Anda di halaman 1dari 5

94 Rekam Jejak

Beda Masa,
Beda Cerita
Dimas Aditya Nugraha
Pranata Humas Ahli Madya


A popular government
without popular
information or the means of
acquiring it is but prologue
to a farce or tragedy, or
perhaps both.”

Tantangan Perubahan

P ernyataan tersebut dikutip Marguerite


H Sulivan, mantan public relations
Presiden Bush, di bukunya yang
bertajuk A Responsible Press Office, An
Insider Guide tahun 2002. Kalimat dari
Reformasi 1998, menjadi momentum bagi
kian pentingnya fungsi komunikasi dan
informasi bagi pemerintah. Demokrasi
yang ditandai dengan pemilihan umum,
mendorong terciptanya berbagai hal. Mulai
James Madison, Presiden Keempat Amerika dari kebebasan berbicara, berkumpul, dan
Serikat, yang dikenal sebagai bapak “open berserikat; pentingnya partisipasi publik
government” dan “Freedom of Information dalam perumusan kebijakan; hingga kian
Act”. tegaknya pilar demokrasi keempat yaitu
media.
Sesuai judul, isinya bercerita tentang
bagaimana menjalankan fungsi komunikasi Dukungan pemerintah terhadap kebebasan
dan informasi pemerintah kepada masyarakat. informasi terlihat dengan disusunnya
Ditulis bahwa kendati pemerintah populer, undang-undang sebagai payung hukum
yaitu terpilih melalui pemilihan umum yang yang memberi kewajiban bagi negara dan
sah, namun tanpa informasi yang juga hak untuk warga negara. UU Keterbukaan
populer, maka ragam program kebijakan Informasi Publik (KIP) rampung pada 2008
pemerintahan hanya akan menjadi bahan dan efektif berlaku dua tahun kemudian
lelucon semata. (2010).
Bisa jadi hal ini jugalah yang menjadi alasan UU KIP menuntut adanya sebuah lembaga
mengapa setiap masa kepemimpinan negara, kepemerintahan yang transparan dan
juga daerah, memosisikan komunikasi dan akuntabel. Mulai dari perubahan paradigma
informasi sebagai bagian penting dari aparat penyelenggaranya, sampai pada
kesuksesan roda pemerintahan. berjalannya sebuah sistem fungsi komunikasi
dan informasi yang berjalan efektif serta
Sebut saja Presiden Joko Widodo yang tak efisien.
kurang sekian kali memberikan arahan pada
humas pemerintah. Mulai dari menjelaskan Membentuk sebuah sistem komunikasi
“beda masa beda cerita, beda tantangan pemerintah yang baru, bukan masalah
beda penanganan, hingga teguran bahwa sederhana. Setidaknya hal tersebut terekam
humasnya tak juga -terdengar- bersuara.
Rekam Jejak 95

dalam dokumen “Bunga Rampai akurat, sehingga gagal dalam memenangkan


Kehumasan”, Lembaga Informasi konten atau muatan dari misi yang sedang
Nasional (LIN) Edisi 1/2002. dikomunikasikan. Padahal saluran dan sarana
komunikasi yang tersedia amat sangat mungkin
Dokumen tersebut mencatat, pada 3
diwujudkan pemerintah dengan kekuasaannya.
April 2002, 85 pejabat pemerintah mulai
dari Lembaga Tertinggi dan Tinggi Ketiga adalah dengan menerapkan prinsip
Negara, Departemen, Non Departemen, keterbukaan dan transparansi dalam memperlancar
Mabes TNI dan Polri, serta BUMN arus keluarnya informasi, tanpa perlu menyetop
telah membuat sebuah kesimpulan dan dan menutup-nutupi apalagi mengaburkan fakta
rumusan yang dimaksud untuk dapat yang ada. Karena menurut para pejabat ini, cepat
menjawab tuntutan reformasi. Khususnya atau lambat, informasi tersebut akan diketahui
menangkap perubahan paradigma baru oleh publik.
dalam pelaksanaan kegiatan komunikasi
Dan yang keempat adalah dengan meningkatkan
politik pemerintah.
sumber daya manusia (SDM) yang mampu berpikir
Mereka mencoba mengevaluasi dan layaknya seorang public relations yang profesional.
mengubah pola komunikasi politik Dan semua itu akan keluar dalam satu suara yang
pemerintah Orde Baru yang lebih sering disebut sebagai ”Juru Bicara Pemerintah”
berorientasi ”Top Down dan Linear” sebagai bagian dari Government Public Relations
serta individu-individu yang tidak (GPR).
memiliki need of achievement, penyebab
ketidakcocokan kebutuhan dan
kemampuan informasi antara masyarakat
dengan pemerintah. Melupakan pola
pendekatan kekuasaan, pendekatan
penguasaan media, pendekatan
kelembagaan, dan dengan cara
penyampaian informasi yang kurang
transparan dengan alasan keamanan
atau belum mendapat persetujuan
pimpinan.
Sepakat mengubahnya menjadi
komunikasi pemerintah yang lebih
menekankan pada: pertama, manajemen
strategis, yang meliputi penyusunan
visi, misi, analisa SWOT, tujuan, sasaran
dan program aksi yang kongkret dalam
komunikasi politik yang dibangun
dengan pihak lain.
Kedua adalah dengan manajemen isu.
Disadari bahwa pemerintah kurang
mengelola isu-isu dengan baik dan
96 Rekam Jejak

