Anda di halaman 1dari 73

BNSP OFFICIAL

MEMASTIKAN KUALITAS
SDM INDONESIA DENGAN
SERTIFIKASI PROFESI
BONARDO ALDO TOBING
KOMISIONER BNSP

KAMIS, 7 APRIL 2022


DAMPAK KETIDAK SEIMBANGAN KETERAMPILAN SDM
PROGRAM
PENGEMBANGAN
SDM INDONESIA
TUNTUTAN PERSYARATAN KOMPETENSI DALAM
PERJANJIAN MODA 4 GATS (GENERAL AGREEMENT ON TRADE IN
SERVICES)
SERTIFIKAT
KOMPETENSI
Merupakan produk hukum yang
menjadi legitimasi (bukti pengakuan)
terhadap capaian kemampuan
seseorang dalam melakukan pekerjaan
tertentu yang ditetapkan oleh otoritas
yang berwenang, berbasis pada
standar kompetensi yang telah
disepakati dan ditetapkan.
UU NO 13 TAHUN 2003 (1)Tenaga kerja berhak memperoleh pengakuan
PASAL 18 kompetensi kerja setelah mengikuti pelatihan
kerja yang di selenggarakan lembaga pelatihan
kerja pemerintah, lembaga pelatihan kerja
swasta, atau pelatihan di tempat kerja.

(2) Pengakuan kompetensi kerja sebagaimana


dimaksud dalam ayat (1) dilakukan melalui
sertifikasi kompetensi kerja.

(3) Sertifikasi kompetensi kerja sebagaimana


dimaksud dalam ayat (2) dapat pula diikuti oleh
tenaga kerja yang telah berpengalaman.

(4) Untuk melaksanakan sertifikasi kompetensi


kerja dibentuk badan nasional sertifikasi profesi
yang independen.

(5) Pembentukan badan nasional sertifikasi


SERTIFIKASI ADALAH profesi yang independen sebagaimana dimaksud
dalam ayat (4) diatur dengan Peraturan
HAK TENAGA KERJA Pemerintah.
TUJUAN SERTIFIKASI KOMPETENSI
Memastikan dan memelihara kompetensi yang
telah didapat melalui proses pembelajaran baik
formal, non formal, pelatihan kerja, ataupun
pengalaman kerja.

KOMPETEN DAN
PERNAH KOMPETEN TERPELIHARA
KOMPETENSINYA
MANFAAT SERTIFIKASI KOMPETENSI
Sertifikasi terstandar dapat menjamin SUMBER DAYA MANUSIA yang memiliki KOMPETENSI, mampu beradaptas
terhadap perkembangan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan industri dan PRODUKTIF

LINK AND MATCH

PENJAMINAN MUTU

PERSONNAL BRANDING
UNTUK TUJUAN WIRAUSAHA

MEMBANTU TERSEDIANYA
MANAJEMEN TALENT
AMANAT SDM KOMPETEN

UU Nomor 13 Tahun 2003 PP Nomor 10 Tahun2018


Tentang Ketenagakerjaan Tentang BNSP

INPRES No. 9 Tahun 2016 tentang


UU Nomor 12 Tahun 2012 Revitalisasi SMK dalam rangka
Peningkatan Kualitas dan Daya Saing SDM
Tentang Pendidikan Tinggi
Indonesia

PERPRES No. 8 Tahun 2012 UU Nomor 3 Tahun 2014 Tentang


Tentang Kerangka Kualifikasi Nasional PERINDUSTRIAN
Indonesia (KKNI)

PP NOMOR 31 Tahun 2006 UU Nomor 7 Tahun 2014 Tentang


Tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional Perdagangan
BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI (BNSP)

