Masalah Gizi
1. Persentase balita berat badan Berat Badan Kurang adalah kategori status gizi berdasarkan indeks Berat Badan Jumlah balita BB kurang (Underweight)
kurang (Underweight) menurut Umur (BB/U) dengan Z-score kurang dari -2 SD. X 100 16.1
Jumlah balita ditimbang
2. Persentase balita pendek Pendek adalah kategori status gizi berdasarkan indeks Tinggi Badan menurut Jumlah balita pendek (Stunting)
(Stunting) Umur (TB/U) dengan z-score kurang dari -2 SD. X 100 19.5
Jumlah balita diukur TB
3. Persentase balita Gizi Kurang Gizi kurang adalah kategori status gizi berdasarkan indeks Berat Badan menurut Jumlah balita gizi kurang (Wasting)
(Wasting) Tinggi Badan (BB/TB) dengan z-score kurang dari -2 SD X 100 10.8
Jumlah balita diukur BB & TB
4. Persentase remaja putri anemi Remaja putri anemia adalah remaja putri dengan kadar Hb kurang dari 12,0 g/dl Jumlah remaja putri anemia
X 100 21.4
Jumlah remaja putri yang diperiksa Hb
5. Persentase ibu hamil anemia Ibu hamil anemia adalah ibu hamil dengan kadar Hb kurang dari 11,0 g/dl Jumlah ibu hamil anemia
X 100 6.8
Jumlah ibu hamil yang diperiksa Hb pertama kali
6. Persentase ibu hamil risiko Ibu hamil risiko KEK adalah ibu hamil dengan Lingkar Lengan Atas (LiLA) kurang Jumlah ibu hamil risiko KEK
KEK dari 23,5 cm X 100 9.4
Jumlah ibu hamil yang diukur LiLA
7. persentase Bayi dengan Berat Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir dengan Jumlah bayi dengan BBLR
Badan Lahir Rendah berat badan kurang dari 2500 gram X 100 3.6
Jumlah bayi baru lahir hidup yang ditimbang
B. Indikator Kinerja Gizi
1. Cakupan bayi usia kurang dari Bayi usia kurang dari 6 bulan adalah seluruh bayi umur 0 bulan 1 hari sampai Jumlah bayi kurang dari 6 bulan masih mendapat ASI
6 bulan yang mendapat ASI 5 bulan 29 hari. Bayi mendapat ASI Eksklusif kurang dari 6 bulan adalah bayi Eksklusif
Eksklusif kurang dari 6 bulan yang diberi ASI saja tanpa makanan atau cairan lain kecuali X 100 55.4
obat, vitamin dan mineral berdasarkan recall 24 jam Jumlah bayi kurang dari 6 bulan yang di recall

2. Cakupan bayi usia 6 bulan Bayi usia 6 bulan adalah seluruh bayi yang telah mencapai umur 5 bulan 29 hari.
yang mendapat ASI Eksklusif Bayi mendapat ASI Eksklusif 6 bulan adalah bayi sampai usia 6 bulan yang diberi Jumlah bayi telah mencapai usia 5 bulan 29 hari
ASI saja tanpa makanan atau cairan lain kecuali obat, vitamin dan mineral sejak mendapat ASI Eksklusif
lahir. X 100 28.7
Capaian s/d
Triwulan II
Perhitungan
Tahun 2022
(Angka
No Indikator Definisi Operasional Rumus/Cara Perhitungan

Cakupan (%)
Nominator &

Target (%)
Denominator)

2. Cakupan bayi usia 6 bulan Bayi usia 6 bulan adalah seluruh bayi yang telah mencapai umur 5 bulan 29 hari.
yang mendapat ASI Eksklusif Bayi mendapat ASI Eksklusif 6 bulan adalah bayi sampai usia 6 bulan yang diberi
1 2 ASI saja tanpa makanan atau cairan lain 3kecuali obat, vitamin dan mineral sejak 4 5 6 7
lahir. X 100 28.7
Jumlah bayi telah mencapai usia 5 bulan 29 hari

3. Cakupan ibu hamil yang Ibu hamil mendapat 90 TTD adalah jumlah ibu hamil yang selama kehamilan
mendapatkan Tablet Tambah mendapat minimal 90 TTD
Darah minimal 90 tablet Jumlah ibu hamil yang mendapat minimal 90 TTD
selama masa kehamilan X 100 80.6
Jumlah ibu hamil

4. Cakupan ibu hamil Kurang Ibu hamil KEK adalah Ibu hamil dengan Lingkar Lengan Atas (LiLA) kurang dari
Energi Kronik yang mendapat 23,5 cm. Makanan Tambahan adalah makanan yang dikonsumsi sebagai
tambahan asupan zat gizi diluar makanan utama dalam bentuk makanan Jumlah ibu hamil yang mendapat makanan tambahan
makanan tambahan tambahan pabrikan. X 100 100
Jumlah sasaran ibu hamil KEK yang ada

5. Cakupan balita kurus yang Balita kurus adalah anak usia 6 bulan 0 hari sampai dengan59 bulan 29 hari
mendapat makanan dengan status gizi kurus (BB/PB atau BB/TB -3 SD sampai dengan kurang dari -2 Jumlah balita kurus yang mendapat makanan
tambahan
SD). Makanan Tambahan adalah makanan yang dikonsumsi sebagai tambahan tambahan
asupan zat gizi diluar makanan utama dalam bentuk makanan tambahan X 100 100
pabrikan. Jumlah seluruh balita kurus

6. Cakupan remaja putri Remaja Putri adalah remaja putri yang berusia 12-18 tahun yang bersekolah di
(Rematri) mendapat Tablet SMP/SMA atau sederajat. 3) Remaja putri mendapat TTD adalah jumlah remaja
Tambah Darah
putri yang mendapat TTD secara rutin setiap minggu sebanyak 1 tablet. Jumlah remaja putri mendapat TTD
X 100 23.8
Jumlah seluruh remaja putri 12-18 tahun di sekolah

7. Cakupan bayi baru lahir yang Inisiasi Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses menyusu dimulai segera
mendapat Inisiasi Menyusu setelah lahir. IMD dilakukan dengan cara kontak kulit ke kulit antara bayi dengan Jumlah bayi baru lahir hidup yang mendapat IMD
ibunya segera setelah lahir dan berlangsung minimal 1 (satu) jam. X 100 84.0
Dini (IMD) Jumlah seluruh bayi baru lahir hidup
8. Cakupan balita yang Balita adalah anak yang berumur di bawah 5 tahun (0-59 bulan 29 hari). S Balita
Jumlah balita ditimbang di suatu wilayah
ditimbang berat badannya adalah jumlah seluruh sasaran (S) balita yang ada di suatu wilayah. D Balita X 100 83.0
adalah jumlah balita yang ditimbang (D) di suatu wilayah. Jumlah balita yang ada
Capaian s/d
Triwulan II
Perhitungan
Tahun 2022
(Angka
No Indikator Definisi Operasional Rumus/Cara Perhitungan

Cakupan (%)
Nominator &

Target (%)
Denominator)

1 2 3 4 5 6 7

9. Cakupan balita mempunyai Buku KIA adalah buku yang berisi catatan kesehatan ibu (hamil, bersalin dan
buku Kesehatan Ibu Anak nifas) dan anak (bayi baru lahir, bayi dan anak balita) serta berbagai informasi
cara memelihara dan merawat kesehatan ibu serta grafik pertumbuhan anak
(KIA)/Kartu Menuju Sehat yang dapat dipantau setiap bulan. 3) Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah kartu
(KMS) yang memuat kurva pertumbuhan normal anak berdasarkan indeks Jumlah balita mempunyai Buku KIA/KMS
antropometri berat badan menurut umur yang dibedakan berdasarkan jenis X 100 92.4
kelamin. KMS digunakan untuk mencatat berat badan, memantau pertumbuhan Jumlah seluruh balita yang ada
balita setiap bulan dan sebagai media penyuluhan gizi dan kesehatan.

10. Cakupan balita ditimbang Balita ditimbang (D) adalah anak umur 0-59 bulan 29 hari yang ditimbang. Berat
yang naik berat badannya badan naik (N) adalah hasil penimbangan berat badan dengan grafik berat
badan mengikuti garis pertumbuhan atau kenaikan berat badan sama dengan
kenaikan berat badan minimum atau lebih. Kenaikan berat badan ditentukan
dengan membanding-kan hasil penimbangan bulan ini dengan bulan lalu. Balita Jumlah balita naik berat badannya
tidak ditimbang bulan lalu (O) adalah balita yang tidak memiliki catatan hasil X 100 96.8
penimbangan bulan lalu. Balita baru (B) adalah balita yang baru datang ke
Jumlah seluruh balita yang ditimbang – (balita tidak
posyandu dan tidak terdaftar sebelumnya. ditimbang bulan lalu + balita baru)

11. Cakupan balita ditimbang Balita ditimbang (D) adalah anak umur 0-59 bulan 29 hari yang ditimbang. Tidak
yang tidak naik berat naik berat badannya (T) adalah hasil penimbangan berat badan dengan grafik Jumlah balita tidak naik berat badannya 2 kali
berat badan mendatar atau menurun memotong garis pertumbuhan
badannya dua kali berturut- dibawahnya atau kenaikan berat badan kurang dari kenaikan berat badan berturut-turut
turut X 100 3.2
minimum. Balita 2T adalah balita tidak naik berat badannya dua kali berturut- Jumlah seluruh balita yang ditimbang – (balita tidak
turut dalam 2 bulan. ditimbang bulan lalu + balita baru)

12. Cakupan balita 6-59 bulan Kapsul vitamin A adalah kapsul yang mengandung vitamin A dosis tinggi, yaitu
mendapat kapsul vitamin A 100.000 Satuan Internasional (SI) untuk bayi umur 6-11 bulan dan 200.000 SI Jumlah bayi 6-11 bulan + balita 12-59 bulan yang
untuk anak balita 12- 59 bulan. balita mendapat kapsul vitamin A adalah jumlah mendapat kapsul vitamin A
bayi 6-11 bulan ditambah jumlah balita 12-59 bulan yang mendapat 1 (satu) X 100 89.7
kapsul vitamin A pada periode 6 (enam) bulan.
Jumlah balita 6-59 bulan
Capaian s/d
Triwulan II
Perhitungan
Tahun 2022
(Angka
No Indikator Definisi Operasional Rumus/Cara Perhitungan

Cakupan (%)
Nominator &

Target (%)
Denominator)

1 2 3 4 5 6 7
13. Cakupan ibu nifas mendapat- Ibu nifas adalah ibu baru melahirkan sampai hari ke-42. 2) Ibu nifas mendapat
kan kapsul vitamin A kapsul Vitamin A adalah ibu nifas mendapat 2 kapsul vitamin A, satu kapsul
diberikan segera setelah melahirkan dan kapsul kedua diberikan minimal 24 jam Jumlah ibu nifas mendapat kapsul vitamin A
setelah pemberian pertama. 3) Kapsul Vitamin A untuk ibu nifas adalah kapsul X 100 95.6
yang mengandung vitamin A dosis 200.000 Satuan Internasional (SI).
Julmlah seluruh ibu nifas

14. Cakupan rumah tangga Garam konsumsi beriodium adalah produk bahan makanan yang komponen
mengonsumsi garam utamanya Natrium Klorida (NaCl) dengan penambahan Kalium Iodat (KIO3). 2)
beriodium Alat Tes Cepat Garam Beriodium (larutan uji garam beriodium) adalah larutan Jumlah rumah tangga yang mengonsumsi garam
yang digunakan untuk menguji kandungan Iodium dalam garam secara kualitatif beriodium
yang dapat membedakan ada/tidaknya Iodium dalam garam melalui perubahan X 100 99.98
warna menjadi ungu. 3) Rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium Jumlah rumah tangga yang diperiksa
adalah seluruh anggota rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium.

