Anda di halaman 1dari 14

LEMBAR PENGESAHAN

SEJARAH KEPULAUAN RIAU

Kijang, ................... 2022

Guru Pembimbing I Penulis,

YAYUK YARNITA, S.Pd xxxxxxxxxxxxccccccccc

NIP. 19710212 200604 2 028 NISN.xxxxxxxxxxxxxxx

Menyetujui,

Kepala Sekolah SMAN 1 Bintan

Drs. ABDUL GAFUR, M.Pd

NIP : 19640323 199512 1 002

1
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas bimbingan-Nya penulis dapat menyelesaikan
sebuah karya tulis sejarah dengan judul “SEJARAH KEPULAUAN RIAU”

Makalah ini di buat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk
membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena
itu, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnyakepada :

1. Kedua orangtua tercinta, yang selalu memberikan motivasi dan semangat kepada
penulis dalam proses penyelesain karya tulis ini.
2. Ibu Yayuk Yarnita.Spd, selaku pembina yang banyak meluangkan waktunya untuk
membimbing penulis dari awal melakukan observasi hingga penyelesaian karya tulis
ini.
3. Ibu …………….., selaku guru Bahasa Indonesia yang banyak memberikan masukan-
masukan dalam pengerjaan penyusunan karya tulis ini.
4. Bapak ……………………………….., selaku narasumber wawancara yang banyak
memberikan sumbangsih cerita sejarah hingga penulis dapat memuatnya dalam
pengerjaan lomba penulisan karya tulis ini.
5. Serta teman-teman sekolah yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada
penulis dari awal hingga ke dalam proses penyelesaian karya tulis ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.Oleh
karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran sertakritik yang dapat membangun
penulis. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah
selanjutnya. 

Terimakasih dan semoga makalah ini dapat memberikan sumbangsih positif bagi kita semua.

Kijang,xxxxxxxxxxxxxx 2022

Penulis
Rafid Zaki Ramadhan

DAFTAR ISI

2
Judul......................................................................................................................

LembarPengesahan............................................................................................... i

Kata Pengantar...................................................................................................... ii

DaftarIsi................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................ 1

1.1.LatarBelakang.................................................................................................. 1

1.2.RumusanMasalah............................................................................................ 2

1.3.TujuanPenelitian.............................................................................................. 2

1.4.ManfaatPenelitian........................................................................................... 2

BAB II LANDASAN TEORI........................................................................................ 3

2.1.......................................................................................................................... 3-4

2.2.......................................................................................................................... 4

BAB III METODOLOGI PENELITIAN......................................................................... 5

3.1.MetodePenelitian............................................................................................ 5

3.2.WaktudanTempatPenelitian............................................................................ 6

BAB IV PEMBAHASAN PENELITIAN ....................................................................... 7

4.1.......................................................................................................................... 7

4.2……………………………………………………………………………......................................7-8

BAB V PENUTUP.................................................................................................... 9

5.1.Kesimpulan...................................................................................................... 9

3
5.2.Saran................................................................................................................ 9

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................. 10

Lampiran................................................................................................................ 11

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Kepulauan Riau adalah sebuah provinsi di Indonesia. Kepulauan Riau

mempunyai sejarah yang panjang sebagai wilayah yang menarik perhatian

karena posisinya yang berada tepat di tengah-tengah pergerakan budaya dan

perdagangan antara India, Asia Tenggara, dan China. Perpindahan penduduk

dari berbagai etnis ke wilayah ini, dan daya tarik ekonomi dan politik telah

menjadi fenomena sejak zaman kerajaan dan kolonial (Lenhart, 1997).

Provinsi Kepulauan Riau berbatasan dengan Vietnam dan Kamboja di

sebelah utara; Malaysia dan provinsi Kalimantan Barat di timur; provinsi

Kepulauan Bangka Belitung dan Jambi di selatan; Negara Singapura,

Malaysia dan provinsi Riau di sebelah barat. Provinsi Kepulauan Riau

terbentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 25 tahun 2002 merupakan

Provinsi ke-32 di Indonesia yang mencakup Kota Tanjungpinang, Kota

Batam, Kabupaten Bintan, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, dan

Kabupaten Lingga. Secara keseluruhan Wilayah Kepulauan Riau terdiri dari

empat Kabupaten dan dua Kota, 42 Kecamatan serta 256 Kelurahan/Desa

dengan jumlah 2.408 pulau besar dan kecil dimana 40% belum bernama dan

berpenduduk. Adapun luas wilayahnya sebesar 252.601 Km2, di mana 95% -

nya merupakan lautan dan hanya 5% merupakan wilayah darat. Ibukota

provinsi Kepulauan Riau berkedudukan di Tanjung Pinang dan didiami oleh berbagai suku bangsa
diantaranya adalah Melayu, Bugis, Suku Laut, Jawa,

