Anda di halaman 1dari 16

Nama : Ahmad Helmi Yasir

Kelas : X MIPA 3
Absen : 05
No. Nama Kerajaan Politik

Berdasarkan yupa yang ditemukan diketahui bahwa


Kutai mencapai puncak keemasan pada masa raja
Mulawarman yang merupakan anak Asmawarman dan
cucu Kudungga. Sumber sejarah kerajaan Kutai yang
dapat mengungkap kehidupan politik kerajaan ini adalah
dari 7 buah Yupa. Yupa merupakan prasasti yang
dipahatkan pada tiang batu. Yupa ini dikeluarkan pada
masa raja Mulawarman. Prasasti ini juga menyebutkan
silsilah Mulawarman yang merupakan raja terbesar di
1 Kerajaaan Kutai
Kerajaan Kutai.Pada isi Yupa dijelaskan bahwa
Mulawarman merupakan cucu dari Kudungga. Dalam
Yupa ini juga dijelaskan Kudungga memiliki putra yang
mashur, bernama Sang Aswawarmman. Putranya ini di
ibaratkan sebagai Ansuman (Dewa Matahari).
Aswawarmman mempunyai 3 orang putra. Putra yang
paling terkemuka bernama Sang Mulawarmman, ia
merupakan raja yang berpendidikan baik, kuat dan
kuasa.
Keadaan politik pemerintahan dan keadaan masyarakat
di Kediri ini dicatat dalam berita dari Cina, yaitu dalam
kitab Ling-Wai-tai-ta yang ditulis oleh Chou K’u-fei pada
tahun 1178 dan pada kitab Chu-fan-chi yang disusun
oleh Chaujukua pada tahun 1225. Kitab itu melukiskan
keadaan pemerintahan dan masyarakat zaman Kediri.
Kitab itu menggambarkan masa pemerintahan Kediri
termasuk stabil dan pergantian takhta berjalan lancar
tanpa menimbulkan perang saudara. Di dalam
menjalankan pemerintahannya, raja dibantu oleh tiga
2 Kerajaan Kediri orang putranya dan empat pejabat kerajaan (rakryan),
ditambah 300 pejabat sipil (administrasi) dan 1.000
pegawai rendahan. Prajuritnya berjumlah 30.000 orang
dengan mendapat gaji dari kerajaan. Raja berpakaian
sutra, memakai sepatu kulit, perhiasan emas, dan
rambutnya disanggul ke atas. Jika bepergian, raja naik
gajah atau kereta dengan dikawal oleh 500–700 prajurit.
Pemerintah sangat memperhatikan keadaan pertanian,
peternakan, dan perdagangan. Pencuri dan perampok
jika tertangkap dihukum mati.
Fokus utama terkait kehidupan politik Kerajaan Sriwijaya
yaitu wilayah kekuasaan, raja-raja yang memerintah,
dan hubungan dengan kerajaan lain baik dalam dan luar
negeri. Berdasarkan bukti yang ada dari isi prasasti
Leiden, Kerajaan Sriwijaya telah melakukan kerjasama
dengan kerajaan Chola di India. Hubungan baik dengan
kerajaan tersebut ditandai dengan pengiriman pendeta
dari Sriwijaya ke India dan pembuatan Biara untuk
3 Kerajaan Sriwijaya pendeta tersebut. Selanjutnya, berikut ini raja-raja yang
perah berkuasa di Kerajaan Sriwijaya meliputi;
(1)Dapunta Hyang Srijayanasa : Ia adalah raja pertama
sekaligus pendiri Kerajaan Sriwijaya. Namanya terdapat
dalam Prasasti Kedukan Bukit dan Talang Tuo. Saat
Srijayasana berkuasa, ia berhasil memperluas wilayah
kerajaan sampai ke Jambi. Cita-cita yang menjadi
pedoman yakni menjadikan Sriwijaya sebagai kerajaan
maritim terbesar.

