Anda di halaman 1dari 56

PROPOSAL

MANAJEMEN PEMBINAAN KLUB FUTSAL GIGA FC KOTA METRO


DALAM MENGEMBANGKAN PRESTASI

Oleh :
YOGI MANDALA PUTRA
19711251021

Tesis ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan


untuk mendapatkan gelar Magister Pendidikan

PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kegiatan olahraga saat ini tidak dapat dipisahkan dari tujuan untuk

pendidikan, untuk kesehatan, untuk kesembuhan cidera, untuk hiburan semata

atau untuk mencapai sebuah prestasi. Sedangkan Timothy John Lindsay Chandler,

et al (2002:191) mendefinisikan olahraga sebagai aktivitas terstruktur, beriorentasi

tujuan kompetitif, berbasis kontes dan fisik, meliputi sebagian kegiatan umumnya

diakui sebagai olahraga.

Olahraga merupakan kegiatan yang mulai banyak dilakukan oleh

masyarakat indonesia. Menurut undang-undang no. 2 tahun 2005 olahraga adalah

kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina serta mengembangkan

potensi jasmani, rohani, dan mental. Tujuan keolahragaan nasional adalah untuk

memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kebugaran, prestasi, kualitas

manusia, menaanamkan nilai moral dan akhlak mulia, sportifitas, disiplin,

mempererat dan membina persatuan dan kesatuan bangsa, memperkukuh

ketahanan nasional, serta mengangkat harkat, martabat, dan kehormatan bangsa.

Untuk mencapai tujuan keolahragaan nasional, olahraga telah dikategorikan

menjadi olahraga prestasi, pendidikan, dan rekreasi.

Futsal merupakan permainan sepak bola yang dilakukan didalam ruangan.

Futsal berasal dari kata spanyol yang berarti futbol atau yang disebut sepak bola

dalam ruangan. Dalam beberapa tahun terakhir ini futsal sangat marak di

2
indonesia. Peermainan setiap tim, berbeda dengan sepak bola yang permainan

berjumlah sebelas orang setiap tim. Ukuran lapangan dan ukuran lapangan dan

ukuran bolanya pun lebih kecil dibandingkan ukuran yang digunakan dalam sepak

bola lapangan rumput. (Justinus, 2011:5)

Olahraga futsal beberapa tahun terakhir berkembang dengan sangat cepat

di seluruh tanah air. Perkembangan yang cepat ini patut disyukuri karena

mendorong perkembangan sepak bola (lapangan luar).

Salah satu bentuk untuk meningkatkan prestasi futsal yang saat ini sedang

berkembang maka perlu pembinaan Futsal yang dilaksanakan disetiap

perkumpulan maupun organisasi. Peran Klub futsal sangat penting karena Klub

Olahraga berhubungan langsung dengan atlet. Mengelola sebuah Klub juga bukan

hal yang mudah perlu adanya kerja sama dari berbagai pihak untuk ikut serta

dalam menjalankan organisasi tersebut. Di butuhkan manajemen atau pengelola

yang mampu menjalankan dengan baik agar klub tersebut berkembang.

Berdasarkan observasi peneliti pada tahun 2020, klub Giga FC Kota Metro

menjadi tuan rumah digelarnya liga pro futsal pekan ke 5 grub A di Giga Futsal

Arena. Namun sarana dan prasarana yang belum baik. Karena hanya memiliki 1

lapangan dengan ukuran standar nasional tetapi kapasitas tribun penonton yang

belum memadahi sedangkan pecinta futsal di indonesia sangat banyak

terkhususnya pecinta futsal di kota metro. Kemudian jumlah lapangan yang ada di

Kota Metro sangat sedikit, itu akan menjadi hambatan untuk pembinaan prestasi

olahraga futsal di giga metro.

3
Prestasi klub yang ada di Kota Metro yang belum dapat meraih juara di

liga profesional tetapi disisi lain tim manajemen Klub futsal sudah mengeluarkan

biaya yang banyak untuk pengelolaan dana pada saat mengikuti liga profesional

indonesia atlet. Klub futsal Giga FC Kota Metro masih minim pemain lokal dalam

arti pemain asli dari Kota Metro sangat sedikit yang menjadi pemain liga

profesional sedangkan Klub Giga FC Kota Metro memiliki akademi futsal.

Arif dan Zulkarnain (2008: 236) manajemen diartikan sebagai suatu proses

yang terdiri dari rangkaian kegiatan, seperti perencanaan, pengorganisasian,

penggerakan dan pengendalian atau pengawasan, yang dilakukan untuk

menentukan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui sumber daya

manusia dan sumber daya lainnya. Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur

proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara

efektif dan efesien untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Hasibuan, 2001: 2).

Sementara Ismail (2009: 4) menjelaskan bahwa manajemen dapat didefinisikan

sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian

dari berbagai sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif dan

efisien. Apabila diterjemahkan secara bebas, manajemen pada umumnya dikaitkan

dengan aktivitas-aktivitas perencanaan, kepemimpinan, pengorganisasian, dan

pengendalian. Tujuan menggunakan manajemen dalam organisasi adalah agar

aktivitas klub Futsal dalam melakukan pekerjaan dapat bekerja secara efektif,

efesien, dan menghasilkan kerja yang memuaskan, sehingga sangat penting untuk

berhasilnya suatu organisasi klub dalam mencapai tujuan khususnya bagi Tim

Giga Futsal kota metro belum diketahui kinerja manajemen organisasinya.

4
Berdasarkan dari uraian latar belakang di atas maka dipandang penting

untuk diteliti masalah ”Manajemen Pembinaan Klub Futsal Giga FC Kota Metro

dalam Mengembangkan Prestasi”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat diidentifikasi berbagai

masalah yang berkaitan dengan pelaksaan manajemen pembinaan klub olahraga

Giga FC Kota Metro sebagai berikut.

1. Prestasi klub Giga FC Kota Metro yang belum mendapatkan prestasi yang

maksimal.

2. Pembinaan klub Giga FC Kota Metro yang belum berhasil menghasilkan atlet

atau pemain yang berasal dari Kota Metro maupun Lampung.

3. Sarana dan prasarana olahraga futsal klub Giga Fc Kota Metro yang belum

memadahi.

C. Pembatasan Dan Rumusan Masalah

Fokus dan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebuah klub futsal

di Kota Metro yaitu klub Giga FC Kota Metro. Rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana latar belakang visi, misi dan tujuan dalam manajemen pembinaan

klub Giga FC Kota Metro?

2. Bagaimana sumber daya manusia (pelatih dan atlet) dalam manajemen

pembinaan klub Giga FC Kota Metro?

5
3. Bagaimana pelaksanaan program latihan dalam manajemen pembinaan klub

Giga FC Kota Metro?

4. Bagaimana pemeliharaan dan penggunaan sarana dan prasarana dalam

manajemen pembinaan klub Giga FC Kota Metro?

5. Bagaimana penggunaan dana dalam manajemen pembinaan klub Giga FC

Kota Metro?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan yang diharapkan dari

penelitian ini yaitu :

1. Untuk mengetahui latar belakang visi, misi dan tujuan dalam manajemen

pembinaan klub Giga FC Kota Metro.

2. Untuk mengetahui sumber daya manusia (pelatih dan atlet) dalam manajemen

pembinaan klub Giga FC Kota Metro.

3. Untuk mengetahui pelaksanaan program latihan dalam manajemen

pembinaan klub Giga FC Kota Metro.

4. Untuk mengetahui pemeliharaan dan penggunaan sarana dan prasarana dalam

manajemen pembinaan klub Giga FC Kota Metro.

5. Untuk mengetahui Bagaimana penggunaan dana dalam manajemen

pembinaan klub Giga FC Kota Metro.

6
E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan memberikan wawasan ilmiah dalam kepada para

pembaca bagaimana penerapan fungsi manajemen dan pembinaan sebuah

klub futsal.

2. Manfaat Praktis.

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi :

a. Bagi klub Giga FC Kota Metro.

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan atau masukkan bagi

pengurus, pembina dan atlet klub Giga FC Kota Metro dalam membuat kebijakan

strategi melakukan pembinaan prestasi yang tepat dan efektif juga meningkatkan

prestasi yang akan datang.

b. Bagi Universitas Negeri Yogyakarta.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber tertulis dalam

aktifitas pembuatan karya tulis ilmiah mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta

dalam menciptakan karya mahasiswa yang bermutu.

c. Bagi Pembaca.

Bagi pembaca penelitian ini diharapkan dapat diambil sebagai referensi untuk

penelitian-penelitian yang akan datang.

d. Bagi Penulis.

Penelitian ini bagi penulis sendiri dapat diambil manfaat sebagai upaya

untuk menambah pengalaman dalam bidang ilmu keolahragaan untuk mengetahui

bagaiman manajemen pembinaan klub Giga FC Kota Metro.

7
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. KAJIAN TEORI

1. MANAJEMEN

a. Hakikat Manajemen

Susanto. N., & Lismadiana (2016:100) Managere diterjemahkan kedalam

bahasa Inggris dalam bentuk kata kerja to manage, dengan kata benda

management, dan manager untuk melakukan kegiatan manajemen. Berdasarkan

hal tersebut manajemen merupakan hal serangkaian kegiatan perencanaan,

menggorganisasikan, menggerakkan, mengendalikan dan mengembangkan

terhadap segala upaya dalam mengatur dan mendayagunakan sumber daya

manusia, sarana prasarana secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan

organisasi yang telah ditetapkan. Bourgeois.I. & Cousins. J. B (2013:3)

Management is an part important of a new public management government

framework applied in service organizations around the world. Managing for

results requires a comprehensive system of performance measurement and

program evaluation to foster increased accountability in public organizations.