4
Arab, Tionghoa, Padang, Batak, Sunda dan Flores.

Secara budaya dan sejarah, Kepulauan Riau selalu menjadi milik dari

alam melayu yang didasari pada silsilah keturunan kerajaan. Wilayah ini telah

menjadi daerah kekuasaan dari kesultanan melaka-johor yang dikuasai oleh

dinasti melayu yang bertempat tinggal di semenanjung melayu (1400-1699)

yang kemudian menjadi pusat kekuasaan dari kesultanan Riau-Lingga yang

diatur oleh koalisi dari dinasti melayu dan bugis yang berkedudukan di

Kepulauan Riau (1722-1911). Hal ini menjelaskan asal mula kemelayuan,

yaitu sebuah kategori afiliasi budaya yang pada dasarnya diasosiasikan dengan

ketaatan pada islam, bahasa melayu, dan adat-adat kebiasaan melayu (Lenhart,

1997).

Budaya dan sejarah memperlihatkan bahwa suku melayu merupakan

suku asli yang mendiami Kepulauan Riau sejak abad ke-15. Namun, suku

melayu bukanlah satu-satunya suku asli di daerah Kepulauan Riau ini. Suku

Orang Laut atau yang lebih dikenal dengan sebutan Orang Laut merupakan

salah satu suku asli yang mendiami Kepulauan Riau. Suku laut adalah

kelompok etnik berkarakter pengembara yang hidup dan menetap pada

perairan di beberapa pulau dalam wilayah Provinsi Kepulauan Riau,

Indonesia. Suku bangsa ini merupakan satu varian dari berbagai macam

kelompok suku Laut yang bermukim di Asia Tenggara. Keberadaan mereka di

Provinsi Riau menurut Chou (2003) tersebar di Pulau Bertam, Pulau Galang,

Pulau Mapor, Pulau Mantang, Pulau Barok, dan beberapa pulau lain.

Suku Orang Laut adalah kelompok etnis dalam jumlah kecil di tengah

mayoritas masyarakat Melayu. Mereka hidup di pulau-pulau di perairan

Provinsi Kepulauan Riau. Asal-usul kedatangan Orang Suku Laut di

Kepulauan Riau diperkirakan sekitar tahun 2500—1500 SM sebagai bangsa

proto Melayu (Melayu tua) dan kemudian menyebar ke Sumatra melalui

Semenanjung Malaka. Pasca-1500 SM terjadi arus besar migrasi bangsa

deutro Melayu yang mengakibatkan terdesaknya bangsa proto Melayu ke

wilayah pantai (daratan pesisir). Kelompok yang terdesak inilah yang kini

dikenal sebagai Orang Suku Laut (Lenhart, 1997).

5
Secara historis, Orang Laut dulunya adalah perompak, namun berperan

penting dalam Kerajaan Sriwijaya, Kesultanan Malaka dan Kesultanan Johor.

Suku laut merupakan bagian integral dari populasi kerajaan melaka-Johor dan

kesultanan Riau-Lingga, dan merupakan bagian dari hierarki kehidupan di

Kepulauan Riau. Mereka menjaga selat-selat, mengusir bajak laut, memandu

para pedagang ke pelabuhan kerajaan-kerajaan tersebut, dan mempertahankan

hegemoni mereka di daerah tersebut (Lenhart, 1997). Orang suku laut tidak

pernah hidup terpencil. Karena mobilitas lokalnya tergolong tinggi, sehingga

mereka selalu melakukan kontak (hubungan) dengan kelompok etnik lain

dalam kawasan tersebut. Hubungan antara orang suku laut dengan warga

kelompok etnik lain hanyalah berlangsung dalam batas transaksi ekonomi

seperti ketika mereka menjual hasil tangkapan ikan mereka. Kontak yang

lebih jauh dari itu akan mereka hindari.

Kontak antara orang laut dengan anggota dari kelompok etnik yang

lainnya tidak bisa didiskusikan tanpa melihat Kepulauan Riau sebagai daerah

yang sedang menghadapi perubahan ekonomi dan teknologi yang sangat

cepat. Perubahan-perubahan secara langsung berakibat terhadap alam dan

lingkungan sosial-budaya mereka. Proses pembangunan ekonomi

mempengaruhi kawasan yang menjadi tempat tinggal orang laut dan

mengubah struktur demografi yang berdampak pada ciri utama kehidupan

orang laut berupa kelompok yang kecil dan hidup dalam kelompok yang

bergerak. Perhatian terhadap perubahan ini mendesak kebutuhan untuk

berasimilasi dengan masyarakat luas. Desakan untuk mulai meninggalkan cara

hidup tradisional yang nomaden menjadi menetap mulai dibutuhkan (Yusuf,

2008).