• BNSP merupakan Lembaga independen yang


dibentuk atas amanah UU 13 tahun 2003 dan PP 10
tahun 2018 untuk melaksanakan sertifikasi
kompetensi kerja.
• BNSP berkedudukan dibawah dan
bertanggungjawab kepada Presiden
• Dalam melaksanakan tugas, Ketua, Wakil Ketua, dan
Anggota BNSP wajib menerapkan prinsip
koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan transparansi,
baik secara internal maupun eksternal.
• BNSP memberikan lisensi kepada LSP yang
memenuhi persyaratan untuk melaksanakan
sertifikasi kompetensi kerja.
TUGAS DAN FUNGSI BNSP
Berdasarkan PP 10 tahun 2018 Tentang Badan Nasional Sertifikasi Profesi

Pelaksanaan dan pengembangan sistem


sertifikasi kompetensi kerja

Pelaksanaan dan pengembangan sistem


sertifikasi pendidikan dan pelatihan vokasi

Pembinaan dan pengawasan pelaksanaan


sistem sertifikasi kompetensi kerja
nasional

Pengembangan pengakuan sertifikasi


kompetensi kerja nasional dan
internasional

Pelaksanaan dan pengembangan kerja sama


antar lembaga, baik nasional dan
internasional di bidang sertifikasi profesi

Pelaksanaan dan pengembangan sistem


data dan informasi sertifikasi kompetensi
kerja yang terintegrasi.
SISTEM SERTIFIKASI KOMPETENSI KERJA
NASIONAL
(5) SISTEM DATA DAN INFORMASI
ASOSIASI
PROFESI
ASOSIASI
INDUSTRI
KEMENTERIAN/ (4)HARMONISASI M
LEMBAGA TIFIKAS
I
MRA

SDM SDM
LULUSAN DIKLAT& SKKNI PROFESIONAL
BERPENGALAMAN SKKK KOMPETEN
(3) SISTEM SERTIFIKASI KOMPETENSI
SKKI KOMPETITIF

P
(1) PENGEMBANGAN
KELEMBAGAAN LSP P1 (2) SISTEM LISENSI
LSP P2
LSP P3
CALON LSP

TUK

SKEMA SERTIFIKASI

SDM
(6) SISTEM PENJAMINAN MUTU
TIGA PILAR PEMBANGUNAN SDM KOMPETEN
KUALIFIKASI NASIONAL
INDUSTRI/PENGGUNA
 KKNI
INSTANSI PEMBINA SEKTOR  OKUPASI
SKKNI
1 SKKI
SKKK
REFERENSI
REFERENSI
2
LEMBAGA
AKREDITASI –
3
LEMBAGA PELATIHAN LISENSI
KERJA Experienced
Person Oleh BNSP
(AKREDITASI)
PENDIDIKAN/ PROGRAM SKEMA
PELATIHAN DIKLAT SERTIFIKASI LSP
(Mengembangkan Kompetensi) (Memastikan kompetensi)

EMPLOYMENT
( Employability, Productivity, Growth )
SKKNI: Ketelusuran/Interface Penerapan Pada Industri, Pendidikan Dan Sertifikasi
INFRASTRUKTUR SISTEM SERTIFIKASI
CONTOH
KOMPETENSI KERJA NASIONAL
1. LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI
(LSP)
2. STANDAR KOMPETENSI (SKKNI,
SKK KHUSUS, SKK
INTERNASIONAL)
3. SKEMA SERTIFIKASI
4. INSTRUMEN ASESMEN (MUK)
5. TEMPAT UJI KOMPETENSI (TUK)
6. ASESOR KOMPETENSI
Asesmen Berbasis
Kompetensi mencakupi
pengumpulan bukti
oleh asesor
kompetensi dan
membuat keputusan
sejauh mana seorang
pekerja dapat
mendemonstrasikan
pekerjaannya sesuai
standar kompetensi.
PERCEPATAN SERTIFIKASI KOMPETENSI
SDM INDONESIA
Terimakasih..
PENGENDALIAN MUTU PADA
ANALISIS DENGAN
SPEKTROMETRI UV/VIS

ANNA PERMANASARI
LSP-TELAPI/ UNIVERSITAS PAKUAN- BOGOR
KAPAN HASIL PEKERJAAN ANALISIS DAPAT DITERIMA?