Cerita Negara Besar


Indonesia negeri sejuta budaya:
Sabang Merauke, Miangas hingga
pulau Rote. Begitu banyak ragam Suku,
Agama, Ras, dan Antar Golongan
(SARA). Belum lagi demografi wilayah
dan sebaran penduduk, begitu
beraneka. Saking multinya, komunikasi
di Indonesia tak bisa dilakukan hanya
dengan satu gaya.
Cerita ini yang selalu muncul tentang
perjalanan komunikasi pemerintahan.
Sebut saja perihal jejaring Departemen
Penerangan yang konon bisa
menyampaikan informasi harga cabai
ke pelosok nusantara dalam hitungan
hari saja. Mungkin tak aneh ketika
mendengar bahwa hanya ada tiga
ksatria yang jejaringnya sampai ke
pelosok kecamatan: penyuluh Keluarga Keberadaan kantor wilayah Upaya merajut “hubungan
Berencana (KB), penyuluh agama, dan (kanwil) di provinsi dihapus. yang putus” antara
tentu saja juara kita, Juru Penerang Kantor departemen (kandep) pemerintah pusat dan
alias Jupen yang melegenda. Sosok yang semula menjadi saluran daerah terus dilakukan.
Juru Penerangan yang serba tahu komunikasi departemen dengan Buahnya di jaman Presiden
semua informasi, kerap menjadikan daerah, ditarik menjadi lembaga Joko Widodo yang
mereka sebagai tokoh berpengaruh di lokal yang bernaung di bawah mengeluarkan Instruksi
masyarakat. pemerintah daerah (pemda) Presiden No 9 tahun 2015
kabupaten/kota. tentang pengelolaan
Kisah ini mulai mengalami penyesuaian komunikasi publik. Frasa
zaman ketika otonomi daerah menjadi Beberapa lembaga informasi
“Narasi Tunggal” dan
pilihan baru buah dari reformasi dan memang dibentuk di daerah
“orkestrasi komunikasi”
demokratisasi. Desentralisasi menjadi dengan berbagai versi nama, di
menjadi kata kunci.
kata kunci bagaimana wewenang antaranya Badan Informasi Daerah
Pemerintah adalah tunggal.
harus didistribusikan ke pelosok negeri (BID), Badan Informasi dan
Karenanya harus satu irama.
agar layanan pemerintah kian dekat Komunikasi (BIK), Badan Informasi
Memainkan nada yang
dan dirasakan masyarakat. Hubungan Komunikasi dan Kehumasan
sama agar harmonis dan
komunikasi antara pemerintah pusat (BIKK), Kantor Informasi dan
tak sumbang di telinga
dan daerah praktis terurai dan butuh Komunikasi, Kantor Komunikasi
pendengarnya.
dirajut kembali. dan Kehumasan, Dinas Informasi
dan Komunikasi, Dinas Informasi Kementerian Kominfo
Otonomi daerah UU No 22 Tahun Daerah, dan nama lainnya. mendapat legalitas sebagai
1999 dan kemudian disempurnakan Namun tugas pokok dan fungsi pengatur orkestrasi. Menjadi
dengan UU No 32 Tahun 2004, lembaga-lembaga informasi baru simpul penghubung, koki
sangat berpengaruh terhadap struktur itu tidak lagi mengikuti tupoksi pemasak informasi, dan
kelembagaan dan fungsi instansi Depkominfo, namun mengacu dirigen pengatur irama
di tingkat pusat. Semenjak daerah pada tugas yang dibebankan diseminasi. Cerita ini masih
memiliki hak untuk membentuk pemerintah daerah kepada berlanjut hingga kini.
struktur organisasi pemerintahan lembaga tersebut.
berdasarkan prakarsa dan kebutuhan
sendiri. Instansi pemerintah pusat, Bagaimana nasib Jupen nan
termasuk Departemen Komunikasi dan melegenda? Tentu saja status
Informatika (Depkominfo), seolah-olah kepegawaiannya ikut juga
mengalami putus komunikasi dengan “diotonomi-daerahkan”. Dan
provinsi maupun kabupaten/kota. ceritapun menjadi tak terkendali.
Rekam Jejak 97

