Anda di halaman 1dari 74

INFEKSI LATEN TUBERKULOSIS

Hendarsyah Suryadinata

Workshop Manajemen Infeksi Laten Tuberkulosis


dan Terapi Pencegahan Tuberkulosis Tahun 2022
SITUASI TBC DI TINGKAT GLOBAL
WORKSHOP MANAJEMEN ILTB DAN TPT

Beban ILTB
Seperempat
penduduk dunia
1,8 Milyar orang

Cakupan TPT kontak


serumah <5 tahun
35%

Cakupan TPT
Keberhasilan ODHIV
Laki-laki Anak-anak pengobatan 68%
58% 7% 86%
SITUASI TBC DI TINGKAT NASIONAL
TB RESISTEN OBAT (TB RO)
WORKSHOP MANAJEMEN ILTB DAN TPT

24.000 7.921 (XDR/Pre-XDR : 293)


Pasien Terkonfirmasi
5.232 (XDR/Pre-XDR : 272)
Pasien Memulai
Estimasi Kasus TB RO Laboratorium Pengobatan

• SITUASI TBC DI INDONESIA


PENEMUAN & PENGOBATAN KASUS TBC TB HIV
Cakupan Penemuan & Pengobatan (Treatment Coverage) TBC
Estimasi Jumlah ODHIV
Tahun 2019-2020
yang menderita TBC:

384.025
Kasus TBC telah ditemukan dan
dilaporkan

439.975
Undetected &
Underreporting

91%
kasus TB Paru
Angka Keberhasilan Pengobatan (Treatment Succes Rate) 2019
(kohort pengobatan tahun 2019)
9%
kasus TB
Ekstraparu
83%

Estimasi Jumlah Kematian Akibat


TBC:

3
ELIMINASI TUBERKULOSIS 2030
• [TARGET DAN STRATEGI PENCAPAIAN]
WORKSHOP MANAJEMEN ILTB DAN TPT

Penurunan Angka Kejadian Target tahun 2030:


(Incidence Rate) : 312/100.000 65 per 100.000 penduduk
INDIKATOR DAMPAK
/ IMPACT
Penurunan Angka Target tahun 2030:
Kematian : 34/100.000 6 per 100.000 penduduk

JUMLAH KASUS, NOTIFIKASI DAN CAKUPAN 2018-2021*


1000000 80%
845000 845000 824000 824000
67% 70%
800000 67%
60%
563879 562000 49% 50%
600000 47%
384025 402502 40%
400000 30%
20%
200000
10%
0 0%
2018 2019 2020 2021
Insiden Kasus TBC (Absolut) Jumlah Kasus TBC Ditemukan Treatment Coverage (%)

4
*data per 2 Maret 2022
Capaian Pemberian Terapi Pencegahan Tuberkulosis pada Anak <5 Tahun pada Tahun 2016 s.d. 2021
di Indonesia
WORKSHOP MANAJEMEN ILTB DAN TPT

150000 116294 122910 123056 123056 100%


113024
80%
100000 60%
55587 50%
50000 30% 40% 30% 40% 40%
20%
1147 6082 8702 7641 1989 2019 20%
0 2.1% 5.2% 7.7% 6.2% 1.6% 1.6% 0%
2016 2017 2018 2019 2020 2021 (per 2 Maret 2022)

Perkiraan Anak <5 Tahun Memenuhi Syarat Diberikan TPT


Jumlah Anak <5 Tahun Diberikan TPT
% Target Pemberian TPT
% Cakupan Pemberian TPT

Capaian Pemberian Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) Total Kontak Serumah


pada Tahun 2020 dan 2021 di Indonesia
1.367.284 1.367.284
1,500,000 40%
1,000,000 29% 20%
500,000
11% 2375 3227
- 0.2% 0.2% 0%

2020 2021 (per 2 Maret 2022)


Perkiraan Kontak Serumah Memenuhi Syarat Diberikan TPT
Jumlah Orang Diberikan TPT
% Target Pemberian TPT
% Cakupan Pemberian TPT

*data per 2 Maret 2022


WORKSHOP MANAJEMEN ILTB DAN TPT

0.0%
2.0%
4.0%
6.0%
8.0%
0.0%

10.0%
10.0%
20.0%
30.0%
40.0%
50.0%
INDONESIA 0.1% INDONESIA 1.6%
DIY 2.0% DKI JAKARTA 4.8%
DKI… 0.7% SULSEL 4.3%
NTB 0.1% DIY 3.9%
KALTENG 0.0% SUMBAR 3.1%
PAPUA… 0.0% BALI 2.9%
JABAR 0.0% JATIM 2.7%
SUMBAR 0.0% NTB 2.3%
SULTENG 0.0% JATENG 2.3%
LAMPUNG 0.0% BABEL 2.2%
SUMSEL 0.0% SULTENG 1.7%
PAPUA 0.0% GORONTALO 1.6%
ACEH 0.0% KALTENG 1.4%
JATENG 0.0% KEPRI 1.3%
SULSEL 0.0% NTT 1.2%

Cakupan
Cakupan
JATIM 0.0% SUMSEL 1.2%
Data 2021: Per 2 Maret 2022

SUMUT 0.0% BANTEN 1.2%


RIAU 0.0% PAPUA… 1.2%
KEPRI 0.0% PAPUA 1.0%
JAMBI 0.0% LAMPUNG 0.9%
BABEL 0.0% JABAR 0.7%
BENGKULU 0.0% BENGKULU 0.6%

Target (10%)
Target (50%)

BANTEN 0.0% KALTIM 0.6%


KALBAR 0.0% JAMBI 0.6%
KALSEL 0.0% RIAU 0.5%
<5 Tahun per Provinsi Tahun 2021

KALTIM 0.0% KALSEL 0.5%


≥15 Tahun per Provinsi Tahun 2021

KALTARA 0.0% SUMUT 0.4%


SULUT 0.0% SULBAR 0.2%
GORONT… 0.0% SULUT 0.1%
SULBAR 0.0% KALBAR 0.1%
SULTRA 0.0% ACEH 0.0%
Cakupan Pemberian TPT pada Kontak Serumah Usia
Cakupan Pemberian TPT pada Kontak Serumah Usia

BALI 0.0% KALTARA 0.0%


NTT 0.0% SULTRA 0.0%
MALUKU 0.0% MALUKU 0.0%
MALUT 0.0% MALUT 0.0%
0.0%
5.0%
10.0%
15.0%
20.0%
25.0%
30.0%
0.0%
5.0%
10.0%
15.0%