”Manajemen adalah bagian penting dari pemerintahan manajemen publik yang

baru kerangka kerja yang diterapkan dalam organisasi layanan di seluruh dunia.

Mengelola hasil membutuhkan sistem pengukuran kinerja dan evaluasi program

yang komprehensif untuk mendukungnya peningkatan akuntabilitas dalam

organisasi public”

8
Menurut Teri dalam Sugiyono (2014:14) manajemen adalah management

is a distinct process consisting of planning, organizing, actuating, and controling,

performed to determine and accomplish stated objectives by the use of human

being and other ressources. Manajemen adalah suatu proses yang khas, terdiri

dari perencanaan, pengorganisasian, pengerakan, dan pengontrolan guna

mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan mengunakan sumber daya manusia

dan sumber daya lain. Selain itu, menurut Ahmad. B (2012:1) management is

nothing bat arranging and organizing the means to perform better. It is intinctive

to evey living being to organize on-self and arrange surroundings to facilitate

comfort living. Manajeman hanyalah mengatur dan mengorganisir sarana untuk

tampil lebih baik. Rahmat Z & Irfandi (2018:4) menyimpulkan bahwa manajemen

diartikan sama dengan administrasi atau pengelolaan, meskipun kedua istilah ini

sering diartikan berbeda. Sedangkan menurut Prasetyo. D. E. (2018:37)

mengemukakan bahwa manajemen adalah merupakan proses pemberian

bimbingan, pimpinan, pengaturan, pengendalian, dan pemberian fasilitas olahraga

dan lainnya.

Selanjutnya manajemen didefinisikan sebagai proses sosial yang dirancang

untuk memastikan kerjasama, partisipasi, intervensi dan keterlibatan orang lain

dalam pencapaian efektif yang diberikan atau ditentukan objektif. Manajemen,

menjadi proses sosial, meletakkan penekanan utamanya pada tindakan antar

orang-orang di dalam dan di luar lembaga formal dan orang-orang di atas dan di

bawah posisi operasional seseorang. Untuk disebut seorang manajer harus

ditempatkan dalam posisi dari yang mana harus memastikan perubahan dalam

9
pola perilaku orang lain untuk tujuan mencapai tujuan yang dipercayakan

kepadanya, manajemen adalah seni membimbing aktivitas sekelompok orang

menuju pencapaian tujuan bersama (Fadlallh, 2015:246).

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen

merupakan sebuah proses atau tahapan dalam mengatur secara sumber daya

manusia dan juga sumber daya alam dimulai dengan rangkaian perencanaan,

kegiatan perencanaan, menggorganisasikan, menggerakkan, mengendalikan dan

mengembangkan.

b. Tujuan Manajemen

Tujuan manajemen dilaksanakan agar suatu usaha dapat terencana secara

sistematis dan dapat dievaluasi secara benar, akurat dan lengkap sehingga

mencapai tujuan secara produktif, berkualitas, efektif, dan efisien, (Ansor. A. S &

Mutahidah 2016:10-12). Pelaksanaan dalam segala bidang memerlukan suatu

manajemen yang baik untuk efektifitas dan efisensi pada organisasi. Andrew. R &

Suryawan. N (2015:176) menurut Fayol prinsip dasar dalam manajemen yakni

pembagian kerja, otoritas dan tanggung jawab, disiplin, kesatuan dalam perintah

dan arahan, penyelarasan dari kepentingan individu menjadi kepentingan bersama,

remunerasi, sentralisasi, rantai otoritas, instruksi, ekuitas, stabilitas masa aktif

sumberdaya manusia, inisiatif dan espirit de corps. Selain itu, menurut

Lunenburg, F. C. dalam Draft (2010:335) menyatakan bahwa manajemen yang

baik diperlukan untuk membantu organisasi memenuhi organisasi kedepan.

Sedangkan Harsuki (2013:18) memperjelas manajemen akan memperoleh 3

keuntungan yaitu, (1) Membantu mencapai tujuan efektif dari para pengikut.

10
Orang-orang dapat mengetahui apa yang diinginkan oleh seorang manejer dan

tindakan-tindakan umum apa yang kirannya akan dilakukan olehnya. (2)

menyediakan petunjuk-petunjuk dan suatu landasan bagi pemikiran manajerial.

(3) merupakan sebuah kerangka dengan apa seorang manejer dapat

mengembangkan pemikirannya. Dasar inilah yang menjadi acuan bahwa

menajemen sangat berguna untuk seriap mahluk hidup maupun kelompok agar

dapat mengatur diri sendiri dan sebuah kelompok dalam lingkungan kehidupan

sosial. Kwok. A. C. F (2014:4) Bureaucratic management, as depicted by its

name, focuses on a rigid system which has a set hierarchy, a clear division of

labour, and detailed rules and procedures. It provides a blueprint of how an

organisation should operate in the most efficient manner. “Manajemen birokrasi,

sebagaimana digambarkan dengan namanya, berfokus pada sistem yang kaku

yang memiliki seperangkat hierarki, pembagian kerja yang jelas, dan aturan serta

prosedur terperinci. Ini memberikan cetak biru bagaimana suatu organisasi harus

beroperasi dengan cara yang paling efisien”. Selain itu menurut Siswanto

(2016:17) Manajemen adalah seni dan ilmu dalam perencanaan, pengorganisasian

pengarahan, pemotivasian dan pengendalian terhadap orang dan mempunyai

mekanisme kerja untuk mencapai tujuan.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulakan tujuan

manajemen dapat berguna pada organisasi atau kelompok dalam merencanakan,

mengorganisasikan, dan melakukan pengawsan yang sistematis dan terencana

sesuai dengan aturan dan prosedur yang jelas.

11
c. Fungsi Manajemen

Terry. G. R dalam Harsuki (2013:79) dalam bukunya “Principles of

Management” Mengklarifikasikan fungsi-fungsi manajemen tersebut dalam empat

bagian yaitu sebagai berikut, perencanaan (Planning), pengorganisasian

(Organizing), pengerakan (Actuating), pengawasan (Controlling). Menurutnya

pada dasarnya orang menyusun rencana atau sebuah pola tentang aktivitas –

aktivitas masa yang akan datang terintegritas dan dipredeterminasi. Hal tersebut

mengharuskan adanya kemampuan untuk meramalkan, memvisualisasikan,

melihat ke depan yang dilandasi dengan tujuan-tujuan tertentu. singkatnya

diperlukan adanya “perencanaan atau planning” planing merupakan sebuah fungsi

yang fundamental dari manajeman. Selain itu, Fattah dan Siagin dalam Akhmad.

N, (2017:110) Menekankan beberapa pendapat mengenai fungsi-fungsi

manajemen menurut Fayol (planning, organizing, commanding, dan controlling),

Terry (planning, organzing, commanding, actuating, dan controlling), Gullick

(planning, organizing, staffing, directing, coordinating, reporting, budgeting),

O’Donniell (planning, organizing, staffing, leading, controlling).

Menurut (Tisna & Sudamarda, 2014:25) pada prinsipnya fungsi-fungsi

manajemen yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli secara umum

mengandung unsur perencanaan (planning), pengorganisasian (orginizing),

kepemimpinan (leading) dan pengendalian (controlling). Pernyataan diatas

diperkuat oleh (Solihin 2009:4-5) bahwa terdapat lima fungsi manajemen yang

harus dijalankan oleh seorang manajer adalah perencanaan, pengorganisasian,

pengisian staf, memimpin dan pengendalian. Dilanjutkan oleh (Trenberth &

12
Hassan, 2012:5) fungsi manajemen meliputi perencanaan, pengorganisasian,

pegawai dan evaluasi

Dari pendapat mengenai fungsi manajemen diatas menunjukkan

banyaknya aspek yang dikerjakan oleh seorang manajer. terlihat adanya beberapa

aspek penting dalam manajemen, yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian

(organizing), pengerakan (actuating), pengawasan (controlling).

Planning

SIKLUS POAC

Controlling Organizing
FUNGSI MANAJEMEN

Actuating

Gambar 1. Siklus POAC

(Sumber : Ansor. A. S &Mutahidah. 2016:10)

Fungsi manajemen merupakan komponen dasar dalam ilmu manajemen,

dimana proses manajemen akan berhasil dilaksanakan bila fungsi manajemen

berjalan dengan baik. Fungsi manajemen yang umum dilaksankan saat ini yaitu

fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian, (organizing) Pelaksanaan

(actuating), pengendalian (controlling).

Aspek penting manajemen tersebut, Haryadi. W. M., dkk (2016:43)

menjelaskan ke fungsi manajemen sebagai berikut :

13
a. Perencanaan (Planning)

Perencanaan (Planning) sangat penting karena banyak berperan dalam

menggerakan fungsi manajemen yang lain . Membuat keputusan biasanya menjadi

bagian dari perencanaan karena setiap pilihan dibuat berdasarkan proses

penyelesaian setiap rencana. Sedangkan menurut Susanto. N & Lismadiana.