Hubungan Pemerintah dan Media


hingga Juru Bicara
Lain lagi tentang hubungan pemerintah
dan media. Ceritanya bisa jadi lebih
berwarna, hangat, dan mirip roller
coaster. Setidaknya hal tersebut seperti
digambarkan Suprawoto, mantan yang diperebutkan, meminjam
Sekjen Kementerian Kominfo dalam istilah Brian Mc Nair (2003), oleh
artikel berjudul “Mengapa Media Selalu aktor politik dalam era “mediated
Curiga” di koran Seputar Indonesia communication”.
tahun 2009.
Arus informasi, kontestasi isu,
Ia menuliskan bahwa fakta sejarah hingga diskusi dan debat publik
menunjukkan bahwa setiap pemerintah Di era ini, mulai dikenal
dipertarungkan dalam media. kedeputian informasi di
yang berkuasa, pada awalnya selalu Bahkan berujung pada upaya
memberikan janji kemerdekaan Kantor Staf Presiden (KSP),
monopoli dan mengakuisisi Tim Komunikasi Presiden
terhadap pers. Namun dalam kepemilikan media guna
perjalanannya justru malah berbeda. (TKP), Ditjen Informasi dan
memenangkan pertarungan Komunikasi Publik (IKP),
Suprawoto menulis, Presiden Soekarno wacana. dan bahkan tiap menteri
menjaminnya dalam Pasal 28 UUD Di masa ini, mulai diperkenalkan pun digadang untuk
1945. Namun, setelah Belanda pergi istilah “juru bicara”. Konon menjadi juru bicara program
dan pers mulai “bicara”, hubungan meniru “west wing” Amerika kementeriannya di hadapan
kian “menghangat”. Jaman Presiden Serikat yang tugasnya memang media maupun publik.
Soeharto juga berjanji melalui UU Pers mengorkestrasi informasi presiden
No 11 tahun 1966 pasal 4. Namun Mencoba menjalankan
dan pemerintahan yang ditujukan, tugas humas pemerintah
ceritanya berubah menjadi “budaya utamanya, untuk media. Juru Bicara
telepon” berujung “pendisiplinan”. berdasarkan model David
dianggap menjadi solusi “narasi Zarifa & Scott Davies
Paska reformasi 1998, hubungan tunggal” yang bisa menutup celah (2005) dalam makalahnya
pemerintah dan media juga diwarnai miskoordinasi, beda data, dan berjudul Balance of
upaya pembelajaran di kedua pihak. riuhnya suara. Powers:Public Opinion on
Di satu sisi, mengedepankan tanggung Hubungan tersebut terus dipupuk Control in Education, secara
jawab sosial, di sisi lain atas nama hingga saat dengan format yang bersamaan. Mulai dari fungsi
kebebasan bersuara. terus menyesuaikan kebutuhan. Di a) Information Officer yang
Presiden Abdurrahman Wahid era Presiden Joko Widodo, peran hanya memberikan informasi
membubarkan Departemen juru bicara muncul di berbagai dan komunikasi searah;
Penerangan yang identik sebagai lapisan birokrasi. b) Government Information
lembaga yang membelenggu pers. Mungkin bersesuaian dengan Officer, komunikasi dua
Namun, ketika pers mulai menggelitik, yang disebutkan Timothy E Cook arah, mutual dependent
simpatisan pendukung Presiden dalam bukunya “Governing With relationship, dan
Wahid pernah meminta klarifikasi The News, Chapter Governing by
atas pemberitaan dan pemuatan c) A weapon of Power,
Publicity” (1998). Ia menyebutkan persuasi sebagai basis dari
karikatur. Terjadi pula di jaman beberapa institusi dari pemerintah
Presiden Megawati dimana ia pernah kekuatan.
yang melaksanakan peran publisitas
menggugat “Rakyat Merdeka” karena sebagai bagian dari komunikasi
pemberitaan yang terus menerus dan politik kepada stakeholdernya
tidak adil. masing-masing. Diantaranya:
Pembelajaran tersebut berbuah di masa lembaga kepresidenan, lembaga
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono birokrasi, lembaga peradilan, dan
di mana pemerintah mencoba anggota kongres.
membangun hubungan yang lebih
profesional dengan media. Paham
bahwa media menjadi pemain penting
98 Rekam Jejak

Teknologi dan Banjir Informasi


Pembangunan infrastruktur telekomunikasi
yang pesat, berdampak juga pada pengelolaan
komunikasi dan informasi. Menjadi kian cepat
dan seketika, akses mulai terbuka dan merata,
serta kanal menjadi beragam menyesuaikan
selera yang memanjakan penikmatnya.
Pemerintah harus bekerja semakin keras karena
pertarungan menjadi terbuka. Bukan lagi
memperebutkan isu di media, namun bersaing
dengan pemilik informasi dan pembuat konten
yang kian menyasar khalayak secara spesifik.
Belum lagi dampak kehadiran media sosial
yang membuat ragam cara dalam mengakses
informasi. Pun setiap sumber cerita tampak
menjadi pakar di segala bidang. Bisa bercerita
dengan sekadar modal data dan argumentasi
untuk memuaskan pembaca. Ujungnya, berita
bohong, misinformasi, disinformasi, dan
malinformasi yang semakin menjadi.
Komplet sudah tantangannya: banjir informasi,
kredibilitas, hingga pemerataan akses informasi
di masyarakat. Cerita yang masih harus dijalani
dan belum berhenti. *

Anda mungkin juga menyukai