Anda di halaman 1dari 15

KONSEP

PUBLIC PRIVATE MIX (PPM)


LATAR BELAKANG PPM POLA
PENEMUAN KASUS TBC DAN
Patient Pathway Analysis, KONTRIBUSI FASKESPenelitian Sektor Swasta
Inventory Study
2017 oleh Balitbangkes, 2017 oleh BCG/USAID, 2018
74% masyarakat dengan 62% Kasus TB tidak 65% kasus TB
gejala TB dalam hal dilaporkan oleh Rumah mendapatkan diagnosis di
mencari pengobatan awal Sakit fasilitas pelayanan
lebih memilih fasyankes  kasus TB yang dilaporkan yang
dilaporkan hanya 38% dari estimasi total
kesehatan primer
swasta kasus  44% di puskesmas
Rasio pencarian 96% Kasus TB yang tidak 82% kasus TB
pengobatan di fasyankes dilaporkan dari menyelesaikan
swasta paling besar ada di DPM/Klinik/Lab pengobatan di rumah
farmasi/apotek (52%),  kasus TB yang dilaporkan yang sakit
DPM (19%) dan RS (3%). dilaporkan hanya 4% dari estimasi total
kasus
 79% rumah sakit
swasta
KONSEP PUBLIC PRIVATE
MIX
LATAR BELAKANG DEFINISI TUJUAN
• Sebagian besar pelaporan • Pendekatan untuk • Mengorganisasikan
berasal dari fasyankes pemerintah. komprehensif semua layanan
• Pertimbangan preferensi masyarakat fasyankes,
melibatkanbaik pemerintah
secara & swasta dalam layanan
TB untukterpadu
memastikan
yang
dalam pencarian pengobatan penanggulangan
sistematis TB berpusat pada
• Ketersediaan layanan swasta • DPPM  jejaring layanan (patient‐centered care)pasien
pada
yang
besar dan tersegmentasi dalam tuberkulosis tingkat kabupaten/kota
• Kualitas pelayanan di satu pemerintah
seluruh faskes kab/kota yang
dan swasta yang dengan koordinasi
TB layanan melibatkan
dikoordinasikan oleh Dinkes Kab/Kota yang
substansial
swasta Tim DPPM TB
JEJARING EKSTERNAL
Jejaring layanan TB diantara
Tim DPPM telah terbentuk di
Diimplementasikan KOPI TB
seluruh fasilitas pelayanan
125 Kab/Kota
oleh 23 Provinsi
kesehatan baik pemerintah dan
swasta di sebuah kabupaten/kota & 71 Kab/Kota

DPPM Tujuan PPM

JEJARING INTERNAL 61 dari 80 Prioritas


Jejaring layanan TB antara (76% PPM
Kab/Kota
seluruh unit di sebuah fasilitas ) bentuk tim
pelayanan kesehatan Detected Treated Reported
DPPM
JEJARING INTERNAL LAYANAN
TBC
Jejaring Internal dalam hal:
1) Penemuan terduga/skrining terduga TBC
2) Alur Diagnosis TBC
3) Alur Penanganan Pasien Mangkir
4) Pengelolaan Logistik
5) Pencatatan dan Pelaporan TBC

Jejaring internal layanan TBC dapat dituangkan dalam SOP di


masing-masing faskes yang mencakup peran dari unit/poli
lain, serta mekanisme dan periode pengumpulan data dari
unit/poli terkait
Tujua
• Meningkatkan kegiatan kolaborasi layanan antar unit layanan, misalnya antara unit pelayanan umum, gigi, MTBS, KIA, HIV
ndan unit lainnya di dalam puskesmas;
• Mengurangi terjadinya keterlambatan diagnosis TBC (delayed-diagnostic) dan kasus TBC yang tidak terlaporkan (under-
reporting);
• Memastikan kasus TBC dilaporkan secara berkala melalui sistem informasi program tuberkulosis
JEJARING EKSTERNAL LAYANAN
TBC
Jejaring
Eksternal TBC