Didirikan oleh Raden Wijaya setelah Singasari


mengalami kehancuran. Majapahit mencapai puncak
kejayaan pada masa pemerintahan Hayam Wuruk dan
patihnya Gajah Mada dengan menguasai hampir
seluruh wilayah Indonesia Kehidupan politik kerajaan
Majapahit sudah teratur dengan baik. Majapahit
menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan lain di
luar Nusantara, seperti dengan kerajaan China,
Champa, Siam dan Kamboja. Hal ini dibuktikan dari
4 Kerajaan Majapahit
beberapa sumber yang menyebutkan bahwa pada tahun
1370 hingga 1381, kerajaan Majapahit telah
mengirimkan beberapa kali utusan persahabatan ke
kerajaan di China (Tiongkok). Kekuasaan di kerajaan
Majapahit bersifat teritorial dan desentralisasi, didukung
dengan birokrasi yang rinci. Raja Majapahit dianggap
sebagai penjelmaan dewa tertinggi, maka memiliki
otoritas politik tertinggi sebagai penguasa. Seorang raja
dibantu oleh pejabat-pejabat birokrasi.
Berdasarkan prasasti Ciaruteun diketahui bahwa
Purnawarman dikenal sebagai raja yang gagah
beranidan digambarkan seperti Dewa Wisnu. Kerajaan
Tarumanegara merupakan kerajaan tertua di Pulau
Jawa yang dipengaruhi agama dan kebudayaan Hindu.
Letaknya di Jawa Barat dan diperkirakan berdiri kurang
lebih abad ke 5 M. Raja yang memerintah pada saat itu
adalah Purnawarman. Ia memeluk agama Hindu dan
menyembah Dewa Wisnu. Kerajaan Tarumanegara
5 Kerajaan Tarumanagara didirikan oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman pada
tahun 358 M di tepi sungai Gomati. Pada tahun 397 M,
Purnawarman membangun ibu kota Kerajaan baru di
Sundapura. Raja Purnawarman adalah raja ketiga yang
memiliki kekuasaan besar, sangat berpengaruh dan
memiliki beragam kebijakan. Kekuasaan raja
dilambangkan dengan cap telapak kaki seperti yang
terdapat pada prasasti Ciaruteun, Jambu dan Cianteun.
Sebagai perbandingan, di India cap telapak kaki itu
melambangkan kekuasaan.
Kerajaan Hindu dan Budha di Indonesia