Dalam kontak antar etnik, orang melayu sebagai penduduk mayoritas

yang bertempat tinggal di daerah ini merupakan penduduk yang dilihat secara

budaya dan historis amat dekat dengan Orang Suku Laut. Di sisi lain, orang

melayu merupakan kelompok yang menghindari kontak sosial dari suku laut

(Yusuf, 2008). Dalam pandangan mereka, orang suku laut merupakan

6
masyarakat tanpa agama dan kebudayaan, bahkan mereka seringkali dianggap

kotor atau najis. Pandangan ini berakar pada pemahaman mereka tentang pola

hidup orang Suku Laut yang hidup berdesak-desakan dalam sebuah sampan

kecil dan kebiasaan mereka memburu babi liar dan memakan dagingnya,

minum alkohol dan memelihara anjing (Lenhart, 1997), seperti yang

diungkapkan oleh salah seorang warga suku melayu di Kepulauan Riau:

“...orang laut tu banyak tinggal di tepi pantai. Diantara mereka ada

yang tak punya agama. Tapi, kalau orang lebaran, orang tu ikut juga

lebaran, imlek pun ikut imlek juga. Kalau orang itu cakap, bahase dia

tu kasar, dialeknya laen dari dialek orang melayu. Kalau jumpe dengan

orang-orang tu, takot karna mereka berwajah agak seram. Jadi kalau

tak sengaje jumpa dengan orang itu, sebisa mungkin aku menjaoh dari

mereka. kalau tak pun aku pura-pura tak nampak aje. Selain tu, bau

mereka amis. Mungkin karna orang tu tiap hari di laut”

(E, Komunikasi personal, 4 Juli 2012).

Selain pada perbedaan pola hidup pada suku Orang Laut, suku Melayu

juga takut pada ilmu hitam yang dimiliki oleh orang suku laut (Lenhart, 1997).

Ilmu hitam yang dimiliki oleh orang suku laut menjadi penyebab utama

penghindaran kontak yang dilakukan oleh suku melayu. Ketakutan-ketakutan

akan ancaman ilmu hitam yang dimiliki oleh orang suku laut membuat orang

melayu sebisa mungkin menghindari kontak langsung dengan orang suku laut

untuk menghindari masalah yang mungkin muncul akibat dari ilmu hitam

yang dimiliki oleh mereka (Lenhart, 1997).

“...tak usah macam-macam dengan orang itu, nanti kena dukun baru

tau... orang suku laut tu tak boleh sedikit aje salah cakap, bise

tersinggung, trus marah. Bahaye...”

(M, Komunikasi personal, 10 Juli 2012)

Secara normal, orang suku laut sendiri menolak berhubungan dengan

orang yang bukan orang suku laut. Mereka mengetahui argumen-argumen

yang menantang mereka dan mereka juga sering mengalami pengalaman

negatif dari perilaku yang berlandaskan sikap tersebut. Namun, mereka sendiri

7
memperkuat ketakutan orang luar yang berada di sekeliling mereka dengan

aura ilmu hitam yang menakutkan (Lenhart, 1997).

kepercayaan yang dianut oleh suku laut. Dalam kepercayaan mereka,

masyarakat suku laut masih menganut animisme-shamanisme. Walaupun

beberapa diantara mereka sudah ada yang memeluk agama islam, islam yang

dianut oleh mereka masih bercampur dengan kepercayaan nenek moyang

mereka. Sebagian besar dari mereka juga bahkan masih mempercayai tentang

kekuatan supernatural yang diturunkan dari nenek moyang mereka kepada

penghulu-penghulu (pemimpin) mereka. Selain itu, mereka sangat

mempercayai takhayul tentang keramatnya suatu benda atau daerah sehingga

upacara tradisional yang bersifat ritual masih sering mereka lakukan (Chou,

2003). Kepercayaan inilah yang seringkali dikaitkan oleh orang melayu

sebagai ilmu hitam. Paham animisme dan shamanisme yang dianut oleh

masyarakat suku laut ini dianggap berbahaya bagi mereka sehingga orang

melayu cenderung takut lalu menjauhi dan menghindari mereka.