15. Cakupan kasus balita gizi Kasus balita gizi buruk adalah balita dengan tanda klinis gizi buruk dan atau
buruk yang mendapat indeks Berat Badan menurut Panjang Badan (BB/PB) atau Berat Badan menurut
Tinggi Badan (BB/TB) dengan nilai Z-score kurang dari-3 SD. 3) Kasus balita gizi Jumlah kasus balita gizi buruk yang mendapat
perawatan. buruk yang mendapat perawatan adalah balita gizi buruk yang dirawat inap perawatan di suatu wilayah
X 100 100
maupun rawat jalan di fasilitas pelayanan kesehatan dan masyarakat sesuai Jumlah kasus balita gizi buruk yang ditemukan di
dengan tata laksana gizi buruk. suatu wilayah

16. Puskesmas melaksanakan Puskesmas melakukan kegiatan pengumpulan data, pengolahan dan analisis data, serta diseminasi informasi. Pengumpulan data adalah puskesmas di wilayah kerja
surveilans gizi kabupaten/kota melakukan entry data sasaran balita dan ibu hamil serta data pengukuran melalui Sistem Informasi Gizi Terpadu, rerata setiap bulan mencapai minimal 60%
sasaran ibu hamil dan balita. Pengolahan dan analisis data adalah puskesmas di wilayah kerja kabupaten/kota melakukan konfirmasi dan identifikasi penyebab kekurangan gizi
terutama gizi buruk pada balita 100% dari kasus. Diseminasi informasi adalah puskesmas di wilayah kerja Kabupaten/Kota melakukan penyusunan rencana kegiatan berdasarkan 1
hasil surveilans gizi dan diupload kedalam sistem setiap triwulan.

17. Puskesmas mampu Puskesmas mampu melakukan tatalaksana gizi buruk pada balita dengan kriteria : 1) Mempunya Mempunyai Tim Asuhan Gizi terlatih, terdiri dari dokter, bidan/perawat, dan
tatalaksana gizi buruk pada tenaga gizi; 2) Memiliki SOP tatalaksana gizi buruk pada balita. 1
balita
III. Seksi Promosi Kesehatan & Pemberdayaan masyarakat
1. Jumlah kebijakan germas Kluster Germas yaitu : aktifitas fisik, pangan sehat, edukasi PHBS, pencegahan dan deteksi dini penyakit, dan peningkatan kualitas lingkungan.
pada 5 kluster dan atau
kebijakan berwawasan
kesehatan
Capaian s/d
Triwulan II
Perhitungan
Tahun 2022
(Angka
No Indikator Definisi Operasional Rumus/Cara Perhitungan

Cakupan (%)
Nominator &

Target (%)
Denominator)

1 2 3 4 5 6 7
2. Jumlah penggerakan Melaksanakan penggerakan masyarakat dalam mendukung 5 kluster Germas minimal 3 kali setahun, dengan melibatkan lintas sektor, sekolah, Upaya Kesehatan Bersumberdaya
masyarakat dalam Masyarakat (UKBM) dan atau mitra potensial
mendukung 5 kluster germas

3. Persentase posyandu aktif Posyandu aktif adalah posyandu dengan kriteria : 1) melakukan kegiatan rutin
posyandu minimal 10 kali/tahun; 2) Memiliki minimal 5 orang kader;
3) cakupan minimal 50 % sasaran posyandu mendapatkan layanan KIA, Gizi, Jumlah posyandu aktif
Imunisasi dan KB; 4) memiliki alat pemantauan pertumbuhan dan X 100
perkembangan; dan 5) mengembangkan kegiatan tambahan kesehatan. Jumlah seluruh posyandu

4. Jumlah KIE
5. Jumlah SMD
6. Jumlah MMD
7. Persentase RT Sehat
X 100
8. Persentase KK disurvei/dibina
X 100
9. Persentase Institusi kesehatan
Sehat X 100
10. Persentase IK disurvei/dibina
X 100
11. Persentase Sekolah Sehat
X 100
12. Persentase Sekolah
disurvei/dibina X 100
13. Persentase TTU Sehat
X 100
14. Persentase TTU
disurvei/dibina X 100
Capaian s/d
Triwulan II
Perhitungan
Tahun 2022
(Angka
No Indikator Definisi Operasional Rumus/Cara Perhitungan

Cakupan (%)
Nominator &

Target (%)
Denominator)

14.
1 Persentase TTU2 3 4 5 6 7
disurvei/dibina X 100
15. Persentase TK Sehat
X 100
16. Persentase TK disurvei/dibina
X 100
17. Jumlah kelurahan lokus KPP
INDIKATOR PROGRAM BIDANG PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN
DALAM RANGKA MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM

Capaian s/d
Triwulan II
Perhitungan Tahun 2022
(Angka
No Indikator Definisi Operasional Rumus/Cara Perhitungan
Nominator &

Cakupan (%)
Target (%)
Denominator)

1 2 3 4 5 6 7

I. Seksi Pengendalian Penyakit


1. Persentase penderita Pelayanan kesehatan sesuai standar kepada seluruh penderita
hipertensi yang mendapatkan hipertensi usia 15 tahun ke atas sebagai upaya pencegahan
pelayanan kesehatan sesuai sekunder di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun Jumlah penderita hipertensi usia ≥ 15 tahun yang
standar meliputi : 1) Pengukuran tekanan darah dilakukan minimal satu mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar
kali sebulan di fasilitas pelayanan kesehatan; 2) Edukasi X 100 100
perubahan perubahan gaya hidup dan/atau kepatuhan minum Jumlah penderita hipertensi usia ≥ 15 tahun
obat

2. Persentase penderita DM yang Pelayanan kesehatan sesuai standar kepada seluruh penderita
mendapatkan pelayanan Diabetes Melitus (DM) usia 15 tahun ke atas sebagai upaya
kesehatan sesuai standar pencegahan sekunder meliputi : 1) Pengukuran gula darah Jumlah penderita DM usia ≥ 15 tahun yang
dilakukan minimal satu kali sebulan di fasilitas pelayanan mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar
X 100 100
kesehatan; 2) Edukasi perubahan gaya hidup dan/atau nutrisi; 3) Jumlah penderita DM usia ≥ 15 tahun
Melakukan rujukan jika diperlukan.

3. Persentase orang terduga TBC Terduga tuberkulosis yang mendapatkan pelayanan kesehatan
mendapatkan pelayanan TBC sesuai standar dengan penegakan diagnosis tuberkulosis melalui
sesuai standar pemeriksaan bakteriologis dan klinis, dilakukan pemeriksaan
penunjang lainnya atau di rujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan
rujukan tingkat lanjut serta dilakukan pengobatan sesuai standar Jumlah orang terduga TBC yang dilakukan
jika dinyatakan tuberkulosis (register TBC 06) pemeriksaan penjunjang 70
X 100 100 100
Jumlah orang yang terduga TBC 70
Capaian s/d
Triwulan II
Perhitungan Tahun 2022
(Angka
No Indikator Definisi Operasional Rumus/Cara Perhitungan Nominator &

Cakupan (%)
Target (%)
Denominator)

1 2 3 4 5 6 7
4. Persentase orang dengan risiko Pelayanan kesehatan sesuai standar kepada setiap orang dengan
terinfeksi HIV mendapatkan risiko terinfeksi virus yang melemahkan daya tahan tubuh
pelayanan deteksi dini HIV manusia (Human Immunodeficiency Virus = HIV) yang meliputi: Jumlah orang dengan risiko terinfeksi HIV yang
sesuai standar 1. edukasi perilaku berisiko dan pencegahan penularan; 2. mendapatkan pelayanan sesuai standar
X 100 100
skrining dilakukan dengan pemeriksaan tes cepat HIV minimal 1 Jumlah orang dengan risiko terinfeksi HIV
kali dalam setahun

5. Kasus konfirmasi COVID-19 Jumlah orang yang diperiksa dan dinyatakan positif
6. Angka Kesembuhan Recovery Rate (RR) merupakan jumlah kasus COVID-19 yang
(Recovery Rate/RR) COVID- sembuh dibagi dengan jumlah kasus COVID-19 yang Jumlah kasus COVID-19 yang sembuh
X 100
19 terkonfirmasi Jumlah kasus COVID-19 yang terkonfirmasi

7. Angka Kematian Case Fatality Rate (CFR) merupakan perhitungan dari


(CaseFatality Rate/CFR) jumlah kasus COVID-19 yang meninggal dibagi dengan Jumlah kasus COVID-19 yang meninggal
X 100
COVID-19 jumlah kasus COVID-19 yang terkonfirmasi Jumlah kasus COVID-19 yang terkonfirmasi

8. Positive Rate COVID-19 Positivity rate dihitung dengan membandingkan jumlah


kasus terkonfirmasi COVID-19 dibagi dengan jumlah orang Jumlah kasus terkonfirmasi COVID-19
X 100
yang dites COVID-19 Jumlah orang yang dites COVID-19

9. Persentase penderita TBC yang Jumlah penderita TBC yang diperiksa Rapid Test R1
HIV X 100 20
mendapat pemeriksaan Rapid
Test R1 HIV Jumlah penderita TBC 100 100
20