INDONESIA 0.2% INDONESIA 0.2%


DIY 2.0% DKI JAKARTA 1.6%
DKI… 1.3% DIY 1.1%
SULSEL 0.4% SUMBAR 0.3%
SUMBAR 0.3% PAPUA 0.3%
NTB 0.3% JATENG 0.2%
JATIM 0.3% SULSEL 0.2%
BALI 0.3% JATIM 0.2%
JATENG 0.3% NTB 0.2%
BABEL 0.2% SULTENG 0.2%
SULTENG 0.2% PAPUA… 0.2%
KALTENG 0.2% KALTENG 0.1%
PAPUA… 0.2% KEPRI 0.1%
GORONT… 0.1% BANTEN 0.1%
PAPUA 0.1% SUMSEL 0.1%
Cakupan
Cakupan

KEPRI 0.1% JABAR 0.1%


SUMSEL 0.1% BABEL 0.1%
BANTEN 0.1% NTT 0.1%
NTT 0.1% JAMBI 0.1%
JABAR 0.1% SUMUT 0.0%
LAMPUNG 0.1% LAMPUNG 0.0%
Provinsi Tahun 2021

BENGKULU 0.1% BENGKULU 0.0%


Target (29%)
Target (15%)

KALTIM 0.1% BALI 0.0%


JAMBI 0.1% RIAU 0.0%
Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) di Indonesia Tahun 2021

RIAU 0.0% KALTIM 0.0%


SUMUT 0.0% ACEH 0.0%
14 Tahun per Provinsi Tahun 2021

KALSEL 0.0% KALBAR 0.0%


SULBAR 0.0% KALSEL 0.0%
SULUT 0.0% KALTARA 0.0%
KALBAR 0.0% SULUT 0.0%
ACEH 0.0% GORONTALO 0.0%
Cakupan Pemberian TPT pada Total Kontak Serumah per
Cakupan Pemberian TPT pada Kontak Serumah Usia 5-

KALTARA 0.0% SULBAR 0.0%


SULTRA 0.0% SULTRA 0.0%
MALUKU 0.0% MALUKU 0.0%
MALUT 0.0% MALUT 0.0%
Modeling End TB Strategy
WORKSHOP MANAJEMEN ILTB DAN TPT
Strategi Penanggulangan TBC
WORKSHOP MANAJEMEN ILTB DAN TPT

End TB Strategy
Rumah Tangga yang
Penurunan Kematian Pengurangan
Tidak mengalami Biaya
Akibat TBC Insiden TBC
Katastropik Akibat TBC

Target Target
: : Target
90% 80% :
Zero

Komitmen global dalam End TB Strategy terdapat 3 pilar Tahun 2030, yaitu:
1. Penanganan dan pencegahan Tuberkulosis yang terintegrasi dan berpusat pada pasien,
2. Sistem pendukung serta kebijakan-kebijakan yang tegas,
3. Inovasi dan penelitian yang intensif
Strategi Penanggulangan TBC
WORKSHOP MANAJEMEN ILTB DAN TPT

End TB Strategy
• Pada tahun 2018, diadakan United Nations High Level Meeting (UNHLM)
on TB
• Kesepakatan yang dicapai adalah komitmen menemukan dan mengobati
total 40 juta diseluruh dunia (2018-2022) termasuk 3,5 juta anak dan 1,5
juta TBC RO termasuk anak sebanyak 115.000.
• Selain itu, dipertegas dengan komitmen meningkatkan skala pemberian
TPT yang menjangkau total 30 juta diseluruh dunia (2018-2022), termasuk
6 juta orang dengan ODHIV dan 4 juta anak kontak usia di bawah lima
tahun, serta 20 juta orang dewasa yang kontak serumah dengan pasien
TBC
Strategi Penanggulangan TBC
WORKSHOP MANAJEMEN ILTB DAN TPT

Strategi Nasional Penanggulangan TBC di Indonesia


Pemodelan untuk menuju eliminasi TBC tahun 2030 menggambarkan lima intervensi kunci

Pengelolaan ILTB, dengan target cakupan TPT hingga 80% pada seluruh individual dengan ILTB pada tahun 2030

Skrining pada kelompok-kelompok dengan risiko tinggi TBC dan memperluas jangkauan layanan pada orang-orang dengan TBC di
masyarakat yang selama ini tidak terdeteksi

Mencapai cakupan diagnosis terkonfirmasi bakteriologis yang tinggi pada terduga TBC pada tahun 2030

Ekspansi diagnosis bakteriologis dengan penggunaan Tes Cepat Molekuler (TCM) hingga 80% pada seluruh terduga tuberkulosis
pada tahun 2030

Meningkatkan investasi sumber daya untuk memperkuat layanan TBC sehingga dapat meningkatkan keberhasilan pengobatan TBC
sensitif dan resistan obat
PERPRES NO.67 TAHUN 2021 TENTANG
PENANGGULANGAN TBC
WORKSHOP MANAJEMEN ILTB DAN TPT
WORKSHOP MANAJEMEN ILTB DAN TPT
APA YANG TERJADI JIKA SESEORANG KONTAK
ERAT DENGAN PASIEN TBC ?
WORKSHOP MANAJEMEN ILTB DAN TPT
Perjalanan Alamiah infeksi TBC
4-64-6 minggu
minggu Beberapa
Beberapa tahun
tahun sampai
sampai puluhan
puluhan tahun
tahun
WORKSHOP MANAJEMEN ILTB DAN TPT

Eliminasi
Eliminasi kuman
kuman TBCTBC

Sistem imun Kuman


Kuman TBC
TBC tereliminasi
tereliminasi
KumanTBC
KumanTBC mampu
masuktubuh
tubuh Sistem
Sistemimun
imunmelawan
melawankuman
kumanTBC
masuk mengendalikan
kuman TBC
Infeksilaten
Infeksi laten
seumur
seumur
Infeksi hidup
hidup
Sistemimun
Sistem imun
“kalah” Infeksi laten TBC reaktivasi
reaktivasi
“kalah”
Penularan berlanjut laten TBC
Penularan berlanjut

SAKITTBC
SAKIT TBC SAKIT TBC
SAKIT TBC
Kenapa penting Deteksi Dini TBC pada anak/orang berisiko?
WORKSHOP MANAJEMEN ILTB DAN TPT

TBC Laten
Kasus TBC
TCM/BTA positif
baru
Investigasi Sakit TBC
Kontak,
TPT,
BCG
Sakit TBC
Berat