(2016:100) Perencanaan merupakan salah satu fungsi manajemen yang berkaitan

dengan penentuan rencana yang akan membantu tercapainya sasaran yang telah

ditentukan oleh karenanya perencanaan merupakan awal dalam melakukan proses

manajemen. Selain itu Perenencanaan (planning) adalah 1) pemilihan atau

penetapan tujuan-tujuan organisasi dan 2) penentuan strategis, kebijaksanaan,

proyek, program, metode, system, anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk

mencapai tujuan. (Hani Handoko, 2016:8).

b. Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian (Organizing) adalah proses dalam memastikan kebutuhan

manusia dan fisik setiap sumber daya tersedia untuk menjalankan rencana dan

mencapai tujuan yang berhubungan dengan organisasi. Organizing juga meliputi

penugasan setiap aktifitas, membagi pekerjaan ke dalam setiap tugas yang

spesifik, dan menentukan siapa yang memiliki hak untuk mengerjakan beberapa

tugas ditambahkan fungsi pengorganisasian menurut Handoko. H (2016:9)

Pengorganisasian (organizing) adalah 1) penentuan sumber daya dan kegiatan

yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi, 2) perancangan dan

pengembangan suatu organisasi atau kelompok kerja yang akan dapat membawa

hal-hal tersebut kearah tujuan, 3) penugasan tanggung jawab tertentu dan

14
kemudaian, 4) pendelegasian wewengan yang diperlukan individu-individu untuk

melaksanakan tugas-tugasnya.

c. Pengerak (Actuating)

Pengerak (Actuating) adalah peran manajer untuk mengarahkan pekerja

yang sesuai dengan tujuan organisasi. Actuating adalah implementasi rencana,

berbeda dari planning dan organizing. Aktuating dilakukan dengan tujuan agar

kegiatan dilakukan tetap pada jalur yang telah ditetapkan. Aktuating secara

operasional adalah pemberian petunjuk dari atasan kepada bawahan, Bagaimana

tugas harus dilaksanakan, memberikan bimbingan dalam rangka perbaikan cara

bekerja. (Susanto. N & Lismadiana, 2016:101).

d. Pengawasan (Controlling)

Pengawasan (Controlling) memastikan bahwa kinerja sesuai dengan

rencana. Hal ini membandingkan antara kinerja aktual dengan standar yang telah

ditentukan. Jika terjadi perbedaan yang signifikan antara kinerja aktual dan yang

diharapkan, manajer harus mengambil tindakan yang sifatnya mengoreksi.

Sedangkan menurut Ansor. A. S & Mutahidah (2016:12) menyatakan bahwa

Pengawasan merupakan kegiatan dalam menilai suatu kinerja yang berdasarkan

pada standar yang sudah dibuat perubahan atau suatu perbaikan apabila

dibutuhkan. Kegiatan pengawasan tidak sekedar mengamati saja tetapi juga untuk

mengendalikan pekerjaan agar sesuai standar yang telah ditetapkan.

e. Pembinaan Prestasi

Mencapai sebuah prestasi yang baik dibidang keolahragaan tidaklah secara

instan. Namun diperlukan pembinaan yang teratur secara sistematis mulai dari

15
latihan dan dengan perlu adanya sistem pembinaan yang berkesinambungan,

sehingga pada prosesnya dapat menghasilkan bibit atau atlet yang berpotensi

dalam setiap kejuaraan, baik itu ditingkat daerah, provinsi, nasional maupun

dunia. Sujarwo (2012:2) Pembinaan dan pengembangan yang di maksud adalah

meliputi pengolahraga, ketenagaan, pengorganisasian, pendanaan, metode,

prasarana dan sarana, serta penghargaan keolahragaan. Pengembangan

keolahragaa di laksanakan melalui tahap pengenalan olahraga, pemantauan,

pemanduan, serta pengembangan bakat dan pengembangan prestasi. sesuai

dengan undang-undang Nomor 3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan

Nasional pada pasal 21 pemerintah dan pemerintah daerah wajib melakukan

pembinaan dan pengembangan olahraga sesuai dengan kewenangan dan tanggung

jawabnya. Pembinaan dan pengembangan sebagaimana dimaksud meliputi

pengolahraga, ketenagaan, pengorganisasian, pendanaan, metode, prasarana dan

sarana, serta penghargaan keolahragaan.

Pahlepi. S. M. R (2015:1789) mengatakan bahwa pembinaan adalah

merupakan suatu proses yang di lakukan untuk merubah tingkah laku individu

serta membentuk kepribadiannya, sehingga apa yang di cita-citakan dapat tercapai

sesuai dengan yang diharapkan. Pembinaan yang baik dan terorganasir akan

menghasilkan sesuatu yang maksimal sesuai dengan apa yang ingin direncanakan

dari awal. Proses pengembangan dan pembinaan memiliki peran besar dalam

memproduksi atlet dan pelatih, sesuai dengan penjelasan Collinsa. D., & Baileyc.

R. (2013:188) The talent identification and development process, if led in an

inclusive and evidence-based manner, has the potential to make significant

16
contributions to a number of levels of participation and performance.

“Identifikasi bakat dan proses pengembangan, jika dipimpin dengan cara yang

inklusif dan berdasarkan bukti, memiliki potensi untuk memberikan kontribusi

yang signifikan terhadap sejumlah tingkat partisipasi dan kinerja. Sedangkan

Tangkudung. J, & Puspitorini. W (2012:16) menyimpulakan bahwa pembinaan

merupakan proses pembinaan olahraga yang harus sudah dimulai sejak usia muda,

sebab pada saat usia muda si anak mempunyai kadar fleksibilitas yang tinggi,

kondisi fisik dan mentalnya sedang berada dalam keadaan stabil dan motivasinya

untuk berolahraga tinggi, sehingga memungkinkan untuk dapat meningkatkan

kemampuannya kearah yang lebih tinggi, serta didalam mengambil keputusannya

dapat dilakukan dengan cepat dan tepat. Namun perlu diingat pula bahwa pada

usia muda harus sudah memulai latihannya tergantung dari cabang olahraganya.

Sedangkan menurut Jon Herman S (2015:377-385) Prestasi olahraga dapat dicapai

memerlukan manejerial atau manajemen yang baik efektivitas dalam

melaksanakan kegiatan merupakan tuntutan bagi setiap organisasi untuk mencapai

tujuan.

Seluruh masyarakat baik di tingkat daerah maupun kabupatn/kota

berkewajiban menyelengarakan, mengawasi, mengendalikan seluruh kegiatan

olahraga prestasi baik di tingkat nasional maupun internasional. Demi memajukan

prestasi olahraga nasional pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan seluruh

masyarakat dapat mengembangkan: (1) Pengelolaan (2) sentra pembinaan

olahraga prestasi (3) pendidikan dan tenaga keolahragaan (4) sistem pemanduan

bakat (5) sarana dan pasarana. Lebih jelasnya komponen-komponen system

17
pembinaan keolahragaan berdasarkan Undang-undang sistem keolahragaan

nasional (SKN) NO. 3 tahun 2005 dapat dilihat pada table dibawah ini.

2. Pembinaan

1. Pengertian Pembinaan

Pembinaan juga harus benar-benar teroganisir melalui kerjasama antar

instansi, organisasi, maupun stake holder keolahragaan (Rasyono, 2016:46).

Pembinaan dan pengembangan keolahragaan meliputi pengolahraga, ketenagaan,

pengorganisasian, pendanaan, metode, prasarana dan sarana, serta penghargaan

keolahragaan yang dilaksanakan melalui tahap pengenalah olahraga, pemantauan,

pemanduan, serta pengembangan bakat dan peningkatan prestasi (Undang-undang

Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional

Bab VII Pasal 21 Ayat 2 dan 3).

Mencetak atlet potensial tidak bisa dilakukan dengan cara instan,

pembinaan berjenjang, kompetisi rutin, pemberian jam terbang, ketersediaan dana

pembinaan, fasilitas serta perhatian dari pemerintah menjadi faktor penting dalam

upaya melahrkan bibit-bibit atlet (Wibisono, 2011:5).

Untuk mencapai prestasi atlet yang setinggi-tingginya, maka usaha

pembinaan harus dilakukan dengan cara menyusun strategi dan perencanaan

sebagai usaha untuk meningkatkan kualitas serta mempunyai program yang jelas.

Dalam rangka pembinaan dan pengembangan suatu prestasi olahraga, maka perlu

dilakukan pembinaan sejak dini. Agar pembinaan yang dilakukan dapat berjalan

dengan baik maka perlu adanya usaha pemanduan bakat. Pemanduan bakat akan

berhasil secara maksimal apabila ditangani secara ilmiah dengan cara

18
mengaplikasikan ilmu olahraga dalam pemanduan bakat dan pembinaan prestasi

sehingga tidak membuang-buang waktu dan tenaga.

Untuk mencapai prestasi atlet secara maksimal diperlukan pembinaan

yang terprogram, terarah dan berkesinambungan serta didukung dengan

penunjang yang memadai. Untuk mencapai prestasi optimal atlet, juga diperlukan

latihan intensif dan berkesinambungan. Upaya untuk meraih prestasi perlu

perencanaan yang sistematis dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan,

mulai dari pemasalahan, pembibitan dan pembinaan hingga mencapai puncak

prestasi (Djoko Pekik Irianto, 2002:27).

PRESTASI

PEMBIBITAN

PEMASALAN

Gambar 2 Piramida Tahap-tahap Pembinaan

(Sumber : Djoko Pekik Irianto, Dasar Kepelatihan 2000:27)

Menurut pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pembinaan prestasi

yaitu usaha yang dilakukan secara sistematis untuk memperoleh atlet yang

berprestasi tinggi sampai menghasilkan atlet-atlet yang handal. Dalam usaha

pembinaan dan pengembangan suatu prestasi, maka perlu dilakukan pembinaan

19
usia dini. Agar pembinaan menghasilkan prestasi yang tinggi, perlu adanya

tahapan yang dilakukan secara baik. Mulai dari pemassalan, pembibitan dan

pencapaian prestasi.

1. Pemasalan

Agar memperoleh bibit olahragawan yang baik perlu disiapkan sejak awal

dengan program pemasalahan yang dilakukan dengan cara menggerakan anak-

anak usia dini untuk melakukan aktivitas olahraga secara menyeluruh atau jenis

olahraga apapun.

Menurut Said Junaedi (2003:49) strategi pemassalan olahraga usia dini dapat

dilakukan antara lain sebagai berikut:

1. Menyediakan sarana prasarana olahraga yang memadai di sekolah dasar.

2. Menyiapkan tenaga pengajar olahraga yang mampu menggerakan kegiatan

olahraga disekolah.