10. Jumlah semua kasus Kasus Tuberkulosis (berdasarkan definisi dan klasifikasi) yang ditemukan dan diobati. Kasus Tuberkulosis adalah : a) Pasien tuberkulosis yang
Tuberkulosis terkonfirmasi Bakteriologis, yaitu pasien tuberkulosis yang terbukti positif pada hasil pemeriksaan contoh uji biologinya (sputum dan jaringan) melalui
pemeriksaan mikroskopis langsung, Tes Cepat Molekuler (TCM) tuberkulosis, atau biakan; b) Pasien tuberkulosis terdiagnosis secara Klinis yaitu pasien
yang tidak memenuhi kriteria terdiagnosis secara bakteriologis tetapi didiagnosis sebagai pasien tuberkulosis aktif oleh dokter, dan diputuskan untuk
diberikan pengobatan tuberkulosis.
Capaian s/d
Triwulan II
Perhitungan Tahun 2022
(Angka
No Indikator Definisi Operasional Rumus/Cara Perhitungan Nominator &

Cakupan (%)
Target (%)
Denominator)

1 2 3 4 5 6 7

11. Angka kesembuhan (Cure Rate) Pasien tuberkulosis paru dengan hasil pemeriksaan bakteriologis Jumlah kasus Tuberkulosis Paru terkonfirmasi
Tuberkulosis Paru terkonfirmasi positif pada awal pengobatan yang hasil pemeriksaan 16
bakteriologis bakteriologis pada akhir pengobatan menjadi negatif dan pada bakteriologis yang sembuh
X 100 100
salah satu pemeriksaan sebelumnya. Jumlah kasus Tuberkulosis Paru terkonfirmasi
bakteriologis yang diobati dan dilaporkan 16
12. Angka pengobatan lengkap Pasien tuberkulosis yang telah menyelesai-kan pengobatan
(Complete Rate) semua kasus secara lengkap dimana pada salah satu pemeriksaan sebelum Jumlah semua kasus Tuberkulosis yang mendapat 18
Tuberkulosis akhir pengobatan hasilnya negatif namun tanpa ada bukti hasil pengobatan lengkap
X 100 94.7
pemeriksaan bakteriologis pada akhir pengobatan. Jumlah semua kasus Tuberkulosis yang diobati dan
dilaporkan 19

13. Angka keberhasilan Jumlah pasien tuberkulosis semua kasus yang sembuh dan Jumlah pasien tuberkulosis semua kasus yang sembuh
pengobatan (Success Rate/SR) pengobatan lengkap diantara semua kasus tuberkulosis yang 34
pasien tuberkulosis semua diobati dan dilaporkan dan pengobatan lengkap
X 100 97.1
kasus Jumlah semua kasus tuberkulosis yang diobati dan
35
dilaporkan
14. Persentase kematian selama Jumlah pasien tuberkulosis yang meninggal oleh sebab apapun
Jumlah pasien tuberkulosis yang meninggal oleh sebab 1
pengobatan Tuberkulosis selama masa pengobatan tuberkulosis
apapun selama masa pengobatan tuberkulosis
X 100 2.8
Jumlah semua kasus tuberkulosis yang diobati dan
dilaporkan 35
15. Persentase penemuan Balita dengan pneumonia yang ditemukan dan diberikan
penderita pneumonia Balita tatalaksana sesuai standar di sarana kesehatan di satu wilayah Jumlah penderita Pneumonia Balita yang ditangani
dalam waktu satu tahun dalam kurun waktu tertentu
X 100
Jumlah perkiraan penderita Pneumonia Balita
16. % Balita yang diberikan Balita dengan keluhan batuk dan atau kesukaran bernafas yang
tatalaksana standar berkunjung ke sarana kesehatan diberikan tatalaksana standar Jumlah Balita batuk dan atau kesukaran bernafas
dilakukan hitung napas/ melihat TDDK yang berkunjung ke sarana kesehatan yang dilakukan
hitung napas/ melihat TDDK X 100
Jumlah kunjungan Balita dengan batuk dan atau
kesukaran bernafas
Capaian s/d
Triwulan II
Perhitungan Tahun 2022
(Angka
No Indikator Definisi Operasional Rumus/Cara Perhitungan Nominator &

Cakupan (%)
Target (%)
Denominator)

1 2 3 4 5 6 7
17. Persentase penderita diare Jumlah penderita diare Balita(umur < 5 Tahun) yang datang dan Jumlah penderita diare Balita(umur < 5 Tahun) yang
Balita dilayani dilayani di sarana kesehatan datang dan dilayani di sarana kesehatan
X 100
Jumlah target penemuan penderita diare Balita
18. Persentase penderita diare Jumlah penderita diare semua umur yang datang dan dilayani di Jumlah penderita diare semua umur yang datang dan
Semua Umur dilayani sarana kesehatan dilayani di sarana kesehatan
X 100
Jumlah target penemuan penderita diare semua umur
19. Persentase penderita diare Jumlah penderita diare Balita (umur < 5 Tahun) mendapat oralit
Balita mendapat oralit yang datang dan dilayani di sarana kesehatan Jumlah penderita diare Balita mendapat oralit yang
datang dan dilayani di sarana kesehatan
X 100
Jumlah penderita diare Balita yang dilayani
20. Persentase penderita diare Jumlah penderita diare semua umur mendapat oralit yang
semua umur mendapat oralit datang dan dilayani di sarana kesehatan Jumlah penderita diare semua umur mendapat oralit
yang datang dan dilayani di sarana kesehatan
X 100
Jumlah penderita diare semua umur yang dilayani
21. Persentase penderita diare Jumlah penderita diare Balita (umur < 5 Tahun) mendapat Zinc
Balita mendapat Zinc yang datang dan dilayani di sarana kesehatan Jumlah penderita diare Balita mendapat Zinc yang
datang dan dilayani di sarana kesehatan
X 100
Jumlah penderita diare Balita yang dilayani
22. Jumlah kasus Kusta baru tipe Penderita kusta tipe PB adalah penderita kusta yang mempunyai tanda utama seperti berikut : jumlah bercak kusta 1-5, jumlah penebalan saraf
PB yang ditemukan tepi disertai gangguan fungsi hanya 1 saraf, hasil pemeriksaan kerokan jaringan kulit negatif. 0
23. Jumlah kasus Kusta baru tipe Penderita kusta tipe MB adalah penderita kusta yang mempunyai tanda utama seperti berikut : Jumlah bercak kusta >5, jumlah penebalan saraf
MB yang ditemukan tepi disertai gangguan fungsi lebih dari 1 saraf, hasil pemeriksaan kerokan jaringan kulit positif 3
24. Persentase kasus kusta baru Jumlah kasus kusta baru tanpa cacat adalah jumlah kasus kusta Jumlah penderita kusta baru tanpa cacat yang
tanpa cacat (cacat tingkat 0) baru yang tidak memiliki kelainan sensorik maupun anatomis 3
ditemukan (cacat tingkat 0)
X 100
Jumlah seluruh penderita kusta (PB + MB) baru yang
ditemukan 3
25. Persentase kasus kusta baru Cacat tingkat 2 adalah cacat pada tangan dan kaki (terdapat Jumlah penderita kusta baru dengan cacat tingkat 2
cacat tingkat 2 kelainan anatomis), dan cacat pada mata (lagoptalmus dan visus X 100
Jumlah seluruh penderita kusta (PB + MB) baru yang 0
sangat terganggu) ditemukan
Capaian s/d
Triwulan II
Perhitungan Tahun 2022
(Angka
No Indikator Definisi Operasional Rumus/Cara Perhitungan Nominator &

Cakupan (%)
Target (%)
Denominator)

1 2 3 4 5 6 7
26. Persentase penderita kusta Jumlah kasus kusta baru anak usia 0-<15 tahun Jumlah penderita kusta baru (PB + MB) yang berusia
baru pada anak usia <15 tahun <15 tahun
X 100 0
Jumlah seluruh penderita kusta (PB + MB) baru yang
ditemukan
27. Persentase penderita kusta tipe Jumlah kasus baru PB dari periode kohort satu tahun yang sama
PB selesai berobat (Release yang menyelesaikan pengobatan tepat waktu (6 blister dalam 6-9
From Treatment/RFT) bulan). Penderita kusta PB merupakan penderita pada kohort
yang sama, yaitu diambil dari penderita baru yang masuk dalam Jumlah kasus baru PB yang menyelesaikan
kohort yang sama 1 tahun sebelumnya, misalnya: untuk mencari pengobatan 6 blister dalam 6-9 bulan
RFT rate tahun 2018, maka dapat dihitung dari penderita baru X 100 0
Jumlah seluruh kasus baru PB yang mulai MDT pada
tahun 2017 yang menyelesaikan pengobatan tepat waktu. periode kohort yang sama

28. Persentase penderita kusta tipe Jumlah kasus baru MB dari periode kohort satu tahun yang sama
MB selesai berobat (Release yang menyelesaikan pengobatan tepat waktu (12 blister dalam
From Treatment/RFT) 12-18 bulan). Penderita kusta MB merupakan penderita pada 3
kohort yang sama, yaitu diambil dari penderita baru yang masuk Jumlah kasus baru MB yang menyelesaikan
dalam kohort yang sama 2 tahun sebelumnya, misalnya: untuk pengobatan 12 blister dalam 12-18 bulan
mencari RFT rate tahun 2018, maka dapat dihitung dari X 100 0
Jumlah seluruh kasus baru MB yang mulai MDT pada
penderita baru tahun 2016 yang menyelesaikan pengobatan periode kohort yang sama
tepat waktu. 4

29. Jumlah kasus Demam Berdarah Penderita demam tinggi mendadak berlangsung 2-7 hari, disertai manifestasi perdarahan (antara lain uji tourniqet positif, petekie, ekimosis,
Dengue (DBD) yang ditemukan epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis dan/atau melena, dsb) ditambah trombositopenia (trombosit ≤ 100.000 /mm³) dan hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit ≥ 20%)
30. Case Fatality Rate (CFR) DBD Jumlah kematian yang disebabkan oeh DBD Jumlah kematian yang disebabkan oleh DBD
Jumlah penderita penyakit DBD yang ditemukan X 100
Capaian s/d
Triwulan II
Perhitungan Tahun 2022
(Angka
No Indikator Definisi Operasional Rumus/Cara Perhitungan Nominator &

Cakupan (%)
Target (%)
Denominator)

1 2 3 4 5 6 7

Seksi Penyehatan Lingkungan


1. Persentase sarana air minum Sarana air minum di Inspeksi Kesehatan Lingkungan (IKL) adalah
yang dilakukan pengawasan sarana air minum yang diperiksa dan diamati secara langsung
fisik sarana dan kualitas air minumnya mengacu pada lampiran
Permenkes No 736 Tahun 2010 tentang Tata Laksana
Pengawasan Kualitas Air Minum. Sarana air minum dengan resiko
rendah adalah Sarana air minum yang berdasarkan hasil inspeksi
kesehatan lingkungan pada parameter negatif kualitas fisik air Jumlah sarana air minum dengan risiko rendah dan
minum memenuhi jawaban ya < 25%. Sarana air minum dengan sedang
X 100
resiko sedang adalah Sarana air minum yang berdasarkan hasil Jumlah sarana air minum di-IKL
inspeksi kesehatan lingkungan pada parameter negatif kualitas
fisik air minum memenuhi jawaban ya 25%-50%.