2022 2024 2050


15
KONSEP INFEKSI DAN SAKIT
WORKSHOP MANAJEMEN ILTB DAN TPT

Terpapar kuman M. tuberculosis


atau
Kontak erat dengan pasien TBC

Sakit TBC Infeksi Tidak sakit


laten TBC Tidak infeksi
Spektrum infeksi dan sakit TBC
Kuman TBC tereliminasi Infeksi laten TBC TBC subklinis Sakit TBC
WORKSHOP MANAJEMEN ILTB DAN TPT

Dg sistem imun Dg sistem imun


innate adaptive

negatif Positif Positif Positif Biasanya positif

negatif Positif Positif Positif Biasanya positif

negatif negatif negatif Kadang positif Positif

negatif negatif negatif Biasanya negatif Positif/negatif

tidak tidak tidak Kadang-kadang Ya


Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Ringa - berat

Tidak ada Tidak ada Terapi pencegahan OAT OAT


Pai M, Behr M, Dowdy D, et al. Tuberculosis. Nat Rev Dis Primers 2016; 2: 16076
DEFINISI INFEKSI LATEN TBC
WORKSHOP MANAJEMEN ILTB DAN TPT

suatu keadaaan dimana sistem kekebalan tubuh orang yang terinfeksi tidak
mampu mengeliminasi bakteri Mycobacterium tuberculosis dari tubuh
secara sempurna tetapi mampu mengendalikan bakteri TBC sehingga tidak
timbul gejala sakit TBC

TIDAK ADA GEJALA TBC PEMERIKSAAN DAHAK RONTGEN DADA TIDAK UJI TUBERKULIN ATAU
NEGATIF SUGESTIF TBC IGRA POSITIF
Kontak erat dengan
pasien TB
WORKSHOP MANAJEMEN ILTB DAN TPT

TIDAK
TERINFEKSI TB
TERINFEKSI TB
60 – 70%
30 – 40 %

SAKIT TB INFEKSI TB LATEN


5 – 10% 90 - 95%

TDK DIOBATI DIOBATI


REAKTIVASI INFEKSI LATEN
50% MENINGGAL 95% SEMBUH TB
DGN TETAP 5%
95%
MENULAR
FAKTOR RISIKO SAKIT TBC
WORKSHOP MANAJEMEN ILTB DAN TPT

Sumber penularan Kondisi “host" (orang


Lingkungan
(pasien) yang terpapar)

Jumlah kuman banyak 🡪 Usia muda (balita), Kontak erat dengan


terkonfirmasi usia remaja, dewasa pasien (misalnya
bakteriologis muda tinggal serumah)

Sistem kekebalan Lingkungan padat


Batuk tubuh tidak baik penduduk
(imunokompromais);
HIV, gizi buruk,
kanker/keganasan, dll Rumah tidak
Gambaran kavitas pada
memenuhi syarat
Rontgen dada
rumah sehat
Sosial ekonomi
rendah
KELOMPOK BERISIKO TINGGI SAKIT TBC SETELAH TERINFEKSI
WORKSHOP MANAJEMEN ILTB DAN TPT

1. Orang dengan HIV/AIDS (ODHIV)


2. Kontak serumah dg pasien TBC paru terkonfirmasi bakteriologis
a. Anak usia di bawah 5 tahun
b. Dewasa, remaja dan anak usia di atas 5 tahun
3. Kelompok risiko lainnya dengan HIV negatif
a. Pasien immunokompromais lainnya (keganasan, hemodialisis, mendapat
kortikosteroid jangka panjang, persiapan transplantasi organ, dll).
b. Warga Binaan Pemasyarakatan petugas kesehatan, sekolah berasrama,
barak militer, pengguna narkoba suntik.

SASARAN PEMBERIAN TERAPI PENCEGAHAN


Bagaimana menemukan kasus infeksi laten TBC ?
WORKSHOP MANAJEMEN ILTB DAN TPT

Kasus ILTB dapa ditemukan melalui kegiatan:


 investigasi kontak
 contact invitation
 penemuan di tempat khusus, misalnya pada saat skrining TB
masal
 pemeriksaan medical check-up rutin
INVESTIGASI KONTAK (IK)
WORKSHOP MANAJEMEN ILTB DAN TPT

Adalah suatu kegiatan yang ditujukan kepada orang-orang yang kontak erat dengan
pasien TBC, untuk:
 Mengidentifikasi orang-orang yang berkontak dengan pasien TBC
 Melakukan pemeriksaan untuk menentukan apakah orang yang berkontak
tersebut terinfeksi atau sakit TBC
 Memberikan pengobatan yang sesuai dengan hasil pemeriksaan, jika terbukti
sakit TBC diberikan obat anti TC, jika infeksi laten TBC diberi obat pencegahan

1) Mencegah terlambatnya penemuan orang dengan infeksi laten TBC


2) Mencegah terjadinya sakit TBC pada orang dengan infeksi laten TBC
3) Memutus rantai penularan TBC di masyarakat
Langkah-langkah pelaksanaan IK
WORKSHOP MANAJEMEN ILTB DAN TPT

Pemeriksaan
untuk Pengobatan
Identifikasi menentukan ada atau Monitoring
kontak tidaknya infeksi pencegahan dan evaluasi
laten TB (ILTB) yang sesuai
atau sakit TB
INVESTIGASI KONTAK
WORKSHOP MANAJEMEN ILTB DAN TPT

1. Investigasi Kontak (IK) secara Aktif


 Petugas kesehatan berkunjung ke rumah pasien TBC (kasus indeks) untuk
mengidentifikasi orang yang berkontak dengan pasien TBC, mengirim orang
yang berkontak untuk dilakukan pemeriksaan ke Puskesmas atau Rumah
Sakit, dan memberikan pengobatan yang sesuai dengan hasil pemeriksaan.

2. Investigasi Kontak (IK) secara Pasif


 Disebut juga contact invitation
 Petugas kesehatan mewawancarai kasus indeks di fasilitas kesehatan untuk
mengidentifikasi kontak serumah dan meminta orang yang kontak tersebut
untuk datang ke fasilitas kesehatan untuk dilakukan pemeriksaan, dan
diberikan terapi yang sesuai dengan hasil pemeriksaan
Mendapatkan data Kasus Indeks dari Petugas Kesehatan
Alur dan Implementasi IK
Pembuatan Jadwal
WORKSHOP MANAJEMEN ILTB DAN TPT