Ekonomi

Masyarakat Kutai diperkirakan bermata pencaharian


bertani (sawah dan ladang) serta melakukan
perdagangan. Kehidupan ekonomi pada masa kerajaan
Kutai sangat didukung dengan lokasinya yang sangat
strategis yaitu di aliran Sungai Mahakam, Kalimantan
Timur. Letak kerajaan Kutai yang strategis membuat
kegiatan ekonomi bertumpu pada bidang perdagangan
dan pelayaran di sepanjang sungai tersebut.Selain itu,
ekonomi di kerajaan Kutai juga berasal dari sektor
pertanian dan peternakan. Dari sektor pertanian dapat
menunjang kegiatan perdagangan, sementara dibidang
peternakan dibuktikan dengan penjelasan dalam isi Yupa,
disitu dijelaskan bahwa raja memberi sedekah 20 ribu
ekor sapi kepada para Brahmana. Artinya peternakan
pada masa ini benar-benar telah maju. Analisis kehidupan
ekonomi kerajaan Kutai ini berdasarkan bukti dan fakta
yang ada.
Kediri merupakan kerajaan agraris dan maritim.
Masyarakat yang hidup di daerah pedalaman bermata
pencaharian sebagai petani. Hasil pertanian di daerah
pedalaman Kerajaan Kediri sangat melimpah karena
didukung oleh kondisi tanah yang subur. Hasil pertanian
yang melimpah memberikan kemakmuran bagi rakyat.
Masyarakat yang berada di daerah pesisir hidup dari
perdagangan dan pelayaran. Pada masa itu perdagangan
dan pelayaran berkembang pesat. Para pedagang Kediri
sudah melakukan hubungan dagang dengan Maluku dan
Sriwijaya.
Pada masa itu, mata uang yang terbuat dari emas dan
campuran antara perak, timah, dan tembaga sudah
digunakan. Hubungan antara daerah pedalaman dan
daerah pesisir sudah berjalan cukup lancar. Sungai
Brantas banyak digunakan untuk lalu lintas perdagangan
antara daerah pedalaman dan daerah pesisir.
Kehidupan Ekonomi Kerajaan Sriwijaya meliputi kegiatan
pertanian, hasilnya kemudian diperjual belikan kepada
para pedagang asing yang singgah. Hal ini didukung
dengan letak yang sangat strategis sebagai jalur
perdagangan Internasional. Hasil bumi dari pertanian
tersebut mendongkrak kegiatan perdagangan, akibatnya
banyak pedagang dari China dan India ramai-ramai
berdatangan.Faktor lain pendukung kegiatan ekonomi
adalah berhasilnya Sriwijaya menguasai wilayah-wilayah
strategis di sekitarnya seperti Selat Sunda, Selat Malaka,
Laut Natuna dan Laut Jawa. Dikuasainya daerah-daerah
tersebut tidak terlepas dari kekuatan armada laut
Kerajaan Sriwijaya dengan kapalnya yang begitu banyak.
sebuah kerajaan maritim, Sriwijaya menggantungkan
kehidupannya pada aktivitas kelautan. Apalagi letaknya
yang strategis di tepi jalur pelayaran dan perdagangan
dunia. Dari situlah, Sriwijaya berkembang menjadi pusat
perdagangan dan pelabuhan transit. Banyak pedagang
dari luar kawasan yang datang ke Sriwijaya untuk
mengambil beragam komoditas.

Majapahit memiliki tanah subur yang menghasilkan padi,


lada dan hasil pangan yang lain, Serta menghasilkan kain,
garam, dan hasil-hasil laut. Pada masa Hayam Wuruk
sebagian pajak dan upeti digunakan untuk pembuatan
irigasi. Berdasarkan catatan dari Wang Ta-Yuan
(pedagang Tiongkok), ia menyebutkan bahwa komoditas
ekspor di Pulau Jawa pada zaman kerajaan Majapahit
meliputi kain, garam, lada dan burung kakak tua.
Sementara jenis barang yang diimpor seperti emas,
perak, mutiara, sutera, perak, besi dan keramik.K
emajuan kehidupan ekonomi di Kerajaan Majapahit
tercermin pada mata uang yang sudah dipergunakan.
Jenis mata uang yang berhasil dibuat yaitu dari bahan
campuran perak, timah putih, timah hitam dan tembaga.
Selain itu, berdasarkan catatan biarawan Katolik Roma
bernama Odorico, ia menyebutkan bahwa saat
mengunjungi istana Jawa, ia melihat istana tersebut
penuh dengan perhiasan emas, perak dan permata
Berdasarkan prasasti Tugu tentang penggalian sungai
Gomati dan Chandrabhaga, disimpulkan bahwa pertanian
dan perikanan dengan sistem irigasi sudah dikenal pada
saat itu. Peternakan sapi dan kerbau juga sudah dikenal
rakyat.Kehidupan ekonomi pada masa Tarumanegara
adalah menjadi sudah sangatlah berjalan teratur
dikarenakan terdapat pembangunan dari terusan yang
dimana sangatlah memberikan arti yang dimana
sangatlah besar dri kerjaan Tarumanegara. Kehidupan
ekonomi kerajaan Tarumanegara didasarkan pada bidang
pertanian. Menurut catatan Fa Hien pada abad V M,
aspek kehidupan itu meliputi pertanian, peternakan,
perburuan binatang, dan perdagangan. Komoditas yang
diperdagangkan antara lain berupa cula badak, perak, dan
kulit penyu. Dari prasasti tugu, kita bisa mengetahui
bahwa raja Purnawarman sangat memperhatikan bidang
pertanian.
Sosial