2. Persentase jumlah sarana air Sarana air minum yang memenuhi syarat : 1) Sarana air minum
minum yang memenuhi syarat yang masuk dalam kategori tinggi dan amat tinggi berdasarkan
mikrobiologi, fisik, dan kimia hasil inspeksi kesehatan lingkungan telah dilakukan tindakan
perbaikan. 2) Sarana air minum yang masuk dalam kategori Jumlah sampel air minum pada penyelenggara air
rendah dan sedang berdasarkan hasil inspeksi kesehatan minum yang diuji kualitas air minum dan memenuhi
lingkungan telah diambil dan diperiksakan (diujikan) sampel syarat parameter mikrobiologi, fisik, kimia
airnya berdasarkan parameter fisik, kimia, mikrobiologi yang X 100
mana hasil pemeriksaannya (pengujiannya) memenuhi standar
persyaratan kualitas air minum berdasarkan Permenkes No 492
Tahun 2010 tentang persyaratan kualitas air minum
Capaian s/d
Triwulan II
Perhitungan Tahun 2022
(Angka
No Indikator Definisi Operasional Rumus/Cara Perhitungan Nominator &
2. Persentase jumlah sarana air Sarana air minum yang memenuhi syarat : 1) Sarana air minum

Cakupan (%)
Target (%)
minum yang memenuhi syarat yang masuk dalam kategori tinggi dan amat tinggi berdasarkan Denominator)
mikrobiologi, fisik, dan kimia hasil inspeksi kesehatan lingkungan telah dilakukan tindakan
perbaikan. 2) Sarana air minum yang masuk dalam kategori
rendah dan sedang berdasarkan hasil inspeksi kesehatan
1 2 lingkungan telah diambil dan diperiksakan
3 (diujikan) sampel 4 5 6 7
airnya berdasarkan parameter fisik, kimia, mikrobiologi yang X 100
mana hasil pemeriksaannya (pengujiannya) memenuhi standar Jumlah seluruh sampel air minum pada
persyaratan kualitas air minum berdasarkan Permenkes No 492 penyelenggara air minum yang diuji parameter
Tahun 2010 tentang persyaratan kualitas air minum mikrobiologi, fisik, kimia

3. Persentase KK dengan akses Fasilitas sanitasi yang layak (jamban sehat) adalah fasilitas
terhadap fasilitas sanitasi yang sanitasi yang memenuhi syarat kesehatan antara lain dilengkapi Jumlah KK dengan akses terhadap fasilitas sanitasi
layak (jamban sehat) dengan leher angsa, tanki septik/Sistem Pengolahan Air Limbah yang layak (jamban sehat)
X 100
(SPAL), yang digunakan sendiri atau Bersama Jumlah KK

4. Persentase kelurahan Jumlah kelurahan yang sudah melakukan pemicuan minimal 1


melaksanakan STBM dusun, mempunyai tim kerja masyarakat/Natural Leader, dan
telah mempunyai rencana tindak lanjut/ rencana kerja Jumlah kelurahan melaksanakan STBM
X 100
masyarakat untuk menuju Sanitasi Total Jumlah kelurahan yang ada di wilayah

5. Persentase kelurahan stop Desa yang peduduknya 100 % mengakses jamban sehat Jumlah kelurahan stop BABS (SBS)
BABS (SBS) X 100
Jumlah kelurahan yang ada di wilayah
6. Persentase desa STBM Desa yang telah mencapai 100 % penduduk melaksanakan 5 pilar Jumlah kelurahan STBM
STBM X 100
Jumlah kelurahan yang ada di wilayah
7. Persentase sarana pendidikan
memenuhi syarat kesehatan Jumlah sarana pendidikan (SD/MI, SMP/MTs,
SMA/SMK/MA) yang memenuhi syarat kesehatan
X 100
Jumlah sarana pendidikan (SD/MI, SMP/MTs,
SMA/SMK/MA) yang ada
8. Persentase sarana kesehatan
memenuhi syarat kesehatan Jumlah sarana kesehatan (puskesmas, rumah sakit)
yang memenuhi syarat kesehatan
X 100
Jumlah sarana kesehatan (puskesmas, rumah sakit)
yang ada
9. Persentase tempat ibadah
memenuhi syarat kesehatan Jumlah tempat ibadah yang memenuhi syarat
kesehatan
Capaian s/d
Triwulan II
Perhitungan Tahun 2022
(Angka
No Indikator Definisi Operasional Rumus/Cara Perhitungan Nominator &

Cakupan (%)
Target (%)
Denominator)

9.
1 Persentase tempat
2 ibadah 3 4 5 6 7
memenuhi syarat kesehatan Jumlah tempat ibadah yang memenuhi syarat
kesehatan
X 100
Jumlah tempat ibadah yang ada
10. Persentase pasar memenuhi Jumlah pasar yang memenuhi syarat kesehatan
syarat kesehatan X 100
Jumlah pasar yang ada

11. Persentase tempat-tempat Tempat-Tempat Umum (TTU) adalah tempat atau sarana yang
umum memenuhi syarat diselenggarakan pemerintah/ swasta atau perorangan yang
kesehatan digunakan untuk kegiatan bagi masyarakat yang meliputi: sarana
kesehatan (rumah sakit, puskesmas), sarana sekolah (SD/MI, Jumlah tempat-tempat umum sehat
SMP/MTs, SMA/MA), tempat ibadah, dan pasar. TTU memenuhi X 100
syarat adalah TTU yang memenuhi standar berdasarkan Jumlah seluruh TTU yang ada
peraturan perundangan yang berlaku.

12. Persentase jasa boga/katering Jasa boga/katering adalah usaha atau kegiatan pengelolaan
memenuhi syarat higiene makanan yang disajikan di luar tempat usaha atas dasar pesanan Jumlah jasa boga/katering memenuhi syarat higiene
sanitasi yang dilaksanakan oleh badan hukum atau perorangan. sanitasi
X 100
Jumlah seluruh jasa boga/katering yang ada
13. Persentase rumah Rumah makan adalah setiap usaha komersial yang ruang lingkup
makan/restoran memenuhi kegiatannya menyediakan makanan dan minuman untuk umum
syarat higiene sanitasi di tempat usahanya. Restoran adalah Salah satu jenis usaha jasa
pangan yang bertempat di sebagian atau seluruh bangunannya Jumlah rumah makan/restoran memenuhi syarat
yang permanen dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan higiene sanitasi
untuk proses pembuatan, penyimpanan, penyajian dan X 100
Jumlah seluruh rumah makan/restoran yang ada
penjualan makanan & minuman bagi masyarakat umum
ditempat usahanya.
Capaian s/d
Triwulan II
Perhitungan Tahun 2022
(Angka
No Indikator Definisi Operasional Rumus/Cara Perhitungan Nominator &

Cakupan (%)
Target (%)
Denominator)

1 2 3 4 5 6 7
14. Persentase Depot Air Minum Depot Air Minum (DAM) adalah usaha industri yang melakukan
(DAM) memenuhi syarat proses pengolahan air baku menjadi air minum dan menjual Jumlah DAM memenuhi syarat higiene sanitasi
X 100
higiene sanitasi langsung kepada konsumen Jumlah seluruh DAM yang ada

15. Persentase makanan Makanan jajanan adalah usaha makanan dan minuman yang
jajanan/kantin/ sentra diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan/atau
makanan jajanan memenuhi disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum
syarat higiene sanitasi selain yang disajikan jasaboga, rumah makan/restoran, dan
hotel. Kantin/sentra makanan jajanan adalah Salah satu jenis Jumlah makanan jajanan/kantin/sentra makanan
usaha jasa makanan yang lokasinya berada di lingkungan institusi jajanan memenuhi syarat higiene sanitasi
X 100
dan sebagian besar konsumennya adalah masyarakat di institusi Jumlah seluruh makanan jajanan/kantin/sentra
tersebut, seperti kantin sekolah, kantin yang berada di kantor dll. makanan jajanan yang ada

16. Persentase Tempat Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) adalah usaha pengelolaan
Pengelolaan Makanan (TPM) makanan yang meliputi jasa boga atau katering, rumah makan
memenuhi syarat higiene dan restoran, depot air minum, kantin, dan makanan jajanan
sanitasi yang tercatat diwilayah kerja puskesmas atau kantor kesehatan
pelabuhan dan didukung dengan aspek legal hukum baik yang
memenuhi persyaratan maupun yang tidak memenuhi Jumlah TPM memenuhi syarat higiene sanitasi
persyaratan higiene sanitasi. TPM memenuhi syarat higiene X 100
sanitasi adalah TPM yang memenuhi persyaratan higiene sanitasi
dengan bukti dikeluarkannya sertifikat laik higiene sanitasi.
Capaian s/d
Triwulan II
Perhitungan Tahun 2022
(Angka
No Indikator Definisi Operasional Rumus/Cara Perhitungan Nominator &
16. Persentase Tempat Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) adalah usaha pengelolaan

Cakupan (%)
Target (%)
Pengelolaan Makanan (TPM) makanan yang meliputi jasa boga atau katering, rumah makan Denominator)
memenuhi syarat higiene dan restoran, depot air minum, kantin, dan makanan jajanan
sanitasi yang tercatat diwilayah kerja puskesmas atau kantor kesehatan
pelabuhan dan didukung dengan aspek legal hukum baik yang
1 2 memenuhi persyaratan maupun 3yang tidak memenuhi 4 5 6 7
persyaratan higiene sanitasi. TPM memenuhi syarat higiene X 100
sanitasi adalah TPM yang memenuhi persyaratan higiene sanitasi Jumlah seluruh TPM yang ada
dengan bukti dikeluarkannya sertifikat laik higiene sanitasi.

III. Seksi Surveilans dan Imunisasi


1. Persentase orang usia 15-59 skrining yang dilakukan minimal 1 kali dalam setahun untuk
tahun mendapatkan skrining penyakit menular dan penyakit tidak menular meliputi : Jumlah orang usia 15-59 tahun yang mendapat
kesehatan sesuai standar a) Pengukuran tinggi badan, berat badan, dan lingkar perut; b) pelayanan skrining kesehatan sesuai standar
Pengukuran tekanan darah; c) Pemeriksaan gula darah; d) X 100
Jumlah orang usia 15-59 tahun
Anamnesa perilaku berisiko.