Alur Rujukan • DPM/Klinik memiliki akses


Alur Diagnostik Pasien Pindah Pengelolaan terhadap logistic termasuk
TBC Pengobatan dan Logistik OAT jika sudah
Pasien Mangkir berjejaring (MoU) dengan
Puskesmas
• Pasien Pindah  Koordinasi antara Fasyankes Pengirim,
• Fasyankes yang tidak memiliki fasilitas Fasyankes Tujuan dan Dinkes dengan formulir TB.09 dan
pemeriksaan dapat merujuk pasien/spesimen TB.10
ke fasyankes lain untuk diagnosis maupun • Pasien Mangkir  Koordinasi antara DPM/Klinik
follow up pasien TB dan TB Resistan Obat dengan Puskesmas dan Dinkes, Puskesmas sebagai
• Pengaturan rujukan pasien/spesimen ke Pembina wilayah akan melakukan pelacakan
fasyankes TCM dilakukan oleh Dinkes
STRATEGI IMPLEMENTASI PPM 2020-
2024
Meningkatkan keterlibatan dan menguatkan
mekanisme jejaring antara seluruh fasilitas
Menguatkan implementasi wajib
notifikasi TBC
• System reward/punishment
pelayanan kesehatan (DAK/Klaim/Kapitasi/SKP)
• Diseminasikan wajib notifikasi TBC dan isu lainnya
Meningkatkan kualitas layanan TBC, antara kepada seluruh anggota OP
lain dengan: • Sistem credentialing/ re credentialing BPJS
• Mensosialisasikan ISTC, PNPK TBC dan isu terkait TBC Menguatkan kolaborasi DPPM melalui
lainnya kepada seluruh OP
• TBC sebagai penilaian utama dalam akreditasi di
skema pembiayaan kesehatan
• Strategic health purchasing (SHP)  & konsep
FKTP & FKRTL
• Branding layanan TB performance based

Melakukan dukungan akses pasien TBC


Menguatkan peran lintas program, lintas
dari layanan swasta
sektor dan komunitas dalam penerapan PPM • akses pemeriksaan Tes Cepat Molekuler (TCM)
(Pelibatan Organisasi profesi, asosiasi fasyankes, BPJS, dll) dan sistem transportasi spesimen yang efisien ,
akses obat dan BHP lainnya,

Membangun jejaring antara layanan kesehatan


swasta dengan organisasi masyarakat
• untuk patient support, kontak investigasi, rujukan TB‐HIV,
& upaya promosi dan preventif.
IMPLEMENTASI PPM TINGKAT
KAB/KOTA 1. Mengidentifikasi dan mengembangkan
mekanisme koordinasi dengan stakeholder
2. Memfasilitasi, mendorong,
membina, memantau dan
mengevaluasi pembentukan
struktur DPPM dan implementasi
intervensi DPPM
3. Mengidentifikasi, mengembangkan,
membina, memantau dan
mengevaluasi jejaring PPM / jejaring
eksternal layanan TB yang melibatkan
seluruh fasyankes di
kabupaten/kota;
4. Memastikan terbentuknya jejaring
internal layanan TB yang melibatkan
seluruh unit/poli terkait pada
tingkat fasyankes;
5. Membangun dan memperkuat jejaring
termasuk kerjasama lintas batas wilayah;
KEBIJAKAN PENDUKUNG PROGRAM TBC
LANDASAN HUKUM
WAJIB LAPOR TUBERKULOSIS
Komponen Utama
Surat Edaran Menkes No.
660/2020 Tentang Kewajiban
Pelaporan TBC

1. Setiap fasilitas pelayanan kesehatan (Puskesmas, tempat


praktik mandiri dokter, klinik, balai kesehatan, dan rumah sakit)
wajib melakukan pencatatan dan pelaporan semua kasus
Tuberkulosis yang ditemukan dan diobati
2. Pencatatan dan pelaporan menggunakan SITB atau SIMRS-SITB
3. NIK = variabel wajib
4. Hasil pencatatan dan pelaporan kasus Tuberkulosis
menjadi bahan pertimbangan dalam pelaksanaaan
pengalokasian Dana Alokasi Khusus (DAK)

Anda mungkin juga menyukai