Alur Petugas Kesehatan/ Kader dalam Mengunjungi Rumah Kasus Indeks


Pelaksanaan IK dan Pemberian TPT
Minimal 20 Kontak

Skrining pada Kontak

Usia ≥ 5 tahun Usia <5 tahun

* Faktor risiko : Rujuk ke Fasyankes

• Remaja usia 10-18 tahun Tidak Batuk tetapi ada Batuk


Kontak Serumah
• Dewasa muda 19-25 tanpa Gejala TBC
faktor risiko* dan gejala
lain** Skrining gejala TBC
tahun
oleh Petugas Kesehatan
• Lansia
• Daya tahan tubuh rendah
Rujuk ke Fasyankes
(HIV, DM, ibu hamil, Rujuk ke
Ada Gejala
malnutrisi, th/ kanker, Fasyankes Tidak ada Gejala

imunosupresan, dialisis,
Evaluasi Pemberian
kortikosteroid, persiapan TPT Diagnosis sesuai TPT
transplan) standar

** Gejala TBC ekstra paru


WORKSHOP MANAJEMEN ILTB DAN TPT

Alur petugas
membawa kontak
TBC SO/RO ke
fasilitas layanan
kesehatan
(fasyankes)
Alur Penemuan Kasus ILTB

ODHIV
WORKSHOP MANAJEMEN ILTB DAN TPT
Perbedaan TBC Laten dan TBC aktif
WORKSHOP MANAJEMEN ILTB DAN TPT

TBC laten TBC aktif


Tidak ada gejala Memiliki salah satu gejala berikut: demam, batuk,
nyeri dada, berat badan turun, keringat malam,
hemoptisis, lemah, dan penurunan nafsu makan

Uji tuberculin atau IGRA positif Uji tuberculin atau IGRA positif
Foto toraks normal Foto toraks abnormal tetapi bisa normal pada orang
imunokompromis atau TBC ekstraparu

Hasil pemeriksaan mikrobiologi negative (BTA, Hasil pemeriksaan mikrobiologi dapat positif ataupun
kultur, dan TCM) negatif, termasuk pada kasus TBC ekstraparu

Tidak dapat menularkan Dapat menularkan kuman TBC ke orang lain


Perlu terapi pencegahan pada kondisi tertentu Perlu pengobatan sesuai standar terapi TBC
Sasaran TPT pada ILTB
WORKSHOP MANAJEMEN ILTB DAN TPT

1. Orang dengan HIV (ODHIV)


2. Kontak serumah dengan pasien TBC paru yang terkonfirmasi bakteriologis:
a. Anak usia <5 tahun
b. Anak usia 5-14 tahun
c. Remaja dan dewasa (usia ≥15 tahun)
3. Kelompok risiko lainnya dengan HIV negatif
a. Pasien immunokompromais lainnya (Pasien yang menjalani pengobatan kanker, pasien yang
mendapatkan perawatan dialisis, pasien yang mendapat kortikosteroid jangka panjang,
pasien yang sedang persiapan transplantasi organ, dll).
b. Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP), petugas kesehatan, sekolah berasrama, barak militer,
pengguna narkoba suntik.
Apa syarat pemberian TPT ?
WORKSHOP MANAJEMEN ILTB DAN TPT

1. Kelompok risiko tinggi


2. Tidak sakit TBC
3. Infeksi laten TBC*
4. Tidak ada kontra indikasi pemberian TPT

• Kecuali pasien HIV dan anak kontak usia < 5 tahun


(akan dijelaskan kemudian)
Bagaimana menentukan seseorang tidak
sakit TB dan terindikasi pemberian TPT ?

Workshop Manajemen Infeksi Laten Tuberkulosis


dan Terapi Pencegahan Tuberkulosis Tahun 2022
Bagaimana menentukan seseorang tidak sakit TB dan terindikasi pemberian TPT ?

Gejala
• Pada ODHIV dan anak kontak
Pastikan ada gejala TBC atau tidak: usia di bawah 5 tahun pemberian
• batuk TPT dapat dilakukan dengan
• Demam skrining gejala TBC tanpa harus
dilakukan pemeriksaan TST atau
• BB turun atau tidak naik IGRA maupun rontgen thorax.
• Lesu, aras-arasen
• Bayi <1 tahun dengan HIV tanpa
Test infeksi TBC gejala TBC hanya diberi TPT jika
Foto Rontgen dada kontak serumah dengan pasien
Tes cepat molekular TBC
ODHIV/HIV (+)

Ada gejala ?

TIDAK ADA

Pemeriksaan untuk diagnosis sakit TB

Bukan TBC Sakit TBC

Tidak ada kontra indikasi TPT

TPT OAT
Kontak serumah

Ada gejala ?

TIDAK ADA

Usia < 5 th Usia > 5 th Pemeriksaan untuk diagnosis sakit TB

Bukan TBC Sakit TBC

Tidak ada kontra indikasi TPT

TPT OAT
Kontak dengan gejala
WORKSHOP MANAJEMEN ILTB DAN TPT

Pelacakan TBC

Periksa TST/IGRA, TCM


dan Rontgen dada

TCM dan/ atau foto TCM dan/ atau foto Bila TST/IGRA, TCM dan
Rontgen dada mendukung Rontgen dada tidak Rontgen TIDAK TERSEDIA
TB mendukung TB

OAT TST/IGRA (+) TST/IGRA (-) Dokter menentukan


diagnosis TB atau
bukan. Jika bukan
TPT observasi TB, berikan TPT
Kontak tanpa gejala

Periksa TST atau IGRA


WORKSHOP MANAJEMEN ILTB DAN TPT

pemeriksaan TST/IGRA positif atau pemeriksaan TST/IGRA negatif


tidak tersedia

TCM dan/ atau foto TCM dan/ atau foto Bila TST/IGRA, TCM dan
Rontgen dada mendukung Rontgen dada tidak Rontgen TIDAK TERSEDIA
TB mendukung TB atau tidak
tersedia

OAT TPT
TPT
Tuberculin Skin Test (TST)
WORKSHOP MANAJEMEN ILTB DAN TPT

• Mengetahui ada atau tidaknya bakteri penyebab TBC pada tubuh.