2. Cakupan ibu hamil yang Cakupan ibu hamil yang mendapatkan imunisasi Td dosis Jumlah ibu hamil yang mendapatkan imunisasi Td1
mendapat imunisasi Td1 pertama X 100
Jumlah ibu hamil
3. Cakupan ibu hamil yang Cakupan ibu hamil yang mendapatkan imunisasi Td dosis ke dua Jumlah ibu hamil yang mendapatkan imunisasi Td2
mendapat imunisasi Td2 dengan interval minimal 4 minggu setelah Td 1 X 100
Jumlah ibu hamil
4. Cakupan ibu hamil yang Cakupan ibu hamil yang mendapatkan imunisasi Td dosis ke tiga Jumlah ibu hamil yang mendapatkan imunisasi Td3
mendapat imunisasi Td3 dengan interval minimal 6 bulan setelah Td 2 X 100
Jumlah ibu hamil
5. Cakupan ibu hamil yang Cakupan ibu hamil yang mendapatkan imunisasi Td dosis ke Jumlah ibu hamil yang mendapatkan imunisasi Td4
mendapat imunisasi Td4 empat dengan interval minimal 1 tahun setelah Td 3 X 100
Jumlah ibu hamil
6. Cakupan ibu hamil yang Cakupan ibu hamil yang mendapatkan imunisasi Td dosis ke lima Jumlah ibu hamil yang mendapatkan imunisasi Td5
mendapat imunisasi Td5 dengan interval minimal 1 tahun setelah Td 4 X 100
Jumlah ibu hamil
7. Cakupan ibu hamil yang Cakupan ibu hamil yang mendapatkan imunisasi Jumlah ibu hamil yang mendapatkan imunisasi
mendapat imunisasi Td2+ Td2+Td3+Td4+Td5 Td2+Td3+Td4+Td5
X 100
Jumlah ibu hamil
8. Cakupan WUS (15-39 tahun) Cakupan WUS tidak hamil yang mendapatkan imunisasi Td dosis Jumlah WUS tidak hami yang mendapatkan imunisasi
tidak hamil yang mendapat pertama Td1
imunisasi Td1 X 100
Capaian s/d
Triwulan II
Perhitungan Tahun 2022
(Angka
No Indikator Definisi Operasional Rumus/Cara Perhitungan Nominator &

Cakupan (%)
Target (%)
Denominator)

8. Cakupan WUS (15-39 tahun) Cakupan WUS tidak hamil yang mendapatkan imunisasi Td dosis
1 tidak hamil yang
2 mendapat pertama 3 4 5 6 7
imunisasi Td1 X 100
Jumlah WUS tidak hamil
9. Cakupan WUS (15-39 tahun) Cakupan WUS tidak hamil yang mendapatkan imunisasi Td dosis Jumlah WUS tidak hami yang mendapatkan imunisasi
tidak hamil yang mendapat ke dua dengan interval minimal 4 minggu setelah Td 1 Td2
imunisasi Td2 X 100
Jumlah WUS tidak hamil
10. Cakupan WUS (15-39 tahun) Cakupan WUS tidak hamil yang mendapatkan imunisasi Td dosis Jumlah WUS tidak hami yang mendapatkan imunisasi
tidak hamil yang mendapat ke tiga dengan interval minimal 6 bulan setelah Td 2 Td3
imunisasi Td3 X 100
Jumlah WUS tidak hamil
11. Cakupan WUS (15-39 tahun) Cakupan WUS tidak hamil yang mendapatkan imunisasi Td dosis Jumlah WUS tidak hami yang mendapatkan imunisasi
tidak hamil yang mendapat ke empat dengan interval minimal 1 tahun setelah Td 3 Td4
imunisasi Td4 X 100
Jumlah WUS tidak hamil
12. Cakupan WUS (15-39 tahun) Cakupan WUS tidak hamil yang mendapatkan imunisasi Td dosis Jumlah WUS tidak hami yang mendapatkan imunisasi
tidak hamil yang mendapat ke lima dengan interval minimal 1 tahun setelah Td 4 Td5
imunisasi Td5 X 100
Jumlah WUS tidak hamil

13. Cakupan Imunisasi Td1 pada Cakupan Wanita Usia Subur (WUS) baik hamil maupun tidak
Wanita Usia Subur (WUS) hamil hamil, berusia 15-39 tahun yang mendapatkan imunisasi Td dosis Jumlah WUS hamil dan tidak hamil yang
dan tidak hamil pertama mendapatkan imunisasi Td1
Jumlah WUS hamil dan tidak hamil
14. Cakupan Imunisasi Td2 pada CakupanWanita Usia Subur (WUS) baik hamil maupun tidak
Wanita Usia Subur (WUS) hamil hamil, berusia 15-39 tahun yang mendapatkan imunisasi Td dosis Jumlah WUS hamil dan tidak hamil yang
dan tidak hamil ke dua dengan interval minimal 4 minggu setelah Td 1 mendapatkan imunisasi Td2
X 100
Jumlah WUS hamil dan tidak hamil
15. Cakupan Imunisasi Td3 pada Cakupan Wanita Usia Subur (WUS) baik hamil maupun tidak
Wanita Usia Subur (WUS) hamil hamil, berusia 15-39 tahun yang mendapatkan imunisasi Td dosis Jumlah WUS hamil dan tidak hamil yang
dan tidak hamil ke tiga dengan interval minimal 6 bulan setelah Td 2 mendapatkan imunisasi Td3
X 100
Jumlah WUS hamil dan tidak hamil
16. Cakupan Imunisasi Td4 pada Cakupan Wanita Usia Subur (WUS) baik hamil maupun tidak
Wanita Usia Subur (WUS) hamil hamil, berusia 15-39 tahun yang mendapatkan imunisasi Td dosis Jumlah WUS hamil dan tidak hamil yang
dan tidak hamil ke empat dengan interval minimal 1 tahun setelah Td 3 mendapatkan imunisasi Td4
X 100
Jumlah WUS hamil dan tidak hamil
17. Cakupan Imunisasi Td5 pada Cakupan Wanita Usia Subur (WUS) baik hamil maupun tidak
Wanita Usia Subur (WUS) hamil hamil, berusia 15-39 tahun yang mendapatkan imunisasi Td dosis Jumlah WUS hamil dan tidak hamil yang
dan tidak hamil ke lima dengan interval minimal 1 tahun setelah Td 4 mendapatkan imunisasi Td5
Capaian s/d
Triwulan II
Perhitungan Tahun 2022
(Angka
No Indikator Definisi Operasional Rumus/Cara Perhitungan Nominator &

Cakupan (%)
Target (%)
Denominator)

17.
1 Cakupan Imunisasi2 Td5 pada Cakupan Wanita Usia Subur (WUS) 3 baik hamil maupun tidak 4 5 6 7
Wanita Usia Subur (WUS) hamil hamil, berusia 15-39 tahun yang mendapatkan imunisasi Td dosis Jumlah WUS hamil dan tidak hamil yang
dan tidak hamil ke lima dengan interval minimal 1 tahun setelah Td 4 mendapatkan imunisasi Td5
X 100
Jumlah WUS hamil dan tidak hamil
18. Cakupan imunisasi Campak/MR Cakupan bayi usia 0-11 bulan yang mendapatkan 1 dosis Jumlah bayi usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi
pada bayi imunisasi campak/MR Campak/MR
X 100
Jumlah surviving infant
19. Cakupan imunisasi dasar Cakupan bayi usia 0-11 bulan yang telah mendapatkan 1 dosis
lengkap pada bayi imunisasi Hepatitis B0, 1 dosis imunisasi BCG, 3 dosis DPT-HB- Jumlah bayi yang mendapat imunisasi dasar lengkap
HIB, 4 dosis imunisasi polio oral dan 1 dosis imunisasi X 100
campak/MR Jumlah surviving infant

20. Cakupan kelurahan Universal Kelurahan UCI adalah kelurahan dimana 80 % dari jumlah bayi
Child Immunization (UCI) yang ada di kelurahan tersebut sudah mendapat imunisasi dasar Jumlah kelurahan UCI
lengkap dalam waktu satu tahun X 100
Jumlah kelurahan

21. Cakupan imunisasi lanjutan Cakupan Anak Usia 12-24 bulan yang mendapatkan 1 dosis
DPT-HB-Hib4 pada baduta imunisasi DPT-HB-Hib dosis ke 4 Jumlah anak usia 12-24 bulan yang mendapat
imunisasi DPT-HB-HiB4
X 100
Jumlah anak usia 12-24 bulan
22. Cakupan imunisasi lanjutan Cakupan Anak Usia 12-24 bulan yang mendapatkan 1 dosis
Campak/ MR2 pada baduta imunisasi campak/MR dosis ke 2 Jumlah anak usia 12-24 bulan yang mendapat
imunisasi Campak/MR2
X 100
Jumlah anak usia 12-24 bulan
Kelumpuhan pada anak berusia <15 tahun yang bersifat layuh (flaccid) terjadi secara akut/ mendadak (<14 hari) dan bukan disebabkan oleh ruda
23. Jumlah kasus AFP (Non Polio) paksa.
24. Jumlah kasus Difteri Penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman Corynebacterium Diphtheria ditandai dengan adanya peradangan pada tempat infeksi, terutama
pada selaput bagian dalam saluran pernapasan bagian atas, hidung, dan juga kulit.
25. Jumlah kasus Pertusis Penyakit menular yang di sebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis yang menyerang saluran pernafasan dan biasanya terjadi pada anak berusia
dibawah 1 tahun.
26. Jumlah kasus Tetanus Penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (0-28 hari) yang disebabkan oleh Clostridium tetani, yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun)
Neonatorum dan menyerang sistem saraf pusat.
Capaian s/d
Triwulan II
Perhitungan Tahun 2022
(Angka
No Indikator Definisi Operasional Rumus/Cara Perhitungan Nominator &

Cakupan (%)
Target (%)
Denominator)

1 2 3 4 5 6 7

27. Jumlah kasus Hepatitis B Peradangan pada sel-sel hati, yang disebabkan oleh infeksi virus Hepatitis B dari golongan virus DNA.
28. Jumlah kasus suspek Campak Penyakit yang sangat menular (infeksius) disebabkan oleh virus RNA dari genus Morbilivirus, dari keluarga Paramyxoviridae yang mudah mati
karena panas dan cahaya. Gejala klinis campak adalah demam (panas) dan ruam (rash) ditambah dengan batuk/pilek atau mata merah.
29. Persentase Kejadian Luar Biasa Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya
(KLB) di desa/kelurahan yang kejadian kesakitan dan/atau kematian yang bermakna secara
ditanggulangi <24 jam epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, Jumlah KLB di kelurahan yang ditanggulangi < 24 jam
dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya X 100
Jumlah KLB yang terjadi pada wilayah kelurahan
wabah.
Pengukuran gula darah dilakukan minimal satu kali sebulan di fasilitas pelayanan kesehatan;

Edukasi perubahan gaya hidup dan/atau nutrisi;

Melakukan rujukan jika diperlukan.