Kehidupan masyarakat sudah teratur dengan dibagi ke


dalam struktur kasta. Kehidupan sosial masyarakat
kerajaan Kutai juga dapat kita ketahui dari isi prasasti
yang ditulis pada tiang batu, atau disebut Yupa. Dari
informasi yang didapat, masyarakat di Kutai telah
terpengaruh oleh peradaban India dengan kepercayaan
Hindu yang telah masuk dan berkembang pesat. Susunan
masyarakat sudah teratur dengan dibagi ke dalam sistem
kasta. Sebagian besar masyarakat mengikut rajanya yang
telah menerima unsur budaya yang datang dari India.
Namun masih banyak juga masyarakat yang masih
menganut kepercayaan dari para leluhurnya. Unsur
budaya yang masih disesuaikan dengan tradisi yang ada,
maka terjadilah akulturasi. Kehidupan sosial dalam
kerajaan Kutai bisa dilihat dari pelaksanaan upacara
penyembelihan kurban. Salah satu Yupa menyebutkan
bahwa raja Mulawarman memberikan sedekah berupa
20.000 ekor lembu kepada kaum brahmana. Sedekah itu
sendiri dilaksanakan ditanah suci yang bernama
Waprakeswara, yaitu tempat suci untuk memuja Dewa
Syiwa. Dari peristiwa itu, kita bisa melihat bahwa
hubungan yang terjadi antara raja Mulawarman dengan
kaum brahmana terjalin secara erat dan harmonis.
Kehidupan sosial kemasyarakatan pada zaman kerajaan
Kediri dapat kita lihat dalam kitab Ling-Wai-Tai-Ta yang
disusun oleh Chou Ku-Fei pada tahun 1178 M. Kitab
tersebut menyatakan bahwa masyarakat Kediri memakai
kain sampai bawah lutut dan rambutnya diurai. Rumah-
rumahnya rata-rata sangat bersih dan rapi. Lantainya
dibuat dari ubin yang berwarna kuning dan hijau.
Pemerintahannya sangat memperhatikan keadaan
rakyatnya sehingga pertanian, peternakan dan
perdagangan mengalami kemajuan yang cukup pesat.
Kondisi masyarakat Kediri sudah teratur. Penduduknya
sudah memakai kain sampai di bawah lutut, rambut
diurai, serta rumahnya bersih dan rapi. Dalam
perkawinan, keluarga pengantin wanita menerima
maskawin berupa emas. Orang-orang yang sakit
memohon kesembuhan kepada dewa dan Buddha. Raja
memberi perhatian besar kepada rakyat melalui
pemberian penghargaan, pembangunan irigasi untuk
persawahan, dan perlindungan
serta kebebasan kepada para sastrawan.
Kehidupan sosial masyarakat di Kerajaan Sriwijaya
berbaur dengan para pedagang dari luar, karena saat itu
wilayah tersebut merupakan pelabuhan bagi kapal-kapal
asing yang singgah. Kemungkinan bahasa yang
berkembang adalah bahasa melayu kuno, mereka
menggunakan bahasa tersebut untuk berkomunikasi
dengan para pedagang.Budaya asing, khususnya dari
India berkembang di wilayah Sriwijaya. Contohnya
penggunaan nama-nama khas India dan pengaruh
agama Hindu-Budha semakin menyebar menyeluruh,
baik masyarakat maupun di dalam kerajaan. I Tsing,
orang China yang pernah singgah di Kerajaan Sriwijaya
juga menjelaskan bahwa banyak para pendeta dari luar
yang berdatangan untuk berguru/belajar bahasa
Sanskerta dan mempelajari kitab suci agama Budha