• Cairan tuberculin purified protein derivative PPD RT-23 atau PPD-S 5 TU


• Disuntik 0,1 mL intrakutan pada bagian volar lengan bawah
• Hasil dibaca 48-72 jam setelah penyuntikan (pengukuran indurasi)
• Penyimpanan suhu 2 – 8 ◦C dan terlindung dari cahaya
• Setelah dibuka, suhu penyimpanan dijaga 2 – 8 ◦C dan sisa digunakan dalam
maksimal 30 hari.
Interpretasi Hasil TST
WORKSHOP MANAJEMEN ILTB DAN TPT

Indurasi ≥ 5mm Indurasi ≥ 10mm Indurasi ≥ 15mm


dianggap positif dianggap positif dianggap positif

ODHIV Imigran (dalam waktu < 5 tahun) dari Orang yang tidak diketahui faktor
negara dengan prevalensi TBC yang risiko TBC,
tinggi pemeriksaan TST seharusnya hanya
pada kelompok berisiko tinggi.
Baru berkontak dengan pasien TBC Pengguna narkoba suntik
Orang dengan perubahan bercak Penduduk atau pekerja yang tinggal di
fibrosis pada rontgen dada tempat khusus dengan risiko tinggi
- Pasien dengan transplantasi organ Staf laboratorium mikrobakteriologi
- Pasien immunosupresan dengan Orang-orang dengan kondisi klinis
alasan apapun khusus yang berisiko tinggi
Anak < 5 tahun, atau anak dan remaja
yang terpapar dengan orang dewasa
yang masuk kedalam kategori risiko
tinggi
Interpretasi Uji Tuberkulin
WORKSHOP MANAJEMEN ILTB DAN TPT

Negatif Palsu Positif palsu


Inadekuat respon sel T Riwayat vaksinasi BCG sebelumnya
Riwayat infeksi tuberkulosis baru Infeksi karena bakteri non
(kurang dari 8 minggu) tuberkulosis
Infeksi tuberkulosis lama Penyutikkan tidak sesuai
Anak-anak usia < 6 bulan Kesalahan saat pembacaan hasil
Infeksi virus (cacar air, campak, dll)
Riwayat baru vaksinasi dengan virus
hidup (cacar, campak) dalam waktu 4-6
minggu
Penyutikkan tidak sesuai
Kesalahan saat pembacaan hasil
InterferonGamma • Uji diagnosis in-vitro dengan metode
- Release Assay enzyme-linked immunosorbent assay
WORKSHOP MANAJEMEN ILTB DAN TPT

(IGRA) (ELISA) untuk mengukur pembentukan


interferon-γ dalam darah pasien yang
dikaitkan dengan infeksi M. tuberculosis.

Rekomendasi WHO: QuantiFERON®-TB Gold In-


Tube (QFT-GIT) dan T-SPOT® TB
• Sensitivitas QFT- GIT 70-83%, T-SPOT TB 62-84%
• Spesifisitas QFT- GIT 91-100%, T-SPOT TB 90-96%

IGRA membedakan infeksi M. tuberculosis dan


mycobacterium lainnya (positif palsu TST)
Perbedaan TST dan IGRA
WORKSHOP MANAJEMEN ILTB DAN TPT

Kriteria TST IGRA


Sensitivitas 68 – 71,5 % 80 – 84,5 %
Spesifisitas 86 – 88,7 % 99 – 99,4 %
Pengaruh vaksinasi
Ada Tidak ada
BCG terhadap hasil
Pembacaan hasil 48-72 jam Sekitar 2 hari (48 jam)
(2x kunjungan) (1x kunjungan)
Tempat pemeriksaan Di Laboratorium/ RS rujukan dengan
Bisa di poli, Puskesmas, dll fasilitas hematologi, centrifuge, dan CO2
incubator
Listrik Tidak perlu Perlu untuk centrifuge
E-katalog Sudah ada Masih proses pendaftaran
Izin edar Ada Ada
Biaya Relatif lebih murah
(Disediakan program, alur Relatif lebih mahal
permintaan pada modul 800.000-1.000.000
logistik)
TST dan IGRA
WORKSHOP MANAJEMEN ILTB DAN TPT

Uji Tuberkulin

1. Pengambilan 2. Pencampuran 3. Manual atau 4. Kalkulasi hasil


dan inkubasi tube ELISA otomatis dengan perangkat
darah vena lunak

Uji IGRA
Imunologi Diagnostik TBC
WORKSHOP MANAJEMEN ILTB DAN TPT

Andersen 2000
Mekanisme imunologi melibatkan sel T dan APC
44
Prosedur Uji Tuberkulin (TST)
WORKSHOP MANAJEMEN ILTB DAN TPT

Alat dan Bahan:


1. Kapas alcohol
2. Larutan PPD RT 23 – 2 TU atau PPD-S 5 TU
3. Disposable tuberculin syringe
4. Jarum Suntik 26-27 G
5. Medical disposal box
6. Non-Medical disposal box
7. Alcohol based hand rub
8. Model tangan/pasien
9. Penggaris transparan
10. Pena
Prosedur Uji Tuberkulin (TST)
PERSIAPAN
WORKSHOP MANAJEMEN ILTB DAN TPT

1. Sapa orangtua pasien /pasien dan perkenalkan diri. Berikan penjelasan pada orangtua/ pasien apa yang akan dilakukan dan
bila tidak jelas dapat mengajukan pertanyaan (informed consent)
PROSEDURhygiene
2. Hand hygiene.
3. Ambil 0.1 ml larutan PPD RT-23 2 TU solution atau PPD-S 5 TU ke dalam disposable tuberculin syringe
4. Ganti jarum suntik dengan yang baru (ukuran 26-27 G)
5. Apus daerah yang akan dilakukan penyuntikan (permukaan volar lengan bawah 5-10 cm dibawah lipat siku) dengan kapas
yang dibasahi alkohol 70%. Pilih area kulit yang tidak ada kelainan.
6. Regangkan permukaan kulit.
7. Suntikan jarum dengan hati-hati secara intrakutan dengan bevel jarum menghadap keatas pada sudut 5-15°. Bevel jarum
harus tampak di bawah permukaan kulit.
8. Periksa tempat suntikan. Jika benar akan timbul wheal 6-10 mm pada tempat suntikan.
9. Jika tidak, lakukan penyuntikan ulang di tempat lain dengan jarak minimal 5 cm dari tempat semula.
10. Keluarkan jarum. Masukkan jarum dan syringe pada disposal box.
11. Hand hygiene
12. Catat waktu (tanggal dan jam) dan lokasi penyuntikan pada rekam medis
13. Beri penjelasan kepada orangtua agar membawa kembali anak pada 48-72 jam setelah penyuntikan untuk pembacaan TST
Prosedur Uji Tuberkulin (TST)
WORKSHOP MANAJEMEN ILTB DAN TPT

PEMBACAAN TST
13. Metode palpasi: Palpasi/raba tepi lateral indurasi kemudian beri tanda dengan pena, atau
Metode ballpoint: Tentukan tepi lateral indurasi dengan menggunakan pena

14. Ukur diameter transversal indurasi dengan menggunakan pengaris transparan dalam millimeter

15. Catat hasil pembacaan pada buku rekam medis. Jika tidak tedapat indurasi catat sebagai 0 mm

INTERPRETASI HASIL TST


16. Imunokompeten: positif bila indurasi ≥10 mm
Imunokompromais: positif bila indurasi ≥5 mm
Tentukan dan asepsis lokasi injeksi