INDIKATOR PROGRAM BIDANG PELAYANAN KESEHATAN
DALAM RANGKA MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM

Capaian s/d
Triwulan II
Perhitungan Tahun 2022
(Angka
No Indikator Definisi Operasional Rumus/Cara Perhitungan
Nominator &

Target (%)

Cakupan
Denominator)

(%)
1 2 3 4 5 6 7
1. Persentase anak usia Pelaksanaan skrining kesehatan anak usia pendidikan dasar dilaksanakan
pendidikan dasar yang di satuan pendidikan dasar (SD/MI dan SMP/MTS) dan di luar satuan
pendidikan dasar seperti di pondok pesantren, panti/LKSA, lapas/LPKA
mendapatkan pelayanan dan lainnya, meliputi : a) Penilaian status gizi; b) Penilaian tanda vital; c) Jumlah anak usia pendidikan dasar yang mendapat
kesehatan sesuai standar Penilaian kesehatan gigi dan mulut; d) Penilaian ketajaman indera. pelayanan kesehatan sesuai standar
Tindaklanjut hasil skrining kesehatan meliputi : a) X 100
Memberikan umpan balik hasil skrining kesehatan; b) Melakukan rujukan Jumlah semua anak usia pendidikan dasar
jika diperlukan; c) Memberikan penyuluhan kesehatan.

2. Persentase warga negara usia Pelayanan edukasi pada usia lanjut adalah Edukasi yang dilaksanakan di
60 tahun ke atas yang Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan/atau UKBM dan/atau kunjungan
rumah.
mendapatkan skrining Pelayanan Skrining faktor risiko pada usia lanjut adalah skrining
kesehatan sesuai standar yang dilakukan minimal 1 kali dalam setahun untuk penyakit menular dan
penyakit tidak menular meliputi : a) Pengukuran tinggi badan, berat
badan dan lingkar perut; b) Pengukuran tekanan darah; c) Pemeriksaan Jumlah warga negara berusia 60 tahun atau lebih
gula darah; d) Pemeriksaan gangguan mental; e) Pemeriksaan gangguan yang mendapat skrining kesehatan sesuai standar
X 100
kognitif; f) Pemeriksaan tingkat kemandirian usia lanjut; g) Anamnesa Jumlah warga negara berusia 60 tahun atau lebih
perilaku berisiko.
Tindaklanjut hasil skrining kesehatan meliputi : a) Melakukan rujukan jika
diperlukan; b) Memberikan penyuluhan kesehatan.

3. Persentase ODGJ berat yang Pelayanan kesehatan pada ODGJ berat sesuai standar bagi psikotik akut
mendapatkan pelayanan dan Skizofrenia yakni : Pemeriksaan kesehatan jiwa meliputi : a)
pemeriksaan status mental; b) wawancara, edukasi kepatuhan minum Jumlah ODGJ berat yang mendapatkan pelayanan
kesehatan jiwa sesuai standar obat, dan melakukan rujukan jika diperlukan. kesehatan jiwa sesuai standar
X 100
Jumlah ODGJ berat
4. Persentase kunjungan pasien Jumlah orang yang berkunjung ke fasilitas pelayanan kesehatan tangkat
baru rawat jalan pertama dan fasilitas pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjut milik
pemerintah dan swasta untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
perseorangan yang meliputi observasi, diagnosa, pengobatan, rehabilitasi Jumlah kunjungan pasien baru rawat jalan di fasilitas
medik tanpa tinggal di ruang rawat inap untuk pertama kalinya dalam pelayanan kesehatan milik pemerintah dan swasta
satu tahun tertentu. X 100
Jumlah penduduk
5. Persentase kunjungan pasien Jumlah orang yang berkunjung ke fasilitas pelayanan kesehatan tingkat
baru rawat inap pertama dan fasilitas pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjut milik
pemerintah dan swasta untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
perseorangan yang meliputi observasi, diagnosa, pengobatan, rehabilitasi Jumlah kunjungan pasien baru rawat inap di fasilitas
medik, dan tinggal di ruang rawat inap untuk pertama kalinya dalam satu pelayanan kesehatan milik pemerintah dan swasta
tahun tertentu. X 100
Jumlah penduduk

6. Jumlah kunjungan gangguan Kunjungan pasien yang mengalami gangguan kejiwaan yang meliputi gangguan pada perasaan, proses pikir, dan perilaku yang menimbulkan
jiwa penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan peran sosialnya.
7. Cakupan peserta Jaminan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah program nasional yang
Kesehatan Nasional (JKN) diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Kesehatan berupa jaminan perlindungan kesehatan agar peserta
memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap Jumlah penduduk yang menjadi peserta JKN di
orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh wilayah kerja
Pemerintah. X 100
Jumlah seluruh penduduk di wilayah kerja

8. Cakupan pemeriksaan Pemeriksaan kesehatan terhadap peserta didik kelas 1 SD atau MI yg


kesehatan peserta didik SD/MI dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bersama kader kesehatan sekolah
minimal pemeriksaan status gizi (TB,BB), pemeriksaan gigi, tajam
penglihatan dan tajam pendengaran. Jumlah peserta didik kelas 1 SD/MI yang diperiksa
kesehatannya melalui penjaringan kesehatan oleh
tenaga kesehatan atau tenaga terlatih di wilayah kerja
X 100
Jumlah peserta didik kelas 1 SD/MI di wilayah kerja

9. Cakupan penjaringan SD/MI Pemeriksaan kesehatan terhadap peserta didik SD atau MI yg


dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bersama kader kesehatan sekolah
minimal pemeriksaan status gizi (TB,BB), pemeriksaan gigi, tajam
penglihatan dan tajam pendengaran. Jumlah SD/MI yang peserta didiknya diperiksa
kesehatannya melalui penjaringan kesehatan oleh
tenaga kesehatan atau tenaga terlatih di wilayah kerja
X 100
Jumlah SD/MI di wilayah kerja

10. Cakupan pemeriksaan Pemeriksaan kesehatan terhadap peserta didik kelas 7 SMP atau MTs yg
kesehatan peserta didik dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bersama kader kesehatan sekolah
minimal pemeriksaan status gizi (TB,BB), pemeriksaan gigi, tajam
SMP/MTs penglihatan dan tajam pendengaran. Jumlah peserta didik kelas 7 SMP/MTs yang diperiksa
kesehatannya melalui penjaringan kesehatan oleh
tenaga kesehatan atau tenaga terlatih di wilayah kerja
X 100
Jumlah peserta didik kelas 7 SMP/MTs di wilayah
kerja
11. Cakupan penjaringan Pemeriksaan kesehatan terhadap peserta didik SMP atau MTs yg
SMP/MTs dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bersama kader kesehatan sekolah
minimal pemeriksaan status gizi (TB,BB), pemeriksaan gigi, tajam
penglihatan dan tajam pendengaran. Jumlah SMP/MTs yang peserta didiknya diperiksa
kesehatannya melalui penjaringan kesehatan oleh
tenaga kesehatan atau tenaga terlatih di wilayah kerja
X 100
Jumlah SMP/MTs di wilayah kerja
12. Cakupan pemeriksaan Pemeriksaan kesehatan terhadap peserta didik kelas 10 SMA atau MA yg
kesehatan peserta didik dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bersama kader kesehatan sekolah
minimal pemeriksaan status gizi (TB,BB), pemeriksaan gigi, tajam
SMA/MA penglihatan dan tajam pendengaran. Jumlah peserta didik kelas 10 SMA/MA yang diperiksa
kesehatannya melalui penjaringan kesehatan oleh
tenaga kesehatan atau tenaga terlatih di wilayah kerja
X 100
Jumlah peserta didik kelas 10 SMA/MA di wilayah
kerja
13. Cakupan penjaringan Pemeriksaan kesehatan terhadap peserta didik SMA atau MA yg
SMA/MA dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bersama kader kesehatan sekolah
minimal pemeriksaan status gizi (TB,BB), pemeriksaan gigi, tajam
penglihatan dan tajam pendengaran. Jumlah SMA/MA yang peserta didiknya diperiksa
kesehatannya melalui penjaringan kesehatan oleh
tenaga kesehatan atau tenaga terlatih di wilayah kerja
X 100
Jumlah SMA/MA di wilayah kerja

14. Jumlah kasus tumpatan gigi


Pelayanan kesehatan gigi dan mulut berupa penambalan permanen pada gigi tetap yang dilakukan di dalam gedung
tetap
15. Jumlah kasus pencabutan Gigi Pelayanan kesehatan gigi dan mulut berupa pencabutan pada gigi tetap yang dilakukan di dalam gedung
Tetap
16. Rasio tumpatan/pencabutan Jumlah gigi tetap yang ditambal atau ditumpat
X 100
Jumlah gigi tetap yang dicabut
17. Persentase Kasus Dirujuk Kasus/pasien yang dikirim dari suatu fasilitas pelayanan kesehatan ke
fasilitas pelayanan kesehatan yang lain untuk mendapatkan pelayanan Jumlah kasus gigi dirujuk
kesehatan berupa pemeriksaan, pengobatan, dan tidakan lanjutan. X 100
Jumlah seluruh kasus gigi

18. Jumlah murid SD/MI diperiksa Jumlah murid SD/MI yang diperiksa keadaan giginya
19. (UKGS)
Jumlah murid SD/MI yang Murid SD/MI yang perlu penanganan lebih lanjut dari hasil pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut yang akan dilakukan perawatan di sekolah
memerlukan perawatan maupun dirujuk ke Puskesmas
(UKGS)
20. Persentase murid SD/MI Perawatan kesehatan gigi dan mulut yang diberikan pada murid SD/MI
Mendapat Perawatan dalam bentuk preventif (topikal fluoride, surface protection/fissure
sealant atau atraumatic restoration treatmen), dan kuratif sederhana
seperti pengobatan, penambalan gigi, dan pencabutan gigi sulung
maupun tetap yang dilakukan baik di sekolah maupun Puskesmas dalam
rangka menindaklanjuti hasil penjaringan kesehatan dan/atau
pemeriksaan berkala kesehatan gigi dan mulut yang membutuhkan Jumlah murid SD/MI yang mendapat perawatan dari
pendekatan kuratif.
hasil pemeriksaan UKGS
X 100
Jumlah murid SD/MI yang memerlikan perawatan