Kehidupan sosial cukup rumit karena memiliki wilayah


kekuasaan yang sangat besar. Rakyat umum biasanya
dikelompokkan berdasarkan jenis pekerjaan.
Berdasarkan aspek kedudukan sosial dalam masyarakat
di Kerajaan Majapahit, status wanita lebih rendah
dibandingkan dengan pria. Hal ini terlihat dari kewajiban
wanita hanya melayani suami, tidak boleh ikut campur
dalam urusan apapun. Peraturan ini tertera dalam
perundang-undangan di kerajaan Majapahit dengan
tujuan pergaulan bebas antara pria dan wanita dapat
dihindari. Kehidupan budaya kerajaan Majapahit
berkembang pesat, terutama di bidang seni sastra. Hal ini
dibuktikan dengan banyaknya sastra yang dihasilkan,
seperti kitab Negarakretagama, Kitab Sutasoma, Kitab
Kunjarakarna dan lain sebagainya. Kerajaan Majapahit
juga meninggalkan banyak jejak sejarah kebudayaan
berupa prasasti dan candi
Kehidupan sosial yang dimana terjadi pada masa
kerajaan Tarumanegara adalah terbentuk dengan cara
yang sangatlah rapih dan hal ini akan dapat terlihat
sebagia sebuah bentuk dari upaya untuk meningkatkan
kesejahteraan. Susunan masyarakat sudah teratur
dengan dibagi ke dalam sistem kasta. Sebagai kerajaan
Hindu yang beraliran Wisnu, Tarumanegara juga
menjalankan upacara sedekah dengan menyembelih
1.000 ekor sapi yang diserahkan kepada kaum
brahmana. Upacara tersebut dilaksanakan pada tahun
417 M setelah penggalian Sungai Gomati dan
Candrabhaga selesai dilaksanakan. Saluran air tersebut
memiliki panjang 6.112 tombak atau sekitar 11 km.
Menurut prasasti Tugu saluran tersebut dibuat untuk
menghadapi bencana banjir dan melindungi petani.
Proyek ini dikerjakan secara gotong royong dan
melibatkan seluruh rakyat dalam waktu 21 hari.
Budaya

Bidang Budaya. Prasasti berbentuk Yuoa merupakan ciri


khas peninggalan kebudayaan Kerajaan Kutai.
Penggunaan huruf Pallawa menunjukkan adanya
pengaruh India Selatan dalam penulisan pada prasasti
berbentuk Yupa tersebut. Perlu diingat bahwa yupa
merupakan bentuk kelanjutan dari kebudayaan asli nenek
moyang bangsa Indonesia zaman Megalitikum. Yupa
merupakan perkembangan dari bentuk menhir yang
berfungsi sebagai tempat untuk memuja roh nenek
moyang. Yupa diperkirakan sebagai tempat untuk
mengikat korban yang akan dipersembahkan kepada
para dewa. Hubungan antara raja dengan pemuka agama
berlangsung erat. hal ini ditunjukkan dengan pemberian
20 ribu ekor sapi oleh Mulawarman kepada para
Brahmana Karena Kerajaan Kutai telah mendapat
pengaruh agama Hindu, maka kehidupan agamanya telah
lebih maju. Salah satu contohnya adalah pelaksanaan
upacara penghinduan atau pemberkatan seseorang yang
memeluk agama hindu yang disebut Vratyastoma.
Upacara tersebut dilaksanakan sejak pemerintahan
Aswawarman dan dipimpin oleh para pendeta atau
brahmana dari India. Baru pada masa pemerintahan
Mulawarman, upacara tersebut dipimpin oleh kaum
brahmana dari Indonesia.
Kediri cukup banyak menghasilkan karya sastra, seperti
Bharatayudha. Arjuna Miwaha, Jangka Jayabaya,
Smaradhana, dan Wittasancaya, karena para sastrawan
sangat dihormati kedudukannya. Dibidang kebudayaan,
khususnya sastra, masa Kahuripan dan Kediri
berkembang pesat, antara lain sebagai berikut. Pada
masa Dharmawangsa berhasil disadur kitab Mahabarata
ke dalam bahasa Jawa Kuno yang disebut kitab
Wirataparwa. Selain itu juga disusun kitab hukum yang
bernama Siwasasana. Dizaman Airlangga disusun kitab
Arjuna Wiwaha karya Empu Kanwa. Masa Jayabaya
berhasil digubah kitab Bharatayudha oleh Empu Sedah
dan Empu Panuluh. Disamping itu, Empu Panuluh juga
menulis kitab Hariwangsa dan Gatotkacasraya.
Masa Kameswara berhasil ditulis kitab Smaradahana oleh
Empu Dharmaja. Kitab Lubdaka dan Wertasancaya oleh
Empu Tan Akung.
Menurut prasasti Nalanda, banyak pemuda-pemudi dari
kerajaan Sriwijaya yang pergi ke India untuk belajar
agama Buddha. Perhatian raja terhadap perkembangan
agama Budha juga besar, terlihat dengan pemberian
sebidang tanah yang hendak dipergunakan sebagai
asrama pelajar. Bahkan, Balaputradewa mempunyai
hubungan erat dengan raja Dewa Paladewa dari India.
Budaya dari kerajaan Sriwijaya, berdasarkan berbagai
sumber sejarah, sebuah masyarakat yang kompleks dan
kosmopolitan yang sangat dipengaruhi alam pikiran
Budha Wajrayana digambarkan bersemi di ibu kota
Sriwijaya. Beberapa prasasti Siddhayatra abad ke-7
seperti Prasasti Talang Tuwo menggambarkan ritual
Budha untuk memberkati peristiwa penuh berkah yaitu
peresmian taman Sriksetra, anugerah Maharaja Sriwijaya
untuk rakyatnya.