Prosedur
WORKSHOP MANAJEMEN ILTB DAN TPT

2-4 cm di bawah lipat siku

TST • Pilih area kulit yang tidak ada


kelainan
• Bersihkan kulit dengan swab
alkohol

Siapkan jarum suntik

• Periksa tanggal
kadaluarsa pada
vial dan pastikan
vial mengandung
tuberculin
• Siapkan jarum
suntik yang telah
mengandung
tuberculin 0,1 ml.

https://www.cdc.gov/tb/publications/posters/images/Mantoux_
wallchart.pdf 48
Injeksi Tuberkulin
WORKSHOP MANAJEMEN ILTB DAN TPT

Periksa uji kulit

Diameter wheal sebaiknya


6-10 mm. Jika tidak, ulangi
uji di tempat lain 2 cm dari
tempat injeksi awal
Suntikkan jarum dengan hati-hati secara intrakutan bevel jarum menhadap ke atas pada sudut 5-15°

Pencatatan tindakan
Catat waktu (tanggal dan jam) serta lokasi
penyuntikkan pada rekam medis
Bevel jarum dapat terlihat di bawah Setelah injeksi, akan timbul wheal pada
permukaan kulir tempat suntikan

https://www.cdc.gov/tb/publications/posters/images/Mantoux_wallchart.pdf 49
Pembacaan Hasil TST
Inspeksi lokasi injeksi
WORKSHOP MANAJEMEN ILTB DAN TPT

Tandai indurasi
Inspeksi dibawah pencahayaan yang baik

Eritema ((bagian kemerahan di kulit)- tidak diukur Gunakan ujung jari/pulpen sebagai penanda
indurasi

Indurasi – di ukur

Palpasi indurasi Pengukuran indurasi (bukan eritema)

Gunakan ujung jari untuk memberi tanda indurasi


Ukur diameter transversal indurasi dengan
penggaris transparan dalam milimeter

https://www.cdc.gov/tb/publications/posters/images/Mantoux_wallchart.pdf 50
Mengapa terapi pencegahan
TBC perlu diberikan ?

Workshop Manajemen Infeksi Laten Tuberkulosis


Workshop Manajemen Infeksi Laten Tuberkulosis Tahun 2022
dan Terapi Pencegahan Tuberkulosis Tahun 2022
Deskripsi Singkat
WORKSHOP MANAJEMEN ILTB DAN TPT

Pencegahan TBC melalui


Strategi penting untuk mencapai
pengobatan pencegahan
Indonesia bebas Tuberkulosis
tuberkulosis (TPT)
Keuntungan lebih tinggi pada
kelompok yang mempunyai risiko
Langkah
intervensi
progresifitas ke arah TBC aktif

❑ Identifikasi kontak
❑ Melakukan pemeriksaan
❑ Pemberian pengobatan
❑ Monitoring
Manfaat dari sudut pandang kesehatan masyarakat
WORKSHOP MANAJEMEN ILTB DAN TPT

Pencegahan pada
Mengurangi risiko ODHIV memberikan
reaktivasi perlindungan lebih
5 tahun

Menghentikan
Menurunkan progresivitas
insiden TB penyakit menjadi
aktif
Apa kriteria pemberian TPT ?
WORKSHOP MANAJEMEN ILTB DAN TPT

1. Kelompok risiko tinggi


2. Tidak sakit TBC
3. Infeksi laten TBC*
4. Tidak ada kontra indikasi pemberian TPT

• Kecuali pasien HIV dan anak kontak usia < 5 tahun


(akan dijelaskan kemudian)
Kontraindikasi Pemberian TPT
WORKSHOP MANAJEMEN ILTB DAN TPT

1. Hepatitis akut atau kronis


2. Neuropati perifer (jika menggunakan isoniazid)
3. Konsumsi alkohol biasa atau berat

Kehamilan atau riwayat TBC sebelumnya bukan merupakan


kontraindikasi Pemberian TPT
Paduan obat TPT
WORKSHOP MANAJEMEN ILTB DAN TPT

Paduan INH dan


Paduan INH dan Rifapentin (HP),
INH selama 6 bulan, Rifampicin (HR)
diminum tiap hari selama 3 bulan,
selama 3 bulan, diminum 1x per
diminum tiap hari minggu
6H (INH) 3HP (INH & Rifapentin) 3HR (INH & Rifampicin)
Interval pemberian Harian Mingguan Harian
Durasi 6 bulan 3 bulan 3 bulan
WORKSHOP MANAJEMEN ILTB DAN TPT

Dosis 180 dosis 12 dosis 84 dosis


<10 thn: 10 mg/kg BB 2-14 thn dengan BB: <10 thn: INH 10 mg/kg
Maksimal 300 mg per hari 10-15 kg: INH 300 mg, RPT 300 mg BB, RIF 15 mg/kg BB
16-23 kg: INH 500 mg, RPT 450 mg
24-30 kg: INH 600 mg, RPT 600 mg
≥ 31 kg: INH 700 mg, RPT 750 mg
≥ 10 thn: 5 mg/kg BB >14 thn untuk semua BB ≥10 thn: INH 5 mg/kg
Maksimal 300 mg per hari ≥ 30 kg: INH 900 mg, RPT 900 mg BB, RIF 10 mg/kg BB
Sediaan 300mg Anak: lepasan RPT 150 mg, INH 300mg RH 150mg/300 mg
Dewasa: KDT HP 300mg/300 mg Anak: RH 50/75
Kriteria umur Semua umur; sesuai utk anak HIV+ ≥ 2 tahun Semua umur
yg menerima LPV-RTV, NVP, DTG

Interaksi dengan ARV Tidak ada Semua PIs, NVP/NNRTIs, TAF Semua PIs, NVP/hampir
semua NNRTIs
Pilihan Paduan TPT
WORKSHOP MANAJEMEN ILTB DAN TPT

No Sasaran Plihan paduan TPT


3HP 3HR 6H 6Lfx+E
1 Kontak serumah usia < 2 tahun √ √
2 Kontak serumah usia 2 – 5 tahun √ √ √
3 Kontak serumah usia > 5 tahun √ √ √
4 ODHA usia < 2 tahun √ √
5 ODHA usia > 2 tahun √ √
6 Kelompok risiko lainnya √ √ √
7 Kontak serumah semua usia dengan √
kasus indeks TB RO
Catatan: tulisan warna merah sesuai dengan juknis (paduan yang diutamakan). namun mempertimbangkan stok ketersediaan TPT juga dapat
digunakan sesuai dengan tulisan warna hitam
ALUR PEMILIHAN OBAT TPT TB SO
WORKSHOP MANAJEMEN ILTB DAN TPT