21. Persentase Pos UKK yang Jumlah Pos UKK yang dibina di wilayah kerja
dibina X 100
Jumlah seluruh Pos UKK di wilayah kerja
22. Persentase tempat kerja Tempat kerja informal (pertanian, UMKM, perikanan) yang melaksanakan
informal yang melaksanakan upaya kesehatan kerja. Dinyatakan telah melaksanakan upaya kesehatan
kerja apabila tersedia kader terlatih, melakukan penyuluhan kesehatan,
upaya kesehatan kerja identifikasi risiko, tersedia P3K, pelayanan kesehatan pada pekerja Jumlah tempat kerja informal yang melaksanakan
(deteksi dini PTM) upaya kesehatan kerja
22. Persentase tempat kerja Tempat kerja informal (pertanian, UMKM, perikanan) yang melaksanakan
informal yang melaksanakan upaya kesehatan kerja. Dinyatakan telah melaksanakan upaya kesehatan
kerja apabila tersedia kader terlatih, melakukan penyuluhan kesehatan,
upaya kesehatan kerja identifikasi risiko, tersedia P3K, pelayanan kesehatan pada pekerja Jumlah tempat kerja informal yang melaksanakan
(deteksi dini PTM) upaya kesehatan kerja
X 100
Jumlah seluruh tempat kerja informal

23. Jumlah kelompok pekerja Kelompok pekerja yang dibina adalah kelompok yang anggotanya dilaksanakan kegiatan peningkatan kesehatan pekerja dengan peningkatan
yang dibina pengetahuan, pengorganisasian, pemberdayaan dan pergerakan masyarakat prakerja. Kelompok pekerja antara lain kelompok pekerja
makanan, kelompok perajin. (Register Promosi Kesehatan Kelompok - Pekerja

24. Jumlah tempat kerja yang Tempat kerja yang dilakukan pemetaan potensi bahaya (fisik, kimia, biologi, ekonomi), terutama risiko lingkungan terhadap pekerja, potensi
diperiksa dan teridentifikasi hazard, dan melaksanakan evaluasi serta pengendalian risiko tersebut untuk mempertahankan status kesehatan pekerja. (Laporan
potensi bahaya Pemeriksaan Potensi Bahaya Tempat Kerja→ Register Pemeriksaan Potensi Bahaya Tempat Kerja)

25. Jumlah tempat kerja yang Tempat kerja yang dibina adalah tempat kerja yang dilaksanakan kegiatan pendataan kelompok pekerja, sarana dan prasarana kesehatan
dibina kerja, identifikasi potensi bahaya pada kelompok pekerja tersebut, pengendalian bahaya, penyuluhan, pelatihan dan pemeriksaan kesehatan
serta upaya pembinaan kesehatan kerja lainnya. (Register Promosi Kesehatan Tempat Kerja (Institusi))

26. Jumlah kasus penyakit pada Jumlah kasus penyakit pada pekerja adalah jumlah kasus menurut jenis penyakit diantara pekerja. Pekerja yang dimaksud adalah semua orang
pekerja. yang berobat difasilitas pelayanan kesehatan berumur 15 tahun atau lebih.
27. Jumlah kasus penyakit akibat Seseorang menderita sakit akibat pekerjaannya atau akibat dari lingkungan kerjanya berobat ke Puskesmas dan jejaringnya yang dibuktikan
kerja pada pekerja (di dengan diagnosis klinis akibat kerja (misal: stres akibat tempat kerja, menderita HIV pada dokter giggi, dsb)
Puskesmas dan Tempat Kerja
lain)

28. Jumlah Kasus Kecelekaan Kecelekaan akibat kerja adalah kejadian atau peristiwa yang tidak terduga, tidak dikehendaki, tidak disengaja terjadi menimbulkan cedera,
akibat kerja pada pekerja kecacatan dan kematian. Kasus kecelakaan akibat kerja adalah seseorang berobat di Puskesmas karena menderita ceddera, cacat atau
kematian yang disebabkan kecelakaan akibat kerja, yang dibuktikan dengan adanya diagnosis klinis cedera akibat kerja.

29. Jumlah Pekerja yang Pelayanan kesehatan adalah kunjungan ke Puskesmas (bagian pelayanan kesehatan pekerja, atau bagian pelayanaan rawat jalan) untuk
mendapatkan pelayanan mendapatkan pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Jenis pekerjaan adalah konstruksi, pertambangan manufaktur, fasilitas
kesehatan berdasarkan jenis kesehatan, pertanian, perikanan, jasa atau pekerja berdasarkan faktor risiko (Kategori BPS)
pekerjaan.

30. Jumlah pekerja yang Jumlah pekerja yang mendapatkan pelayanan Puskesmas sesuai dengan jenis pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Pekerja
mendapatkan pelayanan yang dimaksud adalah semua orang yang berobat difasilitas pelayanan kesehatan berumur 15 tahun atau lebih.
promotif, preventif dan /atau
rehabilitatif berdasarkn jenis
pelayanan.

31. Penerapan kewaspadaan Penerapan kewaspadaan standar diterapkan setiap hari di Puskesmas dan jaringannya. Kewaspadaan standar yang dinilai adalah adanya tim
standar di lingkungan K3, Kebijakan tertulis penerapan K3, tersedia sarana cuci tangan untuk mencegah infeksi silang, pemakaian sarung tangan dan alat pelindung
Puskesmas. diri lain, pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan.
32. Jumlah kelompok olahraga Jumlah kelompok olahraga atau instruktur olahraga yang terdaftar baru di Puskesmas pada bulan ini (Register Data Dasar Kelompok Olahraga)
terdaftar di Puskesmas pada
bulan ini

33. Jumlah kelompok olahraga Kelompok olah raga yang mendapat promosi kesehatan kelompok (pemberdayaan)
yang dibina Puskesmas
34. Jumlah kelompok olahraga Kelompok olahraga atau instruktur olahraga yang mendapat promosi kesehatan (penyuluhan)
yang dilakukan penyuluhan
35. Jumlah orang yang Seseorang yang mendapat promosi kesehatan perorangan (konseling)
mendapatkan konsultasi
kesehatan olahraga

36. Jumlah kelompok olahraga Kelompok olahraga atau instruktur olahraga yang anggotanya dilakukan pemeriksaan kesehatan olahraga. (Register Pemeriksaan Kesehatan
yang diperiksa kesehatan Kelompok Olahraga)
anggotanya

37. Jumlah orang yang diukur Cukup jelas (Register Pemeriksaan Kebugaran Perorangan)
tingkat kebugaran jasmani
38. Jumlah orang yang Cukup jelas. Laporan Khusus.
mendapatkan penanganan
cedera olahraga akut

39 Jumlah atlet yang dilayani Cukup Jelas. Laporan Khusus.


kesehatan pada even
olahraaga

40. Jumlah POS UKK yang dibina Jumlah POS UKK yang dilakukan pembinaan, supervisi, konsultasi dalam bulan ini. Laporan khusus. Register Promosi Kesehatan Tempat Kerja -
Puskesmas bulan ini Pos UKK.
41. Jumlah kunjungan kasus Kasus yang memerlukan tindakan akupresur.
dengan pelayanan akupresur
di Puskesmas
42. Persentase Fasyankes Fasyankes (Puskesmas, klinik) dinyatakan telah melaksanakan upaya
(Puskesmas, klinik) yang kesehatan kerja apabila memiliki perencanaan K3, pengelola program
kesehatan kerja, SOP kerja, peta identifikasi risiko, jalur dan rambu-
melaksanakan upaya rambu evakuasi, APAR dan pelayanan kesehatan pada pekerja Jumlah Fasyankes yang melaksanakan upaya
kesehatan kerja kesehatan kerja
X 100
Jumlah seluruh Fasyankes

43. Persentase perkantoran Perkantoran dinyatakan telah melaksanakan upaya kesehatan kerja
(pemerintan dan swasta) yang apabila memiliki Tim K3, SOP kerja, jalur dan rambu-rambu evakuasi,
APAR, peregangan di tempat kerja, pengukuran kebugaran, pelayanan
melaksanakan upaya kesehatan pada pekerja, dan melaporkan jumlah pekerja dan program
kesehatan kerja kesehatan kepada puskesmas atau dinas kesehatan Jumlah perkantoran yang melaksanakan upaya
kesehatan kerja
X 100
(pemerintan dan swasta) yang apabila memiliki Tim K3, SOP kerja, jalur dan rambu-rambu evakuasi,
APAR, peregangan di tempat kerja, pengukuran kebugaran, pelayanan
melaksanakan upaya kesehatan pada pekerja, dan melaporkan jumlah pekerja dan program
kesehatan kerja kesehatan kepada puskesmas atau dinas kesehatan
X 100
Jumlah seluruh perkantoran

44. Persentase instansi Jumlah instansi pemerintah yang melakukan pengukuran kebugaran
pemerintah yang jasmani pada ASN minimal sekali setahun Jumlah instansi pemerintah yang melakukan
melaksanakan pengukuran pengukuran kebugaran jasmani pada ASN minimal
kebugaran jasmani sekali setahun di wilayah kerja
X 100
Jumlah seluruh instansi pemerintah di wilayah kerja

45. Persentase jemaah haji yang Jemaah haji yang diperiksa kebugaran jasmani adalah calon jemaah haji
Jumlah calon jemaah haji yang diperiksa kebugaran
diukur kebugaran jasmani yang diperiksa kebugaran jasmaninya
jasmaninya
X 100
Jumlah seluruh calon jemaah haji
46. Jumlah kelompok masyarakat Kelompok masyarakat yang melaksanakan aktivitas fisik apabila : 1.Melakukan kegiatan olahraga secara rutin selama minimal 6 bulan; 2. Beranggotakan
yang melaksanakan aktivitas sekitar 15-20 orang; 3.Bentuk kelompok olahraga yang dimaksud meliputi : kelompok senam ibu hamil, kelompok senam lansia, dan kelompok olahraga
fisik yang dibentuk secara mandiri oleh masyarakat seperti kelompok senam jantung sehat, senam tera, senam pencegahan osteoporosis, dll.

