Anda di halaman 1dari 92

HASIL PENELITIAN

KONTRIBUSI PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP

PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN

MALUKU TENGGARA

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Manajemen

OLEH:

JODRY RUSLAK HAMMAR

143015C17078

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) MAH-EISA

MANOKWARI

2022
ii

LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL PENELITIAN : KONTRIBUSI PAJAK DAN RETRIBUSI

DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI

DAERAH (PAD) KABUPATEN MALUKU

TENGGARA

DIAJUKAN OLEH : JODRY RUSLAK HAMMAR

NPM : 143015C17078

PROGRAM STUDI : MANAJEMEN

PERGURUAN TINGGI : SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE)

MAH-EISA

Manokwari, 23 Februari 2022

Telah Disetujui Oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Roberth K.R. Hammar, S.H,.M.H,.M.M Maria Yertas, S.E., M.M


iii

LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL PENELITIAN : KONTRIBUSI PAJAK DAN RETRIBUSI

DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI

DAERAH (PAD) KABUPATEN MALUKU

TENGGARA

NAMA MAHASISWA : JODRY RUSLAK HAMMAR

NPM : 143015C17078

PROGRAM STUDI : MANAJEMEN

PERGURUAN : SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI

TINGGI (STIE) MAH-EISA

Manokwari, 23 Februari 2022

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Roberth K.R. Hammar, S.H,.M.H,.M.M Maria Yertas, S.E., M.M


iv

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL..................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN.......................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................... iii

DAFTAR ISI................................................................................................ iv

DAFTAR GAMBAR.................................................................................... vi

DAFTAR TABEL........................................................................................ vii

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... viii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………………………………………. 1

B. Permasalahan………………………………………………………... 7

C. Tujuan Penelitian……………………………………………………. 7

D. Kegunaan Penelitian………………………………………………… 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pajak Daerah........................................................................................ 9

B. Retribusi Daerah................................................................................... 24

C. Pendapatan Asli Daerah....................................................................... 30

D. Kerangka Berpikir................................................................................ 36

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian........................................................... 38

B. Populasi dan Sampel........................................................................ 38

C. Jenis dan Sumber Data..................................................................... 39


v

D. Teknik Pengumpulan Data……………………………………….. 40

E. Teknik Analisis Data……………………………………………… 41

F. Definisi Operasional........................................................................ 42

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Kabupaten Maluku Tenggara............................ 44

B. Pembahasan dan Hasil Penelitian.................................................... 56

C. Perbandingan Penerimaan Presentase Pajak Daerah dan

Retribusi daerah dalam Bentuk Presentase..................................... 72

D. Kontribusi pajak Daerah Terhadap PAD…………………..…….. 76

E. Kontribusi Retribusi Daerah Terhadap PAD……………………… 76

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan...................................................................................... 80

B. Saran................................................................................................. 81

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. 82
vi

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Struktur Perpajakan di Indonesia.............................................. 24


2. Kerangka Pikir.......................................................................... 37
vii

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1 Realisasi Pajak Daerah & Retribusi Daerah Kabupaten Maluku


Tenggara Tahun 2016-2020.................................................................. 6
2 Kecamatan, Jumlah Desa dan Ibukota Kecamatan di Kabupaten
Maluku Tenggara…………………………………………………… 46
3 Realisasi Penerimaan Pajak Daerah Tahun 2016 – 2020…………… 56
4 Kontribusi Pajak Hotel........................................................................ 57
5 Kontribusi Pajak Restoran.................................................................. 57
6 Kontribusi Pajak Hiburan.................................................................... 57
7 Kontribusi Pajak Reklame................................................................... 59
8 Kontribusi Pajak Penerangan Jalan...................................................... 60
9 Kontribusi Pajak Parkir........................................................................ 60
10 Kontribusi Pajak Mineral Bukan Logam Bukan Batuan..................... 61
11 Kontribusi Pajak Bumi Bangunan Pedesaan dan Perkotaan................ 61
12 Kontribusi BPHTB............................................................................... 62
13 Presentase Jenis Pajak Daerah.............................................................. 63
14 Kontribusi Pajak Daerah Terhadap PAD Kab. Maluku Tenggara........ 64
15 Realisasi Penerimaan Retribusi Daerah Tahun 2016-2020................... 66
16 Kontribusi Retribusi Sampah................................................................ 66
17 Kontribusi Retribusi Pemakaman......................................................... 67
18 Kontribusi Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah.............................. 68
19 Kontribusi Retribusi Pasar Grosir......................................................... 69
20 Kontribusi Retribusi Pelabuhan............................................................ 69
21 Kontribusi Retribusi Daerah Terhadap PAD
Kabupaten Maluku Tenggara................................................................ 71
22 Presentase Pajak Daerah & retribusi daerah Terhadap PAD................ 73
23 Penerimaan Pendapatan Asli daerah (PAD) Tahun 2016-2020............ 74
viii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1 Laporan realisasi Bapenda Kabupaten Maluku Tenggara


Tahun 2016-2020................................................................................... 92
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Otonomi daerah merupakan bagian yang berasal dari penyelenggaraan

Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Otonomi yang konkret yaitu

pemberian otonomi kepada daerah sesuai atau berdasarkan faktor-faktor

perhitungan tindakan serta kebijaksanaan yang benar-benar menjamin daerah yang

bersangkutan secara nyata dan mengurus daerahnya sendiri. Sementara itu, yang

dimaksudkan dengan bertanggung jawab adalah otonomi yang telah diberikan

tersebut akan sejalan dengan tujuannya yakni, melancarkan pembangunan yang

tersebar di berbagai pelosok negara dan daerah.

Implementasi dari otonomi daerah yang menitikberatkan pada Daerah

Kabupaten/Kota dimulai dengan adanya penyerahan kewenangan/ urusan yang

diserahkan oleh Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah setempat. Adapun

kewenangan yang diberikan dalam rangka Desentralisasi diperlukan berbagai

faktor pendukung. Salah satu faktor pendukung penting yang menentukan

tercapainya keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah yaitu kemampuan daerah

untuk membiayai pelaksanaan kekuasaan/kewenangan yang dimilikinya.1

Setiap daerah diberikan kewenangan yang lebih besar buat mengendalikan

dan mengurus daerahnya sendiri dalam masa otonomi daerah saat ini. (Rudi Pasrah,

2007: 199). Hal Ini bertujuan untuk implementasi otonomi daerah antara lain

1
Sularmi dan Agus Endro Suwarno 2006. Analisis Kinerja Pemerintah Daerah dalam Menghadapi
Otonimi Daerah Ditinjau dari Aspek Keuangan. Jurnal Akuntansi Keuangan. Volume 5, No 1, April
2006.
2

agarlebih mendekatkan pelayanan kepada masyarakat oleh pemerintah itu sendiri,

serta juga untuk mempermudah dalam hal pemantauan serta pengendalian

penggunaan dana yang bersumber dari Anggaran Pemasukan serta Belanja Daerah

(APBD), menghasilkan persaingan yang sehat antar Daerah serta mendesak

munculnya inovasi. Sejalan dengan kewenangan tersebut, Pemerintah Daerah

diharapkan lebih cakap dalam pengelolaan sumber-sumber keuangan daerah.

khususnya pemenuhan kebutuhan pembiayaan pemerintahan serta pembangunan di

suatu daerah. (W. Setiaji dan P. Hadi Adi, 2007: 2).

Sumber dari keuangan daerah adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Pendapatan Asli Daerah (PAD) dikatakan bertambah bila dana yang dimiliki oleh

pemerintah daerah itu tinggi serta tingkatan kemandirian daerah pun tinggi,

sehingga Pendapatan Asli daerah (PAD) merupakan parameter dalam mendorong

perekonomian serta pembangunan wilayah tersebut, yang pada akhimya bisa

meningkatkan pendapatan warga secara universal.

Pendapatan Asli Daerah merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari

hasil pajak daerah, hasil distribusi, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah dalam mengelola

pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas

desentralisasi. Kebijakan keuangan daerah ditujukan untuk peningkatan pendapatan

asli daerah menjadi sumber utama pendapatan daerah yang dapat dipergunakan oleh

daerah dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan daerah sesuai dengan

kebutuhannya guna memperkecil ketergantungan dalam mendapatkan dana dan

pemerintah tingkat atas (subsidi). Dengan demikian usaha peningkatan pendapatan


3

asli daerah seharusnya dilihat dari perspektif yang lebih luas tidak hanya ditinjau

dan segi daerah masing-masing tetapi dalam kaitannya dengan kesatuan

perekonomian Indonesia.

Pendapatan asli daerah sendiri dipandang sebagai opsi penerimaan dana

tambahan yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan belanja yang ditentukan

oleh daerah itu sendiri, terutama untuk kebutuhan sehari-hari. Oleh karena itu,

peningkatan pendapatan merupakan dambaan setiap daerah. Pajak daerah sebagai

sumber Pendapatan Asli daerah, memberikan kontribusi yang sangat penting bagi

pemerintah daerah dan pembiayaan pembangunan karena meningkatkan

kemampuan untuk menerima pajak daerah dan membantu mendorong pertumbuhan

ekonomi.

Penggunaan uang pajak meliputi mulai dari belanja pegawai sampai dengan

pembiayaan berbagai proyek pembangunan. Pembangunan sarana umum seperti

jalan-jalan. jembatan. sekolah, rumah sakit/puskesmas, kantor polisi dibiayai

dengan menggunakan uang yang berasal dari pajak. Penggunaan uang pajak

digunakan juga kepada setiap warga negara mulai dari lahir sampai meninggal

dunia untuk memberikan rasa aman kepada setiap lapisan masyarakat. menikmati

fasilitas atau pelayanan dari pemerintah yang semuanya dibiayai dengan uang yang

berasal dari pajak.

Retribusi daerah adalah pembayaran atas jasa atau pemberian ijin/konsesi

yang bersifat khusus, disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah

kepada pribadi/badan, yang bertujuan untuk dapat mendukung sumber pembiayaan


4

daerah dalam penyelenggaraan pembangunan daerah, sehingga akan meningkatkan

dan memeratakan perekonomian serta kesejahteraan masyarakat di daerahnya.

Pembayaran retribusi daerah dapat dilakukan berulang kali dan dipungut atas

balas jasa sehingga pembayarannya dapat dilakukan berulang kali. Jadi siapapun

yang telah menikmati fasilitas maupun jasa yang diberikan oleh Pemerintah Daerah

maka wajib dikenakan retribusi. Faktor perbedaan antara pungutan retribusi dengan

sumber-sumber pendapatan yang lain adalah ada tidaknya jasa yang disediakan oleh

pemerintah daerah. Pemungutan retribusi pelaksanaannya oleh petugas dapat

dilakukan di luar waktu yang telah ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan

selama pemerintah daerah dapat menyediakan jasa dengan persetujuan pemerintah

pusat. Retribusi berhubungan erat dengan tingkat aktivitas sosial ekonomi

masyarakat di suatu daerah. Dimana, semakin berkembang dan maju strata/tingkat

sosial ekonomi masyarakat, maka semakin besar potensi retribusi yang bisa

diterima/dipungut.

Adapun penerimaan pajak daerah dapat diperoleh dari pajak kabupaten/kota

diantaranya Pajak Hotel, Pajak Reklame Pajak Restoran, Pajak Parkir, Penerangan

Jalan, Pajak Hiburan, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Pajak Mineral bukan

Logam dan Batuan, Pajak Air Tanah. Selain pajak daerah, retribusi daerah juga

merupakan salah satu komponen penting dalam PAD. Retribusi daerah dapat

digolongkan menjadi Jenis Retribusi Jasa Umum yang terdiri dari, Retribusi

Pelayanan Kesehatan, Retribusi Pelayanan Kesehatan, Retibusi Pelayanan

Persampahan/Kebersihan, Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda

Penduduk dan Akta Catatan Sipil, Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan
5

Mayat, Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum, Retribusi Pelayanan Pasar,

Retribusi Penguji Kendaraan Bermotor, Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam

Kebakaran, Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta, Retribusi Penyediaan dan/

atau Penyedotan Kakus, Retribusi Pengelolaan Limbah Cair, Retribusi Pelayanan

Tera/Tera Ulang, Retribusi Pelayanan Pendidikan, Retribusi Pengendalian Menara

Telekomunikasi. Jenis Retribusi Jasa Usaha terdiri atas, Retribusi Pemakaian

Kekayaan Daerah, Retribusi Pasar Grosir dan/ atau Pertokoan, Retribusi Tempat

Pelelangan, Retribusi Terminal, Retribusi Tempat Khusus Parkir, Retribusi Tempat

Penginapan/Pesanggrahan/Villa, Retribusi Rumah Potong Hewan, Retribusi

Pelayanan Kepelabuhan, Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga, Retribusi

Penyebrangan di Air, Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah. Jenis retribusi

Perizinan Tertentu antara lain, Retribusi Izin Tempat Penjualan Minumaan

Beralkohol, Retribusi Izin Trayek, Retribusi Izin Mendirikan Bangunan, Retribusi

Izin Usaha Periklanan, dan Retribusi Izin Gangguan. Dalam rangka terwujudnya

kesejahteraan masyarakat sesuai dengan tujuan dari otonomi daerah, pemerintah

daerah mempunyai tanggung jawab ekonomi yaitu:

1. Menyediakan pelayanan publik dasar kepada masyarakat, terutama

pendidikan, kesehatan dan infrastruktur dasar

2. Mempercepat pertumbuhan ekonomi lokal daerah dengan memberikan

pemahaman pada expor dan investor

3. Menciptakan lapangan pekerjaan baru dan mengurangi pengangguran

terutama tenaga kerja lokal tanpa harus menciptakan hambatan terhadap

tenaga kerja daerah lain


6

4. Memperbaiki pendapatan masyarakat dan mengurangi kemiskinan dengan

berfokus pada UMKM lokal

5. Turut mengatur dan mengendalikan inflasi lokal, dari sisi non moneter

terutama distribusi & logistik

Hal tersebut tidak saja menjadi tanggung jawab pemerintah daerah setempat,

masyarakat juga memiliki kewajiban terhadap pencapaian kesejahteraan dengan

kontribusi pajak yang dibayarkan tepat waktu. Maluku Tenggara adalah salah satu

Kabupaten di Indonesia yang memiliki dataran rendah berupa daerah pantai dan

dataran tinggi berupa pegunungan. Hal ini menjadikan Kabupaten Maluku

Tenggara memiliki banyak kawasan wisata yang berpotensi menghasilkan pajak

daerah dan retribusi daerah cukup besar yang bersumber dari sektor restoran, hotel

perdagangan, dan lain-lain.

Tabel 1. Realisasi Pajak Daerah & Retribusi Daerah Kabupaten Maluku

Tenggara Tahun 2016-2020

Tahun PAD PD RD

2016 11,470,847,916 10,030,912,724 1,318,053,500

2017 10,657,782,925 8,990,606,890 1,466,250,000

2018 10,617,229,126 9,190,359,714 1,369,127,500

2019 16,108,318,996 14,634,790,634 1,407,258,500

2020 9,638,422,959 7,501,225,502 2,061,925,300

Sumber: Badan Pendapatan Daerah Maluku Tenggara

Keterangan:
PAD : Pendapatan Asli daerah
PD : Pajak daerah
RD : Retribusi Daerah
7

Berdasarkan data di atas, realisasi PAD Maluku Tenggara pada tahun 2016-

2020 mengalami fluktuasi hal ini disebabkan adanya Kebijakan pemerintah, baik

itu Kebijakan Pemerintah Pusat maupun Kebijakan Pemerintah Daearah, dan

Manajemen Perpajakan Daerah kurang efektif. Permasalahan pendapatan yang

dihadapi Kabupaten Maluku Tenggara saat ini, sebagai akibat penurunan target

dana perimbangan/transfer dari pemerintah pusat dan tertundanya penyaluran

sebagian dana tersebut sehingga tidak tercapainya target pendapatan pemerintah.

Berdasarkan uraian diatas, dapat diketahui bahwa pajak daerah dan retribusi

daerah merupakan komponen penting dalam penerimaan PAD. Oleh karena itu

penulis mencoba meneliti hal tersebut, dalam penelitian yang berjudul: Kontribusi

Pajak Dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Kabupaten Maluku Tenggara.

B. Permasalahan

Dari uraian latar belakang di atas, maka penulis mendapatkan suatu rumusan

masalah yakni: Seberapa Besar Kontribusi Pajak dan Retribusi Daerah Terhadap

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Maluku Tenggara Tahun 2016-2020?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini dimaksudkan untuk menambah wawasan dan

pengetahuan berkaitan dengan kontribusi pajak daerah dan retribusi daerah

terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Maluku Tenggara.


8

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan :

1. Sebagai bahan masukan bahwa penerimaan pajak daerah dana retribusi

daerah akan meningkatan PAD guna berpotensi meningkatkan

perekonomian untuk terciptanya kesejahteraan masyarakat khususnya pada

Kabupaten Maluku Tenggara.

2. Untuk meningkatkan wawasan penulis yang berhubungan dengan ilmu

manajemen keuangan yang telah di pelajari pada masa perkuliahan.

3. Sebagai referensi bagi para peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan

Kontribusi Penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap PAD.


9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pajak Daerah

1. Pengertian Pajak Daerah

Menurut kamus besar bahasa Indonesia Pajak adalah hak untuk

mengusahakan sesuatu dengan membayar sewa kepada negara.2 Dalam Undang-

Undang Nomor 28 Tahun 2007 dijelaskan bahwa, “Pajak adalah kontribusi wajib

kepada negara yang terutang oleh wajib pajak pribadi atau badan yang sifatnya

memaksa berdasarkan Undang-Undang dan tidak mendapatkan imbalan secara

langsung digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran

rakyat”.

Pajak Daerah menurut Undang-undang No. 28 Tahun 2009, yang

selanjutnya disebut pajak adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh

orang pribadi dan atau badan yang sifatnya memaksa berdasarkan undang-undang,

dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan dipergunakan untuk

keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Sedangkan menurut Rochmat Soemitro, pajak adalah gejala masyarakat,

artinya pajak hanya ada di dalam masyarakat. Masyarakat adalah kumpulan

manusia yang pada suatu waktu berkumpul untuk tujuan tertentu. Masyarakat

terdiri atas pribadi-pribadi yang mempunyai hidup sendiri dan kepentingan sendiri,

2
Depdiknas. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. hlm. 812.
10

yang dapat dibedakan dari kehidupan bermasyarakat dan kepentingan masyarakat.

Namun setiap orang pribadi tidak mungkin hidup tanpa adanya masyarakat.3

Definisi Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi

atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat

dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang

digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan

pembangunan. Pajak daerah merupakan kontribusi wajib kepada daerah yang

terutang oleh orang pribadi/ individu atau badan yang bersifat memaksa

berdasarkan undang-undang, dengan tidak secara langsung mendapatkan imbalan

yang digunakan untuk keperluan dan kepentingan daerah bagi sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat.

Pajak daerah merupakan pajak yang ditetapkan oleh pemerintah daerah

dengan Peraturan Daerah (Perda), di mana wewenang pemungutannya

dilaksanakan oleh pemerintah daerah, dan hasilnya digunakan untuk membiayai

pengeluaran pemerintah daerah dalam melaksanakan penyelenggaraan pemerintah

dan pembangunan di daerah. Karena pemerintah daerah di Indonesia terbagi

menjadi dua, yaitu pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota, yang diberi

kewenangan untuk melaksanakan otonomi daerah, maka pajak daerah di Indonesia

pada saat sekarang ini dibagi menjadi dua, yaitu pajak provinsi dan pajak

kabupaten/kota. Pajak daerah dikelompokkan sebagaimana di bawah ini:4

a. Pajak Provinsi, yang terdiri dari:

3
Erly Suandy, Hukum Pajak (Jakarta: Salemba Empat, 2011), hlm. 7.
4
Marihot Pahala Siahaan, Hukum Pajak Material (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), hlm. 2.
11

1) Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air

2) Bea Balik Nama Kendaraan Bemotor dan Kendaraan di Atas Air

3) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, dan

4) Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air

Permukaan.

b. Pajak Kabupaten/Kota, yang terdiri dari:

1) Pajak Reklame

2) Pajak Hotel

3) Hiburan

4) Pajak Restoran

5) Pajak Penerangan Jalan

6) Pajak Parkir

7) Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C

Menurut Ujang Bahar Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang

pribadi atau badan kepada Daerah tanpa ada kompensasi langsung berimbang yang

dapat dipungut berdasarkan hukum dan peraturan yang berlaku. Pajak daerah dibagi

menjadi pajak provinsi dan pajak kabupaten/kota, tergantung pada tingkat

pemerintah yang diperbolehkan untuk memungut pajak.5

Secara umum, pajak daerah memberikan kontribusi terbesar terhadap

Pendapatan Asli Daerah. Kontribusi/ proporsi pajak daerah terhadap total

pendapatan daerah juga semakin meningkat. Menurut BPS, porsi pajak daerah di

seluruh kabupaten/kota terhadap total pendapatan daerah pada tahun 2003 adalah

5
Ujang Bahar, Peran Daerah Dalam Pengadaan Tanah, (Jurnal Hukum Bisinis Vol 1) hlm. 42.
12

2,52 persen, tetapi meningkat menjadi 2,85 persen pada tahun 2004. Namun jika

dibandingkan dengan total penerimaan pajak baik di pusat maupun di pedesaan,

porsi penerimaan pajak kabupaten di seluruh Indonesia hanya sekitar 3-7 persen

dari total penerimaan pajak negara.6

Fungsi pokok pemerintah daerah untuk memberikan pelayanan kepada

rakyat yang utamanya dibiayai dari pajak daerah dalam penelitian akan

menggunakan teori Welfare State dan Teori Utility. Alasan menggunakan teori

Welfare State karena berkaitan dengan asas teori ini yang menghendaki adanya

kewajiban pemerintah untuk memberikan kesejahteraan dalam bentuk pelayanan

kepada rakyat yang telah dirumuskan oleh Founding Fathers Indonesia sejak awal

berdirinya NKRI. Cita-cita tersebut terumuskan dalam alinea kedua dan keempat

Pembukaan UUD 1945 dan masih tetap relevan dengan berbagai perkembangan

dan kebutuhan rakyat hingga saat ini, terutarna dalam kaitannya dengan perpajakan

dan otonomi daerah. Disamping Teori Welfare State sebagai grand theory, teori

utility juga digunakan sebagai penunjang dari grand theory karena merupakan

perwujudan kesejahteraan rakyat dimana harus betul-betul diarahkan secara efektif

dan efisien sesuai dengan perkembangan keadaan dan kebutuhan rakyat. Berikut ini

penjelasan mengenai teori yang digunakan.

1) Teori Welfare State

Prinsip dasar teori Walfare State, yakni bahwa negara/pemerintah bertanggung

jawab penuh untuk menyediakan semua kebutuhan rakyatnya dan tidak dapat

dilirnpahkan kepada siapapun (Abercrombie, 2008:382). Konsep kesejahteraan

6
Mahmudi, Manajemen Keuangan Daerah (Jakarta: Erlangga, 2010) hlm. 21
13

(social walfare) tersebut secara konkret ke dalam bentuk model program

kesejahteraan masyarakat bagi hasil pemerintah modem (The model of modern

goverment social security).

Di tinjau dari sudut negara, Walfare State diklasifikasikan sebagai salah satu

tipe negara, yaitu tipe negara kemakmuran (Woblfaart Staats). Didalam negara

Welfare state tersebut negara mengabdi sepenuhnya kepada masyarakat. Negara

sebagai salah satu institusi yang berkewajiban untuk menyelenggarakan

kemakmuran rakyat dan kepentingan seluruh rakyat. Menurut Dicey Rule of law

mengandung tiga unsur yakni equality before the law, setiap manusia mempunyai

kedudukan hukum yang sama dan rnendapatkan perlakuan yang sama supremation

of law, kekuasaan tertinggi terletak pada hukum, dan constitution bases on human

right, konstitusi harus mencerrninkan hak-hak asasi manusia.

Perkembangan rule of law menjadi Walfare State dapat dilihat dari serangkaian

kelengkapan kegiatan Negara inggris dalam menyelenggarakan kemakmuran bagi

rakyatnya. Kegiatan tersebut berupa jaminan sosial, program/ jaminan kesehatan

nasional, nasionalisasi perusahaan swasta yang menyangkut kepentingan umum

dan kesernpatan menikmati pendidikan lanjutan dan tinggi bagi ekonominya yang

kurang mampu.

2) Teori Kemanfaatan (Utility)

Dalam pengelolaan pajak agar selaras dengan makna otonomi daerah,

pemanfaatannya harus diupayakan untuk pelayanan pada sektor pajak yang

bersangkutan. Apabila pembayar pajak dapat merasakan manfaat atas

pembayarannya, diharapkan timbul kesadaran untuk melakukan pembayaran secara


14

sukarela. Pemungutan pajak daerah harus mempertimbangkan asas kemanfaatan

bagi pemerintah daerah itu sendiri. Secara umum pemungutan pajak daerah harus

dilihat dari dua sisi yakni, sisi hasil guna dan daya guna bagi pemerintah daerah dan

masyarakat daerah bersangkutan.

Paling tidak ada lima tolak ukur untuk menilai apakah pendapatan asli

daerah, pajak daerah dan retribusi daerah yang telah ada layak, Salah satunya terkait

dengan asas utilitas. Kelima tolak ukur tersebut sebagai berikut:

a. Hasil (Yield): memadai tidaknya hasil suatu pajak daerah dalam kaitannya

dengan berbagai layanan yang dibiayainya, yakni stabilitas dan mudah

tidaknya memperkirakan besar hasil tersebut, hasil dari elastisitas pajak

pajak terhadap inflasi, pertumbuhan penduduk dan sebagainya, juga

perbandingan hasil pajak dengan biaya pungut.

b. Keadilan (Equality): dasar pajak dankewajiban membayar harus jelas dan

tidak sewenang-wenang, pajak bersangkutan harus adil secara horizontal,

artinya beban paiak haruslah sama besar antara berbagai kelompok yang

berbeda tetapi dengan kedudukan ekonomi yang sama, harus adil secara

vertikal, artinya kelornpok yang memiliki sumber daya ekonomi yang lebih

besar memberikan sumbangan yang lebih besar dari pada kelornpok yang

tidak banyak memiliki surnber daya ekonomi. Pajak harus adil dari satu

tempat ke tempat lain, hendaknya tidak ada perbedaan besar dan sewenang-

wenang dalam beban pajak dari satu daerah ke daerah lain, kecuali jika

mencerminkan perbedaan dalarn cara memberikan pelayanan kepada

masyarakat.
15

c. Daya guna ekonomi (Economi Efficiency): pajak hendaknya mendorong

(atau setidak-tidaknya tidak menghambat) penggunaan sumber daya secara

berdaya guna dalam kehidupan ekonorni, mencegah jangan sarnpai pilihan

konsumen dan pilihan produsen menjadi salah arah atau memperkecil,

beban pajak".

d. Kemampuan rnelaksanakan (Abibility to Implement): suatu pajak haruslah

dapatdilaksanakan, dari sudut kemauan politik dan kemampuan tata usaha.

e. Kecocokan/kesesuaian sumber penerimaan daerah (Suitabilitas a local

Revenue Source): berarti haruslah tepat dan jelas kepada daerah mana suatu

pajak harus dibayarkan dan ternpat memungut pajak sedapat mungkin sama

dengan tempat akhir beban pajak. Pajak tidaklah mudah dihindari, dengan

praktek memindahkan objek pajak dari suatu tempat ke tempat lain. Pajak

daerah jangan hendaknya rnernpertajarn perbedaan-perbedaan daerah dari

segi potensi ekonomi masing-masing dan pajak hendaknya tidak

menimbulkan beban yang lebih besar dari kemampaun tata usaha pajak

daerah.

Adapun beberapa teori-teori yang mendukung pemungutan pajak menurut

Aristanti Widyaningsih,7 teori pemungutan pajak memberikan penjelasan mengenai

hak negara untuk memungut pajak. Teori-teori tersebut antara lain:

1) Teori Ansuransi

Teori ini mengibaratkan pembayaran pajak seperti pembayaran premi dalam

perjanjian asuransi. Hal tersebut ditunjukan untuk mengganti biaya yang

7
Aristanti Widyaningsih. 2011, Hukum Pajak Daerah Perpajakan. Bandung. Hlm: 11-12
16

dikelurkan negara dalam melaksanakan kewajibannya yaitu, melindungi

keselamatan dan harta benda warga negaranya. Karena negara tidaklah

boleh disamakan dengan perusahan asuransi maka, Teori ditentang.

2) Teori Kepentingan

Menurut teori ini, dasar pemungutan pajak adalah adanya kepentingan dari

setiap warga negara, didalamnya termasuk kepentingan dalam perlindungan

jiwa dan harta. Semakin tinggi tingkat kepentingan perlindungan maka

semakin tinggi pula pajak yang harus dibayar.

3) Teori Daya Pikul

Beban pajak harus dibayar harus disesuaikan dengan daya pikul masing-

masing orang.

Agar dapat mengukur daya pikul dapat dipergunakan 2 (dua) pendekatan:

 Unsur Objektif, dilihat dari kekayaan seseorang (penghasilannya).

 Unsur Subjektif, dilihat dari besarnya kebutuhan materiiil yang belum

terpenuhi.

4) Teori Bakti

Dasar keadilan pemungutan pajak terletak pada hubungan rakyat dengan

negaranya. Sebagai warga negara yang baik dan taat, setiap masyarakat

harus selalu taat dan menyadari bahwa pembayaran pajak adalah sebagai

suatu kewajiban.

5) Teori Asas Daya Beli

Dasar keadilan terletak pada akibat pemungutan pajak. Maksudnya

memungut pajak berate menarik daya beli dari rumah tangga masyarakat
17

untuk rumah tangga negara. Selanjutnya negara akan menyalurkan kembali

ke masyarakat dalam bentuk pemeliharaan kesejahteraan masyarakat.

Dengan demikian kepentingan seluruh masyarakat lebih diutamakan.

2. Jenis-Jenis Pajak Daerah Kabupaten

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, mulai tahun 2010 berlaku

ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah. Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 42

Tahun 2009 terdapat beberapa perubahan mendasar dalam pemberlakuan ketentuan

pajak daerah di Indonesia, lebih tepatnya terkait dengan jenis pajak daerah.

Perbedaan Jenis Pajak daerah yang diatur dalam UndangUndang Nomor 42 Tahun

2009 adalah sebagai dibawah ini:8

a. Terminologi Pajak dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan

Kendaraan di Atas Air sebagai jenis pajak provinsi diubah menjadi Pajak

Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor. Perubahan

ini sebenarnya hanya berkaitan dengan terminologi saja karena

dihilangkannya kata “Kendaraan di Atas Air”, tetapi yang menjadi objek

dari kedua jenis pajak ini adalah kendaraan bermotor, termasuk kendaraan

bermotor yang dioperasikan di air.

b. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan

dan Pajak Air Tanah. Pajak Air Permukaan ditetapkan menjadi pajak

provinsi sedangkan Pajak Air Tanah ditetapkan menjadi pajak

kabupaten/kota.

8
Marihot Pahala Siahaan, Hukum Pajak Material (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), hlm. 12.
18

c. Menambah satu jenis pajak provinsi, yaitu Pajak Rokok.

d. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C yang merupakan jenis pajak

kabupaten/kota diubah namanya menjadi Pajak Mineral Bukan Logam dan

Batuan.

e. Menambah satu jenis pajak kabupaten/kota, yaitu Pajak Sarang Burung

Walet.

f. Pajak Bumi Bangunan yang awalnya merupakan pajak pusat diubah

menjadi pajak kabupaten/kota, yaitu Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan

dan Perkotan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

g. Daerah dilarang memungut pajak selain jenis pajak daerah yang telah

ditetapkan dalam pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009.

h. Jenis pajak daerah yang telah ditetapkan dalam pasal 2 ayat (1)

UndangUndang Nomor 42 Tahun 2009 dapat tidak dipungut oleh Daerah

yang kemungkinannya tidak mencukupi dan/atau memenuhi kebijakan

masing-masing daerah yang ditetapkan dengan peraturan daerah.

i. Khusus untuk daerah yang setingkat dengan daerah provinsi, tetapi tidak

terbagi dalam daerah kabupaten/kota otonom, seperti Daerah Khusus

Ibukota Jakarta, jenis pajak daerah yang dapat dipungut merupakan

gabungan dari pajak untuk daerah provinsi dan pajak untuk daerah

kabupaten/kota.

Pajak kabupaten/kota yang dapat dilakukan pungutan oleh pemerintah

daerah Provinsi berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 adalah

sebagai berikut:
19

a. Pajak Hotel merupakan pajak atas penyediaan layanan oleh hotel. Hotel

adalah fasilitas penyediaan jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa

terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel,

losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah

penginapan, dan sejenisnya, serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih

dari sepuluh.

b. Pajak Restoran merupakan pajak atas penyediaan layanan oleh restoran.

Restoran merupakan fasilitas penyedia makanan dan atau minuman dengan

dipungut bayaran, yang mencakup juga kantin, bar, kafe, rumah makan,

warung, dan sejenisnya termasuk juga katering.

c. Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan. Hiburan adalah

semua jenis tontonan, pertunjukkan, permainan, dan atau keramaian yang

dinikmati dengan dipungut bayaran.

d. Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Reklame adalah

benda, alat, perbuatan, atau media yang bentuk dan corak ragamnya

dirancang untuk tujuan komersial memperkenalkan, menganjurkan,

mempromosikan, atau untuk menarik perhatian umum terhadap barang,

jasa, orang, atau badan yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan, dan

atau dinikmati oleh umum.

e. Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik

yang dihasilkan sendiri maupun diperoleh dari sumber lain.

f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah pajak atas kegiatan

pengambilan mineral bukan logam dan batuan, baik dari sumber alam di
20

dalam dan atau permukaan bumi untuk dimanfaatkan. Mineral bukan logam

dan batuan adalah mineral bukan logam dan batuan sebagaimana dimaksud

di dalam peraturan perundang-undangan di bidang mineral dan batubara.

g. Pajak Parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat/lahan parkir

kendaraan di luar area badan jalan, baik yang telah disediakan berkaitan

dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha,

termasuk penyediaan tempat/lahan penitipan kendaraan bermotor. Parkir

adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat

sementara.

h. Pajak Air Tanah adalah pajak atas pengambilan dan atau pemanfaatan air

tanah. Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan

dibawah permukaan tanah.

i. Pajak Sarang Burung Walet adalah pajak atas pengambilan dan atau

pengusahaan sarang burung walet. Burung Walet adalah satwa yang

termasuk marga collocalia, yaitu collocalia fuchliap haga, Collocalia

maxina, collocalia esculanta, dan collocalia linchi.

j. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pajak atasperolehan

hak atas tanah dan atau bangunan, perolehan hak atas tanah dan bangunan

adalah peristiwa atau perbuatan hukum yang memberi akibat diperolehnya

hak atas tanah dan atau bangunan oleh orang pribadi atau badan. Hak atas

tanah dan atau bangunan adalah hak yang terkandung hak pengelolaan,

beserta bangunan di atasnya, sebagaimana dimaksud didalam undang-

undang bidang pertanahan dan bangunan.


21

3. Dasar Hukum Pajak dan Retribusi Daerah

Hukum pajak adalah suatu kumpulan peraturan-peraturan yang mengatur

hubungan antara pemerintah dengan masyarakatnya, sebagai pemungut pajak dan

sebagai pembayar pajak. Dalam hukum pajak diatur mengenai:9

a. siapa-siapa yang menjadi subjek pajak dan wajib pajak;

b. apa saja yang menjadi objek pajak;

c. kewajiban seorang wajib pajak kepada pemerintah;

d. timbul dan hapusnya utang pajak;

e. cara penagihan pajak;

f. cara mengajukan banding dan keberatan.

Hukum pajak sering juga disebut hukum fiskal. Istilah pajak sering

disamakan dengan istilah fiskal, yang berasal dari bahasa lain fiscal yang berarti

kantong uang atau keranjang uang. Istilah fiskal yang dimaksud saat ini adalah kas

negara (perbendaharaan). Sedangkan fiskus setara dengan mereka yang mengelola

penerimaan negara atau yang disebut juga administrasi pajak. Semua jenis pajak

dan retribusi daerah yang diberlakukan dalam negara harus didasarkan dengan

dasar hukum yang kuat untuk menjamin lancarnya pengenaan dan pemungutannya.

Hal ini juga berlaku untuk pajak daerah. Saat ini yang menjadi dasar hukum

pemungutan pajak daerah di Indonesia adalah sebagai berikut.10

a. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Undang-

Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,

9
Erly Suandy, Hukum Pajak (Jakarta: Salemba Empat, 2011), hlm. 16.
10
Marihot Pahala Siahaan, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Jakarta: Rajawali Pers: 2010), hlm.
39.
22

yang diundangkan di Jakarta dan mulai berlaku pada tanggal

diundangkannya, yaitu 20 Desember 2000.

b. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah, yang

disahkan di Jakarta dan pada tanggal 4 Juli 1997 mulai berlaku.

c. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1997 tentang Retribusi Daerah,

yang disahkan di Jakarta dan pada tanggal 4 Juli 1997 mulai berlaku.

d. Peraturan Pemeintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah, yang

diundangkan di Jakarta dan mulai berlaku pada tanggal diundangkan, yaitu

13 September 2001.

e. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Reribusi Daerah, yang

disahkan di Jakarta dan pada tanggal 13 September 2001 mulai berlaku.

f. Kepres, Kepmen Dalam Negeri, Kepmen Keuangan, Perda Provinsi, dan

Perda kabupaten/kota di bidang retribusi daerah.

Ketentuan Hukum atau Undang-Undang yang mendasari pajak di

Indonesia, yaitu Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, dan Pasal 23 A UUD 1945 dan Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 (Perubahan ketiga atas Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 1983) tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

yang disetujui DPR dan Presiden Republik Indonesia.

Disamping Undang-Undang tersebut, lebih khusus setelah diterapkannya

otonomi daerah maka Pajak Daerah mempunya legitimasi tersendiri, yakni

Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 (Perubahan atas Undang-Undang Nomor

18 Tahun 1997) tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan `diperkuat oleh

peraturan dari masing-masing daerah otonom. Hingga kini semua pengenaan dan
23

pemungutan pajak telah memiliki dasar hukum yang kuat yaitu dengan Undang-

Undang. Struktur perpajakan di Indonesia pada Bagan 2.1 sebagai berikut:11

Gambar. 1 Bagan Struktur Perpajakan di Indonesia

1) Direktorat jenderal Pajak


a. Pajak Penghasilan
b. Pajak Pertambahan Nilai
c. Pajak Bumi dan
Bangunan
d. Bea Meterai
Pajak e. Bea Perolehan Hak atas
Pusat/
2) Direktorat Jenderal Bea &
Cukai
a. Bea Masuk
Pajak b. Cukai

1) Propinsi
a. Pajak kendaraan
Bermotor
b. Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor
Pajak c. Pajak Bahan Bakar
Daerah
2) Daerah
a. Pajak Hotel & Restoran
b. Pajak Hiburan
c. Pajak Reklame
d. Pajak Penerangan Jalan
e. Pajak Pengambilan dan
Pengolahan Bahan
Galian Golongan C
f. Pajak Pemanfaatan Air
Bawah Tanah dan Air

Sumber: Undang-Undang Perpajakan di Indonesia

11
Liberty Pandiangan, Undang-Undang Perpajakan Indonesia (Jakarta: Gramedia, 2002), hlm. 10.
24

B. Retribusi Daerah

1. Pengertian Retribusi Daerah

Menurut Boediono dalam bukunya Perpajakan Indonesia memberikan

pengertian bahwa retribusi adalah pembayaran yang dilakukan oleh mereka yang

menikmati jasa negara secara langsung.12

Menurut Juli Panglima Saragih Retribusi Daerah merupakan salah satu jenis

penerimaan daerah yang dipungut sebagai pembayaran atau imbalan langsung atas

pelayanan diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada masyarakat.13

Menurut Marihot P. Siahaan Retribusi Daerah adalah pungutan daerah

sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin khusus yang diberikan dan/atau

oleh pemerintah daerah atas nama orang pribadi atau badan/organisasi. Jasa adalah

kegiatan pemerintah daerah berupa transaksi dan pelayanan yang mangakibatkan

dinikamtinya barang, fasilitas, atau manfaat lain, oleh perorangan atau badan, oleh

karena itu jika seseorang ingin menikmati jasa/layanan yang disediakan oleh

pemerintah daerah, maka ia harus membayar biaya retribusi yang ditetapkan oleh

ketentuan perundang-undangan. 14

Menurut Ujang Bahar, Retribusi Daerah adalah pungutan bagi pembayaran

atau izin khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah setempat

untuk kepentingan perorangan atau badan/organisasi. Prinsip pengenaan retribusi

12
Boediono, 2001, Perpajakan Indonesia, Jakarta, Diadit Media, hlm: 14.
13
Juli Panglima Saragih, 2002, Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah dalam Otonomi, Jakarta,
Penerbit Ghalia, hlm. 65.
14
Marihot Pahala Siahaan, 2010, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Jakarta, Rajawali Pers, hlm.
4.
25

daerah adalah pembayaran yang berkaitan langsung dengan jasa pelayanan yang

disediakan oleh pemerintah daerah.”15

Secara spesifik, Wirawan B. Ilyas dan Richard Burton mengemukakan 4

unsur yang melekat pada pengertian retribusi adalah:

a. Pungutan retribusi harus berdasarkan undang-undang.

b. Sifat pungutannya dapat dipaksakan.

c. Pungutannya dilakukan oleh negara.

d. Digunakan untuk pengeluaran bagi publik (masyarakat umum); dan

kontra prestasi (imbalan/kompensasi langsung dapat dirasakan oleh

pembayar retribusi).16

Pada prinsipnya pungutan dengan nama retribusi sama dengan pajak yaitu

empat unsur-unsur dalam pengertian pajak sama dengan retribusi, sedangkan

imbalan (kontraprestasi) dalam retribusi langsung dapat dirasakan oleh pembayar

retribusi. Unsur yang melekat pada pengertian retribusi adalah:17

a. Pungutan retribusi harus berdasarkan undang-undang

b. Sifat pungutannya dapat dipaksakan

c. Pemungutannya dilakukan/dilaksanakan oleh Negara

d. Digunakan untuk pengeluaran bagi masyarakat umum

e. Imbalan (kontra-prestasi) dapat langsung dirasakan oleh pembayaran

retribusi.

15
Ujang Bahar, Peran Daerah Dalam Pengadaan Tanah (Tinjauan Dari Segi Pembiayaan), (Hukum
Keuangan: Jurnal Hukum Bisinis Vol 1), hlm. 42.
16
Burton, Richard, 2001, Menuju Wajib Pajak Patuh. Jurnal Perpajakan Indonesia. Vol.5 No. 1,
hlm. 4-7.
17
Wirawan B Ilyas dan Richard Burton, Hukum Pajak (Jakarta: Salemba Empat, 2007), hlm. 7.
26

Pada umumnya pungutan atas retribusi dikenakan atas pembayaran dalam

bentuk jasa atau pemberian izin tertentu yang disediakan atau diberikan oleh

pemerintah kepada perorangan atau badan. Misalnya retribusi atas penyediaan

tempat penginapan, retribusi penyediaan tempat pencucian mobil, pembiayaan

aliran listrik, pembayaran abonemen air minum. Retribusi tempat penitipan anak,

retribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat, retribusi Izin Mendirikan

Bangunan, Retribusi Izin Gangguan.

Karena kontra-prestasinya langsung dapat dirasakan, maka dari sudut sifat

paksaannya lebih mengarah pada hal yang bersifat ekonomis. Jadi, bilamana setiap

orang atau badan tidak membayar retribusi maka manfaat ekonominya langsung

dapat dirasakan. Namun, apabila manfaat ekonominya telah dirasakan tetapi

retribusinya tidak dibayar, maka secara yuridis pelunasannya dapat dipaksakan

seperti halnya pajak.18

Retribusi pada umumnya merupakan sumber pendapatan penyumbang PAD

kedua setelah pajak daerah. Bahkan untuk beberapa daerah penerimaan retribusi

daerah ini lebih tinggi daripada pajak daerah. Retribusi daerah memiliki

karakteristik yang berbeda dengan pajak daerah. Pajak daerah merupakan pungutan

yang dilaksanakan pemerintah daerah kepada wajib pajak daerah tanpa ada

kontraprestasi secara langsung yang dapat diterima wajib pajak atas pembayaran

pajak tersebut. Sementara itu, retribusi daerah merupakan pungutan yang dilakukan

pemerintah daerah kepada setiap wajib retribusi atas pemanfaatan suatu

18
Wirawan B Ilyas dan Richard Burton, loc. cit.
27

jasa/layanan tertentu yang disediakan pemerintah. Jadi dalam hal ini terdapat

imbalan (kontraprestasi) langsung yang dapat dinikmati pembayar retribusi.

Beda halnya dengan pajak daerah yang bersifat tertutup, buat retribusi ini

pemerintah daerah masih diberi peluang untuk menambah jenisnya tetapi wajib

juga memenuhi persyaratan khusus sebagaimana diatur undang-undang. Sebab

retribusi ini terkait dengan pelayanan tertentu, maka prinsip manajemen retribusi

daerah yang paling primer merupakan perbaikan pelayanan tersebut. Tentunya

selain perbaikan pelayanan, pemerintah daerah juga perlu melakukan berbagai

perbaikan sebagaimana halnya pajak daerah, seperti perluasan basis retribusi,

pengendalian atas kebocoran penerimaan retribusi, dan perbaikan administrasi

pemungutan retribusi.19

2. Jenis-jenis Retribusi Daerah

Jenis-jenis retribusi daerah berdasarkan Undang-undang Nomor 34 tahun

2000 tentang pajak daerah dan retribusi daerah:

a. Retribusi jasa umum

Retribusi atau jasa yang diberikan atau disediakan oleh pemerintah

daerah yang bertujuan untuk kemanfaatan dan kepentingan umum serta

dapat dinikmati oleh perorangan atau badan. Sesuai dengan Undang-

Undang No 34 Tahun 2000 Pasal 18 ayat 3 huruf a, retribusi jasa umum

ditentukan berdasakan kriteria berikut ini:

19
Mahmudi, Manajemen Keuangan Daerah (Jakarta: Erlangga, 2010) hlm. 25.
28

1) Jasa yang bersangkutan merupakan kewenangan daerah dalam

rangka yang diharuskan membayar retribusi disamping itu untuk

melayani kepentingan dan kemanfaatan umum.

2) Retribusi tersebut tidak bertentangan dengan kebijakan nasional

mengenai penyelenggaraannya.

3) Jasa tersebut layak untuk dikenakan retribusi.

4) Jasa yang bersangkutan merupakan kewenangan daerah dalam

rangka pelaksaan asas desentralisasi.

5) Retribusi jasa umum bersifat bukan pajak dan bersifat bukan

retribusi jasa usaha atau perijinan tertentu.

6) Retribusi tersebut dapat dipungut secara efektif dan efisien serta

merupakan satu sumber pendapatan daerah yang potensial

7) Pemungutan retribusi akan memungkinkan penyediaan jasa/layanan

tersebut dengan kualitas dan atau tingkat pelayanan yang lebih baik.

Jenis-jenis retribusi jasa umum yaitu:

1) Retribusi pelayanan parkir ditepi jalan umum

2) Retribusi pelayanan pemakaman

3) Retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran

4) Retribusi pengujian kapal perikanan

5) Retribusi pelayanan kesehatan

6) Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta

7) Retribusi pelayanan kebersihan

8) Retribusi pelayanan pasar


29

9) Retribusi pengujian kendaaan bermotor

10) Retribusi pengganti biaya cetak KTP/ Akta catatan sipil.

b. Retribusi jasa usaha

Retribusi atas jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah dengan

menggunakan prinsip komersial sebab pada dasarnya bisa pula di

sediakan oleh swasta. Kriteria jasa usaha yaitu:

1) Bersifat bukan pajak dan bersifat bukan retribusi jasa umum atau

retribusi perizinan tertentu.

2) Jasa yang bersangkutan adalah jasa yang bersifat komersial yang

disediakan oleh sektor swasta, tetapi belum memadai atau

terdapatnya harta yang dimiliki atau dikuasai oleh pemerintah

daerah.

Jenis-jenis retribusi jasa usaha antara lain:

1) Retribusi terminal

2) Retribusi tempat pelelangan;

C. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

1. Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Menurut Abdul Halim, yang dimaksud dengan Pendapatan Asli Daerah

(PAD) merupakan penerimaan yang diperoleh/diterima daerah dari sumber-sumber

dalam wilayahnya dan dilakukan pungutan sesuai dengan peraturan daerah

berdasarkan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.20 Sektor

pendapatan daerah memegang peranan yang sangat penting, karena melalui sektor

20
Abdul Halim, 2004. Akuntansi Keuangan Daerah, Jakarta, Penerbit Salemba Empat, hlm: 94
30

ini dapat dilihat sejauh mana suatu daerah dapat membiayai kegiatan pemerintah

dan pembangunan daerah.

Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang terkandung

dalam pasal 1 butir 13 Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang keuangan

Negara, Pendapatan asli daerah adalah hak pemerintah daerah yang di akui sebagai

penambah nilai kekayaan yang bersih. Pengertian Pendapatan Asli Daerah terdapat

dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, yaitu Pendapatan Asli

Daerah, selanjutnya disebut PAD adalah pendapatan yang diperoleh Daerah yang

dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-

undangan. Sesuai dengan ketentuan pasal 6 Undang-undang Perimbangan

keuangan antara Pemerintahan Pusat dan Daerah, Pendapatan Asli Daerah dapat di

peroleh melalui sumber-sumber dana yang didapat dari Pajak Daerah, Retribusi

Daerah, hasil pengelolahan kekayaan daerah yang dipisahkan. Sumber-sumber

pendapatan tersebut diharapkan menjadi sumber pembiyaan penyelenggaraan dan

pembangunan untuk meningkatkan dan memeratkan kesejahteraan rakyat.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan salah satu sumber dana

pembiayaan pembangunan daerah yang pada faktanya belum cukup memberikan

sumbangan bagi pertumbuhan daerah, hal ini mengharuskan pemerintah daerah

menggali dan meningkatkan pendapatan daerah terutama sumber pendapatan asli

daerah. Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan pendapatan daerah yang

sumbernya berasal dari hasil pajak daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan, hasil retribusi daerah dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah,
31

yang memiliki tujuan untuk memberikan kebebasan/keleluasaan kepada daerah

untuk menggali pendanaan dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah sebagai

perwujudan asas desentralisasi.

Dalam upaya memperbesar peran pemerintah daerah dalam pembangunan,

pemerintah daerah dituntut untuk lebih mandiri dalam membiayai kegiatan

operasional rumah tangganya. Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat bahwa

pendapatan daerah tidak dapat dipisahkan dengan belanja daerah, karena adanya

hubungan keterkaitan dan merupakan satu alokasi anggaran yang dibentuk, disusun

dan dibuat untuk melancarkan roda pemerintahan daerah.

Adanya kewenangan, hak dan kewajiban yang diberikan Kepada daerah

untuk mengurus dan mengatur rumah tangganya sendiri, adalah salah satu upaya

untuk meningkatkan fungsi dan peran pemerintah daerah dalam mengembangkan

potensi daerahnya dengan mengurus/ mengelola sumber-sumber pendapatan daerah

secara efektif dan efisien khususnya pendapatan asli daerah setempat.

2. Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Adapun sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) menurut Undang-Undang

No.33 Tahun 2004 yaitu:

a. Pendapatan asli daerah (PAD) yang terdiri dari :

1) Hasil Pajak Daerah yaitu Pungutan daerah menurut peraturan yang

ditetapkan oleh daerah untuk pembiayaan rumah tangganya sebagai badan

hukum publik. Pajak daerah sebagai pungutan yang dilaksanakan

pemerintah daerah yang hasilnya dipergunakan untuk pengeluaran umum


32

yang balas jasanya tidak langsung dialokasikan/diberikan sedangkan

pelaksanaannya bisa dipaksakan.

2) Hasil Retribusi Daerah yaitu pungutan yang telah secara sah menjadi

pungutan daerah sebagai pembayaran pemakaian/ karena memperoleh

jasa/karena memperoleh jasa usaha, pekerjaan atau milik pemerintah daerah

tersebut. Retribusi daerah mempunyai sifat-sifat yaitu pelaksanaannya

bersifat ekonomis, ada imbalan langsung walau harus memenuhi

persyaratan-persyaratan formil dan materiil, tetapi ada alternatif untuk mau

tidak membayar, merupakan pungutan yang sifatnya budgetairnya tidak

menonjol, dalam hal-hal tertentu retribusi daerah adalah pengembalian

biaya yang telah dikeluarkan oleh pemerintah daerah untuk memenuhi

permintaan anggota masyarakat.

3) Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan. Hasil perusahaan milik daerah/ badan usaha milik daerah adalah

merupakan pendapatan daerah dari keuntungan bersih perusahaan daerah

yang mana berupa dana pembangunan daerah dan bagian untuk anggaran

belanja daerah yang disetor ke kas daerah, baik perusahaan daerah yang

dipisahkan, sesuai dengan motif pendirian dan pengelolaan, maka sifat

perusahaan dareah adalah suatu kesatuan produksi yang bersifat menambah

pendapatan daerah, memberi jasa, menyelenggarakan kemanfaatan umum,

dan memperkembangkan perekonomian daerah.

4) Pendapatan Asli daerah Lain-lain yang sah ialah pendapatan-pendapatan

yang tidak termasuk dalam jenis-jenis pajak daerah, retribusi daerah,


33

pendapatan dinas-dinas. usaha daerah lain yang sah memiliki sifat yang

terbuka bagi pemerintah daerah untuk melakukan/ melaksanakan kegiatan

yang membawa/ menghasilkan baik berupa materi dalam kegiatan tersebut

bertujuan untuk menunjang, melapangkan, atau memantapkan suatu

kebijakan daerah di suatu bidang tertentu.

b. Retribusi daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin khusus

yang diberikan dan/atau disediakan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan

orang pribadi atau badan; yang sifatnya budgetairnya tidak menonjol, dalam

hal-hal tertentu retribusi daerah adalah pengembalian biaya yang telah

dikeluarkan oleh pemerintah daerah untuk memenuhi permintaan anggota

masyarakat

3. Dasar Hukum Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pemerintah pusat telah mengeluarkan regulasi/ aturan tentang Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah, melalui Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009. Dengan

dicabutnya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997, sebagaimana telah diubah

dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000. Berlakunya Undang-Undang

tentang pajak daerah dan retribusi daerah yang baru di satu sisi memberikan

keuntungan bagi daerah dengan munculnya sumber-sumber pendapatan baru,

namun di sisi lain ada beberapa sumber pendapatan asli daerah yang harus dihapus

karena tidak boleh lagi dipungut oleh daerah, terutama berasal dari retribusi daerah.

Menurut UU Nomor 28 Tahun 2009 secara keseluruhan terdapat 30 jenis retribusi

yang dapat dipungut oleh daerah yang dikelompokkan ke dalam 3 golongan


34

retribusi, yaitu retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha, dan retribusi perizinan

tertentu. Selain itu dasar hukum Pendapatan Asli Daerah terdapat dalam Undang-

Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No.

33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah.

4. Hubungan Pendapatan Asli Daerah dengan Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 menyatakan bahwa

Pendapatan Asli Daerah yang disingkat PAD adalah pendapatan yang diperoleh

daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan

perundang-undangan. Sumber-sumber pendapatan asli daerah yaitu pajak daerah,

retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain

PAD yang sah. Adapun hubungan antara Pendapatan Asli Daerah dengan Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah adalah sebagai berikut:

a) Hubungan Pajak Daerah dengan Pendapatan Asli Daerah

Pajak daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang sangat

penting untuk membiayai pelaksanaan pembangunan dan pemerintahan daerah.

Selain itu pajak daerah merupakan bentuk peran serta masyarakat dalam

menyelenggarakan otonomi daerah. Pajak daerah juga merupakan salah satu

sumber pendapatan asli daerah, dimana setiap peningkatan pajak daerah akan

mempengaruhi peningkatan pada pendapatan asli daerah. Oleh karena itu, adanya

hubungan antara pendapatan asli daerah dengan pajak daerah yaitu bila jumlah
35

penerimaan pajak daerah mengalami kenaikan maka pendapatan asli daerah juga

mengalami kenaikan

b) Hubungan Retribusi Daerah dengan Pendapatan Asli Daerah

Retribusi daerah merupakan salah satu komponen PAD yang mempunyai

peranan cukup besar terhadap pelaksanaan otonomi daerah untuk merealisasi

pendapatan asli daerah. Daerah memiliki wewenang didalam memungut setiap jenis

retribusi daerahnya. Peran serta masyarakat untuk membayar retribusi sangatlah

diharapkan agar dapat meningkatkan penerimaan retribusi daerah. Semakin besar

jumlah penerimaan retribusi daerah maka akan semakin besar pula jumlah

penerimaan pendapatan asli daerah. Dengan demikian, adanya hubungan antara

retribusi daerah dengan pendapatan asli daerah yaitu jika jumlah penerimaan

retribusi daerah mengalami kenaikan maka pendapatan asli daerah juga mengalami

kenaikan.

5. Kontribusi

Menurut kamus besar bahasa indonesia pengertian kontribusi adalah

sumbangan, sedangkan menurut kamus ekonomi, kontribusi adalah suatu yang

diberikan bersama-sama dengan pihak lain untuk tujuan biaya, atau kerugian atau

bersama.21 Kontribusi adalah sumbangan, pengaruh atau pemberian. Kontribusi

mengoptimalkan kemampuan sesuai dengan bidang dan kapasitas masing-masing

untuk meningkatkan perekonomian dan keluarga.22

21
T. Guritno, Kamus Besar dan Kamus Ekonomi, hlm. 76
22
Peter Salim, Yenhi Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modren English
press), hal. 231-232
36

Untuk menghitung kinerja pemerintah daerah dalam pengerahan/

pengorganisasian penerimaan PAD ataupun pajak daerah dan retribusi, yaitu

dengan melakukan analisis kontribusi yaitu suatu analisis yang digunakan untuk

mengetahui seberapa besar kontribusi yang dapat disumbangkan dari penerimaan

pajak dan retribusi daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Hal itu

dilakukan dengan cara membandingkan antara realisasi penerimaan pajak dan

retribusi daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Dengan analisis ini

penulis akan mendapatkan seberapa besar kontribusi pajak dan retribusi daerah

terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Maluku Tenggara. Dengan

hasil analisis tersebut dari tahun 2016 – 2020), akan didapatkan hasil analisis yang

berfluktuasi dari kontribusi tersebut dan akan diketahui kontribusi pajak dan

retribusi daerah dari yang terbesar dan yang terkecil dari setiap tahunnya. Sehingga

dapat diketahui seberapa besar peran pajak dan retribusi daerah dalam

menyumbang terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Maluku

Tenggara.

D. Kerangka Berpikir

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah dibuat,

yakni menganalisis Kontribusi Variabel Independen Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah terhadap Variabel Dependen Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten

Maluku Tenggara.

Penyelenggaraan otonomi daerah dengan diubahnya sistem sentralisasi

(memusat) menjadi desentralisasi (menyebar) maka sebagai pemerintah daerah

haruslah bisa menggali potensi yang ada di daerahnya masing-masing secara


37

mandiri tanpa harus terikat/bergantung dengan pemerintah pusat. Kebijakan

tersebut bukan berarti pemerintah pusat lepas tangan, akan tetapi tetap memberikan

bantuan jika suatu daerah tidak dapat mengembangkan daerahnya. Maka dalam

melaksanaan program tersebut setiap daerah dapat mampu memberikan kontribusi

kepada Pendapatan Asli Daerah, maka timbul lah pertanyaan bahwa seberapa besar

pajak daerah dan retribusi daerah memberikan kontribusi terhadap pendapatan asli

daerah untuk mengembangkan daerahnya masing-masing.

Berdasarkan laporan realisasi APBD, Pendapatan asli daerah termasuk

kedalam jenis pendapatan daerah, yang kemudian terdiri dari komponen-komponen

PAD yaitu Pajak Daerah, Retribusi Daerah, dan Pendapatan lain-lain PAD yang

sah. Tetapi, dalam penelitian ini penulis hanya menggunakan komponen Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah sebagai variabel independen. Berdasarkan landasan

teori pada tinjauan pustaka di atas, maka secara skema kerangka pemikiran dapat

digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2. Kerangka Pikir

PAJAK DAERAH
PENDAPATAN ASLI
DAERAH (PAD)

RETRIBUSI DAERAH
38

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Kantor Dinas Pendapatan Daerah

Kabupaten Maluku Tenggara, dengan waktu penelitian terhitung selama satu bulan

terhitung tanggal 8 Januari 2022 sampai dengan 30 Januari 2022.

B. Populasi dan Sampel

1) Populasi

Dalam penelitian kuantitatif23, populasi diartikan sebagai wilayah

generalisasi yang terdiri atas: subyek/obyek yang mempunyai karakteristik dan

kualitas tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan

laporan realisasi Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Pendapatan Asli Daerah di

Kabupaten Maluku Tenggara untuk periode tahun 2016-2020.

2) Sampel

Sugiyono, 2012, Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar dan peneliti populasi tidak

mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan

dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil

dari populasi itu. Sampel yang diambil dari populasi harus benar-benar

representatif.

23
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Bandung: Alfabeta, 2013) hlm. 297
39

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan dokumen

APBD penerimaan Kabupaten Maluku Tenggara yang memenuhi kriteria Tahun

anggaran selama 5 tahun yaitu, periode 2016-2020. Sampel adalah sebagaian dari

populasi itu, sedangkan metode penentuan sampel yang digunakan adalah teknik

purposive sampling atau teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.24

Mengenai pertimbangan pengambilan sampel yang dilakukan adalah

sebagai berikut: Sampel diambil pada Kabupaten Maluku Tenggara yang

mengunggah data realisasi APBD dari tahun 2016-2020 tahun anggaran selama 5

Tahun.

C. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dan

kuantitatif.

a. Data kualitatif yaitu data yang ditampilkan dalam bentuk kata verbal bukan

dalam bentuk angka.

b. Data kuantitatif yaitu jenis data yang dapat dihitung atau diukur secara

langsung, yang berupa penjelasan atau informasi yang dinyatakan dengan

bilangan atau berbentuk angka.25

24
Ibid. hlm. 12
25
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. hlm: 15
40

2. Sumber Data

a. Data primer adalah data yang mengacu/ merujuk pada informasi

yang diperoleh dari tangan pertama yang oleh peneliti berkaitan dengan

variabel penelitian untuk tujuan spesifik studi.

b. Data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data

kepada pengumpul data. Data sekunder ini merupakan data yang sifatnya

mendukung keperluan data primer seperti buku-buku, literatur dan bacaan

yang berkaitan dengan disiplin kerja dan kinerja pegawai.26

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data sekunder yang berupa data penerimaan pajak

dan retribusi, penulis melakukan beberapa langkah, yaitu:

1. Studi Pustaka

Studi Pustaka, mencari gambaran yang lebih jelas, komprehensif, mengenai

peraturan perundang-undangan dan peraturan pelaksanaanya, serta referensi-

referensi lain.

2. Wawancara

Wawancara, mengadakan tanya jawab secara langsung kepada pihak yang

berwenang yakni karyawan Kantor Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan

Daerah Kabupaten Maluku Tenggara.

26
Metode Penelitiaan Bisnis. Jakarta: Salemba Empat. Suliyanto, 2005, Metode Riset Bisnis.
Yogyakarta. hlm: 82
41

E. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam mencari pemecahan atas permasalahan

yang diangkat pada penelitian ini adalah Analisis Kontribusi. Analisis kontribusi

dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh atau

kontribusi pajak daerah dan retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah.

Analisis kontribusi yaitu suatu analisis yang digunakan untuk mengetahui

seberapa besar kontribusi yang dapat disumbangkan dari penerimaan pajak dan

retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah (PAD). Hal itu dilakukan dengan

cara membandingkan antara realisasi penerimaan pajak dan retribusi daerah

terhadap pendapatan asli daerah (PAD). Analisis ini juga digunakan untuk

mengetahui seberapa besar kontribusi dapat disumbangkan dari penerimaan pajak

daerah dan retribusi daerah terhadap total penerimaan pendapatan asli daerah.

Kontribusi pajak daerah dan retribusi daerah terhadap realisasi PAD dirumuskan

sebagai berikut:27

Pn = x 100%

Sumber: Halim. 2004. Hlm 163

Keterangan:
Pn = Kontribusi
QX = Realisasi Pembentuk PAD
QY = Realisasi PAD
N = Tahun (periode tertentu)

27
Halim, Abdul. 2004. Manajemen Keuangan Daerah. Edisi Revisi. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Hlm. 163
42

Dengan analisis ini penulis akan mendapatkan seberapa besar kontribusi

pajak dan retribusi daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten

Maluku Tenggara. Dengan membandingkan hasil analisis tersebut dari tahun

2016 – 2020, akan didapatkan hasil analisis yang berfluktuasi dari kontribusi

tersebut dan akan diketahui kontribusi terbesar dan yang terkecil dari tahun ke

tahun. Sehingga nantinya dapat diketahui seberapa besar peran/kontribusi pajak

dan retribusi daerah dalam menyumbang terhadap Pendapatan Asli Daerah

(PAD) di Kabupaten Maluku Tenggara.

F. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah di nyatakan dalam bentuk

kalimat pertanyaan.

Dikatakan sementara, karena jawaban akan diberikan pada saat penelitian

ini selesai melaului pengumpulan data dan fakta-fakta yang empiris:

Mengacu pada landasan teori maka dapat diturunkan hipotesis sebagai

berikut:

H1: Penerimaan pajak daerah berkontribusi terhadap peningkatan PAD pada Badan

Pendapatan Daerah Kabupaten Maluku Tenggara

H2: Penerimaan retribusi daerah berkontribusi terhadap peningkatan pada Badan

Pendapatan Daerah Kabupaten Maluku Tenggara


43

G. Defenisi Operasional

1. Pajak Daerah merupakan pajak yang ditetapkan oleh pemerintah daerah

dengan Peraturan Daerah (Perda), di mana wewenang pemungutannya

dilaksanakan oleh pemerintah daerah, dan hasilnya digunakan untuk

membiayai pengeluaran pemerintah daerah dalam melaksanakan

penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan di daerah.

2. Retribusi Daerah adalah salah satu jenis penerimaan daerah yang dipungut

sebagai imbalan atau pembayaran langsung atas pelayanan diberikan/

disediakan oleh Pemerintah Daerah kepada masyarakat.

3. Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah merupakan penerimaan daerah yang

didapat/diperoleh daerah dari sumber-sumber didalam wilayahnya sendiri

yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.


44

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Kabupaten Maluku Tenggara

Kabupaten Maluku Tenggara secara geografis terletak antara 131 derajat

sampai 133 derajat lima Bujur Timur dan 5 derajat sampai 6,5 derajat Lintang

Selatan dengan luas wilayah ± 55.932Km2 terdiri dari daratan ± 1.021 Km2. Secara

geografis Kabupaten Maluku Tenggara memiliki batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Tual dan Laut Arafura, Sebelah Selatan

berbatasan dengan Laut Arafuru, Sebelah Timur berbatasan dengan Kota Tual dan

Kepulauan Aru, Sebelah Barat berbatasan dengan Laut Banda.

Posisi Geostrategis Maluku Tenggara terletak pada posisi yang cukup

strategis, diapit oleh dua buah lautan besar yang merupakan daerah tangkapan ikan

(Fishing Ground), Fishing Ground Banda dan Fishing Ground Arafura. Posisi

Maluku Tenggara secara politik dan ekonomi sangat menguntungkan. Karena

Maluku Tenggara sejak awal mula merupakan pusat politik dan pusat ekonomi di

kawasan Maluku bagian selatan. Selain itu, Maluku Tenggara juga merupakan

daerah yang sangat potensial dalam bidang perdagangan karena berada pada jalur

perdagangan Indonesia timur bagian selatan sampai ke Papua bagian selatan.

Kondisi geografis Kabupaten Maluku Tenggara terdiri dari kawasan pesisir

dan pulau-pulau kecil yang memiliki banyak selat dan teluk. Sebagai daerah

kepulauan, Maluku Tenggara memiliki potensi yang sengat besar dalam bidang

perikanan dan pariwisata. Dalam bidang perikanan, dengan total panjang garis

pantai mencapai 632,15 km, Maluku Tenggara kaya akan potensi sumber daya
45

kelautan, baik ikan maupun non ikan. Permasalahan yang masih terjadi adalah, pola

perilaku masyarakat yang kadang destruktif dalam pemanfaatannya. Diperlukan

penanganan dan rehabilitasi lingkungan laut dan perairan yang sesuai kajian potensi

kelautan berada dalam kondisi yang cukup memprihantikan. Selain dari peluang,

potensi serta permasalahan dan tantangan yang ada, Maluku Tenggara juga sangat

rentan akan permasalahan-permasalahan ekonomi, perdagangan dan perhubungan.

Kondisi sebagai daerah kepulauan dengan jumlah pulau mencapai 68 buah pulau

menjadikan masyarakat Maluku Tenggara sangat tergantung pada kondisi alam,

aktifitas keseharian baik dalam berproduksi maupun pada proses pemasaran sangat

bergantung pada kondisi alam. Oleh karena itu, diperlukan penyediaan sarana dan

prasarana infrastruktur perhubungan, aksesibilitas dan konektivitas yang memadai

guna mendukung aktivitas masyarakat.

Topografi antara Pulau Kei Besar dan Pulau Kei Kecil relatif berbeda,

Topografi Pulau Kei Kecil, cenderung datar dan landai dengan ketinggian berkisar

0 s.d 100 M di atas permukaan laut, terdapat beberapa bukit rendah di bagian tengah

dan bagian utara pulau dengan ketinggian mencapai 115 M. Kemiringan daratan

Pulau Kei Kecil berkisar 0 – 25 derajat dengan kategori landai; Sedangkan topografi

Pulau Kei Besar adalah daerah berbukit dan bergunung yang membujur sepanjang

pulau dengan ketinggian rata-rata 500 - 800 M. puncak tertinggi adalah Gunung

Dab, sedangkan dataran rendah hanya merupakan jalur sempit sepanjang pesisir

pantai, dengan jarak rata-rata dari pantai berkisar 100 meter. Kemiringan daratan

Pulau Kei Besar dikategorikan curam dan sangat curam dengan tingkat kemiringan

mencapai kisaran 15-45 derajat dan lebih dari 45 derajat pada beberapa titik.
46

Secara administrasi Kabupaten Maluku Tenggara setelah pemekaran terbagi

atas 11 kecamatan, 1 kelurahan, dan 190 desa dengan luas wilayah 1.031,81 km²

dan jumlah penduduk 125.704 jiwa (2017), dengan ibukota Kabupaten adalah

Langgur.

Tabel 2. Kecamatan, Jumlah Desa dan Ibukota Kecamatan di Kabupaten

Maluku Tenggara

Ibukota Jumlah
Kecamatan
Kecamatan Desa/ Kelurahan

1. Kei Kecil Langgur 14/1

2. Kei Kecil Timur Rumaat 18

3. Kei Kecil Timur Selatan Danar 11

4. Kei Kecil Barat Ohoira 10

5. Kei Besar Elat 37

6. Kei Besar Utara Timur Holat 30

7. Kei Besar Selatan Weduar 10

8. Manyeuw Rumadian 9

9. Hoat Sorbay Tetoat 13

10. Kei Besar Utara Uwat 25

11. Kei Besar Selatan Barat Langgiar Feer 13

Jumlah 190/1
47

Gambar. 2 Peta Kabupaten Maluku Tenggara

Sebagai salah satu daerah tujuan investasi, Kabupaten Maluku Tenggara

memiliki berbagai sarana dan prasarana penunjang diantaranya adalah Bandara

S.M. Badaruddin II yang terdapat di Kota Palembang, Bandara Karel Sadsuitubun

di Ibra, Kei Kecil, Pelabuhan Watdek yang terketak di Langgur, Kei Kecil juga

Pelabuhan Laut Elat di Elat, Kei Besar.

1. Kedudukan, Tugas dan Fungsi Badan Pendapatan Daerah (Bapenda)

Maluku Tenggara

Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Maluku Tenggara mempunyai tugas

pokok membantu Bupati dalam melaksanakan urusan Pemerintahan Daerah

berdasarkan asas otonomi di bidang Pendapatan Daerah. Untuk melaksanakan

tugas pokoknya, Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Maluku Tenggara

mempunyai fungsi sebagai berikut:

a) Perumusan dan penyusunan kebijakan teknis pengelolaan pendapatan daerah;


48

b) Pengkoordinasian pelaksanaan tugas dan dukungan teknis pengelolaan

pendapatan daerah;

c) Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas serta dukungan teknis

pengelolaan pendapatan daerah;

d) Pembinaan teknis penyelenggaraan fungsi-fungsi penunjang urusan

pemerintah bidang pengelolaan pendapatan daerah.

e) Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Bupati.

Penjabaran tugas dan fungsi serta tata kerja Badan Pendapatan Daerah

Kabupaten Maluku Tenggara selanjutnya kan dijabarkan sebagai berikut:

a) Kepala Badan

Mempunyai tugas pokok, memimpin, mengawasi, mengendalikan,

membina dan mengkoordinasikan pelaksanaan kebijakan teknis dan pengawasan

kepada bawahan. Kepala Bapenda menyelenggarakan fungsi:

1) Membuat rencana kegiatan/program kerja badan

2) Mengatur, mendistribusikan dan mengkoordinasikan serta mengendalikan

tugas bawahan.

3) Memberi petunjuk, bimbingan teknis dan pengawasan kepada bawahan.

4) Merumuskan visi dan misi serta menetapkan Rencana Strategis

(RENSTRA) dan Rencana Kerja (RENJA) Badan Pendapatan Daerah.

5) Merumuskan kebijakan teknis Pendapatan Daerah.

6) Menyiapkan bahan penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

dan Perubahan APBD bidang Pendapatan.


49

7) Merumuskan Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati tentang pokok – pokok

pengelolaan pendapatan.

8) Melakukan kordinasi, evaluasi dan pembinaan Pengelolaan pendapatan

Daerah.

9) Melaksanakan tugas lain yang diberikan Pimpinan sesuai tugas pokok dan

fungsi.

b) Sekretariat

1) Sekertariat dipimpin oleh Sekretaris yang berada dibawah dan

bertanggungjawab kepada Kepala Badan.

2) Sekretaris mempunyai tugas membantu Kepala Badan dalam melakukan

pelayanan administratif kepada seluruh satuan organisasi dalam lingkup

Badan Pendapatan Daerah dalam urusan umum, urusan kearsipan,

perpustakaan, dokumentasi, dan pelayanan informasi.

Untuk menyelenggarakan tugas Sekretariat mempunyai fungsi:

1) Merencanakan, mengorganisasikan, menggerakan dan mengendalikan serta

menetapkan kebijakan umum kepegawaian, keuangan, perlengkapan dan

pelayanan informasi pendapatan.

2) Melaksanakan urusan rumah tangga dan urusan perlengkapan.

3) Melaksanakan kegiatan urusan umum, kepegawaian, keuangan, pelayanan

dan informasi.

4) Mengkordinasikan pelaksanaan penata usahaan keuangan


50

5) Melakukan kordinasi dan fasilitasi antar bidang dalam pelaksanaan

pengelolaan pendapatan.

6) Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Badan Pendapatan

Daerah.

7) Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan sesuai

dengan tugas dan fungsinya.

Dalam Menjalankan Tugas Pokok dan Fungsinya Sekretariat terdiri atas:

1) Sub Bagian Umum Dan Kepegawaian

2) Sub Bagian Perencanaan Dan Program

3) Sub Bagian Keuangan

c) Bidang Perencanaan Dan Evaluasi Pendapatan

1) Bidang perencanaan dan evaluasi pendapatan dipimpin oleh seorang kepala

bidang yang berada dan bertanggungjawab kepada kepala Badan

Pendapatan.

2) Kepala bidang perencanaan dan evaluasi pendapatan mempunyai tugas

membantu kepala Badan dalam melaksanakan tugas-tugas dibidang

perencanaan dan evaluasi pendapatan yang dikelola oleh Badan Pendapatan.

3) Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud ayat (2) bidang

perencanaan dan evaluasi pendapatan mempunyai fungsi sebagai berikut:

 Melakukan penyusunan dan pelaksanaan program kerja bidang

perencanaan dan evaluasi pendapatan daerah.


51

 Mengkoordinir dan melaksanakan pendataan, pendaftaran,

penghitungan dan penetapan Pajak Daerah dan Reribusi Daerah.

 Menerbitkan Surat ketetapan Pajak dan Surat Ketetapan Retribusi

Daerah.

 Mengkoordinasikan dengan bidang terkait hasil pendataan dan

penetapan Pajak dan Reribusi Daerah.

 Melakukan pembinaan kepada wajib pajak dan wajib retribusi daerah

yang dikelolah oleh badan pengelolaan pendapatan daerah

 Melaksanakan evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan program

kerja bidang perencanaan dan evaluasi pendapatan.

 Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan

Dalam Menjalankan Tugas Pokok dan Fungsinya Bidang Perencanaan dan

Evaluasi Pendapatan terdiri atas:

1) Sub Bidang Pendaftaran

2) Sub Bidang Pendataan

3) Sub Bidang Penetapan

d) Bidang Penagihan Dan Keberatan

1) Bidang Penagihan dan Keberatan dipimpin oleh seorang kepala bidang

Penagihan dan Keberatan yang berada dan bertanggungjawab kepada

kepala Badan Pendaptan Daerah.

2) Kepala bidang penagihan dan keberatan mempunyai tugas membantu

kepala badan dalam melaksanakan tugas tugas di bidang penagihan Pajak


52

dan Retribusi yang dikelolah oleh Badan Pengelolan Pendapatan, meneliti

dan memproses keberatan dan pengurangan Pajak dan Retribusi.

3) Untuk menyelenggarakan tugas bidang penagihan dan keberatan

mempunyai tugas sebagai berikut:

 Penyusunan dan pelaksanaan rencana program kerja bidang penagihan

dan keberatan.

 Penyelenggaraan pembukuan penerimaan pajak daerah dan retribusi

daerah yang dikelolah badan pengelolaan pendapatan.

 Pelaksanaan rekonsiliasi dan verfikasi penerimaan yang dikeloah oleh

badan pendapatan daerah.

 Melaksanakan penagihan piutang pajak daerah dan retribusi daerah

yang dikelolah oleh badan pendapatan daerah.

 Penerbitan surat tagihan pajak daerah.

 Melaksanakan evaluasi dan penyusunan program kerja bidang

penagihan dan keberatan.

 Melakukan Kordinasi dan evaluasi secara berkala terhadap penerimaan

daerah

 Melaksanakan tugas lain yang diberikan kepala badan pendapatan

daerah sesuai dengan lingkup tugas dan fungsinya

Untuk menyelenggarakan tugas bidang penagihan dan keberatan maka

terdiri atas tiga sub bidang sebagai berikut:

1) Sub Bidang Penagihan

2) Sub Bidang Keberatan


53

3) Sub Bidang Penelitian Lapangan Dan Pengawasan

e. Bidang Pengelolaan Pendapatan Daerah

1) Bidang Pengelolaan Pendapatan Daerah dipimpin oleh seorang kepala

bidang Pengelolaan Pendapatan Daerah yang berada dan bertanggungjawab

kepada kepala badan pengelolaan pendapatan daerah.

2) Kepala bidang pengelolaan pendapatan daerah mempunyai tugas membantu

kepala badan dalam menyusun laporan penerimaan dan piutang pajak

daerah dan retribusi yang dikelolah badan pengelolaan pendapatan

perbulan, triwulan, semester dan pertahun, mengontrol perkembangannya

untuk dikordinasikan dan ditindaklanjuti bersama bidang bidang terkait.

3) Menyiapkan laporan realisasi penerimaan dan tunggakan pendapatan

daerah

4) Bidang Pengelolaan Pendapatan Daerah mempunyai tugas sebagai berikut:

 Menyusun laporan penerimaan dan piutang pajak, dan retribusi yang

dikelolah oleh Badan Pendapatan Daerah.

 Menindak pelanggaran Perda yang dilakukan oleh wajib pajak.

 Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh atasan sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

Untuk menyelenggarakan tugas bidang Pengelolaan pendapatan maka

terdiri atas tiga sub bidang sebagai berikut:

1) Sub Bidang Perumusan Dan Kordinasi

2) Sub Bidang Pembukuan


54

3) Sub Bidang Pelaporan

f. Bidang Pengembangan Dan Evaluasi

1) Bidang Pengembangan dan Evaluasi bertanggungjawab kepada Kepala

Badan Pendapatan Daerah.

2) Kepala Bidang Pengembangan dan Evaluasi mempunyai tugas membantu

kepala badan dalam melaksanakan kajian dan pengembangan potensi

pendapatan, mengelolah sistem pendapatan daerah.

3) Untuk menyelenggarakan tugas bidang pengembangan dan evaluasi

mempunyai tugas sebagai berikut:

 Menyusun kajian potensi pendapatan daerah.

 Mengelolah sistem informasi teknologi pendapatan daerah.

 Memelihara dan mengembangkan sistem online pajak daerah

 Mengkaji dan mengelolah SPPT PBB P2.

 Mengkaji dan menyusun peraturan dan perundang undangan, petunjuk

teknis dan petunjuk pelaksanaan yang menyangkut penerimaan daerah.

 Menyusun rencana program kegiatan Badan Pendapatan Daerah

 Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan atasan sesuai dengan

peraturan yang berlaku.

Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya Bidang Pengembangan dan

Evaluasi terdiri atas:

1) Sub Bidang Intensifikasi Pendapatan

2) Sub Bidang Potensi Kebijakan


55

3) Sub Bidang Evaluasi

2. Visi Misi Organisasi

Visi:

Menjadi lembaga yang amanah. Transparan dan Profesional dalam

Pengelolaan Pendapatan Daerah

Misi:

1) Meningkatkan transparansi dalam pengelolaan pendapatan asli daerah yang

berbasis teknologi.

2) Meningkatkan partisipasi dan kepatuhan masyarakat serta dunia usaha

dalam pengelolaan pendapatan.

3) Meningkatkan profesionalisme sumber daya aparatur di bidang pendapatan

asli daerah.

3. Struktur Organisasi
56

B. Pembahasan dan Hasil Penelitian

1. Pajak Daerah

Pajak daerah merupakan sumber penerimaan utama bagi suatu daerah

sehingga sangat diharapkan penerimaan dari sektor pajak daerah ini dapat

memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap PAD. Besarnya kontribusi pajak

daerah terhadap PAD Kabupaten Maluku Tenggara mengalami peningkatan dalam

setiap tahunnya, seperti terlihat pada Tabel berikut ini:

Tabel 3. Realisasi Penerimaan Pajak Daerah Tahun 2016 - 2020


Realisasi Penerimaan (Rupiah)
Jenis Pajak Daerah
2016 2017 2018 2019 2020
Pajak Hotel 395,810,449.00 445,980,890.00 580,268,285.00 755,346,948.00 230,011,853.00
Pajak Restoran 1,536,308,503.00 1,724,045,658.00 1,610,291,384.00 2,129,659,499.00 1,497,329,189.00
Pajak Hiburan 409,813,525.00 477,365,369.00 517,254,125.00 554,890,438.00 200,552,250.00
Pajak Reklame 231,437,349.00 192,947,883.00 179,114,800.00 132,591,125.00 153,117,705.00
Pajak Penerangan Jalan 1,522,507,275.00 1,827,925,543.00 2,053,989,521.00 2,257,242,010.00 2,209,103,249.00
Pajak Parkir 17,645,000.00 18,698,960.00 26,078,500.00 7,642,695,653.67 2,057,946,838.90
Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan 5,340,100,392.00 3,607,773,223.00 3,369,468,969.00 29,062,960.00 29,339,880.00
Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan 349,401,080.99 453,715,413.89 297,276,630.18 945,720,810.50 952,764,187.00
BPHTB 227,889,150.00 242,153,950.00 556,617,500.00 187,581,190.00 171,060,350.00
Total 10,030,912,723.99 8,990,606,889.89 9,190,359,714.18 14,634,790,634.17 7,501,225,501.90

Sumber: Badan Pendapatan Daerah Maluku Tenggara

Data dari tabel di atas menunjukkan bahwa hampir semua komponen

penerimaan dari sector pajak daerah mengalami kenaikan secara berkala dalam

kurun waktu tahun 2013 - 2017. Untuk mengetahui persentase kontribusi pajak

terhadap PAD sebagai berikut:


57

1. Pajak Hotel

Tabel 4. Kontribusi Pajak Hotel

Tahun Realisasi Pajak Hotel Realisasi PAD Kontribusi

2016 315,000,000.00 11,470,847,915.99 2.74%

2017 405,000,000.00 10,657,782,924.89 3.80%

2018 550,000,000.00 10,617,229,126.18 5.18%

2019 950,000,000.00 16,108,318,996.17 5.89%

2020 500,000,000.00 9,638,422,958.90 5.18%

Diketahui bahwa kontribusi pajak hotel terhadap PAD selama tahun 2016-2019

mengalami peningkatan. dimana tingkat kontribusinya hanya mencakup persentase

kisaran 2,74% hingga 5,89% dan di tahun 2020 mengalami penuruan sebesar

5,18%%. Berdasarkan tabel di atas, dapat di lihat bahwa penerimaan Pajak Hotel

Kabupaten Maluku Tenggara cenderung mengalami peningkatan mulai tahun 2016

- 2019, walau sempat mengalami penurunan di tahun 2020.

2. Pajak Restoran

Tabel 5. Kontribusi Pajak Restoran

Tahun Realisasi Pajak Restoran Realisasi PAD Kontribusi

2016 1,500,000,000.00 11,470,847,915.99 1.30%

2017 1,630,000,000.00 10,657,782,924.89 1.52%

2018 1,924,617,907.00 10,617,229,126.18 1.81%

2019 2,438,000,000.00 16,108,318,996.17 1.51%

2020 1,750,000,000.00 9,638,422,958.90 1.81%


58

Penerimaan PAD dari pajak restoran cenderung mengalami peningkatan

setiap tahunnya dari 2016 – 2020. Pada tahun 2019 kontribusi pajak restoran sempat

mengalami penurunan sebesar 1,51% namun kembali mengalami peningkatan

sebesar 1,81% di tahun 2020. Melihat dari data di atas, dapat diketahui bahwa

penerimaan Pajak Restoran dapat dikatakan naik.

3. Pajak Hiburan

Tabel 6. Kontribusi Pajak Hiburan

Tahun Realisasi Pajak Hiburan Realisasi PAD Kontribusi

2016 360,000,000.00 11,470,847,915.99 3.13%

2017 440,000,000.00 10,657,782,924.89 4.12%

2018 500,000,000.00 10,617,229,126.18 4.70%

2019 750,000,000.00 16,108,318,996.17 4.65%

2020 200,000,000.00 9,638,422,958.90 2.07%

Penerimaan PAD dari pajak hiburan dari tahun 2016-2019 mengindikasikan

adanya peningkatan. Tingkat kontribusi pajak hiburan terhadap PAD yang paling

rendah selama 5 tahun terdapat pada tahun 2020 yaitu sebesar 2,07%. sedangkan

kontribusi tertingginya ada pada tahun 2018 yaitu 4,70%. Jenis tempat hiburan dan

hiburan di Kabupaten Maluku Tenggara yang terkena pungutan pajak adalah

karaoke, permainan bilyard, panti pijat/refleksi, pertandingan olah raga, taman

wisata dan sejenisnya.


59

4. Pajak Reklame

Tabel 7. Kontribusi Pajak Reklame

Tahun Realisasi Pajak Reklame Realisasi PAD Kontribusi

2016 230,000,000.00 11,470,847,915.99 2.00%

2017 300,000,000.00 10,657,782,924.89 2.81%

2018 255,000,000.00 10,617,229,126.18 2.40%

2019 267,750,000.00 16,108,318,996.17 1.66%

2020 150,000,000.00 9,638,422,958.90 1.55%

Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa penerimaan Pajak Reklame dapat

dikatakan turun. Di tahun 2017 – 2020 mengalami penurunan sehingga persentase

kontribusi penerimaan pajak reklame terhadap PAD juga mengalami penurunan.

Meskipun ditahun 2017 persentase penerimaan pajak mengalami peningkatan

sebesar 2,81%

5. Pajak Penerangan Jalan

Tabel 8. Kontribusi Pajak Penerangan Jalan

Realisasi Pajak Penerangan


Tahun Realisasi PAD Kontribusi
Jalan

2016 1,300,000,000.00 11,470,847,915.99 1.13%

2017 1,600,000,000.00 10,657,782,924.89 1.50%

2018 1,750,000,000.00 10,617,229,126.18 1.64%

2019 2,008,000,000.00 16,108,318,996.17 1.24%

2020 2,300,640,000.00 9,638,422,958.90 2.38%


60

Penerimaan PAD dari pajak penerangan jalan mengalami peningkatan dari tahun

2016-2020. Walaupun pada tahun 2019 mengalami penurunan kontribusi pajak

penerangan jalan terhadap PAD sehingga mengalami dampak penurunan

penerimaan pajak 1.24% penerangan jalan terhadap PAD.

6. Pajak Parkir

Tabel 9. Kontribusi Pajak Parkir

Tahun Realisasi Pajak Parkir Realisasi PAD Kontribusi

2016 17,024,000.00 11,470,847,915.99 1.48%

2017 48,000,000.00 10,657,782,924.89 4.50%

2018 25,000,000.00 10,617,229,126.18 2.35%

2019 50,000,000.00 16,108,318,996.17 3.10%

2020 3,653,367,000.00 9,638,422,958.90 3.79%

Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa penerimaan Pajak Parkir dapat

dikatakan naik-turun atau fluktuatif. Kontribusi pajak parkir terbesar terjadi pada

tahun 2017 sebebsar 4,50%dan yang terendah di tahun 2016 sebesar 1,48%.

7. Pajak Mineral Bukan Logam Bukan Batuan

Tabel 10. Kontribusi Pajak Mineral Bukan Logam Bukan Batuan

Realisasi Pajak Mineral Bukan


Tahun Realisasi PAD Kontribusi
Logam Bukan Batuan

2016 8,424,000,000.00 11,470,847,915.99 7.34%

2017 9,500,000,000.00 10,657,782,924.89 8.91%

2018 8,500,000,000.00 10,617,229,126.18 8.00%

2019 8,925,000,000.00 16,108,318,996.17 5.54%


61

2020 54,000,000.00 9,638,422,958.90 5.60%

Salah satu persentase kontribusi terbesar dari pajak yang lain yaitu pajak

mineral bukan logam dan batuan, pada tahun 2017 mengalami kenaikan sebesar

8,91% daripada tahun 2016. meskipun penerimaan persentase kontribusi

mengalami penurunan mulai 2019 sampai 2020. Pajak pajak mineral bukan logam

bukan batuan menjadi penyumbang/berkontribusi paling besar terhadap PAD

Kabupaten Maluku Tenggara dibanding jenis pajak lainnya. Kontribusi besar ini

juga masih berlangsung sampai sekarang. Besarnya penerimaan yang diperoleh di

sektor pajak pajak mineral bukan logam bukan batuan disebabkan karena dasar

pemungutan pajak pajak mineral bukan logam bukan batuan sangat jelas dan pasti.

8. Pajak Bumi Bangunan Pedesaan & Perkotaan

Tabel 11. Kontribusi Pajak Bumi Bangunan Pedesaan & Perkotaan

Realisasi Pajak Bumi Bangunan


Tahun Realisasi PAD Kontribusi
Pedesaan & Perkotaan

2016 350,000,000.00 11,470,847,915.99 3.05%

2017 700,000,000.00 10,657,782,924.89 6.56%

2018 800,000,000.00 10,617,229,126.18 7.53%

2019 1,300,000,000.00 16,108,318,996.17 8.07%

2020 2,280,758,818.00 9,638,422,958.90 2.36%

Penerimaan PAD dari pajak bumi, bangunan perdesaan dan perkotaan

cukup mengalami penurunan mulai dari tahun 2016 -2020. Namun terjadi

penurunan di tahun 2020 sebesar 2,36%.