Suku laut adalah suku yang memiliki tingkat kolektivitas yang tinggi.

Dalam komunitas mereka, orang laut memandang prinsip berbagi dan

membantu sebagai hal yang sangat penting. Walaupun suku laut tidak

memperlihatkan solidaritas antara sesama mereka, mereka mempunyai sense

of group unity yang tinggi (Chou, 2003). Hal ini tampak pada pernyataan yang

diungkapkan salah satu warga suku melayu di Kepulauan Riau:

“...Sebenarnya tak semua mereka itu jahat dan terbelakang, ada juga

yang punya pikiran yang maju. Saya ada kawan sekolah orang suku

laut, dan dia itu tak kasar macam orang laut lainnya. Saya juga dekat

dengan dia sampai-sampai dia pernah bilang kalau ada orang yang

ganggu saya, lapor ke dia biar dia yang hajar. Nah, inilah mungkin

yang sama dengan orang-orang suku laut lainnya, mereka tu setia kawan. Kalau ada salah satu dari
mereka yang terluka, bisa satu

kampung ikut kelahi. Jadi, jangan sampailah ada buat masalah dengan

mereka”

8
(R.A, Komunikasi personal, 9 Oktober 2012)

Sense of group unity yang tinggi ini memperkuat kecenderungan

individu untuk membagi dunia sosial mereka menjadi dua kategori yang jelas,

yaitu ‘orang kita’ (kita/insider) dan ‘orang lain’ (mereka/outsider), yang

kemudian mempengaruhi pola-pola relasi di antara mereka sendiri (Chou,

2003).

Ketika individu telah membagi dunia sosial mereka menjadi kita

versus mereka, perasaan kompetisi antar kelompok akan muncul (Tajfel, dkk

dalam Withley & Kite, 2010). Ketika perasaan ini muncul, seorang individu

akan mengembangkan rasa curiga dan kecemasan sebagai cara untuk

melindungi diri dan kelompoknya dari kemungkinan bahaya yang ditimbulkan

dari luar (dalam hal ini ancaman dan kecemasan yang dialami oleh suku

melayu terhadap suku laut).

Stephan dan Stephan (dalam Stephan, Ybarra & Morrison, 2009)

berpendapat bahwa persepsi ancaman merupakan salah satu penyebab konflik

yang muncul dalam kaitannya dengan hubungan antar kelompok. Ketika

individu berada dalam situasi yang bisa menimbulkan konflik, respon utama

yang muncul adalah menghadapi atau menghindari konflik tersebut. Seperti

yang telah dijelaskan, suku melayu cenderung memilih untuk tidak atau

seminimal mungkin berkontak dengan suku orang laut. Respon menghindar

yang dilakukan oleh suku melayu terhadap suku laut merupakan salah satu upaya untuk menghadapi
konflik yang disebabkan oleh persepsi ancaman

pada individu.

Berdasarkan fenomena dan penjelasan di atas, terlihat bahwa terdapat

respon menghindar yang dilakukan oleh suku melayu terhadap suku laut.

Persepsi ancaman adalah persepsi dimana individu merasa bahwa kelompok

luar menimbulkan ancaman pada dirinya. Hal ini membuat peneliti tertarik

untuk melihat peran persepsi ancaman terhadap perilaku menghindar yang

dilakukan oleh suku melayu terhadap suku laut di Kepulauan Riau.

9
RUMUSAN MASALAH

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah

1. Bagaimana gambaran persepsi ancaman dan perilaku menghindari pada

suku melayu di Kepulauan Riau

2. Apakah persepsi ancaman berperan terhadap perilaku menghindari suku

laut yang dilakukan oleh suku melayu di Kepulauan Riau

3. Seberapa besar persepsi ancaman dan aspek – aspek dari persepsi

ancaman berperan terhadap perilaku menghindari suku laut yang

dilakukan oleh suku melayu di Kepulauan Riau.

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui peran

persepsi ancaman terhadap perilaku menghindar pada suku laut yang dilakukan

oleh suku melayu di Kepulauan Riau.

MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi ilmu

pengetahuan khususnya bidang Psikologi Sosial dalam rangka

perluasan teori, terutama yang berkaitan dengan interaksi antara etnis.

b. Penelitian ini juga diharapkan dapat memperkaya literatur dalam

bidang Psikologi Sosial, sehingga hasil penelitian ini dapat dijadikan

sebagai bahan penunjang penelitian lebih lanjut.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat

umum mengenai bagaimana persepsi ancaman bisa mempengaruhi

10
interaksi sosial antar etnis sehingga nantinya bisa dijadian wacana untuk

memperkecil jurang pemisah antar etnis

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini berisi landasan teori yang menjadi acuan peneliti dalam

membahas masalah. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini

adalah teori persepsi ancaman, teori perilaku menghindar, dan

penjelasan mengenai suku Melayu dan Suku Orang Laut yang akan

diteliti.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi metode-metode dasar dalam penelitian, yaitu identifikasi

variabel penelitian, defenisi operasional variabel penelitian, populasi

dan sampel penelitian, dan metode analisa data yang akan digunakan.