3. Mengadakan pertandingan antar kelas.

4. Memberikan motivasi kepada siswa, baik motivasi dari dalam, maupun

motivasi dari luar.

5. Mengadakan demonstrasi pertandingan-pertandingan atlet-atlet yang

berprestasi.

6. Merangsang minat anak melalui media massa TV, video dan lain-lain.

7. Melakukan kerjasama antara sekolah dengan masyarakat antara sekolah

dengan masyarakat khususnya orang tua.

20
Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa pemassalan adalah dasar

pokok gerak olahraga, diharapkan akan adanya bibit atlet unggul yang bertujuan

untuk memperoleh prestasi yang diinginkan.

2. Pembibitan

Menurut Cholik (1995) yang dikutip oleh Djoko Pekik Irianto (2002:29),

beberapa indikator penting yang perlu diperhatikan sebagai kriteria untuk

mengidentifikasi dan menyeleksi bibit atlet berbakat secara obyektif antara lain:

1. Kesehatan (pemeriksaan medik, khususnya sistem kardiorespiorasi dan

sistem otot-syaraf)

2. Antropometri (tinggi dan berat badan, ukuran bagian tubuh, lemak tubuh

dll)

3. Kemampuan fisik (speed power, koordinasi, Vo2 max)

4. Kemampuan psikologis (sikap, motivasi, daya toleransi)

5. Keturunan

6. Lama latihan yang telah diikuti sebelumnya dan adakah peluang untuk

dapat dikembangkan

7. Maturasi

Sedangkan menurut Bompa (1990) yang dikutip oleh KONI dalam Proyek

Garuda Emas, pengindentifikasian bakat dapat dilakukan dengan metode alamiah

dan metode seleksi ilmiah.

1. Seleksi alamiah

Seleksi dengan pendekatan secara natural (alamiah), anak-anak usia dini

berkembang, kemudian tumbuh menjadi atlet. Dengan seleksi alamiah ini, anak-

21
anak menekuni olahraga tertentu, sebagai akibat pengaruh teman sebayanya.

Perkembangan dan kemajuan atlet sangat lambat, karena seleksi untuk cabang

olahraga yang kayak dan ideal baginya tidak ada, kurang ataupun tidak tepat.

2. Seleksi ilmiah

Seleksi dengan penerapan ilmiah (IPTEK). Untuk memilih anak-anak usia

dini yang senang dan gemar berolahraga, kemudian diidentifikasi untuk menjadi

atlet, dengan metode ini, perkembangan anak usia dini untuk menjadi atlet dan

untuk mencapai prestasi tinggi lebih cepat, apabila dibandingkan dengan metode

alamiah. Metode ini menyeleksi dengan mempertimbangkan faktor-faktor antara

lain:

1. Tinggi dan berat badan

2. Kecepatan

3. Waktu reaksi

4. Koordinasi dan kekuatan (power)

Melalui pendekatan metode ilmiah anak-anak usia dini di tes, kemudian

diidentifikasi untuk dapat diarahkan ke cabang-cabang olahraga yang sesuai

dengan potensi dan bakatnya.

3. Prestasi

Konsep dari system pembinaan atlet untuk dapat mencapai prestasi yang

tinggi dan maksimal. Menurut Taks. M, et al (2014:214) Sport development is

about facilitating opportunities for people to get involved in sport and physical

activity. More specifically, sport development refers to the policies, processes,

22
and practice of facilitating opportunities for involvement in sport, from mass

participation to elite performance“Pengembangan olahraga adalah tentang

memfasilitasi peluang bagi orang untuk terlibat dalam olahraga dan aktivitas fisik.

Lebih khusus, pengembangan olahraga mengacu pada kebijakan, proses, dan

praktik memfasilitasi peluang untuk terlibat dalam olahraga, dari massa partisipasi

terhadap kinerja elit”.

Danardono (2012:78) pembinaan prestasi harus dilakukan secara

berjenjang dan berkelanjutan sampai tahapan maksimal dengan dikelolah secara

sistemik. Keberhasilan pembinaan prestasi atlet yang sistemik, terpadu, terarah

dan terprogram dengan jelas dilihat dari beberapa faktor yang mempengaruhi

yaitu:

1) Tersedianya atlet potensial (Talented Athletes) yang mencukupi.

2) Tersedianya pelatih profesional dan dapat menerapkan IPTEK

3) Tersedianya sarana prasarana dan kelengkapan olahraga yang memadai.

4) Adanya program yang berjenjang dan berkelanjutan, ditunjang dengan

adanya anggaran yang mencukupi dan hubungan yang baik antara semua

pihak (atlet, pelatih, pembina, pengurus, Pengprov, KONI, dan

Pemerintah)

5) Perlu diadakannya tes dan pengukuran kondisi atlet secara periodik.

Potensi pembinaan dan pembangunan olahraga mencakup olahraga

pendidikan, olahraga rekreasi, dan olahraga prestasi. Ketiga lingkup olahraga ini

melakukan pembinaan dan pengembangan olahraga secara terencana, sistematik,

berjenjang, dan berkelanjutan, yang dimulai dari pembudayaan dengan

23
pengenalan gerak pada usia dini, pemassalan dengan menjadikan olahraga sebagai

gaya hidup, pembibitan dengan penelusuran bakat dan pemberdayaan sentra

sentra keolahragaan, serta peningkatan prestasi dengan pembinaan olahraga

unggulan nasional sehingga olahragawan andalan dapat meraih puncak

pencapaian prestasi.

Menurut. Zalaff. K., Hidayatullah, M. F, & Kristiyanto. A (2017:102-

103) The improvement in sport development is not measured from how much

medals won from the national events like National Sport Week. According to

National Sport System, the improvement needs to be associated with the human

resource or the sport personnel participated in physical activities, the open space,

the citizen participation, and the physical fitness of the citizens. “Peningkatan

dalam perkembangan olahraga tidak diukur dari berapa banyak medali

dimenangkan dari acara nasional seperti Pekan Olahraga Nasional. Menurut

Olahraga Nasional Sistem, perbaikan perlu dikaitkan dengan sumber daya

manusia atau olahraga personel berpartisipasi dalam kegiatan fisik, ruang terbuka,

partisipasi warga, dan kebugaran fisik warga.

24
Menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 3 tentang

sistem keolahragaan nasional mengatakan prestasi adalah hasil upaya

maksimal yang dicapai olahragawan atau kelompok olahragawan (tim)

dalam kegiatan olahraga.

Dalam upaya peningkatan prestasi olahraga perlu terus dilakukan

pembinaan atlet sendiri mungkin, maka dalam pelaksanaan pembinaan

olahraga prestasi perlu ditangani secara komprehensif dan terpadu.

Menurut Apta Mylsidayu dan Febi Kurniawan (2015:38), berikut ini

tahap-tahap pembinaan prestasi:

1. Pengembangan Multilateral

Multilateral adalah pengembangan fisik secara keseluruhan.

Pengembangan multilateral merupakan hal yang penting bagi anak-anak untuk

mengembangkan berbagai keterampilan dasar yang dapat membantu anak menjadi

atlet dalam memenuhi latihan cabang olahraga khusus.

2. Pengembangan Spesialisasi

Spesialisasi adalah latihan yang dilakukan di lapangan, kolam renang, atau

ruang senam untuk menghasilkan adaptasi fisiologis yang diarahkan pada pola

gerak aktivitas cabang tertentu, pemenuhan kebutuhan metabolis, sistem energi,

tipe kontraksi otot, dan pola pemilihan otot yang digerakkan. Spesialisasi

dikembangkan pada saat atlet sudah mengembangkan dasar pada tahap

multilateral dan selanjutnya mengkhususkan pada olahraga tertentu yang

dipilihnya. Spesialisasi diperlukan untuk mencapai prestasi yang tinggi, sebab


25
pada tahap ini menuju ke arah fisik, teknis, taktis, dan adaptasi psikologis yang

kompleks. Dengan spesialisasi, atlet harus bersiap-siap menghadapi peningkatan

berkelanjutan pada volume latihan dan intensitas.

3. Prestasi Tinggi

Pencapaian prestasi tinggi akan mudah dicapai apabila pada tahap

pengembangan multilateral dan spesialisasinya juga dilakukan dengan benar.

Artinya untuk mencapai prestasi tinggi atau maksimal ditentukan oleh kualitas

latihannya yang terdiri dari pelatih dan atlet.

1. Faktor Pendukung Prestasi

Prestasi tinggi dalam suatu cabang olahraga, membutuhkan prasyarat

berupa karakteristik yang sesuai dengan tuntutan cabang olahraga yang

bersangkutan. Setiap cabang olahraga memiliki sifat yang spesifik dan karena itu

pula, pembinaan olahraga merupakan buatan secara sengaja dan sistematik untuk

memenuhi tuntutan tersebut agar dapat dicapai prestasi yang lebih tinggi. Secara

umum dapat disklasifikasi dua faktor utama yang mempengaruhi pencapaian

prestasi. Pertama, faktor yang melekat pada atlet seperti karakteristik fisik dan

sifat-sifat psikologis tertentu. Kedua faktor itu berinteraksi sebagai sebuah sinergi

sehingga terbentuk efisiensi teknis dan kemampuan psikologis (Rusli Lutan,

2002:13)

Menurut Djoko Pekik Irianto (2002:8-11) Usaha pencapaian prestasi

merupakan usaha yang multikomplek yang melibatkan banyak faktor baik internal

maupun eksternal, kualitas latihan merupakan penompang utama tercapainya


26
prestasi olahraga, sedangkan kualitas latihan itu sendiri ditopang oleh faktor

internal yakni kemampuan atlet (bakat dan motivasi) serta faktor eksternal.