Bila hasil pengukuran sesuai dengan hasil sebenarnya………..

Hasil
pengukuran
terpercaya

2
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI HASIL
PENGUKURAN

✓Metode yang digunakan


✓Instrumen yang
terstandar
✓Bahan kimia yang
digunakan
✓Kompetensi laboran

3
Quality Assurance (QA) dan
Quality Control (QC)
memungkinkan analisis
memiliki tingkat keakuratan
tinggi yang meyakinkan.
Pengendalian kualitas dan
penilaian kualitas merupakan
aspek penting dari jaminan
mutu (Steve, 2001).

4
TIPE KESALAHAN DALAM PENGUKURAN :

Faktor yang memengaruhi ketepatan hasil pengukuran dapat


diakibatkan oleh kesalahan yang terjadi karena berbagai penyebab.
Menurut Miller & Miller (2001) tipe kesalahan dalam pengukuran
analitik dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Kesalahan serius (Gross /Spurious error)
2. Kesalahan acak (Random error)
3. Kesalahan sistematik (Systematic error)
1. KESALAHAN SERIUS (GROSS ERROR)
Adalah kesalahan yang disebabkan oleh pengamatan.
• Pengamat kurang trampil dalam menggunakan instrumen/alat , posisi mata saat
membaca skala yang tidak benar, dan kekeliruan dalam membaca skala
• Contoh : kontaminasi reagent yang digunakan, peralatan yang memang rusak total,
sampel yang terbuang, dan lain lain.
• Indikasi dari kesalahan : gambaran data yang sangat menyimpang, data tidak
dapat memberikan pola hasil yang jelas, tingkat reprodusibilitas yang sangat
rendah dan lain lain.
Contoh : nilai seharusnya 100,2%
nilai yang diperoleh 110,1% atau 90%
• Tipe kesalahan ini sangat fatal. Konsekuensi: Pengukuran harus diulangi.
2. KESALAHAN ACAK (RANDOM ERROR)
• Adalah kesalahan yang timbul dari proses pengukuran namun terjadinya
tidak konstan atau tidak sistematis. Terkadang terjadi karena proses yang
berada diluar kendali analis

• Golongan kesalahan ini merupakan bentuk kesalahan yang menyebabkan


hasil dari suatu pengulangan menjadi relatif berbeda satu sama lain, dimana
hasil secara individual berada di sekitar harga rata-rata.

• Kesalahan ini memberi efek pada tingkat akurasi , dan dapat terulang
(reprodusibilitas). Kesalahan ini bersifat wajar dan tidak dapat dihindari,
hanya bisa direduksi dengan kehati-hatian dan konsentrasi dalam bekerja.
• Contoh : nilai seharusnya 100,2%
nilai yang diperoleh 101,1% ; 99,3%;98%;102% (rata-rata = 100.1%
3. KESALAHAN SISTEMATIK (SYSTEMATIC ERROR)

• Adalah kesalahan yang disebabkan oleh pengaruh pengukuran


yang bias, yang terjadi secara teratur atau konstan
• Umumnya terjadi karena peralatan/instrumen: alat ukur, alat hitung,
alat timbang, dan lain sebagainya
• Kesalahan sistematik merupakan jenis kesalahan yang menyebabkan
semua hasil data salah dengan suatu kemiripan.
• Dapat diatasi dengan:
a. Standarisasi prosedur
b. Standarisasi bahan
c. Kalibrasi instrumen
Contoh : nilai seharusnya 100,2%
nilai yang diperoleh 110,1% ; 111%;110%, 109%
Miller, J.N and Miller, J.C.(2000). Statistics and Chemometrics for Analytical
Chemistry, 4th ed, Prentice hall, Harlow.

