Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

LIMFADENOPATI COLLI

Nama : Serly Mutiara


NIM : P07520120074
Kelas : 2B D-III Keperawatan
Dosen Pembimbing : Sulastri,S.Kep,NS,M.Kep

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN


JURUSAN D-III KEPERAWATAN
T.A 2021/2022
1. KONSEP DASAR
B. DEFINISI
Limfadenopati adalah ketidaknormalan kelenjar getah bening dalam
ukuran, konsistensi, ataupun jumlahnya. Pada daerah leher (cervical),
pembesaran kelenjar getah bening didefinisikan bila kelenjar membesar lebih
dari diameter satu centimeter.
Pembesaran kelenjar getah bening dapat dibedakan menjadi
limfadenopati lokalisata dan generalisata.

C. ETIOLOGI
1. Infeksi virus
Infeksi yang disebabkan oleh virus pada saluran pernapasan bagian
atas seperti Rinovirus, Parainfluenza Virus, influenza Virus, Respiratory
Syncytial Virus (RSV), Coronavirus, Adenovirus ataupun Retrovirus.

Virus lainnya Ebstein Barr Virus (EBV), Cytomegalo Virus (CMV),


Rubela, Rubeola, Varicella-Zooster Virus, Herpes Simpleks Virus,
Coxsackievirus, dan Human Immunodeficiency Virus (HIV).

2. Infeksi bakteri
disebabkan Streptokokus beta hemolitikus Grup A atau stafilokokus
aureus.
3. Keganasan
Keganasan seperti leukemia, neuroblastoma, rhabdomyo-sarkoma dan
limfoma juga dapat menyebabkan limfadenopati. Diagnosis defenitif
suatu limfoma membutuhkan tindakan biopsi eksisi, oleh karena itu
diagnosis subtipe limfoma dengan menggunakan biopsi aspirasi jarum
halus masih merupakan kontroversi.
4. Obat-obatan
Obat-obatan dapat menyebabkan limfadenopati generalisata.
Limfadenopati dapat timbul setelah pemakaian obat-obatan seperti
fenitoin dan isoniazid. Obat-obatan lainnya seperti allupurinol, atenolol,
captopril, carbamazepine, cefalosporin, emas, hidralazine, penicilin,
pirimetamine, quinidine, sulfonamida, sulindac).
5. Imunisasi
Imunisasi dilaporkan juga dapat menyebabkan limfadenopati di daerah
leher, seperti setelah imunisasi DPT, polio atau tifoid.
6. Penyakit sistemik lainnya
Penyakit lainnya yang salah satu gejalanya adalah limfadenopati adalah
penyakit Kawasaki, penyakit Kimura, penyakit Kikuchi, penyakit
Kolagen, penyakit Cat scratch, penyakit Castleman, Sarcoidosis,
Rhematoid arthritis dan Sisestemic lupus erithematosus (SLE).

D. TANDA DAN GEJALA


1. Demam berkepanjangan dengan suhu lebih dari 38 oC.
2. Sering keringat malam.
3. Kehilangan berat badan lebih dari 10% dalam 6 bulan.
4. Timbul benjolan di bagian leher.