47. Puskesmas yang Puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan tradisional terhadap masyarakat di wilayah kerjanya yang memenuhi salah satu kriteria dibawah ini : a.
menyelenggarakan kesehatan Puskesmas yang memiliki tenaga kesehatan sudah dilatih yankes tradisional; b. Puskesmas yang melaksanakan asuhan mandiri pelayanan kesehatan
tradisional terhadap tradisional ramuan dan keterampilan; c. Puskesmas yang melaksanakan kegiatan pembinaan meliputi pengumpulan data Pelayanan kesehatan tradisional,
masyarakat di wilayah fasilitasi registrasi/perizinan dan bimbingan teknis serta pemantauan pelayanan kesehatan tradisional.
kerjanya

48. Jumlah calon jemaah haji yang Pemeriksaan kesehatan tahap pertama merupakan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan kepada calon jemaah haji pada saat hendak mendaftar sebagai
mendapat pemeriksaan tahap jemaah haji untuk memperoleh nomor porsi. Bagi calon jemaah haji yang telah memperoleh nomor porsi tetapi belum dilakukan pemeriksaan kesehatan
I tahap pertama, maka calon jemaah haji tersebut harus melakukan pemeriksaan tahap pertama, karena pemeriksaan kesehatan tahap pertama adalah
pemeriksaan yang sangat penting dan mendasar. Hasil pemeriksaan ini akan menjadi dasar pelaksanaan pembinaan kesehatan yang bertujuan untuk
memperbaiki dan meningkatkan kondisi kesehatan calon jemaah haji.

49. Persentase calon jemaah haji Status kesehatan risiko tinggi ditetapkan bagi calon jemaah haji dengan
dengan status risiko tinggi kriteria : a. Berusia 60 tahun atau lebih, dan/atau b. Memiliki faktor risiko
kesehatan dan gangguan kesehatan yang potensial menyebabkan Jumlah calon jemaah haji dengan status risiko tinggi
keterbatasan dalam melaksanakan ibadah haji X 100
Jumlah calon jemaah haji yang mendapat
pemeriksaan kesehatan tahap I
50. Jumlah jemaah haji yang Pemeriksaan kesehatan tahap kedua merupakan pemeriksaan kesehatan yang dilaksanakan paling lambat tiga bulan sebelum masa keberangkatan jemaah
mendapat pemeriksaan tahap haji. Hasil pemeriksaan tahap kedua merupakan penetapan istithaah.
II

51. Persentase jemaah haji Jemaah haji yang memenuhi syarat istithaah kesehatan jemaah haji
dengan status memenuhi merupakan jemaah haji yang memiliki kemampuan mengikuti proses Persentase jemaah haji dengan status memenuhi
syarat istithaah kesehatan
ibadah haji tanpa bntuan obat, alat dan/atau orang lain dengan tingkat syarat istithaah kesehatan jemaah haji
kebugaran setidaknya dengan kategori cukup X 100
jemaah haji Jumlah jemaah haji yang mendapat pemeriksaan
tahap II
52. Persentase jemaah haji Jemaah haji yang memenuhi syarat istithaah kesehatan jemaah haji
dengan status memenuhi dengan pendampingan adalah jemaah haji berusia 60 thun atau lebih,
dan/atau menderita penyakit tertentu yang tidak masuk dalam tidak Persentase jemaah haji dengan status memenuhi
syarat istithaah kesehatan memenuhi syarat istithaah sementara dan/atau kriteria penyakit yang syarat istithaah dengan pendampingan
jemaah haji dengan tidak memenuhi syarat istithaah X 100
Jumlah jemaah haji yang mendapat pemeriksaan
pendampingan tahap II

53. Persentase jemaah haji Jemaah haji yang ditetapkan tidak memenuhi syarat istithaah kesehatan
dengan status tidak jemaah haji untuk sementara adalah jemaah haji dengan : 1) Tidak
memiliki sertifikat vaksinasi internasional yang sah. Artinya jemaah haji
memenuhi syarat istithaah yang belum dilakukan penyuntikan vaksinasi meningitis meningokokus; 2)
kesehatan jemaah haji Menderita penyakit tertentu yang berpeluang sembuh, antara lain
sementara tuberkulosis sputum BTA positif, tuberkulosis multi drug resisten,
diabetes melitus tidak terkontrol, hipertiroid,HIV-AIDS dengan diare
kronik, stroke akut, perdarahan saluran cerna, dan anemia gravis; 3)
Suspek dan/atau confirm penyakit menular yang berpotensi wabah; 4)
Persentase jemaah haji dengan status tidak
Psikosis akut; 5) Fraktur tungkai yang membutuhkan immobilisasi; 6) memenuhi syarat istithaah kesehatan jemaah haji
Fraktur tulang belakang tanpa komplikasi neurologis; 7) Hamil yang sementara
diprediksi usia kehamilannya pada saat keberangkatan kurang dari 14 X 100
Jumlah jemaah haji yang mendapat pemeriksaan
minggu atau lebih dari 26 minggu.
tahap II

54. Persentase jemaah haji Jemaah haji yang tidak memenuhi syarat istithaah kesehatan jemaah haji
dengan status tidak merupakan jemaah haji dengan kriteria : 1) Kondisi klinis yang dapat
mengancam jiwa, antara lain penyakit paru obstruksi kronis (PPOK)
memenuhi syarat istithaah derajat IV, gagal jantung stadium IV, gagal ginjal kronikstadium IV dengan
kesehatan jemaah haji peritoneal dialysis/ hemodialysis reguler, AIDS stadium IV dengan infeksi
opportunistik, stroke hemoragik luas; 2) Gangguan jiwa berat antara lain
skizofrenia berat, demensia berat, dan retardasi mental berat; 3) Jemaah Persentase jemaah haji dengan status tidak
haji dengan penyakit yang sulit diharapkan kesembuhannya, antara lain memenuhi syarat istithaah kesehatan jemaah haji
keganasan stadium akhir, totaly drug resistance tuberculosis, sirosis dan X 100
hepatoma decompensata. Jumlah jemaah haji yang mendapat pemeriksaan
tahap II

55. Jumlah jemaah haji yang


mendapat rawat jalan
56. Jumlah jemaah haji yang
dirujuk
57. Jumlah jemaah haji yang
wafat
X 100

X 100
INDIKATOR PROGRAM BIDANG SDK & FARMAMIN
DALAM RANGKA MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM

Capaian s/d
Triwulan II
Tahun 2022
No Indikator Definisi Operasional Rumus/Cara Perhitungan

Target (%)

Cakupan
(%)
1 2 3 4 5 6
1. Puskesmas memiliki 5 Tenaga Puskesmas yang memiliki 9 jenis tenaga kesehatan yakni, dokter, dokter gigi, perawat, bidan, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan
Kesehatan Promotif dan Preventif masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, tenaga gizi dan tenaga ahli teknologi laboratorium medik

2. SDM Kesehatan Puskesmas yang Jumlah SDM Kesehatan Puskesmas yang mengikuti PPDS, PPDGS, tugas belajar pusat, tugas belajar daerah, dan ijin belajar
mengikuti pendidikan berkelanjutan

3. SDM Kesehatan Puskesmas yang Jumlah SDM Kesehatan Puskesmas yang mengikuti pelatihan prajabatan, pratugas, penjenjangan, teknis program/upaya kesehatan,
mengikuti pelatihan teknis profesi kesehatan, fungsional kesehatan, fungsional non kesehatan (umum), manajemen kesehatan, teknis
umum/administrasi dan manajemen
4. Puskesmas melaksanakan pelayanan Fasilitas pelayanan kesehatan dengan Apoteker yang melakukan pengkajian dan pelayanan resep, Pelayanan Informasi Obat (PIO)
kefarmasian sesuai standar dan konseling yang terdokumentasi.

5. Puskesmas yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan tradisional memenuhi kriteria: melakukan yankestrad,
melakukan pembinaan kelompok asuhan mandiri, melakukan pendataan penyehat tradisional, dan memiliki ruang terbuka hijau
Puskesmas yang menyelenggarakan dalam bentuk taman obat keluarga.
kegiatan kesehatan tradisional
6. Tenaga Hattra yang diusulkan oleh Puskesmas dan kemudian mendapat surat tanda penyehat tradisional dari Dinas Kesehatan

Jumlah tenaga Penyehat Tradisional


(Hattra) di wilayah Puskesmas
memiliki Surat Tanda Penyehat
Tradisional (STPT
7. kelompok asuhan mandiri kesehatan tradisional yang dibina oleh Puskesmas
Jumlah kelompok asuhan Mandiri
Kesehatan Tradisional
8. Puskesmas dengan ketersediaan Puskesmas yang memiliki 80 % obat dan vaksin essensial (pemantauan dilaksanakan terhadap 20 item obat indikator). Laporan yang
obat dan vaksin esensial dimasukkan yaitu laporan pada bulan November atau laporan bulan terakhir pada tahun pelaporan.

9. Jumlah resep dari rawat jalan


10. Jumlah resep dari rawat inap
11. Jumlah konseling obat
12. Jumlah pemberian informasi obat

13. Jumlah penggunaan antibiotik pada Jumlah pasien ISPA non_x0002_Pneumonia yang mendapatkan antibiotik
ISPA Non-Pneumonia
14. Jumlah kasus ISPA Non-Pneumonia Jumlah pasien yang terdiagnosa menderita penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas
mulai hidung hingga batang paru (alveoli) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus/rongga disekitar hidung (sinus paranasal)
rongga telinga tengah dan pleura serta tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat
dengan kode ICD X: J 00; J 01; J 04; J 05; J 06; J 10; J 11

15. Jumlah penggunaan antibotik pada Jumlah pasien diare non-spesifik yang mendapatkan antibiotik
Diare Non-Spesifik
16. Jumlah kasus Diare Non-Spesifik Jumlah pasien yang terdiagnosa menderita penyakit diare non infeksi atau tidak dispesifikasikan lebih lanjut, dengan gejala tidak
terjadi kenaikan suhu tubuh penderita dan tidak ditemukan lendir atau darah di feses penderita dengan kode ICD X: A 09; K 52
17. Jumlah penggunaan injeksi pada Jumlah pasien Myalgia yang mendapatkan injeksi
Myalgia
18. Jumlah kasus Myalgia Jumlah pasien yang terdiagnosa menderita penyakit myalgia atau yang bisa disebut nyeri otot adalah suatu keadaan dimana badan
terasa pegal-pegal, dapat diakibatkan oleh olah raga yang menyebabkan tubuh merengang terlalu banyak. Myalgia tanpa adanya
cedera biasanya disebabkan oleh infeksi dari virus dengan kode ICD X: M 79.1

19. Jumlah item obat semua resep Jumlah item (jenis) obat yang tertulis dalam lembar resep

Anda mungkin juga menyukai