• Penyebab kesalahan dalam bidang analisis yang sangat berpengaruh


pada hasil pengukuran atau analisis ------------- Peralatan
dan instrumentasi.
• Peralatan harus dikendalikan oleh pemakainya/user.
• Demikian juga peralatan elektrik, pencatatan harus selalu dikalibrasi dan
dicek ulang akurasinya. Untuk peralatan yang menggunakan sensor atau
detektor maka perawatan dan kalibrasi akan berperan penting.
ERROR
APA PERAN SEORANG ANALIS

• Memastikan hasil pengukuran


yang sedekat mungkin dengan
nilai sebenarnya dengan
menerapkan prosedur analisis
secara benar.
Hasil pengukuran akan mempunyai kesalahan yang besar jika analis tidak
memiliki pengetahuan tentang:
(1) Ketepatan (akurasi)
(2) Ketelitian (presisi)
(3) Sumber yang berpotensi menyumbang kesalahan
(4) Ilmu kimia yang terlibat dalam proses analisis
PARAMETER PENGUKURANYANG HARUS DIPERHATIKAN

1. KETEPATAN ( AKURASI )
• Ketepatan adalah kesesuaian / kedekatan antara hasil pengukuran (
rata-rata) dengan nilai yang sebenarnya/seharusnya.
• Semakin dekat harga hasil pengukuran ( rata-rata) dengan harga
sebenarnya, ( semakin kecil kesalahan ), semakin akurat /tepat metode
atau proses pengukuran yang digunakan, dan sebaliknya.
• Jadi : Ketepatan (akurasi ) berbanding terbalik dengan kesalahan
CARA MENGUKUR AKURASI / KETEPATAN

• Akurasi / Ketepatan dinyatakan dengan besarnya kesalahan :


a) Kesalahan absolut :
Besarnya ketidaksesuaian( perbedaan/selisih ) hasil
pengukuran terhadap harga sebenarnya ( tak harus dalam satuan % )
b) Kesalahan relatif :
Besarnya kesalahan dibandingkan dengan harga sebenarnya
(umumnya dalam satuan % )
KESALAHAN ABSOLUT DAN KESALAHAN RELATIF

KESALAHAN ABSOLUT (E)


Kadar As. Asetat di perdagangan adalah 25 %
( berdasarkan etiket, nilai ini dianggap nilai
Perbedaan (selisih) antara hasil sebenarnya)
analisis (x) dengan harga yang
Hasil pengukuran /analisis( rata-rata ) = 23 %
sebenarnya
Maka : Kesalahan absolutnya = (25 - 23)% = 2 %
Kesalahan relatif = (25 – 23 ) / 25 x 100%= 8 %
KESALAHAN RELATIF (Erel)

CONTOH
Selisih antara hasil analisis (x) dengan harga
sebenarnya(µ) dibandingkan dengan harga
sebenarnya
15
2. KETELITIAN /PRESISI =KECERMATAN

• Ketelitian atau Presisi adalah kedekatan antara masing-masing nilai dari


suatu deret pengukuran (pengukuran yang diulang beberapa kali).
• Ketelitian( Presisi ) dinyatakan dengan besarnya standar deviasi
(simpangan baku) hasil pengukuran tersebut
• Semakin kecil standar deviasi hasil pengukuran, semakin kecil
perbedaan hasil masing-masing pengukuran ( yang diulang ) , maka
semakin teliti proses pengukuran tersebut.
STANDAR DEVIASI

• Standar Deviasi atau simpangan baku digunakan untuk mengetahui


keragaman suatu data-data dari hasil pengamatan.
• Jika nilai standar deviasi yang didapat besar maka data-data memiliki
keberagaman atau berbeda-beda (heterogen). Semantara jika dari hasil
perhitungan didapat nilai standar deviasi rendah maka data-data tersebut
memiliki kesamaan atau nilainya tidak jauh berbeda (homogen).

• Contoh: data hasil suatu penetapan kadar zat aktif dalam tablet adalah
sebagai berikut (80, 60, 80, 90, 70, 80, 95) %
• Hitung standar deviasinya.
CARA MENGHITUNG STANDAR DEVIASI
HASIL PENGUKURAN
• Contoh;
• Hitung simpangan baku data di bawah ini yang diperoleh dari analisis senyawa yang
terdapat dalam bahan. Penentuan dilakukan 5 kali.

X (miligram) (x–x) ( x – x )2

5,0 -0,2 0,04


5,3 0,1 0,1
5,7 0,5 0,25
4,8 -0,4 0,16
5,2 0 0
∑ X = 26,0 ∑ 0,46
HUBUNGAN ANTARA AKURASI (KETEPATAN) DENGAN PRESISI
KETELITIAN

KETELITIAN :
REPRODUSIBILITAS
KETEPATAN : KEBENARAN DARI (KETERULANGAN) DARI SUATU
SUATU PENGUKURAN
PENGUKURAN

Ketelitian dapat menghasilkan ketepatan, tetapi


ketelitian yang tinggi tidak selalu mengandung arti
“tepat” 20
PASTIKAN KOMPETENSI ANALIS

MENGOLAH DATA DAN


MEMASTIKAN INSTRUMENT MELAPORKAN
SIAP DIGUNAKAN

MEMBUAT LARUTAN KERJA MELAKUKAN


DAN LARUTAN STANDAR PENGUKURAN

21
SUMBER KESALAHAN DALAM ANALISIS SPEKTROMETRI

• Alat tidak di cek status kalibrasinya


• IK tidak terstandar
• Melakukan pekerjaan seri tidak pada satu periode
• Menggunakan alat yang tidak bersih
• Menggunakan alat ukur yang tidak relevan
• Larutan blanko tidak standar
• Memaksa kurva kalibrasi lewat nol
• Kalkulasi keliru
• Tidak menerapkan GLP
THANK YOU!
anna.permanasari@unpak.ac.id

HP. 081808090912
Peranan Spektrofotometer uv-vis
dalam riset biomolekular
Prof. Toto Subroto
(Pusat Riset Bioteknologi Molekular & Bioinformatika – Unpad)
Outline
 Apa itu Spektrofotometer UV-VIS ?
 Apa itu biomolekul?
 Metode uji biomolekul dengan Spektro UV-VIS
➢ Uji protein; Bradford, Biuret, Lowry, BCA
➢ Uji DNA; kemurnian dan kuantitas
➢ Uji total karbohidrat dengan metode fenol-sulfurik
o Uji nano partikel emas
Hukum Absorban cahaya
Lambert-Beer sebanding konsentrasi
Apa itu Spektrofotometer
UV-VIS ?

Basis spektroskopi absorpsi


Teknik yang handal
untuk analisis
Spektrofotometer: Hukum
dapat mengukur Lambert-Beer
intesitas cahaya masuk
& keluar

https://www.youtube.com/watch?v=zuUvQN8KXOk
Spektrofotometer lebih akurat menentukan konsentrasi

Wartburg Chemistry
206 subscribers
Wartburg Chemistry
Absorban tiap larutan yang
diketahui konsentrasinya diukur
Plot hukum Beer’s dibuat antara
absorban vs konsentrasi

konsentrasi

Absorban
Dari plot diperoleh persamaan :

Absorban dari sampel dapat diketahui

Nilai konsentrasi (X) mendekati


perkeiraan sebelumnya
Angka 0,47 dimasukkan sebagai Y
Aspek penting dari Hukum Beer’s

✓ Absorban sampel tidak diketahui


harus berada diantara absorban
standar.
✓ Jika tidak:
o Tambahkan lagi titik pada garis
o Sampel diencerkan dan dihitung
faktor pengencerannya
Biomolekular

Molekul absorbsi & emisi cahaya, tergantung jenis ikatan

Protein
Asam nukleat (DNA)

Karbohidrat
Out Line
▪ Dengue
Biomarker cancer ??