E. PATOFISIOLOGI
Sistem limfatik berperan pada reaksi peradangan sejajar dengan sistem
vaskular darah. Biasanya ada penembusan lambat cairan interstisial kedalam
saluran limfe jaringan, dan limfe yang terbentuk dibawa kesentral dalam badan
dan akhirnya bergabung kembali kedarah vena. Bila daerah terkena radang,
biasanya terjadi kenaikan yang menyolok pada aliran limfe dari daerah itu.
Telah diketahui bahwa dalam perjalanan peradangan akut, lapisan pembatas
pembuluh limfe yang terkecil agak meregang, sama seperti yang terjadi pada
venula, dengan demikian memungkinkan lebih banyak bahan interstisial yang
masuk kedalam pembuluh limfe. Bagaimanapun juga, selama peradangan akut
tidak hanya aliran limfe yang bertambah, tetapi kandungan protein dan sel dari
cairan limfe juga bertambah dengan cara yang sama.
Sebaliknya, bertambahnya aliran bahan-bahan melalui pembuluh limfe
menguntungkan karena cenderung mengurangi pembengkakan jaringan yang
meradang dengan mengosongkan sebagian dari eksudat. Sebaliknya, agen-
agen yang dapat menimbulkan cedera dapat dibawa oleh pembuluh limfe dari
tempat peradangan primer ketempat yang jauh dalam tubuh. Dengan cara ini,
misalnya, agen-agen yang menular dapat menyebar. Penyebaran sering
dibatasi oleh penyaringan yang dilakukan oleh kelenjar limfe regional yang
dilalui oleh cairan limfe yang bergerak menuju kedalam tubuh, tetapi agen atau
bahan yang terbawa oleh cairan limfe mungkin masih dapat melewati kelenjar
dan akhirnya mencapai aliran darah. (Price, 1995; 39 - 40).
Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisis dapat menghasilkan petunjuk
tentangkemungkinan diagnosis ini dan evaluasi lebih lanjut secara langsung (
misalnya hitung darah lengap, biakan darah, foto rontgen, serologi, uji kulit).
Jika adenopati sistemik tetap terjadi tanpa penyebab yang jelas tanpa
diketahui, biopsi kelenjar limfe dianjurkan. (Harrison, 1999; 372). Biopsi
sayatan: Sebagian kecil jaringan tumur mame diamdil melalui operasi dengan
anestesi umum jaringan tumor itu dikeluarkan, lalu secepatnya dikirim kelaborat
untuk diperriksa. Biasanya biopsi ini dilakukan untuk pemastian diagnosis
setelah operasi. ( Oswari, 2000; 240 ). Anestesi umum menyebabkan mati rasa
karena obat ini masuk kejaringan otak dengan tekanan setempat yang tinngi. (
Oswari, 2000; 34 ). Pada awal pembiusan ukuran pupil masih biasa, reflek pupil
masih kuat, pernafasan tidak teratur, nadi tidak teratur, sedangkn tekanan
darah tidak berubah, seperti biasa. (Oswari, 2000; 35).
F. PATHWAYS

Penembusan lambat cairan


interstitial kedalam saluran limfe
jaringan

Radang limfe

Terjadi kenaikan aliran limfe menuju sentral dalam


badan pada daerah peradangan

bergabung kembali ke vena perubahan dalam


kemampuan
pembekuan

darah
pembuluh vena yang terkecil agak meregang

bila terjadi trauma


banyak cairan interstitial kandungan protein
bertambah masuk ke pembuluh limfe

Resti
kekurangan

menekan organ terjadi


bengkak pernapasan

dilakukan tindakan invasif Nyeri akut


Pola nafas tidak
efektif

Resti infeksi
1. PENATALAKSAAN MEDIS

Pengobatan limfadenopati KGB leher didasarkan


kepada penyebabnya.Banyak kasus dari pembesaran KGB leher
sembuh dengan sendirinya dan tidak membutuhkan pengobatan
apapun selain observasi.Kegagalan untuk mengecil setelah 4-6
minggu dapat menjadi indikasi untuk dilaksanakan biopsi KGB.
Biopsi dilakukan terutama bila terdapat tanda dan gejala yang
mengarahkan kepada keganasan. KGB yang menetap atau
bertambah besar walau dengan pengobatan yang adekuat
mengindikasikan diagnosis yang belum tepat.
Antibiotik perlu diberikan apabila terjadi limfadenitis supuratif yang
biasa disebabkan oleh Staphyilococcus. aureus dan Streptococcus
pyogenes (group A). Pemberian antibiotik dalam 10-14 hari dan
organisme ini akan memberikan respon positif dalam 72 jam
Kegagalan terapi menuntut untuk dipertimbangkan kembali
diagnosis dan penanganannya. Pembedahan mungkin diperlukan bila
dijumpai adanya abses dan evaluasi dengan menggunakan USG
diperlukan untuk menangani pasien ini.
2. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Tindakan keperawatan yang bisa dilakukan adalah:
a. Memonitor keadaan umum pasien, memonitor suhu tubuh
pasien
b. Menjaga kebersihan saat akan memegang pasien, agar
tidak menjadi infeksi
c. Dorong pemasukan cairan,diit tinggi protein
d. Mengevaluasi nyeri secara regular
e. Letakkan pasien pada posisi yang sesuai, tergantung pada
kekuatan pernafasan dan jenis pembedahan
f. Ukur dan catat pemasukan dan pengeluaran

1. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboraturium
a. Pemeriksaan darah
b. Pemeriksaan sputum
c. Analisa gas darah untuk mengevaluasi suatu oksigenasi dan status
asam basa
d. Kultur darah untuk mendeteksi bakterimia
e. Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk
mendeteksi antigen mikroba
2) Pemeriksaan Radiologi
a. Rontgenogram thoraks
b. Laringoskopi / bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas
tersumbat oleh benda padat.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Demografi meliputi nama , umur, jenis kelamin, dan pekerjaan.
b. Keluhan utama
c. Riwayat Penyakit sekarang
d. Riwayat Penyakit dahulu
e. Riwayat Penyakit Keluarga
a. Prenatal : riwayat Ante Natal Care
b. Natal : Riwayat Ketuban Pecah Dini, Aspirasi mekonium, Asfiksia
c. Post natal : Riwayat terkena ISPA (Bilotta, 2012)

Pemeriksaan fisik

1. Pernafasan
2. Sirkulasi
3. Makanan/cairan
4. Aktifitas/Istirahat
5. Hygiene
6. Keamanan

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien limfadenopati adalah:

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fiisk.

b. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan nyeri

c. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasif


A. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan (NOC) (NIC)
1 Tujuan :
Nyeri akut a. Evaluasi rasa sakit
Setelah dilakukan
berhubungan dengan secara regular (mis,
tindakan keperawatan
agen pencedera fiisk. setiap 2 jam x 12 ),
selama 3x 24 jam
catat karakteristik, lokasi
diharapakan nyeri dapat
dan intensitas ( skala 0-
teratasi
10 ).
Dengan kriteria hasil:
b. Kaji penyebab
a. tingkat nyeri
ketidaknyamanan yang
berkurang
mungkin selain dari
b. Skala nyeri menurun
prosedur operasi.
c. Pasien Nampak lebih
c. Berikan informasi
tenang
mengenai sifat
d. Mampu mengontrol
ketidaknyamanan, sesui
nyeri
kebutuhan.
e. Tanda vital dalam
rentan normal d. Lakukan reposisi sesui
f. Tidur tidak terganggu petunjuk, misalnya semi -
fowler; miring.

e. Dorong penggunaan
teknik relaksasi, misalnya
latihan napas dalam,
bimbingan imajinasi,
visualisasi.
f. Berikan perwatan oral
reguler.

2 Tujuan : 1. ajarkan terapi


Gangguan rasa
Setelah dilakukan relaksasi
nyaman berhubungan
tindakan keperawatan 2. kolaborasi pemberian
dengan nyeri
selama analgesic jika perlu
3 x 24 jam diharapkan 3. berikan posisi yang
gangguan rasa nyaman nyaman
teratasi dengan 4. berikan kompres
Kriteria Hasil : dingin atau hangat
a. istirahat klien dapat 5. ciptakan lingkungan
terpenuhi dan tidak yang nyaman
terganggu
b. Tingkat nyeri
berkurang
c. Pasien Nampak lebih
tenang

3 Tujuan: a. Tingkatkan cuci tangan


Resiko tinggi
Setelah dilakukan yang baik pada setaf dan
terhadap infeksi
asuhan keperawatan pasien.
berhubungan dengan
selama 3 x24 jam resiko
prosedur invasif b. Gunakan aseptik atau
infeksi dapat teratasi
kebersinan yang ketet
dengan
sesuai indikasi untuk
Kriteria Hasil :
menguatkan atau
a. Tidak ada kemerahan
menganti balutan dan bila
b.Tidak demam
menangani
drain.insruksian pasien
tidak untuk menyentuh
atau menggaruk insisi.
c. Kaji kulit atau warna
insisi. Suhu dan integrits:
perhatikan adanya
eritema /inflamasi
kehilangan penyatuan
luka.

d. Awasi suhu adanya


menggigil

e. Dorong pemasukan
cairan,diit tinggi protein
dengan bentuk makanan
kasar.

f. Kolaborasi berikan
antibiotik sesuai indikasi

DAFTAR PUSTAKA

 Lokananta, Irene, 2013, www.scribd.com/doc/144560115/Limfadenopati-Colli, 20


oktober 2013, 06.45
 WIB Repository USU,
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16862/4/Chapter%20II.pdf, 20 oktober
2013, 06.30 WIB
 Maryunani, Anik. 2012. Asuhan Kegawatdaruratan dan Penyulit Pada Neonatus.
Penerbit Buku Kesehatan: Jakarta
 NANDA. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan NANDA NIC-NOC. Media
ihardy:Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai