Anda di halaman 1dari 51

PENGARUH JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN,PENERIMAAN

RETRIBUSI DAN PENETAPAN TARIF OBJEK WISATA TERHADAP


PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA

PROPOSAL

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat melakukan penelitian pada Program
Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Tadulako

Oleh :

URBANUS PANUS
C 301 16 220

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2021
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................ i


HALAMAN PERSETUJUAN................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................. iv
DAFTAR TABEL..................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ vi

BAB I PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang........................................................................ 1
1.2 RumusanMasalah................................................................... 5
1.3 TujuanPenelitian.................................................................... 5
1.4 ManfaatPenelitian.................................................................. 6
1.5 SistematikaPenulisan............................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 PenelitianTerdahulu...............................................................
2.2 Kunjungan Wisatawan...........................................................
2.2.1 Pengertian Wisatawan................................................
2.3 Penerimaan Retribusi.............................................................
2.3.1 Retribusi.....................................................................
2.3.2 Jenis-jenis Retribusi Daerah......................................
2.4 Penetapan Tarif Objek Wisata...............................................
2.4.1 Tarif...........................................................................
2.4.2 Tarif Objek Wisata.....................................................
2.4.3 Penentuan Tarif Objek Wisata...................................
2.5 Pendapatan Asli Daerah.........................................................
2.5.1 Pengertian PAD
2.5.2 Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah.....................
2.6 KerangkaPemikiran................................................................
2.7 Hipotesis................................................................................

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 ObjekPenelitian......................................................................
3.2 JenisPenelitian........................................................................
3.3 Jenis dan Sumber Data...........................................................
3.3.1 Jenis Data...................................................................

iv
3.3.2 Sumber Data............................................................... 25
3.4 Teknik Pengumpulan Data..................................................... 25
3.5 Populasi dan Sampel.............................................................. 26
3.5.1 Populasi...................................................................... 26
3.5.2 Sampel........................................................................ 26
3.6 Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel.................... 28
3.6.1 Variabel Independen.................................................. 28
3.6.2 Variable Dependen..................................................... 29
3.7 Teknik Analisis Data.............................................................. 32
3.7.1 Uji Asumsi Klasik...................................................... 32
3.7.2 Uji Normalitas............................................................ 32
3.7.3 Uji Multikolinearitas..................................................
3.7.4 Uji Heteroskedastisitas...............................................
3.7.5 Uji Autokorelasi.........................................................
3.8 Metode Analisis..................................................................... 33
3.8.1 Analisis Linear Berganda........................................... 33
3.9 Pengujian Hipotesis............................................................... 38
3.9.1Uji F ........................................................................ 38
3.9.2Uji T ........................................................................
3.9.3Uji R2 ........................................................................

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 40

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jumlah kedatangan wisatawan..................................................

Tabel 1.2 Pendapatan Daerah Kabupaten Tanatoraja Sektor Wisata........

Tabel 2.1 Penelitian terdahulu...................................................................

Tabel 2.2 Penetapan Tarif Objek Wisata....................................................

vi
DAFTAR TABEL

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran...............................................................

vii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Melalui UU No.23 Tahun 2004 Tentang sistem otonomi

daerah,pemerintah pusat memberikan keleluasaan kepada pemerintah daerah

untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintatah dan kepentingan

masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan termasuk

dalam hal pengelolaan keuangan daerah.Sumber penerimaan yang penting bagi

Pemerintah daerah adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Menurut,Mardiasmo,2002) Pendapatan Asli Daerah merupakan

Pendapatan yang diperoleh dari sektor pajak daerah, hasil pengelolaan kekayaan

daerah yang dipisahkan, hasil perusahaan milik daerah, retribusi daerah, dan

sumber lainnya yang merupakan pendapatan asli daerah yang sah.Salah satu cara

untuk meningkatkan pendapatan asli daerah adalah dengan memaksimalkan

penerimaan daerah salah satunya melalui sektor pariwisata. Sektor pariwisata

merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan sebagai salah satu sumber

pendapatan daerah. Keinginan untuk meningkatkan pengembangan pariwisata di

Indonesia pada dasarnya disebabkan oleh faktor-faktor seperti berkurangnya

peranan migas sebagai penghasil devisa, karena itu pariwisata merupakan salah

satu yang potensinya menjanjikan harapan terciptanya kesejahteraan masyarakat

pada masa mendatang dan disamping itu juga dapat meningkatkan pendapatan

pajak negara. Selain itu pariwisata dirasakan cukup adil dalam pengembangan

1
ekonomi, sehingga mendapat prioritas cukup tinggi untuk meningkatkan

penghasilan negara.

Untuk memperbesar pendapatan asli daerah maka pemerintah perlu

mengembangkan dan menfasilitasi tempat pariwisata agar sektor pariwisata dapat

memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi. Perkembangan pariwisata

berdampak terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat, salah satu diantaranya

adalah dampak pariwisata terhadap pendapatan pemerintah.

Menurut Soekadijo (2000) tujuan pengembangan pariwisata adalah untuk :

a)untuk meningkatkan pendapatan devisa negara serta pendapatan

masyarakat,memperluas kesempatan kerja, dan mendorong kegiatan industri

lainnya; b) memperkenalkan dan mendayagunakan keindahan alam dan

kebudayaan; c) meningkatkan persaudaraan dan persahabatan nasional dan

internasional.Pada hakekatnya, pembangunan di bidang pariwisata merupakan

upaya yang mengembangkan dan memanfaatkan objek dan daya tarik wisata,

yang terwujud antara lain dalam bentuk kekayaan alam, keragaman flora dan

fauna, kemajemukan tradisi dan seni budaya, serta peninggalan bersejarah

Peranan pariwisata dalam penerimaan devisa dan pembentukan Produk Domestik

Bruto (PDB) mengindikasikan bahwa kegiatan kepariwisataan mampu menjadi

salah satu kekuatan pembangunan yang dapat diandalkan dan tetap bertahan,

sehingga kebijaksanaan pembangunan dapat lebih diarahkan pada peningkatan

pariwisata menjadi sektor andalan.Tanatoraja merupakan salah satu kabupaten di

Sulawesi Selatan yang memiliki berbagai macam objek wisata yang

mengagumkan,kabupaten tanatoraja sudah dikenal sejak lama sebagai daerah

2
tujuan wisata berbagai jenis wisata di tawarkan di tempat ini diantaranya wisata

budaya,wisata sejarah,wisata alam serta wisata realigi tersedia di tempat

ini.Wisata kabupaten Tanatoraja tidak hanya dikenal di dalam negri saja tapi juga

sudah dikenal luas hingga mancanegara hal ini terbukti dari banyaknya kunjungan

wisatawan mancanegara seperti yang di perlihatkan pada tabel di bawah ini.

Tabel 1.1 Jumlah kedatangan wisatawan di sulawesi selatan dan kabupaten


tanatoraja

Wisatawan sulawesi selatan Wisatawan Tanatoraja


Tahun
Mancanegara Domestik Mancanegara Domestik
2011 64.601 4.871.966 13.532 20.836
2012 106.584 5.385.809 19.324 42.319
2013 151.763 5.920.520 20.167 60.069
2014 191.773 7.128.826 15.731 82.673
Sumber: data BPS Sulawesi selatan dan BPS kabupaten Tana Toraja

Dengan luas wilayah mencapai 2.054,30 km2 yang terdiri dari 19

kecamatan dan 112 desa serta berada di ketinggan antara 300 – 2.500 m di atas

permukaan laut menjadikan tanatoraja sebagai salah satu destinasi wisata yang

cukup populer. Tanatoraja adalah salah satu tempat konservasi peradaban budaya

Proto Melayu Austronesia yang masih terawat dengan baik hingga kini.

Pemerintah Indonesia selalu mengupayakan agar Tana Toraja bisa dikenal di

seluruh dunia. Salah satunya adalah mencalonkan Tanatoraja ke UNESCO untuk

dijadikan Situs Warisan Dunia UNESCO sejak tahun 2009. Hal ini juga di

dukung oleh Pemerintah Jepang agar Tana Toraja dijadikan Situs Warisan Dunia

UNESCO. hal ini tentunya dapat menjadi salah satu sumber pendapatan daerah

3
yang dapat di andalkan.Pendapatan daerah kabupaten Tanatoraja dari sumber

pariwisata dapat di lihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1.2 PAD Sektor Pariwisata

PAD Sektor PAD Secara


Tahun Pariwisata Keseluruhan (Juta Kontribusi
(Juta Rupiah) Rupiah)
2015 913 79.257 1,15 %
2016 1.029 101.993 1,01 %
2017 2.315 141.777 1,63 %
2018 5.225 187.752 2,78 %
Sumber : Data diolah penelitian (2021)

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui kontribusi sektor pariwisata

terhadap pendapatan asli daerah Setiap tahunnya mengalami peningkatan,namun

kontribusi sektor pariwisata ini terbilang masih kecil mengingat sektor pariwisata

merupakan sektor unggulan dari kabupaten tanatoraja berbeda dengan kabupaten-

kabupaten lain yang juga mengandalkan sektor pariwisata sebagai pendapatan

daerahnya seperti Kabupaten Badung,Bali yang pada tahun 2017 menyumbangkan

PAD sektor pariwisata sebesar 5,4 triliun rupiah atau sebesar 83% ,hal ini

tentunya menjadi kendala untuk menjadikan sektor pariwisata sebagai penggerak

peningkatan PAD.

Berdasarkan penjelasan latar belakang ini, maka judul penelitian ini adalah

“Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan,Penerimaan Retribusi dan

Penetapan Tarif Objek Wisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah

Kabupaten Tanatoraja”

4
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

a.Bagaimana pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap pendapatan

asli daerah kabupaten tanatoraja

b.Bagaimana pengaruh penerimaan retribusi pariwisata terhadap pendapatan

asli daerah kabupaten tanatoraja

c.Bagaimana pengaruh penetapan tarif objek wisata terhadap pendapatan

asli daerah kabupaten tanatoraja.

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut
a. Untuk mengetahui pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap
pendapatan asli daerah kabupaten tanatoraja
b. Untuk mengetahui pengaruh penerimaan retribusi pariwisata terhadap
pendapatan asli daerah kabupaten tanatoraja
c. Untuk mengetahui pengaruh penetapan tarif objek wisata terhadap
pendapatan asli daerah kabupaten tanatoraja.

1.4 Manfaat Penelitian


Dalam penelitian ini penulis berharap agar hasil penelitian ini dapat

bermanfaat bagi:

a. Bagi pemerintah kabupaten tanatoraja

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan acuan dalam

pengembangan sektor pariwisata guna peningkatan pendapatan daerah.

b. Bagi penulis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi media untuk menambah wawasan

penulis guna mencapai tujuan dalam pendidikan.

5
c. Bagi pembaca

Diharapkan penelitian ini dapat membawa manfaat yang besar bagi

pembaca serta untuk menambah wawasan pembaca juga dapat dijadikan

sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.

1.5 Sistematika Penulisan

Penulisan proposal ini diharapkan untuk memperjelas pengetahuan

penelitian secara menyeluruh, maka akan diuraikan sistematika penulisan ke

dalam beberapa sub bagian sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang masalah, rumusan penelitian, tujuan

penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab dua ini akan diuraikan landasan teoritis menjelaskan teori-teori

yang mendukung perumusan hipotesis, yang didukung dengan penelitian

terdahulu. Kerangka pemikiran teoritis menjelaskan permasalahan yang akan

diteliti yaitu tentang apa yang seharusnya sehingga timbul adanya hipotesis

(dugaan awal penelitian). Jadi, hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap

masalah yang diteliti.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisi deskripsi tentang bagaimana penelitian akan dilaksanakan

secara operasional yang menguraikan variabel penelitian dan definisi operasional,

6
penentuan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data dan metode

analisis.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan deskripsi objek penelitian yang secara deskriptif

dibahas variabel-variabel yang berkaitan dengan masalah penelitian. Analisis data

dilakukan untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca

dan diinterpretasikan. Setelah data dianalisis, dalam pembahasan dijelaskan

implikasi dari hasil analisis data dan interpretasi yang dibuat dalam penelitian.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan atas hasil penelitian dan saran atas dasar hasil

penelitian tersebut.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PenelitianTerdahulu

(Sunarto & Reni Dyah Ayu Nur Fatimah,2016) meneliti tentang Pengaruh

Penerimaan Retribusi dan Penetapan Tarif Objek Wisata Terhadap Pendapatan

Asli Daerah Kabupaten Tanatoraja.Jenis penelitian ini adalah metode kuantitatif

dengan menggunakan metode sekunder yaitu data yang diperoleh oleh peneliti

secara tidak langsung, biasanya berupa catatan, dokumen, buku, dan laporan.

Populasi dalam penelitian ini adalah laporan realisasi penerimaan retribusi, tarif

obyek wisata, dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang ada diseluruh Kabupaten

Gunung Kidul mulai dari tahun 2013-2015. Metode pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan dokumen, laporan,

catatan, dan buku yang berisi tentang penerimaan retribusi dan penetapan tarif

objek wisata di Kabupaten Gunung Kidul mulai dari tahun 2013 sampai tahun

2015. Berdasarkan hasil analisis data didapatkan kesimpulan yaitu :

1.Penerimaan retribusi dan penetapan tarif obyek wisata berpengaruh secara

simultan terhadap pendapatan asli daerah.

2.Secara parsial penerimaan retribusi berpengaruh positif terhadap

pendapatan asli daerah

3.Penetapan tarif obyek wisata secara parsial tidak berpengaruh terhadap

pendapatan asli daerah.

8
(Ida Bagus Agastya Brahmana Wijaya, & I ketut Sudiana,2016) melakukan

penelitian tentang Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan, Penerimaan Pajak

Hotel, Restoran Dan Pendapatan Retribusi Obyek Wisata Terhadap Pendapatan

Asli Daerah Di Kabupaten Bangli Periode 2009-2015.Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui pengaruh jumlah kunjungan wisatawan, pajak hotel restoran

dan retribusi obyek wisata terhadap pendapatan asli daerah di Kabupaten Bangli.

Penelitian ini menggunakan data skunder, dan dianalisis menggunakan analisis

jalur (path analysis). Hasil penelitian ini menunjukkan jumlah kunjungan

wisatawan berpengaruh terhadap retribusi obyek wisata. Kunjungan wisatawan,

pajak hotel restoran dan retribusi obyek wisata berpengaruh terhadap pendapatan

asli daerah. Di pihak lain terdapat pengaruh tidak langsung dari jumlah kunjungan

wisatawan terhadap pendapatan asli daerah melalui retribusi obyek wisata dan

merupakan variabel mediasi.

(Lanti Alyani, 2021) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh jumlah

kunjungan, lama tinggal dan belanja wisatawan terhadap pendapatan asli daerah

sektor pariwisata di provinsi daerah khusus ibukota jakarta.Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui Pengaruh jumlah kunjungan, lama tinggal dan belanja

wisatawan terhadap pendapatan asli daerah sektor pariwisata di provinsi daerah

khusus ibukota jakarta .Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode kuantitatif, sumber data yang di gunakan adalah data Primer dan data

sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) jumlah kunjungan memiliki

pengaruh positif dan signifikan terhadap PAD sektor pariwisata di Provinsi DKI

Jakarta, hai ini menggambarkan bahwa semakin tinggi jumlah kunjungan

9
wisatawan ke destinasi wisata di Provinsi DKI Jakarta maka akan semakin tinggi

pula PAD sektor Pariwisata di Provinsi DKI Jakarta.(2) Lama tinggal memiliki

pengaruh positif dan signifikan terhadap PAD (3) Belanja wisatwan memiliki

pengaruh positif dan signifikan terhadap PAD (4) jumlah kunjungan, lama tinggal

dan belanja wisatawan memiliki pengaruh yang signifikasn terhadap PAD sektor

Pariwisata di Provinsi DKI Jakarta.

(Novi Yanti & Riska Hadya, 2018) melakukan penelitian dengan judul,

kontribusi sektor pariwisata terhadap peningkatan PAD kota padang. Tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) perkembangan jumlah pengunjung,

retribusi objek wisata, jumlah usaha pariwisata dan PAD di Kota Padang; 2)

Apakah jumlah pengunjung, retribusi objek wisata dan jumlah usaha pariwisata

memiliki korelasi terhadap peningkatan PAD kota Padang.Jenis Penelitian ini

adalah deskriptif kuantitatif yaitu menjelaskan fenomena yang ada dengan

menggunakan angka-angka. Analisa yang digunakan adalah analisis korelasi dan

pengujian hipotesis dengan alpha (0.05).

Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa jumlah pengunjung dan

retribusi objek wisata mengalami peningkatan sedangkan jumlah UKM pariwisata

cenderung mengalami penurunan sampai tahun 2017. Kontribusi pendapatan

objek wisata terhadap PAD kota Padang mengalami penurunan dari tahun 2013

sampai tahun 2015. Namun pada tahun 2016 mengalami kenaikan dan stabil pada

tahun 2017. Hasil analisis korelasi menunjukkan jumlah wistawan, retribusi objek

wisata memiliki hubungan yang kuat dan signifikan terhadap peningkatan PAD

10
Kota Padang. Sedangkan jumlah UKM tidak memiliki hubungan yang kuat dan

signifikan terhadap peningkatan PAD Kota Padang.

Adapun persamaan dan perbedaan peneliti dengan penelitian sebelumnya

dapat dilihat di tabel berikut :

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Nama
Judul Penelitian Persamaan Perbedaan
Peneliti
Sunarto & Pengaruh Penerimaan a)Variabel a) Pada
Reni Dyah Retribusi dan Penetapan Penerimaan variabel
Ayu Nur Tarif Objek Wisata retribusi dan Jumlah
Fatimah, Terhadap Pendapatan Penetapan Kunjungan
2016 Asli Daerah Kabupaten Tarif Objek Wisatawan
Gunung Kidul Tahun Wisata
2013-2015. b)Variabel Y
Pendapatan
Asli Daerah

(Ida Bagus Pengaruh Jumlah a) Variabel X1 a) Variabel X2


Agastya Kunjungan Wisatawan, Jumlah Penerimaan
Brahmana Penerimaan Pajak Hotel, Kunjungan Pajak Hotel,
Wijaya,I Restoran Dan Wisatawan Restoran
ketut Pendapatan Retribusi b) Pendapatan
Sudiana, Obyek Wisata Terhadap retribusi
2016) Pendapatan Asli Daerah objek wisata
Di Kabupaten Bangli c) Variabel Y
Periode 2009-2015. Pendapatan
Asli Daerah
(Lanti Alyani Pengaruh jumlah a) Variabel X1 a) Variabel X2
2021) kunjungan ,lama tinggal Jumlah Lama tinggal
dan belanja wisatawan kunjungan dan X3
terhadap pendapatan asli Wisatawan Belanja
daerah sektor pariwisata wisatawan
provinsi daerah khusus
ibu kota jakarta.
(Novi Yanti Kontribusi sektor a) Variabel X1 a) X3 Jumlah
& Riska Pariwisata Terhadap Jumlah UMKM
Hadya,2018) peningkatan PAD Kota wisatawan pariwisata
Padang b) Variabel X2
Retribusi
objek wisata

11
c) Variabel Y
Pendapatan
Asli Daerah

Sumber : Data diolah penelitian (2021)

2.2 Kunjungan Wisatawan

2.2.1 Pengertian Wisatawan

Pada umumnya wisatawan adalah pengunjung yang tinggal sementara

sekurang-kurangnya 24 jam di daerah atau negara yang dikunjungi. Apabila

mereka tinggal di daerah atau negara yang dikunjungi dengan waktu kurang dari

24 jam maka disebut pelancong (DN Febriantini,2013).Berdasarkan Undang-

Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, Pengertian wisatawan

adalah orang yang melakukan wisata, sedangkan pengertian wisata adalah

kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan

mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau

mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu

sementara.Sedangkan menurut Norval dalam Yuliani (2013), wisatawan adalah

setiap orang yang datang di suatu Negara yang alasanya bukan untuk menetap

atau bekerja di situ secara teratur, dan membelanjakan uang yang di dapatkannya

di lain tempat.

Menurut Hari Karyono (1997) perjalanan yang dilakukan wisatawan dapat

dibedakan berdasarkan sifat perjalanannya, yaitu:

1) Foreign Tourist(Wisatawan Mancanegara)

12
Orang asing yang melakukan perjalanan wisata, yang datang memasuki suatu

negara lain yang bukan merupakan Negara dimana ia bisa tinggal. Wisatawan

asing disebut juga wisatawan mancanegara.

2) Domestic Foreign Tourist

Orang asing yang berdiam atau bertempat tinggal disuatu negara karena

tugas, dan melakukan perjalanan wisatawa di wilayah negara dimana ia

tinggal. Misalnya, staf keduataan Australia yang mendapat cuti tahunan,

tetapi ia tidak pulang ke Australia, tetapi melakukan kegiatan wisata dia

Indonesia (tempat ia bertugas)

3) Domestic Tourist(Wiswatawan Nusantara)

Seorang warga negara suatu negara yang melakukan perjalanan wisata dalam

batas wilayah negaranya sendiri tanpa melewati perbatasan negaranya.

Misalnya, warga Negara Indonesia yang melakukan perjalanan ke Bali.

4) Indigenous Foreign Tourist

Warga negara suatu negara tertentu, yang karena tugasnya atau jabatannya

berada di luar negeri, pulang ke negara asalnya danmelakukan perjalanan

wisata di wilayah negaranya sendiri. Misalnya, warga Negara Indonesia yang

bertugas sebagai konsultan di perusahaan asing di Australia, ketika liburan ia

kembali ke Indonesia dan melakukan perjalanan wisata. Jenis wisata ini

merupakankebalikan dari Domestic Foreign Tourist.

5) Transit Tourist
Wisatawan yang sedang melakukan perjalanan ke suatu negara tertentu yang
terpaksa singgah pada suatu pelabuhan/airport/stasiun bukan atas
kemauannya sendiri

13
6) Business Tourist

Orang yang melakukan perjalanan untuk tujuan bisnis bukan wisata tetapi

perjalanan wisata akan dilakukannya setelah tujuan yang utama telah selesai.

Jadi perjalanan wisata merupakan tujuan sekunder, setelah tujuan primer

yaitu bisnis selesai dilakukan.

James J. Spillane (1994) berpendapat bahwa suatu objek wisata harus

meliputi lima unsur penting agar wisatawan merasa puas dalam menikmati

perjalanannya, yaitu sebagai berikut.

1) Atraksi

Atraksi adalah pusat dari industri pariwisata. Atraksi merupakan sesuatu

yang mampu menarik wisatawan yang ingin mengunjunginya. Motivasi

wisatawan untuk mengunjungi suatu tempat tujuan wisata adalah untuk memenuhi

atau memuaskan beberapa kebutuhan atau permintaan. Biasanya para wisatawan

tertarik pada suatu lokasi karena ciri-ciri khas tertentu. Kriteria ini dapat diuraikan

menjadi beberapa indikator sebagai berikut. a. Memiliki daya tarik wisata

khususnya daya tarik wisata budaya b. Memiliki setidaknya lebih dari satu atraksi

yang memanfaatkan dan menjunjung tinggi budaya lokal

2) Fasilitas

Unsur fasilitas cenderung berorientasi pada atraksi disuatu lokasi karena

fasilitas harus dekat dengan pasarnya. Fasilitas cenderung mendukung dan bukan

mendorong pertumbuhan dan cenderung berkembang pada saat yang

8sama atau sesudah atraksi berkembang. Suatu atraksi juga dapat merupakan

fasilitas. Jumlah dan jenis fasilitas tergantung kebutuhan wisatawan.Menurut

14
Gunn dan Turgut (2002),fasilitas merupakan fasilitas pelayanan dan sarana

prasarana penunjang pariwisata yang nantinya akan dapat memenuhi kebutuhan

wisatawan selama berwisata di suatu tempat.

Dalam karakteristik ini, fasilitas yang dimaksud meliputi fasilitas dasar

dan penunjang kegiatan wisata. Kriteria ini dapat diuraikan menjadi beberapa

indikator sebagai berikut:a)Memiliki fasilitas penginapanatau akomodasi

setidaknya di sekitar lokasi kampung wisatab)Memiliki fasilitas perbelanjaan baik

di dalam maupun di sekitar lokasi kampung wisatac)Memiliki fasilitas tempat

makan setidaknya di sekitar lokasi kampung wisatad)Memiliki fasilitas dasar

pariwisata (meliputi ruang publik, informasi, peribadatan, keamanan, sanitasi, dll)

dan fasilitas penunjang pariwisata yang dapat mendukung pengembangan dan

pensuasanaan objek daya tarik wisata (area pertunjukkan kesenian, panggung

kesenian, bangku penonton, dll.)e)Terdapat perbaikan atau pembangunan fasilitas

penunjang kegiatan wisata

3) Infrastruktur

Unsur atraksi dan fasilitas tidak dapat tercapai dengan mudah jika belum

terdapat infrastruktur dasar.Infrastruktur termasuk semua konstruksi di bawah

dan diatas tanah dan suatu wilayah atau daerah.

4) Transportasi

Unsur transportasi meliputi unsur pengangkutan serta moda bagi wisatawan

untuk mencapai tempat wisata

5) Unsur keramahan meliputi unsur penerimaan masyarakat lokal terhadap

wisatawan. Wisatawan yang sedang berada dalam lingkungan yang belum

15
mereka kenal maka kepastian akan jaminan keamanan sangat penting,

khususnya wisatawan asing.

2.3 Penerimaan Retribusi

2.3.1 Retribusi

Menurut Mardiasmo (2009:14) Retribusi adalah pungutan daerah sebagai

pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan

atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau

badan.Selain Mardiasmo, ada beberapa pengertian Retribusi lainnya menurut

beberapa sumber antara lain, Menurut Marihot (2005:6) Retribusi adalah

pembayaran wajib dari penduduk kepada negara karena adanya jasa tertentu yang

diberikan oleh negara bagi penduduknya secara perorangan.

Menurut Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000, Retribusi adalah

pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang

khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan

orang pribadi atau umum.Retribusi menurut undang-undang Nomor 28 Tahun

2009 adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin

tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk

kepentingan orang pribadi atau Badan.

2.3.2 Jenis – Jenis Retribusi Daerah

Jenis Retribusi Daerah dibagi menjadi tiga golongan,yaitu(Mardiasmo,

2009:15-16):

16
1.Retribusi Jasa Umum

Retribusi Jasa Umum ditetapkan dengan peraturan pemerintah

dengankriteria-kriteria sebagai berikut:

a. Retribusi Jasa Umum Bersifat bukan pajak dan bersifat bukan retribusi jasa

usaha atau retribusi perizinan tertentu,

b. Jasa yang bersangkutan merupakan kewenangan daerah dalam rangka

pelaksanaan desentralisasi,

c. Jasa tersebut memberi manfaat khusus bagi orang pribadi atau badanyang

diharuskan membayar retribusi, disamping untuk melayani kepentingan dan

kemanfaatan umum,

d. Jasa tersebut layak dikenakan retribusi,

e. Retribusi tidak bertentangan dengan kebijakan nasional mengenai

penyelenggaraannya,

f. Retribusi dapat dipanggul secara efektif dan efisien,serta merupakan salah

satu sumber pendapatan yang potensial.Pemungutan retribusi memungkinkan

penyediaan jasa tersebut dengan tingkat dan atau kualitas pelayanan yang

lebih baik.

Berikut adalah beberapaJenis-jenis Retribusi Jasa Umum yaitu:

a.Retribusi Pelayanan Kesehatan,

b.Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan,

c.Retribusi Penggantian biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akte Catatan

Sipil,

d.Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat,

17
e.Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum,

f.Retribusi Pelayanan Pasar,

g.Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor,

h.Retribusi Pemeriksaan alat Pemadam Kebakaran,

i.Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta,

j.Retribusi Pengujian Kapal Perikanan.

2.Retribusi Jasa Usaha

Retribusi Jasa Usaha ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah dengan

Kriteria-Kriteria sebagai berikut:

a. Retribusi Jasa Usaha bersifat bukan pajak dan bersifat bukan retribusi jasa

umum atau retribusi perizinan tertentu,dan

b. Jasa yang bersangkutan adalah jasa yang bersifat komersial yang

seyogyanya disediakan oleh sektor swasta tetapi belum memadai atau

terdapatnya harta yang dimiliki/dikuasai daerah yang belum dimanfaatkan

secara penuh oleh Pemerintah Daerah.

Berikut adalah beberapa jenis retribusi jasa usaha adalah:

a.Retribusi pemakaian kekayaan daerah,

b.Retribusi pasar grosir/pertokoan,

c.Retribusi tempat pelelangan,

d.Retribusi terminal,

e.Retribusi tempat khusus parkir,

f.Retribusi tempat penginapan/pesanggrahan/villa,

g.Retribusi penyedotan kakus,

18
h.Retribusi rumah potong hewan,

i.Retribusi pelayanan pelabuhan kapal,

j.Retribusi tempat rekreasi dan olah raga,

k.Retribusi penyeberangan diatas air,

l.Retribusi pengolahan limbah cair,

m.Retribusi penjualan produksi daerah.

3.Retribusi Perizinan Tertentu

Retribusi Perizinan tertentu ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah

dengan kriteria-kriteria sebagai berikut:

a. Perizinan tersebut termasuk kewenangan pemerintahan yang

diserahkankepada daerah dalam rangka asas desenralisasi,

b. Perizinan tersebut benar-benardiperlukan guna melindungi

kepentinganumum,dan

c. Biaya yang menjadi beban daerah dalam penyelenggaraan izin tersebutdari

biaya untuk menanggulangi dampak negatif dari perizinan tersebutcukup

besar sehingga layak dibiayai dari retribusi perizinan.

Berikutini adalah beberapa Jenis Retribusi Perizinan Tertentu yang meliputi antara

lain:

a.Retribusi izin mendirikan bangunan,

b.Retribusi tempat penjualan minuman berakohol,

c.Retribusi izin gangguan dan retribusi izin trayek.

19
2.4 Penetapan Tarif Objek Wisata

2.4.1 Tarif

Secara sederhana pengertian tarif merupakan sejumlah pungutan yang

dibebankan atas suatu hal, kegiatan, kebijakan, atau apapun yang telah diatur

dalam peraturan. Dalam skala pemerintahan, tarif dapat didefinisikan sebagai

pungutan yang dibebankan untuk semua barang yang melewati negara baik keluar

ataupun masuk dan diatur melalui perundang-undangan seperti tarif ekspor, tarif

impor dan sejenisnya. Aliminsyah, dkk dalam buku Kamus Istilah Akuntansi

(2002:290-291) Tarif adalah pengaturan yang sistematik dari bea yang dipungut

atas barang dan jasa yang melewati batas-batas Negara.

2.4.2 Tarif Objek Wisata

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti tarif wisata adalah

tarif yang dikenakan kepada seseorang yang melakukan kunjungan singkat,

biasanya kunjungan untuk bersenang-senang.

2.4.3 Penentuan Tarif Objek Wisata

Tentunya proses penentuan tarif retribusi akan melibatkan banyak pihak di

dalamnya sehingga regulasi yang jelas harus dilaksanmakan dalam proses

penetapannya. Bisa saja usulan kepentingan dari pihak – pihak tertentu yang

terlibat atau mungkin pengalokasian sejumlah subsidi dari pihak tertentu seperti

misalnya dari pemerintah turut berperan besar dalam penentuan keputusan

akhirnya, selain melihat dari kemampuan masyarakat dan mempertimbangkan

aspek keadilan. Aspek keadilan yang dimaksud dalam hal ini adalah bagaimana

20
pemerintah menentukan tarif retribusi sesuai dan layak dengan fasilitas – fasilitas

yang dinikmati oleh para wisatawan Dalam akuntansi sektor publik, menentukan

tarif pelayanan publik yang baik adalah dengan mempertimbangkan beberapa

faktor diantaranya dengan melihat berapa harga wajarnya (Alfonsus Marthin

Tryadika S. 2014)

Menurut Mardiasmo (2009), jika pemerintah hendak membebankan biaya

pelayanannya kepada konsumennya, maka pemerintah harus memutuskan berapa

beban yang pantas dan wajar, atau dengan kata lain berapa harga pelayanan yang

akan ditetapkan. Aturan yang biasa dipakai adalah bahwa beban (charge) dihitung

sebesar total biaya untuk menyediakan pelayanan tersebut (full cost

recovery).Berdasarkan peraturan pemerintah daerah kabupaten tanatoraja tentang

retribusi tempat rekreasi dan olahraga,telah di tetapkan besarnya tarif tempat

rekreasi/tempat pariwisata/tempat olahraga yaitu sebagai berikut :

Tabel 2.2 Penetapan Tarif Objek Wisata

JENIS FREKUENSI GOLONGAN TARIF TARIF


LAYANAN LAYANAN
Tempat Rekreasi/ Setiap kali masuk  Anak-anak / siswa/ Rp.2000.-
mahasiswa /orang.

Tempat Wisata/  Peneliti / karya Rp.5000.-


Tempat Olahraga wisata / tamu
pemda / orang.

 Dewasa / umum / Rp.10.000.-


wisatawan
nusantara / orang.

 Wisatawan Rp.20.000.-
mancanegara

(Sumber.PERDA Kabupaten tanatoraja no.7 tahun 2017)

21
2.5 Pendapatan Asli Daerah (PAD)

2.5.1 Pengertian Pendapatan Asli Daerah

Menurut Abdul Halim (2004:94), Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah

penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri

yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku. Sektor pendapatan daerah memegang peranan yang

sangat penting, karena melalui sektor ini dapat dilihat sejauh mana suatu daerah

dapat membiayai kegiatan pemerintah dan pembangunan daerah.

2.5.2 Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) Menurut Abdul Halim

(2007:96), kelompok Pendapatan Asli Daerah (PAD) di bagi menjadi empat jenis

pendapatan, yaitu:

1) Pajak Daerah a.Pajak Provinsi b.Pajak Kabupaten/ Kota

2) Retribusi daerah, terdiri dari: Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa Usaha,

dan Retribusi Perijinan Tertentu.

3) Hasil Perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah

yang dipisahkan.

4) Lain-lain Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sah, yaitu: Hasil penjualan

kekayaan daerah yang tidak dipisahkan, hasil pemanfaatan atau

pendayagunaan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro,

pendapatan bunga, tuntutan ganti rugi, keuntungan selisih nilai tukar

22
rupiah terhadap mata uang asing, dan komisi, potongan, ataupun bentuk

lain sebagai akibat dari penjualan dan/ atau pengadaan barang dan atau

jasa oleh daerah.

2.6 Kerangka Pemikiran

Pemerintah daerah memiliki dua sumberdaya keuangan yaitu, pendapatan

asli daerah dan subsidi pemerintah pusat.Subsidi pemerintah pusat di berikan

kepada pemerintah daerah untuk pembangunan sesuai dengan undang-undang dan

peraturan hukum di indonesia.Sementara itu pendapatan asli daerah di dapatkan

melalui pajak-pajak daerah,retribusi daerah,penghasilan dari perusahaan milik

daerah,dan penghasilan daerah legal lainnya.

Dalam rangka pembangunan daerah, sektor pariwisata memegang peranan

yang menentukan dan dapat untuk meningkatkan pembangunan sektor-sektor lain

secara bertahap.Keberhasilan pengembangan sektor kepariwisataan,berarti akan

meningkatkan perannya dalam dalam penerimaan daerah, dimana kepariwisataan

merupakan komponen utama (Salah, 2003) Dalam Sarta Kapang,2019. Untuk

memperbesar pendapatan asli daerah (PAD) maka pemerintah perlu

mengembangkan dan menfasilitasi tempat pariwisata agar sektor pariwisata dapat

memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi. Perkembangan pariwisata

berdampak terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat, salah satu diantaranya

adalah dampak pariwisata terhadap pendapatan pemerintah.Melalui pendapatan

sektor pariwisata.Secara logika,jumlah kunjungan wisatawan ke suatu objek

wisata memberikan pengaruh yang besar terhadap pendapatan objek wisata

tersebut karena wisatawan merupakan konsumen utama dari sebuah objek wisata.

23
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh,Abdurrahman Habibie Alghifari

(2018) menyatakan bahwa Jumlah wisatawan domestik dan mancanegara

memiliki hubungan postif dan berpengaruh secara signifikan terhadap PAD di

Kabupaten/kota Jawa Barat.Penerimaan retribusi dari sektor pariwisata juga

berperan besar dalam menunjang pendapatan daerah.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis akan meneliti tentang

“Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan,Penerimaan Retribusi dan

Penetapan Tarif Objek Wisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah

Kabupaten Tanatoraja”.dengan paradigma konseptual dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

Jumlah Kunjungan
Wisatawan

Penerimaan Pendapatan Asli


Retribusi Daerah

Penetapan Tarif
Objek Wisata

Keterangan:
Simultan
Parsial
2.7 Hipotesis

Hipotesis berasal dari dua kata yaitu hypo (belum tentu benar) dan tesis

(kesimpulan). Sekaran (2005) mendefinisikan hipotesis sebagai hubungan yang

diperkirakan secara logis diantara dua atau lebih variable yang diungkapkan

dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji. Berdasarkan latar belakang, rumusan

24
masalah, landasan teori dan kerangka pemikiran, maka rumusan hipotesis dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

2.7.1 Pengaruh Jumlah kunjungan Wisatawan Terhadap Pendapatan Asli

Daerah Kabupaten Tanatoraja

Sebagai sumber penerimaan pendapatan, pariwisata tidak terlepas dari

pengaruh jumlah kunjungan wisatawan. Majunya sektor pariwisata disuatu daerah

sangat bergantung kepada jumlah wisatawan yang berkunjung. Kedatangan

wisatawan tersebut akan mendatangkan penerimaan bagi daerah yang

dikunjunginya. Bagi wisatawan mancanegara yang datang dari luar

negeri,kedatangan mereka akan mendatangkan devisa dalam negara. Semakin

banyaknya wisatawan yang berkunjung maka akan memberi dampak yang positif

bagi Daerah Tujuan Wisata (DTW) terutama sebagai sumber pendapatan daerah

(Nasrul, 2010). (Lanti Alyani, 2021) melakukan penelitian dengan judul

“Pengaruh jumlah kunjungan,lama tinggal dan belanja wisatawan terhadap

pendapatan asli daerah sektor pariwisata di provinsi daerah khusus ibukota

jakarta” Hasil dari penelitian tersebut yaitu jumlah kunjungan wisatawan memiliki

pengaruh positif dan signifikan terhadap PAD sektor pariwisata di Provinsi DKI

Jakarta,

Berdasarkan uraian tersebut maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H1 : Jumlah kunjungan wisatawan berpengaruh positif terhadap pendapatan asli

daerah kabupaten tanatoraja

2.7.2 Pengaruh Penerimaan Retribusi Objek Wisata Terhadap Pendapatan

Asli Daerah Kabupaten Tanatoraja

25
Meningkatnya pendapatan asli daerah salah satunya bersumber dari

retribusi pariwisata yang ada di suatu daerah.Apabila semakin meningkat

penerimaan retribusi maka semakin meningkat pula pendapatan asli daerah.(Novi

Yanti & Riska Hadya, 2018) melakukan penelitian dengan judul “Kontribusi

sektor pariwisata terhadap peningkatan PAD kota padang” adapun hasil dari

penelitian tersebut, variabel retribusi objek wisata memiliki hubungan yang kuat

dan signifikan terhadap peningkatan PAD Kota Padang.Berdasarkan uraian

tersebut maka di rumuskan hipotesis sebagai berikut :

H2 : Retribusi objek wisata berpengaruh positif terhadap pendapatan asli daerah

kabupaten tanatoraja.

2.7.3 Pengaruh Penetapan Tarif Objek Wisata Terhadap Pendapatan Asli

Daerah Kabupaten Tanatoraja.

Tarif wisata merupakan jumlah uang yang di keluarkan untuk

mendapatkan kepuasan akan jasa wisata.Apabila tarif objek wisata meningkat

maka semakin banyak penerimaan Pendapatan Asli Daerah yang dihasilkan.

Penelitian yang dilakukan oleh (Sunarto & Reni Dyah Ayu Nur Fatimah, 2016)

menemukan bahwa Penetapan tarif objek wisata berpengaruh secara simultan dan

secara parsial tidak berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah

(PAD).Berdasarkan urain tersebut maka di rumuskan hipotesis sebagai berikut :

H3 : Penetapan Tarif Objek Wisata Berpengaruh positif Terhadap Pendapatan

Asli Daerah Kabupaten Tanatoraja

26
2.7.4 Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan,Penerimaan Retribusi dan

Penetapan Tarif Objek Wisata Terhadap pendapatan Asli Daerah

Kabupaten Tanatoraja.

Pendapatan asli daerah adalah salah satu sumber pendapatan yang dapat

mengembangkan dan mengoptimalkan semua potensi daerah yang digali dari

dalam wilayah daerah (Mulyadi,2011).Untuk memperoleh pendapatan asli daerah

yang besar, pemerintah perlu mencari sektor industri di daerahnya yang berpotensi

menuai banyak pendapatan.Sektor pariwisata mungkin merupakan sektor yang

paling potensial,sektor pariwisata menyumbang pendapatan melalui pajak dan

retribusi atas pelayanan yang di sediakan pemerintah daerah bagi para

wisatawan.Dengan mengembangkan sektor pariwisata pemerintah dapat

memperoleh peluang penerimaan pajak dan beragam retribusi resmi dari kegiatan

industri pariwisata yang bersifat multisektoral.Berdasarkan penelitian yang di

lakukan oleh (Ida Bagus Agastya Brahmana Wijaya, & I ketut Sudiana,2016)

melakukan penelitian tentang Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan,

Penerimaan Pajak Hotel, Restoran Dan Pendapatan Retribusi Obyek Wisata

Terhadap Pendapatan Asli Daerah Di Kabupaten Bangli Periode 2009-2015.Hasil

penelitian ini menunjukkan jumlah kunjungan wisatawan berpengaruh terhadap

retribusi obyek wisata. Kunjungan wisatawan, pajak hotel restoran dan retribusi

obyek wisata berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah.Serta penelitian dari

(Sunarto & Reni Dyah Ayu Nur Fatimah, 2016) dengan judul penelitian

“Pengaruh penerimaan retribusi dan penetapan tarif objek wisata terhadap

pendapatan asli daerah kabupaten gunung kidul tahun 2013 – 2015” di dapatkan

27
hasil penelitian yaitu Penerimaan retribusi dan penetapan tarif objek wisata

berpengaruh secara simultan terhadap pendapatan asli daerah.Secara parsial

penerimaan retribusi berpengaruh positif sedangkan penetapan tarif tidak

berpengaruh secara parsial.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan maka dirumuskan hipotesis

penelitian sebagai berikut:

H4 : Jumlah kunjungan wisatawan,penerimaan retribusi dan penetapan tarif

objek wisata berpengaruh positif terhadap pendapatan asli daerah

kabupaten tanatoraja.

28
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kabupaten tanatoraja provinsi sulawesi

selatan.Alasan pemilihan lokasi penelitian karena tanatoraja sendiri merupakan

salah satu daerah tujuan wisata yang sudah di kenal luas oleh

masyarakat.Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah Jumlah kunjungan

wisatawan (X1),Penerimaan retribusi objek wisata (X2) dan Penetapan tarif objek

wisata (X3) sebagai variable independen dan variabel Pendapatan Asli Daerah

(Y) sebagai variable dependen penelitian.

3.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis

penelitian kuantitatif . Sugiyono (2009: 14) menjelaskan bahwa metode kuantitatif

merupakan metode penelitian yang berbasis pada filsafat positivisme, yang mana

digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, yang umumnya

pengambilan sampelnya dilakukan secara random, dan data dikumpulkan

menggunakan instrumen penelitian, lalu dianalisis secara kuantitatif/statistik

dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

3.3 Jenis dan Sumber Data

3.3.1 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, data

sekunder merupakan data yang di peroleh oleh peneliti secara tidak langsung,

29
biasanya berupa catatan,dokumen,buku, dan laporan.Menurut Sugiyono (2016:

225) data sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung memberikan data

kepada pengumpul data, misalnya melalui orang lain atau lewat dokumen. Sumber

data sekunder merupakan sumber data pelengkap yang berfungsi melengkapi data

yang diperlukan data primer.

3.3.2 Sumber Data

Sumber data yang digunakan pada penelitian ini yaitu data sekunder,

menurut (Sugiyono, 2017:137),Data sekunder adalah data yang berupa data-data

yang sudah tersedia dan dapat diperoleh peneliti dengan cara membaca, melihat

atau mendengarkan. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari Badan

Pendapatan Daerah (BAPENDA) Tanatoraja,Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

serta Badan Pusat Statistik kabupaten tanatoraja juga melalui media internet,

buku, skripsi, jurnal ataupun artikel yang berkaitan dengan penelitian.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2013:224) teknik pengumpulan data merupakan

langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari

penelitian adalah mendapatkan data Secara umum teknik pengumpulan data di

bagi menjadi empat macam yaitu :

a.Observasi (pengamatan)
b.Kuesioner (angket)
c.Interview (wawancara)
d.Dokumen

30
metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode study

dokumen.Dokumentasi menurut Sugiyono (2015: 329) adalah suatu cara yang

digunakan untuk memperoleh data dan informasi dalam bentuk buku, arsip,

dokumen, tulisan angka dan gambar yang berupa laporan serta keterangan yang

dapat mendukung penelitian.Dokumen dalam penelitian ini di peroleh dari

sumber-sumber yang berkaitan dengan penelitian ini.

3.5 Populasi dan Sampel

3.5.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek dan obyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2014:115).Populasi

yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah data mengenai jumlah

wisatawan,realisasi penerimaan retribusi,tarif objek wisata dan pendapatan asli

daerah (PAD) kabupaten tanatoraja.

3.5.2 Sampel

Sugiyono (2018:131) mengemukakan bahwa sampel adalah bagian dari

jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.Sampel dalam

penelitian ini adalah laporan mengenai jumlah wisatawan,realisasi penerimaan

retribusi,tarif objek wisata dan pendapatan asli daerah (PAD) kabupaten tanatoraja

mulai dari tahun 2014 sampai dengan 2019.

31
3.6 Operasional Variabel dan PengukuranVariabel

3.6.1 Variabel Independen (X1), (X2) dan (X3)

Variabel Independen atau disebut sebagai variable bebas adalah variabel

yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

variable dependen (terikat) (Sugiyono, 2014: 59). Adapun variabel independen

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Jumlah Kunjungan Wisatawan (X1)

Pada umumnya wisatawan adalah pengunjung yang tinggal

sementara sekurang-kurangnya 24 jam di daerah atau negara yang

dikunjungi. Apabila mereka tinggal di daerah atau negara yang dikunjungi

dengan waktu kurang dari 24 jam maka disebut pelancong (DN

Febriantini,2013).

b. Penerimaan Retribusi (X2)

Menurut Mardiasmo (2009:14) Retribusi adalah pungutan daerah

sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus

disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan

orang pribadi atau badan.Retribusi wisata adalah retribusi yang di pungut

dari lokasi pariwisata atas penggunaan fasilitas pariwisata dan pemberian

izin penempatan pedagang oleh pemerintah kota/kabupaten.

c. Penetapan Tarif Objek Wisata (X3)


Tarif wisata merupakan jumlah uang yang di keluarkan untuk

mendapatkan kepuasan akan jasa wisata. Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI), arti tarif wisata adalah tarif yang dikenakan kepada

32
seseorang yang melakukan kunjungan singkat, biasanya kunjungan untuk

bersenang-senang.

3.6.2 Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen disebut juga dengan variable terikat yang dipengaruhi

atau menjadi akibat, karena adanya variable bebas (Sugiyono 2014: 59).Pada

penelitian ini, variable dependen (variable terikat) adalah Pendapatan Asli Daerah

kabupaten tanatoraja. Menurut,Mardiasmo,2002) Pendapatan Asli Daerah

merupakan Pendapatan yang diperoleh dari sektor pajak daerah, hasil pengelolaan

kekayaan daerah yang dipisahkan, hasil perusahaan milik daerah, retribusi daerah,

dan sumber lainnya yang merupakan pendapatan asli daerah yang sah.

3.7 Teknik Analisis Data

3.7.1 Uji Asumsi Klasik

Ghozali (2013: 96), uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui apakah

penggunaan model regresi yang dibuat telah memenuhi asumsi klasik. Pengujian

ini meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji

Autokorelasi.

3.7.2 Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah regresi,

dependen dan independen mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi

yang baik adalah yang mendekati normal (Umar, 2008: 79). Menurut Ghozali

(2006: 108), deteksi normalitas dilakukan dengan melihat penyebaran data (titik)

33
pada sumbu diagonal dari grafik. Pengambilan keputusan dalam uji normalitas

yaitu:

a. Jika data menunjukkan titik tersebut yang menyebar disekitar garis

diagonal dan mengikuti arah garis tersebut, maka model regresi

mempunyai distribusi data yang normal.

b. Jika data menunjukkan titik tersebut menyebarjauh dari garis diagonal atau

tidakmengikuti arah garis diagonal, maka model regresinya tidak

memenuhi asumsi normalitas.

Dalam pengujian normalitas, dapat juga dengan melakukan uji One-

Sample Kolmogorov-Smirnov. Uji tersebut dilakukan dengan membandingkan

probabilitas yang diperoleh dengan ketentuan:

a. Nilai signifikan atau nilai probabilitas < 0,05, distribusinya tidak normal

b. Nilai signifikan atau nilai probabilitas > 0,05, maka distribusinya normal.

3.7.3 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji model regresi ditemukan

adanya korelasi antar variable bebas (independen). Menurut Ghozali (2012: 105),

model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variable

independen. Uji multikolinearitas mengukur keeratan hubungan antar variable

bebas melalui besaran koefisien relasi (r).Untuk mengetahui adanya

multikolinearitas dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF). Nilai

toleran yang lebih kecil dari 0,10 atau nilai VIF lebih besar dari 10, maka terjadi

multikolinearitas. Rumus VIF adalah:

34
1
VIF =
1- R2

Keterangan:

VIF = Variance Inflation Factor

1 – R2 = Tolerance

R2 = Koefisien determinasi (kuadrat dari koefisien korelasi)

3.7.4 Uji Heteroskedastisitas

Ghozali (2013: 139), uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji

apakah didalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain. Uji ini untuk mengetahui apakah variable

pengganggu (disturbance error) mempunyai varians konstan. Jika varians dari

residu pengamatan lain berbeda berarti ada gejala heteroskedastisitas dari model

regresi tersebut. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas.

Untuk menguji asumsi ini, dilakukan dengan melihat grafik scatterplot

antara nilai prediksi variable terikat (ZPRED) dengan variable bebas (SRESID)

dengan residualnya (Ghozali, 2013: 139). Dasar pengambilan keputusannya yaitu:

a. Jika titik-titik memiliki pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar,

menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

b. Jika tidak ada pola yang jelas dan titik-titiknya menyebar diatas dan di

bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas.

3.7.5 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

linear ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan

pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya).Jika terjadi korelasi, maka dinamakan

35
problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan

sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual

(kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi yang lainnya

(Rian saputra,2018).

Pengujian autokolerasi dilakukan dengan uji durbin watson dengan

membandingkan nilai durbin watson hitung (d) dengan nilai durbin watson tabel,

yaitu batas atas (du) dan batas bawah (dL). Kriteria pengujian adalah sebagai

berikut:

1.Jika 0 < d < dL, maka terjadi autokorelasi positif.

2.Jika dL < d < du, maka tidak ada kepastian terjadi autokorelasi atau tidak.

3.Jika d-dL < d < 4, maka terjadi autokorelasi negatife.

4.Jika 4 –du < d < 4 –dL, maka tidak ada kepastian terjadi autokorelasi atau tidak.

5.Jika du < d < 4 –du, maka tidak terjadi autokorelasi positif maupun negatife.

3.8 Metode Analisis

3.8.1 Analisis Regresi Linear Berganda

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear

berganda. Analisis regresi berganda digunakan oleh peneliti, bila peneliti

bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variable dependen

(kriterium), bila dua atau lebih variable dependen sebagai factor predictor

dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya). Jadi hasil analisis regresi ganda akan

dilakukan bila jumlah variable independennya minimal 2 (Sugiyono, 2014: 275).

36
Regresi linear berganda merupakan alat yang membutuhkan data yang terdiri dari

beberapa kelompok hasil observasi atau pengukuran.

Model regresi linear berganda dapat digambarkan sebagai berikut:

Y = α + β1 X1 + β 2 X2 + β 3 X3 + e

Keterangan:

Y = Variabel Dependen

α = Konstanta

β1 - β n = KoefisienRegresi

X1 = Jumlah Kunjungan Wisatawan

X2 = Penerimaan Retribusi

X3 = Penetapan Tarif Objek Wisata

e = Error.

Dari hasil perhitungan regresi linear berganda akan diperoleh koefisien

korelasi yang digunakan untuk mengukur ketepatan yang paling baik dari model

regresi yang digunakan. (Sugiyono 2017: 216) secara umum besarnya koefisien

korelasi antara 0 < R2< 1, dengan criteria sebagai berikut:

a) R2< 0.2, maka model regresi linear berganda dikatakan sangat lemah.

b) 0.2 < R2<, maka model regresi linear berganda dikatakan lemah.

c) 0.4 < R2< 0.6, maka model regresi linear berganda dikatakan cukup lemah.

d) 0.6 < R2< 0.8, maka model regresi linear berganda dikatakan kuat.

e) 0.8 < R2, maka model regresi linear berganda dikatakan sangat kuat.

37
3.9 PengujianHipotesis

3.9.1 Uji F (Uji Simultan)

Uji F digunakan untuk mengetahui apakah seluruh variable independen

(X) secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variable

dependen (Y). Untuk menguji variable independennya secara simultan terhadap

variable dependen, digunakan Uji F dengan formulasi sebagai berikut: (Sugiyono,

2014: 256)

R 2 /(k-1)
F=
(1-R 2 )/(n-k)

Dimana:

F = Diperoleh dari table distribusi F

R2 = Koefisien Determinasi ganda

K = Jumlah variable independen

n = Jumlah sampel

Untuk mengetahui apakah variable independen berpengaruh signifikan

terhadap variable dependen, dilakukan perbandingan antara Fhitung dengan Ftabel

pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) dengan pedoman yang dilakukan yaitu

sebagai berikut:

a. Apabila Fhitung > Ftabel dan p < 0,05 maka terbukti semua variable bebas

yang diamati secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variable

terikat.

b. Apabila Fhitung>Ftabel dan p >0,05 maka terbukti semua variable bebas yang

diamati secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap variable

terikat.

38
Nilai Fhitung diperoleh dari hasil perhitungan statistik (SPSS) dalam table

ANOVA. Sedangkan F table diperoleh dengan melihat table F (sesuai dengan

tingkat kepercayaan yang ditentukan) dengan cara melihat df1 dan df2. Nilai df1

adalah jumlah dari variable independen sedangkan nilai df2 adalah (N – K – 1),

dimana N = jumlah sampel, K =jumlah variable independen. Nilai df1 dan df2

dapat juga dilihat dari hasil perhitungan statistik (SPSS) dalam table Model

Summary.

3.9.2 Uji t (Uji Parsial)

Uji t tujuannya untuk menguji apakah variable independen (X)

berpengaruh terhadap variable dependen (Y) secara parsial (Ghozali, 2013: 98).

Uji t ini untuk mengetahui apakah masing-masing variable independen secara

parsial (individu) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variable

dependen. Adapun caranya dengan menggunakan formulasi Uji-t sebagai berikut:

bi
th =
Sbi

Dimana:

th = Nilai t-hitung

bi = Parameter estimasi

Sbi = Standar error.

Dengan kaidah pengambilan keputusan hasil uji parsial adalah:

a) Jika thitung>ttabel pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05), maka terbukti

secara parsial variable independen (X) berpengaruh secara signifikan

terhadap variable dependen (Y)

39
b) Jika thitung<ttabel pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05), maka terbukti

secara parsial variable independen (X) tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap variable dependen (Y).

Nilai thitung diperoleh dari hasil perhitungan statistik (SPSS) dalam table

ANOVA. Sedangkan ttabel diperoleh dengan cara df (degree of freedom). Nilai df =

N – K, dimana N = jumlah populasi dan K = jumlah variable penelitian karena uji

t bersifat duasisi maka nilai α dibagi (α/2). Jadi nilai t merupakan nilai dari (α/2).

3.9.3 Uji R Square (R2)

Koefisien determinasi (R Square atau R Kuadrat) di simbolkan dengan R2 yang

bermakna sebagai sumbangan yang di berikan variabel bebas atau variabel

independen (x) terhadap variabel dependen atau (Y) atau dengan kata lain R

square ini berfungsi untuk memprediksi dan melihat seberapa besar kontribusi

pengaruh yang di berikan variabel x secara simultan terhadap variabel

y.persyaratan yang harus terpenuhi agar kita dapat memaknai nilai koefisien

determinasi adalah uji f dalam analisis regresi linear berganda bernilai

signifikan,yang berarti ada pengaruh variabel x secara simultan terhadap variabel

y. Sebaliknya jika hasil analisis dalam uji f tidak signifikan, maka nilai koefisien

determinasi tidak dapat di gunakan untuk memprediksi kontribusi pengaruh

variabel x secara simultan terhadap variabel y.

40
DAFTAR PUSTAKA

Devi L., Suharno, & Bambang W.(2018) ANALISIS KONTRIBUSI,


EFEKTIVITAS, EFISIENSI DAN POTENSI RETRIBUSI PARIWISATA
TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN SRAGEN
Jurnal Akuntansi dan Sistem Teknologi Informasi Vol. 14 No. 3 September
2018: 437 – 446 446.

Devilian Fitri, Dr. Ansofino, M.Si & Desi Areva, M. Pd ,(2014).Pengaruh Sektor
Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Di Kabupaten Pesisir
Selatan. Jurnal, Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Sumatera Barat

Elisabet Pali,(2016). Analisis Efektifitas Penerimaan Pajak Daerah Sektor


Pariwisata Dan Kontribusinya Terhadap (PAD) Kabupaten Tana Toraja .
journals.ukitoraja.ac.id,Vol.2 No.1 (2016)

Ida Bagus Agastya Brahmana Wijaya,I Ketut Sudiana,(2016). Pengaruh Jumlah


Kunjungan Wisatawan, Penerimaan Pajak Hotel, Restoran Dan Pendapatan
Retribusi Obyek Wisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah Di Kabupaten
Bangli Periode 2009-2015.E-Jurnal ekonomi pembangunan universitas
udayana, vol.5, no.12 desember 2016.

Lanti Alyani,(2021). Pengaruh Jumlah Kunjungan Lama Tinggal,Lama Tinggal


dan Belanja Wisatawan Terhadap Pendapatan Asli Daerah Sektor, Jurnal
Syntax Transformation Vol.2 No.2,Februari 2021.

Novi Yanti & Riska Hadya,(2018).Kontribusi Sektor Pariwisata Terhadap


Peningkatan PAD Kota Padang. Jurnal Benefita 3(3) Oktober 2018 (370-379)

41
Saputra, Rian and Zulkifli, Zulkifli (2018) PENGARUH JUMLAH WISATAWAN,
JUMLAH OBYEK WISATA, DAN RETRIBUSI OBYEK WISATA
TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN GUNUNG
KIDUL TAHUN 2012-2016. Skripsi thesis, STIE Widya Wiwaha.

S., Alfonsus Marthin Tryadika (2014) IDENTIFIKASI FAKTOR – FAKTOR


PENENTU TARIF RETRIBUSI BIDANG PARIWISATA DI KABUPATEN
DAN KOTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Jurnal
Ekonomi Akuntansi. p1-13.

Yuliani, 2013. Strategi Komunikasi Dinas Kebudayaan Pariwisata dan Kominfo

(DISBUDPAR) dalam Meningkatkan Kunjungan Wisata di Desa Pampang Kota

Samarinda, Journal Ilmu Komunikasi vol I (3) : 450-464

42
LAMPIRAN

43
Daftar Pustaka
https://www.dqlab.id/data-sekunder-adalah-kenali-pengertian-kelebihan-dan-
kekurangan-data-sekunder

 Berjudul : METODE PENELITIAN KUANTITATIF, KUALITATIF


DAN R&D
Penulis : Prof. Dr. Sugiyono
Cetakan Ke-19, Oktober 2013
Penerbit Alfabeta, CV. Bandung
 Saputra, Rian and Zulkifli, Zulkifli (2018) PENGARUH JUMLAH
WISATAWAN, JUMLAH OBYEK WISATA, DAN RETRIBUSI OBYEK
WISATA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN
GUNUNG KIDUL TAHUN 2012-2016. Skripsi thesis, STIE Widya
Wiwaha.
 Husein Umar. (2008). Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis.
Jakarta : PT RajaGrafindo Persada
 Mardiasmo,2002.Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Penerbit
Andi Yogyakarta
 Soekadijo, R. G. (2000). Anatomi Pariwisata. Jakarta: Penerbit PT
Gramedia Pustaka Utama.
 BPS Sulawesi selatan dan BPS kabupaten Tana Toraja
 Yuliani, 2013. Strategi Komunikasi Dinas Kebudayaan Pariwisata dan
Kominfo (DISBUDPAR) dalam Meningkatkan Kunjungan Wisata di Desa
Pampang Kota Samarinda, Journal Ilmu Komunikasi vol I (3) : 450-464
 A.Hari karyono,1997,KEPARIWISATAAN,PT.Gramedia Widiasarana
Indonesia,Jakarta
 Spillane, James. 1994. Pariwisata Indonesia, Siasat Ekonomi dan
Rekayasa Kebuadayaan. Kanisius. Yogyakarta.
 Gunn, C. A dan Var, Turgut. 2002. Tourism Planning: Basics, Concepts,
Cases, 4th edition. New York: Routledge,
 Mardiasmo. 2009. Perpajakan, edisi revisi tahun 2009.Yogyakarta: Andi.
 Siahaan, Marihot P, S.E. 2005. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
 Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah
 Undang-undang Repuplik Indonesia No.28 Tahun 2009 Tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah
 Aliminsyah.2002.Kamus Istilah Akuntansi.Bandung:CV. Yrama Widya.

44
 S., Alfonsus Marthin Tryadika (2014) IDENTIFIKASI FAKTOR –
FAKTOR PENENTU TARIF RETRIBUSI BIDANG PARIWISATA DI
KABUPATEN DAN KOTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA. Jurnal Ekonomi Akuntansi. p1-13.
 Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
 PERDA Kabupaten tanatoraja no.7 tahun 2017
 Halim, Abdul. 2004. Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta: Salemba
Empat
 Halim, Abdul, 2007. Akuntansi Keuangan Daerah, Penerbit Salemba
Empat, Jakarta.
 Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
 Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta

Lanti Alyani,(2021). Pengaruh Jumlah Kunjungan Lama Tinggal,Lama Tinggal


dan Belanja Wisatawan Terhadap Pendapatan Asli Daerah Sektor, Jurnal
Syntax Transformation Vol.2 No.2,Februari 2021.

Devi L., Suharno, & Bambang W.(2018) ANALISIS KONTRIBUSI,


EFEKTIVITAS, EFISIENSI DAN POTENSI RETRIBUSI PARIWISATA
TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN SRAGEN
Jurnal Akuntansi dan Sistem Teknologi Informasi Vol. 14 No. 3 September
2018: 437 – 446 446.

Novi Yanti & Riska Hadya,(2018).Kontribusi Sektor Pariwisata Terhadap


Peningkatan PAD Kota Padang. Jurnal Benefita 3(3) Oktober 2018 (370-379)

Devilian Fitri, Dr. Ansofino, M.Si & Desi Areva, M. Pd ,(2014).Pengaruh Sektor
Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Di Kabupaten Pesisir
Selatan. Jurnal, Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Sumatera Barat

Ida Bagus Agastya Brahmana Wijaya,I Ketut Sudiana,(2016). Pengaruh Jumlah


Kunjungan Wisatawan, Penerimaan Pajak Hotel, Restoran Dan Pendapatan
Retribusi Obyek Wisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah Di Kabupaten

45
Bangli Periode 2009-2015.E-Jurnal ekonomi pembangunan universitas
udayana, vol.5, no.12 desember 2016.
Elisabet Pali,(2016). Analisis Efektifitas Penerimaan Pajak Daerah Sektor
Pariwisata Dan Kontribusinya Terhadap (PAD) Kabupaten Tana Toraja .
journals.ukitoraja.ac.id,Vol.2 No.1 (2016)

46

Anda mungkin juga menyukai