Anak terindikasi
TPT

Usia < 2 Usia ≥ 2


tahun tahun

Tersedia Tidak Tidak


Tersedia HP
RH tersedia RH tersedia

Tersedia Tidak
RH 3 bulan INH 6 bulan HP 3 bulan
RH* tersedia RH

RH 3 bulan INH 6 bulan

(*) Pasien ODHIV tidak direkomendasikan pemberian obat Rifampisin karena risiko
interaksi dengan anti retroviral, pilihan adalah INH 6 bulan
Tuberkulosis Resisten Obat
WORKSHOP MANAJEMEN ILTB DAN TPT

Rekomendasi TPT untuk TBC-RO

• Fluoroquinolon (moksifloksasin, levofloksasin) dengan atau tanpa obat lain (etambutol, etionamid), lama
6 bulan

• Indonesia: Lefofloksasin + etambutol

• Rejimen disesuaikan dengan profile resistensi obat sumber penularan, pada pasien Pre-XDR/XDR TBC

• Dosis obat:

i. Levofloksasin: 15-20 mg/kgBB/hari

ii. Etambutol 15-25 mg/kgBB/hari

iii.Diminum setiap hari selama 6 bulan


PEMANTAUAN KLINIS TPT

Workshop Manajemen Infeksi Laten Tuberkulosis


Workshop Manajemen Infeksi Laten Tuberkulosis Tahun 2022
dan Terapi Pencegahan Tuberkulosis Tahun 2022
MONITORING PENGOBATAN
WORKSHOP MANAJEMEN ILTB DAN TPT

Dilakukan 1 bulan sekali, terhadap:

a. Evaluasi munculnya gejala TBC

b. Efek samping obat

c. Kepatuhan dan keteraturan minum


obat
Evaluasi munculnya gejala TBC
WORKSHOP MANAJEMEN ILTB DAN TPT

ANAK DEWASA ODHIV


1. Penurunan berat badan atau tidak 1. Batuk selama ≥2 minggu, dapat 1. Batuk saat ini (tidak perlu ≥
naik dari 2 bulan sebelumnya atau berdahak atau berdarah. 2 minggu).
terjadi gagal tumbuh (failure to thrive) 2. Demam yang umumnya 2. Berat badan turun drastis.
meskipun telah diberikan upaya subfebris selama ≥2 minggu. 3. Demam yang umumnya
perbaikan gizi yang baik dalam waktu 3. Berat badan turun. subfebris selama ≥2
1-2 bulan. 4. Berkeringat pada malam hari. minggu.
2. Demam disertai dengan atau tanpa 5. Malaise: lesu, mudah lelah. 4. Berkeringat pada malam
keringat malam. 6. Pembesaran kelenjar getah hari.
3. Batuk dengan karakteristik: batuk bening di leher, ketiak, dan 5. Pembesaran kelenjar getah
persisten >2 minggu, non-remitting inguinal. bening di leher, ketiak, dan
(tidak pernah reda atau intensitas 7. Gejala TBC di organ lain. inguinal.
semakin lama semakin parah), tidak 6. Gejala TBC di organ lain.
membaik dengan pemberian
antibiotik.
4. Kelelahan, anak kurang aktif bermain,
aktivitas anak tidak aktif.
Efek samping obat (ESO)
WORKSHOP MANAJEMEN ILTB DAN TPT

ESO adalah efek tidak diinginkan yang timbul pada dosis


normal yang umumnya terkait dengan farmakologi obat.

Tanyakan keluhan seperti mual muntah,


tampak kuning, kulit gatal.

Evaluasi Periksa apakah ada tanda efek samping


ESO seperti ikterik, hepatomegali, ruam di kulit.

Identifikasi efek samping obat dan tatalaksana.


WORKSHOP MANAJEMEN ILTB DAN TPT

Tatalaksana Periksa dosis obat yang dikonsumsi


Umum ESO
Eksklusi penyebab lain

Tentukan derajat efek samping

Berikan tata laksana

Laporkan

Bila gejala sudah membaik, obat diberikan kembali secara gradual

Cegah timbulnya resistensi obat


Efek samping obat dan tatalaksana

Obat Efek Samping Tatalaksana


WORKSHOP MANAJEMEN ILTB DAN TPT

Isoniazid (H) Neuropati perifer (Angka kejadian < ∙ Berikan atau tingkatkan dosis piridoksin (B6)
0,2%)* ∙ Jika menetap atau berat, hentikan INH
Hepatotoksisitas (angka kejadian 2-6%)* ∙ Hentikan minum obat, tes fungsi hati; tunggu
sampai fungsi hati normal
∙ Obat diberikan sekuensial satu demi satu
setiap 2 hari sebelum menambah obat lain
(pada penggunaan panduan 3HP/3HR
Gangguan neuropsikiatri ∙ Verifikasi dosis obat, hentikan obat yang
diduga menjadi penyebab
∙ Jika gejala menetap, hentikan obat yang
paling mungkin jadi penyebab
∙ Jika gejala berat atau menetap hentikan obat
yang paling mungkin menjadi penyebab atau
mengurangi dosis (pada panduan 3HP/3HR)
*) Persentasi kejadian ESO diambil dari buku operasional WHO untuk TBC yang dikeluarkan Maret 2020, Bila terdapat gejala efek samping seperti di atas, maka:
• Obat sementara dihentikan dan lakukan tatalaksana efek samping.
• Jika reaksi efek samping obat berat segera diberikan perawatan suportif dan lakukan rujukan.
• Jika reaksi efek samping obat sedang/ringan, pastikan oleh tenaga kesehatan bahwa reaksi yang timbul akibat TPT, berikan perawatan suportif dan observasi
hingga reaksi obat menghilang. Jika reaksi akibat obat terus muncul lakukan pemeriksaan lebih lanjut. Ditambahkan disesuaikan gejala efek sampingnya.
Efek samping obat dan tatalaksana (Lanjutan)
Obat Efek Samping Tatalaksana
WORKSHOP MANAJEMEN ILTB DAN TPT