BAB IV

PEMBAHASAN PENELITIAN

Bab ini berisi analisa data penelitian, berupa gambaran subjek

penelitian dan deskripsi data penelitian; hasil penelitian berupa uji

asumsi dan uji hipotesa penelitian; dan pembahasan mengenai hasil

penelitian.

11
BAB V

PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dari penelitian yang telah dijelaskan pada bab

sebelumnya dan saran penelitian yang memuat saran-saran dari peneliti

untuk masalah dalam penelitian juga saran untuk penyempurnaan

penelitian yang selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Pulau Penyengat

Kota Batam

12
BIODATA PENULIS

1. Nama Lengkap : Rafid Zaki Ramadhan

2. Tempat, Tanggal Lahir : Kijang, 30 Oktober 2005

3. Alamat : Jalan,Kp.Baru Keke

4. NISN : 0057405802

5. Kelas : X IPS 2

6. Sekolah : SMA Negeri 1 Bintan

7. Alamat Sekolah : Jalan Korindo Km 21 Sei – Lekop Kijang

8. No HP : +62 896-0135-9976

13
DAFTAR PUSTAKA

1.  "Adi Prihantara Jabat Sekda Kepri Definitif". kepri.antaranews.com. 26 April 2022. Diakses


tanggal 26 April 2022.
2. "Provinsi Kepulauan Riau Dalam Angka 2021"  (pdf). www.kepri.bps.go.id. BPS Kepulauan
Riau. hlm. 7, 89. Diakses tanggal 11 April 2021.
3.  "Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri
2020". www.dukcapil.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 1 Oktober 2021.
4.  "Indeks Pembangunan Manusia Menurut Provinsi 2019-2021". www.bps.go.id. Diakses
tanggal 26 November 2021.
5.  "Rincian Alokasi Dana Alokasi Umum Provinsi/Kabupaten Kota Dalam APBN T.A
2020"  (PDF). www.djpk.kemenkeu.go.id. (2020). Diakses tanggal 24 Februari 2021.
6.  https://buliran.com/9865/profil-provinsi-kepulauan-riau.html
7.  Topografische Dienst en de Marine (1924). "Residentie Riouw en Onderhoorigheden Blad I:
Bewerkt door het Encyclopaedisch Bureau 1922" (Peta). Perpustakaan Universitas Leiden.
1:750.000 (dalam bahasa  (Belanda)). Batavia: Topographische Inrichting. Diakses
tanggal 23 Mei 2022.
8.  "Presiden Lantik Ansar-Marlin Sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Kepri Periode 2021-
2024". 25 Februari 2021. Diakses tanggal 18 Februari 2022.
9.  "Ansar-Marlin Ditetapkan sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Kepri
Terpilih". kumparan. Diakses tanggal 18 Februari 2022.
10.  "Resmi Dilantik, Ini Nama-nama Anggota DPRD Kepri 2019-2024". haluankepri.com. 09-
09-2019. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-10-20. Diakses tanggal 20-10-2019.
11.  "Pelantikan Anggota DPRD Provinsi Kepulauan Riau Hasil Pemilihan Umum Tahun
2019". kepri.kpu.go.id. 12-09-2019. Diakses tanggal 20-10-2019.
12.  "45 Anggota DPRD Kepri Periode 2019-2024 Resmi Dilantik, Ini Nama-
Namanya". lintaskepri.com. 09-09-2019. Diakses tanggal 20-10-2019.
13.  Badan Pusat Statistik (Oktober 2011), Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama, dan Bahasa
Sehari-hari Penduduk Indonesia: Hasil Sensus Penduduk 2010  (PDF), diarsipkan dari versi
asli  (pdf) tanggal 21 April 2021
14.  "Kewarganegaraan Suku Bangsa, Agama, Bahasa 2010"  (PDF). demografi.bps.go.id. Badan
Pusat Statistik. 2010. hlm. 23, 36–41. Diarsipkan dari versi asli  (PDF) tanggal 2017-07-12.
Diakses tanggal 20 Oktober 2021.

14

Anda mungkin juga menyukai