▪ Chikungunya
ANALISIS PROTEIN DENGAN
SPEKTROFOTOMETER UV-VIS

➢ Metode; Bradford, Biuret, Lowry, BCA


Prinsip uji Bradford

Metode Bradford
Prinsip uji Bradford

Pola respons pengikatan warna


berbagai protein
Hasil uji Bradfod protein
Pembuatan pereaksi
 100 mg Comassie blue G250 dilarutkan
dalam 500 mL etanol 95%.
 Larutan dicampurkan dengan 85%
asam fosfat dan dibuat menjadi 1 L
dengan penambahan aqua destilata.
 Pereaksi difilter dengan kertas
Whatman No.1, setelah itu disimpan
botol amber pada suhu ruang.
 Sebagai standar digunakan protein
Bovine -globulin dengan konsentrasi 1
mg/mL, selanjtnua disimpan pada
suhu -20 Celsius.
Hasil uji Bradfod protein dalam microplate

Bio-Resource: Principle of Protein Assays (technologyinscience.blogspot.com)


Metode BCA (Bicinchoninic acid)

Merk Elabscience
Metode Biuret
Reaksi Biuret
Metode Lowry

▪ Protein bereaksi dengan tembaga sulfat alkalis dengan adanya tartrat selama 10
menit pada suhu ruang, Selama inkubasi terbentuk komplek tetratdentat Cu dari
empat ikatan peptide dengan satu atom Cu (reaksi Biuret).

▪ Larutan asam fosfomolibdik-fosfotungstat ditambahkan. Pereaksi ini (pereaksi Folin-


fenol) menjadi tereduksi, menghasilkan warna intensif biru (A750 nm).
Menggunakan standar kurva baku Protein yang tidak diketahui kuantitasnya

Absorban (A750) Protein (ug)


Standar kurva baku uji Lowry 0,200 33
Kuantitas protein vs absorban 0,550 92
ANALISIS INSTRINSIK DNA DENGAN
SPEKTROFOTOMETER UV-VIS
Analisis Asam nuleat Estimasi protein :
1 mg/mL ~ A280 = 2

Profil serapan molekul DNA dan protein pada daerah UV Profil serapan Tryp, Tyr dan Phe pada daerah UV
Perhitungan kuantitas & kemurnian DNA
Tahap 1: pengenceran sampel DNA
Pengenceran 100 x 1000 x

50 L
5 L

+ 450 L TE
+ 495 L TE

Sampel DNA Vol total =500 uL/5 uL = 100 x Vol total =500 uL/50 uL = 10 x

Tahap 2 : pengukuran absorban blanko & sampel


Tahap 3: Pembacaan absorban hasil pengenceran

500 L

TE

Pengenceran DNA 100 X

100 x

Pengenceran DNA 1000 X

1000 x
Tahap 3 : Perhitungan kuantitas & kemurnian DNA

A 260 = 0,973 A280 = 0,512


Konsentrasi Kemurnian
0,973 x 50 x faktor pengenceran A260/A280 = 0,973/0,512 = 1,9
= 4865 ng/ uL = 4,865 ug/mL Protein 1,8 2 (RNA)
Uji total karbohidrat dengan fenol-sulfurik

Eroglu Lab
Perhitungan kuantitatif karbohidrat total

No Konsentasi Absorban
standar
(mg/mL)
1 0 0
2 0,01 0,03
3 0,02 0,069
4 0,04 0,112
5 0,05 0,194
6 0,2 0,751
Uji ukuran nano partikel emas dengan
Spektro UV-VIS

DOI: 10.1155/2011/202187 John Wiley and Sons


T K D N C E PA D ?

Riset
formulasi 41.46%
Buffer
ekstraksi
Riset formula
Riset formula Spray antibody
Nanopartikel emas (sintesis dan protein
sendiri) dan formula (produksi sendiri)
konjugasinya dengan
antibodi (IgG impor; IgY
produksi sendiri)

Anda mungkin juga menyukai