Hindu dan Buddha adalah agama paling dominan dan


dapat saling bertoleransi bahkan menimbulkan
sinkretisme. Majapahit juga menghasilkan banyak
kesusteraan besar, yakni Negarakertagama, Sutasoma,
dan Arjunawiwaha. Kehidupan agama kerajaan Majapahit
juga banyak disinggung dari kitab Sutasoma karangan
Empu Tantular, salah satu kutipan isinya yaitu "Bhinneka
Tunggal Ika Tan Hana Dharmma Mangrwa", kutipan
tersebut sampai saat ini juga digunakan sebagai
semboyan bangsa Indonesia Majapahit banyak
meninggalkan bangunan suci lainnya yang merupakan
sisa sarana ritual keagamaan.Di samping candi, terdapat
pula pemandian suci (patirthan) dan gua-gua pertapaan,
serta beberapa pintu gerbang. Candi-candi pada masa
Majapahit kebanyakan bersifat agama Śiwa (Hindu) dan
ada pula beberapa candi yang bercorak Buddha.
Berdasarkan berita Cina, bahasa masyarakat yang
dipakai adalah bahasa Kun-lun yang merupakan
campuran bahasa lokal dengan Sansekerta dan berhuruf
Palawa. Menurut berita Fa-Hsien, di Tarumanegara
terdapat tiga agama Buddha, Hindu dan agama "kotor"
(agama asli). Tingkat kebudayaannya sudah sangatlah
tinggi dari perkembangan akan kebudayaan dari tulis
menulis yang berada di wilayah Kerajaan Tarumanegera.
Berdasarkan sumber yang ada, diperkirakan masyarakat
Tarumanegara terdiri atas golongan istana dan
masyarakat biasa. Termasuk ke dalam golongan istana,
yaitu para Brahmana, raja dan keluarganya, para ksatria
(prajurit), dan para pegawai kerajaan. Adapun yang
termasuk ke dalam golongan rakyat biasa, yaitu para
pedagang, petani, dan peternak. Hubungan antara raja
dan rakyat sangat harmonis. Hal ini tampak pada
perhatian raja terhadap ekonomi masyarakatnya.

Anda mungkin juga menyukai