PRESTASI

PENGETAHUAN RISET

DAN PRIBADI
ATLET

KUALITAS LATIHAN

FASILITAS PERTANDINGA
N

BAKAT KEMAMPUAN MOTIVASI


ATLET

Gambar 3 Faktor pendukung prestasi

( Sumber : Djoko Pekik Irianto, 2002:9)

Berdasarkan teori diatas disimpulkan bahwa system pendukung prestasi cabang

olahraga memiliki usaha pencapaian prestasi dengan prasyarat tersendiri yang

harus dicapai agar mendukung prestasi lebih tinggi. Dalam mendukung kualitas

latihan menompang system yang berpengaruh terhadap karakteristik prasyarat

yakni system internal dan system eksternal.

27
1. Faktor Internal

Faktor internal merupakan pendukung utama tercapainya prestasi

olahragawan, sebab system ini memberikan dorongan yang lebih stabil dan kuat

yang muncul dari dalam diri atlet itu sendiri, yang meliputi:

1. Bakat: yakni potensi seseorang yang dibawa sejak lahir

2. Motivasi: yakni dorongan meraih prestasi, baik system maupun ekstrinsik

2. Faktor Eksternal

Kemampuan baik yang berupa pengetahuan, keterampilan cabang olahraga

maupun cara melatih yang efektif mutlak untuk dikuasai oleh setiap pelatih.

Demikian juga dengan sikap dan kepribadian, sebab pelatih adalah figur panutan

bagi setiap atletnya.

Menurut Sukadiyanto dalam Apta Mylsidayu dan Febi Kurniawan (2015:

10) pelatih adalah seseorang yang memiliki kemampuan system internal untuk

membantu mengungkapkan potensi atlet menjadi kemampuan yang nyala secara

optimal dalam waktu relative singkat.

Menurut Yusuf Hadisasmita dan Aip Syaifuddin (1996: 28-29)

menyatakan bahwa untuk memperoleh keberhasilan dalam kepelatihan diperlukan

kemampuan utama, antara lain sebagai berikut :

1. Pengetahuan/ilmu diperlukan untuk melakukan pengkajian teoritis

mengenai masalah yang berhubungan dengan pelatihan. Ilmu-ilmu yang

dibutuhkan tersebut adalah ilmu-ilmu yang utama tentang masalah keolahragaan

dan ilmu dari bidang studi lainnya sebagai penunjang untuk pelatihan
28
2. Seorang pelatih harus mempunyai keterampilan yang memadai meliputi:

a) keterampilan teknis, di mana keterampilan ini akan mempermudah dalam

menyampaikan materi kepada atlet yang bina, b) keterampilan konseptual, di

mana pelatih mampu melihat keadaan dengan analisisnya dan mampu

memberikan konsep atau gagasan baru yang sangat diperlukan oleh atletnya, c)

keterampilan manajerial, di mana keterampilan ini berhubungan dengan orang

lain, dan d) keterampilan hubungan antar personal, di mana seorang pelatih harus

bisa memberikan motivasi dan dapat berkomunikasi dengan baik kepada atletnya.

3. Sikap hidup/falsafah. Artinya pelatih harus sadar di mana pelatih tersebut

berada sehingga sikap serta perilaku yang dibawanya tidak berbeda dengan

system yang dianut atlet dan masyarakat sekitarnya.

Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan pula bahwa seorang

pelatih yang baik harus memiliki (1) kemampuan dan keterampilan cabang

olahraga yang dibina (2) pengetahuan dan pengalaman di bidang, (3) dedikasi dan

komitmen melatih, dan (4) memiliki moral dan sikap kepribadian yang baik.

4. Olahraga Futsal

a. Futsal

a. Sejarah Futsal

Futsal berasal dari bahasa Spanyol yaitu dari kata futbol sala, artinya

sepak bola ruangan. Pada tahun 1930 di Montevideo, Uruguay, futsal

diperkenalkan oleh seorang pelatih sepak bola yang bernama Juan Carlos Ceriani.

Olahraga ini membentuk seorang pemain agar selalu siap menerima dan
29
mengumpan bola dengan cepat dalam tekanan pemain lawan, dengan lapangan

yang sempit, permainan ini menuntut teknik penguasaan bola yang tinggi, kondisi

fisik yang bagus, dan kerjasama antar pemain.

Permainan futsal menjadi semakin mengemuka ketika FIFA memberi

pengakuan secara resmi pada tahun 1989 dimana kejuaraan dunia futsal mulai

diselenggarakan. Kejuaraan dunia tersebut diikuti oleh 16 tim nasional dari 16

negara dan diselenggarakan setiap empat tahun sekali (Chen, Journal of Sport

Science, 28(3):237-244,2010). Sebagai cabang olahraga yang sudah

memasyarakat, baik sebagai hiburan atau sebagai olahraga prestasi, permainan

futsal banyak diminati oleh berbagai kalangan masyarakat. Popularitas permainan

futsal yang semakin meningkat tersebut memungkinkan untuk membina bakat-

bakat baru untuk menjadi pemain futsal profesional yang dapat berkiprah

mengharumkan nama bangsa di kancah Internasional.

Menurut Irawan (2009:22) futsal masuk ke Indonesia pada tahun 2002

setelah Indonesia di tunjuk oleh AFC (Asian Football Confederation) futsal

menjadi tuan rumah turnamen Asian Futsal Championship. Saat itu belum adanya

liga futsal di Indonesia menyebabkan dibentuknya Timnas Futsal Indonesia dari

pemain sepakbola yang bermain di liga professional. Liga futsal Indonesia sendiri

awalnya bernama Indonesia Futsal League (IFL) yang digelar pertama kali pada

tahun 2006 oleh Badan Futsal Nasional (BFN) kepengurusan dibawah Persatuan

Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) yang diketuai oleh Cemby Hutapea. Pada

tahun 2015 setelah dibekukan PSSI oleh FIFA terjadi pergantian organisasi
30
sehingga kepengurusan Badan Futsal Nasional berganti nama dan struktur menjadi

Asosiasi Futsal Indonesia (AFI), namun setelah di adakannya kongres PSSI

organisasi Asosiasi Futsal Indonesia berganti nama menjadi Federasi Futsal

Indonesia (FFI) yang diketuai oleh Harry Tanoesoedibjo. Federasi Futsal

Indonesia (FFI) merupakan badan resmi dibawah PSSI yang mengurusi olahraga

futsal di Indonesia. FFI kini yang menyelenggarakan liga futsal sejak 2015, baik

putra maupun putri yang saat itu bernama Futsal Super League (FSL) dan di

musim 2016 menjadi Pro Futsal League (PFL).

Menurut Roeslan Hatta (2003: 9), olahraga futsal adalah olahraga sepak

bola mini yang dilakukan di dalam ruangan atau indoor dengan panjang lapangan

38-42 meter dan lebar 15-25 meter, yang dinamakan oleh 5 pemain termasuk

penjaga gawang. Futsal adalah permainan yang hampir sama dengan sepak bola,

di mana dua tim memainkan dan memperebutkan bola di antara para pemain

dengan tujuan dapat memasukkan bola ke gawang lawan sebanyak–banyaknya

dan mempertahankan gawang dari kemasukan bola. Pemenang adalah tim yang

memasukkan bola ke gawang lawan lebih banyak dari kemasukan bola di gawang

sendiri. Futsal memiliki laws of the game tersendiri yang tidak ada dalam

permainan sepak bola pada umumnya, mulai dari sarana prasarana yang berbeda

sampai pada peraturan permainan, dikutip dari (Tim PPM FIK UNY,2005: 1)

Selain itu pemain futsal juga dituntut untuk memiliki kondisi fisik yang

bagus, teknik dasar yang baik, dan mental bertanding yang baik pula. Selain

membutuhkan keterlibatan kerjasama antar individu dalam sebuah tim, permainan


31
futsal juga merupakan cabang olahraga yang memiliki unsur gerak yang

kompleks. Seorang pemain futsal dalam bertahan maupun menyerang

kadangkadang menghadapi benturan keras, ataupun harus lari dengan kecepatan

penuh ataupun berkelit menghindari lawan, dan berhenti menguasai bola dengan

tiba-tiba. Seorang pemain futsal dalam mengatasi hal seperti itu haruslah dibina

dan dilatih sejak awal agar nantinya memiliki keterampilan yang mumpuni

(Muhammad dalam jurnal Unisma Vol. 2 No. 02, 2011). Performansi permainan

futsal sangat ditunjang oleh keterampilan yang dimiliki oleh para pemainnya.

Semakin terampil pemain dalam menguasai permainan, maka permainan futsal

akan menjadi semakin menarik dan menantang. Dalam permainan futsal, salah

satu keterampilan yang harus dikuasai oleh pemain adalah teknik dasar futsal yang

baik, keterampilan ini berkaitan dengan skill dalam penguasaan bola yang matang.

Oleh karena itu, butuh kekuatan, stamina, akselerasi, dan pergerakan kaki yang

lincah dan cepat. Pada dasarnya teknik dasar futsal merupakan teknik atau

gerakan yang sederhana, artinya teknik ini mudah dilakukan.

b. Peraturan Futsal

Menurut Justinus Laksana (2011:10) berikut adalah informasi mengenai

ukuran lapangan futsal dan peraturan resmi permainan futsal berdasarkan

peraturan FIFA.

Lapangan Permainan

1) Ukuran: Panjang 25-42 m x lebar 15-25 m.

32
2) Garis batas: garis selebar 8 cm, yakni garis sentuh sisi, garis gawang di

ujungujung, dan garis melintang tengah lapangan;

3) Lingkaran tengah: berdiameter 6 m;

4) Garis penalti: 6 m dari titik tengah garis gawang.

5) Garis penalti kedua: 12 m dari titik tengah garis gawang.

6) Zona pergantian: daerah 6 m (3 m pada setiap sisi garis tengah lapangan) pada sisi

tribun dari pelemparan.

7) Gawang: tinggi 2 m x lebar 3 m.

Bola

1) Ukuran: nomor 4.

2) Keliling: 62-64 cm.

3) Berat: 390-430 gram.

4) Lambungan: 55-65 cm pada pantulan pertama

Bahan: kulit atau bahan yang cocok lainnya (yang tidak berbahaya).

Jumlah Pemain (per tim)

1) Jumlah pemain maksimal untuk memulai pertandingan adalah lima pemain

dengan salah satunya penjaga gawang.

2) Jumlah pemain minimal untuk mengakhiri pertandingan adalah dua pemain

dengan salah satunya penjaga gawang

3) Jumlah pemain cadangan maksimal: 7 orang

4) Jumlah wasit: 2 orang

5) Jumlah hakim garis: 0 orang


33
6) Batas jumlah pergantian pemain: tak terbatas.

7) Metode pergantian: “pergantian melayang” (semua pemain kecuali penjaga

gawang boleh memasuki lapangan kapan saja; pergantian penjaga gawang hanya

dapat dilakukan jika bola tak sedang dimainkan dan dengan persetujuan wasit).

Perlengkapan Pemain

1) Kaos bernomor

2) Celana pendek

3) Kaos kaki

4) Pelindung lutut

5) Alas kaki bersolkan karet

Lama Permainan

1) Lama normal: 2 x 20 menit.

2) Lama istirahat: 10 menit.

3) Lama perpanjangan waktu: 2 x 10 menit.

4) Ada adu penalti jika jumlah gol kedua tim imbang saat perpanjangan waktu

a. selesai.

5) Time-Out: 1 kali per tim per babak: tak ada dalam waktu tambahan.

6) Waktu pergantian babak : maksimal 10 menit.

7) Teknik Dasar Futsal

Menurut Justinus Laksana (2011:29) dalam berlatih futsal para pemainnya

diajarkan bermain dengan sirkulasi bola yang sangat cepat, menyerang dan

bertahan, dan juga sirkulasi pemain tanpa bola ataupun timing yang tepat.
34
Olehkaren itu, diperlukan kemampuan menguasai teknik dasar bermain futsal,

seperti

a. Teknik dasar mengumpan (passing),

Passing merupakan salah satu teknik dasar permainan futsal yang sangat

dibutuhkan setiap pemain. Dilapangan yang rata dan ukuran lapangan yang kecil

dibutuhkan passing yang keras dan akurat karena bola meluncur sejajar dengan

tumit pemain. Ini disebabkan hampir sepanjang permainan futsal menggunakan

passing.

b. Teknik dasar menahan bola (control)

Control (menahan bola) haruslah menggunakan telapak kaki (sole).

Dengan permukaan lapangan yang rata, bola akan bergulir cepat sehingga para

pemain harus dapat mengontrol bola dengan baik. Apabila menahan bola jauh dari

kaki, lawan akan mudah merebut bola.

c. Teknik dasar mengumpan lambung (chipping),

Keterampilan chipping ini sering dilakukan dalam permainan futsal untuk

mengumpan bola di belakang lawan atau dalam situasi lawan bertahan satu lawan

satu. Teknik ini hampir sama dengan teknik passing. Perbedaannya terletak pada

saat menggunakan bagian atas ujung sepatu dan perkenaanya tepat di bawah bola.

d. Teknik dasar menggiring bola (dribbling),

Teknik Dribbling Merupakan keterampilan penting dan mutlak harus

dikuasai oleh setiap pemain futsal. Dribbling merupakan kemampuan yang

35
dimiliki setiap pemain dalam menguasai bola sebelum diberikan kepada temannya

untuk menciptakan peluang dalam mencetak gol.

e. Teknik dasar menembak bola (shooting)

Shooting merupakan teknik dasar yang harus dikuasai oleh setiap pemain.

Teknik ini merupakan cara untuk menciptakan gol. Ini disebabkan seluruh pemain

memiliki kesempatan untuk menciptakan gol dan memenangkan pertandingan

atau permainan. Shooting dapat dibagi menjadi dua teknik, yaitu shooting

menggunakan punggung kaki dan ujung sepatu atau ujung kaki.

5. Olahraga Futsal Di Kota Metro

Di Kota Metro sudah cukup banyak yang melakukan kegiatan olahraga

futsal. Olahraga futsal ini sudah masuk ke level siswa sd,smp,sma maupun

mahasiswa. Saat ini di kota metro juga sudah cukup banyak klub futsal yang

berdiri, salah satunya adalah klub futsal Giga FC Kota Metro. Klub Giga FC Kota

Metro, mewakili Kota Metro untuk mengikuti kompetisi liga futsal profesional di

Indonesia.

Futsal Giga FC Kota Metro berdiri pada tahun 2012 berawal dari latihan

mingguan bersama Giga komputer di lapangan Futsal Indor Kota Metro, Akhirnya

ada sebuah ide untuk membuat jadwal latihan rutin yang bermula dari Giga Futsal

CUP yang di gelar pada tahun 2013, sehinnga terbentuk Giga FC Kota Metro

dengan 30 pemain yang akan dibawa menuju kepadang Sumatera Barat untuk
36
mengikuti Turnamen nasional. Giga FC Kota Metro yang datang dengan status

Klub No amatir dan belum memiliki badan hukum.

Futsal Giga FC Kota Metro pada tahun 2016 terdaftar sebagai

perkumpulan di olahrga kumenkumham Republik Indonesia. Pada tahun 2017

Giga FC Kota Metro gagal melaju ke Liga Futsal Profesional Indonesia melalui

jalur Liga Futsal Nusantara, Tetapi kesempatan maju ke PFL 2017 saat slot tim

pada 2017 kosong yang ditinggalkan oleh Bie The Great Bekasi, pemilik Klub

Giga FC mengakusisi slot Bie The Great untuk tampil di PFL 2017 dan Futsal

Giga FC Kota Metro Secara resmi menjadi klub Profesional pertama yang berasal

dari sumatra, Giga FC Kota Metro merekrut Yolla Hendro sebagai Pelatih kepala

dan Andri irawan sebagai Direktur Teknik Giga FC Kota Metro.

Pada tahun 2018 Giga FC Kota Metro dilatih oleh pelatih Wahyudin

Kocoy di Liga Futsal Profesional Indonesia yang mengandalkan pemain lokal,

Klub Giga FC Kota Metro sempat memuncaki klasemen Grup A pada tahun 2018,

Tetapi Giga FC Kota Metro kembali tergelincir di penghujung musim dan meraih

peringkat ke ketiga klasemen Grub A, Selanjutnya pada musim 2019 Giga FC

kota Metro masih ditangani oleh Pelatih Wahyudin Kocoy untuk mempersiapkan

Laga Pertadingan pada januari tahun 2020.

Pada tahun 2020 memasuki pekan ke lima Pro Futsal league (PFL) Giga

FC Kota Metro menjadi tuan rumah Grub A yang akan diadakan di Giga Futsa

Arena Kota Metro dan ini menjadi sejarah bagi Kota Metro karena pertama

kalinya di gelar Pro Futsal Leage (PFL).


37
B. Kajian Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian oleh:

1. Panca Putrianingsih yang berjudul Manajemen Klub Bolabasket di Kota

Yogyakarta. Populasi pada penelitian ini menunjukan bahwa klub bolabasket di

Kota Yogyakarta yang berjumlah tujuh klub. Teknik pengambilan sampel pada

penelitian ini yaitu dengan sampel. Data pada penelitian ini diambil dengan

angket dan kuesioner. Uji coba angket dilakukan terhadap 10 orang dan

menghasilkan koefisien reliabilitas, sebagai berikut: angket perencanaan = 0,99;

angket pengorganisasian = 0,963; angket penyusunan personalian = 0,899; angket

pengarahan = 0,938; dan angket penyusunan laporan = 0,848;. Teknik analisis

data pada penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif, dengan perhitungan

presentase. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa seluruh manajemen klub

bolabasket di Kota Yogyakarta termasuk dalam kategori cukup baik. Manajemen

tersebut meliputi: perencanaan, pengorganisasian, penyususnan personalia,

pengarahan, pengkoordinasian, penganggaran, dan penyususnan laporan.

2. Achmat Mardiyanto yang berjudul Manajemen Pembinaan Prestasi Tim Futsal

DYVY Futsal Team Siduarjo, Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian

kualitatif dengan menggunakan metode pendekatan deskriptiftif yaitu data berupa

observasi, dokumentasi, dan wawancara pada manajemen klubfutsal Dyvy FT

sidoarjo. Subjek penelitian ini meliputi pengurus, pelatih, pemain/atlet, dan orang
38
tua pemain. Hasil penelitian ini adalah analisa manajemen Tim futsal Dyvy FT

sidoarjo yaitu sarana san prasarana, prestasi, program latihan, perekrutan pemain,

dan pendanaan. Tim Futsal Dyvy FT tersebut memiliki sarana dan prasarana yang

bisa dikatakan baik untuk menunjang prestasi pemain. Kemudian prestasi klub

tersebut yang paling baik adalah juara 2 berturut-turut Liga Nusantara tingkat

jawa Timur. Dalam menerapkan program latihan pelatih membicarakan dengan

pengurus lainnya untuk saling memberikan masukan serta berasal dari penataran

pelatih ysng di ikuti. Pada Tim Futsal Dyvy sidoarjo proses prekrutan pemain

tidak ada karena di tim Futsal Dyvy FT sidoarjo ini siapapun bisa mengikuti

latihan yang memiliki keseriusan, sungguh-sungguh dalam mengikuti latihan dan

menuruti instruksi pelatih. Dan untuk pendanaan pada Tim Futsal Dyvy FT

sidoarjo ini berasal dari pemilik klub Tim Futsal Dyvy FT sidoarjo.

Kesimpulannya adalah semua kekurangan dan keterbatasan yang ada di Tim

Futsal Dyvy sidoarjo dapat motivasi dan mampu menghasilkan bibit pemain futsal

yang ada di indonesia dan klub mampu meraih prestasi dalam mengikuti setiap

kejuaraan.

39
C. Alur Pikir
Proses Manajemen

Perencanaan Pengorganisasian Pengarahan Pemotivasian Pengendalian

Stadion Mandala Krida Sebagai Sarana


Prasarana Olahraga Pendidikan,
Prestasi, Rekreasi, dan Bisnis

Gambar 4 Urutan Poses Manajemen

Di dalam pengelolaan atau manajemen merupakan suatu proses awal untuk mencapai

kesuksesan. Manajemen merupakan segenap aktivitas untuk mengerahkan

sekelompok manusia dan menggerakan segala fasilitas yang ada dalam suatu usaha

kerjasama sekelompok manusia untuk mencapai tujuan tertentu. Untuk

40
mengembangkan Klub Giga Fc Kota Metro, maka proses manajemen perencanaan

harus berjalan dengan baik agar tujuan dari organisasi dapat dilaksanakan dengan

baik dan benar.

D. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana latar belakang visi, misi dan tujuan dalam manajemen pembinaan klub

Giga FC Kota Metro?

2. Bagaimana sumber daya manusia (pelatih dan atlet) dalam manajemen pembinaan

klub Giga FC Kota Metro?

3. Bagaimana pelaksanaan program latihan dalam manajemen pembinaan klub Giga

FC Kota Metro?

4. Bagaimana pemeliharaan dan penggunaan sarana dan prasarana dalam manajemen

pembinaan klub Giga FC Kota Metro?

5. Bagaimana penggunaan dana dalam manajemen pembinaan klub Giga FC Kota

Metro?

41
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Pendekatan penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif artimya

permasalahan yang dibahas bertujuan untuk dapat menggabarkan atau

menguraikan tentang keadaan fenomena yang ada, atau proses penelitian yang

memahami masalah manuasia/ masalah sosial, berdasarkan pada tatanan yang

kompleks, gambaran yang holistik, disusun dengan kata-kata, melaporkan

pandangan detail para informan dan dilaksanakan pada latar alamiah atau natural.

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menempatkan peneliti

sebagai instrumen kunci dengan berbicara langsung kepada orang-orang dan

mengamati mereka bertingkah laku dalam konteks alamiah. Konteks natural itulah

menjadi karakteristik utama penelitian kualitatif dimana peneliti melakukan

interaksi face to face sepanjang penelitian (Creswell,2016:248).

B. Lokasi/Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Klub Futsal GIGA FC Kota Metro

Lampung (Jl. Ki Hajar Dewantara No.38 15A Iringmulyo, Metro Timur,

Iringmulyo, Kec. Metro Tim., Kota Metro, Lampung).

42
C. Sumber Data

Sumber data yang didapat pada penelitian kualitatif yaitu melalui

observasi, wawancara, dan dokumentasi. Moelong (2010: 157) mengatakan

sumber data utama penelitian adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.

Sumber datanya yaitu :

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer penelitian ini data di peroleh dari hasil pengamanatan dan

wawancara kepada responden yang ada di club futsal GIGA FC kota metro

b. Sumber Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber data yang diperoleh peneliti secara tidak

langsung atau data tambahan serta penguatan terhadap data penelitian. Sumber

data sekunder ini diperoleh melalui media perantara atau diperoleh dan di catat

oleh pihak lain atau dokumentasi dan studi kepustakaan baik melalui media cetak

maupun media elektronik.

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen penelitian merupakan alat bantu bagi peneliti dalam

mengumpulkan data untuk memenuhi kebutuhan penelitian yang sedang

dilaksanakan Arikunto (2017: 5). Adapun alat yang digunakan untuk peneliti

dalam meneliti Manajemen Pembinaan Klub Futsal Giga FC Kota Metro sebagai

berikut:

1. Instrumen Penelitian

43
Menurut Sugiyono (2014: 102), instrumen penelitian adalah suatu alat yang

digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Dalam

penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif, instrumen yang digunakan

adalah peneliti itu sendiri. Setelah fokus penelitian menjadi jelas maka setelah itu

dikembangkan instrumen penelitian yang diharapkan dapat melengkapi data dan

membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui wawancara dan

observasi dengan pedoman wawancara dan observasi

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang cukup penting dalam

penelitian.Melewati teknik pengumpulan data diharapkan dapat memperoleh data

secara lengkap, mendalam dan dapat dipercaya. Sugiyono (2014:243)

menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai

sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam,

dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh.Penelitian ini

menggunakan dua teknik pengumpulan data, yaitu teknik wawancara dan teknik

observasi. Penelitian ini mengutamakan dengan teknik pengumpulan data

menggunkan teknik wawancara, didukung dan dilengkapi dengan pengumpulan

data menggunakan teknik observasi.

a. Teknik wawancara

Merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan wawancara

dengan orang-orang yang di anggap tahu tentang topik penelitian baik mengenai

sikap, pendapat, dan pengalaman untuk memperoleh data secara langsung dari

sumbernya dengan benar dan tepat. Supriyanto Achmad Sani dan Maharani Vivin

44
(2013:54) Menjelaskan bahwa wawancara adalah proses mendapatkan informasi

dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka si penanya / pewawancara dengan

si penjawab / responden, dengan menggunakan alat interview guide atau pedoman

wawancara.

Wawancara secara mendalam yaitu pengumpulan data dengan cara tanya jawab

langsung berdasarkan tuntutan pedoman wawancara dengan pimpinan dan staff,

dan para fasilitator program pada saat penelitian. Teknik wawancara secara

mendalam dilakukan untuk memperoleh data yang tidak ditemukan pada saat

observasi. Menurut Creswell, (2016:254) metode wawancara adalah cara

pengumpulan data melalui mengorek data atau jawaban dari responden secara

langsung.

b. Teknik Observasi

Maolani Rukaesih A. dan Cahyana Ucu (2015: 148) menjelaskan bahwa

teknik pengumpulan data dengan pengamatan atau observasi digunakan bila

penelitian berkenaan dengan prilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan

hal-hal lainnya yang dapat langsung di amati oleh peneliti. Kemudian Hadi dalam

Supriyanto Achmad Sani dan Maharani Vivin (2013: 52) menjelaskan bahwa

observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis tentang fenomena-

fenomena yang di selidiki. Fenomena-fenomena ini tidak hanya tidak terbatas

pada orang tetapi juga pada obyek alam yang lain. Teknik observasi merupakan

teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan

pencatatan secara langsung ke lapangan atau objek penelitian terhadap gejala

sosial.Teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data yang

45
berupa peristiwa, tempat atau lokasi dan benda serta rekaman gambar.Metode

observasi digunakan untuk menggali informasi melalui pengamatan secara

langsung terhadap kondisi objek penelitian.

Teknik observasi ditandai dengan adanya interaksi sosial secara langsung

antara peneliti dengan subjek yang diteliti. Selama proses observasi, dilakukan

upaya perekaman atau pencatatan terhadap data-data yang dilakukan dalam

penelitian ini adalah observasi non partisipan (non participant observation).

Supriyanto Achmad Sani dan Maharani Vivin (2013: 53) menjelaskan bahwa non

participant observation adalah kondisi dimana peneliti hanya sebagai pengamat

sumber data yang diteliti. Dalam observasi ini peneliti tidak terlibat dengan

kegiatan yang sedang di amati secara langsung, peneliti hanya mengamati

kegiatan-kegiatan yang dilakukakan pada sumber penelitian.

E. Keabsahan Data

Keabsaha data dilakukan untuk membuktikan apakah penelitian yang

dilakukan benar-benar merupakan penelitian ilmiah sekaligus untuk menguji data

yang diperoleh.Uji keabsahan data pada penelitian kualitatif meliputi uji

credibility (validasi internal), transferability (validitas eksternal), dependability

(reliabilitas), dan confirmability (objektifitas), (Sugiyono, 2016: 271).

1. Credibility

Uji Credibility (kredibilitas) atau uji kepercayaan terhadap data hasil

penelitian yang disajikan oleh peneliti agar hasi penelitian dilakukan tidak

meragukan. (a) Perpanjangan Pengamatan, merupakan pengecekan data kembali

46
ke lapangan bahwa daya yang didapat benar atau tidak, berubah atau tidak, (b)

meningkatkan kepercayaan penelitian berarti kepastian data dan urutan kronologis

peristiws dapat dicatat atau direkam dengan baik, sistemati, (c) Triangulasi dalam

pengujian kredibilitas diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber

dengan berbagai waktu, (d) Analisi Kasus Negatid artinya peneliti mencari data

yang berbeda atau bahkan bertentangan dengandata yang telah ditemukan. Bila

tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan dengan temuan, berarti masih

mendapatkan data-data yang bertentangan dengan data yang ditemukan, maka

penelitian mungkin akan mengubah temuannya, (e) Menggunakan Bahan

Referensi dalam hal ini yang dimaksud referensi adalah pendukung untuk

membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti, (f) Mengadakan

Membercheck dengan tujuan untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh

sesuaidengan apa yang yang diberikan oleh pemberian data.

2. Transferability

Transferability merupakan validitas eksternal dalam penelitian kualitatif. Validitas

eksternal menunjukkan derajat ketepatan atau dapat diterapkannya hasil

penelitian ke populasi di mana sampel tersebut diambil. Pertanyaan yang

berkaitan dengan nilai transfer sampai saat ini masih dapat diteraplan/dipakai

dalam situasi ini. Bagi peneliti dapat digunakan dalam konteks yang berbeda di

situasi social yang berbeda validasi nilai transfer masih dapat

dipertanggungjawabkan.

3. Dependability

47
Dependability disebut juga Reliabilitas atau penelitian yang dapat dipercaya, beberapa

percobaan yang dilakukan selalu mendapatkan hasil yang sama. Penelitian yang

dependability atau reliabilitas adalah penelitianyang jika penelitian dilakukan oleh

orang lain dengan proses penelitian yang sama akan memperoleh hasil yang sma

pula. Pengujian dependalibility dilakukan dengan cara melakukan audit terhadap

keseluruhan proses penelitian.

4. Confirmability

Confirmability atau Objektivitas pengujian kualitatif disebut juga dengan uji

Confirmability penelitian.Penelitian bisa dikatakan objektif jika hasil penelitian

sudahdisepakati oleh banyak orang. Penelitian kualitatif uji Confirmabilityberarti

menguji hasil penelitian yang dikaitkan dengan proses yang telah dilakukan. Hasil

penelitian merupakan funsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian

tersebut telah memenuhi standar Confirmability.

F. Analisa Data

Analisa Miles dan Huberman

Analisis data dilakukan berdasarkan tiga proses. Menurut Miles dan

Hubermen dalam Sugiyono (2012: 91-92) analisis kualitatif dilakukan secara

interaktif dan dilakukan secara terus menerus sampai tuntas sehingga datanya

jenuh.

Ketiga komponen itu merupakan siklus yang berlangsung secara terus menerus antara

pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan, dan

verifikasi data. Proses siklus itu dpat dilihat pada gambar berikut:

48
Pengumppul Penyajian
an Data
data

Reduksi Penarikan Kesimpulan


Data /Verifikasi

Gambar 5 Model Analisis Data Interaktif

Sumber: Sugiyono, (2012: 95)

a. Reduksi data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan focus perhatian pada

penyederhanaan pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul serta

catatan lapangan. Reduksi data berlangsung secara terus menerus selama

penelitian berlangsung.

b. Penyajian data

Penyajian data dalama penelitian kualitatif adalah bentuk teks naratif dan

cataan lapangan. Penyajian data merupakan tahapan untuk memahami apa yang

sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan selanjutnya.

c. Penarikan Kesimpulan atau verofolaso

Penarikan kesimpulan dari kategori-kategori data yang telah direduksi

dan disajikan untuk selanjutnya menuju kesimpulan akhir agar mampu menjawab

permasalahan yang dihadapi.

49
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, B. (2012) Management evolution and application in our environment,
Journal Of Managerial Sciences, Vol. VI, No. 1, Hal. 1
Akhmad. N (2017) Manajemen Pembinaan Pplm Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Makassar. Jurnal Ilmiah Mandala Educatio. JIME,
Vol. 3. No.1
A.Maolani, Rukaesih. Cahyana, Ucu. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta:
PT.Raja Gravindo.2015
Angelina Vita, dkk, (2013). Manajemen dalam konteks Indonesia. Yogyakarta:
PT. Kanisius
Ansor. A. S dan Mutahidah. (2016). Pengantar Manajemen dan fungsi
manajemen perencanaan pengorganisasian pelaksanaan pengendalian .
Yogyakarta : Fajar Meedia Press
Arikunto, S. (2017).Evaluasi program pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Collinsa. D., & Baileyc. R. (2013) Scienciness’ and the allure of second-hand
strategy in talent identification and development. International Journal of
Sport Policy and Politics. Vol. 5, No. 2.
Creswell.J.W. (2016).Pendekatn metode kualitatif, kuantitatif dan campuran.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Danardono (2012). Program pembinaan Pemusatan latihan. Yogyakarta. Graha


Ilmu.
Djoko Pekik Irianto. 2002. Dasar Kepelatihan. Yogyakarta: Universitas
Negeri Yogyakarta.
Fadlallh, A.W.A. (2015). The Effect of Applying Managerial Skills in the Field of
Management (An Application on Sudanese Universities in
Khartoum)Business & Management. Vol 3, 245-252
Handoko. H (2016). Manajemen Edisi Kedua. Yogyakarta : BPFE Anggota IKAPI

50
Harsuki. (2013). Pengantar manajemen olahraga. Jakarta: PT Raja Grafindo
Perseda
Haryadi. W. M. (2016). Studi Manajemen Pembinaan Olahraga Sepak Bola Di
Klub Persatuan. Sepak Bola Kota Bogor Oleh Kantor Pemuda dan
Olahraga Kota Bogor. Jurnal GOVERNANSI. Volume 2 Nomor 1.
Isabelle Bourgeois & J. Bradley Cousins (2013). Understanding Dimensions of
Organizational Evaluation Capacity. American Journal of Evaluation.
00(0) 1-21.
Herman J. (2015). Manajemen Komite Olahraga Nasional Indonesia Dalam
Peningkatkan Prestasi Olahraga. Manajer Pendidikan. Volume 9,
Nomor3.
John Lindsay Chandler, Timothy.,et al. 2002. Sport and physical education “the
key concepts. New York: Routledge
Kristiyanto A (2012) Pembangunan olahraga untuk kesejahteraan rakyat dan
kejayaan bangsa. Surakarta : Yuma Pustaka
Kwok. A. C. F (2014). The Evolution of Management Theories : A Literature
Review. Nang Yan Business Journal. Volume. 3.-No, 1.
Lhaksana, Justinus. 2011. Taktik dan Strategi Futsal Modern. Jakarta : Be
Champion Swadaya Groub.
Lunenburg, F. C. (2010). The Management function of principals. International
Forum Educational Administration and Supervision Journal. Vol. 27, No.
4, 1-10
Moleong, L. J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Nurhayati. R. (2016) Manajemen Organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa Tenis
Meja Universitas Negeri Yogyakarta dalam Mengembangkan
Prestasi. Skripsi. Yogyakarta: FIK UNY.
Pahlepi. R. M. S. (2015) Peran Komite Olahraga Nasional Indonesia Kalimantan
Timur dan pengurus provinsi cabang olahraga kempo dalam
meningkatkan prestasi atlit kempo di Kalimantan Timur. eJournal Ilmu
Pemerintahan. Volume 3, Nomor 4.

51
Prasetyo. D. E. (2018) Evaluasi Kebijakan Pemerintah Daerah Dalam Pembinaan
Prestasi Olahraga. Jurnal Gelanggang Olahraga 1 (2):32-41.
Presiden Republik Indonesia. (2017). Peraturan Pemerintah RI Nomor 95
Tahun 2017 tentang Peningkatan Prestasi Olahraga
Rasyono. (2016). Ekstrakulikuler Sebagai Dasar Pembinaan Olahraga Pelajar,
3(1)
Republik Indonesia. (2005). Undang-Undang RI Nomor 3, Tahun 2003, tentang
Sistem Keolahragaan Nasional.
Siswanto. (2016). Pengantar Manajemen. Jakarta : PT Bumi Aksara
Solihin, I. (2009). Pengantar Manajemen. Bandung : Erlangga
Sugiyono (2014). Metode penelitian manajemen. Bandung: Alfabeta (2013).
Metode penelitian kualitatif dan kuantitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono.(2012). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung
Alfabeta.
Sugiyono.(2016). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung
Alfabeta.
Supriyanto, Achmad Sani dan Vivin Maharani. 2013. Metodologi Penelitian
Manajemen Sumber Daya Manusia. Malang: UIN-Maliki Press.
Supriyanto, Achmad Sani dan Vivin Maharani. 2013. Metode Penelitian Sumber
Daya Manusia Teori, Kuisioner, dan Analisis Data. Malang: UIN-
Malang Press.
Sujarwo. (2012). Pengaruh kualitas pelayanan, budaya organisasi dan motivasi
latihan terhadap kepuasan atas prestasi atlet TC PORDA KONI Kota
Depok. Gladi Jurnal Ilmu Keolahragaan. Vol 6, No. 1
Susanto. N., & Lismadiana (2016) Manajemen Program Latihan Sekolah
Sepakbola (SSB) Gama Yogyakarta . Jurnal Keolahragaan. Volume,4.
Nomor 1.

52
Taks. M., Green. B. C., Misener. L., & Chalip (2014) Evaluating Sport
Development Outcomes: The Case Of A Medium - Sized International
Sport Event. European Sport Management Quarterly, Vol. 14, No. 3, 213–
237.
Tangkudung, J.,& Puspitorini. W. (2012). Kepelatihan Olahraga, Pembinaan
Prestasi Olahraga. Jakarta. Penerbit Cerdas Jaya.
Terry, G.R., dan Rue, L.W. (2010). Dasar dasar manajemen. Jakarta: Bumi
Aksara.
Tisna, G.D & Sudarmada, I.N. (2014). Manajemen Olahraga. Yogyakarta : Graha
Ilmu.
Trenberth, L. & Hassan, D. (2012). Managing sport business an introdustion. New
York : Rounledge.
Trenberth, I., Hassan. D., & Edwards, A. (2012). Foundation of sport management
managing sport business adn introduction. USA and Canada:
Routledge.
Wibisono, Dermawan.2011.Manajemen Kinerja Perusahaan.Jakarta:Erlangga.
Zikrur R & Irfandi (2018) Evaluasi Manajemen Pengelolaan Pelatihan Klub
Olahraga Atletik. STKIP Bina Bangsa Getsempena Banda Aceh. Jurnal
Penjaskesrek.Vol.5,No.1
Tisna. G.D. & Sudarmada I.N. (2014). Manajemen Olahraga: Graha Ilm

53
54
55

Anda mungkin juga menyukai