62

9. Pajak BPHTB

Tabel 12. Kontribusi BPHTB

Tahun Realisasi BPHTB Realisasi PAD Kontribusi

2016 200,000,000.00 11,470,847,915.99 1.74%

2017 200,000,000.00 10,657,782,924.89 1.87%

2018 650,000,000.00 10,617,229,126.18 6.12%

2019 1,232,500,000.00 16,108,318,996.17 7.65%

2020 350,000,000.00 9,638,422,958.90 3.63%

Penerimaan realisasi pajak bea perolehan hak atas tanah bangunan

cenderung mengalami peningkatan yang cukup baik mulai dari tahun 2016

memberikan kontribusi sebesar 1,87%, tahun 2018 mengalami kenaikan sebesar

6,12% dan tahun 2019 memberikan kontribusi yang cukup besar yaitu 7,65%,

meskipun tahun 2020 mengalami penurunan sebesar 3,63%, Artinya bahwa hak

atas tanah, termasuk hak pengelolaan, beserta bangunan diatasnya terus bertambah

didaerah kabupaten Maluku Tenggara sehingga berdampak pada penerimaan pajak

BPHTB terhadap PAD kabupaten Maluku Tenggara itu sendiri dan memberikan

kontribusi yang cukup besar di antara pajak-pajak lainnya.


63

Tabel 13. Presentase Jenis Pajak Daerah

Presentase (%)
Jenis Pajak Daerah
2016 2017 2018 2019 2020

Pajak Hotel 2.74 3.80 5.18 5.89 5.18

Pajak Restoran 1.30 1.52 1.81 1.51 1.81

Pajak Hiburan 3.13 4.12 4.70 4.65 2.07

Pajak Reklame 2.00 2.81 2.40 1.66 1.55

Pajak Penerangan Jalan 1.13 1.50 1.64 1.24 2.38

Pajak Parkir 1.48 4.50 2.35 3.10 3.79

Pajak Mineral Bukan Logam


7.34 8.91 8.00 5.54 5.60
dan Batuan

Pajak Bumi dan Bangunan


3.05 6.56 7.53 8.07 2.36
Pedesaan dan Perkotaan

BPHTB 1.74 1.87 6.12 7.65 3.63

Sumber: Badan Pendapatan Daerah Maluku Tenggara

Kontribusi per jenis pajak daerah terhadap penerimaan PAD dalam kurun

waktu tahun anggaran 2016-2020 sangat fluktuatif. Kontribusi pajak terbesar pada

penerimaan PAD adalah Mineral Bukan Logam dan Batuan yang kemudian diikuti

oleh Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan dan pajak Hotel, selama 5

tahun dan yang paling terendah adalah rata-rata pajak Penerangan Jalan sebesar

1,13% saja.
64

Cara menghitung kontribusi penerimaan pajak daerah terhadap PAD :

Kontribusi Pajak Daerah = x 100%

10,030,912,723.99
a. Kontribusi 2016 = x 100% = 87,4%
11,470,847,915.99

8,990,606,889.89
b. Kontribusi 2017 = x 100% = 84,3%
10,657,782,924.89

9,190,359,714.18
c. Kontribusi 2018 = x 100% = 86,5%
10,617,229,126.18

14,634,790,634.17
d. Kontribusi 2019 = x 100% = 90.8%
16,108,318,996.17

7,501,225,501.90
e. Kontribusi 2020 = x 100% = 77,8%
9,638,422,958.90

Tabel 14. Kontribusi Pajak Daerah Terhadap PAD Kabupaten Maluku

Tenggara

Realisasi Pajak Realisasi PAD Rasio Kontribusi


Tahun
Daerah

2016 10,030,912,723.99 11,470,847,915.99 87,4%

2017 8,990,606,889.89 10,657,782,924.89 84,3%

2018 9,190,359,714.18 10,617,229,126.18 86,5%

2019 14,634,790,634.17 16,108,318,996.17 90.8%

2020 7,501,225,501.90 9,638,422,958.90 77,8%


65

Tabel diatas menunjukkan bahwa hasil penerimaan pajak daerah dari tahun

2016 kontribusinya terhadap sumber PAD Kabupaten Maluku Tenggara mengalami

fluktuasi dalam tahunnya, dimana kontribusi terendah pajak daerah terhadap PAD

terjadi pada tahun 2020 hanya sebesar 77,8% dan kontribusi tertinggi pajak daerah

terhadap PAD terjadi pada tahun 2019 yaitu sebesar 90,8%. Bila dilihat secara

nominalnya, ada penurunan realisasi pajak daerah di tahun 2017 sebesar Rp.

8,990,606,889.89 dibandingkan tahun 2016 sebesar Rp. 10,030,912,723.99 dan

tingkat kontribusinya terhadap PAD naik menjadi 86,5% lebih tinggi di tahun 2018

namun masih lebih rendah dibandingkan tahun 2016 yang sebesar 87,4% sementara

tahun 2019 juga mengalami peningkatan sebesar 90.8% dan kembali pada tahun

2020 mengalami penurunan sebesar 77,8%. Penurunan tingkat persentase

kontribusi pajak daerah terhadap PAD di tahun 2020 ini disebabkan karena

kenaikan nominal pajak daerah tidak sebanding dengan kenaikan nominal PAD di

tahun 2019. Berdasarkan pemaparan di atas, terlihat bahwa kontribusi tertinggi

pajak daerah terhadap PAD Kabupaten Maluku Tenggara terjadi di tahun 2019

dengan nilai kontribusi sebesar 90.8%. Hasil rata-rata tersebut sudah tergolong

dalam kriteria sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja pemerintah daerah

Kabupaten Maluku Tenggara dalam melakukan pemungutan pajak daerah di

Kabupaten Maluku Tenggara sudah sangat baik.

2. Retribusi Daerah

Retribusi daerah merupakan sumber penerimaan PAD di Kabupaten

Maluku Tenggara setelah pajak daerah. Adapun sumber penerimaan dari sektor

retribusi daerah berdasarkan data dari Badan Pendapatan Daerah Kabupaten


66

Maluku Tenggara ini yaitu 1. retribusi sampah, 2. retribusi pemakaman, 3. retribusi

pemakaian kekayaan daerah, 4. retribusi pasar grosir dan 5. retribusi pelabuhan:

Tabel 15. Realisasi Penerimaan Retribusi Daerah Tahun 2016-2020


Realisasi Penerimaan (Rupiah)
Jenis Retribusi Daerah
2016 2017 2018 2019 2020
Retribusi Sampah 101,856,000.00 87,940,000.00 80,540,000.00 120,462,000.00 117,020,000.00
Retribusi Pemakaman 29,316,000.00 44,273,000.00 25,400,000.00 33,300,000.00 28,700,000.00
Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah22,000,000.00 31,006,500.00 39,360,000.00 17,950,000.00 13,000,000.00
Retribusi Pasar Grosir 872,666,500.00 1,030,760,500.00 1,019,392,500.00 1,172,092,500.00 1,202,245,300.00
Retribusi Pelabuhan 292,215,000.00 272,270,000.00 204,435,000.00 63,454,000.00 150,426,000.00
Total 1,318,053,500.00 1,466,250,000.00 1,369,127,500.00 1,407,258,500.00 1,511,391,300.00

Tabel di atas menunjukkan bahwa realisasi penerimaan retribusi daerah

mengalami naik turun (fluktuatif) dari tahun ke tahun, Sehingga dapat menjadi

gambaran untuk menentukan realisasi penerimaan retribusi secara keseluruhan

terhadap peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) dan menentukan jumlah

kontribusi yang di peroleh dari retribusi untuk pendapatan asli daerah (PAD) seperti

yang di cantumkan tabel di atas yaitu jenis 1. retribusi sampah, 2. retribusi

pemakaman, 3. retribusi pemakaian kekayaan daerah, 4. retribusi pasar grosir dan

5. retribusi pelabuhan yang mampu diperoleh mulai tahun 2016 – 2020

1. Retribusi Sampah

Tabel 16. Kontribusi Retribusi Sampah

Realisasi Retribusi
Tahun Realisasi PAD Kontribusi
Sampah

2016 101,856,000.00 11,470,847,915.99 8.87%

2017 87,940,000.00 10,657,782,924.89 8.25%

2018 80,540,000.00 10,617,229,126.18 7.58%

2019 120,462,000.00 16,108,318,996.17 7.47%

2020 117,020,000.00 9,638,422,958.90 1.21%


67

Kontribusi realisasi retribusi sampah dari tahun 2016-2020 terus mengalami

penurunan seperti disajikan pada perhitungan diatas. Kontribusi paling tertinggi

terdapat di tahun 2016 yaitu 8,87% sedangkan kontribusi terendah ada pada tahun

2020 sebesar 1,21%. Seperti yang diketahui, retribusi sampah yang disediakan atau

diberikan oleh pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan

umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

2. Retribusi Pemakaman

Tabel 17. Kontribusi Retribusi Pemakaman

Realisasi Retribusi
Tahun Realisasi PAD Kontribusi
Pemakaman

2016 29,316,000.00 11,470,847,915.99 2.55%

2017 44,273,000.00 10,657,782,924.89 4.15%

2018 25,400,000.00 10,617,229,126.18 2.39%

2019 33,300,000.00 16,108,318,996.17 2.06%

2020 8,700,000.00 9,638,422,958.90 2.97%

Penerimaan PAD dari retribusi pemakaman cenderung fluktuatif, maka bisa

di lihat jumlah Persentase kontribusi tertinggi terdapat pada tahun 2017 sebesar

4,15% kemudian menurun di tahun 2018 sebesar 2,39%, tahun 2019 sebesar 2,06%,

tahun 2020 sebesar 2,97%.


68

3. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah

Tabel 18. Kontribusi Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah

Realisasi Retribusi

Tahun Pemakaian Realisasi PAD Kontribusi

Kekayaan Daerah

2016 22,000,000.00 11,470,847,915.99 1.91%

2017 31,006,500.00 10,657,782,924.89 2.90%

2018 39,360,000.00 10,617,229,126.18 3.70%

2019 17,950,000.00 16,108,318,996.17 1.11%

2020 13,000,000.00 9,638,422,958.90 1.34%

Penerimaan PAD Kabupaten Maluku Tenggara dari realisasi retribusi Pemakaian

kekayaan daerah cenderung juga mengalami fluktuasi mulai dari tahun 2016 sampai

tahun 2018 mengalami kenaikan yaitu masing-masing nilai persentase sebesar

2,90%, 3,70%. Namun di tahun 2019 dan 2020 mengalami penurunan sebesar

1,11% dan kembali mengalami sedikit kenaikan sebesar 1,34% di tahun 2020.
69

4. Retribusi Pasar Grosir

Tabel 19. Kontribusi Retribusi Pasar Grosir

Realisasi Retribusi
Tahun Realisasi PAD Kontribusi
Pasar Grosir

2016 872,666,500.00 11,470,847,915.99 7.60%

2017 1,030,760,500.00 10,657,782,924.89 9.67%

2018 1,019,392,500.00 10,617,229,126.18 9.60%

2019 1,172,092,500.00 16,108,318,996.17 7.37%

2020 1,202,245,300.00 9,638,422,958.90 1.24%

Penerimaan PAD dari retribusi retribusi pasar grosir cenderung fluktuatif, maka

bisa di lihat jumlah Persentase kontribusi tertinggi terdapat pada tahun 2017 sebesar

9,67% kemudian menurun di tahun-tahun berikutnya ebesar 9,60% di tahun 2018,

tahun 2019 sebesar 7,37%, dan di tahun 2020 sebesar 1,24%.

5. Retribusi Pelabuhan

Tabel 20. Kontribusi Retribusi Pelabuhan

Realisasi Retribusi
Tahun Realisasi PAD Kontribusi
Pelabuhan

2016 292,215,000.00 11,470,847,915.99 2.54%

2017 272,270,000.00 10,657,782,924.89 2.55%

2018 204,435,000.00 10,617,229,126.18 1.92%

2019 63,454,000.00 16,108,318,996.17 3.93%

2020 150,426,000.00 9,638,422,958.90 1.56%


70

Penerimaan PAD Kabupaten Maluku Tenggara dari realisasi retribusi

Pelabuhan cenderung juga mengalami fluktuasi mulai dari tahun 2016 sampai tahun

2017 mengalami kenaikan yaitu nilai persentase sebesar 2,55%. Kemudian kembali

mengalami penurunan di tahun 2018 sebesar 1,92%. Di tahun 2019 kembali

mengalami kenaikan sebesar3,93% namun kembali turun di tahun 2020 sebesar

1,56%. Kontribusi tiap jenis retribusi daerah terhadap penerimaan PAD dalam

kurun waktu tahun anggaran 2016 hingga 2020 sangat fluktuatif. Kontribusi

terbesar terdapat pada jenis retribusi pasar grosir yaitu dengan besar persentase

kontribusi di tahun 2016 sebesar 9,67%, tahun 2017 sebesar 9,67%, tahun 2018

sebesar 9,60%, tahun 2019 sebesar 7,37%, dan tahun 2020 sebesar 1,24%.

sementara disusul jenis retribusi sampah ditahun 2016 sebesar 2,17%, tahun 2017

sebesar 8,25%, tahun 2018 sebesar 7,58%, tahun 2019 sebesar 7,47% dan tahun

2020 sebesar 1,21%. Lalu kemudian oleh jenis retribusi pelabuhan di tahun 2016

sebesar 2,54%, tahun 2017 sebesar 2,55%, tahun 2018 sebesar 1,92%, tahun 2019

sebesar 3,93% dan tahun 2020 sebesar 1,56% Penerimaan PAD dari realisasi jenis

retribusi daerah mengalami kecenderungan menurun setiap tahunnya sehingga

mengakibatkan dampak penerimaan kontribusi terhadap PAD juga ikut menurun

seperti yang di atas tabel. Semakin menurun persentase kontribusi suatu jenis

retribusi daerah terhadap total Pendapatan Asli Daerah (PAD) tahun tersebut, maka

semakin turun pula kontribusi jenis retribusi tersebut terhadap penerimaan PAD di

daerah Kabupaten Maluku Tenggara.


71

Cara menghitung kontribusi penerimaan retribusi daerah terhadap PAD :

!
Kontribusi Retribusi Daerah = x 100%

10,030,912,723.99
a. Kontribusi 2016 = x 100% = 87,4%
11,470,847,915.99

8,990,606,889.89
b. Kontribusi 2017 = x 100% = 84,3%
10,657,782,924.89

9,190,359,714.18
c. Kontribusi 2018 = x 100% = 86,5%
10,617,229,126.18

14,634,790,634.17
d. Kontribusi 2019 = x 100% = 90.8%
16,108,318,996.17

7,501,225,501.90
e. Kontribusi 2020 = x 100% = 77,8%
9,638,422,958.90

Tabel 30. Kontribusi Retribusi Daerah Terhadap PAD Kabupaten Maluku

Tenggara

Realisasi Retribusi Realisasi PAD Rasio Kontribusi


Tahun
Daerah

2016 1,318,053,500.00 11,470,847,915.99 11,4%

2017 1,466,250,000.00 10,657,782,924.89 13,7%

2018 1,369,127,500.00 10,617,229,126.18 12,8%

2019 1,407,258,500.00 16,108,318,996.17 8,7%

2020 2,061,925,300.00 9,638,422,958.90 21,3%


72

Berdasarkan pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa realisasi penerimaan

retribusi daerah Kabupaten Maluku Tenggara hampir mengalami fluktuasi setiap

tahunnya. Pada tahun 2017 mengalami peningkatan sebesar 2,30%, kemudian

mengalami penurunan pada dua tahun berkutnya sebesar 0,90% pada 2018 dan

4,10% pada tahun 2019.

Walaupun pada tahun 2020 mengalami peningkatan yang cukup signifikan

sebesar 12,60%, namun itu belum memenuhi kriteria penilaian untuk dikatakan

baik. Tingkat kontribusi retribusi daerah dari tahun 2016 sampai 2020 memiliki

rata-rata sebesar 13,58%, yang berarti bahwa angka tersebut hanya menduduki

klasifikasi kriteria sangat kurang. Hal ini berarti menunjukkan bahwa kinerja

pemerintah daerah Kabupaten Maluku Tenggara dalam melakukan pemungutan

retribusi daerah belumlah baik.

C. Perbandingan Penerimaan Persentase Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

dalam bentuk Persentase

Dari uraian di atas mengenai besarnya penerimaan retribusi daerah dan

pajak daerah yang telah dijelaskan maka penulis dapat membandingkan penerimaan

persentase retribusi daerah dan pajak daerah terhadap pendapatan asli daerah di

kabupaten Maluku Tenggara tahun anggaran 2016 sampai dengan 2020. Dalam hal

ini penulis perlu menyajikan tabel mengenai perbandingan penerimaan persentase

retibusi daerah dan pajak daerah terhadap pendapatan asli daerah di Kabupaten

Maluku Tenggara tahun anggaran 2016 sampai dengan 2020 dalam bentuk tabel

berikut ini:
73

Tabel 31. Persentase Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap PAD

Tahun 2016 – 2020

Tahun Presentase Pajak Daerah Presentase Retribusi

Terhadap PAD Daerah Terhadap PAD

2016 87,4% 11,4%

2017 84,3% 13,7%

2018 86,5% 12,8%

2019 90.8% 8,7%

2020 77,8% 21,3%

Pada tabel diatas dijelaskan bahwa persentase pajak daerah terhadap PAD

tahun 2016 sebesar 87,4%, persentase retribusi daerah terhadap PAD sebesar

11,4%. Tahun 2017 persentase pajak daerah terhadap PAD sebesar 84,3 persentase

retribusi daerah terhadap PAD sebesar 13,7%. Tahun 2018 persentase pajak daerah

terhadap PAD sebesar 86,5%, persentase retribusi daerah terhadap PAD sebesar

12,8%. Tahun 2019 persentase pajak daerah terhadap PAD sebesar 890,8%,

persentase retribusi daerah terhadap PAD sebesar 8,7%. Tahun 2020 persentase

pajak daerah terhadap PAD sebesar 77,8%, persentase retribusi daerah terhadap

PAD sebesar 21,3%.

Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa besarnya persentase

pajak daerah dibadingkan dengan persentase retribusi daerah terhadap pendapatan

asli daerah kabupaten Maluku Tenggara untuk tahun anggaran 2016, Persentase

pajak daerah lebih besar dibandingkan retribusi daerah pada tahun 2016, begitu pula
74

untuk tahun berikutnya dimana pajak daerah selalu lebih besar kontribusinya

terhadap PAD dibandingkan dengan retribusi daerah. Hal ini dapat disebabkan oleh

adanya peningkatan penerimaan dari pajak daerah setiap tahunnya Perbandingan

penerimaan pajak daerah dengan retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah

di kabupaten Maluku Tenggara untuk tahun anggaran 2016 sampai dengan 2020,

untuk pajak daerah persentasenya lebih besar dibandingkan dengan retribusi

daerah.

D. Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Tabel 32. Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Tahun 2016-2020

Jenis Realisasi (Rupiah)


Pendapatan 2016 2017 2018 2019 2020
9,190,359,714.18 14,634,790,634.17
Pajak Daerah 10,030,912,723.99 8,990,606,889.89
7,501,225,501.90
Retribusi 1,369,127,500.00 1,407,258,500.00
1,318,053,500.00 1,466,250,000.00
Daerah 2,061,925,300.00
Lain-lain 57,741,912.00 66,269,862.00
pendapatan 121,881,692.00 200,926,035.00
75,272,157.00
yang sah
Total 11,470,847,915.99 10,657,782,924.89 10,617,229,126.18 16,108,318,996.17 9,638,422,958.90

Melihat pada potensi (capaian) Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten

Maluku Tenggara periode tahun 2016-2020 di atas, maka komponen PAD (pajak

daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan

lain-lain PAD yang sah) merupakan bagian dari penerimaan daerah yang harus

digali dari wilayah Kabupaten Maluku Tenggara. Besarnya penetapan jumlah PAD

tergantung pada potensi daerah dan kemampuan pemerintah daerah Kabupaten

Maluku Tenggara dalam memaksimalkan pengelolaan sumber-sumber PAD (pajak


75

daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan

lain-lain PAD yang sah) yang dimiliki daerah.

Kemampuan pemerintah daerah Kabupaten Maluku Tenggara dalam hal ini

dapat dilihat dari besar kecilnya Pendapatan Asli Daerah tersebut. Oleh karena itu

diperlukan upaya-upaya yang optimal dalam meningkatkan PAD Kabupaten

Maluku Tenggara. Potensi sumber-sumber PAD yang dimiliki daerah Kabupaten

Maluku Tenggara dari sektor pajak daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah cukup besar dan realisasi penerimaannya

sudah tergolong tinggi karena melampaui target penerimaan atau nilai persentase

penerimaannya ≥ 100,00%. Kecuali potensi PAD dari sektor retrbusi daerah

realisasi penerimaannya masih tergolong rendah karena belum melampaui target

penerimaan atau nilai persentase penerimaannya masih di bawah 100,00%,

sehingga Pemerintah Daerah Kabupaten Maluku Tenggara harus meningkatkan

Ekstensifikasi dan Intensifikasi pengelolaan sumber-sumber penerimaan melalui

pengembangan retribusi daerah dengan menegakkan peraturan daerah sebagai

upaya yang dilakukan dan kebijakan yang diambil dengan tujuan untuk

meningkatkan penerimaan Pendapatan Daerah. Selanjutnya upaya ekstensifikasi

juga perlu dilakukan untuk menggali pos-pos (sumber-sumber) penerimaan baru

dari sektor pajak daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan

lain-lain PAD yang sah sehingga potensi PAD yang telah ada saat ini dapat

dipertahankan dan terus ditingkatkan.

Upaya Intensifikasi atau optimalisasi penerimaan pendapatan daerah

ditujukan untuk meningkatkan penerimaan dari sumber atau jenis penerimaan


76

Pendapatan Daerah yang sudah ada, namun belum terkelola secara optimal atau

masih memiliki potensi untuk dapat ditingkatkan atau dimaksimalkan agar

pencapaian realisasi penerimaannya bertambah dan upaya Ekstensifikasi atau

penambahan jenis obyek penerimaan pendapatan daerah ditujukan untuk mencari

atau menggali potensi sumber-sumber baru penerimaan Pendapatan Daerah dan

selanjutnya di Peraturan Daerah kan ke dalam bentuk pajak daerah, retribusi daerah,

hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah

serta jenis penerimaan daerah lainnya. Sedangkan yang telah direalisasikan sampai

saat ini sebagai sumber penerimaan pajak di Kabupaten Maluku Tenggara yaitu

enam jenis, sementara berdasarkan dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009

tentang Pajak dan Retribusi Daerah untuk pajak kabupaten/kota ada 11 (sebelas)

jenis pajak daerah sehingga harus disesuaikan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten

Maluku Tenggara sehingga penerimaan pajak menjadi lebih optimal pada APBD.

E. Kontribusi Pajak Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah

Sementara penerimaan pajak daerah dari tahun 2016 kontribusinya terhadap

sumber PAD Kabupaten Maluku Tenggara mengalami peningkatan dalam

tahunnya, dimana kontribusi terendah pajak daerah terhadap PAD terjadi pada

tahun 2020 hanya sebesar 77,8% dan kontribusi tertinggi pajak daerah terhadap

PAD terjadi pada tahun 2019 yaitu sebesar 90,8%. Bila dilihat secara nominalnya,

ada peningkatan realisasi pajak daerah di tahun 2019 sebesar Rp.

14,634,790,634.17 dibandingkan tahun 2018 sebesar Rp. 9,190,359,714.18

sementara tahun 2019-2020 juga mengalami penurunan sebesar 0.78% Besar


77

kecilnya dalam realisasi penerimaan pajak daerah terhadap pendapatan asli daerah

kabupaten Maluku Tenggara dikarenakan tingkat penerimaan pajak mengalami

peningkatan setiap tahunnya dari persentase kriteria di atas dari 10%.

F. Kontribusi Retribusi Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah

Penerimaan retribusi daerah selama kurun waktu 5 tahun mulai dari tahun

2016-2020 selalu mengalami fluktuasi disetiap tahunnya meskipun di tahun 2013

mengalami penurunan sebesar 8,7%. Namun di tahun berikutnya mulai mengalami

peningkatan penerimaan secara signifikan terhadap PAD sebesar 21,3%, hal ini

menunjukkan bahwa kontribusi retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah

kabupaten Maluku Tenggara mengalami fluktuasi setiap tahunnya dikarenakan

tingkat realisasi penerimaan retribusi daerah mengalami peningkatan dan

penurunan di setiap tahunnya.

G. Hambatan Yang Dihadapi Dalam Pemungutan Dan Pengelolahan

Retribusi Daerah Dan Pajak Daerah

Memperhatikan prosedur dan mekanisme pengelolaan Retribusi Daerah dan

Pajak Daerah yang transparan dan jelas, tidaklah berarti dalam pemungutan dan

pengelolaan Retribusi Daerah dan Pajak Daerah sudah pasti akan berjalan baik

namun dalam pelaksanaanya masih sering mengalami atau di jumpai hambatan dari

berbagai pihak baik hambatan yang bersifat internal maupun yang bersifat

eksternal. Adapun hambatan-hambatan tersebut dapat dikemukakan sebagai

berikut:
78

1. Hambatan yang bersifat internal

Hambatan yang bersifat internal dalam pemungutan dan pengelolaan

Retribusi Daerah dan Pajak Daerah bersumber dari dalam organisasi pemerintah

Kabupaten Maluku Tenggara yang disebabkan oleh hal-hal antara lain adalah:

a. Perkembangan intelektual dan moral aparat pengelola Retribusi Daerah dan

Pajak Daerah.

b. Kurangnya koordinasi antara lain unit pemungut dan pengelola Retribusi

Daerah dan Pajak Daerah dengan unit-unit yang terkait.

c. Kurangnya kesadaran petugas di BAPENDA untuk memberikan sosialisasi

atau penyuluhan kepada masyarakat.

d. Kurangnya pelayanan yang baik dari petugas terhadap Wajib Pajak yang

ingin membayar Pajak Daerah di BAPENDA Maluku Tenggara.

2. Hambatan yang bersifat Eksternal

Hambatan yang bersifat eksternal dalam pemungutan dan pengelolaan

Retribusi Daerah dan Pajak Daerah terhadap Pendapatan Asli dari luar organisasi

Pemerintahan Kabupaten Maluku Tenggara yang disebabkan oleh hal-hal antara

lain adalah:

a. Perkembangan intelektual dan moral masyarakat untuk membayar Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah belum sepenuhnya tertanam dalam

masyarakat.

b. Rendahnya Income perkapital masyarakat.

c. Adanya usaha peningkatan beban Pajak Daerah oleh masyarakat sesuai

ketentuan maupun tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan


79

d. Sumber Daya Manusia yang rendah.

e. Ada sebagian masyarakat yang tidak mau mengerti tentang kewajiban

membayar Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

f. Kurangnya pemahaman tentang peraturan-peraturan Pajak

g. Daerah dan Retribusi Daerah oleh masyarakat.


80

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada bab sebelumnya,

peneliti memberikan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Kontribusi pajak daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten

Maluku Tenggara selalu mengalami fluktuasi dari tahun 2016 sampai 2020.

Pada Tahun 2017 mengalami penurunan sebesar 84,3%. walaupun pada

tahun 2018 dan 2019 mengalami peningkatan sebesar 86,5% dan 90,8.

Namun pada tahun 2020 kembali mengalami penurunan sebesar 77,8%. Jadi

bisa disimpulkan pajak daerah berkontribusi terhadap PAD Kabupaten

Maluku tenggara. Seperti halnya dengan pajak daerah, kontribusi retribusi

daerah dari tahun 2016 sampai 2020 juga selalu mengalami fluktuasi,

meskipun pada tahun 2020 mengalami peningkatan sebesar 21,3%, namun

secara keseluruhan kontribusi retribusi daerah terhadap PAD Maluku

Tenggara masih kurang kurang.

2. Pajak daerah memberikan kontribusi terhadap PAD tahun 2016-2020

mengalami fluktuatif, hal ini dikarenakan terjadi perubahan kebijakan

pemerintah daerah tentang pemungutan pajak.

3. Retribusi daerah memberikan kontribusi terhadap PAD tahun 2016-2020

bersifat fluktuatif hal ini disebabkan kurang maksimalnya petugas dalam

melakukan kegiatan penagihan retribusi.


81

B. Saran

1. Pemerintah daerah Kabupaten Maluku Tenggara perlu meningkatkan

sektor-sektor yang dominan dalam memberikan sumbangan terhadap PDRB

yaitu sektor pertanian, perdagangan, hotel dan restoran serta sektor industri.

2. Kualitas SDM/Aparat Pemerintah Daerah senantiasa perlu terus

ditingkatkan dari yang telah ada selama ini agar menjadi lebih profesional

dan handal dalam upaya mengelola dan menggali potensi PAD khususnya

sumber-sumber pajak dan retribusi daerah.

3. Bagi Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara diharapkan dapat menjadi

bahan masukan dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah agar lebih

meningkatkan pemungutan dan penerimaan dari masing-masing komponen

pendapatan asli daerah terutama pajak daerah dan retribusi daerah, dengan

cara meningkatkan pengawasan, pembinaan dan evaluasi terhadap

pemungutan pajak dan retribusi daerah.


82

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim. 2004. Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta: Penerbit Salemba

Empat.

Abdul Halim. 2004. Manajemen Keuangan Daerah. Edisi Revisi. Yogyakarta: UPP

AMP YKPN.

Boediono. 2001. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Diadit Media.

Burton, Richard. 2001. Menuju Wajib Pajak Patuh. Jurnal Perpajakan Indonesia.

Vol.5 No. 1.

Departemen Pendidikan Nasional, 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:

Balai Pustaka.

Erly Suandy. 2011. Hukum Pajak. Jakarta: Salemba Empat.

Imam Ghozali. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS (Edisi

Ke 4). Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Imam Ghozali. 2011. Analisa Multivariate dengan SPSS. Semarang: Badan

Penerbit Universitas Diponegoro

Juli Panglima Saragih. 2002. Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah dalam

Otonomi. Jakarta, Penerbit Ghalia.

Liberty Pandiangan. 2002. Undang-Undang Perpajakan Indonesia. Jakarta:

Gramedia.

Mahmudi. 2010. Manajemen Keuangan Daerah. Jakarta: Erlangga.


83

Marihot Pahala Siahaan 2010. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta:

Rajawali Pers.

Marihot Pahala Siahaan. 2010. Hukum Pajak Material. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Suliyanto. 2005. Metode Riset Bisnis. Yogyakarta.

Ujang Bahar. Peran Daerah Dalam Pengadaan Tanah (Tinjauan Dari Segi

Pembiayaan), (Hukum Keuangan: Jurnal Hukum Bisinis Vol 1).

Wirawan B Ilyas dan Richard Burton. 2007. Hukum Pajak. Jakarta: Salemba

Empat.
84

Lampiran.

Anda mungkin juga menyukai