Rifampisin (R) Reaksi seperti flu (flu-like syndrome) ∙ Hentikan obat


dan berupa demam disertai lemas, lelah, sakit ∙ Pertimbangkan pemberian obat anti-histamin
Rifapentine kepala, nyeri otot, takikardi atau palpitasi, (diphenhydramine, loratadine dll)
(P) berkeringat atau gejala lainnya ∙ Antiemetik, antidiare
∙ Tunggu sampai gejala klinis membaik
Hepatotoksisitas (Sekitar 1% orang yang ∙ Hentikan minum obat, tes fungsi hati; tunggu
menjalani 3HP mengalaminya)* sampai fungsi hati normal
∙ Obat diberikan sekuensial satu demi satu setiap 2
hari sebelum menambah obat lain
Ruam kulit Identifikasi ringan, sedang atau berat.
Bila ringan / sedang atasi secara supportif sampai
gejala menghilang
Bila berat lakukan rujukan ke RS terdekat
Gejala gangguan pencernaan seperti Identifikasi ringan, sedang atau berat.
mual, muntah, atau sakit perut Bila ringan / sedang atasi secara supportif sampai
gejala menghilang
Bila berat lakukan rujukan ke RS terdekat
Obat Efek Samping Tatalaksana
WORKSHOP MANAJEMEN ILTB DAN TPT

Rifampisin Perubahan warna cairan tubuh seperti Beri konseling agar pasien tahu bahwa
(R) dan urin, keringat atau air mata perubahan warna cairan tubuh adalah hal
Rifapentine yang normal karena hasil ekskresi dari
(P) pengobatan dan tidak berbahaya
Pada saat awal pemberian TPT, lakukan KIE
mengenai hal ini
Hipersensitivitas seperti hipotensi, ∙ Hentikan minum obat
pingsan, takikardi, anafilaksis atau ∙ Berikan perawatan dukungan pada
bronkospasme. Reaksi ini sangat kondisi mendesak
jarang terjadi (Angka kejadian sekitar ∙ Melakukan rujukan untuk pemeriksaan
4%)* dan tatalaksana lanjut yang dibutuhkan
∙ Bronkodilator
∙ Steroid
*) Persentasi kejadian ESO diambil dari buku operasional WHO untuk TBC yang dikeluarkan Maret 2020, Bila terdapat gejala efek samping seperti di atas, maka:
• Obat sementara dihentikan dan lakukan tatalaksana efek samping.
• Jika reaksi efek samping obat berat segera diberikan perawatan suportif dan lakukan rujukan.
• Jika reaksi efek samping obat sedang/ringan, pastikan oleh tenaga kesehatan bahwa reaksi yang timbul akibat TPT, berikan perawatan suportif dan observasi
hingga reaksi obat menghilang. Jika reaksi akibat obat terus muncul lakukan pemeriksaan lebih lanjut. Ditambahkan disesuaikan gejala efek sampingnya.
Kepatuhan dan keteraturan minum obat
WORKSHOP MANAJEMEN ILTB DAN TPT

1. Penilaian kepatuhan minum obat dilakukan setiap bulan


2. Penyebab ketidakteraturan minum obat harus dicari dan
didiskusikan pemecahannya
3. Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) dilakukan baik pada pasien
maupun anggota keluarga yang berperan sebagai pengawas
menelan obat (PMO)
4. Penting untuk menekankan bahwa TPT diberikan pada orang yang
tidak ada gejala untuk mencegah infeksi dan sakit TBC
5. Hasil evaluasi bulanan, bila saat kontrol tidak ada masalah, maka
pemberian TPT dapat dilanjutkan untuk bulan berikutnya
TINDAK LANJUT PENGOBATAN
WORKSHOP MANAJEMEN ILTB DAN TPT

Kriteria Definisi
Selesai pengobatan Pengobatan lengkap adalah bila telah menyelesaikan minimal 80%
rangkaian pengobatan pencegahan, kecuali untuk 3HP minimal
90%.
Putus berobat Dikatakan putus berobat apabila penerima TPT tidak minum obat
TPT selama minimal 1 bulan berturut-turut.
Gagal pengobatan Dikatakan gagal pengobatan apabila penerima TPT menjadi sakit
TBC.
Meninggal Penerima TPT yang meninggal sebelum menyelesaikan TPT
dengan sebab apapun.
Tidak dievaluasi Penerima TPT yang tidak diketahui hasil akhir terapinya, baik
karena penderita memang berhenti datang atau bila pasien pindah
ke fasyankes lain dimana hasilnya tidak diinformasikan kepada
fasyankes pengirim.
Pengobatan lengkap
WORKSHOP MANAJEMEN ILTB DAN TPT

 6H: 180 dosis selama 6 bulan atau minimal 144 dosis selama 239 hari
 3 HP: 12 dosis selama 3 bulan atau minimal 11 dosis selama 120 hari
 3 HR: 90 dosis selama 3 bulan atau minimal 72 dosis selama 120 hari
 1 HP: 30 dosis selama 1 bulan atau minimal 24 dosis selama 40 hari
Monitoring efek samping obat (MESO)
WORKSHOP MANAJEMEN ILTB DAN TPT

MESO adalah evaluasi aktif dan sistematik klinis dan laboratorium pasien
yang sedang mendapatkan suatu terapi.

Tujuan MESO mengurangi risiko bahaya terkait obat dan mengumpulkan


data yang dapat digunakan sebagai dasar untuk kebijakan lebih lanjut
mengenai obat tersebut.

Assessment aktif klinis dan laboratorium secara sistematik kepada


pasien yang sedang mendapatkan terapi.

3 aktivitas Efek samping yang terjadi dilakukan tatalaksana sesuai.

Pelaporan dan pencatatan efek samping serius yang terjadi.


Pertimbangan Pada Kondisi Khusus
WORKSHOP MANAJEMEN ILTB DAN TPT

ODHIV Kehamilan Infeksi Hepatitis C


Rifapentine aman digunakan pada Pada orang hamil pemberian Rifamycins termasuk
ODHIV, tetapi interaksi antara TPT dengan Rifapentine tidak Rifapentine tidak
rifapentine dan antiretroviral tertentu direkomendasikan karena dianjurkan digunakan
harus dipertimbangkan, atau kurangnya data keamanan bersama-sama dengan
sebaiknya dihindari sama sekali, rifapentine selama kehamilan. obat antivirus hepatitis
baik menggunakan TPT lain atau Rekomendasi WHO untuk C, karena rifamycins
dengan mengganti rejimen wanita hamil dengan HIV dapat menurunkan
antiretroviral. diberikan IPT dan tidak konsentrasi obat
menunda TPT ke periode antivirus hepatitis C.
Penggunaan 3HP aman bila postpartum.
diberikan bersamaan dengan
efavirenz, ART berbasis raltegravir,
dan dolutegravir.
Terima Kasih

Workshop Manajemen Infeksi Laten Tuberkulosis


dan Terapi Pencegahan Tuberkulosis Tahun 2022

Anda mungkin juga menyukai